• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV REVITALISASI TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV REVITALISASI TEKNOLOGI INFORMASI SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN ISLAM"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

77 A. Penerapan Teknologi dalam Pendidikan

Masalah-masalah pokok yang dihadapi pendidikan Islam selama ini adalah mengenai peningkatan mutu pendidikan, pemerataan pendidikan dan relevansi pendidikan dengan tantangan kemajuan zaman. Kenyataan-kenyataan demikian menunjukkan bahwa pemecahan masalah-masalah pendidikan kita membutuhkan alternatif-alternatif baru yang disesuaikan dengan kemajuan zaman.

Berbagai potensi yang dimiliki teknologi informasi dimungkinkan dijadikan sebagai suatu alternatif dalam pemecahan permasalahan tersebut. Secara umum aplikasi teknologi dalam pendidikan akan mampu:

1. Menyebarkan informasi secara luas, seragam dan cepat

2. Membantu melengkapi dan —dalam hal tertentu— menggantikan tugas guru 3. Dipakai untuk melakukan tugas instruksional baik secara langsung maupun

sebagai produk sampingan

4. Menunjang kegiatan belajar masyarakat mengundang partisipasi masyarakat 5. Menambah keanekaragaman sumber maupun kesempatan belajar.

6. Menambah daya tarik untuk belajar 7. Membantu mengubah sikap pemakai

8. Mempengaruhi pandangan pemakai terhadap bahan dan proses

9. Mempunyai keuntungan rasio efektifitas biaya, bila dibandingkan dengan sistem tradisional.

Pemilihan teknologi dalam pendidikan akan membuka kemungkinan untuk lahirnya berbagai alternatif bentuk kelembagaan baru yang menyediakan fasilitas belajar, disamping dapat melayani segala bentuk lembaga pendidikan yang telah ada. Serangkaian kriteria pemanfaatan teknologi dalam, antara lain: a. Harus dijaga kompatibilitasnya (kesesuaian) dengan sarana yang sudah ada

(2)

b. Dapat menstimulasikan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan c. Mampu memacu usaha peningkatan mutu pendidikan

Dengan demikian, adanya penerapan suatu teknologi dalam pendidikan akan sangat mungkin terjadi perubahan besar dalam interaksi belajar antara sumber belajar dengan pembelajar. Salah satu kemungkinan perubahan tersebut adalah penerapan teknologi informasi dalam pendidikan.

Bagi dunia pendidikan, kemajuan teknologi informasi telah membukakan kesempatan yang amat luas bagi anggota masyarakat untuk memperoleh peluang meningkatkan pengetahuan masing-masing. Teknologi informasi memungkinkan orang belajar tanpa terikat oleh jarak dan waktu seperti yang dikenal dengan sistem belajar jarak jauh (distance learning), di samping itu juga membantu mengatasi kurangnya tenaga pengajar dan daya tampung sekolah formal dengan sistem open learning, belajar dengan bantuan komputer computer assistant

learning serta bentuk-bentuk kegiatan belajar lainnya. Baik secara formal

maupun non formal yang dilaksanakan dengan sistem siaran pendidikan melalui radio televisi dan media informasi lainnya.

Teknologi informasi juga berpengaruh terhadap pengembangan kurikulum, pola interaksi pendidikan dan melahirkan berbagai bentuk lembaga pendidikan. Pemanfaatan teknologi informasi yang tampak secara nyata saat ini yaitu perannya sebagai alat atau media dalam pembelajaran.

Dilihat dari segi penggunaan media ada tiga kecenderungan dalam penggunaannya, yaitu :

a. Dipakai secara masal yang meliputi, radio, televisi, teleback board

b. Dipakai dalam proses pembelajaran, seperti proyektor, film, bingkai overhead, kaset video, kaset suara.

c. Dipakai secara individual, seperti komputer dengan segala perangkatnya. Dalam dunia pendidikan teknologi komunikasi itu sedemikian penting perannya dalam proses pendidikan belajar mengajar karena itu efektivitasnya harus menjadi perhatian serius para praktisi pendidikan terutama guru melalui proses komunikasi lebih efektif dan dengan demikian tujuan pendidikan bisa

(3)

untuk mencapai pengembangan intelektual dan kreatifitas anak didik.

B. Revitalisasi Teknologi Informasi dalam Proses Pembelajaran sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan

Dalam dunia pendidikan pada khususnya, pemanfaatan teknologi informasi ini akan membawa perubahan yang sangat berarti baik dalam hal sistem pendidikan yang akan dikembangkan, materi yang akan disampaikan, bagaimana proses instruksional dan pembelajaran akan dilakukan, hambatan-hambatan yang akan dihadapi baik oleh murid, guru dan penyelenggara pendidikan. Dan bahkan mungkin salah satu faktor yang paling penting dalam masalah Teknologi Informasi adalah masalah jaringan atau media akses yang menjadi jembatan antara sumber belajar dan pihak-pihak yang terlibat dalam proses belajar-mengajar.

