• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DALAM MEMBERDAYAKAN EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN PINRANG (Studi Kasus Koperasi Simpan Pinjam Al-Azhar) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DALAM MEMBERDAYAKAN EKONOMI MASYARAKAT DI KABUPATEN PINRANG (Studi Kasus Koperasi Simpan Pinjam Al-Azhar) SKRIPSI"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

MAYASARI. S

NIM 105710213615

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

(2)

ii

PERAN KOPERASI SIMPAN PINJAM DALAM

MEMBERDAYAKAN EKONOMI MASYARAKAT

DI KABUPATEN PINRANG

(Studi Kasus Koperasi Simpan Pinjam Al-Azhar)

SKRIPSI

Oleh

MAYASARI. S

NIM 105710213615

Di ajukan untuk Memenuhi salah satu syarat Penelitian pada Program

Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

MAKASSAR

(3)

iii

PERSEMBAHAN

Dengan Rahmat Allah yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang dan

Dengan Penuh Kerendahan Hati dan Rasa Syukur Kepada Allah, Saya

Persembahkan Skripsi Ini Kepada: Kedua Orangtuaku Yang Tercinta

Sahabatku, Kerabat dan Kawan-Kawan EP15A.

MOTTO HIDUP

“Manfaatkanlah Waktu Sebaik Mungkin”

Tak jarang pula banyak diantara manusia yang tidak mengerti arti sebuah

waktu. Sehingga mereka bersantai-santai di dalamnya dan tidak

memanfaatkannya dengan baik, padahal Nabi telah bersabda. “Waktu

bagaikan pedang. Jika engkau tidak memanfaatkannya dengan baik

(untuk memotong), maka ia akan memanfaatkanmu (dipotong).”

(4)

iv

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin No. 259 Makassar Gedung Iqra Lt. 7 Telp (0411) 866972 Makassar

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Penelitian :”Peran Koperasi Simpan Pinjam dalam Member- dayakan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Pinrang (Studi Kasus Koperasi Simpan Pinjam Al-Azhar) Nama Mahasiswa : Mayasari S.

No. Stambuk/NIM : 105710213615

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar Telah diujikan dan di seminarkan pada tanggal Oktober 2019

Makassar, Oktober 2019

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Hj. Arniati, S.E., M. Si. Samsul Rizal, S.E., M.M.

NIDN : 0907037104 NIDN : 0907028401

Mengetahui,

Ketua Program Studi,

Hj. Naidah, S.E., M.Si. NBM : 710 561

(5)
(6)
(7)

viii

KATA PENGANTAR

Assalamu‟alaikum Warohmatulloh Wabarokatuh

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah Subhanahu

Wa Ta‟ala atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan

kepada hamba-Nya. Shalawat dan salam tak lupa penulis curahkan

kepada Rasulullah Shallallahu‟alaih Wa Sallam beserta para keluarga,

sahabat dan para pengikutnya. Merupakan nikmat yang tiada ternilai

manakala penulisan skripsi yang berjudul “Peran Koperasi Simpan Pinjam

Dalam Memberdayakan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Pinrang (Studi

Kasus Koperasi Simpan Pinjam Al-Azhar)”.

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan Program Sarjana (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa dan terutama saya sampaikan ucapan terima kasih

kepada kedua orang tua penulis bapak Sirajuddin dan Ibu Hernani. Yang

senantiasa memberi harapan, semangat, perhatian, kasih sayang dan

do‟a tulus tak pamrih. Dan kepada saudara-saudaraku tercinta yang

senantiasa mendukung dan memberikan semangat hingga akhir studi ini.

Dan seluruh keluarga besar atas segala pengorbanan, dukungan dan do‟a

restu yang telah diberikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut

ilmu. Semoga apa yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi

ibadah dan cahaya penerang kehidupan dunia dan akhirat. Aamiin

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud

tanpa adanya bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Begitu pula

penghargaan

yang

setinggi-tingginya dan terima kasih banyak

disampaikan dengan hormat kepada :

(8)

ix

1. Bapak Prof Dr. H. Abd. Rahman Rahim, S.E., MM., Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, S.E., MM, Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Ibu Hj. Naidah, S.E, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ekonomi

Pembangunan Universitas Muhammadiyah Makassar.

4. Ibu Dr. Hj. Arniati, S.E., MM, selaku Pembimbing I yang senantiasa

meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan saya,

sehingga Skripsi selesai dengan baik.

5. Bapak Samsul Rizal, S.E., MM, selaku Pembimbing II yang telah

berkenan membantu selama dalam penyusunan skripsi hingga ujian

skripsi.

6. Bapak/ibu dan asisten dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah banyak meluangkan

ilmunya kepada saya selama mengikuti kuliah.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

8. Kepada rekan-rekan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Program Studi Ekonomi Pembangunan khususnya EP angkatan 2015

yang selalu belajar bersama yang tidak sedikit bantuannya dan

dorongan dalam aktivitas studi penulis.

9. Terima kasih teruntuk semua kerabat yang tidak bisa saya tulis satu

persatu yang telah memberikan semangat, kesabaran, motivasi, dan

dukungannya sehingga penulis dapat merampungkan penulisan

Skripsi ini.

Akhirnya, sungguh penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini masih

sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kepada semua pihak

utamanya

para

pembaca

yang

budiman,

penulis

senantiasa

mengharapkan saran dan kritiknya demi kesempurnaan Skripsi ini.

(9)

x

Mudah-mudahan Skripsi yang sederha ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak utamanya kepada Almamater Kampus Biru Universitas

Muhammadiyah Makassar.

Billahi fii Sabilil Haq, Fastabiqul Khairat, Wassalamu‟alaikum Wr.Wb

Makassar, 25 Desember 2019

(10)

xi

ABSTRAK

MAYASARI. S, 2019, Peran Koperasi Simpan Pinjam Dalam Memberdayakan

Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Pinrang (Studi Kasus Koperasi Simpan Pinjam Al-Azhar), Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I oleh Ibu Hj. Arniati, dan Pembimbing II oleh bapak Samsul Rizal.

Penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peran koperasi simpan pinjam dalam memberdayakan ekonomi masyarakat di Kabupaten Pinrang (studi kasus koperasi simpan pinjam Al-Azhar). Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian diperoleh peneliti yaitu bahwa peran koperasi simpan pinjam Al-Azhar di Kabupaten Pinrang memiliki peran yang sangat penting dalam memberdayakan ekonomi masyarakat setempat yang perekonomiannya bisa di bilang di bawah rata-rata.

(11)

xii

ABSTRACT

MAYASARI. S, 2019, the role of savings and loan cooperatives in empowering the economy of the people in the Pinrang district (case study of the Al-Azhar savings and credit cooperative), Thesis of the Economics development study program at the faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar. Guide by supervisor I by Ms. Hj. Arniati and mentor II by Samsul Rizal. This research is to find out how the role of savings and loan cooperatives in empowering the economy of the community in Pinrang district (case study of the Al-Azhar saving and loan cooperative). This type of research used in this research is descriptive qualitative research.

The research results obtained by researchers namely the role of the Al- Azhar savings and loan cooperative in Pinrang district has a very important role in empowering the economy of the local community whose economy is an arguably below average.

(12)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ...

i

HALAMAN JUDUL ...

ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...

iii

HALAMAN PERSETUJUAN ...

iv

HALAMAN PENGESAHAN ...

v

KATA PENGANTAR ...

vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA ...

viii

ABSTRACT ...

ix

DAFTAR ISI ...

x

DAFTAR TABEL ...

xi

DAFTAR GAMBAR ...

xii

DAFTAR LAMPIRAN ...

xiii

BAB I

PENDAHULUAN ...

1

A. Latar Belakang ...

1

B. Rumusan Masalah ...

4

C. Tujuan Penelitian ...

4

D. Manfaat Penelitian ...

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ...

6

A. Koperasi Indonesia ...

6

B. Koperasi Simpan Pinjam ...

19

C. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat ...

24

D. Kesejahteraan Masyarakat ...

26

E. Tinjauan Empiris ...

29

F. Kerangka Konsep ...

31

BAB III

METODE PENELITIAN ...

32

A. Jenis Penelitian ...

32

(13)

xiv

C. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian ...

32

D. Sumber Data ...

33

E. Pengumpulan Data ...

33

F. Instrument Penelitian ...

34

G. Teknis Analisis ...

34

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

36

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ...

