• Tidak ada hasil yang ditemukan

APPLICATION GEOMAGNETIC METHOD TO IDENTIFICATION CHROMIT MINERAL S IN SUKOREJO VILLAGE, KALIDAWIR DISTRICT, TULUNGAGUNG REGENCY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "APPLICATION GEOMAGNETIC METHOD TO IDENTIFICATION CHROMIT MINERAL S IN SUKOREJO VILLAGE, KALIDAWIR DISTRICT, TULUNGAGUNG REGENCY"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

APPLICATION GEOMAGNETIC METHOD TO IDENTIFICATION CHROMIT

MINERAL’S IN SUKOREJO VILLAGE, KALIDAWIR DISTRICT,

TULUNGAGUNG REGENCY

Onisan Aqil Perdana, Daeng Achmad Suaidi, Sujito

Physics Department, State University of Malang

E-mail : [email protected]

ABSTRACT

Rocks

as a source of natural minerals valuabled, it is a potential resource of natural resources

which needed and used for human life. Chromit rocks is witch one natural resources in

Sukorejo Village, Kalidawir District, Tulungagung Regency. However goverment hasn’t

stold detail information about the deposit potential in their mineral resource. The purpose of

this reseach to predicted distribution of chromit minerals influence in this area.

This reseach done used magnetometer type Proton magnetometer Procession (PPM). Point of

Earth's magnetic field to be measured, 5 times at any point which distance about 5 meters.

Data processing using software Microsoft Excel, software Surfer 11, software MagPick, and

software Mag2DC.

Determination of the magnetic at chromit rocks done reduction to pole of magnetic, it is use

for determination anomaly magnetic field. This research are found minerals potential that

influence of chromit at local magnetic field abaout 800nT. Interpretation of Mag2DC have

value at chromit mineral’s about 0,1083 and 0,1184.

Keywords : Geomagnetic, Chromit Mineral, Proton Procession magnetometer.

PENDAHULUAN

Secara geologi Indonesia memiliki potensi sumber kekayaan mineral yang cukup besar dan belum semuanya dimanfatkan secara optimal. Sumber daya mineral adalah semua bahan galian yang terdapat di bumi yang dapat dipakai untuk kebutuhan hidup manusia. Sumber daya mineral merupakan modal nasional yang perlu dikembangkan dan dimanfaatkan secara optimal untuk menunjang pembangunan. Namun, pemanfaatan sumber daya mineral tersebut harus memperhatikan konservasi dan upaya untuk kelestarian fungsi ekosistem [1].

Kabupaten Tulungagung adalah salah satu kabupaten di Jawa Timur yang memiliki potensi alam terutama dalam hal tambang mineral. Salah satu hasil tambang yang terkenal dan menjadi ciri khas kabupaten ini adalah marmer [2]. Selain itu terdapat pula mangan, kaolin dan pasir besi. Kecamatan-kecamatan yang menyimpan potensi tambang tersebut adalah kecamatan Besuki, Tanggunggunung, Kalidawir, Pucanglaban, dan Rejotangan [3].

Potensi kromit di wilayah ini diperkirakan cukup besar, hal ini dikarenakan kromit terbentuk pada batuan induknya yaitu ofiolit, sedangkan penyebaran ofiolit di Indonesia diperkirakan lebih dari 80 ribu km2. Kromit merupakan salah satu jenis mineral yang berkomposisi kimia FeCr2O3 dan ternyata memiliki nilai strategis, karena mineral tersebut berasal dari ektrasi mineral dan sangat di butuhkan dalam perkembangan industri-industri : rekayasa, pesawat terbang, ruang angkasa dan kemiliteran serta industri hi-tech lainnya [3].

Metode geomagnet merupakan metode yang digunakan untuk eksplorasi dengan hasil data yang bisa untuk sebagai rujukan. Akurasi pengukuran metoda magnetik ini relatif tinggi serta pengoperasian di lapangan cukup sederhana, mudah, cepat, dan akurat. Teknik Geomagnet pada metode kemagnetan batuan telah sukses dan secara ekstensif mampu melukiskan kontras parameter geomagnet pada lapisan bawah tanah berdasarkan anomali kemagnetan dari batuan.