1. Potensi Teknologi Informasi dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran

Dengan kemampuan dan potensi yang dimilikinya, teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dipandang akan mampu merubah dan mentransformasikan pendidikan ke arah yang betul-betul tidak terbayangkan sebelumnya. John Gardner dari Stanfor University pernah menyampaikan keyakinannya, bahwa dalam waktu 20 tahun dari sekarang saja orang akan menyaksikan betapa apa yang dipraktekkan di dunia pendidikan saat ini adalah sesuatu yang sangat primitif.1

Oleh karena itu dunia pendidikan semakin dituntut untuk mampu mengantisipasi proses perubahan sosial yang berlangsung demikian cepat. Tantangan yang dimunculkan oleh era informasi sekarang ini terutama berkaitan dengan semakin dibutuhkannya kemampuan belajar secara cepat dan tepat dari setiap orang sesuai dengan kompetensi dan sains yang dikembangkannya. Kemampuan tersebut penting oleh karena dunia kerja

1

Muhammad Amin Bakri, Potensi E-learning dalam Peningkatan Kualitas Pembelajaran di

(4)

mengalami dinamika perkembangan yang sangat cepat, sehingga secara otomatis juga membutuhkan penyesuaian dan adaptasi pengetahuan dan keterampilan yang mendukung. Era ekonomi berbasis pengetahuan ditandai dengan semakin signifikannya model pengetahuan sebagai aset utama bisnis, tetapi juga dicirikan oleh semakin pendeknya usia sebuah pengetahuan atau keterampilan.

Oleh karena itu, lembaga pendidikan Islam tidaklah mungkin diharapkan dapat mencakup semua kemampuan yang harus dimiliki anak didiknya untuk dapat terjun dan berperan dalam masyarakat. Di lembaga ini siswa lebih diharapkan dapat belajar dan menguasai kemampuan dan keterampilan belajar dengan memanfaatkan multi sumber yang ada di sekitarnya serta dengan menggunakan alat dan strategi yang paling tepat untuk itu. Pendidikan Islam diharapkan tidak hanya memberikan bekal pengetahuan keagamaan dan keterampilan baru yang sesuai dengan kebutuhan dunia riil sekarang, tetapi juga dituntut untuk membiasakan dan mengondisikan anak didiknya dalam menjadikan belajar sebagai sebuah proses yang tak pernah berhenti. Bahwa belajar adalah proses yang tidak dibatasi oleh kurikulum baku, melainkan sebuah aktifitas yang hanya mungkin dibatasi oleh target dan tujuan oleh si pembelajar sendiri. Dalam konteks inilah, keberadaan dan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi patut mendapat perhatian serius.

a. Potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi untuk Pendidikan

Banyak potensi dan keunggulan Teknologi Informasi yang sering dikaitkan dengan pemenuhan kebutuhan dunia pendidikan, diantaranya adalah:

1) Akses yang lebih luas. Teknologi informasi dinilai dapat memberikan akses yang lebih luas bagi sistem penyebaran dan pemerataan pendidikan. Baik dengan menggunakan teknologi telekomunikasi seperti radio, televisi, satelit ataupun teknologi baru seperti internet, penyebaran materi dan konten pembelajaran terbukti dapat

(5)

dengan waktu yang lebih cepat.

2) Peningkatan kualitas pembelajaran. Teknologi informasi dinilai dapat berperan penting dalam hal peningkatan kualitas pembelajaran. Hal ini disebabkan oleh karena cukup banyak potensi yang berupa fasilitas-fasilitas yang terkandung dalam teknologi tersebut.

3) Efektifitas dan efisiensi dalam manajemen pembelajaran. Potensi TIK juga mencakup persoalan pengelolaan penyelenggaraan proses belajar mengajar secara lebih efektif dan efisien. Hal ini berkaitan dengan persoalan-persoalan manajemen sumber pengetahuan, pemantauan kompetensi pembelajar, pengelolaan penjadwalan, sistem pelaporan dan penyebaran prestasi akademik mahasiswa, serta pengembangan komunitas pendidikan.

4) Pendidikan sepanjang hayat. Melalui aplikasinya dalam banyak teknologi (TV, radio, CD-Rom, www, internet), TIK dianggap dapat mendukung paradigma pendidikan sepanjang hayat, karena batasan ruang lingkup dan waktu belajar akhirnya hanya akan ditentukan oleh pihak pembelajar sendiri sesuai dengan target kompetensi yang diinginkan.

Aplikasi TIK dalam dunia pendidikan, kini lebih banyak dikenal dengan istilah e-learning. Jika Information Communication Teknologis (ICT) adalah istilah global yang lebih mewakili makna integrasi teknologi informasi dan komunikasi yang kini berkembang sangat cepat itu, maka

e-learning memiliki makna yang lebih khusus menjurus kepada

pemanfaatan berbagai aplikasi ICT dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan.

(6)

Berikut diantara keunggulan-keunggulan e-learning yang dapat dimanfaatkan dalam dunia pendidikan:

1) Live learning, adalah fasilitas e-learning yang dapat dimanfaatkan pembelajar untuk dapat berinteraksi dengan narasumber secara online dengan memanfaatkan sejumlah fasilitas, seperti media-rich (teks, gambar berkualitas tinggi, audio/video, dan animasi), e-mail, chat maupun virtual class.

2) Interactive learning, adalah fasilitas yang memungkinkan pembelajar dapat menikmati proses pembelajaran secara aktif dan interaktif melalui fasilitas hans-on labs, real world simulation, progress report, maupun on-line mentoring, selain itu, assessment test merupakan salah satu fasilitas yang dapat membantu pembelajar mengukur kemampuan dan kebutuhan kompetensinya secara mandiri.

3) Learning management, adalah fasilitas e-learning dimana staf akademik dapat merancang, mendesain, mengelola dan memonitor proses pembelajaran secara mudah dan efektif. Fasilitas yang tersedia untuk melakukan tugas-tugas tersebut adalah flexible registration and

approval process, reporting and portfolio, personalized delivery, performance and competency management, serta skill gap analisis.

