• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDALAMAN MATERI BAHASA INDONESIA MODUL 4 SEJARAH, KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN RAGAM BAHASA INDONESIA Kegiatan Belajar 1 Sejarah Bahasa Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDALAMAN MATERI BAHASA INDONESIA MODUL 4 SEJARAH, KEDUDUKAN, FUNGSI, DAN RAGAM BAHASA INDONESIA Kegiatan Belajar 1 Sejarah Bahasa Indonesia"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

No. Kode: DARI/BAHASA INDONESIA/001

PENDALAMAN MATERI BAHASA INDONESIA

MODUL 4 SEJARAH, KEDUDUKAN, FUNGSI,

DAN RAGAM BAHASA INDONESIA

Kegiatan Belajar 1

Sejarah Bahasa Indonesia

Penulis:

Dr. Siti Ansoriyah, M.Pd.

PPG DALAM JABATAN

Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi

2018

(2)

DAFTAR ISI

Pendahuluan ...

Rasional dan Deskripsi Singkat ...

Relevansi ...

Petunjuk Belajar ...

Kegiatan Belajar 1. Sejarah Bahasa Indonesia sebelum kemerdekaan dan sesudah

kemerdekaan

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ...

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan ...

Pokok-pokok Materi ...

Uraian Materi ...

Rangkuman ...

Tugas ...

Tes Formatif ...

Kegiatan Belajar 2. Kedudukan Bahasa Indonesia...

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan ...

Subcapaian Pembelajaran Mata Kegiatan ...

Pokok-pokok Materi ...

Uraian Materi ...

Rangkuman ...

Tugas ...

Tes Formatif ...

Tugas Akhir ...

Tes Akhir ...

Daftar Pustaka ...

(3)

PENDAHULUAN

Masih ingatkah Anda mengenai perjuangan para pemuda untuk mempersatukan Indonesia melalui bahasa? Para pemuda terdahulu menyadari bahwa Indonesia tidak akan bersatu jika tidak ada peranan bahasa yang menyertainya. Para pemuda bertekad bulat mengadakan pertemuan untuk menyatukan bahasa yaitu dengan adanya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Sejak saat itu, kita memiliki bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia ini harus kita junjung tinggi dan kembangkan agar tetap berwibawa di mata nasional dan internasional.

Modul 4 ini berjudul “Sejarah, Kedudukan, Fungsi dan Ragam Bahasa” yang merupakan bagian dari modul Bahasa Indonesia. Modul ini membahas sejarah bahasa Indonesia, kedudukan Bahasa Indonesia, fungsi Bahasa Indonesia, dan ragam Bahasa Indonesia. Diharapkan dengan adanya modul ini, Anda semakin memahami dan mencintai bahasa Indonesia sebagai bahasa Identitas bangsa Indonesia

Rasional dan Deskripsi Singkat

Modul ini bertujuan agar Anda sebagai peserta Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan dapat memahami konsep sejarah bahasa Indonesia, kedudukan bahasa Indonesia, fungsi bahasa Indonesia, dan ragam bahasa Indonesia, serta menggunakan ragam bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari sesuai konteks. Implementasi pembelajaran ini secara khusus bertujuan agar Anda menjadi guru yang profesional yang dapat menyumbangkan ilmu yang didapat untuk diterapkan kepada anak didik.

Modul ini berisi tentang konsep sejarah bahasa Indonesia, kedudukan bahasa Indonesia, fungsi bahasa Indonesia, dan ragam bahasa Indonesia berdasarkan sarana atau jalur yang digunakan dan berdasarkan tingkat keformalan. Selain konsep, modul ini akan memaparkan penggunaan kedudukan, fungsi, ragam bahasa Indonesia sesuai dengan konteksnya dalam bentuk contoh-contoh dalam kehidupan sehari-hari.

Relevansi

Modul ini bermanfaat bagi Anda sebagai seorang guru agar dapat mengajarkan kembali sejarah, kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia sesuai konteks nyata kepada siswa dan dapat diaplikasikan kembali sesuai dengan beragam keperluan dengan tepat.

(4)

Petunjuk Belajar

Aktivitas pembelajaran dilakukan melalui tahapan berikut: (1) Pengantar Instruktur

Instruktur membuka pertemuan dan menyampaikan materi yang akan dibahas atau didiskusikan. Instruktur dapat membentuk kelompok-kelompok diskusi peserta bila diperlukan.

(2) Curah Pendapat

a. Instruktur meminta peserta pelatihan melakukan curah pendapat tentang ragam bahasa Indonesia dalam kelompok peserta 3 – 4 orang.

b. Instruktur kemudian merangkum hasil curah pendapat secara pleno dan menuliskannya pada slide power point.

(3) Diskusi Mengelaborasi Kompetensi

a. Peserta diminta mendiskusikan/mengelaborasi CPMK dan Sub-CPMK terkait materi pembelajaran sejarah, kedudukan, fungsi, dan ragam bahasa Indonesia.

b. Instruktur mengimbau peserta pelatihan untuk berbagi pendapat tentang CPMK dan Sub-CPMK (instruktur meminta seorang peserta untuk menulis hasil diskusi mereka dengan menggunakan power point)

c. Instruktur bersama peserta menyelaraskan CPMK dan Sub-CPMK hasil diskusi dengan tujuan yang telah dipersiapkan oleh instruktur.

(4) Mengisi Lembar Kerja (LK)

a Peserta (dalam kelompok peserta 3-4 orang) diminta mengisi LK yang telah dipersiapkan. Instruktur membimbing peserta mengisi LK (instruktur dapat menayangkan informasi melalui perangkat power point yang telah disiapkan).

b. LK dapat berupa pertanyaan atau penugasan yang berorientasi kepada CPMK dan Sub-CPMK yang telah ditetapkan.

c. Peserta kembali merampungkan LK sampai tuntas dibimbing oleh instruktur (catatan: peserta dapat menuntaskan lembar kerja di luar jam pelatihan).

(5) Menyajikan hasil LK

a. Presentasi hasil pengisisan LK oleh 5 guru yang ditunjuk oleh instruktur (penunjukan secara acak oleh instruktur disepakati sebelumnya bersama peserta).

b. Setiap peserta lainnya mengisi pedoman observasi (6) Refleksi

Instruktur bersama-sama dengan peserta melakukan refleksi/kaji ulang atas seluruh rangkai pembelajaran yang telah dilakukan; mengapresiasi hasil-hasil yang telah dicapai atau yang belum tercapai; mengevaluasi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap hasil belajar.

