• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB X FUNGSI, TUJUAN, DAN ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB X FUNGSI, TUJUAN, DAN ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB X

FUNGSI, TUJUAN, DAN ASAS BIMBINGAN DAN KONSELING

A. Kompetensi Dasar

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan memahami fungsi bimbingan dan konseling, tujuan bimbingan dan konseling, serta asas-asas bimbingan dan konseling.

B. Uraian

1. Fungsi Bimbingan dan Konseling

Ada beberapa fungsi dalam bimbingan dan konseling. Departemen Pendidikan Nasional (2008:8) mengemukakan bahwa fungsi bimbingan dan konseling adalah sebagai berikut:

a. Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik pemahaman meliputi: a) Pemahaman tentang diri sendiri peserta didik terutama oleh pesert didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing. b) Pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk didalamnya lingkungan keluarga dan sekolah) terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya dan guru pembimbing. c) Pemahaman lingkungan yang lebih luas (termasuk didalamnya informasi jabatan/pekerjaan, informasi sosial dan budaya/nilai-nilai) terutama oleh peserta didik.

b. Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya dan terhindarnya peserta didik dari berbagai

(2)

permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat, ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

c. Fungsi penuntasan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.

Menurut Hallen (2002:60-62) bahwa layanan bimbingan dan konseling mempunyai sejumlah fungsi. Fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan dan pengembangan dan fungsi advokasi.

a. Fungsi Pemahaman. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihakpihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Fungsi pemahaman ini meliputi : pemahaman tentang diri peserta didik, pemahaman tentang lingkungan peserta didik dan pemahaman tentang lingkungan yang lebih luas.

b. Fungsi Pencegahan. Fungsi pencegahan yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu,

(3)

menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.

c. Fungsi Pengentasan. Istilah fungsi pengentasan ini dipakai sebagai pengganti istilah fungsi kuratif atau fungsi terapeutik dengan arti pengobatan atau penyembuhan. Melalui fungsi pengentasan ini pelayanan bimbingan dan konseling akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.

d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.

e. Fungsi Advokasi. Fungsi advokasi yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teradvokasi atau pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.

Tentang fungsi bimbingan dan konseling di sekolah dikemukakan pula oleh ahli lain, yakni Tohirin. Tohirin menguraikan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling tidak jauh berbeda dari yang telah diuraikan sebelumnya. Ia mengetengahkan fungsi-fungsi bimbingan dan konseling sebagai berikut (Tohirin, 2007:39-50):

a. Fungsi pencegahan, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling dimaksudkan untuk mencegah timbulnya masalah pada diri siswa sehingga

(4)

mereka terhindar dari berbagai masalah yang dapat menghambat perkembangan.

b. Fungsi pemahaman, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling dalam rangka memberi pemahaman tentang diri siswa beserta permasalahannya dan juga lingkungannya oleh siswa itu sendiri dan oleh pihak yang membantunya.

c. Fungsi pengentasan, yaitu usaha yang dilakukan untuk mengatasi masalah melalui pelayanan bimbingan dan konseling.

d. Fungsi pemeliharaan, fungsi pemeliharaan di sini bukan sekedar mempertahankan melainkan mengusahakan segala sesuatunya bertambah lebih baik dan berkembang.

e. Fungsi penyaluran, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling berupaya mengenali masing-masing siswa secara perorangan, selanjutnya memberikan bantuan menyalurkan kea rah kegiatan atau program yang dapat menunjang tercapainya perkembangan yang optimal.

f. Fungsi penyesuaian, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling membantu terciptanya penyesuaian antara siswa dengan lingkungannya. Dengan perkataan lain, melalui fungsi ini pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa memperoleh penyesuaian diri secara baik dengan lingkungannya.

g. Fungsi pengembangan, yaitu pelayanan bimbingan dan konseling yang membantu para siswa agar berkembang sesuai potensinya masing-masing.

