• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia kedokteran baik Barat maupun Timur meyakini bahwa setiap

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Dunia kedokteran baik Barat maupun Timur meyakini bahwa setiap"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

1. Permasalahan

Dunia kedokteran baik Barat maupun Timur meyakini bahwa setiap penyakit memiliki obat tersendiri yang mampu untuk mengurangi atau menyembuhkan suatu penyakit. Suatu penyakit ada yang dapat diobati dengan obat yang sederhana, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan yang relatif rumit. Dunia kedokteraan saat ini berkembang pesat baik dalam ilmunya ataupun dalam teknologinya. Salah satu perkembangan terbesar dalam dunia kedokteran adalah transplantasi organ. Seseorang yang memiliki gagal organ atau kelainan pada organnya akan mengalami kesulitan untuk menjalankan kehidupannya, tetapi dengan adanya perkembangan ini seseorang mendapatkan kesempatan baru untuk kehidupannya.

Hanafiah dan Amri Amir (2009:123) menjelaskan bahwa transplantasi adalah terapi pengganti (alternatif) yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien dengan kegagalan organnya karena hasilnya lebih memuaskan dibandingkan dengan terapi konservatif.

Permasalahan pada transplantasi organ tubuh manusia merupakan salah satu permasalahan yang mengundang perdebatan dalam dunia medis. Transplantasi memiliki tujuan untuk menggantikan suatu organ yang telah rusak dan tidak berfungsi lagi kepada resipien (penerima donor) dengan organ yang

(2)

masih berfungsi dari pemberi donor. Pendonor organ dapat datang dari orang yang telah meninggal ataupun yang masih hidup.

Permasalahan muncul apabila pendonor organ adalah orang yang masih hidup, karena dianggap tidak benar, bahkan hukum negara dan hukum agama sangat menentang adanya pendonor organ dari pendonor yang masih hidup. Faktor ekonomi adalah alasan utama pendonor yang masih hidup mendonorkan organnya serta dikhawatirkan adanya perdagangan organ (organ trafficking) yang memiliki unsur kriminalitas.

Undang-undang No. 36 Tahun 2009 pasal 64 ayat 3 tentang Kesehatan bahkan dengan tegas melarang organ dan/atau jaringan tubuh untuk diperjualbelikan dengan dalih apapun. Pasal 192 juga menyebutkan bahwa memperjualbelikan organ dan/atau jaringan tubuh dengan dalih apapun akan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp 1 Miliar.

Persatuan Dokter Sedunia atau Word Medical Association (WMA) dalam hal ini juga melarang kegiatan jual beli organ tubuh manusia, walaupun untuk kepentingan transplantasi. WMA juga menganjurkan agar pemerintah di semua negera mencegah dan menindak tegas perbuatan tersebut. Dokter diminta untuk tidak terlibat dalam transaksi organ seperti itu. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) pun sudah merintis langkah-langkah untuk itu. Pernyataan tentang mati batang otak (MBO) minimal oleh dua dokter dan tidak bolah diambil dari yang

(3)

berkepentingan dengan operasi pencangkokan (transplantasi) organ (Achadiat, 2007:203).

Laporan tahunan dari Organ Procurement and Transplantation Network (OPTN) di Amerika Serikat pada tahun 2011, menyebutkan satu donor organ telah ditunggu oleh sepuluh pasien terdaftar dalam antrian untuk transplantasi. Situasi ini sangat dinamis, permintaan untuk transplantasi ginjal dua kali lipat dalam dekade tarakhir, sedangkan pada saat yang sama permintaan untuk transplantasi paru-paru telah mendekati setengahnya (Zeyland, 2015:211)

Peraturan dari Persatuan Dokter Sedunia (WMA) dan banyaknya aksi-aksi kejahatan yang didasari oleh kebutuhan organ semakin besar serta pendonor organ yang semakin menipis, mengakibatkan para ilmuan mencari alternatif baru. Para ilmuan telah terlebih dahulu mencoba eksperimen yang dapat memudahkan para pasien untuk menerima organ tanpa harus menunggu pendonor organ yang bersedia.

