• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2016 Volume 25 Nomor 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Pendidikan Serambi Ilmu, Edisi Mei 2016 Volume 25 Nomor 2"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGGUNAKAN MICROSOFT POWER POINT SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MELALUI WORKSHOP MGMP

KIMIA SMA BINAAN KABUPATEN PIDIE JAYA PROVINSI ACEH TAHUN 2014

Oleh Mehram*

Abstrak

Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam menggunakan Microsoft Power Point sebagai media pembelajaran. Upaya yang penulis lakukan adalah menyelenggarakan suatu workshop bagi guru-guru Kimia pada MGMP Kimia SMA Pidie Jaya. Penelitian ini berlangsung dalam 2 siklus yang berakhir pada saat tingkat penguasaan guru dalam menggunakan slide Power Point sebagai media pembelajaran Kimia mencapai taraf ketuntasan minimal 85,00. Kondisi awal dari 18 orang guru yang terlibat dalam penelitian ini memiliki penguasaan rata-rata terhadap 10 kompetensi dasar dalam mengunakan Microsoft power point masih rendah (59,31). Dengan tindakan mendorong motivasi dan sikap positif, pembahasan interaktif dan latihan yang intensif dalam menggunakan slide power point selama siklus I, tingkat penguasaan meningkat menjadi 79,17. Usaha-usaha perbaikan terus penulis lakukan dalam Siklus II sehingga ke-18 orang guru mencapai tingkat ketuntasan rata-rata 92,36 terhadap 10 kompetensi yang menjadi indikator dalam penelitian tindakan ini. Dengan demikian dapat pula dikatakan bahwa melalui kegiatan workshop pada MGMP dapat meningkatkan kemampuan para guru dalam menggunakan Microsoft Power Point sebagai Media Pembelajaran di SMA Kabupaten Pidie Jaya.

Kata Kunci : Media Pembelajaran, Microsoft Power Point, Workshop, Peerteaching, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)

PENDAHULUAN

Bagi sekolah, produk teknologi komputer dalam bentuk perangkat keras dan perangkat lunak tidak akan memiliki nilai dan makna apa-apa manakala tenaga kependidikan di sekolah tidak memiliki kemampuan yang memadai dalam menggunakannya sebagai media pembelajaran. Penulis sebagai pengawas SMA yang berkedudukan di Dinas Pendidikan Provinsi Aceh dengan wilayah binaan kerja kepengawasan mencakup 4 SMA berada di Kabupaten Pidie Jaya, yaitu SMA Negeri 1 Meureudu, SMA Negeri 2 Meureudu, SMA Negeri 1 Tringgadeng dan SMA Unggul Pidie Jaya, telah menemukan permasalahan penggunaan komputer sebagai media pembelajaran, yaitu para guru belum memiliki kemampuan yang memadai, terutama dalam menggunakan Microsoft Power Point sebagai salah satu aplikasi untuk presentasi dalam pembelajaran.

Berdasarkan problematika tersebut diatas itulah penulis melakukan suatu tindakan

melalui suatu Penelitian Tindakan Sekolah dengan judul: “Upaya Peningkatan Kemampuan Guru Dalam Menggunakan Microsoft Power Point sebagai Media Pembelajaran melalui Peerteaching Pada Workshop MGMP Kimia SMA Binaan Kabupaten Pidie Jaya Provinsi Aceh Tahun 2014”.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis telah mengidentifikasi masalah-masalah para guru di SMA binaan di Kabupaten Pidie Jaya sebagai berikut:

1. Kemampuan para guru dalam menggunakan Microsoft power point sebagai media pembelajaran masih rendah.

2. Kualitas proses pembelajaran dengan menggunakan media slide Power Point pembelajaran yang sudah dibuat oleh guru masih belum optimal

3. Para guru kurang termotivasi dan belum percaya diri dalam menggunakan Slide

(2)

Microsoft PowerPoint sebagai media pembelajaran.

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan:

1. Motivasi guru dalam menggunakan Microsoft Power Point sebagai media pembelajaran melalui kegiatan Peerteaching pada workshop MGMP Kimia SMA binaan Kabupaten Pidie jaya. 2. Kemampuan para guru dalam menggunakan Microsoft Power Point sebagai media pembelajaran melalui kegiatan Peerteaching pada workshop MGMP Kimia SMA Binaan Kabupaten Pidie Jaya.

