• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proceedings. Seminar Nasional Kerjasama Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana dan Asosiasi Psikologi Kristiani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Proceedings. Seminar Nasional Kerjasama Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana dan Asosiasi Psikologi Kristiani"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Proceedings

Seminar Nasional 2019

Kerjasama Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Satya Wacana

dan Asosiasi Psikologi Kristiani

“Merajut Keragaman

Untuk Mencapai

Kesejahteraan Psikologis

Dalam Konteks Masyarakat 5.0”

Hotel Grand Wahid Salatiga, 2 Agustus 2019

Satya Wacana University Press 2019

(2)
(3)

Proceedings

Seminar Nasional

“Merajut Keragaman

Untuk Mencapai

Kesejahteraan Psikologis

Dalam Konteks Masyarakat 5.0”

Hotel Grand Wahid Salatiga, 2 Agustus 2019

Satya Wacana University Press 2019

(4)

ii

PROCEEDINGS

SEMINAR NASIONAL

“MERAJUT KERAGAMAN UNTUK MENCAPAI

KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS

DALAM KONTEKS MASYARAKAT 5.0”

Hotel Grand Wahid Salatiga, 2 Agustus 2019

Reviewer

Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS.

Dr. Susana Prapunoto, Ma-Psy. Krismi Diah Ambarwati, M.Psi., Psikolog

Editor

Dr. Susana Prapunoto, MA-Psy.

Steering Committee

Prof. Dr. Marthen Pali, M.Psi Dr. Suryasatriya Trihandaru, M.Sc.nat

Committee

Pelindung : Neil Semuel Rupidara, SE., M.Sc.,Ph.D.

Rektor Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Penanggungjawab : Berta Esti Ari Praseya, S.Psi., MA.

Dekan Fakultas Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana Penasihat : Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA.

Dr. Susana Prapunoto, Ma-Psy. Ketua Panitia : Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, MS. Sekretaris : Yohanes Krismono, SE.

Bendahara : Krismi Diah Ambarwati, M.Psi., Psikolog. Cover : Timotius Iwan Susanto, S.Psi.

Cetakan Pertama: 2019

Isi dari masing-masing artikel proceedings merupakan tanggung jawab masing-masing penulis

All right reversed. Save exception stated by the law, no part of this publication may be reproduced, stored in a retrieval system of any nature, or transmitted in any form by any mean electronic, mechanical, photocopying, recording or otherwhise, included a complete or partial transcription, without the prior written permission of the author, application for which should be addressed to author.

Satya Wacana University Press Universitas Satya Wacana Jl. Diponegoro 52 – 60 Salatiga

Telp. (0298) 321212 Ext. 1229, Fax. (0298) 311995 Email: satyawacanapress@adm.uksw.edu

(5)

iii

KATA SAMBUTAN PENYELENGGARA

Salam Sejahtera bagi kita sekalian, Shalom.

Seminar nasional dan call papers bertajuk “Merajut Keragaman Untuk Mencapai

Kesejahteraan Psikologis dalam Konteks Society 5.0” kita selenggarakan dengan kerjasama antara Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) dengan Asosiasi Psikologi Kristiani – (APK) Indonesia, dalam rangka menyambut Dies Natalis Fakultas Psikologi ke 20th. Fakultas Psikologi UKSW pertama kali berdiri pada tanggal 23 Juni 1999;

dan hingga saat ini telah memiliki 2 program studi yaitu S1 dan S2. Usaha yang berkelanjutan dari tahun ke tahun oleh seluruh pihak di fakultas dan program studi, telah memampukan Program S1 terakreditasi dengan peringkat A. Sebagai bagian dari semangat untuk terus berkontribusi bagi kemajuan perkembangan psikologi di Indonesia, Fakultas Psikologi mengundang para ilmuan di Indonesia untuk membagikan hasil-hasil riset dan pemikiran terbaik mereka melalui seminar ini. Demi tercatatnya kajian-kajian ilmiah yang ada, proceeding ini diterbitkan agar pemikiran-pemikiran maupun hasil riset yang telah disampaikan dalam seminar dapat dinikmati oleh kalangan yang lebih luas.

Tema ini secara spesifik diangkat, dengan melihat kenyataan bahwa Indonesia memiliki kekayaan keragaman baik dari segi budaya, bahasa, agama, serta latar belakang kehidupan yang lain. Keberagaman ini bagaikan memiliki dua sisi mata uang, yang bila bisa dimanfaatkan dengan maksimal akan memperkaya kekayaan pengalaman kehidupan individu, mendorong individu untuk belajar lebih fleksibel terhadap perubahan dan perbedaan serta mengembangkan pribadi yang kuat mental dan kaya pengalaman. Namun sebaliknya, keberagaman juga dapat menjadi ancaman apabila individu gagal mensikapinya dengan positif dan tepat; menimbulkan kesalahpahaman, syak wasangka bahkan perpecahan. Sementara itu, perkembangan peradaban manusia telah sampai pada titik saat kemajuan teknologi, utamanya teknologi informasi yang berintegrasi dengan internet, memunculkan teknologi digital, wireless, bigdata yang memunculkan berbagai exponential techology seperti: a) artificial intelligence, augmented

reality 3D printing dan robotics, b) biotechnology c) nano technology, material baru, an fabrikasi digital, d) networks & computing systems (cloud, big data, IoT) (Diamandis, 2012).

