sosiologi hukum_2006

TRADISI BESAR

• PENGUASAAN HUKUM POSITIF

• MENERAPKAN HUKUM • “PROBLEM SOLVING” • PRAGMATIS

• PENDIDIKAN PROFESIONAL

• “VOCATIONAL TRAINING” “LEGAL CRAFTMANSHIP” “LEGAL MECHANIC”

• PRESKRIPTIF • ILMU TERAPAN

• PENELITIAN DOKTRINAL

TRADISI BARU

• “THEORY BUILDING”

• PENDIDIKAN KEILMUAN • “LEGAL SCIENTIST”

“LEGAL TEORIST” • DESKRIPTIF

• ILMU DASAR

TEORI HUKUM (dalam arti sempit) ILMU HUKUM

DOGMATIKA HUKUM

SEJARAH HUKUM

PSIKOLOGI HUKUM PERBANDINGAN

HUKUM

SOSIOLOGI HUKUM

FILSAFAT HUKUM

ORTHODOX

JURISPRUDENCE –

NORMATIVE THEORETICAL STUDY OF LAW

SOCIOLOGICAL

JURISPRUDENCE – NORMATIVE AND THEORETICAL WITH SOCIAL EMPHASIS

SOCIO LEGAL STUDIES – PRAGMATIC SOCIAL

INVESTIGATION OF LAW IN ACTION

SOCIOLOGY OF LAW – EMPIRICAL THEORETICAL STUDY OF LAW IN

 1. Sociological jurisprudence is an intrinsically theoritical approach to the study of the law and it specifically seeks to understand law as a particular social

phenomenon, in terms of how it comes into existence, how it operates and the afects that it has on those to whom it applies.

2. Socilogical jurisprudence sought to provide an understanding of the nature of law through certain social phenomenon.

 The sociology of law seeks to explain the nature of society from an investigation of the law as form of social control.

 _{Socio-legal studies is more concerned with pragmatic} issues of how best to make the law, in its various aspects work more effectively to achieve specific goals, usually identified with the idea of the rule of law or some notion of justice.

JURISPRUDENCE

 LAW AS LEGAL STRUCTURE  A STRUCTURE OF RULES

SOCIOLOGY OF LAW

 LAW AS SOCIAL STRUCTURE  LAW IN SOCIAL CONTEXT

 INTERACTION OF LAW AND SOCIETY

Penampilan (gestalt) dari hukum

 SEBAGAI EKSPRESI SISTEM NILAI Rule of Law

Aliran Berkeley / Selznick

 SEBAGAI INSTRUMEN POLITIK Social Engineering

Pembuatan, Penggunaan UU

 SEBAGAI IDEOLOGI

Hukum sebagai variabel tergantung terhadap hubungan-hubungan dalam produksi di masyarakat

 HUKUM SEBAGAI INSTITUSI Organisasi

Sistem peranan

TWENTIETH CENTURY LEGAL THINKING

• Towards the sociologically oriented study of law.

• Assault on legal exclusivism.

• Law be subjected to an analysis premised upon its identification as a social phenomenon.

• Subjected to sociological analysis of law in social context.

• The sociological movement is to be accounted for as a

response toward the rapidity of social change, resulted in tendency for law to lagging behind social development.

• In contrast to Historical School :

SOSI OLOGI MAKRO SOSI OLOGI MI KRO

Menganalisis struktur dari posisi-posisi yang berbeda-beda dari rakyat dan kendala yang dicipta-kannya dalam hubungan sosial:

 Batas eksternal dari lingkungan sosial terhadap hubungan

antara rakyat.