TINJAUAN PUSTAKA

Uraian dalam bagian ini menyangkut kajian tentang beberapa aspek dan pengertian yang berhubungan dengan judul dan permasalahan yang penulis teliti melalui Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) ini, yaitu (1) Kompetensi Guru dalam Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi, (2) Media Pembelajaran dan Manfaatnya, (3) Microsoft Power Point Sebagai Media Pembelajaran, (4) Peerteaching Sebagai Strategi Peningkatan Kompetensi Guru dalam mengelola Proses Pembelajaran; (5) Workshop Sebagai Strategi Peningkatan Kompetensi Guru; dan (6) Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Sebagai Wahana Peningkatan Kompetensi Guru.

1. Kompetensi Guru dalam Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Penguasaan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dewasa ini menjadi bagian dari tuntutan kompetensi guru, baik dalam mendukung pelaksanaan tugasnya (penyusunan perencanaan, penyajian pembelajaran, evaluasi dan analisis hasil evaluasi) maupun sebagai sarana untuk mencari dan mengunduh sumber-sumber belajar. Sehingga setiap guru pada semua jenjang harus siap untuk terus belajar TIK guna pemenuhan tuntutan kompetensi tersebut. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru, menyatakan bahwa “Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi”.

Aspek-aspek kompetensi yang harus dimiliki (dipenuhi) guru, yang berkaitan dengan TIK adalah pada kompetensi pedagogik pemanfaatan teknologi pembelajaran, dan pada kompetensi sosial yaitu menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. Dengan demikian, penguasaan (pemanfaatan) TIK oleh guru dalam pembelajaran sangat penting. Tetapi tidak semua guru dapat menguasai dan memanfaatkannya. Oleh karena itu, kemajuan tersebut harus diikuti dengan pengembangan sumber daya tenaga pendidik.

Urgensi peningkatan kemampuan TIK guru menurut Wijayanti (201) adalah: (1) TIK dapat digunakan untuk membantu pekerjaan administratif (Word processor & Kebutuhan Wajib Tingkat Dasar, Spreadsheet), (2) TIK dapat digunakan untuk membantu mengemas bahan ajar (Multimedia) Kebutuhan Tingkat Menengah, (3) TIK dapat digunakan untuk membantu proses manajemen pembelajaran (e-learning, Kebutuhan Tingkat Lanjut,dll), dan (4) TIK dapat digunakan untuk dukungan teknis dan meningkatkan pengetahuan agar dapat mewujudkan self running creation (antivirus, tools, jaringan, internet, dll).

Lebih lanjut Wijayanti (2011) menyebutkan Standar Kompetensi Guru yang harus dikuasai dalam penguasaan TIK adalah (1) Mengoperasikan komputer personal dan periferalnya, (2) Merakit, menginstalasi, menset-up, memelihara dan melacak serta memecahkan masalah (troubleshooting) pada komputer personal, (3) Melakukan pemograman komputer dengan salah satu bahasa pemograman berorientasi objek, (4) Mengolah kata (word processing) dengan komputer personal, (5) Mengolah lembar kerja (spreadsheet) dan grafik dengan komputer personal, (6) Mengelola pangkalan data (data

base) dengan komputer personal atau

komputer server, (7) Membuat presentasi interaktif yang memenuhi kaidah komunikasi visual dan interpersonal.

Tomoredjo (2009) menyatakan bahwa supaya guru menjadi profesional yang sesuai dengan era global dan digital ini hendaknya guru memiliki sembilan kriteria guru profesional sebagai berikut : (1) Mahir pada

core competency-nya, (2) Mengerti dan

memahami kurikulum beserta aplikasi dan pengembangannya, (3) Menguasai pedagogik secara teoritis dan praktis beserta

(3)

pengembangannya, (4) Menjadi pendengar yang baik dan empatik, (5) Menguasai public

speaking, terampil memotivasi dan

menginspirasi, (6) Menjadi pembaca yang efektif dan broad minded, (7) Biasa melakukan riset dan penulisan, (8) Bisa mengaplikasikan TIK berbasis pembelajaran, dan (9) Menguasai bahasa internasional.