(5)

KEGIATAN BELAJAR (KB) I SEJARAH BAHASA INDONESIA

Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan (CPMK)

Peserta Menemukenali konsep sejarah bahasa Indonesia

Sub-Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan (Sub-CPMK)

1. Mengidentifikasi sejarah bahasa Indonesia sebelum kemerdekaan 2. Mengidentifikasi sejarah bahasa Indonesia sesudah kemerdekaan 3. Mengidentifikasi politik bahasa Indonesia

Pokok-Pokok Materi

1.Sejarah bahasa Indonesia sebelum kemerdekaan dan sesudah kemerdekaan 2.Politik bahasa

Uraian Materi

A. Sejarah Bahasa Indonesia

Tahukah Anda bahwa pada abad yang lampau terdapat sebuah kelompok bangsa yang menempati daratan di tengah-tengah benua Asia, diperkirakan di sekitar Taiwan? Mereka adalah penutur bahasa Austria. Setelah beberapa waktu, sebagian dari mereka berpencar pindah menuju selatan sehingga tersebar menjadi kelompok-kelompok kecil. Masing-masing kelompok ini pun mengalami perkembangan terutama dari segi kebudayaannya, termasuk dalam berbahasa, meskipun kebudayaan asli masih tetap melekat dalam diri mereka.

Menurut perkembangannya, bahasa Austria pun terpecah menjadi dua kelompok, yakni rumpun bahasa Austro-Asia dan bahasa Austronesia (Melayu Polenesia). Bahasa-bahasa yang termasuk rumpun Austro-Asia adalah Bahasa-bahasa Munda, Santali, Mon-Khemer di India, bahasa Semang dan Sakai di Malaka. Rumpun bahasa Austronesia yang memiliki batas wilayah barat yaitu Pulau Madagaskar, sedangkan timur yaitu Pulau Paas, utara yaitu Pulau Formosa, selatan yaitu Pulau Selandia Baru. Bahasa Indonesia dipercayai sebagai bahasa Melayu, sehingga dapat dikatakan bahasa Indonesia termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia/Melayu Polenesia.

(6)

Dalam perkembangan perjalanan sejarah bangsa Indonesia, diungkapkan bahwa bahasa Indonesia telah mencapai perkembangan yang sangat signifikan, baik dari segi jumlah pengguna bahasanya, maupun dari segi sistem tata bahasa dan kosakata serta maknanya. Sekarang ini terlihat bahwa bahasa Indonesia telah menjadi bahasa besar yang mulai digunakan dan dipelajari tidak hanya diseluruh Indonesia tetapi juga dibanyak negara, bahkan keberhasilan Indonesia dalam mengajarkan bahasa Indonesia kepada generasi muda telah dicatat sebagai prestasi dari segi peningkatan komunikasi antarwarga negara Indonesia. Untuk itu Anda perlu disadarkan akan kenyataan ini sehingga semakin ditumbuhkan rasa kebanggaan dan kecintaannya terhadap bahasa nasional.

Bahasa Indonesia yang kita pakai sekarang ini berasal dari bahasa Melayu, suatu bahasa yang hidup di daerah Riau dan Johor. (Amran, 2.3: 2009). Bahasa Indonesia yang pada awalnya adalah sebagai bahasa penghubung (Lingua Franca). Kehidupan bahasa Melayu sendiri ketika dipakai sebagai bahasa lingua franca tidak terbebas dari bahasa lain atau bahasa asing. Bahasa Arab merupakan bahasa yang bayak memberikan pengaruhnya terhadap penambahan kosakata bahasa Melayu, begitupun dengan bahasa Portugis. Bahkan bahasa Portugis pernah menjadi bahasa lingua franca di daerah Melayu. Bahasa yang turut andil dalam memperkaya kosakata bahasa Melayu adalah bahasa Sansakerta, bahasa Tamil, dan bahasa Cina. Hal ini terjadi karena bahasa Melayu sudah dipakai sebagai bahasa perdagangan dari berbagai negara tersebut.

Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683 M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M (Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi). Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga menggunakan bahasa Melayu Kuna.

(7)

Anda tentunya pernah mempelajari bahwa perkembangan dan pertumbuhan Bahasa Melayu tampak lebih jelas dari berbagai peninggalan-peninggalan misalnya:

1. Tulisan yang terdapat pada batu Nisan di Minye Tujoh, Aceh pada tahun 1380 2. Prasasti Kedukan Bukit, di Palembang pada tahun 683.

3. Prasasti Talang Tuo, di Palembang pada Tahun 684. 4. Prasasti Kota Kapur, di Bangka Barat, pada Tahun 686.

5. Prasati Karang Brahi Bangko, Merangi, Jambi, pada Tahun 688.

Pada zaman Sriwijaya bahasa Melayu sudah sangat berfungsi. Fungsi tersebut yaitu:

(1) Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kerajaan;

(2) Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku-buku yang berisi aturan-atauran hidup dan sastra

(3) Bahasa melayu berfungsi sebagai bahasa penghubung antarsuku bangsa yang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Bahasa Melayu berfungsi sebagai bahasa perdagangan di kerajaan tersebut.

Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing, yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain, menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183), K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana, 1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun (Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta. Koen-luen yang dimaksud adalah bahasa perhubungan (lingua franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu. Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, Tajussalatin, dan Bustanussalatin. Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara. Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur.

Adanya kerelaan pemakai bahasa Jawa, bahasa Sunda, bahasa Minangkabau, bahasa Batak dan lainnya, untuk menerima bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia. Ada beberapa kekuatan yang dimiliki oleh bahasa Melayu. Kekuatan tersebut adalah:

(8)

(1) Bahasa Melayu sudah merupakan lingua franca di Indonesia, bahasa perhubungan dan bahasa perdagangan

(2) Sistem bahasa Melayu sederhana, mudah dipelajari karena dalam bahasa Melayu tidak dikenal dengan tingkatan bahasa (berbeda dengan bahasa daerah lainnya) (3) Bahasa Melayu mempunyai kesanggupan untuk dipakai sebagai bahasa kebudayaan

dalam arti yang luas.

Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara, serta makin berkembang dan bertambah kokoh keberadaannya karena bahasa Melayu mudah di terima oleh masyarakat Nusantara sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku, antarpedagang, antarbangsa dan antarkerajaan. Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara memengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia. Oleh karena itu, para pemuda Indonesia yang tergabung dalam perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa Melayu menjadi bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia.

Dapat dilihat dalam gambar sejarah Bahasa melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara dalam tautan berikut https://www.google.com/search?q=gambar+bahasa+melayu+ke+indonesia&client=firefox-b&tbm=isch&tbo

Berdasarkan hal tersebut maka pada 28 Oktober 1928 diikrarkanlah kedudukan bahasa Indonesia dalam suatu Sumpah Pemuda Indonesia yang kita kenal dengan “Sumpah Pemuda” yaitu berisi:

(9)

(1) Kami putra dan putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia (2) Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia (3) Kami putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia.

Dapat dilihat dalam film Sumpah Pemuda dalam tautan berikut ini.

https://www.youtube.com/results?search_query=film+sumpah+pemuda+28+oktober+1928+ asli

Dapat dilihat dalam Sejarah Lahirnya Sumpah Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 https://www.youtube.com/results?search_query=sumpah+pemuda+28+oktober+1928+asli.

(10)

Sumber Gambar:

https://www.youtube.com/results?search_query=sumpah+pemuda+28+oktober+1928+asli) Butir ketiga dalam Sumpah Pemuda menjadi sahnya bahasa Indonesia sebagai bahasa lingua franca dan menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan. Dengan demikian, bahwa secara kronologis bahasa Melayu telah berkembang dari bahasa lingua

franca menjadi bahasa persatuan, dan menjadi bahasa negara hingga sekarang.

Perkembangan bahasa Melayu yang berubah menjadi bahasa Indonesia didasarkan pada segi politik dan ekonomi. Bahkan ketetapan ini dikuatkan oleh kemampuan bahasa tersebut yang dapat mengungkapkan nilai-nilai budaya dan sastra. Hal ini terlihat dari berbagai lahirnya karya sastra jauh sebelum diikrarkannya Sumpah Pemuda. Novel Azab dan sengsara karya Merari Siregar terbit pada 1918, Siti Nurbaya karya Marah Rusli terbit pada 1922. Bahasa itu pula yang dipakai oleh Balai Pustaka sebagai satu-satunya penerbit pemerintah pada awal abad ke dua puluh.

Dilihat dari sudut pandang linguistik, sejarah bahasa Indonesia merupakan ragam dari bahasa Melayu. Dasar yang digunakan ialah dari bahasa Melayu Riau (Kepulauan Riau) dari abad ke-19. Penamaan dari "Bahasa Indonesia" pada awalnya diawali sejak adanya Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, guna menghindari kesan mengenai "imperialisme bahasa" jika nama dari bahasa Melayu masih dipakai. Proses tersebut membuat adanya perbedaan dengan Bahasa Indonesia yang sekarang dengan adanya varian bahasa Melayu yang dipakai di Riau dan Semenanjung Malaya. Sampai saat ini, Bahasa Indonesia adalah bahasa yang tetap hidup dan menghasilkan kata-kata baru, baik itu dengan melalui penciptaan ataupun penyerapan dari bahasa asing dan bahasa daerah. Sedangkan bahasa Melayu tetap berdiri sendiri dan cenderung statis.

Setelah bangsa Indonesia mencapai kemerdekaannya, bahasa Indonesia mulai mengalami perkembangan yang pesat. Setiap tahun jumlah pemakai bahasa Indonesia bertambah. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara juga semakin kuat. Perhatian terhadap bahasa Indonesia baik dari pemerintah

(11)

maupun masyarakat sangat besar. Pemerintah orde lama dan orde baru menaruh perhatian yang besar terhadap perkembangan bahasa Indonesia diantaranya melalui pembentukan lembaga yang mengurus masalah kebahasaan yang dinamakan Pusat Bahasa, sekarang menjadi Badan Bahasa dan menyelenggaraan kongres bahasa Indonesia. Perubahan ejaan bahasa Indonesia dari Ejaan van Ophuijsen ke Ejaan Soewandi hingga Ejaan yang Disempurnakan selalu mendapat tanggapan dari masyarakat. (Depdiknas, 2006: 12)

Tahukah Anda bahwa terdapat peristiwa-peristiwa penting yang berhubungan dengan perkembangan bahasa Indonesia?

(1) Pada tahun 1901 disusun ejaan resmi bahasa Melayu oleh Ch. A. Van Ophuiysen dan dimuat dalam kitab logat Melayu

(2) Pada tahun 1908 pemerintah Hindia Belanda mendirikan Commisie voor de

Volkslectuur (Komisi untuk Bacaan Rakyat) melalui surat ketetapan gubermen tanggal

14 September 1908 yang bertugas: mengumpulkan dan membukukan cerita rakyat atau dongeng yang tersebar dikalangan rakyat, serta menerbitkannya dalam bahasa Melayu setalah diubah dan disempurnakan, menerjemahkan atau menyadur hasil sastra Eropa, menerima karangan pengarang muda yang isinya sesuai dengan keadaan hidup di sekitarnya.

(3) Tahun 1917, badan penerbit buku-buku bacaan yang diberi nama commise voor de

Volkslectuur (Taman Bacaan Rakyat), diubah menjadi Balai Pustaka, badan penerbit

ini menerbitkan novel-novel, seperti Siti Nur Baya dan Salah Asuhan, buku-buku penuntun bercocok tanam, penuntun memelihara kesehatan, yang tidak sedikit membantu penyebaran bahasa Melayu di kalangan masyarakat luas.

(4) Pada 1928 merupakan saat-saat yang paling menentukan dalam perkembangan bahasa Indonesia karena pada tanggal itulah para pemuda pilihan memancangkan tonggak yang kokoh untuk perjalanan bahasa Indonesia.

