KEMENTERIAN PERHUBUNGAN
DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
NOMOR : KP 480 TAHUN 2012
TENTANG
ROADMAP HUBUNGAN UDARA INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA,
Menimbang : a. bahwa pembukaan pasar angkutan udara menuju ruang udara
tanpa batasan hak angkut udara (open sky) dari dan ke
Indonesia untuk perusahaan angkutan udara niaga asing
dilaksanakan secara bertahap berdasarkan perjanjian bilateral dan multilateral dan pelaksanaannya melalui mekanisme yang mengikat para pihak;
b. bahwa untuk menentukan kepentingan Indonesia dalam perjanjian bilateral dan multilateral sebagaimana dimaksud pada huruf a, perlu di susun kebijakan umum perjanjian hubungan udara (roadmap hubungan udara Indonesia);
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara tentang Roadmap Hubungan Udara Indonesia.
Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian
Internasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1012);
Memperhatikan
Menetapkan
PERTAMA
KEDUA
KETIGA
2.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan
(Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4956);
3.
Peraturan
Presiden
Nomor
47
Tahun
2009
tentang
Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara;
4. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 43 Tahun 2005
tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Departemen
Perhubungan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor KM 1 Tahun 2008 sebagaimana
diubah dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 60 Tahun 2010;5. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 25 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara;
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor KM. tentang Tatanan Kebandarudaraan Nasional.
Tahun 2010
Instruksi Presiden Nomor 11 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan
Komitmen Cetak Biru Masyarakat Ekonomi Association of
Southeast Asian Nations Tahun 2011;M E M U T U S K A N :
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
TENTANG PENETAPAN ROADMAP HUBUNGAN UDARA
INDONESIA
Menetapkan Roadmap Hubungan Udara Indonesia sebagaimana tercantum
dalam lampiran Keputusan.
Roadmap sebagaimana dimaksud pada Diktum PERTAMA merupakan
pedoman bagi setiap pejabat dalam melakukan perundingan hubungan
udara dengan negara mitra, khususnya terkait hard right (market access)
Dengan ditetapkannya Roadmap sebagaimana tercantum dalam lampiran
keputusan ini, Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Tidak Berjadwal,
BadanUsaha Angkutan Udara Bukan Niaga serta Pengelola bandara,
KEEMPAT Direktur Jenderal Perhubungan Udara mengawasi pelaksanaan keputusan
mi.
KELIMA Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di Pada tanggal
JAKARTA
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA ttd
HERRY BAKTI
SALINAN Keputusan ini disampaikan kepada : 1. Sekretaris Jenderal;
2. Inspektur Jenderal;;
3. Para Kepala Kantor Otoritas Bandar Udara;
4. Para Kepala Bandar Udara ;
5. Direktur Utama PT Angkasa Pura I (Persero); 6. Direktur Utama PT Angkasa Pura II (Persero).
7. Para Direktur Utama Badan Usaha Angkutan Udara Niaga Berjadwal; 8. Para Direktur Utama Badan Usaha Angkutan Udara Tidak Berjadwal;
9. Para Penanggungjawab Kegiatan Angkutan Udara Bukan Niaga;
10. Dewan Pimpinan Pusat INACA;
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HU£Uft4S£*£ HUMAS
Lampiran Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Udara
Nomor : KP 480 TAHUN 2012
Tanggal : 26 Desember2012
ROADMAP HUBUNGAN UDARA INDONESIA
I. Pendahuluan A. Latar belakang
Dengan semakin berkembangnya dunia penerbangan baik di tingkat domestik, regional maupun global serta makin banyaknya permintaan dari Negara-negara mitra untuk lebih meningkatkan hak angkut dalam perjanjian bilateral, sementara kepentingan Indonesia terhadap Negara-negara mitra tersebut cukup beragam, maka dirasa perlu untuk menyusun kebijakan umum perjanjian hubungan udara. Kebijakan umum tersebut merupakan pedoman yang akan dipergunakan dalam melakukan perundingan hubungan udara. Mengingat konstelasi perkembangan dunia yang berfluktuasi dengan cepat maka pelaksanaan dari Roadmap ini akan disesuaikan dengan kondisi atau situasi politik, ekonomi dan kekuatan airline Indonesia serta perkembangan yang terjadi pada saat itu
B. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penyusunan Roadmap Hubungan Udara ini adalah memberikan pedoman bagi pejabat terkait dalam melakukan perundingan hubungan udara dengan negara mitra, khususnya yang terkait dengan hard right (marketaccess)
Tujuan dari penyusunan Roadmap Hubungan Udara ini adalah tersusunnya suatu kebijakan angkutan udara nasional yang lebih terarah dan berhasil guna dalam melakukan perundingan hubungan udara dengan negara lain
II. Kebijakan Hubungan Udara Luar Negeri A. Bilateral
Kebijakan hubungan udara bilateral Indonesia dengan negara mitra dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut:
1. Aspek yang dipertimbangkan dalam membuat perjanjian hubungan bilateral: a. Kepentingan nasional (poleksosbudhankam);
b. Perm intaan/ketersediaanjasa angkutan udara
c. Potensi negara mitra ;
d. Jaringan dan rute penerbangan dalam negeri;
e. Potensi daerah (khususnya daerah wisata);f. Keterpaduan intra dan antar moda.