Majid (2005) menjelaskan kompetensi yang dimiliki oleh setiap guru akan menunjukkan kualitas guru dalam mengajar. Kompetensi tersebut akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan professional dalam menjalankan fungsinya sebagai guru. Menurut Robotham (1996), kompetensi yang diperlukan oleh seseorang tersebut dapat diperoleh baik melalui pendidikan formal maupun pengalaman. 2. Media Pembelajaran dan Manfaatnya

Media menurut Fathurroman dan Sutikno (2007) didifinisikan sebagai sesuatu yang dapat membawa informasi dan pengetahuan dalam interaksi yang berlangsung antara pendidik dengan peserta didik. Jadi, Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dengan demikian, menurut Sudjana dan Rivai (2005), penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat memberikan rangsangan pada siswa dalam proses belajar, sehingga dapat mempertinggi kualitas belajar mengajar dan dapat mempertinggi hasil belajar siswa.

Sedangkan Susilana dan Riyana (2008) mengemukakan bahwa media pembelajaran ini juga memiliki nilai dan manfaat, yaitu (1) Membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak, (2) Menghadirkan objek-objek yang terlalu berbahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar, (3) Menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil, (4) Memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar sehingga dapat diharapkan hasil belajar akan meningkatkan.

3. Microsoft Office Power Point sebagai Media Pembelajaran

Microsoft Power Point merupakan sebuah software yang dibuat dan dikembangkan oleh perusahaan Microsoft, dan merupakan salah satu program berbasis multimedia. Didalam komputer, program ini sudah dikelompokkan dalam program Microsoft Office. Russell (2012) mengatakan bahwa “The term Power Point Presentations was coined when Microsoft introduced its software program PowerPoint. Power Point is commonly used by presenters as a digital aid when presenting their topic to an audience”. Jadi, Power Point Presentation dapat diartikan sebagai sebuah presentasi yang dibuat dengan

menggunakan software Microsoft Power

Point.

Program Microsoft ini dirancang khusus untuk menyampaikan presentasi, baik yang diselenggarakan oleh perusahaan, pemerintahan, pendidikan, maupun perorangan, dengan berbagai fitur menu yang mampu menjadikannya sebagai media komunikasi yang menarik. Bila digunakan secara tepat dan mahir program ini memiliki kelebihan, yaitu (1) Penyajian menarik karena ada permainan warna, huruf dan animasi, baik animasi teks maupun animasi gambar, animasi teks maupun animasi gambar atau foto, (2) Lebih merangsang anak untuk mengetahui lebih jauh informasi tentang bahan ajar yang tersaji, (3) Pesan informasi secara visual mudah dipahami peserta didik, (4) Tenaga pendidik tidak perlu banyak menerangkan bahan ajar yang sedang disajikan, (5) Dapat diperbanyak sesuai kebutuhan, dan dapat dipakai secara ber ulang-ulang, (6) Dapat disimpan dalam bentuk data optik atau magnetik seperti (CD/Disket/Flashdisk), sehingga praktis untuk di bawa ke mana-mana.

4. Peerteaching sebagai Strategi

Peningkatan Kompetensi Guru dalam Mengelola Proses Pembelajaran

Peerteaching menurut Silberman (2006) merupakan salah satu pendekatan mengajar yang menuntut seorang peserta didik mampu mengajar pada peserta didik lainnya. Dengan pendekatan peer-teaching siswa atau peserta pelatihan dituntut untuk aktif berdiskusi dengan sesama temannya atau mengerjakan tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh

(4)

guru, baik tugas itu dikerjakan di rumah maupun di sekolah.

Peer teaching merupakan strategi pembelajaran yang cocok untuk pembelajaran orang dewasa (andragogy) dan self-direction. Menurut Jarvis (2001), “Peer-teaching is a learner-centered activity because members of educational communities plan and facilitate learning opportunities for each other. There is the expectation of reciprocity, e.g., peers will plan and facilitate courses of study and be able to learn from the planning and facilitation of other members of the community. Artinya, peer teaching merupakan kegiatan belajar yang berpusat pada peserta didik sebab anggota komunitas merencanakan dan memfasilitasi kesempatan belajar untuk dirinya sendiri dan orang lain. Hal ini diharapkan dapat terjadi timbal balik antara teman sebaya yang akan merencanakan dan menfasilitasi kegiatan belajar dan dapat belajar dari perencanaan dan fasilitas dari anggota kelompok lainnya.