(5) Pada 1933 secara resmi berdiri sebuah angkatan sastrawan muda yang menamakan dirinya Pujangga baru yang dipimpin oleh Sutan Takdir Alisyahbana dan kawan-kawan. Pada masa Pujangga Baru ini bahasa yang digunakan untuk menulis karya sastra adalah bahasa Indonesia yang dipergunakan oleh masyarakat dan tidak lagi dengan batasan-batasan yang pernah dilakukan oleh Balai Pustaka

(6) Pada 1938, dalam rangka memperingati sepuluh tahun Sumpah Pemuda, diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia 1 di Solo, Jawa Tengah. Kongres ini dihadiri oleh bahasawan dan budayawan terkemuka pada saat itu, seperti Prof. Dr. Hoesein Djajadiningrat, Prof. Dr. Poerbatjaraka, dan Ki Hajar Dewantara. Dalam kongres tersebut dihasilkan beberapa keputusan yang sangat besar artinya bagi pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia. Keputusan tersebut, antara lain:

(12)

a. Mengganti Ejaan Van Ophusyen b. Mendirikan institut Bahasa Indonesia

c. Menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar dalam badan Perwakilan (7) Masa pendudukan Jepang (1942-1945) merupakan suatu peristiwa penting. Jepang memilih bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi resmi antara pemerintah Jepang dengan rakyat Indonesia karena niat menggunakan bahasa Jepang sebagai pengganti bahasa Belanda, tetapi akhirnya tidak terlaksana. Bahasa Indonesia juga dipakai sebagai bahasa pengantar dilembaga-lembaga pendidikan dan untuk keperluan ilmu pengetahuan. Pada 18 Agustus 1945 ditandatanganilah Undang-Undang Dasar 1945, yang salah satu pasalnya (pasal 36) menetapkan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

(8) 18 Agustus 1945 bahasa Indonesia dinyatakan secara resmi sebagai bahasa negara sesuai dengan bunyi UUD 1945, Bab XV pasal 36, bahasa negara adalah Bahasa Indonesia.

(9) 19 Maret 1947 (SK No. 264/Bhg. A/47) Menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan Mr. Soewandi meresmikan Ejaan Republik sebagai penyempurnaan atas ejaan sebelumnya. Ejaan Republik ini juga dikenal dengan sebutan Ejaan Soewandi (10) Pada 1954 diselenggarakan kongres Bahasa Indonesia II di Medan. Kongres ini

merupakan perwujudan tekad bangsa Indonesia untuk terus menerus menyempurnakan bahasa Indonesia yang diangkat sebagai bahasa kebangsaan dan ditetapkan sebagai bahasa negara. Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca) bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir di seluruh Asia Tenggara. (11) Pada 1972 Menteri Pendidikan dan kebudayaan menetapkan Pedoman Umum

Ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah, resmi berlaku di seluruh wilayah Indonesia (wawasan nusantara)

(12) Pada 25 - 28 Februari 1975 di Jakarta diselenggarakan Seminar Politik Bahasa Indonesia

(13) Pada 1978, bulan November, di Jakarta diselenggarakan Kongres Bahasa Indonesia III

(14) Pada 21 -26 1983 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia IV di Jakarta

(15) Pada 27 Oktober- 3 November 1988 berlangsung Kongres Bahasa Indonesia V di Jakarta

(16) Pada 28 Oktober- 2 November 1993 berlangsung kongres Bahasa Indonesia VI di Jakarta

(13)

16. Tanggal 26-30 Oktober 1998 dilaksanakan Kongres Bahasa Indonesia VII di Hotel Indonesia, Jakarta. Dengan diselenggarakannya kongres tersebut guna mengusulkan dibentuknya Badan Pertimbangan Bahasa.

Kongres bahasa Indonesia: https://merahputih.com/post/read/kongres-pemuda-pertama-1926-merajut-cita-cita-kesatuan-indonesia

Sebenarnya ada usaha-usaha bersama dari Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Malaysia untuk mengadakan satu ejaan berdasarkan sejarah bahwa antara bahasa Indonesia dan bahasa Melayu yang dipergunakan sebagai bahasa resmi pemerintah Malaysia, masih satu rumpun atau memiliki kesamaan. Usaha yang telah dilakukan antara lain pemufakatan ejaan Melindo (Melayu-Indonesia), namun, usaha ini akhirnya tidak berhasil karena situasi politik antara Indonesia dan Malaysia yang sempat memanas pada tahun 1963. Dalam era globalisasi sekarang ini, bahasa Indonesia mendapat tantangan berat dari bahasa Inggris. Semakin banyak orang Indonesia yang belajar dan menguasai bahasa Inggris, yang tentu saja merupakan hal yang positif dalam rangka perkembangan ilmu dan teknologi. Akan tetapi, ada gejala semakin mengecilnya perhatian orang terhadap bahasa Indonesia. Tampaknya orang lebih bangga memakai dan berbahasa Inggris daripada bahasa Indonesia, karena berasumsi tidak hanya sebagai bahasa internasional tetapi mempunyai nilai rasa lebih jika menggunakan bahasa asing. Bahasa Indonesia yang dipakai juga banyak dicampur dengan bahasa Inggris. Kurangnya perhatian terhadap Perkembangan bahasa Melayu yang berubah menjadi bahasa Indonesia didasarkan pada segi politik dan ekonomi. Bahasa yang dapat diangkat atau diresmikan menjadi bahasa nasional adalah bahasa yang menjalankan fungsinya di bidang politik dan ekonomi.

Rangkuman

Bahasa Indonesia diangkat dari bahasa Melayu karena didasari oleh sifat tersebarnya bahasa Melayu ke nusantara. Perkembangan bahasa Melayu yang berubah menjadi bahasa

(14)

Indonesia didasarkan pada segi politik dan segi ekonomi. Secara kronologis bahasa Melayu berkembang dari lingua franca menjadi bahasa persatuan, dan menjadi bahasa negara hingga sekarang.

Sumber dari terciptanya bahasa Indonesia adalah bahasa melayu. Secara sosiologis, bahasa Indonesia resmi dipakai sebagai bahasa persatuan sejak tanggal 28 Oktober 1928. Akan tetapi, secara yuridis Bahasa Indonesia diakui pada saat setelah kemerdekaan Indonesia yaitu tanggal 18 Agustus 1945. Bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa Indonesia. Hal ini karena bahasa melayu sudah digunakan sebagai lingua franca atau bahasa pergaulan di nusantara serta bahasa Melayu yang sederhana sehingga mudah untuk dipelajari dan tidak terdapat tingkatan bahasa.

B. Politik Bahasa

Kebijakan bahasa nasional dalam bidang kebahasaan merupakan garis haluan yang menjadi landasan dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa nasional. Kebijakan nasional dalam bidang kebahasaan mewujudkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Kebijakan bahasa nasional merupakan sikap politik bahasa nasional atau kebijakan pemerintah mengenai bahasa nasional.