(6)

iv

Semua kemajuan ini menimbulkan disrupsi baru, memaksa masyarakat harus siap dengan sistem-sistem baru, pola komunikasi dan interaksi yang baru, sistem-sistem bertransaksi yang baru yang berubah dengan pesat, yang mempengaruhi berbagai macam aspek kehidupan di masyarakat, yang saat ini dikenal dengan konteks masyarakat 5.0. Semua hal ini perlu dikaji dari berbagai sisinya, agar kita bisa mengantisipasi dan menyikapi dengan bijak sehingga dapat tercapai kesejahteraan psikologis setiap individu di Indonesia.

Seminar dan Call papers ini diikuti oleh 132 peserta, terdiri dari guru, dosen, utusan gereja, mahasiswa, peneliti, maupun praktisi, yang berasal dari berbagai daerah antara lain: Jawa Tengah, Yogyakarta, Jakarta, Makasar, Kupang, Manado, Surabaya dan lainnya. Harapan kami apa yang kita diskusikan dalam seminar ini dapat meningkatkan pengetahuan kita, dan pada akhirnya dapat bermanfaat bagi setiap orang yang kita layani.

Secara khusus ucapan terimakasih disampaikan kepda APK dan HIMPSI yang telah menjadi mitra kami dalam menyelenggarakan kegiatan ini serta kepada UKSW yang telah mendukung sepenuhnya terhadap kegiatan ini. Ucapan terimakasih sebesar-besarnya juga disampaikan kepada segenap panitia di bawah koordinasi dari Ibu Dr. Christiana Hari Soethjiningsih, MS dan Ibu Dr. Susana Prapunoto, M-Psy; didukung oleh Ibu Krismi Ambarwati M.Psi maupun Bapak Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA beserta para dosen, karyawan, maupun para mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang telah bekerjakeras mewujudkan terselenggaranya kegiatan ini.

Akhir kata, semoga Proceedings ini bermanfaat dan apabila ada kesalahan-kesalahan tertentu yang tidak kami sengaja dalam penerbitan proceeding ini, kami mohon maaf sebesar-besarnya. Tuhan memberkati kita sekalian. Amin.

Hormat kami,

Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi., M.A. Dekan Fakultas Psikologi UKSW

(7)

v

KATA PENGANTAR

Keragaman, Kemajemukan adalah keistimewaan yang Tuhan berikan kepada bangsa Indonesia. Sekitar 250 juta jiwa, 17.000 pulau, 714 suku dan lebih dari 1.100 bahasa lokal, Indonesia termasuk urutan ke empat Negara dengan jumlah populasi terbesar di dunia. Kondisi ini tentu membawa implikasi pada kemungkinan terjadinya pergesekan terkait persoalan budaya, suku, agama, bahasa, sosial-ekonomi, maupun persoalan lain terkait dengan persoalan hukum, dsb. Hal ini telah disadari oleh pujangga kita, Mpu Tantular yang kemudian menuliskan konsepnya dalam buku Sutasoma yaitu “Bhineka Tunggal Ika”.

Kehadiran revolusi industri 4.0 semakin meningkatkan tantangan kesatuan. Kebersamaan membangun persatuan di tengah keragaman, bukan sesuatu yang otomatis terjadi. Hal ini menuntut masyarakat 5.0 menyikapi keragaman ini dengan merajut keragaman untuk mewujudkan kasih, antara lain untuk mencapai kesejahteraan psikologis. Dengan demikian perbedaan, keragaman bukan sebagai pemisah melainkan sebagai kekayaan bangsa yang tiada nilainya. Prosiding ini merupakan sumbangan pemikiran dari 49 Penulis Artikel yang telah hadir dan berperan serta mempresentasikan gagasan terbaiknya.

Saya mengucapkan terimakasih kepada Ibu Berta Esti Ari Prasetya, S.Psi, MA (Dekan Fakultas Psikologi – UKSW), Bapak Prof. Dr. Marthen Pali, M.Psi., (Ketua Asosiasi Psikologi Kristiani), Bapak Yusak Novanto, SPsi, MSi. (Sekretaris Asosiasi Psikologi Kristiani) yang telah memfasilitasi dan mendukung penuh penyelenggaraan Seminar & Call for Papers Jumat, 2 Agustus 2019. Ucapan terimakasih tidak terhingga kami haturkan kepada Prof. Virgo Handojo, Ph.D, CFLE. (dari California Baptist University), dan Ibu Eunike Sri Tyas Suci, PhD, Psikolog (Ketua Asosiasi Psikologi Kesehatan – HIMPSI) yang telah menghantar Seminar dan Call for

Papers Nasional “ Merajut Keragaman untuk Mencapai Kesejahteraan Psikologis dalam Konteks

Masyarakat 5.0.”.

Terimakasih atas kesediaan para Reviewers Call for Papers Dr. Christiana Hari Soetjiningsih, M.Si, Bapak Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA, Ibu Krismi Ambarwati, M.Psi meluangkan waktu dan pikiran agar Proceedings ini dapat terbit. Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada Bapak Timotius Iwan Susanto, S.Psi. yang telah mendukung desain Cover buku Proceeding. Terimakasih juga kepada sdri. Hanny Yuliana Agnes Sesa, S.Psi., Claudya S.Soulisa, S.Pd., Indah Lestari, S.Kep. dan Joanne Marrijda Rugebregt, S.Psi. yang telah banyak

(8)

vi

mendukung proses editing teknis buku Proceedings ini. Kiranya buku ini dapat bermanfaat bagi perjalanan bangsa Indonesia mengarungi Era Digital. Tuhan memberkati.