4) Learning content management, adalah fasilitas dimana para narasumber dapat dengan mudah dan efektif mendesain dan membuat materi pelajaran, baik dari awal maupun melalui proses reuse terhadap knowledge object yang tersimpan dalam repository. Ada banyak fasilitas e-learning yang akan mendukung proses tersebut, diantaranya adalah collaborative workflow, repurpose content, test

(7)
(8)
(9)
(10)
(11)

5) Learning community, adalah sebuah fasilitas dimana para pembelajar maupun narasumber dapat membangun komunitas pembelajaran dalam rangka memperdalam penguasaan materi yang diinginkan dengan menggunakan fasilitas seperti peer-to-peer chat, threaded

discussion, FAQ section, maupun dengan memanfaatkan link dengan

sumber-sumber terkait lainnya.

b. Implementasi E-learning dalam Proses Pembelajaran

Secara sederhana, strategi pemanfaatan teknologi informasi sebagai media transformasi materi dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.4: Jaringan dan Latihan Publik2

Mengingat ragamnya fitur dan fasilitas e-learning yang tersedia, maka implementasinya dalam sistem penyelenggaraan pendidikan Islam perlu dituangkan dalam platform standar yang akan membantu proses analisis, rancangan, pengembangan, implementasi dan pengelolaan

2

A.P. Hardhono, Pemanfaatan Teknologi Informasi yang Telah Diterapkan dalam Proses Pengajaran di Indonesia, http://psi.ut.ac.id/Jurnal/71hardono.htm, hlm. 5

(12)

pendidikan kelak. Salah satu platform standar aplikasi e-learning dalam lembaga pendidikan, seperti digambarkan berikut.

Gambar 1.5: Platform Standar Implementasi E-Learning dalam Lembaga Pendidikan3

Dari ilustrasi di atas, tampak bahwa implementasi e-learning di lingkungan lembaga pendidikan, berimplikasi hampir ke seluruh aktifitas akademis yang ada. Ruang implementasi ini mencakup mulai dari penyiapan dan pembuatan materi, penyebaran materi, proses pembelajaran, registrasi siswa, latihan dan ujian sampai pada pengelolaan administrasi akademis, seperti informasi siswa maupun laporan perkembangan kompetensi siswa.

Potensi yang dimiliki e-learning cukup menjanjikan bagi upaya peningkatan kualitas pendidikan Islam. Bagaimanapun, segenap potensi ini hanya dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin jika proses implementasinya dilakukan secara tepat dan terencana. Analisis yang cukup terhadap kondisi obyektif masing-masing lembaga pendidikan, terutama menyangkut infrastruktur yang dimilikinya, akan memberikan gambaran tantangan model dan cara implementasi e-learning yang bagaimana yang paling cocok diterapkan pada lembaga tersebut

2. Inovasi E-learning dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan Islam

3

(13)

dikembangkan, sehingga kajian dan penelitian sangat diperlukan. Hakekat

e-learning adalah bentuk pembelajaran konvensional yang dituangkan dalam

format digital melalui teknologi internet. Sistem ini dapat digunakan dalam pendidikan jarak jauh atau pendidikan konvensional. Oleh karena itu mengembangkan model ini tidak sekedar menyajikan materi pelajaran ke dalam internet tetapi perlu dipertimbangkan secara logis dan memegang prinsip pembelajaran. Begitu pula desain pembelajaran yang sederhana, personal dan cepat, serta adanya unsur hiburan akan menjadikan peserta didik betah belajar di depan internet seolah-olah mereka belajar di dalam kelas.

Di Indonesia pemanfaatan teknologi internet dimulai sekitar tahun 1995, ketika Indointernet membuka jasa layanan internet. Kemudian tahun 1997-an mulai berkembang pesat. Namun harus diakui bahwa kini pemanfaatan teknologi informasi ini masih didominasi oleh lembaga seperti perbankan, media massa atau kalangan industri. Jika melihat potensi internet, sudah saatnya potensi-potensi yang dimiliki teknologi ini dimanfaatkan secara optimal dalam dunia pendidikan, termasuk pendidikan Islam.

Sebenarnya pemanfaatan teknologi internet untuk pendidikan di Indonesia secara resmi dimulai sejak dibentuknya Telematika tahun 1996. Masih di tahun yang sama dibentuk Asian Internet Interconnection Initiatives.4 Jaringan yang dikoordinir oleh ITB ini bertujuan untuk pengenalan dan pengembangan teknologi internet untuk pendidikan dan riset, pengembangan backbone internet pendidikan dan riset di Asia Pasifik bersama-sama perguruan tinggi di kawasan ASEAN dan Jepang, serta pengembangan informasi internet yang meliputi aspek ilmu pengetahuan, teknologi, budaya, sosial dan ekonomi. Hingga kini sudah ada 21 lembaga pendidikan tinggi (negeri dan swasta), lembaga riset nasional, serta instansi terkait yang telah bergabung.

4

(14)

Pemanfaatan internet untuk pendidikan ini tidak hanya untuk pendidikan jarak jauh, akan tetapi juga dikembangkan dalam sistem pendidikan konvensional. Kini sudah banyak lembaga pendidikan terutama perguruan tinggi yang sudah mulai merintis dan mengembangkan model pembelajaran berbasis internet dalam mendukung sistem pendidikan konvensional. Namun suatu inovasi selalu saja menimbulkan pro dan kontra. Yang pro dengan berbagai dalih meyakinkan akan manfaat kecanggihan teknologi ini, seperti; memudahkan komunikasi, sumber informasi dunia, memudahkan kerjasama, hiburan dan kemudahan aktifitas lainnya. Sebaliknya yang kontra menunjukkan sisi negatifnya, antara lain; biaya relatif besar dan mudah masuknya pengaruh negatif budaya asing.