(5)

Selain itu, dalam fungsi ini hal-hal yang sudah baik pada diri siswa dijaga agar tetap baik, dimantapkan dan dikembangkan.

h. Fungsi perbaikan, berbeda dengan fungsi pencegahan, dalam fungsi ini siswa yang memiliki masalah yang mendapat prioritas untuk diberikan bantuan, sehingga diharapkan masalah yang dialami oleh siswa tidak terjadi lagi pada masa yang akan datang.

i. Fungsi advokasi, layanan bimbingan dan konseling melalui fungsi ini adalah membantu peserta didik memperoleh pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

2. Tujuan Bimbingan dan Konseling

Secara umum bahwa tujuan bimbingan dan konseling adalah untuk membantu siswa agar siswa mampu menghadapi dan/atau memecahkan masalah yang dihadapi sehingga dapat mencapai tujuan belajar dan tujuan hidup yang dicita-citakan. Menurut Wingkel (1997:35) tujuan dari bimbingan adalah supaya setiap siswa berkembang sejauh mungkin dan mengambil manfaat sebanyak mungkin dari pengalamannya di sekolah mengingat ciri-ciri pribadinya dan tuntutan kehidupan masyarakatnya sekarang. Hamrin dan Clifford (Prayitno dan Amti, 1999:112) menegaskan bahwa bimbingan dan konseling bertujuan untuk membantu individu membuat pilihan-pilihan, penyesuaian-penyesuaian, dan interpretasi-interpretasi dalam hubungannya dengan situasi-situasi tertentu.

Tujuan bimbingan dan konseling yang lebih terjabar dikemukakan oleh Sukardi (1988:11) sebagai berikut:

(6)

a. Mengembangkan pengertian dan pemahaman diri siswa dalam kemajuannya di sekolah.

b. Memilih dan mempertemukan pengetahuan tentang dirinya dengan informasi tentang kesempatan yang ada secara tepat dan bertanggungjawab.

c. Mewujudkan penghargaan terhadap orang lain. d. Mengatasi kesulitan dalam memahami dirinya.

e. Memahami lingkungan sekolah, keluarga dan masyarakat.

f. Mengidentifikasikan dan memecahkan masalah yang dihadapinya.

g. Menyalurkan dirinya baik dalam bidang pendidikan maupun dalam bidang-bidang kehidupan lainnya.

Jauh lebih terinci lagi tujuan bimbingan dan konseling sebagaimana dikemukakan oleh Soetjipto dan Kosasi (2009:69) sebagai berikut:

a. Membantu siswa untuk mengenal sekolahnya, untuk mengenal kesempatan-kesempatan pendidikan yang berguna baginya dan pertanggungjawaban yang harus dipikulnya diatur kedua-duanya sedemikian rupa sehingga ia dapat merasakan suasana sekolah seperti dirumahnya, dapat memilih mana yang berguna di antara program-program, kursus-kursus, subyek-subyek, dan kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler serta berada dalam posisi yang berguna untuk berbuat sebaik-baiknya dalam pekerjaannya sekarang, ialah sebagai “siswa”.

b. Menyadarkan siswa akan pentingnya perencanaan dan perancanaan kembali yang luas tentang suatu karier pada suatu waktu ketika pekerjaan, ketrampilan

(7)

serta pengertian siswa yang dibutuhkan untuk “membuat rencana jabatan” yang sebagian besar didasarkan atas kekuatannya sendiri.

c. Menunjukkan dan menguji kekuatan-kekuatan yang menyebabkan perubahan-perubahan besar dalam dunia pendidikan dewasa ini serta memikirkan bersama-sama dengan siswa itu bagaimana perubahan-perubahan semacam itu dapat mempengaruhi masa depannya.

d. Membantu dan memberi semangat kepada siswa agar berangsur-angsur sampai pada pilihan tentatif suatu pekerjaan, sekelompok pekerjaan atau susunan pekerjaan, suatu karya atau lapangan studi, sehingga ia mempunyai tujuan-tujuan hidup yang berarti yang merupakan arah perencanaa dan arah usahanya.