Salam sejahtera,

Dr. Susana Prapunoto, MA-Psy Editor

(9)

vii

DAFTAR ISI

KATA SAMBUTAN PENYELENGGARA iii

KATA PENGANTAR v

DAFTAR ISI vii

I. KURIKULUM DAN PENDIDIKAN KARAKTER 1

Peran Kurikulum dan Pendidikan Karakter dalam Proses Pembelajaran

Nurjadid 2

Hubungan Grit dengan Subjective Well-Being pada Siswa SMA Masehi 2 PSAK Semarang

Petra Wijayanti, Christiana Hari Soetjiningsih 11

Optimalisasi Superego dalam Teori Psikoanalisis Sigmund Freud untuk Pendidikan Karakter

Hengki Wijaya, I Putu Ayub Darmawan 21

Strategi Kurikulum Tersembunyi bagi Pendidikan Karakter Generasi Milenial dalam

Society 5.0

Mariani Harmadi 30

Gerakan Sayang Anak Indonesia: Sebuah Pendekatan Pendidikan Karakter Dalam Memasuki Konteks Society 5.0

Monica Muryawati 39

Pendidikan Karakter yang Berkelanjutan

Priscilla Titis Indiarti, Anton Sukontjo 50

Konsep dan Pengukuran Work Engagement dan Student Engagement: Kajian Literatur Mengenai Engagement dalam Bidang Pendidikan

Yosika Pramangara Admadeli 61

II. Identitas Sosial dan Budaya 71

Mendedah Kebertahanan dan Peran Pendidikan serta Interaksi Sosial-Budaya Kelindan Rumah Pengasingan

(10)

viii

Mendedah Penghayatan Religiusitas dan Psychological Well-Being Perempuan dalam Kelindan Pengasingan di Pulau Seram.

Foty Isabela Otemusu, Susana Prapunoto, A. Ign. Kristijanto 84

Hubungan antara Perceived Discrimination dan Kualitas Hubungan Romantis pada Pasangan Etnis Tionghoa-Indonesia dan Indonesia Asli

Revina Dewanti, Julia Suleeman 95

Studi Fenomenologi Kepala Sekolah Perempuan Single Parents

Fony Sanjaya, Mary Philia Elizabeth 105

Perbedaan Perilaku Prososial Ditinjau dari Jenis Kelamin

Jeanetha A. E. Lomboan, Christiana Hari Soetjiningsih 116

Hubungan antara Frekuensi Menonton TayanganTelevisi yang Mengandung Unsur Kekerasan dengan Perilaku Agresif Remaja

LaelaZulfia, Christiana Hari Soetjiningsih 127

Orientasi Masa Depan Pada Narapidana dengan Kasus Kejahatan Pelecehan Perempuan yang Menjalani Masa Hukuman Penjara di Atas Lima Tahun

Mareinata Nazareth Christy Irala, Margaretta Erna Setianingrum 136

Peran Hukum dan Psikologi dalam Meminimalkan Ujaran Kebencian Perusak Demokrasi

Wisnu Sapto Nugroho 147

III. CINTA KASIH DAN SPIRITUALITAS 158

Pengaruh Religiusitas dan Parent Adolescent Relationship terhadap Psychological Well

Being Remaja di SMP Negeri 1 Kupang

Marleni Rambu Riada 159

Pertumbuhan Spiritual Keluarga yang Memiliki Anak Penyandang Autisme

Maria Laksmi Anantasari 171

Religious Coping pada Penyintas Perkosaan

Julia Suleeman 187

Spiritual Kristiani di Tengah Laju Peradaban Digital

(11)

ix Eksistensi Perempuan Kristiani (Studi pada Perguruan Tinggi di Sulawesi Utara)

Shanti Natalia C. Ruata, Merci K. Waney, Yunita Sumakul 210

IV. KESEJAHTERAAN DAN KEBERFUNGSIAN KELUARGA 222

Hubungan Antara Dukungan Sosial Keluarga dengan Harga diri pada Atlet Renang Remaja Klub Paswind Surakarta

Rizkiana Ika Raharjo, Christiana Hari Soetjiningsih 223

Hubungan antara Kelekatan Aman Ibu-Anak dengan Kematangan Sosial pada Anak yang Ibunya Bekerja

Yudea Sabdo Anggoro, Krismi Diah Ambarwati 233

Dukungan Keluarga sebagai Prediktor Keberfungsian Sosial Pasien Skizofrenia Rawat Jalan

Glaudia Anastacia, Krismi Diah Ambarwati 245

Hubungan antara Keharmonisan Keluarga dengan Perilaku Agresif pada Remaja Tegalsari

Cynthia Sinta Dewi, Ratriana Yuliastuti Endang Kusumawati 256

Gambaran Psychological Well-Being pada Remaja yang Memiliki Anak Sebelum Menikah

Ayu Wasti Kurniawati, Krismi Diah Ambarwati 267

Studi Deskriptif Internet Parenting Style pada orang Tua dengan Anak Remaja

Enjang Wahyuningrum 278

V.

PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI

292

Job Crafting dan Employee Well-Being pada Karyawan Generasi Y di Indonesia

Fandy Jusuf E. Lumentut, Krismi Diah Ambarwati 293

Sistem Pengendalian Manajemen Kontemporer Berdasar Aspek Spiritual

Anton Sukontjo, Maria Andriyani Wulandari 307

Faktor Demografis di Seputar Kepuasan Hidup Guru Sekolah X di Sidoarjo

Yusak Novanto, Maria Rayna Kartika Winata 320

Emotional Intelligence and Job Satisfaction of Teachers in Senior High School in

Kupang

(12)

x

Hubungan antara Motivasi Kerjadengan Kepuasan Kerja Karyawan di PT. Argo Manunggal Triasta

Septiana Indah Permata Surya, Sutarto Wijono 348

Budaya Organisasi dan Kinerja pada Fungsionaris Lembaga Kemahasiswaan Universitas (LKU) UKSW