36

B. Peran Koperasi Simpan Pinjam dalam Memberda-

yakan Ekonomi Masyarakat di Kabupaten Pinrang

42

C. Pembahasan ...

46

BAB V

PENUTUP ...

49

A. Kesimpulan ...

49

B. Saran ...

49

DAFTAR PUSTAKA ...

51

DAFTAR LAMPIRAN ...

(14)

xv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Empiris 1

Tabel 2.2 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Pinrang 2 Tabel 2.3 Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten

Pinrang pada tahun 2017 3

Tabel 2.4 Perkembangan Jumlah Anggota Koperasi Simpan Pinjam

(15)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Bentuk Struktur Organisasi Koperasi 1

(16)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Kusioner Penelitian ... 2. Dokumentasi Kegiatan Penelitian... 3. Surat Balasan Penelitian ...

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia merupakan Negara Berkembang dimana sebagian besar penduduk hidup dipedesaan apabila pembangunan nasioanal yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat maka daerah pedesaan diprioritaskan sebagai bidang garapan pembangunan. Pada saat ini dapat didentifikasikan pada kenyataan banyak masyarakat yang tinggal didaerah sangat akrab dengan kemiskinan. Bagian dari sektor pembangunan yang diadakan atau ditingkatkan adalah pembangunan pada sektor perekonomian yang akan berpengaruh besar terhadap kemajuan Negara dan masyarakat Indonesia karena pada terwujudnya perekonomian nasional yang mandiri berdasarkan demokrasi ekonomi. Salah satu bentuk pembangunan ekonomi yaitu dengan adanya koperasi. Koperasi Mengandung makna kerjasama.

Bentuk kerjasama yang mengandung aspek ekonomis dan sosial serta merupakan kerjasama untuk saling tolong menolong terutama pada diri sendiri dengan cara bersama sama yang dilandasi oleh rasa kekeluargaan. Koperasi (coorperative) bersumber dari kata co-operation yang artinya kerjasama. Dan ada juga yang mengartikan koperasi dalam makna lain. Seperti yang dikatakan oleh Arifin Sitio dan Holoman Tamba dalam bukunya ”Koperasi Teori dan Praktik” yang menyatakan bahwa Enriques memberikan pengertian koperasi yaitu menolong satu sama lain atau saling bergandeng tangan.

Pelaksanaan demokrasi ekonomi koperasi harus dikembangkan dan ditingkatkan kemampuannya serta dibina dan dikelola secara efisien, karena koperasi merupakan wadah perekonomian yang sesuai dan sangat penting

(18)

2

dalam mengembangkan potensi ekonomi rakyat dalam mewujudkan kehidupan ekonomi yang berdirikan demokratis, prinsip pada demokrasi menegakkan bahwa pengelolaan koperasi dilakukan dengan cara demokratis, tidak otoriter, dimana kekuasaan tinggi koperasi ada pada anggota dan setiap anggota mempunyai suara dalam menentukan keputusan.

Koperasi simpan pinjam merupakan salah satu jenis koperasi yang kegiatannya menghimpun dana dari para anggota dan kemudian menyalurkan kembali dana kepada masyarakat umum. Untuk menjalankan kegiatan koperasi simpan pinjam dan memungut sejumlah uang dari setiap anggota koperasi. Uang yang dikumpulkan para anggota tersebut dijadikan modal untuk dikelola oleh pengurus koperasi untuk dipinjamkan kembali kepada anggota yang membutuhkan.

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Al-Azhar merupakan salah satu koperasi simpan pinjam yang ada di Kabupaten Pinrang, koperasi ini memiliki tujuan untuk bisa membantu perekonomian masyarakat yang ada di kabupaten pinrang. Sebelum adanya koperasi, sebagian besar mata pencaharian masyarakat Kabupaten Pinrang adalah Bertani dan berdagang. Oleh sebab itu, dengan adanya Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Al-Azhar sedikit banyak membantu masyarakat dalam mendirikan sebuah usaha. Masyarakat bisa mengajukan pinjaman modal ke Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Al-Azhar untuk membuat suatu usaha, dari usaha ini jika berkembang dengan baik maka usaha yang telah didirikan oleh masyarakat bisa menciptakan lapangan kerja melalui bagi masyarakat yang lain. Salah satu contoh yang bisa dilakukan adalah membuat usaha industri rumahan. Usaha yang dikelolah dengan baik dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sehingga perekonomian masyarakat bisa berkembang.

(19)

Melihat hal tersebut, upaya yang dilakukan oleh koperasi untuk memberdayakan ekonomi serta melawan praktik rentenir yang dilarang dalam ekonomi islam. Koperasi simpan pinjam semakin lama semakin penting untuk melawan perubahan dalam stuktur ekonomi. Secara makro dapat dilihat koperasi simpan pinjam (KSP) semakin memasyarakat dan berlembaga dalam perekonomian dan meningkatnya manfaat koperasi bagi masyarakat dan lingkungan, meningkatkan produksi, pendapatan dan kesejahteraan akibat adanya koperasi simpan pinjam.

Koperasi simpan pinjam (KSP) Al-Azhar memiliki peran memberdayakan segenap lapisan masyarakat sehingga mengatasi kemiskinan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Koperasi simpan pinjam juga memiliki kegiatan utama yaitu menyediakan jasa penyimpanan dan pinjam dana kepada anggota koperasi. Dalam menjalankan proses bisnis yang terjadi atas proses pengolahan data, proses simpanan, proses pinjaman dan proses angsuran. Proses ini dapat dilihat dari sistem dan prosedur yang untuk mengarahkan bagi data agar dapat diolah menjadi suatu informasi yang berguna untuk penggunanya. Tanpa adanya sistem dan prosedur jelas ini akan mengakibatkan terjadinya kekacauan informasi yang berdampak pada kegiatan operasional baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Pada proses pinjam setiap coordinator simpan pinjam harus mengajukan untuk mengetahui anggota yang mengajukan pinjaman kemudian dipertimbangkan dalam rapat pengurus dan anggota yang disetujui permohonan pinjamannya akan dihubungi oleh pengurus koperasi untuk melakukan pencairan dana.

Koperasi juga memiliki system operating and procedure (SOP) digunakan untuk memberikan pedoman bagi pengelola untuk mengelola kelembagaan,

(20)

4

usaha, dan keuangan koperasi. SOP dijalankan oleh pengurus dan bertanggung jawab atas segala kegiatan koperasi sedangkan pengawas bertugas melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi.

Pemilihan koperasi ini dikarenakan masyarakat daerah sekitar yang memiliki kondisi ekonomi yang kurang. Mayoritas pekerjaan masyarakat disana adalah bertani dan berdagang. Dengan adanya koperasi simpan pinjam ini, masyarakat disana bisa mengajukan pinjaman dan membuka suatu usaha sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka dari hasil usaha tersebut. Koperasi ini sangat membantu bagi masyarakat yang ingin membangun usaha dirumahnya seperti jual makanan campuran dan lainnya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan suatu rumusan masalah yaitu bagaimana Peranan Koperasi Simpan Pinjam Al-Azhar dalam memberdayakan ekonomi masyarakat di Kabupaten Pinrang ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan tingkat kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Pinrang yang menjadi anggota koperasi simpan pinjam (KSP) Al-Azhar?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian adalah untuk: 1. Manfaat Akademis

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu bagi aktivitas akademik pendidikan khususnya tentang koperasi. Selain itu, sebagai

(21)

tambahan informasi dan bahan pembandingan bagi penelitian lain yang juga meneliti tentang perekoperasian. Selain itu, sebagai tambahan informasi dan bahan perbandingan bagi penelliti lain yang meneliti tentang pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui koperasi.

2. Bagi KSP Al-Azhar

Memberikan saran dan masukan bagi KSP Al-Azhar khususnya dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.

3. Bagi Masyarakat

Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi yang lengkap mengenai koperasi, sehinnga diharapkan masyarakat akan lebih sejahterah dengan adanya program peran koperasi simpan pinjam dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.

(22)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Koperasi Indonesia

1. Pengertian Koperasi

Koperasi adalah suatu badan usaha (organisasi ekonomi) yang memiliki dan dioprasikan oleh para anggotanya untuk memenuhi kepentingan bersama dibidang ekonomi. Ada juga yang mengatakan pengertian Koperasi adalah suatu badan hukum yang dibentuk atas asas kekeluargaan dimana tujuannya adalah untuk mensejahterakan para anggotanya. Dalam hal ini, koperasi dibentuk dimana kegiatannya berdasarkan prinsip gerakan ekonomi kerakyatan. Koperasi dapat didirikan secara perorangan atau badan hukum koperasi. Badan usaha ini mengumpulkan dana dari para anggotanya sebagi modal usaha dan kebutuhan dibidang ekonomi.

