• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR TAHUN 2104

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR TAHUN 2104"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

125 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DEMAM

BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BLANG BINTANG ACEH BESAR TAHUN 2104

Nur Asiah1, Sari Wahyuni2, Suzanni3 AKPER Tgk. Fakinah Banda Aceh Email: akper_tgk_fakinah@yahoo.com

ABSTRAK

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) saat ini 2,5 miliar orang atau dua perlima dari populasi dunia menghadapi risiko DBD. Kurang pengetahuan mengenai DBD merupakan salah satu penyebab tetap tingginya kasus DBD. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Demam Berdarah Dengue Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014. Desain penelitian ini adalah bersifat Deskriptif, metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara tehnik Accident Sampling dengan total sampel 40 orang responden. Pengumpulan data dilakukan mulai Juli s/d September 2014, dengan menggunakan kousioner yang terdiri 20 pernyataan positif dan negative. Analisa data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan responden secara umum tentang DBD berada dalam katagori rendah. Pengetahuan responden tentang pengertian DBD berada dalam kategori tinggi sebanyak 25 (62,5%) dari total 40 responden. Pengetahuan responden tentang penyebab DBD berada dalam kategori tinggi sebanyak 25 (62,5%) dari total 40 responden. Pengetahuan responden tentang tanda dan gejala DBD berada dalam kategori rendah sebanyak 33 (82,5%) dari total 40 responden. Pengetahuan responden tentang pencegahan DBD berada dalam kategori rendah sebanyak 21 (52,5%) dari total 40 responden. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka diharapkan kepada responden dapat menggali informasi lebih mendalam tentang pengetahuan kesehatan khususnya DBD melalui penyuluhan-penyuluhan kesahatan, buku-buku, dan media lainnya, dan bagi puskesmas agar dapat lebih meningkatkan lagi mutu pelayanan kesehatan dan pengetahuan keluarga tentang penyakit DBD dengan cara memberikan penyuluhan-penyuluhan khususnya di daerah yang tinggi kasus DBD

Kata Kunci : Pengetahuan, Keluarga, Demam Berdarah Dengue (DBD) PENDAHULUAN

Penyakit Demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu infeksi yang ditularkan melalui giigtan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Dalam beberapa tahun terakhir terjadi peningkatan terhadap penyebaran kasus DBD di daerah urban dan semi urban, sehingga hal tersebut menjadi perhatian utama kesehatan masyarakat

(2)

126

internasional. Angka terjadinya kasus DBD mengalami peningkatan secara drastis diseluruh dunia kan beberapa tahun terakhir. Lebih drai 2,5 milyar penduduk didunia, lebih dari 40% beresiko mengalami DBD. Saat ini, diperkirakan 50-100 juta orang di seluruh dunia terinfeksi demam berdarah dengue setiap tahunnya.

Di Indonesia, penyebaran demam berdarah pertama kali terdata pada tahun 1968 di Surabaya dan Jakarta. Pada tahun 2008 dijumpai kasus DBD di Indonesia sebanyak 137.469 kasus dengan CFR 0,86% dan IR sebesar 59,02 per 100.000 penduduk, dan mengalami kenaikan pada tahun 2009 yaitu sebesar 154.855 kasus dengan CFR 0,89% dengan IR sebesar 66,48 per 100.000, dan pada tahun 2010 Indonesia menempati urutan tertinggi kasus DBD di ASEAN yaitu sebanyak 156.086 kasus dengan kematian 1.358 orang (Kompas, 2010). Tahun 2011 kasus DBD mengalami penurunan yaitu 49.486 kasus dengan kematian 403 orang (Ditjen PP & PL Kemkes RI, 2011).