Pembelajaran teman/tutor sebaya adalah pembelajaran yang terpusat pada siswa, dalam hal ini siswa belajar dari siswa lain yang memiliki status umur, kematangan/harga diri yang tidak jauh berbeda dari dirinya sendiri. Sehingga anak tidak merasa begitu terpaksa untuk menerima ide-ide dan sikap dari “gurunya” yang tidak lain adalah teman sebayanya itu sendiri. Dalam tutor sebaya, teman sebaya yang lebih pandai memberikan bantuan belajar kepada teman-teman sekelasnya di sekolah. Bantuan belajar oleh teman sebaya dapat menghilangkan kecanggungan. Bahasa teman sebaya lebih mudah dipahami, selain itu dengan teman sebaya tidak ada rasa enggan, rendah diri, malu, dan sebagainya, sehingga diharapkan siswa yang kurang paham tidak segan-segan untuk mengungkapkan kesulitan-kesulitan yang dihadapinya (Suherman, 2003).

5. Workshop sebagai Strategi Peningkatan Kompetensi Guru.

Workshop atau lokakarya adalah pertemuan dari orang-orang yang berpengalaman dan bertanggung jawab dan ahli-ahli yang dapat membantu peserta guna membicarakan masalah atau pelajaran mereka yang dirasakan sukar untuk dipecahkan sendiri dan bersama-sama mencarikan solusinya (Indra, 2010).

Pengetahuan, keterampilan dan kecakapan manusia dikembangkan melalui belajar. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memperoleh ketiga aspek tersebut seperti belajar di dalam sekolah, di luar sekolah, tempat bekerja, sewaktu bekerja, melalui pengalaman, melalui workshop. Workshop adalah suatu pertemuan ilmiah

dalam bidang sejenis (Pendiddikan) untuk menghasilkan karya nyata (Badudu, 1988).

6. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) sebagai Wadah Peningkatan Kemampuan Guru.

Keberadaan MGMP sebagai wadah profesional guru memegang peranan penting dan strategis untuk meningkatkan kompetensi guru sehingga guru lebih profesional. Melalui pemberdayaan MGMP diharapkan permasalahan pembelajaran yang dihadapi oleh guru di kelas dapat terpecahkan sehingga proses pembelajaran lebih bermutu yang pada gilirannya dapat meningkatkan mutu pendidikan nasional. Memberdayakan MGMP sebagai suatu wadah profesionalisme guru akan menjadi salah satu barometer keberhasilan pendidikan.

Menurut Ahmad (2004) tujuan diselenggarakannya MGMP adalah: (1) memotivasi guru guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan, dan membuat evaluasi program pembelajaran dalam rangka meningkatkan keyakinan diri sebagai guru profesional, (2) untuk menyatakan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan, (3) mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari solusi alternatif pemecahannya, (4) membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum, metodologi, dan sistem pengujian, (5) saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil lokakarya, simposium, seminar, diklat, classroom action research, referensi, dan lain-lain kegiatan profesional yang dibahas bersama-sama, (6) mampu menjabarkan dan merumuskan agenda reformasi sekolah (school reform) khususnya

(5)

focus classroom reform, sehingga berproses

pada reorientasi pembelajaran yang efektif. METODE PENELITIAN

Tempat Penelitian

Kegiatan Workshop MGMP dalam penelitian ini dilaksanakan secara bergilir pada 4 SMAN binaan penulis di Kabupaten Pidie Jaya, yaitu SMA Negeri 1 Meureudu, SMA Negeri 2 Meureudu, SMAN Trienggadeng dan SMAN Unggul Kabupaten Pidie Jaya yang diikuti oleh para guru bidang Studi Kimia dari 4 sekolah SMA binaan tersebut.

Subyek Dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah para guru dari 4 sekolah binaan di Kabupaten Pidie Jaya yang berjumlah 18 orang guru tahun 2014. Sedangkan yang menjadi Objek penelitian adalah Peningkatkan Kompetensi Guru Dalam Menggunakan Microsoft Power Point Sebagai Media Pembelajaran.

Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru bidang studi Kimia dari 4 SMA Binaan sebagai subyek penelitian. Data yang dikumpulkan dari para guru, meliputi slide bahan Ajar dengan Power Point dan RPP yang digunakan pada waktu peerteaching pada setiap siklus. Selain itu, penilaian hasil kerja guru sebagai sumber data, penulis menggunakan observasi dokumen sebagai sumber data.

Teknik dan Alat Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpulan data menggunakan teknik non tes yaitu instrumen observasi penggunaan Microsoft Power Point dalam pembelajaran melalui Peerteaching. Observasi pelaksanaan pembelajaran melalui Peerteaching pada kegiatan Workshop MGMP dilakukan selama siklus I dan siklus II. Sedangkan teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data administrasi perangkat penilaian yang diperlukan.

