• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aktivitas Enzim Pencernaan Pada Usus Ikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aktivitas Enzim Pencernaan Pada Usus Ikan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

AKTIVITAS ENZIM PENCERNAAN PADA USUS

IKAN

Pelaksanaan : Senin, 3 Oktober 2016

Dosen : Erlix Rakhmad Purnama, S.Si., M.Si.

Kelompok: 10

Wahyu Utami (14030204077)

Nur Fitria Rachmayanti (14030204086)

Miftahul Ilmiyah (14030204092)

Desy Muwaffaqoh (14030204094)

Kelas Pendidikan Biologi B 2014

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI

2016 1. Judul :

(2)

Aktivitas Enzim Pencernaan Pada Usus Ikan. 2. Tujuan :

Tujuan dari dilakukannya praktikum ini yaitu :

a) Mengetahui macam-macam enzim pencernaan pada ikan mujair, lele, dan tombro.

b) Mengetahui bagian saluran cerna yang menghasilkan enzim pencernaan pada ikan mujair, lele, dan tombro.

c) Mengetahui pengaruh lama waktu penyimpanan isolat enzim pencernaan pada ikan mujair, lele, dan tombro.

d) Mengetahui fungsi enzim pencernaan dan cairan empedu. 3. Dasar Teori :

Makanan yang dicerna dipecah menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana sehingga mudah diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam aliran darah. Pencernaan merupakan proses yang berlangsung terus menerus. Bermula dari pengambilan pakan dan berakhir dengan pembuangan sisa pakan. (Sunita, 2007).

Proses pencernaan makanan, makanan yang dicerna dipecah menjadi molekul-molekul yang lebih sederhana sehingga mudah diserap melalui dinding usus dan masuk kedalam aliran darah. Pencernaan merupakan proses yang berlangsung terus menerus. Bermula dari pengambilan pakan dan berakhir dengan pembuangan sisa pakan (Indira, 2011).

Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia.Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap (Campbell, 1995).

Sistem pencernaan pada hewan umumnya sama dengan manusia, yaitu terdiri atas mulut, faring, esofagus, lambung, dan usus. Namun demikian struktur alat pencernaan berbeda-beda dalam berbagai jenis hewan, tergantung pada tinggi rendahnya tingkat organisasi sel hewan tersebut serta jenis makanannya.Pada

(3)

hewan invertebrata alat pencernaan makanan umumnya masih sederhana, dilakukan secara fagositosis dan secara intrasel, sedangkan pada hewan-hewan vertebrata sudah memiliki alat pencernaan yang sempurna yang dilakukan secara ekstrasel. Bagian-bagian utamanya terdiri dari mulut, hulu kerongkongan, kerongkongan, lambung, usus kecil, dan usus besar (Guyton, 1995 dalam Wulandari, 2014).

Pada hewan tingkat tinggi seperti ikan, makanan dicerna dalam saluran khusus yang pada umumnya sudah berkembang dengan baik.Jadi, pencernaan makanan pada hewan ini berlangsung didalam organ gastrointestinal (secara ekstraseluler). Sistem gastrointestinal tersusun atas berbagai organ yang secara fungsional dapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu daerah penerimaan, daerah penyimpanan, daerah pencernaan, dan penyerapan nutrien, serta daerah penyerapan air dan ekskresi (Isnaeni, 2006).

Secara umum, dalam mulut makanan dihancurkan secara mekanis oleh gigi dengan jalan dikunyah. Makanan yang dimakan dalam besar diubah menjadi ukuran lebih kecil. Selama penghancuran secara mekanis berlangsung, kelenjar yang ada disekitar mulut mengeluarkan cairan yang disebut saliva atau ludah.Ada tiga kelenjar yang mengeluarkan saliva yaitu kelenjar parotid, kelenjar submandibular dan kelenjar sublingual. Didalam saliva terdapat enzim saliva yaitu suatu enzim amilase yang berfungsi untuk memecah molekul amilum menjadi maltosa dengan proses hidrolisis. Proses ini berjalan lebih baik apabila makan dikunyah lebih halus. Enzim ptialin bekerja secara optimal pada pH 6,6. Selain itu, saliva juga berfungsi untuk membasahi makanan sehingga dapat mempermudah proses menelan makanan (Poedjiadi, 2006). Liur juga mengandung enzim amilase dan lipase. Amilase akan memecah pati dan glikogen menjadi maltosa dan oligosakarida, sedangkan enzim lipase liur pada manusia kurang mempunyai peran pada proses pencernaan. Selain mengandung enzim ptialin, air liur juga mengandung senyawa penyangga derajat keasaman (bufer) yang berguna untuk memecah terjadinya penurunan pH agar proses pencernaan dapat berjalan normal. Setelah melalui mulut makanan menuju ke esophagus (Zona Progresif) melalui faring. Dalam ikan,rongga mulut meneruskan diri