Secara etimologi Istilah “Koperasi” berasal dari kata “co-operation” dan juga berasal dari dua suku kata bahasa inggris, yaitu „co‟ dan „operation‟. Co berarti bersama, dan operation berarti bekerja. Sehingga dapat diartikan co-operation (koperasi) adalah melakukan pekerjaan secara bersama. Jadi, setiap anggota memiliki tugas dan tanggung jawab dalam operasional koperasi serta memiliki hak suara yang sama dalam pengambilan keputusan.

Definisi Koperasi menurut ILO (International Labour Organization) adalah Koperasi merupakan perkumpulan orang-orang, Penggabungan orang-orang berdasarkan kesukarelaan, Terdapat tujuan ekonomi yang ingin dicapai, Koperasi berbentuk organisasi bisnis yang diawasi dan dikendalikan

(23)

secara demokratis, Terdapat kontribusi yang adil terhadap modal yang dibutuhkan, Anggota koperasi menerima resiko dan manfaat secara seimbang.

Menurut Masjfuk Zuhdi, yang dimaksud dengan koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum yang bekerjasama dengan penuh kesadaran untuk meningkatkan kesejahteraan anggota atas dasar sukarela secara kekeluargaan.

2. Fungsi, Tujuan dan Peran Koperasi

Fungsi koperasi yang utama adalah mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota dan masyarakat yang berupaya untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia, memperkokoh perekonomian nasional serta mengembangkan perekonomian, serta mengembangkan kreativitas dan jiwa beroganisasi, sebagai alat perjuangan ekonomi untuk mempertinggi kesejahteraan rakyat, alat pendemokrasian nasional, sebagai salah satu urat nadi perekenomian bangsa Indonesia serta bersatu dalam mengatur tata laksana perekonomian masyarakat.

Pasal (3) UU No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, tentang tujuan koperasi Indonesia seperti berikut:

“Memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945”.

(24)

8

Sedangkan di dalam pasal (4) UU No. 25 Tahun 1992, diuraikan fungsi dan peran koperasi Indonesia seperti berikut:

a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.

b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakatan.

c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi.

d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

Didalam demokrasi ekonomi berdasar pancasila harus dihindarkan timbulnya cirri-ciri negatif berikut:

a. System free fight liberalism, yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia dan bangsa lain yang dlam sejarahnya di Indonesia telah menimbulkan dan menempatkan kelemahan structural posisi Indonesia dalam ekonomi dunia.

b. Sistem etatisme, yaitu Negara berserta aparatur ekonominya bersifat dominant serta mendeasak dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor Negara.

c. Pemusatan kekuatan ekonomi pada satu kelompok dalm bentuk monopoli yang merugikan masyarakat.

Adapun gambaran dari peran dalam menciptakan demokrasi ekonomi, dapat dilihat dalam liku-liku yang ada pada segala kegiatan usaha koperasi. Koperasi dalam melaksanakan kegiatan usahanya, mnciptakan kebijaksanaan-kebijaksanaan tertentu bukan atas kehendak/kemauan pengurus belaka, tetapi berdasakan kehendak dan keinginan dari para anggotanya. Kehendak serta keinginan para anggota kopeasi ini diputus dalam sauatu apar anggota, yang menetapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan harus dilaksanakan oleh koperasi melalui pengurusnya. Kegiatan sepeti ini mencerminkan ciri demokrasi ekonomi dalam koperasi.

(25)

3. Landasan-Landasan Koperasi

Penerapan koperasi harus memiliki pedoman dalam menentukan arah kebijakan yang lebih membawa manfaat untuk para anggota koperasi, selain itu dalam pelaksanaan kegiatan koperasi harus sesuai dengan landasan-landasan koperasi Indonesia.

Berikut landasan-landasan struktur koperasi di Indonesia, yaitu: a. Landasan Idiil

Pancasila merupakan landasan idiil koperasi. Bercermin pada penerapan Pancasila sebagai dasar negara yang memberikan pedoman dan sumber hukum sehingga memberikan manfaat untuk banyak golongan. Koperasi menjadikan hal tersebut sebagai dasar untuk menerapkan semua kegiatan koperasi agar sesuai dengan nilai-nilai dalam sila-sila Pancasila, yang tujuannya sesuai dengan tujuan dalam undang-undang yaitu terwujudnya kesejahteraan sosial.

b. Landasan Konstitusional

Landasan konstitusional atau sering disebut dengan landasan struktural dalam koperasi Indonesia adalah UUD (Undang-Undang Dasar) 1945. Secara detail landasan ini tertuang dalam Pasal 33 ayat 1 yang menegaskan bahwa “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Sekilas memang tidak dinyatakan dengan jelas jika koperasi merupakan bagian dari salah satu penopang dalam struktural perekonomian Indonesia.

Jika kita melihat pasal 33 tersebut dengan lebih teliti, disana menyebutkan “asas kekeluargaan”. Asas ini erat kaitannya dengan keberadaan koperasi hingga saat ini, karena asas kekeluargaan

(26)

10

merupakan asas koperasi Indonesia. Dengan adanya persamaan asas yang selaras inilah, menjadikan UUD 1945 Pasal 33 ayat 1 sebagai landasan konstitusional koperasi.

c. Landasan Mental

Landasan mental koperasi indonesia adalah adanya sikap yang berdasarkan pada kesadaran pribadi dan kesetiakawanan. Dalam koperasi dua sifat ini saling berkaitan dan tidak bisa terpisah satu dengan yang lain, untuk menjaga kuatnya sistem koperasi harus ada rasa kesetiakawanan antar anggota koperasi. Demi mencapai kemajuan, perkembangan usaha, dan kesejahteraan anggota koperasi, tidak cukup hanya dengan menumbuhkan rasa kesetiakawanan saja akan tetapi sifat ini harus diikuti kesadaran diri untuk berkembang bersama-sama mewujudkan tujuan koperasi. Dua sifat ini merupakan identitas penting bagi koperasi, yang mana sudah menjadi tuntutan bagi semua anggota untuk menerapkan sifat ini dalam aktivitas koperasi.

d. Landasan Operasional

Landasan operasional didalamnya memuat dasar-dasar peraturan dan tata tertib yang wajib ditaati dan diikuti oleh semua anggota, baik itu pengurus, manager, badan pemeriksa dan karyawan koperasi lainnya, tujuannya adalah agar peraturan- peraturan ini dijadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas dan fungsi masing-masing anggota.

Terdapat 2 jenis dasar landasan operasional dalam menjalankan kegiatan koperasi, dimana dasar landasan ini merupakan hasil adanya

(27)

kesepakatan yang tertuang dalam Undang-Undang dan peraturan lainnya. Berikut ini merupakan peraturan yang menjadi landasan operasional koperasi,

1) UU No. 25 Tahun 1992, didalamnya berisi tentang Pokok- pokok Perkoperasian.

2) Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) Koperasi.

4. Perbedaan Koperasi dan Non-Koperasi

Koperasi usahanya di tujukkan kepada dua sektor adalah sektor interm (anggota) dan sektor ekstern (bukan anggota / umum), sedangkan bagi non koperasi aspek tersebut Cuma ditujukan untuk umum atau masyarakat saja.

a. Dilihat dari proses kegiantannya

Ditinjau dari proses kegiatan dalam usaha mencapai cita- citanya sebagai badan usaha, dapat dengan jelas terlihat perbedaan antara koperasi dan non koperasi tersebut. Dalam hubungan ini beberapa dimensi dapat digunakan sebagai variabel yang memperjelas perbedaan dimaksud yaitu antara lain:

1) Dimensi usaha

2) Dimensi ketatalaksanaan usaha 3) Dimensi dasar keyakinan usaha 4) Dimensi kemanfaatan usaha 5) Dimensi modal kerja

6) Dimensi pembagian sisa hasil usaha (surplus) 7) Dimensi sikap terhadap pasar

(28)

12

8) Dan Dimensi tujuan usaha b. Dilihat dari dimensi kekuasaan

1) Koperasi dilihat dari dimensi kekuasaan tertinggi dalam menentukan kebijaksanaan usaha, perbedaannya bahwa dalam koperasi adan ditangan para anggota melalui alat kelengkapan koperasi yang disebut rapatan anggota tahunan.