Ada tiga kelompok bahasa yang digunakan dalam kehidupan masyarakat Indonesia, yaitu bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Setiap bahasa mempunyai kedudukan dan fungsinya masing-masing sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada Undang-Undang No. 24 tahun 2009, khususnya yang mengatur tentang bahasa, jelas sekali dinyatakan bahwa fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing masing-masing digunakan. Akan tetapi, jauh sebelum undang-undang tersebut disahkan, kebijakan tentang pengaturan ketiga bahasa sudah ada dalam seminar politik bahasa nasional pada 1975 dan 1999. Pada seminar tersebut dibahas sejumlah makalah yang berkaitan dengan pemakaian bahasa Indonesia, baik dari segi pemakainya, maupun upaya pembinaan dan pengembangan bahasanya.

(15)

Sumber:

https://www.google.com/search?client=firefoxb&biw=1024&bih=486&tbm=isch&sa=1&ei=A WvuWoDfDMX7vASp2azwCQ&q=gambar+politik+bahasa&oq=gambar+politik+bahasa&gs

Hal tersebut tidak terlepas dari kehidupan masyarakat pemakainya, jika terjadi saling pengaruh negatif di antara ketiganya, situasi bahasa itu semakin tidak terkendali, bahkan yang lebih memprihatinkan fenomena masyarakat sekarang ini yang lebih bangga memakai bahasa asing atau bahasa gaul dibandingkan menggunakan bahasa Indonesia. Perkembangan ini perlu segera diatasi bersama tidak saja oleh Badan Bahasa, tetapi juga pemerintah dan masyarakatnya.

Sumber: Politik Bahasa Menjaga Kebanggaan Berbangsa

(https://www.youtube.com/results?search_query=politik+bahasa+indonesia) a. Kebijakan Bahasa Nasional

Politik bahasa nasional atau dengan kata lain kebijakan bahasa nasional yang berisi pengarahan, perencanaan, dan ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar pengelolaan keseluruhan masalah kebahasaan dan kesastraan di Indonesia. Masalah tersebut berhubungan dengan masalah bahasa dan sastra Indonesia, masalah bahasa dan sastra daerah, masalah bahasa asing di Indonesia. Pengelolaan masalah bahasa tersebut memerlukan adanya kebijakan nasional sehingga pengelolaan masalah bahasa dapat terencana, terarah dan menyeluruh.

Dapat disimpulkan bahwa politik bahasa nasional merupakan kebijakan nasional yang berisi, perencanaan, pengarahan, dan ketentuan yang dapat dipakai sebagai dasar bagi pemecahan keseluruhan masalah bahasa. Politik bahasa nasional ini meliputi kebijakan di bidang kebahasaan, kesastraan secara nasional. Kebijakan tersebut meliputi bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing.

(16)

b. Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang telah diikrarkan pada saat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan dinyatakan juga dalam Undang-Undang Dasar 1945, Bab XV, Pasal 36 sebagai bahasa negara. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dapat disebut juga bahasa kebangsaan.

c. Bahasa Daerah

Bahasa daerah merupakan bahasa yang dipakai sebagai bahasa perhubungan intradaerah atau intramasyarakat di samping bahasa Indonesia yang dipakai sebagai sarana pendukung sastra dan budaya daerah. Bahasa daerah merupakan bagian dari kebudayaan Indonesia yang hidup. Bahasa daerah ini digunakan sebagai bahasa penghubung dan pendukung kebudayaan di daerah atau di dalam masyarakat etnik tertentu. Bahasa daerah berfungsi sebagai

(1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah,

(3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat daerah, (4) sarana pendukung budaya daerah dan bahasa Indonesia, (5) pendukung sastra daerah dan sastra Indonesia.

Dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia, bahasa daerah berfungsi sebagai (1) pendukung bahasa Indonesia,

(2) bahasa pengantar pada tingkat permulaan sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan atau pelajaran lain.

(3) sumber kebahasaan untuk memperkaya bahasa Indonesia, dalam keadaan tertentu bahasa daerah juga berfungsi sebagai pelengkap bahasa Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahan pada tingkat daerah.

d. Bahasa Asing

Dalam hubungannya dengan bahasa Indonesia dan bahasa daerah, bahasa asing baik yang digunakan dan diajarkan maupun yang digunakan tanpa diajarkan di lembaga-lembaga pendidikan tingkat tertentu, tidak bersaing dengan bahasa Indonesia baik sebagai bahasa nasional maupun sebagai bahasa negara. Bahasa asing juga tidak bersaing dengan bahasa-bahasa daerah, baik sebagai lambang nilai sosial budaya maupun alat perhubungan masyarakat daerah.

Dalam kedudukannya sebagai bahasa asing di Indonesia, bahasa-bahasa selain bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa rumpun melayu. Berfungsi sebagai

(17)

(1) alat perhubungan antarbangsa dan

(2) sarana pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi modern untuk pembangunan nasional.

Bahasa asing tertentu di Indonesia juga dapat memiliki fungsi lain. Bahasa Inggris merupakan bahasa asing yang diutamakan sebagai sumber pengembangan bahasa Indonesia, dalam kaitan dengan pengembangan tata istilah keilmuan. Bahasa Arab juga berfungsi sebagai bahasa keagamaan dan budaya Islam. Bahasa-bahasa asing lainnya dapat berfungsi sebagai sumber pemerkayaan perbendaharaan kata bahasa Indonesia.

e. Sastra Indonesia

Sastra Indonesia merupakan salah satu pengungkapan pikiran tentang kehidupan masyarakat Indonesia. Sastra Indonesia menjadi media ekspresi berbagai gagasan modern, pencerminan/pencarian jati diri untuk membangun kebudayaan baru yang diilhami oleh kebudayaan tradisi dan kebudayaan modern. Sastra Indonesia sebagai bagian kebudayaan nasional berkedudukan sebagai wahana ekspresi budaya dalam upaya memupuk kesadaran sejarah serta semangat solidaritas kebangsaan. Sebagai wahana ekspresi budaya, bahwa sastra Indonesia berfungsi

(1) menumbuhkan rasa kenasionalan, (2) menumbuhkan solidaritas kemanusiaan,

(3) merekam perkembangan kehidupan masyarakat Indonesia.

f. Sastra Daerah

Sastra daerah merupakan bukti sejarah kreativitas masyarakat daerah. Sastra daerah sebagai salah satu bagian kebudayaan sebagai wahana ekspresi budaya melalui pengalaman ekstetik, religius, dan sosial politik masyarakat etnis yang bersangkutan. Sastra daerah berfungsi 1) merekam kebudayaan daerah, 2) menumbuhkan rasa kemanusiaan.

g. Sastra Asing

Sastra asing merupakan bagian kebudayaan asing sebagai salah satu sumber inspirasi dan sumber pemahaman terhadap sebagian karya sastra Indonesia, terutama dalam bidang penelitian. Terutama sastra India, Arab, Persia, Eropa, dan Amerika, membantu upaya pengembangan sastra di Indonesia.