(2)

2

TEORI

1. Kromit

Kromit merupakan satu-satunya mineral yang menjadi sumber logam kromium. Mineral ini mempunyai komposisi kimia FeCr2O3. Kromit mempunyai sifat antara lain berwarna hitam, bentuk kristal massif hingga granular, sistem kristal oktahedral, goresan berwarna coklat, kekerasan 5,5 (skala mohs), dan berat jenis 4,5 sampai 4,8. Komposisi kimia kromit sangat bervariasi karena terdapat usur-unsur lain yang mempengaruhinya, kromit dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: kromit kaya krom, kaya aluminium, dan kaya besi [4].

Kromit dapat terjadi sebagai endapan primer, yaitu: tipe cebakan stratiform dan podiform, atau sebagai endapan sekunder berupa pasir hitam dan tanah laterit. Endapan primer ditafsirkan berasal dari proses kristalisasi satu fase kromit dari suatu massa magma yang bersifat basa sedangkan endapan sekunder merupakan hasil proses pelapukan batuan yang mengandung kromit. Penggunaannya jenis ini dikenal dengan kromit metalurgi, refraktori dan kromit kimia [4].

2. Metode Geomagnet

Metode magnetik merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk eksplorasi berdasarkan perubahan besaran medan magnet akibat adanya variasi kemagnetan dari formasi batuan bumi. Metode magnetik ditunjukkan oleh pengukuran intensitas dari medan magnet bumi, metode ini didasarkan pada sifat kemagnetan (kerentanan magnet) batuan, yaitu kandungan magnetiknya sehingga efektifitas metode ini bergantung kepada kontras magnetik di bawah permukaan.

Dasar dari metode magnetik adalah gaya Coulomb antara dua kutub magnetik m1 dan m2 yang berjarak r (cm) dalam bentuk:

r F

r

m

m

2 0 2 1

 (dyne) (1)

dengan 0 adalah pemeabilitas medium dalam ruang hampa, tidak berdimensi dan besarnya dalam SI adalah 4 x 10-7 [5].

Kuat medan magnet (H) pada suatu titik yang berjarak r dan m1 didefinisikan sebagai gaya persatuan kuat kutub magnet, dapat dituliskan sebagai : r F H

r

m

m

2 0 1 2

  (2)

dengan r adalah jarak antar titik pengukuran dari

m

H

mempunyai satuan A/m dalam SI sedangkan dalam cgs

H

mempunyai satuan oersted [5].

Bila dua kutub magnet yang berlawanan mempunyai kuat kutub magnet dan , keduanya terletak dalam jarak , maka momen magnetik , dapat dituliskan sebagai:

r

ml

M

ˆ

(3)

dengan M adalah vektor dalam arah unit vektor r dari arah kutub negatif ke kutub positif. Arah momen magnetik dari atom bahan non magnetik adalah acak sehingga momen magnetik resultannya menjadi nol. Sebaliknya di dalam bahan-bahan magnetik arah momen magnetik atom-atom bahan itu teratur sehingga momen magnetik resultannya tidak menjadi nol. Momen magnet mempunyai satuan dalam cgs adalah gauss.cm3 atau emu dan dalam SI mempunyai satuan A.m2 [6].

Sejumlah

benda-benda

magnet

dapat dipandang sebagai sekumpulan

benda magnetik.

Apabila benda magnetik tersebut diletakkan dalam medan magnet luar, benda tersebut menjadi termagnetisasi karena induksi. Dengan demikian intensitas kemagnetan I adalah tingkat kemampuan menyearahkan momen-momen magnetik dalam medan magnet luar, atau didefinisikan sebagai momen magnet persatuan volume:

V r ml V M I   ˆ (4) satuan magnetisasi dalam cgs adalah gauss atau emu.cm-3 dan dalam SI A.m-1[5].

Suatu bahan magnetik yang diletakkan dalam medan magnet luar , akan menghasilkan medan sendiri yang meningkatkan nilai total medan magnetik bahan tersebut. Medan magnet totalnya disebut induksi magnet , ditulis sebagai:

H

B

m

r

atau BHH' (5)

dengan dan disebut sebagai permeabilitas relatif dari suatu bahan

(3)

3 magnetik. Satuan B dalam cgs adalah gauss, sehingga:

M H

B 4

(6) hubungan medan sekunder . Dalam geofisika eksplorasi dipakai satuan gamma (g) dan dalam SI adalah Tesla (T), dengan 1g = 10-5 gauss = 1 nT [6].

