• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rumus Lama Dirawat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rumus Lama Dirawat"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Perbedaan Lama Dirawat dengan Hari Perawatan dalam

Perhitungan Indikator Pelayanan Rumah Sakit

Kategori :

Rekam Medis

Dalam penghitungan statistik pelayanan rawat inap di rumah sakit terdapat istilah Lama

Dirawat (Lama Rawat) dan Hari Perawatan. Istilah ini masih sering rancu dalam

penggunaannya. Dua istilah tersebut memiliki cara pencatatan, penghitungan, dan

penggunaan yang berbeda. Istilah tersebut digunalan dalam rumus berikut :

Rumus BOR = (Jumlah hari perawatan rumah sakit / (Jumlah tempat tidur x Jumlah hari

dalam satu periode)) X 100%

Rumus AVLOS = Jumlah lama dirawat / Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Rumus TOI = ((Jumlah tempat tidur X Periode) – Hari perawatan) / Jumlah pasien keluar

(hidup + mati)

LAMA DIRAWAT/LAMA RAWAT

Lama dirawat atau kadang disebut lama rawat adalah istilah yang menunjukkan berapa hari

seorang pasien dirawat pada satu episode rawat inap.

Satuan untuk lama dirawat menggunakan hari. Cara menghitungnya yaitu dengan

menghitung selisih antara tanggal pulang (tanggal keluar rumah sakit, baik hidup maupun

mati) dengan tanggal masuk rawat inap setiap pasien. Khusus pasien yang masuk dan keluar

pada hari yang sama maka lama dirawat dihitung sebagai 1 hari.

Total lama dirawat menunjukkan total lama dirawat dari seluruh pasien yang dihitung dalam

periode tertentu yang dipilih.

Rerata lama dirawat dikenal dengan istilah AvLOS / ALOS (average Length of Stay) yang

merupakan satu parameter dalam penghitungan efisiensi penggunaan tempat tidur (TT).

HARI PERAWATAN

Hari Perawatan menunjukkan banyaknya beban merawat pasien dalam suatu periode. Dalam

kata lain merupakan jumlah pasien yang dirawat pada suatu periode. Hari perawatan

menggunakan satuan hari pasien.

Hari perawatan dihitung dengan cara mengambil data dalam Formulir Sensus Harian Rawat

Inap (SHRI). Sensus harian rawat inap adalah kegiatan pencacahan atau penghitungan pasien

rawat inap yang dilakukan setiap hari pada suatu ruang rawat inap. Sensus harian berisi

tentang mutasi keluar masuk pasien selama 24 jam mulai dari pukul 00.00 s/d 24.00.

Tujuannya adalah untuk mengetahui memperoleh informasi semua pasien yang masuk dan

keluar rumah sakit selama 24 jam (Depkes RI, 1994).

Data yang diambil untuk menghitung hari perawatan dari sensus harian rawat inap adalah

jumlah pasien sisa yang masih dirawat pada saat dilakukan penghitungan SHRI, dan data

jumlah pasien yang masuk dan keluar pada hari yang sama meskipun saat dilakukan sensus,

pasien tersebut sudah tidak ada.

(2)

Baca juga :

Rumus Perhitungan Indikator Pelayanan Rawat Inap

Sensus Harian Rawat Inap

KESIMPULAN

Lama dirawat dihitung dari selisih tanggal keluar dengan tanggal masuk, sedangkan hari

perawatan merupakan jumlah pasien yang dirawat dalam suatu periode (periode

hari/bulan/tahun).

Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit. Indikator-indikator berikut bersumber dari sensus harian rawat inap :

1. BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)

BOR menurut Huffman (1994) adalah “the ratio of patient service days to inpatient bed count days in a period under consideration”. Sedangkan menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).

Rumus :

(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%

(jlh tempat tidur × jlh hari dalam satu periode)

2. ALOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)

ALOS menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of inpatient discharged during the period under consideration”. ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

Rumus :

(jumlah lama dirawat)

(jlh pasien keluar (hidup + mati))

3. TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)

TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan

(3)

gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.

Rumus :

((jumlah tempat tidur ×

Periode) −

Hari Perawatan)

(jlh pasien keluar (hidup + mati))

4. BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)

BTO menurut Huffman (1994) adalah “…the net effect of changed in occupancy rate and length of stay”. BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi

pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.

Rumus :

Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)

(jumlah tempat tidur)

5. NDR (Net Death Rate)

NDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan di rumah sakit.

Rumus :

Jumlah pasien mati >

48 jam × 100%

(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

6. GDR (Gross Death Rate)

GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar.

Rumus :

Jumlah pasien mati seluruhnya × 100%

(jumlah pasien keluar (hidup + mati))

MENGHITUNG TENAGA PERAWAT A. Cara rasio

Metoda ini menggunakan jumlah tempat tidur sebagai denominator personal yang diperlukan.Metoda ini paling sering digunakan karena sederhana dan mudah.Metoda ini hanya mengetahui jumlah personal secara total tetapi tidak bisa mengetahui produktivitas SDM rumah sakit,da kapan personal tersebut dibutuhkan oleh setiap unit atau bagian rumah sakit yang mebutuhkan.Bisa digunakan bila: kemampuan dan sumber daya untuk prencanaan personal terbatas,jenis,tipe, dan volume pelayanan kesehatan relatif stabil.Cara rasio

(4)

yang umumnya digunakan adalah berdasarkan surat keputusan menkes R.I. Nomor 262 tahun 1979 tentang ketenagaan rumah sakit,dengan standar sebagai berikut : Tipe RS TM/TT TPP/TT TPNP/TT TNM/TT A & B 1/(4-7) (3-4)/2 1/3 1/1 C 1/9 1/1 1/5 ¾ D 1/15 1/2 1/6 2/3 Khusus Disesuiakan Keterangan : TM = Tenaga Medis TT = Tempat Tidur

TPP = Tenaga Para Medis Perawatan

TPNP = tenaga para medis non perawatan TNP = tenaga non medis

Cara perhitungan ini masih ada yang menggunakan, namun banyak rumah sakit yang lambat laun meninggalkan cara ini karena adanya beberapa alternatif perhitungan yang lain yang lebih sesuai dengan kondisi rumah sakit dan profesional.