 Konsep-konsep penting adalah: - Diferensiasi

- I nstitusi - I nequality

- Heterogenitas

- Crosscutting circles

Menganalisis proses sosial yang mendasari pemilah-pilahan hubungan antar orang:

 I nteraksi sosial

 Komunikasi sosial

 Konsep-konsep penting adalah: - Resiprositas

- Simbol-simbol yang signifikan - Kewajiban

- Pertukaran (exchange)

- Ketergantungan (dependence)

( dari Hamilton & Sandars, EVERYDAY JUSTI CE, 1992)

WEBER:

PERKEMBANGAN HUKUM RATIONAL 4 TAHAP:

1. PENGADAAN HUKUM MELALUI PEWAHYUAN SECARA KHARISMATIK.

2. PENGADAAN DAN PENEMUAN HUKUM SECARA EMPIRIS.

3. PENGADAAN HUKUM MELALUI PEMBEBANAN DARI ATAS, YAITU OLEH KEKUATAN

SEKULER/TEOKRATIS.

4. PENGGARAPAN HUKUM SECARA SISTEMATIS DAN PENYELENGGARAAN HUKUM YANG

DIJALANKAN SECARA PROFESIONAL OLEH

Model Perkembangan dalam Rangka

Proses Rasionalisasi Hukum dari WEBER

Cara Pembinaan

Kualitas

Formalnya

Tipe Keadilannya

Kharismatis

Empiris

Teokratis

Profesionalisasi

Formalisme Magis +

Irasionalitas

menyandarkan pada

Hono-ratiores

Rasionalitas yang

Substantif Teokratis

Sublimasi Logis

Keadilan

Kharismatis

Keadilan Khadi

Keadilan Empiris

•

Birokrasi adalah tipe organisasi

yang dipergunakan pemerintahan

modern untuk pelaksanaan

berbagai tugas-tugasnya yang

bersifat spesialisasi, dilaksanakan

dalam sistem administrasi dan

Tahap-Tahap Pembuatan Hukum

Tahap Inisiasi :

Muncul suatu gagasan dalam

masyarakat

Tahap Sosio-Politis:

Pematangan dan penajaman

gagasan

Tahap Yuridis :

Penyusunan bahan ke dalam

PROSES ADAPTIF (EKONOMI)

ORGANISASI YANG EFISIEN

PROSES PENCARIAN

TUJUAN (POLITIK)

PROSES

MEMPERTAHANKAN POLA (BUDAYA)

KEADILAN

LEGITIMASI DAN KONKRETISASI

TUJUAN MASY HUKUM

(MENGINTEGRASIKAN, MENGKOORDINASIKAN)

A S U P A N K E L U A RA N

C. BREDEMEIER

Tatanan Normatif Masyarakat

Masyarakat Penyelenggaraan dan Penegakan Hukum

Primary Rules of Obligation

1. Komuniti kecil

2. Didasarkan pada ikatan

kekerabatan

3. Memiliki kepercayaan

dan sentimen umum

4. Berada di tengah

lingkungan yang stabil

1. Tidak mengenal peraturan

terperinci

2. Hanya mengenal standar

tingkah laku

3. Tidak ada diferensiasi dan

spesialisasi badan-badan penegak hukum

Secondary Rules of Obligation

Mempunyai kehidupan terbuka, luas dan

kompleks

Terdapat diferensiasi dan institusionalisasi pekerjaan hukum berupa:

 Rules of recognition

 Rules of change

 Rules of adjudication

PENGORGANISASIAN MASYARAKAT DAN

PERKEMBANGAN HUKUM

Pengorganisasian Masyarakat: Tiga Tipe Dasar Kekuasaan yang Sah

Perkembangan

Penyelenggaraan Hukum

1. Kekuasaan Kharismatis

2. Kekuasaan Tradisional

3. Kekuasan Sekular

4. Kekuasaan Rasional

1. Pengadaan hukum melalui pewahyuan oleh

“law prophets”

2. Pengadaan hukum secara empiris, oleh

Kautelajuristen.