Potensial magnetosatik didefinisikan sebagai tenaga yang diperlukan untuk memindahkan satu satuan kutub magnet dari titik tak terhingga ke suatu titik tertentu dan dapat dituliskan sebagai:

rH r dr

r

A( ) ( ) (7)

untuk benda tiga dimensi, material didalamnya memberikan sumbangan momen magnetik per satuan volume . Jadi potensialnya merupakan hasil intergrasi sumbangan momen dwikutub persatuan volume dan dapat dituliskan sebagai: dV r M A

r

r

r

r    

0 0 1 ) ( ) (

   r dV M

r

r

0 1  (8) sehingga medan magnet benda sebagai penyebab timbulnya anomali dapat dituliskan sebagai: dV r M H

r

r

r

r    

0 0 1 ) ( ) ( (9) Dalam melakukan pengukuran, medan magnetik yang terukur oleh magnetometer adalah medan magnet induksi termasuk efek magnetisasinya dengan mengabaikan efek medan magnet remanen (sementara). Persamaan rumus induksi medan magnet dapat di tuliskan sebagai berikut [7]:

(10) dimana

B : induksi medan magnet (T) M : magnetisasi (Wb/m³) H : medan magnet luar

µ0 : 4π10 -7

adalah Permebilitas magnetik pada ruang hampa.

χ : suseptiblitas

Benda magnet dapat di pandang sebagai sekumpulan dari sejumlah momen – momen magnetik. Bila benda magnetik tersebut di letakkan dalam suatu medan luar, maka benda tersebut akan terinduksi dan menjadi termagnetisasi.

Kemampuan untuk di magnetisasinya suatu benda magnetik, di tentukan oleh nilai

suseptibilitas kemagnetan atau k atau χ yang di tuliskan sebagai [5] :

(11)

dimana

I = Magnetisasi (T)

χ = suseptibilitas batuan (SI) H = medan magnet luar (T) besaran yang tidak berdimensi ini merupakan parameter dasar yang dipergunakan dalam metode magnetik. Harga pada batuan semakin besar apabila dalam batuan tersebut semakin banyak dijumpai mineral-mineral magnet yang bersifat magnetik [8].

Berdasarkan kemagnetanya batuan dapat diklasifikasikan :

a. Batuan diamagnetik. Batuan yang atom-atom pembentuk batuannya memiliki elektron yang telah jenuh, yaitu tiap elektron berpasangan dan mempunyai spin berlawanan dalam setiap pasangan. Contohnya yaitu: batuan kuarsa, marmer, graphite, rock salt, dan anhydrite atau gipsum [6].

b. Batuan paramagnetik. Batuan yang memiliki nilai susebtibilitas yang positif dan kecil. Paramagnetik muncul dalam bahan yang atom-atomnya memiliki momen magnetik yang permanen yang berinteraksi satu sama lain secara sangat lemah. Contohnya yaitu: Olivine, pyroxene, amphibole, dan biotite [6]. c. Batuan ferromagnetik. Batuan yang

didalamnya terdapat banyak kulit elektron yang hanya diisi oleh satu elektron sehingga mudah terinduksi oleh medan magnet luar. Memiliki nilai susebtibiltas yang positif dan sangat tinggi. Dalam bahan ini sejumlah kecil medan magnet luar menyebabkan derajat penyearahan yang tinggi pada momen dipol magnetik atomnya. Momen magnet ini dapat bertahan sekalipun medan pemagnetanya telah hilang. Daerah ruang tempat momen dipol magnetik disearahkan ini disebut daerah magnetik. Pada temperatur diatas suhu kritis yang disebut titik curie, gerak termal acak sudah cukup besar sudah cukup besar untuk merusak keterauran momen magnetik. Dan bahan ferromagnetik berubah menjadi paramagnetik [6].