Xenotransplantasi adalah salah satu gebrakan baru dalam dunia kedoteran khususnya untuk memenuhi kebutuhan transplantasi organ manusia dengan menggunakan organ spesies lain. Xenotransplantasi merupakan transplantasi dari sel, jaringan, ataupun organ yang masih berfungsi dengan baik untuk kehidupan dari satu spesies ke spesies lainnya. Xenotransplantasi biasanya menggunakan organ primata, sapi, kelinci serta babi, tetapi pada saat sekarang organ babi menjadi target utama dalam pengembangan xenotransplantasi. Ilmuwan menemukan bahwa organ babi merupakan organ yang paling dekat dengan organ

(4)

manusia. Babi memiliki struktur kromosom yang mirip dengan kromosom manusia, sehingga secara genetis dapat meminimalisir terjadinya rijeksi (penolakan) dan kerusakan organ.

Xenotransplantasi dimulai pada tahun 1628 ketika ada percobaan transfusi darah dari domba ke manusia. Percobaan mulai dilakukan dengan ginjal, hati, jantung dari primata. Sejarah percobaan xenotransplantasi yang terakhir dilakukan pada tahun 1997. Xenograf yang digunakan merupakan sel saraf yang berasal dari babi yang ditransplantasi kepada 12 pasien yang menderita penyakit Parkinson. Kekurangan dari tindakan xenotransplantasi tahun 1997 adalah salah satu pasien hanya dapat bertahan hidup kurang dari tujuh bulan dan pasien lainnya lumpuh dengan hasil yang mengecewakan (J-Y Deschamps. Ed, 2005:12).

Xenotransplantasi sangat berpotensi bagi terapi untuk kegagalan organ terminal, tetapi juga menyebabkan munculnya permasalah dalam bidang medis dan etika. Xenotransplantasi saat ini masih menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Prinsipnya, penolakan terhadap xenotransplantasi karena adanya perbedaan antara pendonor dan penerima donor. Xenotransplantasi bisa menjadi pilihan untuk terapi pada manusia, tetapi harus melalui penelitian yang meliputi praklinik dan klinik. Kekhawatiran xenotransplantasi yang paling ditakutkan adalah xenozoonosis, yaitu mengakibatkan penularan penyakit yang sebelumnya ada di hewan menjadi menular ke manusia. Penulis melihat adanya permasalahan yang mengiringi perkembangan xenotransplantasi, sehingga penting dikaji dengan menggunakan etika yang terfokus etika Utilitarianisme John Stuart Mill sebagai

(5)

sudut pandang untuk menganalisis dari tindakan xenotransplantasi serta kasus-kasus yang timbul akibat xenotransplantasi.

Utilitarianisme merupakan suatu aliran etika yang berpendapat bahwa yang baik adalah yang berguna, berfaedah, dan menguntungkan bagi semua orang. Utilitarianisme menyatakan bahwa suatu tindakan dianggap baik bila tindakan tersebut meningkatkan derajat manusia. Utilitarianisme tidak menekankan pada memaksakan derajat pribadi, tetapi memaksimalkan derajat masyarakat secara keseluruhan (Fleddermann, 2006:44). John Stuart Mill menegaskan bahwa yang benar adalah yang baik dan yang baik adalah yang memberikan kebahagiaan bagi semua pihak atau paling tidak yang baik adalah yang membahagiakan mayoritas (Yuana, 2010:225).

Xenotransplantasi sejauh ini dipahami sebagai sesuatu yang baik secara medis, tetapi belum bisa dikatakan baik apabila disangkutpautkan dengan permasalahan moral. Xenotransplantasi dari segi moral menjadi hal yang lebih kompleks dibandingkan dengan teknis medisnya, terutama menyangkut masalah pertimbangan hak moral dan kepentingan manusia dan hak-hak kepentingan pada hewan.

Permasalahan umum tentang problematika yang terjadi dalam kasus xenotransplantasi inilah yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini. Penulis ingin menganalisis bahwa problematika dalam tindakan xenotransplantasi dapat dimaknai sebagai tindakan yang baik secara moral apabila dipandangan dari etika Utilitarianisme John Stuart Mill.