Internet sebagai media baru ini belum begitu familier dengan masyarakat, termasuk personil lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sangat perlu terus dilakukan kajian, penelitian dan pengembangan model e-learning. Tulisan ini akan mencoba menjelaskan e-learning dan kemungkinan pengembangan modelnya dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam.

a. Internet Sebagai Media Pembelajaran

Penemuan internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar, yang mengubah dunia yang bersifat lokal atau regional menjadi global. Karena internet terdapat sumber-sumber informasi dunia yang dapat diakses oleh siapapun dan dimanapun melalui jaringan internet. Melalui internet faktor jarak dan waktu sudah tidak menjadi masalah. Dunia seolah-olah menjadi kecil, dan komunikasi menjadi mudah. Dalam hal ini Onno W. Purbo (2001) melukiskan bahwa internet juga telah mengubah metode komunikasi massa dan penyebaran data atau informasi secara fleksibel dna mengintegrasikan seluruh bentuk media massa konvensional seperti media cetak dan audio visual.

Setiap introduksi suatu teknologi pendidikan tertentu yang baru seperti pemanfaatan internet, maka ada empat hal yang perlu disiapkan, yaitu:

(15)

mana pengetahuan, ketrampilan dan nilai (values) diintegrasikan dengan kebutuhan di era informasi ini. Kurikulumnya bersifat

competency based curriculum (kurikulum berbasis kompetensi).

2). Melakukan variasi cara mengajar untuk mencapai dasar kompetensi yang ingin dicapai dengan bantuan internet.

3). Melakukan penilaian dengan memanfaatkan teknologi yang ada (menggunakan komputer, online assessment system).

4). Menyediakan material pembelajaran seperti buku, komputer, multimedia, studio, dll yang memadai. Materi pembelajaran yang disimpan di komputer dapat diakses dengan mudah baik oleh guru maupun siswa.

Lima aplikasi standar yang dapat digunakan untuk keperluan pendidikan (termasuk pendidikan Islam), yaitu; e-mail, milis, news group, FTP dan www.

1) Electronic Mail (e-mail)

Aplikasi yang paling banyak dan luas penggunaanya dalam pelayanan jaringan network adalah e-mail. E-mail adalah sistem surat menyurat melalui komputer yang saling terhubung dengan jaringan global. E-mail merupakan pelayanan karakteristik dari jaringan matrix global dimana semua jaringan komputer dapat saling berkirim surat atau mail.

Fasilitas-fasilitas yang dimiliki oleh e-mail adalah membalas surat seperti reply to author atau reply to all. Meneruskan surat

forward, sekaligus menambahkan dengan forward attaché mengirim

surat dengan sent dan receive, e-mail yang sudah dikirim dalam sent

item. Surat-surat dalam e-mail dapat dimanajemeni dengan folder.

Pada keadaan standar folder yang ada dalam internet adalah

inbox, out box, deleted items, sent items. Inbox adalah folder untuk

(16)

mail yang akan kita kirim di tempatkan. Deleted items adalah folder e-mail yang telah kita hapus. Sent items adalah folder e-e-mail yang telah

kita kirim.

E-mail memiliki keunggulan khusus dari segi waktu untuk

menyampaikan pesan instant delivery, sehingga pada waktu yang bersamaan sebuah pesan dapat disampaikan seketika ke beberapa pihak. Ini merupakan implementasi pada mailing list yang arahnya merupakan diskusi antar pengguna dalam grup jaringan.

E-mail juga mempunyai peran dalam mengaitkan satu orang

dengan orang lain di seluruh penjuru dunia. Karenanya e-mail bisa merupakan kerjasama tim. Di samping itu tentu saja email dapat mengakses informasi global.

2) Mailing List (milis)

Milis adalah yang paling menonjol dan sering digunakan untuk

berkomunikasi dengan banyak orang atau kelompok dalam jaringan adalah dengan Listserv list. Listserv adalah perangkat lunak yang menangani mailing list secara otomatis pada jaringan komputer. Jika diinginkan kita menerima surat atau berita dari list topik tertentu, maka kita tinggal memasukkan nama ke dalam list. Jika kita sudah tidak menginginkan nya lagi, maka kita tinggal hapus nama kita pada

list.

Sedangkan list adalah daftar dengan siapa saja kita berdiskusi. Setiap orang pada umumnya dapat mengirimkan surat untuk dikirimkan pada list akan tetapi supaya surat itu ingin didistribusikan dalam banyak pengguna dalam listserv, pada umumnya setiap listserv mempunyai moderator (gatekeeper) agar pembicaraan dalam list tidak memanas.

List diskusi untuk pendidikan dimulai dengan pengembangan BITNET untuk komunikasi peneliti dan pendidik. Bentuk list ini

(17)

conversation.

3) Newsgroup

Newsgroup adalah kelompok diskusi dalam UseNet yang membahas suatu topik masalah tertentu. Lain halnya dengan milis, newsgroup memiliki server sendiri. Sebelum kita dapat berperan serta kita harus terdaftar terlebih dahulu, tetapi tanpa harus meminta ijin kepada administrator.

Daftar Newsgroup telah disediakan oleh ISP anda, sehingga kita tinggal memilih Newsgroup mana yang ingin kita daftari. Newsgroup yang terdapat di internet ada yang moderated (dengan moderator) dan ada yang unmoderated (tanpa moderator). Network News adalah berita yang terdapat pada jaringan Usenet.

Protocol ini pertama kali dikembangkan oleh Biran Kantor dari UC San Diego menggunakan NNTP, yaitu Network News Transfer Protokol, protokol yang berperan dalam bertukar berita dalam jaringan Usenet. Selain itu secara spesifik untuk subyek tertentu, seperti olah raga, bisnis, penelitian dan lain-lain.