Siswani Inesda Batara, Sutarto Wijono 358 VI. KESEHATAN MENTAL SEPANJANG RENTANG KEHIDUPAN 367

Hubungan Negatif antara Sexual Self-Esteem dan Perilaku Seksual Pranikah pada Remaja Akhir

Arina Zuhriyah, Christiana Hari Soetjiningsih 368

Membaca Dinamika Psikologis Lewat Kekuatan Narasi

Emmanuel SatyoYuwono 378

Strategi Regulasi Emosi Anggota Penyidik Kasus Pembunuhan di Wilayah Hukum Polres Salatiga

Maximianus Ambrosius Nggai, Wahyuni Kristianawati 389

Hubungan Resiliensi dan Kepuasan Hidup pada Dewasa Muda

Dewa Fajar Bintamur 402

Pelecehan Seksual pada Biduanita Orkes Dangdut

Evita Cynthia Damayanti, Christiana Hari Soetjiningsih 413

Hubungan antara Self-Esteem dengan Perilaku Seksual pada Remaja Putus Sekolah

Yosefine Permatasari, Ratriana Yuliastuti Endang Kusumawati 425

Korelasi Kontrol Diri dengan Perilaku Agresif pada Remaja Laki-Laki Peminum Miras (Studi Kontekstual pada Remaja Jemaat GPM Imanuel OSM-Ambon)

Salomina Patty, Prisca Diantra Sampe, Sutarto Wijono 436

VII. AGING 448

Successful Aging : Gaya Hidup Lansia di Era Digital

WinangPrananda, Christiana Hari Soetjiningsih, David Samiyono 449

Successful Aging : Voice-Tech Paduan Suara Religi

(13)

xi Perbedaan Kecemasan Menghadapi Kematian pada Lansia Ditinjau dari Jenis Kelamin

Tri Utami Noviyanti, Ratriana Y. E. Kusumiati 478

Perbedaan Kualitas Hidup Lansia yang Hidup di Rumah dan di Panti Wreda

M. Erna Setianingrum, Ratriana Y. E., Kusumiati 487

VIII. PERILAKU ENTREPRENEURSHIP DI ERA MILENIAL 496

Dukungan Semarang Kota Cerdas terhadap Minat Wirausaha: Studi Kasus Mahasiswa Jurusan Manajemen.

Martin Flemming Panggabean 497

Adaptabilitas Karir di Era Industri 4.0

Doddy Hendro Wibowo 506

Hubungan antara Rejection Sensitivity dengan Impulsive Buying Produk Fashion (Studi pada Mahasiswi Fakultas Psikologi Angkatan 2015 UKSW).

Hanggraini Puspitaningrum, Berta Esti Ari Prasetya 519

Pengaruh Karakteristik Psikologis pada Selebgram Entrepreuner.

(14)
(15)

71

SUB TEMA 2:

(16)

136

Orientasi Masa Depan Narapidana Remaja dengan Kasus Pelecehan Perempuan yang Menjalani Hukuman di atas Lima Tahun

Mareinata Nazareth Christy Irala Margaretta Erna Setianingrum

Fakultas Psikologi - Universitas Kristen Satya Wacana

Email : 802015206@student.uksw.edu

Abstrak

Masa depan merupakan bayangan seseorang akan hidupnya dikemudian hari dimana hal tersebut masih bersifat khayalan dan bernuansa fantasi. Sangat penting bagi individu terlebih individu yang memasuki tahap usia remaja akhir untuk memikirkan masa depannya, tidak terkecuali individu usia remaja akhir yang menjadi narapidana dengan kasus pelecehan anak dan perempuan yang berada di Lembaga Permasyarakatan kelas II A Ambarawa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana orientasi masa depan pada narapidana remaja usia akhir dengan kasus pelecehan anak dan perempuan dengan masa tahanan di atas lima tahun penjara. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif dan pengumpulan data dengan wawancara. Penelitian dilakukan di Lapas kelas II A Ambarawa. Hasil penelitian ini menunjukan kedua subyek memiliki orientasi masa depan yang baik. Kedua subyek memiliki target yang harus dicapai setelah bebas nanti dengan diikuti perencanaan untuk mewujudkan impiannya tersebut. Pada penelitian ini menemukan bahwa faktor dukungan sosial memiliki peranan penting pada remaja untuk berorientasi masa depan.

Kata kunci: Orientasi Masa Depan

(17)

137 Dalam pandangan umum masyarakat luas di Indonesia, narapidana masih dipandang sebagai individu yang meresahkan masyarakat, terlebih jika kasus yang dilakukan oleh narapidana tersebut merupakan kasus yang sangat merugikan. Seseorang yang telah berstatus narapidana dianggap masyarakat sebagai seseorang yang melanggar norma, baik norma sosial, norma hukum hingga norma agama. Namun hal tersebut tidak menjadikan alasan perbuatan kriminal di Indonesia mengalami penurunan, pada kenyataannya perbuatan kriminal terus terjadi sehingga menyebabkan beberapa lapas di Indonesia mengalami kelebihan kapasitas salah satunya ialah Lapas Kelas II A Ambarawa, Jawa Tengah. Berdasarkan data yang diperoleh dari ditjenpas.go.id, update terakhir pada bulan Maret 2019 jumlah narapidana yang ditampung di lapas kelas II A Ambarawa mencapai angka 455 orang dengan kapasitas gedung lapas Ambarawa sendiri hanya untuk menampung 222 orang saja (Smslap.ditjenpas.co.id, 2019). Lapas Kelas II A merupakan lapas yang menampung narapidana dari beragam jenis kasus dan usia. Narapidana yang menarik perhatian peneliti yaitu narapidana usia remaja yang harus menjalani masa kurungan lebih dari lima tahun dengan kasus pidana PPA (Perlindungan Perempuan dan Anak).

