• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II BAHAN RUJUKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II BAHAN RUJUKAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

BAHAN RUJUKAN

2.1 Sistem Informasi Akuntansi

Sistem informasi akuntansi menurut George H. Bodnar yang dikutip oleh Amir Abadi (2000 ; 1) adalah sumber daya halnya perusahaan dan pabrik. Produktivitasnya, sebagai suatu hal yang penting agar tetap kompetitif, sebagai suatu sistem informasi, mengidentifikasikan, mengumpulkan dan mengkomunikasikan informasi ekonomik mengenai suatu badan usaha kepada beragam orang. Informasi adalah data yang berguna yang diolah sehingga dapat dijadikan dasar untuk mengambil keputusan yang tepat. Sistem adalah kumpulan sumber daya yang berhubungan untuk mencapai tujuan tertentu.

Informasi dari suatu perusahaan, terutama informasi keuangan dibutuhkan oleh berbagai macam pihak yang berkepentingan. Pihak – pihak diluar perusahaan, seperti kreditur, calon investor dan lain – lainnya yang memerlukan informasi ini dalam kaitannya dengan kepentingan mereka. Disamping itu, pihak intern, yang manajemen juga memerlukan informasi keuangan untuk mengetahui, mengawasi, dan mengambil keputusan – keputusan untuk menjalankan perusahaan.

Upaya mengetahui kebutuhan informasi bagi pihak luar maupun dalam perusahaan, disusun suatu akuntansi. Sistem ini direncanakan untuk menghasilkan informasi yang berguna bagi pihak luar maupun perusahaan dapat diproses

(2)

dengan cara manual (tanpa mesin – mesin pembantu) atau diproses dengan menggunakan mesin.

2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi

Sistem informasi akuntansi merupakan bagian yang terpenting bagi manajemen didalam memperoleh informasi akuntansi yang tepat dan dapat dipercaya, terutama mengenai data keuangan dari suatu perusahaan, sehingga data tersebut dapat digunakan oleh pihak luar ataupun pihak dalam.

Agar lebih jelasnya mengenai pengertian sistem akuntansi, maka penulis akan mengutip definisi sistem akuntansi.

Terdapat banyak pengertian sistem akuntansi, yang dikemukakan oleh para ahli. Dibawah ini disajikan beberapa pendapat mengenai pengertian sistem akuntansi.

Pengertian sistem akuntansi menurut Howard. F. Sttetler yang dikutip Zaki Baridwan (2000 ; 4) adalah :

” Sistem akuntansi adalah formulir, catatan – catatan, prosedur – prosedur dan alat – alat yang digunakan untuk mengolah data mengenai usaha suatu kesatuan ekonomis dengan tujuan untuk menghasilkan umpan balik dalam bentuk laporan – laporan yang diperlukan oleh manajemen untuk mengawasi usahanya, dan bagi pihak – pihak lain yang berkepentingan seperti pemegang, kreditur dan lembaga – lembaga pemerintah untuk menilai hasil operasi ”.

Menurut George H. Bodnar yang dikutip oleh Amir Abadi Jusuf (2000 ; 1) adalah :

” SIA adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang diatur untuk mengubah data menjadi informasi .”

(3)

Sedangkan menurut Mulyadi (2001 ; 3) definisi sistem akuntansi adalah : ” Sistem akuntansi adalah organisasi formulir, catatan dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengolahan perusahaan .”

Dari pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa sistem akuntansi adalah untuk membantu manajemen memperoleh informasi dalam rangka pengolahan perusahaan, diantaranya untuk keperluan dan pelaporan kepada pihak yang berkepentingan melalui saran – saran tertentu.

2.1.2 Unsur – unsur Sistem Informasi Akuntansi

Untuk suatu sistem adalah formulir, catatan yang terdiri dari jurnal, buku besar pembantu, serta laporan. Menurut Mulyadi (2001 ; 3), berikut ini akan diuraikan pengertian masing – masing unsur sistem akuntansi tersebut :

1. Formulir 2. Jurnal 3. Buku besar 4. Buku pembantu 5. Laporan

Penjelasan mengenai unsur – unsur sistem akuntansi diatas adalah sebagai berikut :

1. Formulir

Merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya transaksi. Contohnya : faktur penjualan, bukti kas keluar, dan cek.