Sastra asing mempunyai fungsi

(1) pendorong penciptaan karya sastra di Indonesia, (2) sarana untuk memahami sebagian sastra di Indonesia, (3) bahan kajian sastra bandingan,

(18)

(4) menambah wawasan mengenai kebudayaan asing.

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa

Pembinaan dan pengembangan merupakan usaha yang ditujukan untuk memelihara dan mengembangkan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan pengajaran bahasa asing untuk dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya.

A. Pembinaan

Upaya untuk meningkatkan mutu pemakaian bahasa melalui sikap, pengetahuan, dan keterampilan berbahasa yang dilakukan melalui pengajaran dan pelibatan pemasyarakatan.

a. Pengajaran

Bahasa Indonesia (termasuk BIPA) dilakukan melalui sistem persekolahan dengan cara mempertimbangkan bahasa sebagai satu keseluruhan berdasarkan konteks pemakaian yang ditujukan untuk meningkatkan mutu pemakaian dan penguasaan bahasa yang baik dengan tidak mengabaikan adanya berbagai ragam bahasa Indonesia yang hidup dalam masyarakat. Peningkatan mutu melalui pengembangan kurikulum bahasa Indonesia, pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan pengembangan metodologi pengajaran bahasa, pengembangan ketenaga kependidikan dan kebahasaan yang profesional, pengembangan sarana pendidikan bahasa yang memadai, terutama mengenai uji kemahiran bahasa.

Pengajaran bahasa daerah juga ditujukan untuk meningkatkan mutu penguasaan dan pemakaian bahasa daerah yang dipelihara oleh masyarakat penuturnya. Peningkatan mutu pembelajaran bahasa daerah dilakukan melalui pengembangan kurikulum bahasa daerah, pengembangan bahan ajar yang sesuai kebutuhan siswa dan pengembangan metodologi pengajaran bahasa, pengembangan tenaga kependidikan yang profesional, pengembangan sarana pendidikan, penggunaan bahasa daerah sebagai bahasa pengantar di kelas permulaan pada jenjang pendidikan dasar.

Pengajaran bahasa asing sebagai upaya penguasaan dan pemakaian bahasa asing terutama untuk pemanfaatan ilmu dan teknologi dalam era globalisasi melalui pengembangan kurikulum bahasa asing, pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam era globalisasi, pengembangan tenaga kerja asing yang profesional, pemanfaatan teknologi informasi dalam bahasa asing.

b. Pemasyarakatan

Pemasyarakatan bahasa Indonesia untuk meningkatkan sikap positif masyarakat terhadap bahasa Indonesia dan penggunaannya. Pemasyarakatan bahasa Indonesia harus

(19)

menjangkau kelompok yang belum dapat berbahasa Indonesia untuk aktif menciptakan masyarakat yang maju sesuai dengan nilai budaya masyarakat setempat.

Pemasyarakatan bahasa daerah dengan menciptakan situasi yang kondusif dalam penggunaan bahasa daerah dengan mengacu pada nilai-nilai budaya masyarakat setempat melalui kegiatan pemberian dorongan penerbitan bahasa daerah, pengikutsertaan tokoh masyarakat dan budayawan dengan menggunakan bahasa daerah pada situasi tertentu, peningkatan peran masyarakat (kelompok seniman tradisonal) dalam memberikan informasi mengenai penggunaan bahasa daerah.

B. Pengembangan

Pengembangan merupakan upaya peningkatan mutu bahasa agar dapat dipakai untuk berbagai keperluan dalam kehidupan masyarakat modern yang meliputi penelitian, pembakuan, dan pemeliharaan.

a. Penelitian

Dalam penelitian bahasa Indonesia perlu dilakukan untuk kepentingan peningkatan mutu bahasa Indonesia. Penelitian bahasa daerah untuk kepentingan inventarisasi bahasa-bahasa daerah, penelitian berbagai aspek bahasa-bahasa daerah untuk meningkatkan mutu pemakaian bahasa daerah. Penelitian terhadap bahasa asing untuk mencegah dampak negatif terhadap pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia, penelitian lainnya yaitu untuk penelitian mutu pengajaran dan memperkaya bahasa Indonesia.

b. Pembakuan

Pembakuan bahasa Indonesia dengan memperhatikan asas demokrasi dan keragaman bahasa Indonesia untuk menciptakan komunikasi yang luas dan efektif dilakukan melalui pedoman, kamus bahasa dan kamus bidang ilmu, tata bahasa, bahan pemasyarakatan bahasa. Bahasa daerah dengan memperhatikan keinginan masyarakat guna menciptakan komunikasi yang luas dan efektif di kalangan masyarakat melalui pedoman, kamus bahasa, dan tata bahasa.

c. Pemeliharaan

Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi modern yang terbuka dan dinamis melalui perkembangan sosiokultural, ekonomi, budaya dan politik bangsa Indonesia. Sementara itu, bahasa daerah ditujukan pada bahasa daerah yang dipelihara masyarakat penuturnya dan pendokumentasian bahasa daerah yang punah perlu diprioritaskan.

(20)

Pemeliharaan bahasa daerah terutama ditujukan pada bahasa daerah yang dipelihara oleh masyarakat penuturnya. Pendokumentasian bahasa-bahasa daerah yang terancam punah diprioritaskan.