Narapidana adalah individu pelaku tindak pidana yang telah diputus bersalah oleh majelis hakim dan dihukum penjara selama kurun waktu tertentu kemudian ditempatkan dalam rumah tahanan sebagai pelaksanaan hukuman tersebut (Atmasasmita, 1995). Narapidana yang melakukan pelecehan baik pada anak atau perempuan dewasa maka narapidana tersebut dikenai hukuman atas perbuatan cabul yang diatur pada pasal 81 ayat (2) UU No. 35 Tahun 2014. Narapidana pelaku pelecehan seksual yang ditahan di Lapas kelas II A Ambarawa, beberapa masih berusia 20 dan 21 tahun dimana usia tersebut berada pada masa remaja akhir.

Perkembangan kognitif pada remaja telah mencapai tahap pemikiran operasional formal

(format operational thought) yang sudah dapat berfikir secara abstrak dan hipotesis, serta sudah

berfikir tentang sesuatu yang akan atau mungkin terjadi. Mereka juga sudah mampu memikirkan semua kemungkinan secara sistematik (sebab-akibat) untuk memcahkan dan menyelesaikan masalah-masalah, Jean Piaget (dalam Desmita, 2008). Usia remaja ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu usia 12/13 tahun sampai dengan 17/18 tahun adalah remaja awal, dan usia 17/18 tahun sampai dengan 21/22 tahun adalah remaja akhir (Mappiare dalam Ali & Asrori, 2006). Remaja di lapas memiliki kesempatan yang lebih sedikit untuk dapat mempersiapkan masa

(18)

138

depan mereka. Remaja usia akhir seharusnya mulai memikirkan menyelesaikan pendidikan mereka hingga memikirkan mereka akan bekerja sebagai apa. Selain itu mereka juga lebih mampu memikirkan hal-hal yang berhubungan dengan orientasi masa depan seperti harapan dan ketakutan mereka dalam menghadapi masa depan (Steinberg 2009).

Orientasi masa depan adalah kecenderungan individu untuk memikirkan masa depannya. Orientasi masa depan merupakan kecenderungan yang dimiliki oleh setiap individu untuk senantiasa memikirkan masa depan beserta hal-hal terkait sebagai pendukung dan penghambat serta antisipasi yang dapat dilakukan. (Seginer, 2009). Berdasarkan hasil wawancara untuk analisis awal yang dilakukan ke 3 orang narapidana menyatakan bahwa narapidana dengan kasus pelecehan anak dan perempuan memiliki kekhawatiran akan masa depannya. Dalam membentuk orientasi masa depan pada narapidana yang harus ditahan selama lebih dari lima tahun dengan kasus yang dianggap rendahan oleh masyarakat maka hal tersebut bukanlah hal yang mudah. Faktor- faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan yaitu motivasi berprestasi, lingkungan keluarga, dan relisiensi (Setiyowati, 2015). Dalam membentuk orientasi masa depan ada aspek-aspek yang harus dipenuhi yaitu meliputi:(1) motivasi yaitu suatu dorongan kebutuhan seseorang berupa harapan, perencanaan, kemampuan untuk berusaha dan konsisten pada rencana awal yang sudah ditentukan, (2) afektif yaitu representasi seseorang tentang pengalaman yang telah dialami yang menimbulkan rasa takut dan keinginan tentang masa depannya dan (3) kognitif yaitu kemampuan seseorang dalam mengantisipasi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, membedakan sesuatu, berpikir secara tepat, masuk akal dan realistis sehingga mampu menetapkan tujuan secara relevan, Nurmi (dalam Steinberg 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan di Lembaga Permasyarakatan Kelas II A Kutoarjo dalam jurnal Orientasi Masa Depan Narapidana Remaja menyatakan bahwa berdasarkan komponen-komponen yang ada dalam orientasi masa depan, peneliti mengkategorikan bahwa narapidana remaja yang berada di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II A Anak Kutoarjo memiliki orientasi masa depan yang baik dan kurang. Kategori ini dibuat berdasarkan pertimbangan kesesuaian antara indikator yang dimiliki responden tentang orientasi masa depan. Indikator tersebut meliputi Value, Expectation, Control, Hopes, Fears, Exploration, dan Commitment (Ahmad, 2012). Hal tersebut menimbulkan pertanyaan bagi peneliti tentang bagaimana orientasi masa depan pada narapidana usia remaja akhir dengan kasus kusus yaitu pelecehan seksual yang

(19)

139 harus menjalani hukuman di atas lima tahun penjara sehingga penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut.

Metode

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana peneliti merupakan instrument kunci (Sugiyono, 2005). Jenis data yang akan diambil dalam penelitian ini adalah data primer dimana data tersebut merupakan data yang diperoleh secara langsung oleh peneliti. Peneliti mengambil data dari subyek yaitu narapidana usia remaja akhir dengan kasus pelecehan seksual yang ditahan di atas lima tahun masa tahanan. Adapun jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah case study atau studi kasus. Penelitian studi kasus penelitian yang meneliti fenomena kotemporer secara utuh dan menyeluruh pada kondisi sebenarnya, dengan menggunakan berbagai sumber data..