(4)

2. Jurnal

Jurnal merupakan catatan akuntansi yang dipergunakan untuk mencatat, mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Contohnya : jurnal penerimaan kas, jurnal pembelian, jurnal penjualan, dan jurnal umum.

3. Buku Besar

Buku besar (general ledger) terdiri dari rekening – rekening yang digunakan untuk meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal. 4. Buku Pembantu

Buku pembantu ini terdiri dari rekening – rekening pembantu yang merinci data keuangan yang tercantum dalam rekening tertentu dalam buku besar. 5. Laporan

Laporan adalah hasil akhir proses akuntansi membuat laporan keuangan.

Unsur – unsur sistem informasi akuntansi menurut George H. Bodnar yang dikutip oleh Amir Abadi Jusuf (2000 ; 5) adalah :

1. Sistem informasi pemasaran 2. Sistem informasi produksi 3. Sistem informasi sumber daya

2.1.3 Tujuan Sistem Informasi Akuntansi

Menurut Mulyadi (2001 ; 19) bahwa menggunakan suatu sistem informasi akuntansi mempunyai tujuan utama, yaitu sebagai berikut :

(5)

a. Untuk menyediakan informasi bagi pengelolaan kegiatan usaha baru. b. Untuk memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada. c. Untuk memperbaiki pengendalian akuntansi dan pengecekan intern.

d. Untuk mengurangi biaya klerikal dalam penyelenggaraan catatan akuntansi.

2.2 Sistem Informasi Akuntansi Penjualan

Sistem informasi akuntansi penjualan membahas secara khusus aspek – aspek yang menyangkut aktivitas yang berkenaan dengan penjualan secara struktur organisasi dan prosedur mengenai penyelenggaraan aktivitas transaksi penjualan, baik transaksi penjualan tunai maupun penjualan secara kredit sampai dengan tersusunnya informasi akuntansi atas transaksi – transaksi aktivitas penjualan tersebut. Dalam prosedur penjualan diperlukan suatu sistem informasi akuntansi penjualan yang baik untuk menunjang kelancaran setiap kegiatan penjualan yang dilakukan perusahaan.

2.2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi Penjualan

Menurut La Midjan dan Azhar Susanto (2001 ; 172) pengertian SIA sebagai berikut :

” Sistem informasi akuntansi penjualan adalah kerangka kerja dari sumber daya manusia, alat, metode, dan kesemuanya itu dikoordinasikan untuk mengolah data penjualan menjadi informasi penjualan yang berguna bagi pihak – pihak yang membutuhkan .”

(6)

2.2.2 Unsur – unsur Sistem Informasi Akuntansi Penjualan

Berikut ini merupakan unsur – unsur sistem informasi akuntansi penjualan yang mendukung pelaksanaan penjualan secara tunai adalah sebagai berikut :

1. Prosedur dan Fungsi dari Penjualan 2. Formulir dan Catatan yang digunakan 3. Informasi dan Pelaporan Penjualan

Berdasarkan unsur – unsur sistem informasi akuntansi penjualan diatas maka dapat diuraikan bahwa :

1. Prosedur dan Fungsi dari Penjualan

Menurut Mulyadi (2001 ; 6) jaringan prosedur yang membentuk sistem penjualan tunai adalah sebagai berikut :

a. Prosedur order penjualan

Prosedur order penjualan digunakan untuk melayani pembeli yang akan membeli barang.

b. Prosedur penerimaan kas

Prosedur penerimaan kas digunakan untuk melayani pembeli yang membayar harga buku sesuai yang tercantum dalam faktur penjualan tunai. c. Prosedur penyerahan barang

Prosedur penyerahan barang digunakan untuk melayani pengambilan barang oleh pembeli yang telah melakukan pembayaran ke Bagian Kasa.

(7)

d. Prosedur pencatatan penjualan

Prosedur pencatatan penjualan digunakan untuk mencatat transaksi penjualan kedalam buku jurnal penjualan.

e. Prosedur pencatatan penerimaan kas dari penjualan tunai

Prosedur pencatatan penerimaan kas dari penjualan tunai digunakan untuk mencatat transaksi penerimaan kas ke dalam buku jurnal penerimaan kas. f. Prosedur rekonsilasi bank

Prosedur rekonsilasi bank digunakan untuk mengawasi penerimaan kas dan penyetoran kas bank.