2. Prinsip perjanjian hubungan udara bilateral:
a. Reciprocal basis; b. Equal opportunity;
3. Hak angkut (freedom of the air) untuk angkutan penumpang dan khusus kargo,
sampai dengan hak angkut ke kelima dengan prinsip bahwa pertukaran hak
angkut didasarkan pada nilai traffic suatu rute;
4. Penunjukan perusahaan lebih dari satu (multi designation);
5. Pemilihan jenis kapasitas angkut (frekuensi, seat capacity atau coefisienformula)
didasarkan pada pertimbangan nilai ekonomi;
6. Tarif diarahkan untuk lebih liberal dengan mengacu pada prinsip double dis
approval namun wajib filing sebagai informasi;
7. Co-terminalisasi secara terbatas diperbolehkan sepanjang Indonesia juga
mendapat hak yang sama dengan nilai traffic yang sama;
8. Mendorong adanya kerjasama antar perusahaan penerbangan nasional, maupun
dengan negara mitra dan negara ketiga untuk menghadapi persaingan global;
9. Mengizinkan penerbangan charter langsung ke daerah tujuan wisata;
B. ASEAN
Kebijakan hubungan udara luar negeri Indonesia di tingkat ASEAN akan difokuskan
pada upaya Indonesia dalam menghadapi ASEAN Single Aviation Market 2015
dengan pendekatan sebagai berikut:1. Tetap mempertahankan prinsip cabotage
2. Melakukan ratifikasi perjanjian angkutan udara ASEAN secara bertahap;
3. Perjanjian multilateral dibuat sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan mempertimbangkan kepentingan nasional berdasarkan prinsip
4. Apabila Indonesia melakukan perjanjian plurilateral mengenai angkutan udara
dengan suatu organisasi komunitas negara lain, pelaksanaan perjanjian dilakukan
berdasarkan ketentuan yang disepakati dalam perjanjian tersebut.5. Pertukaran hak angkut dan pembukaan point di tingkat Sub regional (IMT-GT
dan BIMP-EAGA) dapat dilakukan lebih liberal dibandingkan ASEAN guna
mendorong pertumbuhan sub kawasan. C. Sub-Regional dan Multilateral lainnya
1. Prioritas kebijakan
hubungan udara yang lebih terbuka diberikan kepada
kerjasama sub regional (IMT-GT, BIMP-EAGA) dengan tujuan untuk
mengembangkan wilayah yang belum berkembang
2. Perjanjian
angkutan
udara
multilateral
lainnya
dilakukan
dengan
mempertimbangkan daya saing perusahaan penerbangan nasional;
III. Tantangan dan Peluang (Lingkungan Strategis) Tantangan global yang dihadapi saat ini adalah :
A. Sejak tahun 1980-an, liberalisasi di segala bidang telah mulai dilakukan oleh
banyak negara sehingga pada saat ini liberalisasi telah menjadi hal yang umum
dilakukan dan dituntut oleh sebagian besar negara
B. Kecenderungan negara-negara membentuk Pasar Bersama mengakibatkan arus
modal yang tidak mengenai batas negara dan tuntutan untuk membuka pasar domestik;
C. Kecenderungan perusahaan penerbangan untuk membentuk dan bergabung dalam
aliansi global guna memperluas jaringan penerbangannya;
D. Perlunya mengubah pola pikir perusahaan penerbangan nasional dari yang bersifat
defensif menjadi ofensif inward looking menjadi outward looking, untuk berani
bersaing di pasar global dengan meningkatkan aspek keselamatan, keamanan dan pelayanan;
Peluang yang dapat diperoleh dengan Roadmap ini adalah :
A. Akses pasar yang lebih terbuka bagi perusahaan penerbangan nasional;
B. Mendorong perusahaan penerbangan nasional meningkatkan kemampuan untuk bersaing
C. Dengan meningkatnya akses angkutan udara dari / ke point-point yang lebih
banyak di wilayah Indonesia, maka interaksi perdagangan dan pariwisata daerah dengan dunia internasional akan semakin meningkat.