Untuk menguji keabsahan data peneliti menggunakan tekhnik member check dan triangulasi. Member check adalah proses pengecekan data oleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan member check adalah untuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. (Sugiyono, 2008). Peneliti juga menggunakan teknik triangulasi untuk pengecekan keabsahan data dengan menggunakan beberapa sumber manusia untuk diwawancara yaitu keluarga dari subyek penelitian dan teman dekat narapidana di lapas kelas II A Ambarawa lalu dilakukan analisis untuk mengetahui adakah kesesuaian hasil data yang diperoleh dari wawancara partisipan penelitian dengan wawancara sumber daya manusia lainnya .

Adapun tempat dimana peneliti melakukan penelitian yaitu Lapas Kelas II A Ambarawa, Jawa Tengah. Kriteria serta inklusi subyek penelitian diantaranya sebagai berikut : (1) 2 orang narapidana ; (2) usia remaja akhir; (3) pelaku pelecehan anak dan perempuan; (4) dengan masa tahanan di atas lima tahun penjara; (4) pengambilan data dilakukan saat narapidana sedang tidak ada kegiatan.

Dalam penelitian kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi, wawancara mendalam, studi dokumentasi, dan gabungan ketiganya atau triangulasi (Sugiyono, 2008). Selain itu peneliti juga memerlukan buku, alat tulis, panduan wawancara, dan tape

(20)

140

recorder sebagai alat pengumpul data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode

wawancara semiterstruktur, yaitu wawancara yang dilakukan secara lebih bebas bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur.

Dalam penyusunan interview guide, peneliti mengangkat berdasarkan aspek-aspek yang diungkapkan oleh Nurmi (dalam Steinberg 2009) dimana orientasi masa depan memiliki 3 aspek yaitu; motivasi, afektif dan kognitif. (1) Motivasi, yaitu suatu dorongan kebutuhan seseorang berupa harapan, perencanaan, kemampuan untuk berusaha dan konsisten pada rencana awal yang sudah ditentukan, (2) Afektif, yaitu representasi seseorang tentang pengalaman yang telah dialami yang menimbulkan rasa takut dan keinginan tentang masa depannya dan (3) Kognitif, yaitu kemampuan seseorang dalam mengantisipasi baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, membedakan sesuatu, berpikir secara tepat, masuk akal dan realistis sehingga mampu menetapkan tujuan secara relevan, (Nurmi, dalam Steinberg 2009). Dalam upaya menghindari kesalahan data yang akan dianalisis, perlu diberlakukan sebagai berikut : (1) Melakukan member-check pada subyek yang bersangkutan, (2) Melakukan triangulasi pada nasarumber lain yang merupakan kerabat dekat atau teman dari subyek

Hasil Aspek-aspek orientasi masa depan

Aspek-aspek orientasi masa depan tampak muncul di 2 subyek penelitian peneliti. Berdasarkan hasil wawancara, kedua subyek memenuhi 3 aspek untuk memiliki sebuah orientasi masa depan. orientasi masa depan yang dimiliki oleh ke dua subyek berasal dari dukungan-dukungan orang terdekatnya, sehingga dengan adanya dukungan-dukungan dari orang terdekatnya kedua subyek memiliki keinginan untuk memikirkan masa depannya dengan baik. Orientasi masa depan terdiri dari 3 aspek, yaitu: motivasi, afektif dan kognitif.

Aspek motivasi

Motivasi merupakan sebuah dorongan bagi individu untuk memiliki harapan, perencanaan dan kemampuan untuk berusaha pada rencana yang sudah ditentukan. Kedua subyek memiliki kesamaan dalam aspek ini dimana subyek memiliki harapan untuk memperbaiki hidupnya.

(21)

141 Kedua subyek memiliki keinginan untuk membahagiakan orang-orang terdekat mereka dan menganggap orang-orang terdekat tersebut menjadi motivasi untuk diri mereka. Seperti subyek I yang ingin membuatkan usaha untuk kedua orang tuanya dan subyek II yang ingin menjadi pedagang untuk membiayai kehidupan anaknya meskipun subyek II sering merasa khawatir terhadap pandangan masyarakat akan statusnya.

“Usaha, kalo saya nurut sama orang tua soalnya usahanya nanti mau saya

kasihin sama orang tua,…” I (37-39).

“pie ya mbak, neg pesimis ki lebih tepate kaya khawatir gitu mbak, saya takut masyarakat kaya jijik ngono lho mbak sama saya kan kasus saya gini, tapi ya saya harus nyekolahin anak to mbak” II (131-133).

Keluarga memiliki peranan penting bagi subyek dalam perencanaan masa depan mereka. Dengan adanya keluarga kedua subyek memiliki harapan untuk membahagiakan keluarganya tersebut.

Aspek afektif

Aspek ini merupakan representasi seseorang tentang pengalaman yang telah dialaminya sehingga menimbulkan rasa takut akan masa depannya. Aspek ini menunjukan sisi takut atau trauma yang kedua subyek alami sehingga membuat subyek merasa khawatir akan masa depannya. Kedua subyek memiliki aspek afektif yang berbeda. Subyek I memiliki rasa takut dan khawatir untuk menjalin hubungan dengan seorang wanita dikarenakan kekasihnya lah yang memasukan subyek I kedalam penjara. Hal tersebut membuat subyek I merasa takut untuk merancang masa depannya terkait pernikahannya. Informasi ini diperoleh penelit saat peneliti menjadi mahasiswa magang. Selain itu ketakutan lain yang dirasakan subyek terkait pengalaman masa lalu dimana kedua orang tuanya sering bertengkar sehingga ia harus berhenti menempuh pendidikannya.