Berdasarkan profil kesehatan di provinsi Aceh. Sampai dengan saat ini kasus DBD Provinsi Aceh adalah 2.269 jiwa dengan kematian berjumlah 7 jiwa, dibawah ini menunjukan IR (Insidens Rate) kasus DBD di Provinsi Aceh pada tahun 2012 IR = 48/100.000 dan CFR=0.3%). Sedangkan jumlah kasus DBD di Kota Banda Aceh yang berpenduduk 212.241 jiwa masih terus dihantui dengan maraknya kasus DBD dan menjadikan Kota Banda Aceh sebagai daerah endemis DBD dengan jumlah kesakitan dan kematian tertinggi di Provinsi Aceh dari tahun ke tahun. Peningkatan jumlah kasus DBD tergolong amat cepat bila dibandingkan antara sebelum dan setelah tsunami. Sedangkan di tahun 2011, jumlah kasus sebesar 382 orang (IR=170 per 100.000) dan yang meninggal sebanyak 3 orang (CFR=1,3%) (Provil Kesehatan Aceh 2012 ).

Hasil studi epidemiologik menunjukan bahwa dengan terjadinya perubahan iklim dapat memperpanjang masa penularan penyakit yang ditularkan melalui vektor dan mengubah luas geografinya, dengan kemungkinan menyebar ke daerah yang kekebalan populasinya rendah atau dengan infrastruktur kesehatan masyarakat yang kurang. Selain perubahan iklim faktor risiko yang mempengaruhi penularan DBD adalah faktor lingkungan, urbanisasi, mobilitas penduduk, kepadatan penduduk dan transportasi (Kemenkes RI, 2010).

Berdasarkan data yang diperoleh dari Buku Register di puskesmas Blang Bintang dari Bulan Januari 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013 tercatat. Pasien yang berobat Demam Berdarah Dengue sebanyak 64 penderita pada anak, 21 dari penderita tersebut pernah dirawat di puskesmas Blang Bintang. Dan selebihnya di rujuk ke Rumah Sakit Umum Pemerintah di Banda Aceh (Buku Register Puskesmas Blang Bintang 2013).

Hasil wawancara dengan 13 keluarga yang berada di Puskesmas Blang Bintang, didapatkan bahwa 7 keluarga mengatakan belum paham tentang penyakit DBD pada anak secara keseluruhan. Maka dapat disimpulkan bahwa pengetahuan keluarga sangat penting dan berpengaruh bagi pasien yang mengalami DBD terhadap penyembuhan anak, karena semakin tinggi pengetahuan keluarga akan membantu mengurangi angka kejadian kematian dan membantu mempercepat proses penyembuhan pada anak.

Berdasarkan masalah yang terurai di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Demam

(3)

127 Berdarah Dengue Pada Anak di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014”.

KAJIAN PUSTAKA

Pengetahuan Keluarga tentang Demam Berdarah Dengue (DBD)

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan "What" misalnya: apa air, apa manusia, apa alarn dan sebagianya sedangkan ilmu (science) bukan sekedar menjawab pertanyaan "Why" dan "how" misalnya: mengapa air mendidih bisa di panaskan, mengapa bumi berputar, mengapa manusia bernafas, dan sebagainya. Menurut Ellya (2010) pengetahuan adalah hasil melihat, mendegar, merasa dan berfikir yang menjadi dasar untuk bersikap dan bertindak.

Salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Adapun pengetahuan tentang DBD adalah merupakan bahwa keluarga atau masyarakat dapat mengetahui tentang pencegahan penyakit DBD. keluarga manapun untuk menjaga kebersihan rumah serta lingkungan dari benti-benti nyamuk di sekitar perkarangan tempat tinggal mereka. Maka untuk itu kepada tim kesehatan, agar lebih meningkatkan penyuluhan kesehatan tentang pencegahan DBD kepada masyarakat atau keluarga. Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2007). Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit utama dari masyarakat dan merupakan "lembaga" yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Menurut Suprajitno (2004) Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi. Antara keluarga satu dengan yang lainnya saling bergantung dan beribtraksi, bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap anggota yang lainnya dan keluarga yang ada di sekitarnya. Menurut Suprajitno (2004) tugas keluarga dalam bidang kesehatan meliputi: 1) Mengenal masalah kesehatan keluarga, 2) Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga, 3) Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan, 4) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga, 5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan sekitarnya bagi keluarga.