2) Non Koperasi, sedangkan dalam badan usaha non koperasi kekuasaan tersebut berada pada para pemegang saham. Disamping itu bekerjanya kekuasaan tersebut didalam koperasi didasarkan pada prinsip satu orang satu suara, sedangkan bagi no koperasi hal itu atas dasar besarnya jumlah modal (uang) yang diinvestasikan melalui saham- saham.

c. Dilihat dari dimensi usaha

Dari dimensi usaha dapat ditinjau perbedaannya yaitu:

1) Koperasi usahnya ditujukkan kepada dua sektor yakni sektor interm (anggota) dan sektor ekstern (bukan anggota/umum). 2) Sedangkan bagi non-koperasi aspek tersebut ditujukan untuk

umum atau masyarakat saja.

d. Dilihat dari dimensi ketatalaksanaan usaha

Perbedaan koperasi dan non koperasi dilihat dari dimensi ketatalaksanaan usaha, koperasi pada prinsipnya ialah (open management) keterbukaan manajemen. Sebaliknya pada non koperasi dimensi ketatalaksanaan usah ini ialah bersifat tertutup. Dari dimensi dasar keyakinan usaha, maka pada koperasi labih

(29)

mengutamakan pada kekuatan sendiri. Sedangkan non koperasi mendasarkan keyakinan usahnya pada kekuatan modal dan pasar. e. Dilihat dari dimensi kemanfaatan usaha

Bila dilihat dari dimensi kemanfaatan usaha maka perbedaannya bahwa bagi koperasi usahnya bermanfaat baik anggotanya dan juga masyarakat, sedangkan pada non koperasi kemanfaatan usaha tersebut tertuju kepada pemilik modal dan masyarakat. Apabila didasarkan pada modal usah maka koperasi mengutamakan perolehan modal usahanya dari simpanan para anggota. Sedangkan non koperasi akan memperoleh modal usahanya dari masyarakat yang membeli saham-sahamnya.

f. Dilihat dari keuntungan

Dalam pembahasan keuntungan maka dalam koperasi didasarkan pada banyaknya jasa anggota sedangkan pada badan usaha non koperasi berdasarkan pada modal yang disetorkan. Demikian pula bila dilihat dari dimensi sikap keduanya terhadap pasar, pada koperasi maka dijalin koordinasi antar koperasi, sedangkan pada usaha non koperasi sikapnya terhadap pas ialah persaingan yang murni.

g. Dilihat dari tujuan usaha

Terakhir perbedaan koperasi dan non koperasi ini juga jelas bila dilihat dari dimensi tujuan usaha yakni tujuan didirikannya koperasi ialah untuk memberikan pelayanan, sedangkan pada non koperasi tujuan usahnya ialah untuk mencari keuntungan yang sebesar-besarnya.

(30)

14

Pada prinsipnya, perbedaan koperasi dan non koperasi yang ditinjau dari beberapa dimensi seperti yang telah diuraikan diatas bisa dijadikan menjadi tolak ukur, apakah suatu badan usaha yang menemakan dirinya sebagai koperasi melaksanakannya secara konsisten atau tidak dalam kaitan ini. Menurut Charles Gide mengemukakan bahwa, koperasi harus setia pada dirinya dan tidak menyimpang menjadi bentuk lain dan untuk itu nilai- nilai yang dianutnya harus merupakan realitas hidup dalam kegiatan maupun tingkah laku orang-orang koperasi.

5. Struktur Organisasi Koperasi

Struktur adalah kata lain bagan atau susunan. Sedangkan istilah Organisasi berasal dari kata bahasa Yunani “Organon” yang maksudnya alat/perkakas. Dengan demikian Organisasi dapat diartikan “Suatu alat yang digunakan dalam rangka untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan”. Oleh sebab itu struktur organisasi dapat dijelaskan suatu susunan dari alat yang digunakan untuk rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

(31)

Bentuk Struktrur Organisasi Koperasi Gambar 2.1.

Keterangan: A = Anggota DP = Dewan Penasehat

RA = Rapat Anggota M = Manajer

BP = Badan Pemeriksa KB = Kepala Bagian

(32)

16

a. Anggota Koperasi

Keanggotaan Koperasi dapat terdiri dari : 1) Orang-orang

2) Badan-badan Hukum koperasi.

Sebagai buktinya, masing-masing harus tercatat didalam “buku daftar anggota” yang diselenggrakan oleh pengurus berdasarkan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pejabat. Keanggotaan ini berdasarkan kepada adanya persamaan kepentingan dalam usaha dengan alasan keanggotaan ini tidak boleh dipindahkan. Disamping itu kartu tanda anggotanya adalah berdasarkan pada “atas nama”, oleh karena itu tidak dapat diwakilkan kepada orang lain. Keanggotaan juga tidak dapat secara otomatis berpindah tangan kepada ahli waris kecuali bahwa boleh dipindahkan. Terdaftarnya badan hukum koperasi diatas maka padanya melekat beberapa kewajibandan hak baik yang diatur dalam perundang-undangan maupun dalam AD/ART.

b. Rapat Anggota

Rapat Anggota merupakan salah satu “alat perlengkapan organisasi” disamping Pengurus dan Badan Pemeriksa, juga merupakan kekusaan tertinggi dalam kehidupan koperasi dimana setiap anggota berhak atas satu suara. Keputusan Rapat Anggota sedapat mungkin diambil berdasarkan permusyawaratan, atau terkendali dengan istilah, musyawarah untuk mufakat. Namun bila tidak tercapai, diputuskan dengan suara banyak. Hubungan ini

(33)

terbuka kemungkinan pemungutan suara dalam masalah-masalah yang sulit dibenarkan. Pemungutan suara di atas dipraktikan „satu orang satu suara‟. Bila anggota koperasi berupa badan hukum dan koperasi tingkat atasnya, diterapkan system suara seimbang yang diatur dengan baik dalam AD, yaitu berdasarkan jumlah anggota yang ada dalam masing-masing koperasi yang menjadi anggota. Selain para anggota sendiri, yang menghadiri Rapat Anggota adalah termasuk alat pelengkap organisasi koperasi lainnya beserta para pejabat dan peninjau serta undangan lainnya. c. Badan Pemeriksaan

Setelah perlimpahan tugas, tanggung jawab dan wewenang dari RA, maka masing-masing penerima limpahan tersebut yang tak lain adalah pengurusan dan BP, segera pula menyusun rencana operasionalnya. Pengurus yang bertugas sebagai pelaksana operasional dibidang usaha, organisasi dan tugas yang bersifat memajukan koperasi.

Sebagai alat perlengkapan organisasi yang tidak kalah pentingnya dan berdiri sejajar dengan pengurus Badan Pemeriksa. Pentingnya keberadaan badan ini, ditujukkan dalam peraturan perundang-undangan perkoperasian yang berlaku yang mengatur semua aspek dalam kedudukannya (pada prinsipnya dapat disebut) sebagai Lembaga Pengawas. Umpamanya mulai Pasal 19, tentang alat perlengkapan koperasi, Pasal 27 tentang pemilihan anggotanya (ayat 1), tentang jabatan agar tidak overlapping (ayat 2), tentang persyaratan keanggotaanya dan masa jabatannya

(34)

18

(ayat 3), pasal 28 tentang tugas pasal 29 tentang wewenang dan pasal 30 tentang kerahasiaan laporannya. Semua pasal pasal tersebut diatur dalam Undang-undang No.12 Tahun 1967.

d. Pengurus

Sebagaimana telah diuraikan dimuka, pengurus koperasi dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota. Dalam praktiknya mungkin anggota yang berhak dipilih tidak selalu mempunyai keahlian serta kemampuan manajemen. Kondisi seperti ini membuka kemungkinan untuk menunjuk pengurus yang bukan anggota koperasi. Pengangkatan pengurus yang bukan berasal dari anggota sendiri seperti ini hanya bersifat temporer. Koperasi berkewajiban menyiapkan mendidik dan melatih calon pengurus yang berasal dari anggota koperasi.