IV. Roadmap Hubungan Udara Indonesia 2012 - 2020
Sampai saat ini Indonesia mempunyai perjanjian hubungan udara dengan 73 negara, sedangkan untuk perjanjian ASEAN Indonesia telah meratifikasi ASEAN Multilateral Agreement on Air Services beserta Protokol 1 dan Protokol 2-nya
Roadmap terdiri dari 2 bagian yaitu :
a. Roadmap Hubungan Udara Bilateral yang disusun berdasarkan wilayah/region sebagaimana tercantum dalam appendiks 1; dan
b. Roadmap Hubungan Udara Indonesia dalam Kerangka Kerjasama ASEAN, sebagaimana tercantum dalam appendiks 2.
DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA
ttd
HERRY BAKU
Salinan sesuai dengan aslinya
KEPALA BAGIAN HUK^pALLHU^$
ISRAFULWftYffi
Pembina ^JV/a)s^__^^ N- „•
NIP. 19680616 1994Q3J! Q02 ^> ^ ;''
Appendiks
1
Keputusan
Direktur
Jenderal
Perhubungan
Udara
Appendiks
1
Keputusan
Direktur
Jenderal
Perhubungan
Udara
ROADMAP
HUBUNGAN
UDARA
BILATERAL
5'5$$
ROADMAP
HUBUNGAN
BILATERAL
INDONESIA
DENGAN
NEGARA
MITRAASIA
Hak angkut 3 dan 4 ke/dari semua negara mitra: limited (terbatas) Code Share dengan negara-negara: Hongkong, India, Iran, Jepang, Macau, RRC, Korea Selatan, Srilanka •^Tariff-' ~\% fDouble approval Bangladesh.-Hongkpjn^^. •iin^tKyrgyzstan,
Maciu-Sar$g^7«
Pakistan, RRC Taiwan/$£&ES* Turkmenistan, Uzbekistan, 3 P'luhlr r>, iin,vo\.(il japan, Korea Selatan, India, Sri'.,.-, <v* lanka. ' "%*" , Peningkatan hak angkut ke 3,4 untuk negara-negara: Korea Selatan, Hongkong Usulan mengatur code share dengan Taiwan JU.'uhn D^uhkd, .*of>rv.jiij/iintiik» *"&
-.'.
Peningkatan hak angkut ke 3, 4 untuk negara-negara: Jepang, RRC, Sri Lanka Usulan mengatur code share dengan Srilanka^nt^^r|^R%)^2
•."v. •iV/Sr* - •'-Peningkatan hak angkut ke 3,4 untuk negara-negara India, Pakistan fePeningkatan.-haK'axigkut^k'je.i ••SjjntufacidiaijPSkistaJKi*'* 5 "*?-Open sky (route ••chedule, tariff, designated airline) dengan negara-negara tertentu sesuai perkembangan permintaan pasar di Indonesia dan kawasan Asia •"•• *9si * * "ft • «ROADMAP
HUBUNGAN
BILATERAL
INDONESIA
DENGAN
NEGARA
MITRA
TIMURTENGAH
Hak angkut '3,4: ke/dari semua negara mitra limited (terbatas) Code share dg negara: Bahrain, Saudi Arabia, Qatar, UAE Qatar,, Double Dis-ApprovaT:Ya mart'. Peningkatan hak angkut 3,4 ke/dari: Saudi Arabia, Qatar. fjegarassSauc' f r w I Peningkatan hak angkut 3,4 ke/da'rfc'Mesir, Jordan Usulan mengatur code s/jore dengan: Mesir, Jordan Peningkatan hak angkut 3,4 ke/dari : Yemen Usulan mengatur code share dengan : Yemen t. • Open sky (route schedule, tariff, designated airline) dengan negara-negara tertentu sesuai perkembangan permintaan pasar di Indonesia dan kawasan Timur Tengah •Zvi >V* ,ji-ROADMAP
HUBUNGAN
BILATERAL
INDONESIA
DENGAN
NEGARA
MITRA
PAS
IFIK
•MS
ROADMAP
HUBUNGAN
BILATERAL
INDONESIA
DENGAN
NEGARA
MITRA
EROPA
\' T,JlTt 10! "• "
ROADMAP
HUBUNGAN
BILATERAL
INDONESIA
DENGAN
NEGARA
MITRA
AMERIKA
UTARA,
SELATAN
DAN
KARIBIA
Hak angkut 3.4 (limited ) dengan: Mexico, dan Argentina Hak angkut 3,4 unlimited -Canada Hak angkut 3.4 dengan USA (unlimited) Code Share dengan Amerika Serikat, Meksiko, Argentina, Canadatariff