Fungsi perawatan keluarga adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan khususnya dengan pasien Demam Berdarah Dengue karena selama pasien sakit keluarga merasa dituntut untuk menjaga dan memenuhi kebutuhan pasien selama berada dirumah sakit (Suprajitno, 2004). Keluarga mempunyai cara-cara tersendiri untuk mengatasi masalah kesehatan. Kegagalan dalam mengatasinya akan mengakibatkan penyakit terus menurus dan keberhasilan keluarga untuk berfungsi sebagai satu kesatuan. Dalam perawatan

(4)

128

kesehatan keluarga, kata-kata “mengatasi dengan baik”, diartikan sebagai kesanggupan keluarga untuk melaksanakan tugas pemeliharaan kesehatan sendiri.

Pengertian Demam Berdarah Dengue (DBD)

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan apabila timbul renjatan (shock) angka kematian akan meningkat (Sujono Riyadi dan Suharsono, 2010). Demam pada DBD bisa sampai 39-40 C. Bila demam hanya berkisar 38C kemungkinan bukan DBD, tetapi bisa jadi penyakit infeksi virus lain seperti campak, rubella, dan chikungunya atau virus Hanta (Demam Korea) atau penyakit lain karena infeksi bakteri seperti tuberkulosa atau thypus atau penyakit radang selaput otak (meningitis) (Faisal Yatim, 2007).

Masa inkubasi penyakit DBD, yaitu periode sejak virus dengue menginfeksi manusia hingga menimbulkan gejala klinis, antara 3-14 hari, rata-rata antara 4-7 hari. Penyakit DBD tidak ditularkan langsung dari orang ke orang. Penderita menjadi infektif bagi nyamuk pada saat viremia, yaitu beberapa saat menjelang timbulnya demam hingga masa saat demam berakhir, biasanya berlangsung selama 3-5 hari (Genis Ginanjar, 2008).

Nyamuk aedes aegypti menjadi ifektif 4-8 hari sesudah mengisap darah penderita DBD sebelumnya. Selama periode ini nyamuk aedes yang telah terinfeksi oleh virus dengue ini akan tetap terinfeksi selama hidupnya dan potensial menular virus dengue kepada manusia yang rentan lainnya. Kedua jenis nyamuk aedes ini, terdapat hampir diseluruh pelosok indonesia, kecuali ketinggian lebih dari 1.000 meter diatas permukaan air laut. Nyamuk aedes aegypti merupakan penyebar penyakit (fektor) DBD yang paling efektif dan utama karena tinggal disekitarnya permukiman penduduk. Adapun nyamuk aedes albopictus, banyak tedapat di daerah perkebunan dan semak-semak.

Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Virus berkembang dalam tubuh nyamuk selama 8-10 hari terutama dalam kelenjar air liurnya, dan jika nyamuk ini menggigit orang lain maka viru dengue akan di pindahkan bersama air liur nyamuk. Dalam tubuh manusia, virus ini akan berkembang selama 4-6 hari dan orang tersebut akan mengalami sakit demam berdarah dengue. Virus dengue memperbanyak dari dalam tubuh manusia dan berada dalam darah selama satu minggu (Widoyono, 2008).

Nyamuk demam berdarah biasanya akan terinfeksi virus dengue saat menghisap darah dari penderita yang berada dalam fase demam akut. Bila penderita tersebut di gigit nyamuk, maka virus dalam darah akan ikut terhisap masuk kedalam nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk kelenjar liur nya. Setelah masa inkubasi exstrinsik selama 8-10 hari, kelenjar air liur nyamuk menjadi terinfeksi dan virus disebarkan ketika nyamuk yang terinfeksi menggigit dan menginjeksi air liur ke luka gigitan pada orang lain. Setelah masa inkubasi pada tubuh manusia selama 3-4 hari (rata 4-6 hari), seringkali terjadi

(5)

129 awitan mendadak penyakit ini yang ditandai dengan demam, sakit kepala, hilang nafsu makan, dan berbagai tanda serta gejala non spesifik lain termasuk mual, muntah dan ruam kulit.