e. Dewan Penasehat

Rapat Aggota dapat membentuk penasehat demi kepentingan koperasi pada umumnya. Pengurus pada khususnya. Untuk keperluan ini dapat diangkat Dewan Penasihat yang anggotanya berasal dari organisai koperasi sesuai dlengan keahliannya.Para anggota Dewan Penasehat ini tidak diberi gaji kecuali hanya berupa honorarium yang diusulkan pengurus dan disetujui Rapat Anggota. Di samping itu Dewan Penasehat juga tidak menerima hasil dari SHU dan tanpa hak suara baik dalam Rapat Anggota dan RAT. Tugas utama Dewan Penasehat (sehingga disebut sebagai Lembaga/Dewan Penasehat) adalah mengajukan

(35)

saran yang berguna bagi upaya pengurus mengatasi persoalan dalam kegiatan sehari-hari.

f. Manajer dan Karyawan Lainnya

Posisi peran pengurus dan manajer koperasi di Indonesia sangat strategis dan struktural. Hal ini sesuai dengan kewenangan yang dilimpahkan kepadanya oleh Top Manajemen Koperasi untuk menjalankan usaha, baik dimensi ideal maupun ekonomi koperasi. Dengan itu keterbatasannya, waktu, keahlian dan lain-lain serta kemajuan manajemen umumnya, pengurus dapat memberikan wewenangnya kepada manajer, khusus untuk menjalankan perusahaan (bidang ekonomi) koperasi. Dengan demikian karyawan-karyawan (termasuk manajer) koperasi ini merupakan tenaga professional dalam menjalankan kebijakan pengurus. Mereka diangkat dan diberhentikan dan bertanggung jawab kepada pengurus.

B. Koperasi Simpan Pinjam

1. Pengertian Koperasi Simpan Pinjam (KPS)

Koperasi Simpan Pinjam ( KSP) adalah lembaga keungan bukan bank yang berbentuk koperasi dengan kegiatan usaha menerima simpanan dan memberikan pinjaman uang kepada para anggotanya dengan bunga yang rendah.

Koperasi simpan pinjam atau biasa disebut koperasi kredit merupakan suatu bentuk koperasi yang berdiri sendiri dimana anggotanya adalah orang-orang atau badan-badan yang tergabung dalam koperasi

(36)

20

tersebut. Mereka yang tidak terdaftar sebagai anggota tidak bisa menyimpan atau meminjam uang dari Koperasi Simpan Pinjam (KSP).

Menurut Ninik Widiyanti & Sunindhia (2009) mengemukakan bahwa koperasi simpan pinjam yaitu suatu usaha yang bergerak dalam bidang pengumpulan modal dengan cara tabungan dan pinjaman dari anggotanya. Tujuan pengumpulan dana tersebut yaitu untuk memudahkan para anggotanya agar mendapatkan modal usaha yang pruduktif dan menambah kesejahteraan.

2. Modal Koperasi Simpan Pinjam

Sumber permodalan koperasi simpan pinjam berasal dari dua sumber, yaitu dari modal pinjaman dan dari modal sendiri. Modal pinjaman adalah modal yang dihimpun dari para anggota, koperasi lain, dan lembaga keuangan lain seperti Bank.

Modal sendiri adalah modal yang berasal dari para anggota koperasi, yaitu berupa simpanan wajib, simpanan pokok, simpanan sukarela, dan hibah.

Secara ringkas, berikut adalah beberapa sumber modal koperasi : a. Simpanan Pokok, yaitu simpanan wajib sejumlah uang yang harus

dibayar oleh para anggota saat pertamakali bergabung menjadi anggota koperasi dan tidak dapat diambil kembali selama menjadi anggota. Besar simpanan pokok masing-masing anggota nilainya sama.

b. Simpanan Wajib, yaitu simpanan wajib sejumlah uang yang harus diserahkan para anggota koperasi setiap periode waktu tertentu dan dengan nominal tertentu.

(37)

c. Simpanan bebas/sukarela, yaitu simpanan yang diberikan para anggota koperasi secara sukarela dan bisa diambil kembali kapan saja.

d. Hibah/Donasi, yaitu uang atau barang modal yang memiliki nilai yang diterima dari pihak pemberi dan sifatnya tidak mengikat.

3. Fungsi Koperasi Simpan Pinjam

Pada pelaksanaannya koperasi ini memiliki beberapa peranan dan fungsi yang sangat penting bagi para anggotanya. Berikut ini adalah fungsi koperasi simpan pinjam terhadap anggotanya:

a. Peran dan Fungsi Simpanan

1) Uang yang disimpan lebih aman, terjamin, dan produktif.

2) Uang simpanan di koperasi bisa menjadi investasi untuk masa tua karena besarnya akan terus bertambah.

3) Semua uang simpanan di koperasi dapat diambil seluruhnya jika ingin berhenti menjadi anggota.

4) keinginan untuk menabung uang kepada para anggota.

4. Keanggotaan Koperasi

Konteks Koperasi Menurut UU. 25 Tahun 1992. Anggota dan keanggotaan koperasi simpan pinjam menjadi isu sentral dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pada Koperasi Simpan Pinjam/usaha simpan pinjam (KSP/USP). Isu ini pada mulanya berkembang menjadi konteks permasalahan yang cukup kompleks oleh karena perkembangannya kegiatan usaha koperasi pada dasarnya adalah anggota koperasi itu sendiri. Landasan Yuridis penyelenggaraan KSP menjadi titik tolak utama, apakah KSP tersebut memiliki prinsip prinsip yang selaras dengan UU No. 25

(38)

22

Tahun 1992 tentang koperasi. Dasar hukum tersebut juga sangat penting untuk melihat eksitensi anggota KSP, serta dampak kegiatan usaha KSP kepada mereka. Untuk itu dalam PP No. 9 Tahun 1999 yang mengatur mengenai keanggotaan KSP perlu untuk dicermati bagaimana konsitensisnya terhadap prinsip dasar koperasi menurut UU No. 25 Tahun 1992.

a. Anggota Koperasi dan Anggota KSP

UU No. 25 Tahun 1992 diatur mengenai keanggotaan didalam koperasi. Adapun yang dimaksud dengan anggota koperasi adalah pemilik dan sekaligus pengguna jasa koperasi (pasal 17 ayat 1), dengan ketentuaan bahwa mereka adalah setiap warga Negara yang Indonesia yang mampu melakukan tindakan hukum atau koperasi yang memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Pasal 18 ayat 2.

Sementara itu, didalam PP No. 9 Tahun 1995, tidak diatur secara terperinci dan lebih detail mengenai siapa yang dimaksud sebagai anggota koperasi simpan pinjam secara khusus. Hal ini sebagai bentuk keterikatan PP dengan UU Koperasi, sehingga secara keanggotaan KSP adalah sebagaimana yang diatur dalam UU Koperasi. Akan tetapi yang perlu dicermati adalah apakah memang benar bahwa keanggotaan koperasi yang dimaksud oleh PP adalah sejalan dengan UU Koperasi. Problematika ini dapat dilihat dalam Pasal 18 ayat (1) PP tersebut menyatakan bahwa kegiatan usaha simpan pinjam dilaksanakan dari dan untuk anggota, calon anggota koperasi yang bersangkutan, koperasi lain dan anggotanya. Didalam

(39)

pasal ini kemudian dikenal adanya anggota dan calon anggota koperasi simpan pinjam. Didalam penjelasan Pasal 18 ayat (1) tersebut diterangkan bahwa yang dimaksud calon anggota adalah orang yang telah melunasi simpanan pokok kepada koperasinya, tetapi secara formal belum sepenuhnya melengkapi persyaratan administratif, antara lain belum menandatangani Buku Daftar Anggota.

Pasal 18 ayat 2 kemudian mengharuskan bahwa calon anggota yang telah membayar penuh simpanan pokok, maksimal 3 bulan setelahnya harus diangkat menjadi anggota.

b. Anggota dalam Kegiatan Usaha KSP

Berkaitan dengan kegiatan usaha, yang kemudian menjadi pernyataan adalah calon anggota memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan yang sudah menjadi anggota. Pasal 20 UU No. 25 Tahun 1992 ditentukan bahwa anggota memiliki hak dan kewajibannya, kewajiban anggota salah satunya adalah turut berpatisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi. Disisi yang lain anggota berhak untuk memanfaatkan koperasi dan mendapatkan pelayanan yang sama antara sesama anggota. Lain halnya pada ketentuaan tentang kegiatan usaha didalam PP No.9 Tahun 1995 yang memunculkan istilah calon yang belum memiliki kejelasan soal hak anggota dan tanggung jawab apakah sama dengan anggota koperasi atau tidak. Kegiatan pokok KSP adalah simpan pinjam, yang melibatkan anggota, calon anggota, koperasi lain dan anggota koperasi lain. Pasal 18 ayat 9 Tahun 1995

(40)

24

sebenarnya dalam konteks yuridis sangat menetukan kedudukan anggota dalam setiap aktivitas kegiatan usaha koperasi simpan pinjam. Pengutamaan pelayanan simpan pinjam kepada anggota, bukan kepada calon anggota, menjadi titik tolak utama dalam kegiatan usaha KSP.