e. Mendiskusikan dengan siswa dan pada waktu yang tepat dengan orantua tentang rencana-rencana karier pribadi sesuai dengan perkembangan-perkembanganya agar supaya dapat membantu siswa untuk mendapat kepastian yang cukup beralasan bahwa program, kursus-kursus, subyek-subyek, dan sebagainya yang dipilihnya itu adalah sejalan dengan pembawaannya yang nampak, kemampuannya dan minatnya serta sejalan dengan persyaratan-peersyaratan pekerjaan, persyaratan-persyaratan masuk dan persyaratan-persyaratan lainnya.

f. Membantu siswa dalam menentukan, mengukur dan memahami kapasitasnya sendiri yang khusus, kemampuannya, agar supaya ia dapat menggunakan sebagian besar kesempatan yang ada dengan cara lebih baik dan dapat merencanakan secara bijaksana untuk masa depannya.

(8)

g. Membantu siswa dalam mengembangkan secara seksama metodhe-metodhe penyelidikan, sesuatu jalan studi atau lembaga pendidikan yang setiap waktu dapat dipertimbangkannya dalam hubungan dengan rencana-rencananya untuk masa depannya.

h. Menyadarkan siswa terutama mengenai kursus-kursus latihan yang agaknya patut mendpat pertimbangan dengan dukungan-dukungan kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan siswa yang riil.

i. Menunjukkan bagaimana pekerja-ppekerja dalam suatu jawatan atau industri bergantung kepada pekerja-pekerja di semua lapangan lainnya dan karena itu menjelaskan perlunya terdapat pengertian, appresiasi dan kerja sama antara semua orang yang bekerja bagi kehidupannya.

j. Mengantarkan siswa sampai pada realisasi nilai-nilai pendidikan dan latihan yang berguna, baik di dalam maupun di luar sekolah, serta membuktikan adanya kebutuhan-kebutuhan ntuk melanjutkan pendidikan seseorang di dunia yang sedang berubah atas dasar yang direncanakan seumur hidupnya.

k. Membuat informasi tentang pendidikan yang dialami oleh mereka sekarang menjadi tepat guna dan “up to date”. Dalam hal ini termasuk informasi tentang kursus-kursus, uang sekolah dan perbelanjaan lainnya, bantuan-bantuan keuangan seperti beasiswa, tunjangan belajar, dana-dana pinjaman dan sebagainya pada lembaga yang setaraf dengan atau diluar sekolah sekarang. l. Membantu siswa dalam memilih sebagai bagian daripada keseluruhan rencana

(9)

m. Membawa siswa sampai pada realisasi tentang pentingya menggunakan waktu luang secara bijaksana dan membantu dia memilih dan mengembangkan minat-minat dalam bentuk “hobby” yang dibenarkan serta usaha-usaha penghematan waktu lainnya.

n. Menunjukkan mengapa kadang-kadang rencana karier yang pantas itu dapat gagal dalam memberikan hasil yang diinginkan dan memperjelas faktor-faktor tertentu yang rupanya lebih dapat memberikan sukses rencana kariernya. o. Membantu siswa agar memperoleh pengertian lebih baik tentang kwalitas dan

pentingnya methode-methode belajar serta bekerja sehingga ia dapat menyelesaikan lebih banyak dengan menggunakan waktu & usaha lebih sedikit, dalam kedudukannya sekarang sebagai “siswa” maupun dalam jabatannya sebagai sumber nafkah hidup dikemudian hari, apapun gerangan kedudukannya.

p. Membantu siswa untuk memperoleh pengertian lebih baik tentang kwalitas perbedaan individuil, tentang bagaimana corak kepribadian yang berkembang dan tentang mengapa orang-orang (termasuk ia sendiri) berlaku bagaimana mereka lakukan.

q. Menunjukkan pentingnya dapat mengerti oranglain dan dirinya sendiri sebaik-baiknya di dunia seperti sekarang ini serta memperkembangkan langkah-langkah yang dapat ditempuh agar dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan semacam itu.