Tanda dan Gejala DBD

Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai dengan gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai influensa biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan sampai berupa perdarahan dibawah kulit, perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat sampai muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria masif. Selain perdarahan juga terjadi syok yang biasanya dijumpai saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda-tanda makin lemah, ujung-ujung jari, telinga, dan hidung teraba dingin dan lembab (Ngastiah, 2005).

Menurut Misnadiarly (2009), tanda atau gejala awal perjalanan penyakit DBD yaitu panas tinggi tanpa sebab jelas yang timbul mendadak dan terus-menerus, badan lemah atau lesu, ujung jari kaki dan tangan teraba dingin atau lembab. Selanjutnya demam yang akut, selama 2-7 hari, dengan 2 atau lebih gejala sebagai berikut : nyeri kepala, nyeri otot, nyeri persendian, bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan dan leukopenia.

Menurut Genis Ginanjar (2008), pada penderita penyakit DBD dapat ditemukan gejala-gejala klinis sebagai berikut:

a) Demam tinggi yang berlangsung dalam waktu singkat, yakni antara 2-7 hari, yang dapat mencapai 40C. Demam sering ditandai gejala tidak spesifik, seperti tidak nafsu makan (anoreksia), lemah badan (malaise), nyeri sendi dan tulang, serta rasa sakit di daerah belakang bola mata (retroorbita) dan wajah yang kemerah- merahan (flushing).

b) Tanda-tanda pendarahan seperti mimisan (epitaksis), pendarahan gusi, perdarahan pada kulit seperti tes Rumpeledee (+), ptekiae dan ekimosis, serta buang air besar berdarah berwarna merah kehitaman (melena).

c) Adanya pembesaran organ hati (hepatomegali)

d) Kegagalan sirkulasi darah, yang ditandai dengan denyut nadi yang terana lemah dan cepat, ujung-ujung jari terasa dingin sera dapat disertai penurunan kesadaran dan renjatan (syok) yang dapat menyebabkan kematian.

Pencegahan penyakit DBD

Menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2011), cara pencegahan DBD yaitu dengan PSN BDB melalui 3M.

1) Menguras tempat penampungan air sekurangnya seminggu sekali 2) Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

3) Mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas plastik bekas, dll

(6)

130

Pencegahan penyakit DBD juga bisa dilakukan dengan cara :

a) Ganti air vas bunga, tempat minuman burung dan tempat lainya seminggu sekali b) Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar atau rusak

c) Tutup lubang pada potongan bambu, pohon, dan lainya misalnya dengan tanah d) Menaburi racun pembasmi jentik (larvasidasi) khususnya bagi tempat

penampungan air yang sulit dikuras atau daerah sulit air

e) Menebar ikan pemakan jentik seperti kepala timah, gepi, ditempat penampungan air yang ada disekitar rumah

f) Tidur memakai kelambu g) Memakai obat nyamuk

h) Memasang kawat kasa pada lubang angin di rumah

Sedangkan Menurut Misnadiarly (2009), pencegahan penyakit demam berdarah dengue mencakup:

1) Terhadap nyamuk perantara

a. Pemberantasan nyamuk Aedes Aegypti telur dan induknya yaitu dengan cara 3 M yaitu menguras, menutup dan mengubur. Kuras bak mandi seminggu sekali (menguras), tutup penyimpanan air rapat-rapat (menutup), dan kubur kaleng, ban bekas dan lain-lain (mengubur). Menaburkan bubuk abate (abatisasi) pada kolam atau tempat penampungan bak air yang sulit dikuras untuk membunuh jentik nyamuk.