Rapat Anggota Tahunan dibuat kebijakan mengenai batas maksimum pemberian pinjaman kepada anggota, calon anggota, koperasi lain dan anggota koperasi. Kemudian, yang diperlukan sama khusus untuk besarnya pinjaman kepada anggota, pengurus, dan pengawas. Sedangkan kepada calon anggota dan koperasi lain atau anggotanya, besar pinjaman dapat pula ditentukan. Kemampuan penarikan dana dari anggota dan calon anggotanya, koperasi lain atau anggotanya, menentukan besaran modal yang diperoleh oleh KSP untuk disalurkan kepada anggota yang lain sebagai bentuk aktivitas usaha KSP yang bersangkutan. Akan tetapi, partisipasi anggota berbeda dengan partisipasi calon anggota. Kelemahan ketentuan diatas menempatkan anggota dalam posisi yang lebih menguntungkan oleh karena didalam RAT, anggota memiliki kemampuan untuk menetukan kebijakan untuk besaran pinjaman yang diperolehnya, sementara untuk besaran pinjaman kepada calon anggota bisa ditentukan.

C. Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

1. Pengertian Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

Menurut Ginanjar Kartasasmita, pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya masyarakat dengan mendorong, memotivasi dan

(41)

membangkitkan kesadaran akan potensi serta berupaya untuk mengembangkan Pemberdayaan ekonomi masyarakat, didasari dari pemahaman, bahwa suatu masyarakat dikatakan berdaya jika memiliki salah satu atau lebih dari beberapa variabel. Pertama, memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup dan perekonomian yang stabil. Kedua, memiliki kemampuan beradaptasi dengan perebuhan lingkungan. Ketiga, memiliki kemampuan menghadapi ancaman dan serangan dari luar. Keempat, memliki kemampuan bekreasi dan berinovasi dalam mengaktualisasikan diri dan menjaga eksitensinya bersama bangsa dan Negara lain.

Pembahasan mengenai perekonomian masyarakat ada kemungkinan yang perlu diperhatikan. Pertama, ekonomi masyarakat itu hampir identik dengan ekonomi pribumi Indonesia. Sementara itu masyarakat islam sendiri merupakan 87% dari total penduduk. Dari pengertian ini adalah bahwa jika dilakukan pembangunan nasional yang merata seacara vertkal maupun horizontal, maka hal ini berarti juga pembangunan ke perekonomian umat Islam.

Tidak dipungkiri oleh siapapun yang dapat berfikir jernih dan logis, bahwa islam merupakan system hidup, ajaran islam yang terdiri atas aturan aturan mencakup keseluruhan sisi kehidupan manusia. Secara garis besar aturan tersebut dibagi dalam tiga bagian yaitu, aqidah, akhlak, dan syariah yang terdiri atas bidang mauamalah (sosial), dan bidang ibadah (ritual).

2. Tujuan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

(42)

26

Dengan perbaikan aktivitas perilaku/perilaku yang dilakukan, diharapkan bisa memperbaiki kelembagaan dan juga pengembangan jejaring kemitraan usaha.

b. Perbaikan Usaha (Better Business)

Perbaikan pendidikan (semangat dalam belajar), diperbaikinya aksesbisnislitas, aktivitas dan perbaikan kelembagaan, diharapkan bisa memperbaiki bisnis yang dijalankan.

c. Perbaikan Lingkungan (Better Environment)

Perbaikan pendapatan diharapkan bisa memperbaikan lingkungan (fisik dan sosial) karena kerusakan lingkungan biasanya dikarenakan adanya kemiskinan atau penghasilan yang terbatas.

d. Perbaikan Kehidupan (Better Living)

Tingkat pendapatan dan keadaan lingkungan yang membaik, diinginkan bisa memperbaiki kondisi kehidupan masing masing masyarakat dan keluarga.

e. Perbaikan Masyarakat (Better Community)

Kehidupan yang lebih baik sangat terdukung jika lingkungan fisik dan sosial yang ada juga lebih baik, hal ini diharapkan bisa terwujudnya kehidupan masyarakat yang lebih baik juga.

D. Kesejahteraan Masyarakat

1. Pengertian Kesejahteraan Masyarakat

Menurut Undang-undang No. 11 tahun 2009, tentang kesejahteraan masyarakat adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak

(43)

dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

2. Model Kesejahteraan Masyarakat

Keluarga Sejahtera didefinisikan persis tentang dalam Pasal 1 Ayat 11 Undang-undang Nomor 10 Tahun 1992. Bunyinya adalah sebagai berikut. Keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan yang serasi, selaras, seimbang antara anggota dan antar anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.Secara lebih rinci yang dimaksud dengan tahapan percapaian tingkat kesejahteraan keluarga adalah sebagai berikut (Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN, 1997).

Keluarga prasejahtera yaitu keluarga keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan dasarnya seperti kebutuhan agama, pangan, sandang, dan kesehatan.

Keluarga sejahtera tahap I adalah keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya.

Keluarga sejahtera tahap II yaitu keluarga yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan dasar dan kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan perkembangannya seperti menabung dan memperoleh informasi.

Keluarga sejahtera tahap III yaitu keluarga yang dapat memenuhi kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis, dan kebutuhan

(44)

28

pengembangan, namun belum dapat memberikan sumbangan maksimal terhadap masyarakat.Keluarga sejatera tahap III plus yaitu keluarga yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan, meliputi kebutuhan dasar, sosial psikologis, dan pengembangan, serta dapat memberikan sumbangan nyata dan berkelanjutan bagi masyarakat.

Tahap keluarga sejahtera didentifikasi dengan menggunakan 13 variabel. Variabel tersebut meliputi, agama, pangan, sandang, papan, kesehatan, pendidikan, keluarga berencana, tabungan, interaksi dalam kelurga, interaksi dengan lingkungan, informasi, transportasi, dan peranan dalam masyarakat. Ketigabelas variabel tersebut kemudian dituangkan menjadi 23 item yang terbagi kedalam empat kelompok. Setiap kelompok mengukur tingkat kesejahteraan keluarga.

Kelompok tersebut juga disusun secara hierarkis mulai dari item untuk mengukur keluarga sejahtera tahap I, II, III, dan III+. Bila sebuah kelurga memenuhi semua kriteria seperti tertuang dalam item kelompok I, keluarga tersebut telah dianggap masuk dalam kategori keluarga sejahtera tahap I. Bila ada salah satu sistem yang tidak terpenuhi, keluarga yang bersangkutan masuk dalam tahapan keluarga prasejahtera. Untuk dapat masuk dalam kategori kelurga sejahtera tahap II, sebuah kelurga harus memenuhi semua kriteria atau item tahap I dan II.

Bila ada salah satu kriteria tahap II yang tidak terpenuhi, keluarga tersebut hanya terkategori ke dalam tahap I. Untuk dapat masuk kategori III, keluarga harus memenuhi kriteria tahap I, II, dan III.

(45)

Demikian juga untuk masuk kategori III+, yang harus dipenuhi adalah kriteria tahap I, II, III, dan III+. Salah satu ciri dari pengukuran keluarga sejahtera dengan model ini adalah ketatnya kriteria yang harus dipenuhi dan disusun secara hierarkis. Jadi, meskipun sebuah keluarga memenuhi kriteria tahap II, III, dan III.