Berikut ini adalah tabel nilai suseptibilitas berbagai macam batuan dan mineral:

(4)

4

Tabel 2.2 Nilai Suseptibilitas Batuan [5]

Batuan Tipe Suseptibiltas x 10

-3 (SI) Ring Rata-rata Sedimen Dolomite 0-0,9 0,1 Batugamping 0-3 0,3 Batupasir 0-20 0,4 Serpih 0,01-15 0,6 Metamorf Amphibiolite 0,7 Sekis 0,3-3 1,4 Filit 1,5 Gneiss 0,1-25 Kuarsit 4 Serpentin Sabak 0-35 6 Beku Granit 0-50 2,5 Riolit 0,2-35 Dolorit 1-35 17 Augite-Syenite 30-40 Olivin-diabas 25 Diabas 1-160 55 Porphyry 0,3-200 60 Gabro 70 Basalt 0,2-175 70 Diorit 0,6-120 85 Piroksenit 125 Peridotit 90-200 150 Andesit 160

Tabel 2.3 Nilai Suseptibilitas Mineral [5]

Tipe Mineral Suseptibiltas x 10

-3 (SI) Ring Rata-rata Grafit 0,1 Kuarsa -0,01 Rock Salt -0,01 Gypsum -0,01 Kalsit -0,001- (-0,01) Batubara 0,002 Lempung 0,2 Kalkopirit 0,4 Spalerit 0,7 Kasiterit 0,9 Siderit 1-4 Pirit 0,05-5 1,5 Limonit 2,5 Arsenopirit 3 Hematit 0,5-35 6,5 Kromit 3-110 7 Franklinit 430 Pirotit 1500 Ilmenit 300-3500 1800 Magnetit 1200-19200 6000

3. Medan Magnet Bumi

Asal mula medan magnetik bumi hingga sejauh ini belum dapat dipahami secara tuntas, tetapi keberadaanya didasari oleh pemikiran bahwa arus listrik yang menimbulkan medan magnetik bumi ditimbulkan oleh dua hal yang saling bersinergi yaitu efek-efek konveksi dan rotasi dari cairan metalik yang terdiri dari besi dan nikel yang berada antara inti bagian luar dan mantel bagian dalam bumi. Mekanisme ini dinamakan dengan efek dinamo [9].

Medan magnet utama bumi secara teoritis disebabkan oleh sumber dalam bumi, magnetisasi permanen oleh aliran arus listrik atau arus listrik yang keluar dan masuk bumi. Beberapa teori menganggap inti bumi tersusun oleh besi dan nikel, dua materi yang dikenal sebagai konduktor yang sangat baik. Adapun penyusun inti bumi, sumber magnetik merupakan dinamo berkonduktivitas tinggi dan bergerak dengan mekanisme yang kompleks, seperti arus atau senyawa kimia dan variasi thermal beserta alirannya. Kombinasi gerak dan arus tersebut disebabkan terjadinya medan magnet [5].

Medan magnet bumi adalah salah satu besaran vektor yang mempunai besaran (magnitude) dan arah, besaran ini dapat diuraikan menjadi komponen-komponennya. Medan magnet utama timbul karena adanya arus listrik yang mengalir berputar di dalam inti luar yang membentang dari jari-jari 1.300 km hingga 1.500 km. Medan utama ini tidak konstan terhadap waktu dan perubahannya relatif lamban.Penelitian mengenai sumber medan magnet utama bumi yaitu sumber dari luar dan dari dalam bumi dilakukan oleh Gauss pada tahun 1838 yang menyimpulkan bahwa medan magnet utama bumi yang terukur dipermukaan bumi hampir seluruhnya disebabkan oleh sumber dari dalam bumi, sedangkan sumber dari luar bumi pengaruhnya sangat kecil [5].

Medan magnet bumi terkarakterisasi oleh elemen medan magnet bumi, yang berakibat arah dan intensitas kemagnetannya. Elemen tersebut meliputi: Deklinasi (D) ,Inklinasi(I) , Intensitas Horizontal (H) [6]. Medan magnet utama bumi berubah terhadap waktu. Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama magnet bumi, dibuat standar nilai yang disebut International Geomagnetics Reference Field (IGRF) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali [7].

METODE PENELITIAN

1. Prosedur Penelitian

Kawasan penelitian terletak di antara

8°11'50.7"–8°11'53.07"BT dan 111°58'51.99" –111°58'52.38"LS dengan berada di kawasan perbukitan. Penelitian ini dilakukan pada hari Minggu tanggal 23 Juni 2013 jam 09.00-15.30 WIB di Lereng Sukorejo Desa Sukorejo Kec. Kalidawir, Kab. Tulungagung.