(4)

menjadi faring dengan beberapa pasang insang sebagai jalan masuk makanan dan air. kemudian makanan menuju lambung (ventriculus) (Duke, 1995 dalam Wulandari, 2014).

Didalam lambung ini akan terjadi proses pencernaan protein, lemak, dan karbohidrat. Pencernaan protein di lambung akan mengalami denaturasi oleh kerja HCl dan dihidrolisis oleh enzim pepsin, sehingga protein menjadi peptid. Pencernaan protein, lemak dan karbohidrat di lambung merupakan tahap awal, tetapi secara intensif dilakukan di usus. Sedangkan pada ikan yang tidak mempunyai lambung, pencernaan protein dilakukan pada usus depan oleh enzim protease akan memecah protein menjadi asam amino (Gordon, 1979 dalam Wulandari, 2014).

Dari lambung (Zona Progresif), makanan masuk ke usus (Zona Degresif) yang berupa pipa panjang berkelok-kelok dan sama besarnya. Usus bermuara pada anus (Zona Egresif). Di dalam usus, makanan akan merangsang keluarnya hormon kolsistokinin. Hormon ini yang memacu keluarnya getah empedu dari hati.Getah empedu terbuat dari sel-sel darah merah yang telah rusak di dalam hati.Pengeluaran getah empedu tersebut melalui pembuluh hepatikus yang kemudian ditampung di dalam kantong empedu. Fungsi getah empedu untuk memperhalus butiran-butiran lemak menjadi emulsi sehingga mudah larut dalam air dan diserap oleh usus, dan saluran untuk ekskresi pigmen dan substansi toksik dari aliran darah, seperti alkohol dan bahan kimia lainnya (Lambs, 1985 dalam Wulandari, 2014).

Kelenjar pencernaan pada ikan, meliputi hati dan pankreas. Hati merupakan kelenjar yang berukuran besar, berwarna merah kecoklatan, terletak di bagian depan rongga badan dan mengelilingi usus, bentuknya tidak tegas, terbagi atas lobus kanan dan lobus kiri, serta bagian yang menuju ke arah punggung. Fungsi hati menghasilkan empedu yang disimpan dalam kantung empedu untuk membanfu proses pencernaan lemak. Kantung empedu berbentuk bulat, berwarna kehijauan terletak di sebelah kanan hati, dan salurannya bermuara pada lambung. Kantung empedu berfungsi untuk menyimpan empedu dan disalurkan ke usus bila diperlukan. Pankreas merupakan organ yang berukuran mikroskopik sehingga

(5)

sukar dikenali, fungsi pankreas, antara lain menghasilkan enzim – enzim pencernaan dan hormon insulin (Guyton, 1995 dalam Indira, 2011).

Cairan empedu terdiri dari garam-garam empedu, elektrolit, pigmen empedu, kolesterol dan lemak. Fungsi empedu antara lain yaitu untuk membuang limbah tubuh tertentu (terutama hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol) serta membantu pencernaan dan penyerapan lemak. Garam empedu meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang terlarut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus. Garam-garam empedu merupakan bahan pengemulsi kuat yang disekresikan oleh hati dalam empedu yang selanjutnya mengeluarkan isinya kebagian atas usus halus. Selain asam-asam lemak dan senyawa monoasilgliserol dari butir lemak yang teremulsi diserap dibagian bawah usus halus, garam-garam empedu yang membantu proses ini juga diserap kembali. Garam-garam empedu tersebut kembali ke hati untuk kemudian digunakan kembali berkali-kali. Dengan demikian garam-garam empedu secara tetap berdaur diantara hati dan usus halus (Sihombing, dkk, 2014).

Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi.Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa. ada uji benedict pereaksi ini akan bereaksi dengan gugus aldehid, kecuali dalam gugus aromatik dan alpha hidroksi keton oleh karena itu, meskipun fruktosa bukanlah gula pereduksi, namun karena memiliki gugus alpha hidroksi keton maka fruktosa akan berubah menjadi glukosa dan maltosa dalam suasana basa memberikan hasil positif (+) dengan pereaksi benedict. Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan sampel makanan dilarutkan dalam air,dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selama 4-10 menit, selam proses ini larutan akan berubah menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata / coklat (kandungan glukosa tinggi ) (Winarno,1994 dalam Indira, 2011).

Uji biuret merupakan uji umum untuk protein (ikatan peptida) tetapi tidak dapat menunjukkan asam amino bebas. Zat yang akan diselidiki mula-mula

(6)

ditetesi larutan NaOH, kemudian larutan tembaga(II) sulfat yang encer. Jika terbentuk warna ungu, berarti zat itu mengandung protein. Warna violet akan terbentuk pada larutan CuSO4 alkalis (reagen biuret) dengan 2 atau lebih ikatan peptide ( CO-NH) yang saling berikat, atau pada atom N yang sama, atau atom C yang sama. Disamping itu, terdapat 2 atau lebih gugusan karbomil (CONH2), C-5NH2, CNH NH2, CR NH2. Dipeptida dan asam amino (kecuali histidin, serin dan treonin) tidak memberi reaksi positif (Almatsier, 2003).

4. Bahan dan Alat : 4.1. Bahan

- Ikan Mujair - Ukuran 500 gram

- Ikan lele - Ukuran 100 – 200 gram

- Ikan tombro - Ukuran 300 gram

- Aquades - Secukupnya - Gliserin 50% - 200 ml - Toluene - 50 ml - Larutan Amilum 2% - 100 ml - Larutan Maltosa 2% - 100 ml - Putih telur - 50 ml - Reagent Benedict - Reagent Biuret - 100 ml - 100 ml

- Minyak goreng - Secukupnya

4.2. Alat

- Tabung reaksi - 15 Tabung

- Botol berwarna gelap dan tutup - 24 botol

- Mortar dan alu - 1 set

- Gelas beaker ukuran 500 ml - 1 gelas

- Pembakar spirtus - A set

- Penjepit kayu - 1 penjepit

- Pipet tetes - 5 pipet

- Rak tabung reaksi - 1 rak

- Gelas ukur 10 ml - 1 gelas

- Papan bedah - 1 papan

- Perlengkapan bedah - 1 set

- Corong kaca - 1 buah

5. Langkah Kerja :

5.1. Uji fungsi empedu terhadap lemak

a. Memberikan label tabung reaksi dengan K sebagai control, EM sebagai contoh uji empedu ikan mujair, EL sebagai contoh uji empedu ikan lele dan ET sebagai contoh uji ikan tombro.

(7)

b. Menuangkan cairan empedu masing-masing ikan pada tabung yang telah disiapkan.

c. Mengisi tabung K dengan 2 ml akuades dan mengencerkan empedu masing-masing ikan dengan akuades pada tabung EM,EL dan ET hingga volume mencapai 2ml.

d. Menambahkan 2 ml minyak goreng pada masing-masing tabung lalu mengocok kuat selama 10 menit.

e. Mengamati perubahan yang terjadidan mencatat pada table data. 6. Hasil dan Pembahasan

a. Hasil

Tabel 1. Data uji fungsi empedu terhadap lemak.

Jenis Ikan Fungsi

Kontrol +++

Mujair +

Lele ++

Tombro +

Keterangan :

+++ = droplet terlihat besar dan renggang ++ = droplet terlihat agak besar dan renggang + = droplet terlihat kecil dan rapat

Tabel 2. Data uji aktivitas enzim amilase, maltase, dan tripsin pada kontrol

Jenis enzim I Kontrol II III

Amilase - -

-Maltase - ++++ ++++

Tripsin + + +

Keterangan :

- = tidak ada perubahan

+ = ungu

(8)

b. Pembahasan

 Pembahasan Fungsi Empedu terhadap Lemak

Berdasarkan analisis di atas maka dapat diketahui bahwa sebagai kontrol, tabung K sebelum dan sesudah dikocok tidak akan menunjukkan perubahan yang berarti karena minyak tidak dapat bercampur dengan air. Berbeda dengan yang terjadi pada tabung EL, ET dan EM dimana terjadi perubahan yang nampak jelas dimana selain warna, juga bertambahnya droplet.