r. Berusaha menemukan kebutuhan-kebutuhan siswa yang tidak mendapat perhatian dan engan pemikiran ini menyarankan perubahan-perubahan dalam

(10)

kebijaksanaan di bidang kurikuler sekolah dan pelayanan-pelayanan khusus; bilamana kebutuhan-kebutuhan seorang siswa tertentu tidak dapat dipenuhi melalui program pendidikan sekolahyang ada sekarang maka membantu dia untuk menemukan kemungkinan-kemungkinan pada lembaga-lembaga pendidikan lain atau diluar sistim formal.

s. Membantu orangtua, guru dan lain-lainnya untuk memperoleh pengertian lebih baik tentang kebutuhan-kebutuhan daripada remaja, tentang kwalitas perbedaan individuil para remaja , tentang kesempatan-kesempatan yang aada bagi pendidikan, latihan dan pekerjaan serta tentang cara kerja-sama antara orangtua guru, siswa dan lain-lain untuk kemanfaatan semua pihak.

t. Menyadarkan siswa, orangtua, guru dan lain-lain perihal bimbingan, tentang diterimanya tidaknya program bimbingan sekolah yang tulus dan memadai serta memberikan iinformasi yang dapat membuat jenis kerja sama dianggap essensiil bagi tercapainya hasil-hasil bimbingan secara maksimal.

3. Azas Bimbingan dan Konseling

Ada beberapa asas dalam Bimbingan dan Konseling, yakni sebagai berikut (Soetjipto dan Kosasi, 2009:79; Sukardi, 2000:31-36):

a. Asas alih tangan. Asas ini dimaksudkan untuk menghindari terjaddinya pemberian layanan yang tidak tepat. Konselor bukanlah tenaga yang serba bisa dan serba tahu, sehingga dalam pemberian layanan ia perlu membatasi diri sesuai dengan keahliannya. Bila ditemukan masalah-masalah klien tersebut di luar bidang keahliannya, maka konselor henddaknya segera

(11)

mengalihtangankan kepada ahli lain. Setiap masalah henddaknya ditangani oleh ahli yang berwenang untuk itu (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 79).

b. Asas keahlian. Layanan bimbingan dan konseling adalah profesional, oleh karena tu tidak mungkin dilakssanakan oleh orang-orang yang tidak dididik dan dilatih atau dipersiapkan untuk itu. Layanan konseling menuntut suatu ketrampilan khusus. Konselor harus benar-benar terlatih untuk itu, sehingga layanan tersebut benar-benar profesional (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 78). c. Asas kedinamisan. Arah layanan bimbingan dan konseling yaitu terwujudnya

perubahan dalam diri klien, yaitu perubahan tingkah laku ke arah yang lebih baik. Sesuai dengan sifat keunikan manusiamaka konselor harus memberikan layanan seirama dengan perubahan-perubahan yang ada pada diri klien. Perubahan itu tidak hanya sekadar berupa pengulangan-pengulangan yang bersifat monoton, melainkan perubahan menuju pada suatu kemajuan (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 78).

d. Asas kegiatan. Usaha layanan bimbingan dan konseling akan dapat berlangsunng baik, bilamana klien mau melaksanakan sendiri kegiatan yang telah dibahas dalam layanan itu. Oleh karena itu, konselor hendaknya mampu memotivasi klien untuk melaksanakan semua saran yang telah disampaikannya. Keberhasilan layanan bimbingan dan konseling tidklah terwujud dengan sendirinya, tetapi harus diusahakan oleh klien itu sendiri (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 77).

e. Asas kekinian. Pemecahan masalah dalam kegiatan konseling seharusnya berfokus pada masalah-masalah yang dialami oleh klien saat ini. Apa yang