b. Memberantas nyamuk dewasa, yaitu membersihkan tempat-tempat yang disukai nyamuk untuk beristirahat, antara lain: tidak menggantung baju bekas pakai (nyamuk sangat suka bau manusia), memasang kasa nyamuk pada ventilasi dan jendela rumah, melindungi bayi ketika tidur dipagi dan siang hari dengan kelambu, menyemprot obat nyamuk rumah di pagi dan sore hari (jam 08.00 dan 18.00). Perhatikan kebersihan sekolah, apabila kelas gelap dan lembab semprot dengan obat nyamuk terlebih dahulu sebelum pelajaran dimulai. Pengasapan atau fogging dilakukan apabila dijumpai penderita yang dirawat atau meninggal. 2) Terhadap diri kita

a. Memperkuat daya tahan tubuh dan melindungi dari gigitan nyamuk.

b. Menghindari gigitan nyamuk di sepanjang siang hari (pagi sampai sore) karena nyamuk Aedes Aegypti aktif di siang hari (bukan di malam hari). Jika berada lokasi-lokasi yang banyak nyamuk di siang hari, terutama di daerah yang ada penderita DBD. Kenakan pakaian yang lebih tertutup, celana panjang dan kemeja panjang.

3) Terhadap lingkungan

a. Mengubah perilaku hidup sehat terutama kesehatan lingkungan. b. Awasi lingkungan di dalam dan di halaman rumah.

c. Buang atau timbun benda-benda yang tidak berguna yang dapat menampung air atau simpan sedemikian rupa sehingga tidak menampung air.

d. Tabur serbuk abate pada bak mandi dan tempat penampungan air lainya, pada parit atau selokan didalam dan sekitar rumah terutama apabila selokan itu airnya tidak mengalir atau kurang mengalir.

(7)

131 e. Kolam atau aquarium jangan dibiarkan kosong tanpa ikan, isilah dengan ikan

pemakan jentik nyamuk.

f. Semprot sudut-sudut rumah dan halaman yang merupakan tempat berkeliaran nyamuk dengan obat semprot nyamuk apabila tampak nyamuk berkeliaran dipagi, siang atau sore hari.

g. Apabila ada salah satu orang penghuni rumah yang positif atau diduga menderita DBD, segera semprot seluruh bagian rumah dan halaman dengan obat semprot nyamuk dipagi, siang, sore hari sekalipun penderita tersebut sudah dirawat di rumah sakit.

Filosofi Keperawatan Anak

Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pendangan yang dimilki perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan anak yang berfokus pada keluarga (family centered care), pencegahan terhadap trauma (atraumatic care), dan manajemen kasus (Hidayat, 2005).

Keluarga merupakan unsur penting dalam perawatan anak mengingat anak bagian dari keluarga. Kehidupan anak dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk keperawan anak harus mengenal keluarga sebagai tempat tinggal tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam kehidupan anak.

Dalam keperawatan anak, mejadi individu (klien) dalam hal ini adalah anak, anak diartikan sebagai seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuuhan khusus baik kebutuhan fisik, psikologi, sosial, dan spritual (Hidayat, 2005). Ciri fisik adalah semua anak tidak mungkin pertumbuhan fisik yang sama akan tetapi mempunyai perbedaan dan pertumbuhannya. Demikian juga halnya perkembangan kognitif yang cepat dan ada juga kalanya perkembangan kognitif yang lambat. Hal tersebut juga dapat dipengaruhi oleh latar belakang anak (Hidayat, 2005).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini bersifat deskriptif yang mempunyai tujuan untuk memperoleh Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga tentang Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014. Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang mulai tanggal Juli s/d 26 September 2014 di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Blang Aceh Besar Tahun 2014 selama empat hari dan dalam satu hari peneliti mendapatkan responden sebanyak 10 orang dengan total respoden 40 orang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 40 responden, tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014, dapat dilihat pada persentasenya berada pada katagori rendah yaitu 24 responden dengan persentase 60%. Pengetahuan keluarga tentang penyebab Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014 berada pada kategori tinggi sebanyak 25 responden dengan