Alat pengumpulan data meliputi: (a). Instrumen observasi tentang motivasi guru dalam proses kegiatan guru selama Workshop, (b). Instrumen Penilaian aktivitas guru dalam simulasi mengajar dan diskusi paska mengajar selama peerteaching, (c). Kamera, (d). Daftar Hadir peserta.

Teknik analisa data pada PTS ini yaitu menggunakan analisis deskriptif tentang motivasi dan perubahan kemampuan guru dalam menggunakan powerpoint sebagai media pembelajaran pada kondisi awal sebelum atau pada awal penelitian dilakukan dengan kondisi akhir setelah penelitian dilakukan.

Indikator keberhasilan tindakan yaitu : apabila tingkat ketuntasan untuk semua kompetensi menggunakan powerpoint sebagai media pembelajaran dan motivasi guru selama workshop yang dilatih (dalam hal ini 10 kompetensi) rata-rata mencapai minimal 85,00. Kesepuluh kompetensi tersebut adalah sebagai berikut : (1) Menyajikan bahan ajar secara jelas dlm Power Point agar tidak terlalu verbalistis, (2) Mengelola pembelajaran yg menggunakan Power Point sehingga berjalan lancar, (3) Menciptakan kegairahan belajar siswa dalam pembelajaran yg menggunakan Power Point, (4) Menciptakan kegairahan belajar siswa dalam pembelajaran yg menggunakan Power Point, (5) Memberi Kesempatan siswa untuk belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya, (6) Menggunakan Waktu secara Efisien dalam pembelajaran yg menggunakan power point, (7) Menghasilkan proses pembelajaran yang menarik dlm pembelajaran yg menggunakan power point, (8) Menggunakan penjelasan lisan dan visual secara berimbang dlm pembelajaran menggunakan power point, (9) Menggunakan Slide Power Point secara tepat dg Bahan Ajar yang sedang diajarkan, dan (10) Mendesain slide Power Point yg memiliki Daya Tarik bagi siswa.

Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan sekolah (school action research) yang ditandai dengan adanya siklus, dan dalam penelitian ini terdiri atas 2 siklus. Setiap siklus terdiri atas perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Kegiatan Kedua siklus penelitian ini berpusat pada aktivitas workshop yang kegiatan intinya adalah: (1) Menyaji Materi Bahan Ajar dengan memperlihatkan contoh-contoh Model pembelajaran dengan menggunakan Microsoft Power point sebagai media pembelajaran, (2) Mendiskusikan teknik penggunaan Microsoft Power point dalam

(6)

proses pembelajaran, (3) Peserta melaksanakan Latihan mengajar (peerteaching) dengan menggunakan Power point sebagai media pembelajaran sesuai pokok bahasan masing-masing guru, (4) Mengadakan observasi tentang proses peerteaching, (5) Memberi tugas latihan untuk diselesaikan secara mandiri setiap minggu, dan (6) Meemberikan umpan balik terhadap hasil kerja peserta.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil yang didapat sesuai data observasi dilapangan selama pelaksanaan kegiatan rutin supervisi kelas, para guru SMA binaan di Kabupaten Pidie Jaya memiliki kemampuan dalam menggunakan powerpoint sebagai media pembelajaran masih sangat kurang. Hal-hal yang memerlukan

pembimbingan khusus terkait dengan rendahnya kemampuan menggunakan powerpoint adalah interaksi guru dengan siswa yang kurang, masih lebih menonjolnya aktivitas guru dibandingkan dengan aktivitas siswa, rendahnya variasi metode dan teknik mengajar yang muncul selama proses pembelajaran berlangsung, dan rendahnya keberanian dan percaya diri guru dalam menggunakan powerpoint. Hanya beberapa guru yang proaktif sendiri sehingga berusaha secara pribadi agar mampu menggunakan power point. Begitu juga mereka berusaha belajar latihan sesama kawannya. Dari 18 guru yang diobservasi selama kegiatan supervisi sebelum workshop dilakukan diperoleh data dan informasi yang tercantum dalam tabel 1

berikut (kolom PS) :

Tabel 1. Tingkat Kemampuan Guru Dalam Menggunakan Microsoft Power Point Pada Pra Siklus (PS), Siklus I (S-I) dan Siklus II (S-II)

No.