(12)

dirasakan dan dipikirkan pada saat konsultasi, itulah yang menjadi pusat perhatian dalam mencarikan pemecahannya. Konselor jangan terperangkap dalam pembicaraan tetang masalah-masalah yang tidak lagi menjadi persoalan bagi klien. Bila hal ini terjadi, maka kegiatan layanan tersebut tidak akan memecahkan persoalan yang sedang dihadapi oleh klien. Misalnya: Klien mengeluh bahwa prestasi belajarnya rendah. Pembicaraan hendaknya berorientasi padda masalah-masalah yang berkaitan dengan rendahnya prestasi belajar tersebut, dan bukan hal-hal lain yang tidak ada lagi kaitannya dengan masalah tersebut (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 77).

f. Asas kenormatifan. Maksud dari asas ini adalah usaha layanan bimbingan dan konseling yang dilakukan itu hendaknya tidak bertentangan dengan norma-norma yang berlaku, sehingga tidak terjadi penolakan dari individu yang dibimbing. Baik penolakan dalam prosesnya maupun saran-saran atau keputusan yang dibahas dalam konseling (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 78). g. Asas kerahasiaan. Asas kerahasiaan merupakan asas kunci dalam usaha BK,

dan harus benar-benar dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab (Mugiarso, 2004:24). Asas ini mempunyai makna yang sangat penting dalam layanan bimbingan dan konseling. Mungkin tidak terlalu berlebihan bilmana asas ini disebut dengan asas kunci dalam pemberian layanan tersebut. Sebagian keberhasilan layanan bimbingan banyak ditentukan oleh asas ini, sebab klien akan mau membukakan keadaan dirinya sampai masalah-masalah yang sangat pribadi, apabila ia yakin bahwa konselor dapat menyimpan rahasianya. Dengan adanya keterbukaan dari klien akan memberikan

(13)

kemudahan-kemudahan bagi konselor menemukan sumber penyebab timbulnya masalah, yang selanjutnya dapat mempermudah pula mencari atau mendapatkan jalan pemecahan masalah yang dihadapi oleh klien tersebut (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 76).

h. Asas kesukarelaan. Konselor mempunyai peran utama dalam mewujudkan asas kesukarelaan ini. Konselor harus mampu mencerminkan asas ini dalam menerima kehadiran klien. Bilaman konselor tidak siap menerima kehadiran klien karena satu hal dan hal lain, seperti tidak cukupnya waktu untuk berkonsultasi yang disebabkan ada acara lain; badan atau perasaan tidak enak; sedang punya masalah yang agak serius, dan sebagainya. Kondisi konselor yang demikian dapat menyebabkan asas kesukarelaan ini tidak terwujud., kalau mereka paksakan untuk melakukan konsultasi. Sebaliknya, bila klien tidak mau dengan sukarela mengemukakakn permasalahannya, maka konsultasi itu tidak mngkin berlangsung secara efektif. Hal ini bisa terjadi mungkin disebabkan oleh kesan klien yang kurang baik terhadap koselornya, sehinngga masalah-masalah yang dihadap enggan disampaikan kepada konselor (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 76-77).

i. Asas Keterbukaan. Konselor harus berusaha untuk menciptakan suasana keterbukaan daam membahas masalah yang dialami klien. Klien terbuka menyampaikan perasaan, pikiran, dan keinginannya yang diperkirakan sebagai sumber timbulnya permasalahan. Klien merasa bebas mengutarakan permasalahannya, dan konselor pun dapat menerimanya dengan baik. Konselor juga terbuka dalam memberikan tanggapan terhadap hal-hal yang

(14)

dikemukakan oleh klien. Namun demikian, suasana keterbukaan ini sulit terwujud bilamana asas kerahasiaan tidak dapat terlaksanakan dengan baik. Oleh karena itu, asas kerahasiaan akan sangat mendukug terciptanya keterbukaan klien dalam menyampaikan persoalannya (Soetjipto dan Kosasi, 2009: 76).