Sedangkan fungsi yang terkait dalam penjualan tunai menurut Mulyadi (2001 ; 204), dalam penjualan tunai melibatkan beberapa fungsi dalam setiap bagian yang saling berhubungan, seperti bagian penjualan, bagian kas, bagian gudang, bagian pengiriman, dan bagian akuntansi.

Adapun fungsi lebih rinci dari penjualan tunai tersebut sebagai berikut : 1. Fungsi Penjualan

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan pembayaran harga barang ke fungsi kas.

2. Fungsi Kas

Fungsi ini bertanggung jawab sebagai penerima kas dari pembeli. 3. Fungsi Gudang

Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli, serta menyerahkan barang tersebut kefungsi pengiriman.

(8)

4. Fungsi Pengiriman

Fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang yang telah dibayar harganya kepada pembeli.

5. Fungsi Akuntansi

Fungsi ini bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan penerima kas dan pembuatan laporan penjualan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat diungkapkan dengan terlibatnya kelima bagian (bagian penjualan, bagian kas, bagian gudang, bagian pengiriman, dan bagian akuntansi) dalam aktivitas penjualan tersebut akan saling berhubungan dan berinteraksi serta akan melakukan pengawasan secara terus menerus atas masing – masing kegiatan yang mereka lakukan secara independen dan terpisah.

2. Formulir dan Catatan yang Digunakan

Formulir dan catatan yang digunakan dalam sistem akuntansi penjualan tunai menurut Mulyadi (2001 ; 219) adalah :

a. Faktur Penjualan Tunai

Formulir dan catatan ini digunakan untuk merekam berbagai informasi yang diperlukan oleh manajeman mengenai transaksi penjualan tunai. Jika dilihat daftar informasi yang diperlukan oleh manajemen mengenai transaksi penjualan tunai, maka formilir faktur dapat digunakan untuk merekam data mengenai nama dan alamat pembeli, tanggal transaksi, nama dan kode barang, kuantitas, harga satuan, jumlah harga, otorisasi terjadinya berbagai tahap transaksi. Faktur penjualan tunai diisi oleh

(9)

fungsi penjualan yng berfungsi sebagai pengantar pembayaran oleh pembeli kepada fungsi kas dan sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penjualan. Tembusan faktur ini dikirim oleh fungsi penjualan ke fungsi pengiriman sebagai perintah penyerahan barang kepada pembeli yang telah melaksanakan pembayaran harga barang ke fungsi kas.

b. Pita Register Kas (Cash Register Tape)

Formulir dan catatan ini dihasilkan oleh fungsi kas dengan cara mengoperasikan mesin register kas (cash register). Pita register kas ini merupakan bukti penerimaan kas yang dikeluarkan oleh fungsi kas dan merupakan dokumen pendukung faktur penjualan tunai yang dicatat dalam jurnal penjualan.

c. Credit Card Sale Slip

Formulir dan catatan ini dicetak oleh credit card center bank yang menerbitkan kartu kredit dan diserahkan kepada perusahaan disebut merchant yang menjadi anggota kartu kredit. Bagi perusahaan yang menjual barang atau jasa, dokumen ini diisi oleh fungsi kas dan berfungsi sebagai alat untuk menagih uang tunai dari bank yang mengeluarkan kartu kredit, untuk transaksi penjualan yang telah dilakukan kepada pemegang kartu kredit.

d. Bill of Lading

Formulir dan catatan ini merupakan bukti penyerahan barang dari perusahaan penjual barang kepada perusahaan angkutan umum. Dokumen ini digunakan oleh fungsi pengiriman dalam penjualan COD ( Cash On

(10)

Delivery ) yang penyerahan barangnya dilakukan oleh perusahaan angkutan umum.

e. Faktur Penjualan COD ( Cash On Delivery )

Formulir dan catatan ini digunakan untuk merekam COD ( Cash On Delivery ). Tembusan faktur penjualan COD ( Cash On Delivery ) diserahkan kepada pelanggan melalui bagian angkutan perusahaan, kantor pos, atau perusahaan angkutan umum dan dimintakan tanda tangan penerima barang dari pelanggan sebagai bukti telah diterimanya barang oleh pelanggan. Tembusan faktur penjualan COD ( Cash On Delivery ) digunakan oleh perusahaan untuk menagih kas yang harus dibayar oleh pelanggan pada saat penyerahan barang yang dipesan oleh pelanggan. f. Bukti Setor Bank