E. Tinjauan Empiris

Untuk membantu memahami seberapa penting penelitian ini, maka kami akan memperlihatkan beberapa hasil dari penelitian terdahulu dan hasil kesimpulannya: Tabel 2.1. Tinjauan Empiris No Nama Peneliti/ Tahun Judul Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Himawan Arifianto. (2015) Peran Koperasi Simpan Pinjam dan Efektifitas Kredit dalam meningkatkan kesejahteraan anggota (studi pada koperasi simpan pinjam lestari mandiri kecamatan lawang kanupaten Malang) Metode yang digunakan menggunakan metode kualitatif (penjelasan). Ksp Lestari mandiri memiliki peran dalam meningkatkan

kesejahteraan anggota.Upaya yang dilakukan yaitu tidak hanya memberikan kredit tetapi juga memberikan

pendampingan dalam rangka untuk

penggunaan kredit yang telah diberikan. 2. Endi Sarwoko. (2009) Analisis peran koperasi simpan pinjam/unit simpan pinjam dalam upaya pengembangan. UMKM di kabupaten Malang. Metode deskriptif kualitatif Ksp memiliki peran yang cukup besar dalam pemenuhan permodalan UMKM di kabupaten Malang,ditujukan dari kemampuan Ksp dalam menyalurkan kredit modal kerja ke UMKM sebesar

(46)

30 79,81% dari total kredit yang disalurkan. 3. Rita Armani, (2007) Peran Koperasi Simpan Pinjam Kharisma Sejati terhadap peningkatan pendapatan pedagang kecil dipasar dasan agung mataram Metode penelitian ini menggunakan kualitatif Ksp Kharisma Sejati memiliki peran yang cukup berarti dalam meningkatkan pendapan pedagang kecil dipasar agung mataram dibuktikan dengan bertambahnya beberapa komoditi yang dijual. 4. Zakiatun. (2005) Dimensi-dimensi ekonomi islam dalam praktek simpan pinjam pada koperasi negeri BKKBN Praya. Penelitian yang dilakukan sama-sama dilakukan dikoperasi dengan metode kulitatif Penerepan kerja koperasi pegawai negeri BKKBN Praya sudah sebagian besar sesuai dengan

koperasi dalam islam yang ditekankan dalam skripsi ini agar kegiatan koperasi sesuai dengan konsep ekonomi islam,dan sisa hasil usaha atau keungan yang diperoleh benar-benar atas ridho Alla swt. 5. Suhainiw ati, (2002) Sistem simpan pinjam koperasi kelompok tani rantai emas didesa ganti. Dalam penelitian ini obyek peneliti sama pada koperasi namun berbeda tempat dan menggunakan metode kualitatif Sistem simpan pinjamyang dilakukan oleh koperasi

kelompok tani rantai emas memiliki dampak positif dan dampak negatif yang ditimbulkan dalam system simpan pinjam tersebut dan

menyebabkan terjadinya simpan pinjam didesa ganti karena masyarakat tidak dapat

mencukupi kehidupan sehari-hari.

(47)

Kesejahteraan Ekonomi Masyarakat

Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat

F. Kerangka Konsep

Koperasi merupakan kumpulan aktivitas yaitu anggota, pengurus, dan pengelola dalam menjalankan usaha, maka semakin banyak karyawannya semakin besar koperasi tersebut. Keberhasilan koperasi sangat bergantung pada kerjasama ketiga unsur organisasi koperasi, yaitu anggota, pengurus, dan pengelola dalam mengembangkan organisasi yang pada akhirnya memberikan imbalan yang sesuai kepada para anggota. Anggota yang sangat mengharapkan komitmen yang tinggi dari para pengelola yaitu pelayanan kepada setiap anggota ataupun calon anggota, maka manajemen koperasi merupakan kesatuan dari ketiga pihak tersebut.

Gambar 2.2

(48)

32

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini digolongkan dalam penelitian kualitatif, definisi dari kualitatif sendiri menurut Arikunto (2007) dalam Rohman (2011) yaitu penelitian yang pada hasil akhirnya dinyatakan dengan tolak ukur yang sudah ditentukan. Jenis penelitian ini adalah kualitatif yang berbentuk kata dan kalimat. Alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif yaitu, karena data

yang dihimpun dalam bentuk konsep, yaitu berupa kata tertulis atau lisan dari orang orang dan perilaku yang telah diamati. Pengolahan data yang dilakukan secara langsung dikerjakan dilapangan dengan cara mencatat dan mendeskripsikan sehingga sesuai untuk menganalisa dan mengidentifikasi hal-hal yang terjadi dan masalah yang berkaitan dengan judul penelitian.

B. Fokus Penelitian

Berangkat dari rumusan masalah yang telah diuraikan, serta untuk memudahkan pembahasan dalam penelitian ini, maka peneliti memfokuskan penelitiannya yaitu seberapa besar peranan koperasi simpan pinjam dalam memberdayakan ekonomi masyarakat khususnya di Kabupaten Pinrang.

C. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilakukan di Kabupaten Pinrang. Lokasi ini dipilih sebagai lokasi penelitian karena lokasi tersebut terdapat banyak anggota koperasi simpan pinjam (KSP) Al-Azhar. Adapun penelitian ini dilakukan selama 1 (satu) bulan.

(49)

D. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Data primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari objek yang

diteliti. Pengambilan data primer ini melalui observasi dan wawancara langsung dengan anggota dan calon anggota KSP Al- Azhar yang berhubungan dengan penelitian ini.

2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari pihak lain secara tidak

langsung penelitian dari subyek data ini berwujud dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia.

E. Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif ini yang dimaksud dengan data adalah segala infomasi baik lisan maupun tulisan. Bahkan bisa berupa gambar atau foto, yang berkontribusi untuk menjawab masalah penelitian yang dinyatakan didalam rumusan masalah atau fokus penelitian.

Ada 3 teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data :

1. Observasi

Merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan yang menggunakan panca indra bisa dengan, penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk memperoleh informasi yang terkait dengan penelitian.

2. Wawancara

Wawancara juga merupakan alat untuk pengumpulan data dengan komunikasi atau interaksi dalam mengumpulkan informasi dengan cara tanya jawab antara peniliti dengan informan atau subyek penelitian. Dengan kemajuan teknologi seperti saat ini wawancara bisa kita lakukan dengan bertatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada

(50)

34

hakikatnya wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara dalam tentang sebuah tema yang diangkat dalam penelitian.

3. Dokumentasi

Selain melalui wawancara dan observasi, informasi dapat diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, dan jurnal kegiatan. Dokumentasi seperti ini dapat dipakai untuk mendapatkan informasi yang terjadi dimasa silam.

F. Instrument Penelitian

Menurutu Arikunto (2006 :134) yang dimaksud instrumen adalah “alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatan pengumpulan data agar menjadi mudah dan sistematis. Maka, instrumen peneliti adalah alat bantu yang digunakan peneliti guna membantu dan mempermudah dalam pengumpulan data penelitian”.

Adapun instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Telepon genggam

2. Kamera 3. Laptop

G. Teknis Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dalam menganalisis data. Data yang diperoleh melalui wawancara dengan informan di deskriptifkan secara menyeluruh. Data wawancara dalam penelitian ini adalah sumber data utama yang menjadi bahan analisis data untuk menjawab masalah penelitian.

Analisis data dimulai dengan melakukan wawancara mendalam dengan informan. Setelah wawancara, peneliti membuat hasil wawancara dengan cara memutar kembali video wawancara kemudian menuliskan kata-kata yag

(51)

sesuai dengan apa yang ada di video tersebut. Setelah peneliti menulis hasil wawancara selanjutnya peniliti membuat reduksi data dengan cara abstraks, yaitu mengambil data yang sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikan data yang tidak diperlukan.

(52)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Kabupaten Pinrang

Ada beberapa versi mengenai asal pemberian nama Pinrang yang berkembang di masyarakat Pinrang sendiri. Versi pertama menyebut Pinrang berasal dari bahasa Bugis yaitu kata “benrang” yang berarti “air genangan” bisa juga berarti “rawa-rawa”. Hal ini disebabkan pada awal pembukaan daerah Pinrang masih berupa daerah rendah yang sering tergenang dan berawal. Versi kedua menyebutkan bahwa ketika Raja Sawitto bernama La Dorommeng dan La Paleteange, bebas dari pengasingan dari Kerajaan Gowa. Kedatangan disambut gembira namun mereka terheran karena wajah raja berubah dan mereka berkata “Pinra bawangngi tappana puatta pole Gowa”, yang artinya berubah saja mukanya Tuan Kita dari Gowa. Setelah itu rakyat menyebut daerah tersebut sebagai Pinra yang artinya berubah, kemudian lambat laun menjadi Pinrang.

Sumber lain mengatakan pemukiman Pinrang yang dahulu rawa selalu tergenang air membuat masyarakat berpindah-pindah mencari pemukiman bebas genangan air, dalam bahasa Bugis disebut “Pinra- Pinra Onroang”. Setelah menemukan pemukiman yang baik, maka tempat tersebut diberi nama: Pinra-pinra.