“…kalo sedih pernah waktu orang tua saya, jujur nih bukan curhat kan dulu sempat mau pisah dulu saya masih SD belum bisa apa-apa kan kalai SD cuma bisa nurut sama nurut, kalo sekarang sih Alhamdulillah bisa nengahin lah, Alhamdulillah selama saya disini masuk di LP Ambarawa, endak pernah kejadian kaya gitu lagi semenjak kerja juga sih , ya kan kalau satu udah ngomong satu udah

(22)

142

nyaurin ya udah jadi (berantem). Makanya saya putus sekolah ya karena itu tapi ndak apa-apa lah, yang penting adek-adek saya gimana cara nya harus sekolah”(81-87).

Hal tersebut membuat subyek I sulit melupakan kejadian yang hampir membuat orang tuanya bercerai.

“Keinget terus ya, habis dari kecil, dari TK, SD, SMP masih lah teringat terus”

(92-97).

Ketakutan yang berbeda dialami oleh subyek II, dimana subyek II lebih merasa takut akan pandangan masyarakat yang akan ia terima setelah bebas nanti. Subyek II menganggap bahwa statusnya sebagai seorang narapidana dengan kasus pelecehan seksual akan mendapat intimidasi dari masyarakat.

“pie ya mbak, neg pesimis ki lebih tepate kaya khawatir gitu mbak, saya takut masyarakat kaya jijik ngono lho mbak sama saya kan kasus saya gini, tapi ya saya harus nyekolahin anak to mbak” (131-133).

“Ya mungkin kan setiap pandangan masyarakat kan kita udah berbeda ya saya tu bekas narapidana lah di mata masyarakat kan ya mungkin bakal dikucilkan lah” (34-35).

Aspek Kognitif

Aspek kognitif yaitu kemampuan individu untuk merencanakan orientasi masa depannya baik rencana jangka panjang maupun jangka pendek. Aspek tersebut muncul dikedua subyek dimana kedua subyek memiliki rencana untuk mewujudkan rencana masa depannya. Seperti pada subyek I, rencana yang dimiliki subyek untuk mewujudkan mimpinya ialah dengan melakukan pekerjaan untuk mengumpulkan modal usaha yang akan diberikan ke orang tuanya. Pekerjaan yang akan dilakukan untuk mengumpulkan modal ialah menjadi seorang pemotong ayam. Pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan subyek I sebelum masuk ke Lapas. Selain itu subyek I juga memikirkan lokasi usaha yang akan dibuat berdekatan dengan rumahnya.

(23)

143 “Ya fokus aja lah, fokus dan mungkin sedikit-sedikitlah cari modal…(60).

“Pemotong ayam, Seneng ndak seneng sih sudah terbiasa apapun pekerjaan” (152-154).

“Ya kan deket dari rumah , kalau kejauhan sih soalnya kalo ibu saya ga bisa naik motor, kalo bapak kalo udah kerja sibuk di contact kadang susah, sesibuk apapun kalau rumah lagi butuh kalau bapak udah fokus kerja hp di anggurin aja” (74-76).

Sedangkan pada subyek II, rencana yang akan ia lakukan untuk membangun usaha nya adalah bekerjasama dengan bapak-bapak petugas Lapas dan meminjam uang ke saudaranya sebagai modal usahanya. Subyek II pun berencana untuk berjualan sayuran dan buah-buahan.

“Udah, ya kan dari pihak, kemaren udah bincang-bincang sama bapak-bapak ya planning nya kedepan kan setelah pulang dari sini kan saya tetep mau dagang lagi”(28-29).

“ya kalau ngobrol-ngobrol sama bapak-bapak disini ya kaya sayur, buah paling

mbak” (123)

“ya kaya sing tak bilang kemarin saya mau cari pinjeman saudara mungkin” (126).

Hasil dan Diskusi

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap 2 subyek narapidana memperoleh hasil bahwa orientasi masa depan pada narapidana usia remaja akhir dengan kasus pelecehan anak dan perempuan yang dengan hukuman masa tahanan di atas lima tahun penjara adalah baik hal itu dibuktikan dengan hasil wawancara kedua subyek yang menunjukan kecenderungan timbulnya aspek-aspek orientasi masa depan tersebut dalam diri mereka. Subyek I yang memikirkan untuk membuat usaha yang akan diberikan ke orang tuanya dan menyekolahkan anaknya sedangkan pada subyek 2 yang memikirkan rencana masa depannya untuk menjadi seorang pedagang agar bisa menghidupi anaknya. Rencana masa depan pada kedua subyek timbul setelah mereka mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-teman dekatnya. Menurut (Setyowati, 2015) terdapat 3 faktor yang mempengaruhi orientasi masa depan

(24)

144

seseorang yaitu motivasi berprestasi, lingkungan keluarga dan relisiensi. Namun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti dengan subyek seorang narapidana usia remaja akhir dengan kasus pelecehan seksual, peneliti menemukan faktor lain yang mempengaruhi orientasi masa depan seseorang yaitu faktor dukungan sosial.

Dukungan sosial merupakan informasi yang didapatkan dari seseorang yang dicintai, diperhatikan, dimuliakan, dihargai, berasal dari suatu jaringan komunikasi dan saling memberikan timbal balik (Taylor, 2009). Dukungan sosial sangat mempengaruhi orientasi masa depan kedua subyek, dimana kedua subyek yang terkadang merasa pesimis terhadap keadaannya sebagai seorang narapidana pelaku pelecehan menjadi optimis kembali akan masa depannya setelah memperoleh dukungan dari keluarga dan orang-orang disekitarnya. Kedua subyek memiliki orientasi masa depan yang baik setelah mereka memperoleh dukungan dari keluarga dan orang sekitarnya dan juga kemauan untuk membahagiakan dan menghidup keluarganya