(6)

2. Rumusan Masalah

Penelitian ini diarahkan kepada persoalan yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Bagaimana konsep etika Utilitarianisme John Stuart Mill? b. Apa persoalan etis dalam praktik xenotransplantasi?

c. Apa analisis teori etika Utilitarianisme John Stuart Mill dalam memandang praktik xenotransplantasi?

3. Keaslian Penelitian

Fokus kajian dalam penelitian ini adalah tentang bagaimana pandangan etika khususnya etika Utilitarianisme terhadap problema xenotransplantasi. Penelusuran di lingkungan Fakultas Filsafat atau di luar Fakultas Filsafat UGM, peneliti belum menemukan penelitian yang meneliti tentang xenotransplantasi dalam perspektif etika Utilitarianisme John Stuart Mill. Berikut adalah daftar beberapa karya yang berkaitan dengan objek material penelitian, yaitu:

a. Tinjauan Hukum Islam terhadap Praktik Xenotransplantasi Organ Babi ke Manusia, oleh Erwin Nazarli tahun 2010, program Sarjana Program Studi Akhwal Syakhsiyyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini memiliki perbedaan dalam objek formalnya. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana pandangan Islam mengenai praktik xenotransplantasi. Penelitian ini menitikberatkan pada permasalahan penggunaan hewan najis yang diharamkan oleh hukum islam, yaitu hewan babi untuk digunakan sebagai sumber prosedur xenotranspalntasi.

(7)

b. Transplantasi Ginjal di Indonesia Ditinjau dari Pendekatan Bioetika (Deontolodi dan Utilitarianisme), oleh Sri Yulita Pramulia Panuri tahun 2010, Program Sarjana Ilmu Filsafat Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Penelitian ini memiliki kesamaan dalam objek materialnya yaitu tentang transplantasi. Perbedaannya terletak pada objek formal. Penelitian ini menjelaskan tentang bagaimana pandangan Deontologi dan Utilitarianisme memandang praktik transplantasi ginjal di Indonesia.

Penelitian-penelitian sebelumnya yang telah membahas tentang praktik xenotransplantasi maupun transplantasi, belum ada yang melakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan etika Utilitarianisme John Stuart Mill, sehingga penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan keasliannya.

4. Manfaat Penelitian

Penelitian tentang Xenotransplantasi dalam Perspektif Etika Utilitarianisme John Stuart Mill diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

a. Bagi ilmu pengetahuan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan analisis baru bagi ilmu pengetahuan tentang praktik xenotransplantasi. Pemahaman menyeluruh mengenai pembatasan kode etik terhadap praktik xenotransplantasi. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang etika Utilitarianisme dan xenotransplantasi.

(8)

b. Bagi filsafat

Penelitian ini diharapkan memberikan perbedaan informasi tentang kajian etika di Fakultas Filsafat UGM tentang praktik xenotransplantasi. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi baru dalam memahami etika khususnya dalam aliran etika Utilitarianisme John Stuart Mill, terutama dalam menanggapi persoalan tentang kasus xenotransplantasi.

c. Bagi bangsa Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam kehidupan masyarakat, memperkenalkan padangan etika Utilitarianisme dalam memandang praktik xenotransplantasi. Memberikan wawasan baru bagi masyarakat tentang tujuan-tujuan baik di balik tindakan xenotransplantasi.

B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan:

1. Mendeskripsikan teori etika Utilitarianisme John Stuart Mill.

2. Merumuskan secara analitis tentang persoalan etis praktik xenotransplantasi.

3. Merumuskan secara reflektif tentang perspektif etika Utilitarianisme John Stuart Mill dalam memandang praktik xenotransplantasi. C. Tinjauan Pustaka

Keinginan manusia untuk dapat mengganti bagian-bagian tubuh yang rusak dengan bagian tubuh yang sama milik orang lain sudah lama dicoba. Seorang ahli bedah Italia bernama Gaspare Tagliacoszi telah mencoba memindahkan hidung orang ke hidung orang lain yang cacat, tetapi tidak berhasil

(9)

pada tahun 1597. Dokter Jerman, C. Bunger untuk pertama kalinya memindahkan kulit dari bagian tubuh yang satu ke bagian tubuh yang lainnya pada orang yang sama pada tahun 1823. Teknik transplantasi ini disebut sebagai autografing. Percobaan untuk memindahkan ginjal binatang dimulai pada awal abad ke-20. Dokter bedah Jerman, E. Ullman, mencoba kepada manusia tahun 1902. Kegagalan-kegagalan di samping kemajuan yang memberikan harapan, memacu manusia untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang penolakan terhadap pemindahan organ tersebut. Pengetahuan tentang ini lebih terbuka lagi dengan berkembangnya ilmu imunologi (Mohamad, 1992:87).