Formulir dan catatan ini oleh fungsi kas sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti setor dibuat tiga lembar dan diserahkan oleh fungsi kas ke bank, bersamaan dengan penyetoran kas ke bank. Dua lembar tembusannya diminta kembali dari bank setelah ditandatangani dan dicap oleh bank sebagai bukti penyetoran kas ke bank. Bukti setor bank diserahkan oleh fungsi kas kepada fungsi akuntansi, dan dipakai oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen sumber untuk pencatatan transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai ke dalam jurnal penerimaan kas. g. Rekap Harga Pokok Penjualan

Formulir dan catatan ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk meringkas harga pokok produk yang dijual selama satu periode (misal satu bulan).

(11)

Data yang direkam berasal dari kolom ”jumlah harga” dokumen ini digunakan oleh fungsi akuntansi sebagai dokumen pendukung bagi pembuatan bukti memorial untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.

3. Informasi dan Pelaporan Penjualan

Setiap perusahaan yang melakukan aktivitas penjualn tunai harus selalu mencatat dan melaporkan seluruh hasil penjualannya. Informasi dan laporan ini dapat disajikan bukti tertulis dalam mempertanggungjawabkan kebenaran transaksi penjualan tunai terdiri dari :

a. Informasi penjualan • Jurnal Penjualan

Jurnal penjualan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan meringkas data penjualan. Jika perusahan menjual berbagai macam produk dan manajemen memerlukan informasi penjualan setiap jenis produk yang dijualnya selama jangka waktu tertentu, dalam jurnal penjualan disediakan satu kolom untuk setiap jenis produk guna meringkas informasi penjualan menurut jenis produk.

• Jurnal Penerimaan Kas

Jurnal penerimaan kas digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan kas dari berbagai sumber, diantaranya penjualan tunai.

(12)

• Kartu Persediaan

Kartu persediaan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkurangnya harga pokok produk yang dijual. Kartu persediaan diselenggarakan difungsi akuntansi untuk mengawasi mutasi dari persediaan barang yang disimpan digudang.

• Kartu Gudang

Kartu ini berisi tentang data kuantitas persediaan yang disimpan digudang. Catatan ini diselenggarakan oleh fungsi gudang untuk mencatat mutasi dari persediaan barang yang disimpan dalam di gudang.

• Jurnal Umum

Jurnal ini digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat harga pokok yang dijual.

b. Pelaporan Penjualan

Laporan – laporan yang diperlukan manajemen mengenai penjualan menurut La Midjan (2001 ; 182) adalah sebagai berikut :

• Laporan perkembangan harga atas barang – barang berikut perkembangan pemasarannya

• Laporan atas bonafiditas debitur

• Laporan rencana penjualan dan saluran pemasarannya

• Laporan atas kontrak – kontrak penjualan yang dibuat berikut pengiriman barangnya

(13)

• Laporan atas order penjualan yang diterima berikut yang telah dipenuhi.

Sedangkan prinsip – prinsip penyusunan laporan manajemen agar efektif adalah sebagai berikut :

• Harus tepat pada waktunya • Sederhana dan jelas

• Harus benar dan teliti

• Bentuk penyajian harus sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan yang digunakan

• Konsep pertanggung jawaban harus dilaksanakan.

2.2.3 Tujuan Penyusunan Sistesm Informasi Penjualan

Untuk keberhasilan aktivitas penjualan menjadi penentu keberhasilan aktivitas penjualan menjadi penentu keberhasilan pimpinan perusahaan dalam mengelola perusahaan, sehingga apabila aktivitas penjualan tidak didukung oleh pengelolaan yang baik melalui sistem informasi akuntansi penjualan yang memadai, maka akan sangat sulit bagi perusahaan untuk mempertahankan kegiatan perusahaan dalam era sekarang ini.