Minyak goreng termasuk dalam lemak netral. Lemak netral adalah persenyawaan asam lemak dengan gliserol. Tiga molekul asam lemak (rantai panjang atom karbon dan hidrogen dengan satu gugugs karboksil di salah satu ujungnya) berikatan kovalen dengan satu molekul gliserol (satu molekul terdiri dari tiga karbon dengan tiga sisi gugus hidroksil) melalui proses sintesis dehidrasi. Minyak cenderung cair pada suhu kamar (Etjhel Sloane, 2004 dalam Sihombing, dkk, 2014).

Fungsi getah empedu untuk memperhalus butiran-butiran lemak menjadi emulsi sehingga mudah larut dalam air dan diserap oleh usus (Lambs, 1985 dalam Sihombing, dkk, 2014). Menurut Fujaya (2004) ada dua proses penting dalam pencernaan lemak yaitu emulsifikasi oleh garam empedu dan pencernaan oleh lipase. Garam-garam empedu yang berasal dari kantung empedu, lemak dapat dihidrolisis oleh lipase dengan segera sehingga dapat diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh. Proses emulsifikasi ini merupakan proses pelapisan lemak untuk memperkecil ukuran lemak sehingga memiliki luas permukaan yang lebih besar. Dengan luas permukaan yang besar ini enzim lipase akan lebih mudah menghidrolisis lemak dan lemak dapat dengan mudah diedarkan keseluruh tubuh. Dalam percobaan ini didapatkan hasil tabung EL, ET dan EM yang berisi cairan empedu ditambah dengan minyak goreng yang menghasilkan warna hijau, sedangkan tabung K berwarna jernih (sebagai kontrol). Hal ini menunjukkan bahwa butiran lemak lebih banyak di kontrol karena akuades tidak memiliki enzim pemecah lemak, sedangkan pada empedu terdapat enzim pemecah lemak sehingga butiran lemak lebih sedikit dan

(9)

warna berubah menjadi hijau. Empedu memecah dan memperhalus butiran lemak sehingga mudah larut, hal ini dibuktikan oleh tabung ET dan EM.

Selain enzim, garam empedu merupakan salah satu zat yang sangat penting dalam proses pencernaan. Menurut Randall dkk (1997) dalam Taufiqoh (2011) garam empedu mempunyai fungsi sangat penting dalam pencernaan di usus halus, yang pertama adalah untuk menurunkan pH makanan dari lambung yang bersifat sangat asam. Kedua, garam empedu memfasilitasi proses pencernaan lemak secara enzimatik dengan memecah lemak menjadi butiran mikroskopik yang secara kolektif memiliki luas permukaan yang lebih tinggi. Sehingga saat minyak dicampur dengan empedu ikan menghasilkan 2 lapisan larutan, bagian bawah yaitu cairan empedu bagian atas minyak goreng dengan gelembung-gelembung berwarna kuning bening. Aquades dan minyak dapat menyatu berkat kehadiran cairan empedu. Garam-garam empedu yang terkandung di dalam cairan empedu berperan melarutkan minyak dalam aquades, yakni dengan cara membuat stabil emulsi lemak yang berasal dari minyak.

Menurut Fange dan Grove (1979) dalam Indira (2011) ikan memiliki komposisi garam empedu yang mirip dengan mamalia pada umumnya, yaitu air dan campuran basa lemah kolesterol, lesitin, garam anorganik, garam empedu, dan pigmen empedu.

Pada praktikum uji fungsi empedu ini dilakukan dua kali pengulangan pada ikan lele karena empedu yang pertama kali diuji berasal dari ikan lele yang sudah mati. Sehingga dilakukan uji kedua dengan ikan lele yang masih hidup. Dari hal tersebut diperoleh hasil yang memperlihatkan warna yang berbeda. Pada ikan lele yang sudah mati menunjukkan cairan empedu berwarna kuning cerah, sedangkan pada ikan lele yang masih hidup menunjukkan warna hijau pupus. Hal tersebut dapat terjadi karena setelah ikan mati, terjadi perubahan-perubahan yang mengarah kepada terjadinya pembusukan, disebabkan oleh: Aktivitas enzim, Kimiawi, Bakteri. Setiap sel jaringan tubuh ikan mengandung enzim yang bertindak sebagi katalisator dalam pembangunan dan penguraian kembali setiap

(10)

senyawa dan zat yang merupakan komponen kimia ikan. Pada ikan yang masih hidup, kerja enzim selalu terkontrol sehingga aktivitasnya menguntungkan bagi kehidupan ikan itu sendiri. Setelah ikan mati, enzim masih mempunyai kemampuan untuk bekerja secara aktif. Namun sistem kerja enzim menjadi tidak terkontrol karena organ pengontrol tidak berfungsi lagi. Akibatnya enzim dapat merusak organ tubuh ikan, sehingga empedu ikut mengalami perubahan karena jaringannya telah rusak. (Surilayani, 2014).