Transplantasi adalah tindakan medis untuk memindahkan organ atau jaringan tubuh manusia kepada tubuh manusia yang lain atau tubuhnya sendiri. Transplantasi merupakan terapi penggati yang merupakan upaya terbaik untuk menolong pasien yang mengalami kegagalan organ tubuh dengan organ tubuh dirinya sendiri atau dengan organ tubuh orang lain (Notoatmodjo, 2010:147)

Transplatasi memberikan alternatif terbaik dalam bidang medis tetapi juga membawa berbagai permasalahan. Permasalahan yang terjadi bukanlah pada teknologi transplantasi itu sendiri tetapi pada segi etika dan hukum dari transplantasi organ yang diperbolehkan dari pendonor yang masih hidup. Permasalahan yang terjadi adalah masih sangat sulit untuk mendapatkan pendonor yang memberikan organnya secara sukarela. Banyak pendonor menggunakan jalan lain yaitu dengan mendapatkan uang penggati dari organ yang didonorkan. Persatuan Dokter Sedunia (WMA), menegaskan bahwa mengutuk (condemn) penjualan atau pembelian organ tubuh manusia untuk kepentingan transplantasi,

(10)

dan mengusulkan kepada pemerintah di seluruh dunia agar mengambil keputusan atau tindakan yang tegas untuk mencegah penjualan organ tubuh manusia tersebut. Pemerintah Indonesia juga telah berupaya untuk melarang jual beli organ tubuh manusia melalui Peraturan Pemerintah no. 18/1981 pasal 16 yang berbunyi: donor atau keluarga donor yang meninggal dunia tidak berhak atas suatu kompensasi material apa pun sebagai imbalan transplantasi. (Mohamad, 1992:89-92).

Tiga tipe pembagian transplantasi yaitu autotransplantasi, tipe ini meliputi praktik transplantasi yang menggunakan bagian-bagian tubuh atau organ dari pasien itu sendiri seperti transplantasi kulit, tulang rawan, otot, dan tulang. Homotransplantasi (allotransplantasi), tipe ini meliputi transplantasi organ pada spesies yang sama, seperti manusia dengan manusia. Beberapa hasil dari homotransplantasi ternyata tidak sanggup bertahan lama, tetapi sangat membantu pasien dalam mengatasi krisis. Heterotransplantasi, tipe ini merupakan transplantasi dari hewan kepada manusia atau antara hewan yang satu dengan hewan yang lain dari spesies yang berbeda (Ebrahim, 2007:16-17).

Pakar xenotransplantasi dari Bio-cellular Research Organization (BCRO) Amerika, Michael Molnar menjelaskan bahwa xenotransplantasi merupakan bagian dari teknologi transplantasi stem cell atau sel induk. Xenotransplantasi dilakukan dengan menanamkan sel induk dari jaringan atau organ dari suatu spesies makhluk hidup ke spesies yang lainnya yang mengalami kerusakan. Tujuannya adalah agar sel yang ditanamkan itu berkembang menggantikan dan memperbaiki sel-sel jaringan atau organ yang rusak tersebut. Teknologi ini

(11)

didasari oleh fakta bahwa sel-sel utama dari organ makluk hidup dari berbagai spesies memiliki karakteristik yang sama atau hampir sama (MediaIndonesia, 17-09-2008)

Xenotransplantasi menawarkan bagaimana cara untuk membantu mengatasi kekurangan ketersediaan organ. Konsep xenotransplantasi telah diperluas dalam beberapa tahun tarakhir untuk mencangkup barbagai pendeketan penggunaan sel-sel hewan atau jaringan pada manusia untuk terapi yang bertujuan untuk melampaui suku cadang sederhana karena kegagalan organ manusia. Tujuan ini meliputi implantasi sel saraf janin babi ke dalam sistem saraf pusat dari orang yang menderita penyakit parkinson (penyakit lumpuh), sel-sel hati babi yang ditransfusikan ke darah penderita gagal hati. Xenotransplantasi mengacu kepada prosedur yang melibatkan transplantasi, implantasi, atau infus kepada penderita dengan sel hidup, jaringan atau organ (Burroughs, Ed. 2002:17).