Kompetensi Guru Yang

Diamati*

Jumlah Guru Menurut Kategori Skor dan Siklus Tingkat Ketuntasan (%) Kompetensi

Menurut Siklus

Amat Baik Baik Cukup Kurang

PS S-I S-II PS S-I S-II PS S-I S-II PS S-I

-SII PS S-I S-II

1 K-1 0 1 12 15 17 6 3 0 0 0 0 0 70.83 76.39 91.67 2 K-2 0 3 13 15 15 5 3 0 0 0 0 0 70.83 79.17 93.06 3 K-3 0 2 11 0 16 7 18 0 0 0 0 0 50.00 77.78 90.28 4 K-4 0 4 15 2 14 3 16 0 0 0 0 0 52.78 80.56 95.85 5 K-5 0 4 12 3 14 6 15 0 0 0 0 0 54.17 80.56 91.67 6 K-6 0 3 12 1 15 6 17 0 0 0 0 0 51.39 79.17 91.67 7 K-7 0 1 12 0 17 6 18 0 0 0 0 0 50.00 76.39 91.7 8 K-8 0 6 14 1 12 4 17 0 0 0 0 0 51.39 83.33 94.44 9 K-9 0 4 12 15 14 6 3 0 0 0 0 0 70.83 80.56 91.67 10 K-10 0 2 12 15 16 6 3 0 0 0 0 0 70.3 77.78 91.67

Tingkat Ketuntasan (%) Keseluruhan 59.31 79.17 92.36

Keterangan : *)

K-1 . Menyajikan bahan ajar secara jelas dlm Power Point agar tidak terlalu verbalistis K-2 . Mengelola pembelajaran yg menggunakan Power Point sehingga berjalan lancar

K-3. Menciptakan kegairahan belajar siswa dalam pembelajaran yg menggunakan Power Point K-4. Memberi Kesempatan siswa berinteraksi langsung dlm pembelajaran yg menggunakan

Power Point

K-5. Memberi Kesempatan siswa untuk belajar secara mandiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya

K-6. Menggunakan Waktu secara Efisien dalam pembelajaran yg menggunakan power point K-7. Menghasilkan proses pembelajaran yang menarik dlm pembelajaran yg menggunakan

(7)

K-8. Menggunakan penjelasan lisan dan visual secara berimbang dlm pembelajaran menggunakan powerpoint

K-9. Menggunakan Slide Power Point secara tepat dg Bahan Ajar yang sedang diajarkan K-10. Mendesain slide Power Point yg memiliki Daya Tarik bagi siswa

Data dalam Tabel 1 diatas menunjukkan bahwa kemampuan guru pada kondisi awal (PS) mayoritas masih berada pada kategori

Cukup. Begitu juga rata-rata Tingkat

Ketuntasan keseluruhan kompetensi dalam penggunaan slide Power Point adalah 59,31. Begitu juga kalau ditinjau dari segi tingkat ketuntasan masing-masing komptensi belum ada yang optimal. Kompetensi-kompetensi K-3, K-4, K-5, K-6, K-7 dan K-8 masih berada dibawah 60,00. Hanya Kompetensi K-1, K-2, K-9 dan K-10 yang sudah berada sedikit diatas 60,00 yaitu 70,83.

Kondisi awal seperti penulis uraikan di atas menuntut adanya tindakan nyata melalui suatu workshop yang penulis rancang dalam Penelitian Tindakan Sekolah ini. Dengan demikian diharapkan agar kemampuan guru dapat meningkat dalam mengajar dengan menggunakan slide Microsoft powerpoint untuk Media Pembelajaran.

Tingkat ketuntasan dalam menggunakan slide Microsoft Power Point selama workshop Siklus I adalah seperti terlihat dalam kolom S-I Tabel 1 diatas. Data tentang tingkat

ketuntasan keseluruhan komptensi dalam tabel diatas menunjukkan belum satupun Komptensi dalam menggunakan slide Microsoft Power Point sebagai media pembelajaran yang sudah mencapai kriteri minimal 85%. Beberapa komptensi dari 10 komptensi yang sudah mendekati kriteria adalah kompetensi 4, K-5, k-8 dan K-9. Karena tingkat keuntasan baru mencapai 79,17 dan semua kompetensi juga belum tuntas maka workshop ini dilanjutkan ke siklus II .

Hasil dari workshop pada siklus II seperti terlihat dalam kolom S-II Tabel 1 diatas, yaitu semua kompetensi dalam menggunakan slide Power Point yang dilatih kepada guru melalui workshop MGMP Kimia Kabupaten Pidie Jaya telah mencapai kriteria ketuntasan minimal 85,00 pada Siklus II. Tingkat penguasaan peserta juga sudah berada semuanya pada kategori Baik dan Amat Baik.