 Pembahasan Uji Aktivitas Enzim Amilase, Maltase, dan Tripsin pada Kontrol

Menurut Fange dan Grove (1979) dalam Indira (2011) pencernaan pada ikan dimulai dari masuknya makanan pada mulut kemudian esofagus, ventrikulus atau lambung, usus halus, rektum dan anus. Pada kelompok vertebrata, ikan termasuk hewan yang memiliki sistem pencernaan paling sederhana. Jika dilihat dari struktur anatomi, saluran pencernaan pada ikan mempunyai bentuk yang hampir sama mulai dari esofagus sampai rektum. Pada praktikum ini praktikan mengambil bagian saluran pencernaan ventrikulus dan usus untuk melihat enzim yang bekerja pada kedua bagian saluran pencernaan tersebut.

Bagian saluran pencernaan ikan yang berupa ventrikulus dan usus kemudian dihaluskan secara terpisah kemudian masing-masing diberikan gliserin dan toluene. Kedua larutan ini berfungsi sebagai perangsang enzim-enzim pencenaan dan pengawet isolat enzim. Ventrikulus dan usus yang telah dihaluskan dan ditambah gliserin, toluene kemudian disimpan dan dianggap sebagai isolat enzim. Berdasarkan pendapat Fange dan Grove (1979) dalam Indira (2011) pencernaan secara kimiawi pada ikan dimulai pada ventrikel, karena mulut ikan tidak menghasilkan enzim amilase seperti pada manusia.

Jenis enzim yang diuji pada ventrikulus dan usus ikan lele, mujaer dan tombro adalah enzim amilase, enzim maltase dan enzim tripsin. Enzim amilase merupakan salah satu enzim karbohidrase, yaitu kelompok enzim yang memecah karbohidrat menjadi molekul yang lebih sederhana. Kelompok enzim karbohidrase secara fungsional dibedakan menjadi

(11)

polisakaridase dan glikosidase. Enzim amilase termasuk dalam kelompok polisakaridase karena berfungsi menghidrolisis ujung rantai amilum dan glikogen menjadi disakarida maupun oligosakarida (Randall dkk, 1997 dalam Indira, 2011). Keberadaan enzim amilase dapat dilihat berdasarkan banyaknya substrat (amilum) yang dipecah menjadi disakarida.Semakin banyak enzim amilase, maka jumlah amilum yang dipecah menjadi disakarida juga meningkat.

Perbandingan banyaknya jumlah enzim amilase yang terdapat pada ventrikulus atau usus halus dapat dilihat dari perubahan warna yang terjadi pada larutan dalam tabung reaksi. Pada ikan lele, ikan mujaer dan ikan tombro jumlah enzim amilase lebih banyak terdapat pada ventrikulus dibandingkan dengan usus. Menurut Fange dan Grove (1979) dalam Indira (2011) ikan herbivora seperti kelompok Tilapia (ikan mujaer) memiliki enzim amilase di hampir seluruh bagian saluran pencernaannya. Dan pada ikan jenis karnivora, enzim amilase lebih banyak ditemukan pada usus halusnya.

Ekstrak usus yang telah menjadi suspensi dimasukkan kedalam botol gelap kemudian ditutup dan disimpan di tempat yang gelap selama 7 hari. Dalam hal ini, fungsi digunakannya botol yang berwarna gelap yaitu agar tidak terjadi reaksi oksidasi larutan sehingga komponen enzim yang berupa protein menjadi terdenaturasi. Fungsi penutupan botol yaitu agar larutan yang berada didalam botol tidak menguap dan menyebabkan usus menjadi rusak. Penyimpanan selama 7 hari bertujuan agar enzim yang dikeluarkan sel-sel usus adalah optimal dan tidak rusak (Taufiqoh, dkk, 2011).