Menurut La Midjan dan Azhar Susanto (2001 ; 170) informasi akuntansi penjualan, disebabkan sebagai berikut :

1. Aktivitas penjualan merupakan sumber pendapatan perusahaan. Kurang dikelolanya aktivitas penjualan dengan baik, secara langsung akan merugikan perusahaan karena selain sasaran penjualan tidak tercapai juga, pendapatan akan berkurang.

2. Pendapatan dari hasil penjualan merupakan sumber pembiayaan perusahaan oleh karenanya perlu diamankan.

3. Akibat adanya penjualan akan merubah posisi harta dan menyangkut : a. Timbulnya piutang kalau penjualan secara kredit atau masuknya

(14)

b. Kuantitas barang akan berkurang digudang karena penjualan terjadi.

Dengan demikian, perubahan atas harta perusahaan akan mempunyai pengaruh terhadap kondisi harta tersebut, maka dari itu perlu di desain sistem informasi akuntansi yang memadai.

2.3 Konsep Penjualan

Istilah penjualan menurut Basu Swasta (1993 ; 7) adalah :

” Menjual adalah ilmu dan seni yang mempengaruhi pribadi yang dilakukan oleh penjual untuk mengajak orang lain agar bersedia membeli barang atau jasa yang ditawarkan .”

Dengan definisi diatas, maka penjualan akan tercipta jika terjadi suatu proses pertukaran barang atau jasa antara penjual dan pembeli.

2.3.1 Pengertian Penjualan Tunai

Penjualan merupakan aktivitas yang penting dalam suatu perusahaan. Kegagalan dalam aktivitas penjualan akan mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap kontinuitas operasi perusahaan, oleh karena itu penjualan merupakan sumber pendapatan yang paling utama bagi perusahaan.

Penjualan dapat dibedakan antara penjualan tunai dengan penjualan kredit. Dalam aktivitas penjualan kredit apabila order yang diterima dari pembeli telah dipengaruhi dengan pengiriman barang, maka untuk waktu tertentu akan terjadi piutang perusahaan terhadap pembeli. Dengan adanya piutang ini maka pihak pembeli mempunyai kewajiban untuk membayar sejumlah uang sebelum tanggal jatuh tempo yang telah disepakati. Sedangkan dalam aktivitas penjualan

(15)

tunai atau cash maupun cek tunai yang bersifat likuid sehingga dapat langsung digunakan untuk membiayai perusahaan.

2.3.2 Klasifikasi Distribusi Penjualan Tunai

Pada dasarnya, klasifikasi distribusi penjualan disebut distribusi langsung yang merupakan sistim saluran distribusi yang singkat, bahkan paling singkat karena boleh dikatakan tanpa melalui para perantara (middleman) sama sekali. Sebenarnya, saluran distribusi dapat dipersingkat dengan cara ” integrasi ” apabila dikehendaki. Integrasi pada umumnya diartikan sebagai menguasai perusahaan lain. Dengan menguasai atau memiliki perusahaan – perusahaan sepanjang saluran distribusi, maka perusahaan dapat dikatakan melakukan distribusi langsung padahal dia bertindak sebagai produsen, pedagang besar (wholesaler) dan pengecer (retailer).

2.3.3 Pengertian Retailing

Sebenarnya agak sukar untuk menerjemahkan kata ”retailing” ini secara tepat. Banyak orang yang mengartikan sebagai kegiatan menjual barang secara eceran. Tetapi sebenarnya pengertian ”retailing” menurut Basu Swastha (2000 ; 192) adalah :

” Pengecer (retailing) atau toko pengecer adalah sebuah lembaga yang melakukan kegiatan usaha menjual barang kepada konsumen akhir untuk keperluan pribadi (non bisnis) .”

(16)

Menurut Irma Nilasari dan Sri Wilujeng (2006 ; 139) pengertian pengecer (retailer) adalah :

” Merupakan perantara pedagang yang membeli barang untuk dijual kembali langsung pada konsumen akhir pemakai. ”

2.3.3.1 Kegiatan Retailing

Menurut Marwan Asri (1991 ; 285) retailing mencakup kegiatan – kegiatan sebagai berikut :

1. Menyediakan barang yang dibutuhkan oleh konsumen akhir. 2. Menjual dengan harga yang pantas.

3. Menyampaikan kepada konsumen tentang usahanya melalui promosi.

4. Meyakinkan konsumen bahwa barang yang dijualnya mampu memenuhi kebutuhan mereka.

Karena itu retailing sering pula disebut dengan ”merchandising”. Satu hal yang perlu diingat bahwa retailing merupakan kegiatan yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir, sehingga dapat dikatakan sebagai ”ujung tombak” dari rangkaian kegiatan pendistribusian barang. ”Produsen – Pengecer – Konsumen”.