Simpulan & Saran Simpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya tentang orientasi masa depan pada narapidana usia remaja akhir dengan kasus kejahatan pelecehan anak dan perempuan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa orientasi masa depan kedua subyek timbul karena dukungan dari keluarga dan orang disekitarnya. Mereka mendapat banyak dukungan dan motivasi dari keluarga dan teman-temannya sehingga membuat mereka memiliki orientasi masa depan yang baik hal itu dibuktikan dengan hasil wawancara kedua subyek yang menunjukan kecenderungan timbulnya aspek-aspek orientasi masa depan tersebut, meskipun ada rasa takut dan trauma yang mereka alami. Subyek dapat memiliki orientasi masa depan yang baik, dikarenakan ada faktor pendorong yaitu dukungan sosial.Kedua subyek mengaku dengan adanya dukungan dari keluarga dan teman-temannya, mereka menjadi lebih optimis dan memiliki harapan. Dengan adanya harapan tersebut subyek mejadi lebih bersemangat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik.Berdasarkanhasilpenelitian, pembahasan, dankesimpulandiatasmakapenelitiinginmemberikan saran yaitu:

(25)

145

Saran bagi Narapidana

Narapidana sebaiknya mencari teman yang memberikan pengaruh positif terhadap dirinya seperti memberi dukungan dan motivasi agar dirinya memiliki harapan dimasa depan. Narapidana sebaiknya juga mengisi aktivitas mereka dengan mengikuti berbagai kegiatan positif yang menunjang ketrampilannya seperti bimbingan kerja atau sesuai dengan bakat dan minat narapidana sehingga dapat memotivasi dan menjadi bekal bagi narapidana setelah bebas nanti.

Saran bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti yang tertarik untuk meneliti mengenai orientasi masa depan pada narapidana remaja dengan kasus pelecehan anak dan perempuan, dapat diteliti lebih lanjut dengan mengetahui bagaimana religiusitas narapidana tersebut sehingga mengetahui bagaimana narapidana tersebut memandang masa depannya dari segi kerohanian.

Daftar Pustaka

Ahmad, F. A. (2012). Orientasi Masa Depan Narapidana Remaja. Journal of Social and

Industrial Psychology, Vol ,1,ISSN 2252-6838.

Atmasasmita, R., & Atmasasmita, R. (1995). Kapita selekta hukum pidana dan kriminologi. Mandar Maju.

Asrori, M., & Ali, M. (2006). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta: PT Bumi

Aksara.

Desmita. (2008). Psikologi Perkembangan. Cetakan ke Empat. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Lerner, R. M., & Steinberg, L. (Eds.). (2009). Handbook Of Adolescent Psychologyindividual

Bases Of Adolescent Development (Vol. 1). John Wiley & Sons.

Nurmi, J. E. (1989). Adolescents’ Orientation to the future. Helsinki: Societas Scientiarium Fennica.

Seginer, R. (2009). Future orientation: Developmental and ecological perspectives. Springer Science & Business Media.

Setyowati, E. (2015). Hubungan efektivitas bimbingan karir dan orientasi masa depan dengan keputusan karir remaja. Thesis. Magister Psikologi Universitas Muhamaddiyah Surakarta

(26)

146

Sistem Data Base Pemasyarakatan diunduh pada tanggal 13 Maret 2019 http://smslap.ditjenpas.go.id/public/grl/current/monthly

Sugiyono.(2008). Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R & D). Bandung: Alfabeta

Steinberg, L., Graham, S., O’Brien, L., Woolard, J., Cauffman, E., & Banich, M. (2009). Age differences in future orientation and delay discounting. Child development, 80 (1), 28-44. Taylor, S. E. (2009). Health Psychology. Seventh Edition. Singapore: McGraw-Hill.

Yulianti, S. A., & Widiasih, R. (2009). Gambaran Orientasi Masa Depan Narapidana Remaja Sebelum dan Setelah Pelatihan di Rumah Tahanan Negara Kelas 1 Bandung. Jurnal

Psikologi, 10, 97-104. Diunduh pada tanggal 18 Desember 2018 http://jurnal.unpad.ac.id/mku/article/view/83

Gambar

Foty Isabela Otemusu, Susana Prapunoto, A. Ign. Kristijanto  84  Hubungan antara Perceived Discrimination dan Kualitas Hubungan Romantis pada

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sukadana yang terdiri dari kelas VIII A, VIII B, VIII C, VIII D, dan VIII E dan sampel dalam penelitian

Berdasarkan pengamatan selama kegiatan inti pada siklus II respon anak terlihat kemajuan melalui data yang diperoleh selama pengamatan.Hasil penelitian setelah pelaksanaan

Karena udara yang masuk ke dalam ruangan pembakaran tidak kering dan masih mengandung air, maka terdapat panas yang hilang untuk menguapkan air yang terkandung dalam udara

Atau secara sederhana juga dapat dipahami sebagai sistem informasi yang menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses

Piutang Pajak Daerah adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada Pemerintah Daerah dan/atau hak Pemerintah Daerah yang dapat dinilai denghan uang sebagai akibat

Jurusan dan Program Studi S1 Psikologi Universitas Brawijaya 15 belum dapat dilakukan evaluasi mengenai sejauhmana kesesuaian Renstra tersebut dengan program kerja yang

Perencanaan dinding geser sebagai elemen struktur penahan beban gempa pada gedung bertingkat bisa dilakukan dengan konsep gaya dalam (yaitu dengan hanya meninjau

Hasil penelitian menunjukan bahwa pewarisan budaya WTM di Kabupaten Malang adalah (1) unsur pertunjukan WTM sebagai materi pewarisan meliputi tokoh, gerak tari, dalang,