7. Kesimpulan

Berdasarkan hasil praktikum aktivitas enzim pencernaan pada usus ikan, dapat disimpulkan:

1. Enzim pencernaan pada ikan mujaer, ikan lele, dan ikan tombro adalah enzim amilase, enzim maltase dan enzim tripsin.

(12)

2. Bagian saluran pencernaan pada ikan mujaer, ikan lele, dan ikan tombro yang menghasilkan enzim pencernaan adalah ventrikulusdan usus halus. 3. Semakin lama penyimpanan isolat enzim maka semakin baik kerja enzim

(jika disimpan pada kondisi yang sesuai).

4. Empedu memilki fungsi untuk membantu penyerapan lemak oleh usus ditunjukkan dengan munculnya butiran-butiran/droplet lemak pada larutan melalui proses yang dinamakan emulsifikasi.

5. Enzim pencernaan berfungsi sebagai pemecah makromolekul makanan menjadi senyawa yang lebih sederhana sehingga dapat diserap tubuh. Diskusi

1. Mengapa pada praktikum ini menggunakan organ pencernaan ikan yang masih segar?

2. Ciri apa yang dapat anda kemukakan untuk memastikan adanya enzim amilase, maltase dan trypsin?

3. Apakah fungsi larutan gliserin 50% dan toluene pada praktikum ini? 4. Mengapa organ pencernaan yang dipilih untuk isolasi enzim adalah

ventrikulusdan usus halus?

5. Apakah ada perbedaan aktivitas enzim amilase, maltase dan trypsinyang ada pada ikan lele, mujaer dan tombro?

6. Bagaimana hasil pengamatan aktivitas enzim pencernaan terhadap lama waktu simpan yang berbeda?

7. Apa pengaruh cairan empeduu terhadap minyak, mengapa proses ini pentng dalam pencernaan lemak?

8. Jelaskan proses hidrolisis amilum dan protein

9. Jelaskan proses enzimatis pencernaan yang terjadi pada ventrikulusdan usus halus!

Jawaban:

1. Agar enzim – enzim yang ada dalam tubuh ikan tetap segar dalam hal ini tetap tersedia seperti ketika ikan masih hidup sehingga memungkinkan untuk enzim tersebut bekerja sesuai fungsi aslinya dengan berjlalannya proses metabolisme yang masih aktif. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan hasil percobaan praktikum nanti dapat sesuai dengan harapan dan berhasil.

(13)

2. Ciri bahwa dalam percobaan itu terdapat enzim amilse dan tripsin serta zat maltosa dan glukosa yaitu dapat dilihat dari indikator warnanya yang menandakan bahwa adanya reaksi yang terjadi .

Amylase : perubahan warna dari biru tua menjadi hijau bening setelah ditetesi benedict kemudian dipanaskan.

Maltase : peubahan warna dari biru tua menjadi kuning-merah setelah ditetesi benedict kemudian dipanaskan

Tripsin : perubahan warna dari ungu menjadi ungu pudar setelah ditetesi larutan biuret

3. Fungsi laruta gliserin untuk meluruhkan enzim dari usus dan ventrikel. Toluene berfungsi untuk pengawet dan menjaga struktur enzim.

4. Karena proses pencernaan enzimatis pada ikan terjadi di mulai pada ventrikulusdan pencernaan yang melibatkan paling banyak enzim berada pada usus halus.

5. Ada

6. Isolat enzim ventrikulusdan usus di simpan selama empat dan tujuh hari. Penyimpanan isolat ini bertujuan untuk memberikan waktu optimum gliserin untuk meluruhkan enzim-enzim pencernaan pada ventrikulusdan usus. Sehingga, semakin lama isolat disimpan seharusnya kerja enzim dapat lebih optimal. Tetapi pada hasil praktikum yang telah dilakukan, sebagian besar aktivasi enzim menurun pada hari ke-7. Hal ini disebabkan penyimpanan yang kurang baik. Enzim merupakan protein yang mudah rusak apabila tidak disimpan pada keadaan yang sesuai. Kerusakan struktur enzim selama penyimpanan menyebabkan aktivasi enzim semakin menurun pada hari ke-7.

7. Pengaruh cairan empedu terhadap minyak yaitu adanya garam-garam empedu yang berasal dari kantung empedu, dimana lemak dapat dihidrolisis oleh lipase dengan segera sehingga dapat diserap dan diedarkan ke seluruh tubuh. Proses ini penting dalam pencernaan lemak karena hampir semua lemak dalam suatu makanan mencapai usus halus dalam kondisi belum tercerna sepenuhnya. Hal ini merupakan masalah bagi sistem pencernaan karena molekul lemak tidak larut dalam air. Kenyataan tersebut merupakan bukti bahwa empedu memilki peranan penting pada sistem pencernaan, khususnya pencernaan lemak (Campbell, 2008).