•
;
fboiublp
Approval
/Vftjfc.'"*
•''
*Dtiu ble Dis-ApproVaT;t;'?yF.!i; USA, Canada', Argentina," •"*' Meksiko. , " "; v".. Pengaturan lebih fleksibel untuk codeshare dengan Canada -'* . '"#.-'•. "SB^Yj'-.-^^grg !. ji*^*.* Open sky (route schedule, tariff, designated airline) dengan negara-negara tertentu sesuai perkembangan permintaan pasar di Indonesia dan kawasan Amerika Utara, Selatan, Karibia Mengingat lokasi geografis maka penambahan hak angkut 3,4 disesuaikan dengan kebutuhan Lebih menitik beratkan pada CodeShdre mmm—»—»•»•
ROADMAP
HUBUNGAN
BILATERAL
INDONESIA
DENGAN
NEGARA
MITRA
AFRIKA
Posisi Saat ini Hak angkut 3. dengan negara mitra : Afrika Selatan, Kenya, Madagascar, Morocco, Mauritius, Tunisia Code Share dengan negara : • wfifewgrTowyf?:-^*^a _m Double Dis-Aoproval: Kenya, JAfrika Selatanv '' *. llfWefifrlla ^•'i^^iV'^Sptjiiv'^ir^^ •' if : ••••••' Pengaturan Code Shore dengan Mauritius *i v-»*«--Mipoiiir
.'*' '.'""V ":* -, -Pengaturan Code Share dengan Afrika Selatan ^•v^ '-?--& -** &f ""£&&* -A> Keterangan l^lfirRfe;-Lebih menitik beratkan pada CodeShareAppendiks
2
Keputusan
Direktur
Jenderal
Perhubungan
Udara
ROADMAP
HUBUNGAN
UDARA
INDONESIA
DALAM
KERANGKA
ASEAN
""^fMiiltMillMROADMAP HUBUNGAN UDARA INDONESIA DALAM KERANGKA ASEAN MATERI POSISI SAAT INI (2011 -2012 ) 2013 2014 2015 2016 -2020 RATIFIKASI PERJANJIAN ANGKUTAN UDARA ASEAN Ratifikasi ASEAN Mult/lateral Agreement On Air Services (Body Agreement/MAAS) Ratifikasi ASEAN Multilateral Agreement On The Full Liberalization Of Air Freight Services (Body Agreement/MAFLAFS) Ratifikasi Protocol 5 MAAS (Unlimited Third and Fourth Freedom Traffic Rights Between ASEAN Capital Cities) Ratifikasi ASEAN Multilateral Agreement On The Full Liberalization Of Passenger Air Services (MAFLPAS / Body Agreement) Review pelaksanaan MAAS, MAFLAFS dan MAFLPAS, dan diskusi internal kemungkinan peningkatan liberalisasi akses pasar. Ratifikasi Protocol 1 MAAS (Unlimited Third And Fourth Freedom Traffic Rights Within The ASEAN Sub-region) Ratifikasi Protocol 1 MAFLAFS (Unlimited Third, Fourth And Fifth Freedom Of Traffic Rights Among Designated Points In ASEAN) Ratifikasi Protocol 6 MAAS (Unlimited Fifth Freedom Traffic Rights Between ASEAN Capital Cities) Ratifikasi Protocol 1 MAFLPAS (Unlimited Third And Fourth Freedom Traffic Rights Between Any ASEAN Cities) Ratifikasi Protocol 2 MAAS (Unlimited Fifth Freedom Traffic Rights Within The ASEAN Sub-region) Ratifikasi Protocol 2 MAFLAFS (Unlimited Third, Fourth And Fifth Freedom Of Traffic Rights Among All Points With International Airports In ASEAN) Ratifikasi Protocol 2 MAFLPAS (Unlimited Third, Fourth And Fifth Freedom Traffic Rights Between Any ASEAN Cities) mmmi
MATERI POSISI SAAT INI (2011 -2012 ) 2013 2014 2015 2016 -2020 Ratifikasi Protocol 3 MAAS (Unlimited Third And Fourth Freedom Traffic Rights Between The ASEAN Sub-regions) Ratifikasi Protocol 4 MAAS (Unlimited Fifth Freedom Traffic Rights Between The ASEAN Sub-regions) m