(5)

5

Gb 1 Peta Lokasi Pengamatan

Pengambilan data menggunakan alat GEOMETRICS G-856 Memory-Mag™ PPM. Mengukur titik medan magnet bumi yang akan di ukur dengan mengambil data setiap titik 5 kali dengan jarak antar titik 5 meter. Proses pengambilan data sebanyak 120 titik dengan titik yang menyebar di daerah penelitian.

2. Pengolahan Data

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kondisi di bawah permukaan tanah. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Exceel, Surfer 11, MagPick, dan Mag2DC.

Setelah menemukan nilai rata – rata setiap titik , kemudian mencari koreksi diurnal harian yang merupakan penyimpangan nilai medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan posisi matahari dalam satu hari, dengan

menggunakan rumus : [

]

Dimana :

tn = t pada titik n

Hakh = Nilai medan magnet di titik akhir Hawl = Nilai medan magnet di titik awal Kemudian mencari nilai besaran koreksi normal (IGRF). Koreksi IGRF adalah koreksi yang dilakukan terhadap data medan magnet terukur untuk menghilangkan pengaruh medan utama magnet bumi dan koreksi ini bersifat global untuk mendapatkan nilai medan anomali lokal yang di teliti, dimana untuk menghitung menggunakan persamaan :

Ha : Medan Anomali Hrata2 : Medan hasil rata2 data Hvar : Medan koreksi Harian Higrf : Medan koreksi IGRF

Dalam pencarian nilai H IGRF itu didapat dengan cara memasukkan nilai H IGRF lokal yang dapat di cari dengan alamat website

http://www.ngdc.noaa.gov/geomag-web/#igrfwmm dengan memasukkan titik – titik koordinat penelitian dan waktu penelitian. Anomali medan magnetik total inilah yang

selanjutnya digunakan untuk analisis data berikutnya.

Peta Contour anomali medan magnet yang telah muncul kemudian dilakukan Filter Upward Continuation dengan tujuan menghilangkan noise-noise atau benda-benda kecil yang memiliki sifat kemagnetan yang letaknya dekat dengan permukaan. Untuk melakukan filter ini digunakan Software MagPick.

Data anomali medan magnet total hasil kontinuasi ke atas kemudian direduksi ke kutub dengan tujuan dapat melokalisasi daerah-daerah dengan anomali maksimum tepat berada di atas tubuh benda penyebab anomali, sehingga dapat dengan mudah melakukan interpretasi. Reduksi ke kutub adalah salah satu filter pengolahan data magnetik untuk menghilangkan pengaruh sudut inklinasi magnetik. Reduksi ke kutub dilakukan dengan cara membuat sudut inklinasi benda menjadi 900 dan deklinasinya 00, Filter tersebut diperlukan karena sifat dipole anomali magnetik menyulitkan interpretasi data lapangan yang pada umumnya masih berpola asimetris menjadi monopole yang simetris.

Setelah data yang didapat dari hasil filter reduksi ke kutub akan dikolerasikan dengan data hasil Filter Upward Continuation untuk dilakukan slashing untuk memetakan struktur bawah permukaan tanah dengan software Mag2DC.

Hasil Penelitian dan Pembahasan 1. Hasil penelitian

(6)

6 Gb 3 Peta Anomali Regional Hasil Upward

170m

Gb 4 Peta Anomali Residu

Gb 5 Peta Anomali Hasil reduksi ke Kutub

2. Pembahasan

Gb 6 Penarikan garis polyline dalam peta contour

Gb 7 Pemodelan penampang 12 dalam Mag2DC

Gambar 7 merupakan hasil pemodelan penampang melintang anomali residual dari lintasan 12, dimana pada sumbu Y positif merupakan nilai anomali pengamatan (dalam nT), sumbu Y negatif merupakan kedalaman (yang mencapai 100 m) sedangkan sumbu X merupakan nilai jarak lintasan (yang mencapai 63 meter).