(17)

2.3.3.2 Macam – macam Retailer dan Penggolongannya

Meskipun tujuan yang ingin dicapai oleh retailer adalah sama, mendapatkan keuntungan dari penyampaian barang kepada konsumen akhir, ternyata cara yang dicapai berbeda – beda. Pemilihan cara yang dipakai untuk menjual barang ini merupakan bagian dari kebijaksanaan pemasaran yang dijalankan oleh retailer.

Macam – macam Retailer : 1. Door to door Retailing

2. General Store dan Single Line Store 3. Departement Store

4. Mail Order Retailing

Sedangkan penggolongan pengecer (retailer) menurut Basu Swastha (2000 ; 195) adalah :

Pengecer dapat digolongkan berdasarkan : 1. Ukuran toko

2. Banyaknya product line 3. Lokasi geografis

4. Bentuk pemilikan, dan 5. Metode operasinya.

(18)

2.3.4 Pengertian Wholesaling

Pedagang besar (Wholesaling) merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pembelian barang dalam jumlah besar untuk dijual lagi. Jadi, pembelian yang dilakukannya berjumlah besar. Tidak semua perusahaan yang terlibat dalam perdagangan besar selalu digolongkan sebagai pedagang besar. Kadang – kadang satu pengecer menjual kepada pengecer yang lain. Produsen sendiri juga sering melayani penjualan secara langsung kepada pengecer. Jadi, kegiatan perdagangan besar ini dapat dilakukan oleh sutu perusahaan kepada semua pembeli kecuali konsumen akhir (yang membeli untuk kepentingan pribadi atau non bisnis). Bagi perusahaan yang memiliki kantor cabang penjualan (yang mempunyai fungsi pokok menjual, bukannya memproduksi), perusahaan tersebut juga harus menentukan penyalur atau pedagang besarnya.

Istilah pedagang besar (wholesaler) ini hanya digunakan pada perantara pedagang yang terikat dengan kegiatan perdagangan besar dan biasanya tidak melayani penjualan eceran kepada konsumen akhir. Adapun definisi dari pedagang besar menurut Basu Swastha (2000 ; 202) adalah :

” Pedagang besar adalah sebuah unit usaha yang membeli dan menjual kembali barang – barang kepada pengecer dan pedagang lain atau kepada pemakai industri, pemakai lembaga, dan pemakai komersial yang tidak menjual dalam volume yang sama kepada konsumen akhir. ”

Pengertian Wholesaler (pedagang besar) menurut Irma Nilasari dan Sri Wilujeng (2006 ; 139) adalah :

” Merupakan perantara pedagang yang terikat perdagangan dalam jumlah besar dan tidak melayani penjualan ke konsumen akhir.

(19)

Grosir membeli barang untuk dijual kembali pada pedagang lainnya.”

Beberapa elemen penting dalam definisi diatas adalah : 1. Pedagang besar merupakan unit usaha

2. Mereka bertindak sebagai perantara antara produsen dengan pembeli barang – barang industri dan perantara lain

3. Mereka melayani para pembeli barang industri dan perantara lain, bukannya konsumen akhir.

2.3.4.1 Kegiatan dan Peranan Wholesaler

Banyaknya peranan yang dapat dimiliki oleh wholesaler dalam kedudukannya sebagai anggota dari saluran distribusi. Beberapa diantara peranan yang penting adalah :

1. Menyelidiki kebutuhan konsumen baik langsung maupun melalui retailer untuk kemudian disampaikan kepada produsen.

2. Menyimpan barang sebelum sampai ketangan konsumen atau sebelum diminta oleh konsumen baik langsung maupun melalui retailer. Wholesaler pada umumnya mempunyai fasilitas penyimpanan barang yang memadai, sehingga menciptakan manfaat ”waktu” bagi barang yang disimpan.