4) File Transfer Protocol (FTP)

Aplikasi program FTP prinsipnya memindahkan file antar host dan berupa konsep client-server, yang interaktif, keamanan yang lebih terjamin, bisa otorisasi, tidak semua klien bisa akses.

FTP anonim, fasilitas FTP dengan alamat email sebagai

password. FTP mail merupakan pelayanan yang menginginkan file

pada FTP server diakses melalui email bukan melalui FTP klien.

TRICKLE merupakan program berfungsi sama dengan FTPmail, kelebihannya adalah automated-updated mail. Cara pengoperasiannya lebih mudah.

(18)

Web adalah sarana mutakhir untuk menjelajahi cyberspace. Web merupakan pelayanan internet terdistribusi dengan konsep

hypertext antar dokumen yang berkaitan dengan bahasa HTML

(Hyper Teks Mark up Language) untuk format dokumen. Dengan

hotlink pemakai dapat menggunakan semua cara-cara konvensional search tool secara mudah.

WWW menggunakan protocol perantara untuk mengakses yaitu

dengan Hyper Text Transfer Protocol (HTTP). WWW menyediakan akses ke berbagai pelayanan, mirip dengan gopher, tetapi WWW memperbolehkan user untuk menuliskan teks bagi pencari dokumen lain dalam kemasan hyper text. HTML editor antara lain WordlA,

Webauthor, Webwizard, Hotmetal, HotDog dan HTMLed.

Perkembangan sekarang ini tidak hanya berbasis HTML semata tetapi juga berkait dengan hypermedia dan multimedia.

Bahasa HTML sendiri diilhami oleh Ted Nelson pada tahun 1965. Uniform Resources Locator (URL) adalah alam yang memberikan petunjuk arah dan letak suatu sumber di internet. Informasi yang ada di URL antara lain nama host, jalur direktori dari sumber.

Gambar 1.6: Hubungan Hypertext, Hypermedia dan Multimedia5

5

Khoe Yao Tung, Pendidikan dan Riset di Internet. (Jakarta: Dinastindo, 2000), hlm. 65. Multimedia termasuk

hypermedia dan hypertext

Hypertext diagram, tabel,

gambar non linear

Hypermedia multiple format

interaktif text, gambar, animasi, audio transversal non linear

(19)

banyak digunakan, yaitu Mosaic dan Netscape. Mosaic dan Netscape adalah sebuah browser (pencari jejak) dengan fasilitas gambar yang berfungsi untuk mengakses pelayanan internet WWW.

Dengan fasilitas yang dimilikinya, paling tidak ada tiga kelebihan penggunaan internet dalam pendidikan yaitu:

1) Peserta didik dapat dengan mudah mengambil mata pelajaran di manapun di seluruh dunia tanpa batas institusi atau batas negara. 2) Peserta didik dapat dengan mudah berguru pada para ahli dalam

bidang yang diminatinya.

3) Materi belajar dapat dengan mudah diambil di berbagai penjuru dunia tanpa bergantung pada tempat di mana siswa belajar. Disamping itu kini hadir perpustakaan virtual yang lebih dinamis dan bisa digunakan di seluruh dunia.

E-learning merupakan bentuk pembelajaran konvensional yang

dituangkan dalam format digital melalui teknologi internet. Oleh karena itu e-learning dapat digunakan dalam sistem pendidikan jarak jauh dan juga sistem pendidikan konvensional. Dalam pendidikan konvensional fungsi e-learning bukan untuk mengganti, melainkan memperkuat model pembelajaran konvensional.

b. Pertimbangan Aplikasi E-learning dalam Pendidikan Islam

Pertimbangan memutuskan penggunaan sistem e-learning dalam sistem pendidikan Islam yang masih menggunakan metode konvensional tentu saja bukan didasarkan pada trend, ikut-ikutan teknologi internet, tetapi perlu dikaji secara matang. Oleh karena itu para penyusun dan pengambil kebijakan perlu melakukan observasi dan studi kelayakan. Beberapa pertanyaan yang perlu dijadikan pertimbangan antara lain: 4) Anggaran biaya yang diperlukan. Bandingkan biaya untuk pendidikan

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)

efisiensi dan efektifitas hasil yang didapat. Melalui e-learning, biaya mendirikan bangunan sekolah, buku-buku, tenaga pengajar dan biaya operasional peserta didik dapat ditekan. Oleh karena itu pendidikan jarak jauh atau sistem pendidikan konvensional yang massal akan lebih efisien dengan aplikasi e-learning.

5) Materi apa saja yang menjadi prioritas untuk dimasukkan pada model

e-learning sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan, atau semua

materi perlu dimasukkan.

6) Pengalihan dari sistem konvensional ke sistem e-learning apakah bisa dilakukan sendiri atau perlu kerjasama dengan instansi lain, seperti perguruan tinggi (yang memiliki SDM yang relevan) dan kalangan industri (terutama industri software) sangat potensial dijadikan mitra kerjasama.

7) Apakah perubahan ini bisa diterima (diadopsi) dengan baik oleh sasaran. Sebagai hasil inovasi, proses difusi sangat diperlukan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oos M. Anwas (2003) menunjukkan bahwa adopsi inovasi e-learning dalam tahapan pembentukan sikap di kalangan akademisi masih bervariasi. Banyak faktor yang menentukan, diantaranya akses informasi internet, kedekatan dengan teknologi komunikasi dan informasi dan derajat kebutuhan terhadap internet. Tetapi yang menarik dari penelitian ini adalah adalah faktor kondusivitas organisasi dapat mempengaruhinya. Dalm organisasi yang kondusif, akademisi cenderung lebih baik dalam mengadopsi

e-learning dibanding dengan organisasi yang kurang kondusif.