Pada penampang melintang anomali residual lintasan 12 pada Y positif memperlihatkan bentuk kurva berupa pola tinggian dan rendahan yang menunjukkan nilai anomali residual yang dilewati oleh lintasan 12 dengan nilai terendah yaitu -566nT dan nilai tertinggi yaitu 566nT. Pada Y negatif memperlihatkan bentuk model bawah permukaan dari lintasan 12.

Terdapat 10 body jenis batuan pada pemodelan anomali yang menyusun lapisan tanah sepanjang lintasan 12. Batuan pertama

(7)

7 (posisi 12 meter dari titik awal) memiliki suseptibilitas sebesar -0,033 ditafsirkan sebagai batuan grafit. Batuan kedua (posisi 13 meter sampai 23 meter) memiliki suseptibilitas sebesar 0,039 ditafsirkan sebagai batuan beku jenis olivin-diabes. Batuan ketiga (posisi 25 meter sampai 30 meter) memiliki suseptibilitas sebesar 0,0108 ditafsirkan sebagai batuan metamorf jenis sabak. Batuan keempat (posisi 30 meter sampai 36 meter) memiliki suseptibilitas sebesar -0,012 ditafsirkan sebagai batuan quartz. Batuan kelima (posisi 39 meter sampai 48 meter) memiliki suseptibilitas sebesar 0,1083 ditafsirkan sebagai batuan mineral kromit yang diduga sebagai sumber anomali kemagnetan atau batuan yang mempunyai kandungan logam. Batuan keenam (posisi 48 meter sampai 63 meter) memiliki suseptibilitas sebesar 0.0222 ditafsirkan sebagai batuan beku jenis olivin-diabas. Batuan ketujuh (posisi 20 meter kedalaman 50 meter) memiliki suseptibilitas sebesar -0,039 ditafsirkan sebagai batuan grafit. Batuan kedelapan (posisi 20 meter sampai 32 meter kedalaman 50 meter) memiliki suseptibilitas sebesar 0,0760 ditafsirkan sebagai batuan beku jenis gabro. Batuan kesembilan (posisi 32 meter sampai 37 meter kedalaman 40 meter) memiliki suseptibilitas sebesar -0,012 ditafsirkan sebagai batuan quartz. Batuan kesepuluh (posisi 37 meter sampai 63 meter kedalaman 30 meter) memiliki suseptibilitas sebesar 0,0022 ditafsirkan sebagai mineral limonit.

Gb 8 Pemodelan penampang 34 dalam Mag2DC

Gambar 8 merupakan hasil pemodelan penampang melintang anomali residual dari lintasan 34, dimana pada sumbu Y positif merupakan nilai anomali pengamatan (dalam nT), sumbu Y negatif merupakan kedalaman (yang mencapai 100 m) sedangkan sumbu X merupakan nilai jarak lintasan (yang mencapai 106 meter).

Pada penampang melintang anomali residual lintasan 34 pada Y positif memperlihatkan bentuk kurva berupa pola tinggian dan rendahan yang menunjukkan nilai anomali residual yang dilewati oleh lintasan 34 dengan nilai terendah yaitu -1206nT dan nilai tertinggi yaitu 200nT. Pada Y negatif memperlihatkan bentuk model bawah permukaan dari lintasan 34.

Terdapat 6 body jenis batuan pada pemodelan anomali yang menyusun lapisan tanah sepanjang lintasan 34. Batuan pertama (posisi 17 meter dari titik awal) memiliki suseptibilitas sebesar -0,031 ditafsirkan sebagai batuan grafit. Batuan kedua (posisi 17 meter sampai 30 meter) memiliki suseptibilitas sebesar 0,012 ditafsirkan sebagai batuan beku jenis dolorit. Batuan ketiga (posisi 30 meter sampai 50 meter) memiliki suseptibilitas sebesar -0.012 ditafsirkan sebagai batuan quartz. Batuan keempat (posisi 50 meter sampai 75 meter) memiliki suseptibilitas sebesar -0,001 ditafsirkan sebagai batuan kapur. Batuan kelima (posisi 75 meter sampai 105 meter) memiliki suseptibilitas sebesar 0,0139 ditafsirkan sebagai batuan beku jenis dolorit. Batuan keenam (posisi 20 meter sampai 50 meter kedalaman 25 meter) memiliki suseptibilitas sebesar 0.1184 ditafsirkan sebagai batuan mineral kromit yang diduga sebagai sumber anomali kemagnetan atau batuan yang mempunyai kandungan logam.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan di Desa Sukorejo Kecamatan Kalidawir Kabupaten Tulungagung dengan menggunakan metode geomagnet, dapat disimpulkan bahwa di area ditemukan batuan yang mengandung mineral kromit dengan nilai medan magnet lokal (sekitar 800nT) dalam interpretasi Mag2DC memiliki nilai 0,1083 dan 0,1184