Dari sisi sikap dan motivasi guru dalam mengikuti workshop ini juga terjadi peningkatan yang signifikan, seperti terlihat dalam Tabel 2 berikut:

Tabel 2. Hasil Obserasi Terhadap Sikap dan Motivasi Dalam Mengikuti Workshop Pemanfaatan Slide Power Point Pada Siklus I (S-I) dan Siklus II (S-II)

No.

Sikap dan Motivasi yg Diamati (M)

Jumlah Guru Menurut Kategori Skor

Capaian (%) Motivasi Amat

Baik Baik Cukup Kurang

S-I S-II S-I S-II S-I S-II S-I S-II S-I S-II

1 M-1 8 14 10 4 0 0 86.1 94.4 2 M-2 6 12 12 6 0 0 83.3 91.7 3 M-3 4 10 8 8 6 0 72.2 88.9 4 M-4 5 8 5 10 5 3 66.7 86.1 5 M-5 2 9 6 9 7 3 59.7 87.5 6 M-6 7 13 9 5 2 0 81.9 93.1 7 M-7 2 10 8 8 5 3 62.5 88.9 8 M-8 0 17 9 1 6 3 58.3 98.6 9 M-9 6 6 12 12 0 0 83.3 83.3 10 M-10 3 16 10 2 5 0 72.2 97.2

(8)

Keterangan : *)

M-1 : Antusias guru dalam membuat slide bahan ajar dengan Power Point

M-2 : Tingkat perhatian pada kegiatan Wokrshop M-3 : Keberanian mengemukakan pendapat

selama workshop

M-4 : Keberanian mengajukan pertanyaan M-5 : Keberanian menjawab pertanyaan

Data dalam Tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan yang signifikan motivasi dan sikap guru dalam mengikuti workshop dari siklus I ke siklus II. Peningkatan terjadi pada semua aspek, meskipun besarnya peningkatan bervariasi antar aspek. Peningkat yang paling kecil (8,3%) terjadi pada aspek Antusiame guru untuk mengerti cara pembuatan slide, yaitu dari 86,1% pada Siklus I menjadi 94,4% pada siklus II. Peningkatan ini sangat kecil karena memang peserta memiliki motivasinya sudah hampir optimal pada siklus I.

KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data dan hasil tindakan dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan kegiatan workshop pada MGMP sangat signifikan dapat meningkatkan kemampuan para guru SMA Binaan dalam menggunakan slide Microsoft power point sebagai media pembelajaran.

Data yang diperoleh pada akhir siklus I, para guru telah mencapai keberhasilan menggunakan slide Microsoft power point dengan tingkat ketuntasan 79,17, sedangkan pada akhir siklus II tingkat ketuntasan telah berhasil mencapai 92,36 yaitu melampaui tingkat ketuntasan minimal 85,00 sebagai indikator keberhasilan tindakan. Oleh karena itu penelitian ini tidak memerlukan adanya tindakan lagi pada Siklus III.

Hasil pembahasan diatas yang didasarkan pada data yang diperoleh dari hasil observasi dan penilaian hasil kerja para guru pada pra siklus, siklus I, dan siklus II menunjukkan bahwa semua guru SMA Binaan kabupaten Pidie Jaya yang menjadi peserta Workshop dari Penelitian Tindakan Sekolah ini telah memiliki kompetensi yang memadai dalam menggunakan slide Microsoft powerpoint untuk Media Pembelajaran. Begitu juga penulis berkesimpulan bahwa

melalui kegiatan workshop pada MGMP dapat meningkatkan kemampuan para guru dalam menggunakan slide Microsoft power point sebagai Media Pembelajaran di SMA kabupaten Pidie Jaya.

SARAN

Karena adanya peningkatan kompetensi yang signifikan dari Pelaksanaan workshop MGMP dalam meningkatkan kemampuan guru menggunakan media slide power point maka penulis menyampaikan beberapa saran yaitu:

1. Kepada sekolah disarankan agar melanjutkan pembinaan guru dalam menggunakan Microsoft powerpoint untuk Media Pembelajaran, dengan demikian para guru akan menggunakannya secara berkelanjutan pada tiap saat diperlukan.