8) Bagaimana menerapkan perubahan tersebut sehingga bisa tercapai secara efektif dan efisien, serta bagaimana kelanjutan operasional termasuk evaluasi dan tindak lanjut.

c. Pengembangan Model e-learning dalam Pendidikan Islam

Pengembangan model e-learning perlu dirancang secara cermat sesuai tujuan yang diinginkan. Jika kita setuju bahwa e-learning di

(29)

Haughey (1998) perlu dipertimbangkan dalam pengembangan e-learning. Menurutnya ada tiga kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet, yaitu Web Course, Web Centric Course, dan Web Enhanced Course”.

a. Web Course

Web course adalah penggunaan internet untuk keperluan

pendidikan, yang mana peserta didik dan pengajar sepenuhnya terpisah dan tidak diperlukan adanya tatap muka. Seluruh bahan ajar, diskusi, konsultasi, penugasan, latihan, ujian, dan kegiatan pembelajaran lainnya sepenuhnya disampaikan melalui internet. Dengan kata lain model ini menggunakan sistem jarak jauh.

b. Web Centric Course

Web centric course adalah penggunaan internet yang

memadukan antara belajar jarak jauh dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka, fungsinya saling melengkapi. Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari melalui internet tersebut.

c. Web Enhanced Course

Model Web Enhanced Course adalah pemanfaatan internet untuk menunjang peningkatan kualitas pembelajaran yang dilakukan di kelas. Fungsi internet adalah untuk memberikan pengayaan dan komunikasi antara peserta didik dengan pengajar, sesama peserta didik, anggota kelompok, atau peserta didik dengan narasumber lain. Oleh karena itu peran pengajar dalam hal ini dituntut untuk menguasai teknik mencari informasi di internet, membimbing mahasiswa

(30)

mencari dan menemukan situs-situs yang relevan dengan bahan pembelajaran, menyajikan materi melalui web yang menarik dan diminati, melayani bimbingan dan komunikasi melalui internet, dan kecakapan lain yang diperlukan.

Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati, ada tiga hal yang harus dipenuhi dalam merancang e-learning, yaitu; sederhana, personal dan cepat. Sistem yang sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu yang belajar peserta didik dapat diefisienkan untuk belajar itu sendiri dan bukan pada belajar menggunakan sistem e-learning-nya.

Syarat personal berarti pengajar dapat berinteraksi dengan baik seperti layaknya seorang guru yang berkomunikasi dengan murid di depan kelas. Dengan pendekatan dan interaksi yang lebih personal, peserta didik diperhatikan kemajuannya, serta dibantu segala persoalan yang dihadapinya. Hal ini peserta didik betah berlama-lama di depan layar komputernya.

Kemudian layanan ini ditunjang dengan kecepatan proses. Respon yang cepat terhadap keluhan dan kebutuhan peserta didik lainnya. Dengan demikian perbaikan pembelajaran dapat dilakukan secepat mungkin oleh pengajar atau pengelola.

Untuk meningkatkan daya tarik belajar, Onno W. Purbo menambahkan perlunya menggunakan teori games. Teori ini setelah diadakan sebuah pengamatan terhadap perilaku para penggemar games komputer yang berkembang sangat cepat. Bermain games komputer sangatlah mengasyikkan, para pemain akan dibuat hanyut dengan karakter yang dimainkannya lewat komputer tersebut.

Fenomena ini sangat menarik dalam mendesain e-learning. Dengan membuat sistem e-learning yang mampu menghanyutkan peserta

(31)

layaknya ketika bermain sebuah game. Penerapan teori game dalam merancang materi e-learning perlu dipertimbangkan karena pada dasarnya setiap manusia menyukai permainan.

Secara ringkas, e-learning perlu diciptakan seolah-olah peserta didik belajar secara konvensional, hanya saja dipindahkan ke dalam sistem digital melalui internet. Oleh karena itu e-learning perlu mengadaptasi unsur-unsur yang biasa dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional. Misalnya dimulai dari perumusan tujuan yang operasional yang dapat diukur, ada apersepsi atau pretest, membangkitkan motivasi, menggunakan bahasa yang komunikatif, uraian materi yang jelas contoh-contoh kongkrit, problem solving, tanya jawab, diskusi, postest, sampai penugasan dan kegiatan tindak lanjut. oleh karena itu merancang e-learning perlu melibatkan pihak terkait, antara lain pengajar, ahli materi, ahli komputer, programmer, seniman dll,

3. Kendala Implementasi Teknologi Informasi dalam Pendidikan

Jika memang teknologi informasi dan komunikasi memiliki banyak manfaat, tentunya ingin kita gunakan secepatnya. Namun ada beberapa kendala di Indonesia yang menyebabkan teknologi informasi dan komunikasi dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin. Kesiapan pemerintah Indonesia masih patut dipertanyakan dalam hal ini.

Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan sumber daya manusia, proses transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukumnya yang mengaturnya. Infrastruktur hukum yang melandasi operasional pendidikan di Indonesia belum cukup memadai untuk menampung perkembangan baru berupa penerapan teknologi informasi untuk pendidikan ini. Perlu diketahui bahwa cyber law belum diterapkan pada dunia hukum di Indonesia.

Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur teknologi telekomunikasi, multimedia dan informasi yang merupakan

(32)

prasyarat terselenggaranya teknologi informasi dan komunikasi untuk pendidikan atau disebut dengan istilah e-learning. Sementara penetrasi komputer (PC) di Indonesia masih rendah. Biaya penggunaan jasa telekomunikasi juga masih mahal bahkan jaringan telepon masih belum tersedia di berbagai tempat di Indonesia.. Untuk itu perlu dipikirkan akses ke Internet tanpa melalui komputer pribadi di rumah.

Sementara itu tempat akses Internet dapat diperlebar jangkauannya melalui fasilitas di kampus, sekolahan, dan bahkan melalui warung Internet. Hal ini tentunya dihadapkan kembali kepada pihak pemerintah, penyelenggara pendidikan maupun pihak swasta —walaupun pada akhirnya terpulang juga kepada pemerintah. Sebab pemerintah lah yang dapat menciptakan iklim kebijakan dan regulasi yang kondusif bagi investasi swasta di bidang pendidikan. Namun sementara pemerintah sendiri masih demikian pelit untuk mengalokasikan dana untuk kebutuhan pendidikan. C. Format Pendidikan Islam yang Bermutu

Membangun suatu sistem pendidikan yang baik berarti menyelenggarakan kegiatan pendidikan yang mampu membentuk kepribadian peserta didik. Dan kepribadian seseorang itu ditentukan oleh kualitas dan kuantitas pengalaman belajarnya. Dengan demikian kegiatan pendidikan yang baik menuntut konsekuensi dengan menciptakan lingkungan belajar dalam suatu arena (area) belajar yang secara sengaja direkayasa sedemikian rupa sehingga kegiatan belajar mengajar tersebut menjadi sesuatu yang menarik dan memunculkan gairah belajar yang tinggi pada diri peserta didik sehingga dapat membentuk pengetahuan, sikap dan keterampilan yang ditargetkan. Untuk membangun sekolah yang menggairahkan, maka seluruh proses kegiatan belajar mengajar hendaknya dibangun secara integratif, stimulatif, fasilitatif dan motivatif.6

1. Integratif (Terpadu)

6

Fahmy Alaydroes, Latar Belakang, Visi dan Format Sekolah Islam Terpadu, http://www.jsit.or.id/makalah2.php, hlm. 3.

(33)

penyelenggaraannya terpadu dalam aspek:

a. Kurikulum, yakni mengintegrasikan kurikulum pendidikan umum dan agama, baik dalam pengertian kuantitatif maupun kualitatif. Pengertian kuantitatif berarti memberikan porsi pendidikan umum dan agama secara seimbang. Sementara pengertian kualitatif berarti menjadikan pendidikan umum diperkaya dengan perspektif agama, dan pendidikan agama diperkaya dengan pendidikan umum. Dengan memadukan kurikulum umum dan agama dalam suatu jalinan kegiatan belajar mengajar, maka diharapkan peserta didik dapat memahami esensi ilmu dalam perspektif yang utuh. Mengetahui sesuatu untuk tujuan manfaat dan maslahat, dan mengamalkan keimanan dengan ilmu dan pengetahuan yang luas.

b. Kegiatan belajar mengajar, yakni memadukan secara utuh ranah kognitif, afektif dan psikomotor dalam seluruh aktivitas belajar. Konsekuensinya, seluruh kegiatan belajar harus menstimulasi ketiga ranah tersebut dengan menggunakan berbagai pendekatan (metode dan sarana) belajar. Belajar tidak boleh lagi hanya terpaku pada pembahasan-pembahasan konsep dan teori belaka. Setiap pokok bahasan harus berupaya menarik minat anak terhadap pokok bahasan serta membimbing mereka untuk masuk pada dunia aplikasinya.

Belajar melalui pengalaman (experiential learning) menjadi suatu pendekatan yang sangat perlu mendapat perhatian dari pengelola sekolah. Dengan pendekatan langsung pada praktek yang memberikan pengalaman nyata kepada anak didik tentang pokok bahasan. Experiential learning juga akan menumbuhkan semangat dan motivasi belajar yang tinggi, karena suasana menyenangkan dan menantang akan selalu mereka dapatkan. Proses pembelajaran juga semestinya melibatkan semua inteligensi (multiple intelligences).

Oleh karena itu pendekatan yang dilakukan dalam mengoptimalkan pendekatan belajar berbasis student active learning. Siswa mesti dirangsang untuk aktif terlibat dalam setiap aktivitas, dan guru lebih

(34)

kepada fungsi fasilitator dan motivator, dalam memanfaatkan segala sumber dan media belajar yang ada.

c. Peran serta, yakni melibatkan pihak orang tua dan kalangan eksternal (masyarakat) sekolah untuk berperan serta menjadi fasilitator pendidikan.

Orang tua harus ikut secara aktif memberikan dorongan dan bantuan baik secara individual kepada putra-putrinya maupun kesertaan mereka terlibat di dalam sekolah dalam serangkaian program yang sistematis. Keterlibatan orang tua memberikan pengaruh yang sangat signifikan dalam meningkatkan performance sekolah.

Sedangkan elemen masyarakat dalam konteks sekolah terpadu harus dipandang sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam bingkai pembelajaran. Sekolah yang baik seharusnya menjadikan segala apa yang ada di tengah masyarakat sebagai sumber belajar yang kaya dan nyata. Siswa dapat melihat langsung berbagai fenomena sosiologis, industri dan ekonomi, budaya, penerapan hukum, model pemerintahan, kelembagaan, bahkan sampai pada dunia kriminalitas dapat mempelajarinya secara seksama. Dalam beberapa program instruksional, siswa juga dapat terjun langsung berinteraksi dengan bagian-bagian masyarakat tertentu untuk menumbuhkan rasa kebersamaan dan kepedulian akan nasib mereka. d. Iklim sekolah, yakni lingkungan pergaulan, tata hubungan, pola perilaku

dan segenap peraturan yang diwujudkan dalam kerangka nilai-nilai Islam yang syar'i maupun yang kauni. Nilai Islam yang syar'i melandasi segala aspek perilaku dan peraturan yang mencerminkan akhlak karimah. Sedangkan nilai Islam yang kauni mewujud dalam pola penataan lingkungan yang sesuai dengan hukum-hukum alam, seperti penataan kebersihan, kerapihan, keteraturan, keefektifan, kemudahan, kesehatan, kelogisan, keharmonisan, keseimbangan dan lain sebagainya.