3. Mengangkut dan memindahkan barang dari tempat yang tidak terjangkau oleh konsumen maupun retailer.

4. Menyediakan kredit bagi para pelanggannya terutama para retailer. Biasanya wholesaler memberikan kelonggaran pembayaran kepada para retailer yang

(20)

telah dipercaya sebelumnya, sehingga secara tidak langsung membantu modal kerja para retailer.

5. Menyediakan informasi baik tentang barang maupun harga barang tersebut untuk para konsumennya.

6. Menyediakan informasi pasar bagi produsen. Kedudukannya yang lebih dekat dengan pasar akan membantu wholesaler mendapatkan gambaran yang lebih jelas tentang keadaan konsumen. Informasi yang dikumpulkannya sangat bermanfaat bagi produsen dalam rangka pengembangan produknya.

7. Membantu produsen – produsen kecil dalam hal finansil, karena membeli barang mereka dalam jumlah yang besar. Besarnya jumlah setiap kali pembelian mengakibatkan perputaran modal kerja menjadi lebih cepat, sehingga jumlah yang dibutuhkan tidak terlalu besar.

Dilihat dari kegiatan dan peranan terhadap wholesaler diatas, ternyata ada kebijaksanaan harga yang dikaitkan dengan Product Life Cycle yaitu,

1. Skimming Pricing

Skimming pricing adalah salah satu bentuk kebijaksanaan harga untuk memperoleh laba per unit yang tinggi dari produk baru, yang sedang berada dalam tahap perkenalan. Skimming price bermanfaat untuk mengetahui sifat permintaan suatu barang yang baru diperkenalkan.

2. Introductory Price Dealing

Potongan harga tunai biasanya akan menarik konsumen. Karena itu produsen atau penjual sering menerapkan cara ini untuk tahap perkenalan produk baru,

(21)

sebagai gabungan usaha promosi dan harga. Sebenarnya potongan harga secara umum, tidak hanya pada produk baru yang diberikan kepada konsumen dapat bermacam – macam, yakni Quantity Discount, Cash Discount, dan Trade Discount.

a) Quantity Discount

Potongan harga yang diberikan kepada pembeli mengikuti jumlah barang yang dibelinya. Penjual menawarkan Quantity Discount dengan harapan pembeli akan membeli dalam jumlah yang lebih besar sehingga menaikan volume penjualan secara keseluruhan.

b) Cash Discount

Cash Discount adalah potongan yang diberikan kepada pembeli apabila mereka membayar tunai barang – barang yang dibelinya pada saat itu. c) Trade Discount

Trade Discount atau sering disebut sebagai Functional Discount, adalah potongan harga yang diberikan oleh produsen kepada para penyalur yang terlibat dalam pendistribusian barang.

Secara keseluruhan, potongan harga yang diberikan kepada pembeli adalah salah satu cara yang dapat dipakai penjual dalam menjalankan salah satu fungsi pemasarannya. Pemberian potongan harga meskipun tidak selalu mengakibatkan kenaikan volume penjualan, diharapkan mampu menjadi salah satu alternatif pertimbangan seseorang dalam mengambil keputusan pembelian.

(22)

2.3.4.2 Penggolongan Pedagang Besar ( Wholesaler )

Penggolongan pedagang besar ke dalam beberapa jenis, didasarkan pada fungsi – fungsi yang mereka lakukan, adalah sangat penting bagi produsen. Penggolongan tersebut sangat membantu produsen dalam memilih pedagang besar yang paling baik. Pada pokoknya, pedagang besar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu :

1. Pedagang Besar dengan Servis Penuh

Pedagang besar dengan servis penuh (full service wholesaler) merupakan jenis pedagang besar yang paling tua. Mereka dikatakan sebagai pedagang besar dengan servis penuh karena menjalankan semua fungsi pemasaran yang ada. Adapun fungsi – fungsi pemasaran yang mereka lakukan menurut Basu Swastha (2000 ; 203) adalah : a. Fungsi pembelian. b. Fungsi penjualan. c. Fungsi pembagian. d. Fungsi pengangkutan. e. Fungsi pembelanjaan. f. Fungsi penyimpanan.

g. Fungsi penanggungan resiko. h. Fungsi informasi.

(23)

Pada umumnya pedagang besar dengan servis penuh ini digunakan sebagai penyalur oleh produsen yang tidak mampu memasarkan barangnya kepasar yang sangat luas.