Perkembangan xenotransplantasi sebagai bagian dari praktik klinis yang menjanjikan manfaat besar dalam segala hal sehingga memungkinkan untuk meningkatkan secara dramatis persediaan jaringan dan organ pengganti yang saat sekarang sangat kekurangan. Penerima sel, jaringan, atau organ xenotransplantasi bagaimanapun akan terkena risiko yang cukup besar, termasuk risiko penularan penyakit baru. Risiko tersebut tidak kualitatif bagi pengembangan baru, sehingga prosedur medis ini mungkin akan diterima karena memiliki manfaat dalam transplantasi organ. Perhatian utama pencegahan adalah bahwa hubungan dekat yang dibuat antara jaringan xenotransplantasi dengan pasien yang menerima donor xenotransplantasi akan memungkinkan memiliki peluang untuk penularan

(12)

penyakit (misalnya berasal dari retrovirus babi endogen atau Pervs) dan mungkin menciptakan penyakit baru. Pervs menjadi perhatian khusus karena transplantasi mungkin memberikan kesempatan bagi virus untuk berkembang menjadi patogen dengan potensi penularan kepada orang lain (Davis, Ed. 2002:6)

D. Landasan Teori

Etika didefinisikan sebagai refleksi kritis, metodis dan sistematis tentang tingkah laku manusia, sejauh berkaitan dengan norma. Karena refleksi ini dijalankan dengan kritis, metodis dan sistematis, maka pembahasan dalam etika dinamakan sebagai ilmu. Etika adalah refleksi ilmiah tentang tingkah laku manusia dari sudut norma-norma atau dari sudut baik dan buruk (Bertens, 1993:24-25).

Etika juga sebagai filsafat moral atau ilmu yang membahas dan mengakaji persoalan benar dan salah secara lebih kritis, secara moral bagaimana seseorang seharusnya bertindak dalam situasi konkret (Keraf, 2006:3-5).

Etika dan moralitas memiliki konsep minimum dalam membimbing tindakan seseorang dengan menggunakan akal, yaitu dengan melakukan sesuatu tindakan yang dianggap paling baik menurut akal, seraya memberikan penilaian yang sama menyangkut kepentingan masing-masing individu yang akan terkena dampak maupun akibat dari tindakan yang dilakukan (Rachels, 2004:40).

Etika Utilitarianisme dapat dirumuskan memiliki tiga kriteria objektif yang dapat dijadikan dasar objektif sekaligus norma untuk menilai suatu kebijaksanaan atau tindakan. Kriteria yang pertama adalah manfaat, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan yang baik adalah yang menghasilkan hal yang baik. Kebijaksaan

(13)

atau tindakan yang tidak baik adalah yang mendatangkan kerugian tertentu. Kriteria kedua adalah manfaat terbesar, yaitu bahwa kebijaksanaan atau tindakan itu mendatangkan manfaat terbesar (atau dalam situasi tertentu lebih besar) dibandingkan dengan kebijaksanaan atau tindakan alternatif lainnya. Pertimbangan soal akibat baik dan akibat buruk dari suatu kebijaksaan atau tindakan, maka suatu kebijaksanaan atau tindakan dinilai baik secara moral kalau mendatangkan lebih banyak manfaat dibandingkan dengan kerugian. Situasi tertentu – ketika kerugian tidak bisa dihindari – dapat dikatakan bahwa tindakan yang baik adalah tindakan yang menimbukan kerugian kecil (termasuk jika dibandingkan dengan kerugian yang ditimbulkan oleh kebijaksanaan atau tindakan alternatif). Kriteria ketiga adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Kriteria yang sekaligus menjadi pegangan objektif etika Utilitarianisme adalah manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang. Kebijaksanaan atau tindakan yang baik dan tepat dari segi etis menurut etika Utilitarianisme adalah kebijaksanaan atau tindakan yang membawa manfaat terbesar bagi sebanyak mungkin orang atau sebaliknya membawa akibat merugikan yang sekecil mungkin bagi sesedikit mungkin orang (Keraf, 1996:94-95).