(8)

8 DAFTAR PUSTAKA

1. BSN. 2002. Penyusunan Neraca

Sumber Daya – Bagian 4- Sumber

Daya

Mineral

Spasial.

Badan

Standarisasi Nasional.

2. Bhirawa, Media Online. 2010. Potensi

Tulungagung

yang

Menakjubkan:

Tulungagung News.

3. ESDM, Dinas. 2006. Potensi Bahan

Galian.

Departemen

Energi

dan

Sumber Daya Mineral: Pusat Sumber

Daya Geologi.

4. Suhandi.

Susanto,H.

Hutamadi,R.

2011. Penelitian Bahan Galian Lain

dan Mineral Ikutan pada Wilayah

Pertambangan Kabupaten Kowane,

Provinsi Sulawesi Tenggara. Pusat

Sumber Daya Geologi.

5. Telford,W,M.

1976.

Aplied

Geophysic.London:Cambridge

University.

6. Siahaan, Mangatur. 2009. Penentuan

Struktur Pada Zona Hydrokarbon

Daerah “X” Menggunakan Metode

Magnetik.

Jakarta:

Universitas

Indonesia.

7. Qomariyah, Nurul. 2011. Analisis

Zona Potensi Panas Bumi di Daerah

Bittuarang, Kabupaten Tana Toraja,

Sulawesi

Selatan

Berdasarkan

Anomali

Magnetik-Pseudogravitasi.

Jurusan Fisika, FMIPA Universitas

Brawijaya, Malang

8. Burger, H.R, Sheehan, anne F., Jones,

Craig H., 2006, Introduction to Aplied

Geophysics,

W.W.

Norton

&

Company, New York.

9. Zulaikah, Siti. 2007. Kemagnetan

Batuan dan Aplikasinya. Jakarta:

Gambar

Tabel 2.3 Nilai Suseptibilitas Mineral [5]
Gambar 7 merupakan hasil pemodelan  penampang  melintang  anomali  residual  dari  lintasan  12,  dimana  pada  sumbu  Y  positif  merupakan  nilai  anomali  pengamatan  (dalam  nT),  sumbu  Y  negatif  merupakan  kedalaman  (yang  mencapai  100  m)  sedan
Gambar 8 merupakan hasil pemodelan  penampang  melintang  anomali  residual  dari  lintasan  34,  dimana  pada  sumbu  Y  positif  merupakan  nilai  anomali  pengamatan  (dalam  nT),  sumbu  Y  negatif  merupakan  kedalaman  (yang  mencapai  100  m)  sedan

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja/PanitiaPengadaan (C) Pengadaan Barang Teknologi Informasi dan Jasa Lainnya dilingkungan Badan Kepegawaian Negara Tahun anggaran 2015 akan melaksanakan

karakter dari 120 print wheel akan tercetak pada satu baris di kertas printer.

Sistem pakar yang dibangun ini merupakan suatu sistem informasi yang berbasis komputer dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence) yang berfungsi

menyenpitnya pembuluh darah jantung ini tentu dapat mengakibatkan otot jantung di daerah tersebut mengalami kekurangan aliran darah dan dapat

Manfaat penelitian ini secara garis besar adalah untuk mengetahui pengaruh senam ergonomis terhadap penurunan tekanan darah pada lansia penderita

Hal ini dibuktikan dengan adanya problem-problem pada setiap kategorisasi ranah pembelajaran afektif seperti: siswa belum sadar bahwa proses pembelajaran telah dimulai,

1) Pencarian, pengamatan, dan merenungkan sumber informasi atau data yang diperlukan dalam pembuatan karya busana anak dengan bahan utama tenun Lurik. Metode

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang diperoleh dalam