2. Pedagang Besar dengan Fungsi Terbatas

Pedagang besar dengan fungsi terbatas (limited function wholesaler) merupakan kelanjutan dari jenis pedagang besar yang telah dibahas dimuka (pedagang besar dengan servis penuh). Mereka menjadi pedagang besar dengan fungsi terbatas karena beberapa fungsi atau servis yang semula mereka lakukan sekarang mereka tinggalkan. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan efisiensi dan mengurangi biaya operasi. Pada keadaan seperti ini biasanya produsen sudah mulai memasarkan barangnya langsung kepada pengecer. Adapun jenis – jenis pedagang besar dengan fungsi terbatas ini antara lain dapat disebutkan sebagai berikut :

a. Mail order wholesaler. b. Cash and carry wholesaler.

Pada umumnya, kedua macam pedagang besar dimuka (pedagang dengan servis penuh dan pedagang besar dengan fungsi terbatas) mempunyai hak milik atas barang – barang yang diperdagangkan.

(24)

2.3.5 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Penjualan Tunai

Untuk mencapai penjualan yang optimal seperti yang diharapkan tidak mudah, meskipun telah dikeluarkan biaya promosi yang cukup besar. Hal ini disebabkan oleh faktor – faktor tertentu yang juga mempengaruhi penjualan.

Secara umum faktor – faktor tersebut adalah : 1. Analisis pasar.

2. Penelitian dan pengembangan

Penelitian dan pengembangan produk yang menyangkut mutu barang yang dijual.

3. Promosi

Perencanaan dan pelaksanaan kegiatan promosi yang tepat dan sesuai. 4. Komunikasi regulasi

Dengan melaksanakan kegiatan penjualan, perusahaan harus selalu mengikuti peraturan pemerintah yang berlaku, seperti peraturan penjualan tunai,

peraturan penanaman modal, peraturan perpajakan (PPn 10 %). 5. Sistem packaging

Terutama bagi industri – industri yang membutuhkan kemasan yang lebih baik untuk produk yang dihasilkan, misalnya : clothing, distro dan lain – lain. 6. Sistem pengiriman

Sistem pengiriman harus baik, kondisi barang harus tetap utuh dan yang terpenting adalah pengiriman yang tepat waktu sesuai dengan kesepakatan. 7. Pengendalian dan evaluasi

(25)

Perusahaan secara rutin harus melakukan evaluasi untuk melihat kembali apakah pelaksanaan kegiatan penjualan telah sesuai dengan rencana sebagai tolak ukur pengendalian dimasa yang akan datang.

Referensi

Dokumen terkait

Kehadiran kepemilikan saham oleh manajerial dapat digunakan untuk mengurangi agency cost karena dengan begitu manajer diharapkan merasakan langsung manfaat dari setiap

Prevalensi AI Provinsi Sumbar 3,8%, ini menunjukkan bahwa diwilayah Provinsi Sumbar masih ditemukan virus AI yaitu di Kabupaten Agam, Kabupaten 50 Kota, Kabupaten

Inovasi di dalam teknologi telekomunikasi berkembang dengan cepat dan selaras dengan perkembangan karakteristik masyarakat modern yang memiliki mobilitas tinggi, mencari

dilakukan yang meliputi: (1) penapisan gen HD-Zip yang merespon kekeringan, (2) peningkatkan ekspresi (overexpression) gen Oshox4 yang merupakan salah satu gen HD-Zip di

Erti juga memahami, sebagai guru yang sudah memiliki banyak pengalaman dalam mengurusi studi pascasekolah siswa, UNAIR merupakan salah satu kampus favorit yang diidamkan

- Jumlah Pelatihan - LnRenum Alijoyo (2004) 3 Governance Outcome Governance outcome merupakan manifestasi dari pelaksanaan governance oleh bank yang dimulai dari

Seorang yang obsesi saketih (sakti) ia akan mengambil pengijazahan ilmu Kebal, baik yang menggunakan kekuatan bersumber pada saudara empat, atau bisa juga melalui

Buku ilmiah populer Etnobotani Tumbuhan Leucosyke capitellata di Kawasan Hutan Bukit Tamiang Kabupaten Tanah Laut mempunyai nilai 92,71% dengan kriteria sangat valid yang