(14)

Emulsifikasi ini merupakan proses pelapisan lemak untuk memperkecil ukuran lemak sehingga memiliki luas permukaan yang lebih besar. Dengan luas permukaan yang lebih besar ini enzim lipase akan lebih mudah menghidrolisis lemak dan lemak dapat dengan mudah diedarkan ke seluruh tubuh. Dapat dikatakan bahwa cairan empedu adalah emulgator dan lebih lanjut lagi dapt dikatakan bahwa empedu berfungsi untuk membantu penyerapan lemak.

8. Urutan hidrolisis amilum berdasarkan reaksi kimia yang terjadi : (C6H12O6) n + n H2O n C6H12O6

Amilum + H2O maltosa + H2O

Maltosa + H2O glukosa

Urutan hidrolisis protein berdasarkan reaksi kimia yang terjadi Protein + H2O pepton asam amino

9. Enzim yang terdapat pada ventrikulusdan usus adalah amilase, maltase dan tripsin. Amilase mengubah amilum menjadi maltosa. Maltase mengubah maltosa menjadi glukosa. Tripsin mengubah protein menjadi asam amino.

8. Daftar Pustaka

Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utara.

Campbell, NA dan JB.Reece. 1995. Biology. Jakarta : Erlangga.

Fujaya, Yushinta. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik

Perikanan. Rineka Cipta : Jakarta

Indira, Fitriliyani. 2011. Aktifitas Enzim Saluran Pencernaan Ikan Nila

(Oreohromis Niloticus) Dengan Pakan Mengandung Tepung Daun Lamtoro (Leucaena Leucophala) Terhidrolisis Dan Tanpa Hidrolisis Dengan Ekstrak Enzim Cairan Rumen Domba. Jurnal: BIOSCIENTIAE.

Vol 8.No. 2. Hal: 16-31

Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta:Kanisius. Poedjiadi, Anna. 2006. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI

Sihombing, Debby O.L, dkk. 2014. Fungsi Empedu dalam Pencernaan

Lemak. Diakses dari https://percobaan-3-fungsi-empedu-dalam-pencernaan-lemak.pdf tanggal 15 Oktober 2016.

Surilayani, Dini. 2014. Mikrobiologi Pembusukan Ikan. Diakses dari https://untirtafishery2014.files.wordpress.com/2015/11/pertemuan-9-mikrobiologi-pembusukan-ikan.pdf tanggal 15 Oktober 2016.

Taufiqoh, dkk,. 2011. Analisis Enzim Pencernaan pada Usus Ikan Mas

(Cyprinus carpio). Diakses dari

http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/38061573/laporan_pe ncernaan.pdf tanggal 15 Oktober 2016.

(15)

Wulandari, Siska Ayu. 2014. Sistem Pencernaan. Jurnal: Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur aktivitas enzim pencernaan (berupa pepsin, amilase, lipase, tripsin, dan kemotripsin) serta kinerja pertumbuhan pada ikan

Hal yang perlu diperhatikan dalam menyeleksi bakteri dari pencernaan ikan dapat mensintesis enzim amilase adalah dengan cara pengujian aktivitas enzim dengan substrat

adanya amilum dalam larutan tabung V dikarenakan tidak adanya enzim amilase dalam larutan tabung V sehingga amilum tidak dapat terurai menjadi glukosa dan masih terdapat amilum

Kesimpulan yang diperoleh dari percobaan ini adalah enzim amilase dapat menguraikan larutan pati yang terdapat dalam kentang Solanum tuberosum jika berada pada

aktivitas enzim amilase, lipase dan protease pada perlakuan pemberian pakan buatan, diduga bahwa pakan buatan yang diterima memiliki struktur yang berbeda dengan

Pada tabung B yang merupakan gabungan dari larutan kanji + akuades + benedict, setelah dibakar warna tetap dalam keadaan berwarna biru, hal tersebut digunakan sebagai

Aktivitas enzim protease ditentukan oleh sifat substrat (protein) dan jenis enzim protease maupun kondisi lingkungan di mana reaksi enzimatis terjadi. Sifat enzim

Diantaranya amilase, protease, lipase dan selulase Fitriliyani, un publised Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membandingkan aktifitas enzim saluran pencernaan ikan nila yang