B. Cara Demand

Cara demand adalah perhitungan jumlah tenaga mennurut kegiatan yang

memang nyata dilakukan oleh perawat. Menurut Tutuko (1992) setiap klien yang masuk ruang gawat darurat dibutuhkan waktu sebagai berikut:

1. untuk kasus gawat darurat : 86,31 menit 2. untuk kasus mendesak : 71,28 menit 3. untuk kasus tidak mendesak : 33,09 menit

Hasil penelitian di rumah sakit di Filipina, menghasilkan data sebagai berikut:

No Jenis pelayanan Rata – rata jam perawatan / hari

1 Non bedah 3,4

2 Bedah 3,4

3 Campuran bedah dan non bedah 3,5

4 Pos partum 3,0

(5)

Konversi kebutuhan tenaga adalah seperti pada perhitungan cara Need.

C. Cara Gillies

Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy unit perawatan adalagh sebagai berikut:

Keterangan :

A = rata-rata jumlah perawatan/pasien/hari B = rata-rata jumlah pasien /hari

C= Jumlah hari/tahun

D = Jumlah hari libur masing-masing perawat E = jumlah jam kerja masing-masing perawat

F = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun

G = Jumlah jam perawatan yang diberikan perawat per tahun H = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut

Prinsip perhitungan rumus Gillies:

Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu:

a) Perawatan langsung, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan pasien padfa perawat maka dapat

diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self care, partial care, total care dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994) kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan untuk:

 self care dibutuhkan ½ x 4 jam : 2 jam  partial care dibutuhkan ¾ x 4 jam : 3 jam  Total care dibutuhkan 1- 1½ x 4 jam : 4-6 jam  Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam : 8 jam

b) Perawatan tak langsung, meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat, ,konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, h 245) = 38 menit/ klien/ hari,

sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/ hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies, 1994)

c) Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari.

v Rata-rata klien per hari adalah jumlah klien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rata-ratanya atau menurut “ Bed Occupancy Rate” (BOR) dengan rumus:

(6)

o Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu x 100%Jumlah tempat tertentu x 365

Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari

1. Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu 128 hari, hari minggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari.

2. Jumlah jam kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 = 8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)

3. Jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% (untuk antisiapasi kekurangan/ cadangan)

D. Metoda Formulasi Nina

Nina (1990) menggunakan lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga. Contoh pengitungannya:

Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatrkan jumlah rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60 %, sedangkan rata-rata jam

perawatan adaalah 4 jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah sbb:

 Tahap I

Dihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh diatas A= 4 jam/ hari

 Tahap II

Dihitung B= jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu hari.

B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200  Tahap III

Dihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun. C= B x 365 hari = 1200 x 365 = 438000 jam

 Tahap IV

Dihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama setahun.

(7)

Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80 adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.

 Tahap V

Didapat E= jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan. E= 985500/ 1878 = 524,76 (525 orang)

Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 – 52 hari minggu = 313 hari) dan dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (6 jam)

E. Metoda hasil Lokakarya Keperawatan

Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989), rumusan yang dapat digunakan untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikut :

Prinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan rumus dari Gillies (1989) diatas, tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk penyesuaian ( sedangkan angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu minggu).

REFERENSI

Soejadi, DR, DHHSA, 1996, Efisiensi Pengelolaan Rumah Sakit, Katiga Bina: Jakarta.

Wuryanto, Sis, Amd Perkes, SKM, tanpa tahun, Grafik Barber Johnson, Pormiki: Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pengelolaan Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) berbasis komputer mempunyai beberapa database sistem yaitu pasien masuk untuk menyimpan identitas pasien yang

Sistem pengelolaan Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) berbasis komputer mempunyai beberapa database sistem yaitu pasien masuk untuk menyimpan identitas pasien yang

Pelaporan Sensus Harian Rawat Inap (SHRI) dapat dilaksanakan berdasarkan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang ada pada Rumah Sakit tersebut.. SPO memberikan

Menguraikan pengertian sensus data pasien, istilah- istilah terkait sensus data pasien, menghitung hari perawatan dan sensus rawat inap dengan benar Menguraikan

Gambar 1 Alur Sensus Harian Rawat Inap Manual Rumah Sakit Elisabeth Medan Alur sensus harian rawat inap SIMRS tidak sesuai dengan SPO sensus yang terdapat di rumah sakit dan BPPRM,2006

53 f.Uji statistik untuk mengetahui perbedaan ketepatan pengisian sensus harian rawat inap sebelum dan sesudah penerapan buku panduan pelaksanaan sensus harian rawat inap RSUD Kota

“Analisis Pemanfaatan Data Sensus Harian Rawat Inap Untuk Pelaporan Indikator Pelayanan Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Dr.. Komisi Akreditasi Rumah

Waktu yang dibutuhkan untuk melakukan rekapitulasi sensus harian rawat inap selama 30 hari yaitu bulan November 2018 sebelum implementasi aplikasi sensus harian rawat inap berbasis web