2. Kepada semua Kepala Sekolah disarankan melakukan workshop MGMP sekolah untuk meningkatkan kemampuan guru-guru bidang studi lain dalam menggunakan slide Microsoft powerpoint sebagai media pembelajaran, sehingga para guru dapat menggunakan media pembelajaran powerpoint yang inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan serta sesuai dengan kebutuhan serta kondisi sekolah masing-masing.

3. Kepada semua guru dapat kiranya menggunakan slide Microsoft powerpoint sebagai Media Pembelajaran yang dibuat secara mandiri dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga tercipta pembelajaran yang PAIKEM. 4. Kepada Dinas Pendidikan, Pemerintah

Kabupaten Pidie jaya, dan instansi terkait agar menyediakan anggaran yang memadai untuk pelatihan guru dalam melaksanakan tugas pokoknya yaitu

M-6 : Kemampuan bekerjasama atau berdiskusi M-7 : Keberanian tampil didepan para peserta

workshop

M-8 : Kemauan mencatat materi yang dianggap penting

M-9 : Kemauan mencatat materi yang dianggap penting

M-10: Kemauan mencatat materi yang dianggap penting

(9)

perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, A. 2004. Memberdayakan MGMP,

Sebuah Keniscayaan. Pendidikan

Network, (online),

Daryanto. 2009. Panduan Proses Pembelajaran Kreatif & Inovatif.

Jakarta: AV Publisher.

Daryanto. 2010. Media Pembelajaran (Peranannya Sangat Penting Dalam Mencapai Tujuan Pembelajaran).

Yogyakarta: Gava Media.

Fathurrohman, P. dan Sutikno, S. 2007.

Strategi Belajar Mengajar. Jakarta :

Rafika Aditama.

Indriana, D. 2011. Ragam Alat Bantu Media

Pengajaran (Mengenal, Merancang, dan Mempraktikkannya). Jogyakarta.

Diva Press.

Jarvis, P. 2001. Learning in Later Life: An

introduction to educators and Carers.

London : Kogan Page.

Majid, A. 2005. Perencaan Pembelajaran:

Mengembangkan Standar

Kompetensi Guru. Bandung:

PT.Remaja Rosda Karya.

Ramlan. 2003. Media dan Sumber

Pembelajaran. Universitas

Muhammadiyah Pare-Pare.

Robotham, D. 1996. Competences: Measuring The Immeasurable, Management Development Review, Vol 9, No.5. Russel, J. 2012. Microsoft Power Point. Indigo

: Book Vika Publishing Tomoredjo, Mampuono Rasyidin, Penguasaan ICT: Bekal Guru Profesional Menghadapi Era Global, (online) tersedia pada http://www. jatengklubguru.com.

Wijayanti, Inggit Dyaning. 2011. Peningkatan

Pendidikan Berbasis ICT. UIN Sunan

Gambar

Tabel  1.  Tingkat Kemampuan Guru Dalam Menggunakan Microsoft Power Point Pada Pra Siklus  (PS), Siklus I (S-I) dan Siklus II (S-II)
Tabel 2. Hasil  Obserasi  Terhadap Sikap dan Motivasi Dalam  Mengikuti  Workshop Pemanfaatan   Slide Power Point Pada Siklus I (S-I) dan Siklus II (S-II)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan model pembelajaran koopertatif

Berdasarkan analisis keperluan, hasil dapatan terhadap pandangan guru tentang ilmu perubatan herba Orang Asli menunjukkan responden bersetuju bahawa murid Orang Asli

Dalam hal ini perusahaan menghadapi persaingan antara lain untuk memperkenalkan barang yang diproduksi oleh industri batik, menciptakan kesan dan memberikan

Hanya berkat petunjuk dan pertolongan Allah-lah penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Membangun Proxy Server Pada SMK Negeri 2 Pangkalpinang

Setelah dilakukan analisa kendall tau diketahui bahwa nilai signifikasi 0,000(p<0,05), dengan demikian Ho ditolak Hα diterima jika significant hitung kurang dari 0,05

Code division multiple access (CDMA) adalah sebuah bentuk pemultipleksan (bukan sebuah skema pemodulasian) dan sebuah metode akses secara bersama yang membagi

mengkomunikasikan atau menyajikan hasil pada pihak lain (pembaca, teman sekelas, guru, audiens dan lain-lain). Asas menemukan sendiri merupakan asas penting dalam pembelajaran

1) Sarung tangan, untuk mencegah perpindahan mikroorganisme yang terdapat pada tangan petugas kesehata pada pasien, dan mencegah kontak antara tangan petugas dengan