C. Pembinaan dan Pengembangan Sastra

Pembinaan dan pengembangan sastra adalah usaha-usaha yang diarahkan untuk memelihara dan mengembangkan sastra Indonesia dan daerah, serta memanfaatkan sastra asing supaya dapat memenuhi fungsi dan kedudukannya

1. Pembinaaan merupakan upaya untuk meningkatkan mutu apresiasi sastra. Upaya itu meliputi pengajaran, pemasyarakatan, dan pemberdayaan.

a. Pengajaran

Tujuan pengajaran sastra pada tingkat pendidikan dasar dan menengah, tidak mungkin tercapai karena pada saat ini pengajaran sastra merupakan bagian yang sangat kecil dari pengajaran bahasa. Ketersediaan guru, dengan kelayakan yang memadai pun sangat terbatas. Oleh karena itu, metode pengajarannya sering kurang tepat, sementara pemanfaatan bahan ajar yang tersedia belum dapat dilakukan dengan baik. Pengajaran sastra hendaknya:

(1) Tidak lagi merupakan bagian dari pengajaran bahasa

(2) Didukung dengan pengadaan guru yang berkelayakan mengajarkan sastra (3) Didukung terkesediaan karya sastra yang memadai di sekolah

(4) Agar sastrawan atau tokoh sastra, baik lokal maupun nasional, lebih banyak dimanfaatkan melalui kegiatan tatap muka dengan guru sastra dan siswa

(5) Didukung dengan kegiatan ekstrakurikuler

b. Pemasyarakatan

Pemasyarakatan sastra Indonesia untuk menumbuhkan dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sastra Indonesia. Pemasyarakatan sastra Indonesia sebaiknya menjangkau kelompok yang belum mampu berbahasa Indonesia dengan baik seiring dengan upaya pemasyarakatan bahasa Indonesia. Pemasyarakatan sastra hendaknya mempertimbnagkan beberapa hal:

(1) Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap sastra Indonesia, penerbitan karya sastra perlu digalakkan.

(2) Pemasyarakatan sastra tidak hanya dilakukan dalam masyarakat Indonesia tetapi juga masyarakat dunia. Oleh karena itu, penerjemahan karya sastra Indonesia ke dalam bahasa-bahasa internasional perlu digalakkan

(3) Pemasyarakatan sastra hendaknya diupayakan agar dapat memantapkan kedudukan dan meningkatkan fungsi sastra dalam kehidupan masyarakat. diharapkan dapat

(21)

memperdayakan tiga komponen utama kehidupan sastra, yaitu sastrawan, karya sastra, dan masyarakat.

Pemasyarakatan sastra daerah ditujukan pada upaya peningkatan kesadaran akan peran sastra daerah dalam kehidupan masyarakat daerah yang bersangkutan, terutama dalam menghadapi tantangan era globalisasi. Berdasarkan hal tersebut, pemasyarakatan sastra daerah hendaknya mempertimbangkan hal-hal:

(1) Pemasyarakatan sastra daerah dalam masyarakat Indonesia dengan menerjemahkan karya-karya sastra daerah ke dalam bahasa Indonesia

(2) Pemasyarakatan sastra daerah tidak hanya dilakukan dalam masyarakat Indonesia, tetapi juga masyarakat dunia. Penerjemahan karya sastra daerah ke dalam bahasa-bahasa Internasional perlu digalakkan

(3) Pemasyarakatan sastra hendaknya diupayakan agara dapat memantapkan kedudukan dan meningkatkan fungsi sastra dalam kehidupan masyarakat.

c. Pemberdayaan

Pemberdayaan sastra ditujukan pada pemantapan kedudukan dan peningkatan fungsi sastra dalam kehidupan masyarakat, dengan mantapnya kedudukan dan meningkatnya fungsi sastra dalam kehidupan masyarakat, diharapkan karya sastra yang bermutu akan lahir di tengah masyarakat yang sadar sastra.

Dalam kehidupan masyarakat Indonesia modern, upaya tersebut semakin dirasakan penting karena hingga saat ini kegiatan bersastra dan dampaknya terhadap kehidupan masyarakat makin lemah. Sehubungan dengan kenyataan, komponen kehidupan sastra yaitu sastrawan, karya saatra, dan masyarakat perlu lebih mendapat perhatian. Karya sastra bermutu lebih mungkin tercipta jika penciptanya dapat berkarya dalam situasi yang baik dengan kebebasan berekspresi, perlindungan hak cipta, dan penghargaan yang memadai.

Ada beberapa hal dalam pemberdayaan:

(1) Sastrawan perlu mendapat perlindungan hak cipta, kebebasan berekspresi, dan penghargaan yang baik dari masyarakat

(2) Kritik sastra perlu disebarluaskan sehingga masyarakat dapat mengetahui kelemahan dan kekuatan karya sastra

(3) Karya sastra yang bermutu dan belum dinikmati seperti siswa sekolah dasar, perlu disesuaikan agar dapat lebih mudah mereka serap.

(4) Apresiasi msyarakat luas lebih diberdayakan misalnya melalui komunitas sastra (5) Peningkatan kehidupan sastra, seperti publikasi dan domumnetasi, komunitas sastra,

(22)

(6) Sarana dan prasarana yang memadai perlu ditingkatkan agar peran sastra mendapat tempat di masyarakat

d. Pengembangan

Upaya meningkatkan mutu sastra agar dapat dimanfaatkan sebagai media ekspresi, dengan cara memelihara dan mengembangkan sarana dan prasarana juga penelitian

e. Penelitian

Kehidupan sastra Indonesia dan sastra daerah tidak lepas dari pengaruh budaya asing. Untuk memahami sastra Indonesia dan sastra daerah yang lebih baik, perlu dilakukan penelitian terhadap sastra asing yang relevan. Penelitian sastra dilakukan untuk pengembangan teori sastra dan peningkatan mutu karya sastra

D. Uji kemahiran berbahasa Indonesia

Pembangunan bangsa atau pembangunan nasional akan lebih terjamin keberhasilannya jika seluruh warga negara Indonesia ikut berpartisipasi aktif. Partisipasi sangat ditentukan oleh tingkat pemahaman warga masyarakat terhadap rencana pembangunan. Mengingat pembangunan nasional disusun dalam bahasa Indonesia., sedangkan tingkat kemahiran berbahasa Indonesia di masyarakat sangat beragam, bahkan ada yang belum mengetahui bahasa Indonesia. Dalam hal ini, usaha yang dilakukan dengan meningkatkan kemahiran berbahasa Indonesia pada warga masyarakat melalui jalur pendidikan nasional, pelatihan, penalaran, penyuluhan, dan sebagainya. Hal tersebut perlu dilakukan agar tingkat kemahiran berbahasa Indonesia seseorang sesuai dengan tuntutan pekerjaan, jabatan, profesi, dan hal lain yang dilakukannya. Tingkat kemahiran berbahasa perlu juga dilakukan kepada tenaga kerja asing. Sarana dan prasarana dalam uji kemahiran berbahasa Indonesia harus difasilitasi agar bahasa Indonesia lebih produktif dan menginternasional.