(8)

132

persentase 62,5%. Pengetahuan keluarga tentang tanda dan gejala Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014 berada pada kategori rendah sebanyak 33 responden dengan persentase 82,5%. Pengetahuan keluarga tentang pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014 berada pada kategori rendah sebanyak 21 responden dengan persentase 52,5%

Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014, dapat dilihat pada persentasenya berada pada katagori rendah yaitu 24 responden dengan persentase (60%) dari total 40 responden. Maka dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan keluarga belum sepenuhnya mengetahui tentang Demam Berdarah Dengue.

keluarga yang berada di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar, masih ada sebagian anggota keluarganya yang menderita penyakit Demam Berdarah Dengue, dan keluarga juga kurang mengetahui dan juga kurang mendapatkan edukasi serta kurang minat untuk mengetahui lebih jauh tentang Demam Berdarah Dengue, kurang nya pengetahuan keluarga dapat dilihat dari tingkat pendidikan responden yang rata-rata pendidikan terakhir SD dan SMP, dan kebanyakan responden yang berada di wilayah Puskesmas Blang Bintang dominan bekerja sebagai ibu rumah tangga sehingga keluarga kurang memperdulikan tentang kesehatan dan kurang mengetahui secara umum tentang penyakit Demam Berdarah Dengue. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang terdapat pada anak-anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan sendi yang biasanya memburuk setelah dua hari pertama dan apabila timbul renjatan (shock) angka kematian akan meningkat (Suharsono, 2010).

Keluarga yang berada di wilayah kerja puskesmas Blang Bintang Aceh Besar sebagiab sudah mengetahui penyebab dari Demam Berdarah Dengue. Karena keluarga menganggap ini adalah hal yang sering terjadi dan sering timbul dikalangan keluarga responden dan mereka sering mendapatkan informasi-informasi dari media-media dan ditelevisi tentang kesehatan sehingga keluarga sudah sedikit paham penyebab dari Demam Berdarah Dengue.

Demam Berdarah Dengue (DBD) ditandai oleh demam mendadak tanpa sebab yang jelas disertai dengan gejala lain seperti lemah, nafsu makan berkurang, muntah, nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala dan perut. Gejala-gejala tersebut menyerupai influensa biasa. Pada hari ke-2 dan ke-3 demam muncul bentuk perdarahan yang beraneka ragam dimulai dari yang paling ringan sampai berupa perdarahan dibawah kulit, perdarahan gusi, epistaksis, sampai perdarahan yang hebat sampai muntah darah akibat perdarahan lambung, melena, dan juga hematuria masif.

Sebagian besar keluarga yang berada di wilayah kerja puskesmas Blang Bintang Aceh Besar masih kurang paham bagaimana cara pencegahan penyakit Demam Berdarah Dengue yang sebenarnya, karena sebagian keluarga di wilayah kerja puskesmas blang bintang masih ada sampah diperkarangan sekitar rumah yang tidak dibakar ataupun di kubur sesuai dengan PSN DBD, maka pencegahan yang dilakukan oleh sebagian keluarga belum sesuai dengan yang di anjurkan, sehingga masih dapat menimbulkan penyakit Demam Berdarah Dengue.

(9)

133 Cara pencegahan DBD yaitu dengan PSN BDB melalui 3 M. Menguras tempat penampungan air sekurangnya seminggu sekali. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air. Mengubur, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas plastik bekas, dll (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014 terhadap 40 responden dapat di simpulkan sebagai berikut:

1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Secara Umum Tentang Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014 berada pada kategori rendah

2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Pengertian Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014 berada pada kategori tinggi.

3. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Penyebab Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014 berada pada kategori tinggi.

4. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Tanda dan Gejala Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014 berada pada kategori rendah.

5. Gambaran Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Pencegahan Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang Aceh Besar Tahun 2014 berada pada kategori rendah.

SARAN

1. Bagi Puskesmas

Diharapkan bagi tenaga kesehatan di Wilayah Kerja Puskesmas Blang Bintang agar dapat lebih meningkatkan lagi mutu pelayanan kesehatan dan pengetahuan Keluarga tentang kesehatan khusus nya penyakit DBD dengan cara memberikan penyuluhan-penyuluhan khususnya di daerah yang tinggi angka kesakitan dan kematian kasus DBD.

2. Peneliti Lain

Diharapkan kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian terkait pengetahuan DBD agar dapat melakukan penelitian ini kearah yang lebih bagus dan memperbaiki kekurangan yang ada dalam penelitian ini.

3. Bagi Keluarga

Diharapkan bagi responden agar dapat terus menggali pengetahuannya tentang kesehatan khususnya DBD melalui penyuluhan-penyuluhan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, buku-buku maupun media lain. Sebab mendapatkan informasi terkait DBD sedini mungkin dapat mengurangi angka kejadian dan kesakitan dari DBD.

(10)

134

DAFTAR PUSTAKA

Ellya, E., S. (2010). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media. Faisal, dkk., (2008). http://www.infeksi.com.upnvj.ac.id›pdf. di akses pada tanggal 17

Maret 2014.

Ginanjar, Genis. 2008. Demam Berdarah : A Survival Guide. B-First. (PT. Bentang Pustaka) Anggota IKAPI.

Hidayat, (2005). Pengantar Ilmu Keperawatan. Edisi Pertama. Jakarta. Salemba Medika.

Misnadiarly. (2009). Demam berdarah dengue (DBD): ekstrak daun jambu biji bisa mengatasi DBD, Edisi 1., Jakarta: Pustaka Popular Obor.

Ngastiah. (2005). Ilmu Keperawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Notoatmodjo, (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta. Suharsono, (2010). Upaya Peningkatan Angka Bebas Jentik Demam Berdarah Dengue

(ABJ-DBD) Melalui Penggerakan Juru Pemantau Jentik

(Jumantik.).www.tdmrc.org/id/wpcontent/3439_studi_pengetahuan_sikap. di akses pada tanggal 18 Februari 2014.

Suprajitno, (2004). Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: EGC. Widoyono, (2008). Penyakit Tropis. Jakarta: Erlangga.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka kami menyatakan penjelasan pekerjaan paket Pengadaan Perangkat Pengolah Data dan Komunikasi Kejaksaan Tinggi Banten Tahun

Tentunya, pendampingan dalam hal pendidikan dari orangtua dan pengasuh (grandparenting) yang baik, dengan penuh kesabaran, mendengarkan secara aktif, dan memberi dukungan

Saat pengamatan, kupu-kupu dengan warna dasar oranye terdapat bintik-bintik pada sayap depan dan belakang serta warna hitam pada sayap depan bagian atas. Panjang lebih

Desain modifikasi ovate pontic dengan menggunakan bahan methacrylate-based composite resin secara direk merupakan pilihan tepat untuk mendapatkan hasil estetik

Hasil sampel menunjukkan bahwa tidak ada indikasi manajemen laba sebelum merger dan akuisisi yang dilakukan dengan income increasing accruals.. Selanjutnya kinerja keuangan

Teknik observasi dilakukan dengan mengadakan penelitian langsung ke Desa Kaliwulu untuk memperoleh data fidik tentang keadaan sarana dan fasilitas dan data non

Pada penelitian ini menggunakan algoritma naïve bayes disertai information gain sebagai metode seleksi fitur dan metode adaboost sebagai teknik untuk memperbaiki tingkat

Teknik Arsitektur FPTK UPI yang telah membantu Peneliti dalam proses..