j. Asas keterpaduan. Kepribadian klien merupaka suatu kesatuan dari berbagai macam aspek. Dalam pemberian layanan kepada klien, hendaknya selalu diperhatikan aspek-aspek kepribadian klien yang diarahkan untuk mencapai keharmonisan atau keterpaduan. Bila tidak terwujud keterpaduan aspek-aspek ini justru akan menimbulkan masalah baru. Di samping keterpaduann layanan yang diberikan, konselor juga harus memperhatikan keterpaduan isi dan proses layanan yang diberikan, jangan sampai terjadi timbulnya ketidakserasian atau pertentangan dengan aspek layanan lainnya (Soetjipto dan Kosasi, 2009:78).

k. Asas tut wuri handayani. Setelah klien mendapatkan layanan, klien merasakan bahwa layanan tersebut tidak hanya pada saat klien mengemukakan persoalannya. Di luar layanan pun hendaknya makna bimbingan dan konseling tetap dapat dirasakan, sehingga tercipta hubungan yang harmonis antara konselor dan kliennya. Klien hendaknya merasa terbantu dan merasa aman atas pemberian layanan itu. Dalam pemecahan masalah, konselor jangan dijadikan alat oleh klien tetapi klien sendirilah yang harus membuat keputusan. Konselor sewaktu-waktu siap membantunya bila dalam

(15)

pelaksanaannya, klien mengalami masalah atau benturan-benturan lagi (Soetjipto dan Kosasi, 2009:79).

l. Asas-asas bimbingan dan konseling di atas merupakan pedoman bagi para guru bimbingan dan konseling, termasuk para guru pada umumnya yang membantu pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah.

C. Rangkuman

Ada beberapa fungsi dalam bimbingan dan konseling di sekolah, yaitu: fungsi pemahaman, fungsi pencegahan, fungsi pengentasan, fungsi pemeliharaan, dan fungsi advokasi. Tujuan bimbingan dan konseling secara umum adalah untuk membantu suswa agar siswa mampu mengatsi masalahnya sendiri dengan cara mengemangkan potensinya, menentukan pilihan tindakan, dan bertindak sesuai pilihannya sehingga ia atau mereka dapat mencapai tujuan belajar dan tujuan hidup yang dicita-citakannya. Ada beberapa asas dalam bimbingan dan konseling, yaitu: asas alih tangan, asas keahlian, asas kedinamisan, asas kegiatan, kekinian, asas kenormatifan, asas kerahasiaan, asas kesukarelaan, asas keterbukaan, asas keterpaduan, dan asas tut wuri handayani.

D. Pertanyaan

1. Jelaskan fugsi-fungsi bimbingan dan konseling di sekolah, dan berikan contoh jika perlu!

2. Dari beberapa fungsi bimbingan dan konseling di atas, fungsi mana yang menururut Anda paling penting? Kemukakan alasannya!

(16)

4. Menurut Anda, apa manfaat yang dapat diperoleh oleh siswa dengan adanya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

5. Menururt Anda, apakah layanan bimbingan dan konseling di sekolah diperlukan? Kemukakan alasan Anda!

Referensi

Dokumen terkait

Sebelum aba-aba start, para perenang harus berjajar di dalam air menghadap dinding tempat start, dengan tangan berpegangan pada pegangan start. Pada isyarat start dan setelah

Mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan hasil

Struktur vegetasi jenis pohon pada kawasan Kampung Sewan Distrik Sarmi Kabupaten Sarmi berdasarkan nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dominansi relatif (DR)

(2) Sebaiknya pihak perusahaan (dalam hal ini PT. Pancawira Mustika) mempertahankan kondisi proses produksi yang telah efektif, ruang gerak yang memadai, keseimbangan kapasitas

Dulunya internet dikenal sebagai wadah bagi para peneliti untuk saling bertukar informasi yang kemudian di manfaatkan oleh perusahaan komersil sebagai sarana bisnis mereka, dan

xv Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1985 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1969 Tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyarakatan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat

Pembanding 10 ton jerami dengan 5 ton pupuk kandang ayam per hektar yang diberi 0.4 pupuk kandang per hektar per hektar yang dicairkan sebagai dekomposer berpotensi

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Menteri tersebut di atas, Limbah Non B3 yang dapat diimpor hanya berupa Sisa, Skrap atau Reja yang digunakan untuk bahan baku