E. Sarana

Sarana dalam hubungannya dengan kebijakan bahasa nasional adalah kelengkapan yang diperlukan dalam pelaksanaan kebijakan tersebut mencakup ketentuan perundang-undangan, organisasi, uji kemahiran berbahasa Indonesia, penghargaan, kerja sama, sumber daya manusia.

F. Jaringan Informasi

Ilmu pengetahuan dan teknologi tidak akan mungkin berkembang dengan baik jika tidak didukung oleh informasi yang baik. Demikian pula dengan bahasa dan sastra. Oleh karena itu, jaringan informasi kebahasaan dan kesastraan yang memungkinkan orang intuk memperoleh, menghimpun dan menyebarluaskan informasi tersebut merupakan suatu

(23)

keharusan. Perpustakaan yang modern dan canggih merupakan satu mata jaringan informasi kebahasaan dan kesastraan yang diperlukan.

G. Penerjemahan

Sejarah membuktikan bahwa salah satu negara yaitu Jepang dalam waktu yang relatif singkat dapat maju dan terkenal bahasanya karena memilki program penerjemahan yang baik. Berdasarkan perhitungan dari berabagai segi, ternyata program tersebut relatif lebih murah jika dibandingkan dengan program lain untuk tujuan yang sama. Dalam hal ini perlu mendapat tanggapan yang serius dari pemerintah untuk memperkenalkan bangsa dan budaya Indonesia di dunia internasional melalui terjemahan karya sastra Indonesia dan daerah.

H. Penghargaan

Penghargaan dari pemerintah dan masyarakat yang layak dalam bidang bahasa dan sastra akan mendorong lahirnya karya yang lebih besar. karya-karya yang besar mencerminkan bangsa yang besar. dengan karya-karya tersebut akan merangsang masyarakat untuk lebih mencintai bahasa dan sastra.

I. Kerja Sama

Badan bahasa hendaknya menjalin kerja sama dengan berabagai perguruan tinggi dan lembaga–lembaga penelitian, baik di dalam maupun di luar negeri. Badan bahasa hendaknya juga melakukan kerja sama di dalam pemerintah daerah dan berbagai kalangan profesi serta instansi yang berhubungan dengan upaya pemasyarakatan bahasa dan sastra Indonesia.

J. Sumber Daya Manusia

Untuk mengembangkan dan meningkatkan sumber daya manusia, badan bahasa harus mempunyai sistem pengembangan profesionalisme peneliti bahasa dan sastra Indonesia secara menyeluruh. Hendaknya menjalin kerja sama juga dengan perguruan tinggi dan lembaga-lembaga lain yang terkait dengan bidang bahasa dan sastra.

K. Lembaga Pemerintah

Lembaga pemerintah yang bertanggung jawab secara khusus untuk menangani masalah kebahasaan dan kesastraaan Indonesia yang terdiri atas lembaga kebahasaan pusat dan lembaga tingkat daerah.

(24)

Rangkuman

Kebijakan bahasa nasional dalam bidang kebahasaan merupakan garis haluan yang menjadi landasan dalam upaya pembinaan dan pengembangan bahasa nasional. Kebijakan nasional dalam bidang kebahasaan mewujudkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Kebijakan bahasa nasional merupakan sikap politik bahasa nasional atau kebijakan pemerintah mengenai bahasa nasional.

Dalam hal politik bahasa, ada tiga masalah kebahasaan di Indonesia yaitu masalah bahasa Indonesia, bahasa daerah dan pemakaian bahasa asing. Ketiga hal tersebut tidak terlepas dari kehidupan masyarakat pendukungnya. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah terjadi berbagai perubahan baik sebagai tatanan kehidupan baru maupun pengaruh global masyarakat dunia. Jika hal ini terjadi saling pengaruh negatif akan memunculkan dampak terhadap ancaman penggunaan bahasa Indonesia, yang lebih mengkhawatirkan adalah sikap masyarakat yang lebih bangga menggunakan bahasa asing atau bahasa gaul dibandingkan dengan penggunaan bahasa Indonesia. Perkembangan seperti itu perlu adanya pengendalian. Badan bahasa sebagai lembaga pemerintah berupaya untuk menyadarkan masyarakat agar mengembangkan bahasa Indonesia, melestarikan bahasa daerah dan menguasai bahasa asing. Hal ini tidak akan berjalam tanpa adanya dukungan dari pemerintah, lapisan masyarakat dan lembaga lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosi dengan kepercayaan terhadap pasangan pada individu dewasa yang menjalani commuter marriage..

Penilaian responden tentang kompetensi guru PKn SMP/SMA/SMK Negeri di Kota Semarang yang dinilai paling tingi adalah: 1) kompetensi pedagogik, meliputi menguasai teori belajar

Kerugiannya adalah adanya orang yang tidak memiliki akses untuk pem- baca (reader) yang dapat membaca format MS Word.. Hal ini sebetulnya di- minimisasi dengan adanya software

Pada bab II ini diuraikan mengenai materi-materi yang digunakan dan juga materi-materi yang mendukung pengerjaan Tugas Akhir, diantaranya adalah distribusi Weibull, fungsi

Maka dari itu didapatkan tingkat presepsi nasabah secara keseluruhan atau dapat disebut dengan variabel E-Service Quality pada Aplikasi Bank Jatim Mobile Banking

Puncak kurva merupakan intensitas maksimum yang dapat dicapai oleh suatu radiasi, di mana intesitas ini bergantung pada temperatur/suhu benda hitam tersebut, dan

Pangruwating Diyu adalah sebuah ilmu sebagai kunci orang dapat memahami isi indraloka pusat tubuh manusia yang berada di dalam rongga dada yaitu pintu gerbang atau kunci rasa

Bersesuaian dengan itu, makmal Sains telah diwujudkan di sekolah-sekolah rendah dan juga menengah, di mana makmal Sains merupakan tempat yang penting dan kondusif bagi guru