Tokoh utilitarianime yang terkenal adalah John Stuart Mill (1806-1873), yang mengatakan bahwa suatu tindakan harus dianggap betul sejauh cenderung mendukung kebahagiaan, dan salah apabila mengahasilkan kebalikan dari kebahagiaan. Kebahagiaan yang dimaksud adalah kesenangan (pleasure) dan kebebasan dari perasaan sakit. Mill mengatakan dua hal, yaitu pertama, moralitas

(14)

tindakan dapat diukur sejauh mana diarahkan kepada kebahagiaan, dan kedua, kebahagiaan sendiri terdiri atas perasaan senang dan kebebasan dari rasa sakit (Suseno, 1997:181).

Jeremy Bentham sebelum John Stuart Mill telah terlebih dahulu menjelaskan tentang Utilitarianisme. Bentham memulai dengan menekankan bahwa manusia menurut kodratnya ditempatkan di bawah pemerintahan dua penguasa yang berdulat: ketidaksenangan dan kesenangan. Kebahagiaan akan tercapai apabila manusia memiliki kesenangan dan bebas dari kesusahan. John Stuart Mill menjelaskan bahwa kebahagian adalah milik setiap manusia. Kebahagiaan seseorang dapat diukur secara empiris dengan cara berpedoman kepada orang yang bijaksana dan berpengalaman dalam bidangnya. Perbuatan dapat dikategorikan baik jika kebahagiaan melebihi ketidakbahagiaan, sedangkan kebahagian setiap individu dianggap sama. (Bertens, 1993:247-250).

E. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian filsafat yang bersifat kualitatif dengan menggunakan model penelitian mengenai masalah aktual yang menggunakan studi pustaka. Bahan penelitian diambil dari sumber yang relevan sehingga sesuai dengan tema.

1. Materi penelitian

Bahan penelitian menyesuaikan dengan jenis penelitian. Penelitian ini bersifat kualitatif, maka bahan yang digunakan dipetakan menjadi dua macam, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

(15)

a. Sumber Primer

1) Committee on Xenograft Transplantation: Erhical Issues and Public Policy. 1996. Xenotransplantation: Science, Ethics, and Public Policy. Washington, D.C: National Academy Press. 2) Buku-buku dan jurnal ilmiah mengenai xenotransplantasi

lainnya b. Sumber Sekunder

1) Mill, John Stuart. 1954. Utilitarianism. Liberty and Respresentative Government

2) Bertens, K. 1993. Etika. jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama 3) Buku-buku dan jurnal ilmiah mengenai etika dan

Utilitarianisme John Stuart Mill 2. Jalan Penelitian

Peneliti dalam penelitian ini mencoba untuk memahami objek material baik secara tekstual maupun kontekstual, kemudian peneliti akan menganalisisnya menggunakan objek formal dan menyampaikan kembali.

Langkah yang diambil dalam penelitian ini berjalan berdasarakan tahap demi tahap yaitu sebagai berikut:

a. Tahap persiapan diawali dengan pengumpulan data yang berhubungan dengan objek yang akan dikaji. Data yang berhasil dikumpulkan kemudan dipisahkan dan diklasifikasikan berdasarkan kesesuaian dengan objek material dan objek formal.

(16)

b. Tahap pembahasan, mencangkup penguraian masalah sesuai dengan objek material dan objek formal yang kemudian dideskripsikan.

c. Tahap akhir merupakan penulisan yang akan dilakukan secara sistematis dan koreksi penelitian.

3. Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode dan unsur-unsur metodis yang mengacu kepada buku yang ditulis oleh Kaelan (2005:59-262) yaitu dengan menggunakan unsur-unsur metodis sebagai berikut:

a. Kesinambungan historis: yaitu usaha untuk memahami perkembangan historis yang ditemukan dalam objek material dan objek formal, serta mencari konsepsi yang tersebunyi selain data historis.

b. Deskripsi: peneliti melakukan deskripsi sedemikan rupa sehingga terus menerus ada referensi pada pertimbangan-pertimbangan oleh penelitian ilmiah atau teori dengan detail-detailnya.

c. Analisis: usaha untuk menguraikan yang sifatnya umum untuk mengetahui unsur-unsur yang sifatnya khusus sehingga diperoleh pengertian yang sifatnya komprehensif.

d. Interpretasi: peneliti berusaha menerobos hasil penelitian ilmu lain atau teori ilmiah problematis, untuk mengungkap filsafat tersembunyi, yaitu struktur hakiki dan norma dasar yang melatarbelakanginya.

(17)

e. Hermeneutika: proses interpretasi dilajutkan dengan proses analisis hermeneutika untuk menangkap makna esensial dengan melakuan penafsiran terhadap data sehingga esensi data dapat dipahami sesuai dengan waktu dan konteks keadaan sekarang

F. Hasil Yang Dicapai

Hasil penelitian filosofis yang ingin dicapai dalam tema Xenotransplantasi dalam Perspektif Utilitarianisme John Stuart Mill diharapkan mampu memberikan hasil berikut:

1. Mendapatkan konsepsi pemahaman tentang bagaimana etika Utilitarianisme John Stuart Mill

2. Mendapatkan informasi dan gambaran tentang bagaimana etika dalam praktik xenotransplantasi.

3. Menganalisis bagaimana Utilitarianisme John Stuart Mill memandang problema yang terjadi dalam praktik xenotransplantasi. G. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini akan dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut: Bab pertama berisi pendahuluan, yaitu latar belakang penelitian ini, rumusan masalah yang hendak dijawab, manfaat dan tujuan penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, dan metode yang digunakan, serta sistematika penulisan.

Bab kedua berisi uraian tentang praktik xenotransplantasi. Bab ini menguraikan tentang lingkup kajian xenotransplantasi di antaranya: sejarah xenotransplantasi, tujuan dan manfaat dalam xenotransplantasi, sebab akibat yang terjadi dalam praktik xenotransplantasi.

(18)

Bab ketiga berisi uraian tentang ruang lingkup etika yang didalamnya diuraikan tentang pengertian etika, teori Utilitarianisme, Jhon Stuart Mill, dan teori Utilitarianisme menurut John Stuart Mill.

Bab keempat berisi analisis tentang tinjauan etika Utilitarianisme John Stuart Mill dalam memandang praktik xenotransplantasi. Bab ini akan diuraikan persoalan pentingnya suatu tujuan yang baik dalam suatu tindakan praktik xenotransplantasi, serta diuraikan aliran etika Utilitarianisme John Stuart Mill dalam praktik xenotransplantasi.

Bab kelima berisi penutup, kesimpulan dari bab-bab sebelumnya serta saran dari penelitian.

(19)

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan yang membedakan dengan yang lain yaitu Perancangan Web Toko Online dengan Menerapkan Web Service pada Toko Mutiara Custom ini lebih mencakup sistem web

Penerimaan privatisasi yang akan digunakan untuk pembiayaan anggaran dalam RAPBN tahun 2011 direncanakan sebesar Rp340,0 miliar, atau menurun 71,6 pesen apabila dibandingkan

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimanakah penerapan metode pembelajaran pembelajaran peta konsep

Untuk mendukung visi sekolah plus diperlukan dukungan sumber daya manusia yang handal, terutama kualitas gurunya, kurikulum internasional dengan tetap bersandar pada

Berdasarkan analisis puisi “Letupan Bambu, Tambur Upacara”, terdapat hal-hal yang dapat dire leksikan dari upacara tersebut, yakni selain upacara Balian merupakan warisan dari

Dengan simulasi Monte Carlo dapat dibangkitkan jalur (path) yang menggambarkan pergerakan harga underlying asset, kemudian ekspektasi nilai payoff dari opsi dihampiri

Persaingan antara perusahaan kereta api negara (SS) dengan perusahan kereta api swasta yang diwakili oleh NISM berkembang semakin sengit. Jalur kereta api bagian barat

Penelitian tentang pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) telah banyak dilakukan. Salah satunya adalah Upaya Meningkatkan Kemampuan