2. Stimulatif

Kegiatan belajar yang efektif haruslah mampu memberikan stimulasi yang optimal kepada peserta didik. Memberikan stimulasi yang optimal

(35)

bekerja. Dalam hal ini psikologi kognitif dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam upaya mengoptimalkan kemampuan daya serap anak dalam konteks belajar.

Kiwari, pendekatan quantum learning mencoba menerapkan prinsip-prinsip psikologi pendidikan ke dalam ruang kelas sedemikian rupa sehingga kegiatan belajar diarahkan untuk dapat menstimulasi seluruh indra anak melalui serangkaian kegiatan yang menggunakan multimedia. Inti dari quantum learning adalah bagaimana menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan, memompa motivasi belajar dan efektif.7

3. Fasilitatif

Kegiatan belajar mengajar harus mampu menyediakan seluas-luasnya sumber dan media belajar. Belajar tidak hanya terpaku pada ruang kelas dan sumber belajar tradisional. Sumber dan media belajar haruslah diperluas tidak hanya di lingkungan sekolah, namun juga di lingkungan alam sekitar, masyarakat, instansi/lembaga, keluarga, mesjid, dan bisa juga memanfaatkan teknologi modern seperti internet dan sebagainya.

Berbagai kegiatan informal juga dapat dijadikan media bagi proses belajar mereka, seperti: dalam hal berpakaian, aktivitas makan dan jajan, aktivitas ibadah, aktivitas kebersihan, aktivitas sosial. Dengan memperluas sumber dan media belajar, maka peserta didik akan mendapatkan pengalaman yang membentuk kepribadian.

4. Motivatif

Kegiatan belajar mengajar harus mampu membangkitkan motivasi berprestasi pada peserta didik. Dengan tumbuhnya need of achievement pada setiap siswa, maka ia akan selalu menjadikan seluruh aktivitasnya untuk meraih prestasi. Untuk dapat membangkitkan kebutuhan untuk selalu meraih

7

(36)

prestasi, maka setiap pengalaman belajar anak haruslah dirasakan sebagai sesuatu pengalaman yang menyenangkan dan sekaligus menantang.

Kegiatan belajar mengajar harus dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi proses interaktif antara peserta didik dengan sumber dan media belajar. Di sinilah pentingnya kemampuan guru untuk membuat suasana dan cara belajar dengan menggunakan berbagai pendekatan yang atraktif, yang pada dasarnya adalah merangsang seluruh indera peserta didik dan memanipulasi ranah kognitif, afektif serta psikomotor sekaligus.

Berbagai pendekatan yang atraktif antara lain: simulasi, role playing, eksperimen, eksplorasi, observasi, kompetisi, kooperasi (team work), proyek,

brainstorming, diskusi dan seminar, lokakarya. Semua metode dapat

diterapkan dengan menggunakan problem solving based learning, research

based learning, dan small group based leraning.8 Sebaliknya, kegiatan belajar mengajar yang hanya mengandalkan stimulasi kognitif cenderung akan membosankan, dan potensial mengancam runtuhnya need of

achievement pada peserta didik. Apalagi bila muatan kurikulum terasa berat,

sehingga belajar menjadi suatu beban yang melelahkan dan menjemukan. Lingkungan belajar yang motivatif juga harus memunculkan iklim sekolah yang sehat yang ditandai dengan pola interaksi dan pergaulan yang hangat bersahabat diantara seluruh tenaga pendidikan dengan anak didik tanpa kehilangan ketegasan dan kewibawaan mereka.

8

Gambar

Gambar 1.4: Jaringan dan Latihan Publik 2
Gambar 1.5: Platform Standar Implementasi E-Learning dalam Lembaga Pendidikan 3

Referensi

Dokumen terkait

Indikator keberhasilan tindakan dalam penelitian ini adalah terjadinya peningkatan prestasi belajar agar mencapai KKM. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prestasi

Anggang mempunyai warna daging yang sangat menarik, dari kuning, jingga, hingga merah. Daging buah agak tipis dengan porsi edible antara 15-30%, daging buah halus, tekstur lembut,

Pada tahap awal Standar Kompetensi Lulusan (SKL) minimal program rintisan SMA bertaraf internasional yang harus dicapai adalah SKL yang tertuang dalam Permen Diknas No 23 tahun

[r]

(iasumsikan bahwa isi adalah informasi atau materi keuangan yang berkaitan dengan kebijakan manajemen dan bahwa sistem kode adalah bahasa dari sumber dan penerima. ;lemen4elemen

Dalam pengabdian masyarakat Program Studi Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro (FIB-UNDIP) kali ini, para pengajar bahasa Jepang mengangkat

Berdasarkan hasil olah data dan analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan model Vector Error Correction Model (VECM) dan Uji Kausalitas Granger dalam

Budaya Indonesia merupakan sumber inspirasi dalam penciptaan suatu karya seni. Salah satu bentuk kebudayaan tersebut adalah wayang. Wayang mengandung nilai artistik,