Pada masa penjajahan, Cikal bakal Kabupaten Pinrang berasal dari Onder Afdeling Pinrang yang berada di bawah afdeling Pare-Pare, yang merupakan gabungan empat kerajaan yang kemudian menjadi self

(53)

bestuur atau swapraja, yaitu Kassa, Batulappa, Sawitto dan Suppa yang sebelumnya adalah anggota konfederasi kerajaan Massenrengpulu (Kassa dan Batulappa) dan Ajatappareng (Suppa dan Sawitto). Selanjutnya, Onder Afdeling Pinrang pada zaman pendudukan Jepang menjadi Bunken Kanrikan Pinrang dan pada zaman kemerdekaan akhirnya menjadi Kabupaten Pinrang.

Pada tahun 1952 terjadi perubahan daerah di Sulawesi Selatan, pembagian wilayahnya menjadi daerah swatantra. Daerah swantantra yang dibentuk adalah sama dengan wilayah afdeling. Perubahan adalah kata afdeling menjadi swatantra dan Onder Afdeling menjadi kewedaan. Dengan perubahan tersebut maka Onder Afdeling Pinrang berubah menjadi kewedanaan Pinrang yang membawahi empat swapraja dan beberapa distrik.

Pada tahun 1959 keluarlah undang-undang nomor 29 tahun 1959 yang berlaku pada tanggal 4 Juli 1959 tentang pembentukan daerah-daerah tingkat II di Sulawesi termasuk membentuk Daerah Tingkat II Pinrang. Pada tanggal 28 Januari 1960, keluar surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: UP-7/3/5-392 yang menunjuk H.A. Makkoelaoe menjadi Kepala Daerah Tingkat II Pinrang, karena pada saat itu unsur atau organ sebagai perangkat daerah otonomi telah terpenuhi maka tanggal tersebut dianggap sebagai tanggal berdirinya Kabupaten Pinrang.

(54)

38

2. Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Pinrang, 2017

Tabel 2.2.

No Kecamatan Luas (km2) Persentase

1. Suppa 74,20 3,78 2. Mattiro Sompe 96,99 4,94 3. Lanrisang 73,01 3,72 4. Mattiro Bulu 132,49 6,75 5. Watang Sawitto 58,97 3,01 6. Paleteang 37,29 1,90 7. Tiroang 77,73 3,96 8. Patampanua 136,85 6,98 9. Cempa 90,30 4,60 10 Duampanua 291,86 14,88 11. Batulappa 158,99 8,10 12. Lembang 733,09 37,37 Total 1.961,77 100,00 Sumber: Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Pinrang

(55)

3. Penduduk Kabupaten Pinrang

Tabel 2.3.

Kepadatan Penduduk Kecamatan di Kabupaten Pinrang pada tahun 2017

No. Kecamatan Kepadatan Penduduk

1 Suppa 436,15 2 Mattiro Sompe 296,09 3 Lansrisang 244,97 4 Mattiro Bulu 214,57 5 Watang Sawitto 955,21 6 Paleteang 1090,24 7 Tiroang 288,31 8 Patampanua 243,6 9 Cempa 201,69 10 Duampanua 157,78 11 Batulappa 63,91 12 Lembang 54,61 Jumlah 190,94

Sumber: BPS Kabupaten Pinrang

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa daerah yang memiliki penduduk terbanyak terdapat di tiga kecamatan Paleteang sebesar 1090,54 orang, Kecamatan Watang Sawitto sebesar 955,24 orang, Kecamatan Suppa sebesar 436,15 orang.

4. Visi Misi Pemerintah Kabupaten Pinrang

a. Visi Pemerintah Kabupaten Pinrang 1) Masyarakat Sejahtera

Sebagai tujuan utama pembangunan yang hendak dicapai, maka Pemerintahan Kabupaten berkewajiban menghadirkan tindakan nyata membangun kehidupan dan penghidupan masyarakat yang

(56)

40

lebih baik sehingga 5 tahun kedepan jumlah masyarakat miskin berkurang, produktivitas dan pendapatan masyarakat meningkat, tingkat pengangguran menurun, jumlah masyarakat terdidik meningkat, derajat kesehatan masyarakat meningkat, akses masyarakat terhadap pelayanan publik yang dibutuhkan makin mudah, serta keamanan dan kenyamanan hidup masyarakat makin membaik. Demikian pula halnya dengan kesejahteraan seluruh jajaran aparat pemerintahan pada semua tingkatan pun meningkat. 2) Masyarakat Religius

Bahwa 5 tahun ke depan diharapkan akan tetap tercipta atmosfir Kerohaniaan masyarakat bersama Pemerintah Kabupaten Pinrang yang semakin bernilai ketaqwaan, amal dan ibadah sebagai buah dari meningkatnya kaulitas iamn, akhlak dan moralitas masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

3) Masyarakat Harmonis

Bermakna Terwujudnya ketenttraman hidup masyarakat karena terbangunnya tatanan kehidupan yang memiliki sikap kebersamaan, persaudaraan, kepeduliaan, kesetiakawanan sosial, rukun dan toleran serta mencintai kearifan budaya dan lingkungan alam kehidupannya.

4) Masyarakat Mandiri dan Tangguh

Bahwa pembangunan kabupaten pinrang 5 tahun kedepan akan menciptakan kondisi bagi munculnya prakarsa-prakarsa masyarakat, keswasyaan, semangat gotong royong, kemampuan

(57)

beradaptasi serta tanggap terhadap perubahan-perubahan sosial, ekonomi, dan ekologi.

5) Pengelolaan Potensi Daerah

Faktor terpenting bagi tercapainya kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pinrang 5 tahun kedepan adalah kesiapan serta kesungguhan Pemerintah Kabupaten bersama masyarakat mengelola potensi lainnya agar dapat memberi manfaat sebesar- besarnya bagi kesejateraan masyarakat dan kemajuaan daerah secara berkelanjutan.

b. Misi Pemerintah Kabupaten Pinrang

1) Memantapkan sistem birokrasi yang baik dan akuntabel, berorintasi pelayanan prima yang didukung dengan teknologi informasi dan komunikasi (E-Governace).

2) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui pelayanan dasar dibidang Pendidikan dan Kesehatan.

3) Memperkuat peran lembaga ke-agamaan, lembaga adat, lembaga sosial kemasyarakatan, organisasi politik, PKK, kepemudaan, dan pers dalam mendukung upaya-upaya pembangunan daerah secara umum, dan pembangunan akhlak, moral, karakter, seni budaya, serta penguatan kesetiakawanan sosial secara khusus. 4) Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan kawasan

produksi pertanian, perkebunan, perikanan,dan peternakan pemberdayaan Koperasi, UMKM, indsutri kecil, indsutri skala rumah tangga, jasa, ekonomi kreatif, dan parawisata dengan mengandalkan partisipasi masyarakat dalam rangka peningkatan

Gambar

Tabel 2.1  Tinjauan Empiris  1
Gambar 2.1  Bentuk Struktur Organisasi Koperasi  1
Tabel 2.4  Tahun  Jumlah

Referensi

Dokumen terkait

Dilatar belakangi dari masalah diatas dan penelitian yang selinier, perlu dibuatkannya sebuah Rancang Bangun Sistem Dismantling Perangkat Sewa Proyek Seat

Penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang nyata dan positif antara Nilai- nilai Islami dengan Pemaknaan Sholat, Budaya Perusahaan, Kepuasan Kerja dan

Dengan adanya perkataan “efisiensi berkeadilan”, maka kepentingan orang-seorang yang diwakilinya berubah menjadi kepentingan masyarakat (individual-preferences dirubah

Aspek penting dari berbagai hubungan dan pengaruh terhadap pelayanan publik, dapat dilihat dari alur atau jalur variabel komunikasi berhubungan dan berpengaruh

Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian Achchuthan dan Kajananthan (2012) adalah variabel dependen yaitu kinerja perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan

Pemberian insentif yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan perusahaan untuk meningkatkan motivasi dan komitmen karyawan untuk mencapai kinerja

Ken Evoy’s procedure addresses this by saying "Be sure to choose something you feel passionate about." He should probably add "...and make sure you’re good at it

Untuk membuat sistem pengaman Brankas Bank dengan menggunakan SMS dan GPS yang berbasis Android maka langkah yang dikerjakan yaitu membuat blok diagram sistem, rangkaian