3. Pengadaan hukum melalui pembebanan “dari atas”, yaitu oleh kekuatan sekular atau teknokratis.

MATRIKS ATAS DASAR DIKHOTOMI HART

TATANAN NORMATIF MASYARAKAT

MASYARAKATNYA PENYELENGGARAAN DAN PENEGAKAN HUKUMNYA

“Primary rules of obligation”

1.Komuniti kecil

2.Didasarkan pada ikatan kekerabatan

3.Memiliki kepercayaan dan sentimen umum

4.Berada di tengah-tengah lingkungan yang stabil

1.Tidak mengenal peraturan terperinci

2.Hanya mengenal standar tingkah laku

3.Tidak ada diferensialisasi dan spesialisasi badan-badan

penegak hukum

“Secondary rules of obligation”

Mempunyai kehidupan

terbuka, luas dan kompleks

Terdapat diferensiasi dan institusionalisasi pekerjaan hukum, berupa:

1. “rules of recognition”

2. “rules of change”

PENGADILAN SEBAGAI SISTEM MASUKAN-KELUARAN

YANG TERBUKA

(Rahardjo, 1979:133)

Lingkungan Ekonomi & Teknologi Sumber- Sumber Ekonomi Teknologi Pengetahuan Masukan Pengelolaan Sistem Transformasi Manusia Teknologi Informasi Struktur Tujuan Kepegawaian Peraturan- Peraturan Anggaran Belanja Sarana Fisik Peralatan

MODEL SISTEMIK ADMINISTRASI PERADILAN (Rahardjo, 1979:139)

1. Kejahatan a) Dilaporkan b) Tak dila- porkan

M A S Y A R A K A T

K e p o l i s i a n K e j a k s a s a a n P e n g a d i l a n Lemb. Pemasy. Konversi Sistemik Pema- sukan Sis- temik Pena- hanan kem- bali Umpan Balik Sistem ik Pe- nye- rah- an Pe- nun- tut- an Peng- hu- kum- an Penge- luaran Sis- temik - Peme- nuhan hukum- an - Kema- tian - Peng- ampun- an Penin- dakan Oleh Hukum Residi- visme Gu- gat Per- data Umpan balik Sistemik 2. Perkara

Perdata

Tidak diteruskan

Tidak diteruskan

Dibebaskan

UNSUR-UNSUR UNTUK ANALISIS SISTEM DALAM

PROSES PERADILAN

•

BAHAN-BAHAN

•

KEBIJAKAN YANG DIPILIH

•

CIRI SOSIAL DARI PRIBADI HAKIM

•

SOSIALISASI PROFESIONAL HAKIM

•

KENDALA KEADAAN

•

KENDALA ORGANISASI

TALCOTT PARSONS

Sub–sub Sistem

Fungsi–fungsi Primernya

Arus–arus Informasi dan Energi

Budaya

Sosial

Politik

Ekonomi

Mempertahankan Pola

Integrasi

Mengejar Tujuan

Adaptasi

Tingkat Informasi Tinggi (Kontrol)

Hirarki faktor- Hirarki faktor- faktor yang mengkon- faktor yang disikan. Mengontrol

Tingkat energi tinggi (Kondisi)

TARIKAN TERHADAP HUKUM

KE DUA ARAH YANG BERBEDA

DUNIA NILAI-NILAI

Ide, Nilai,

Keadilan

H U K U M

Pengaturan Hubungan antar Manusia Pengalokasian Sumber-Sumber Daya

ALIRAN TEORI INTERAKSIONISME

SIMBOLIK

1. Manusia berbuat ke arah sesuatu atas dasar makna yang melekat pada sesuatu itu.

2. Makna sesuatu berkembang dari atau melalui interaksi antar manusia dalam kehidupan sehari-hari (perkembangan budaya sebagai “shared system of meanings”).

3. Untuk mempelajari atau memahami tingkah laku manusia kita harus mempedulikan sistem makna sebagaimana yang diacu oleh manusia pelaku yang sedang dipelajari

4. Tanpa memperhatikan sistem makna tersebut kita tidak akan memahami fenomena sosial, budaya dan tingkah laku manusia secara benar dan utuh.

ALIRAN TEORI FENOMENOLOGI

1. Fenomenologi semula merupakan ajaran tentang metode filsafat – berasal dari Edmund Hussert. Dalam sosiologi, tonggak aliran teori ini diletakkan oleh Max Weber  metode “Verstehen” (penghayatan, pemahaman interpretatif), dalam upaya memahami tingkah laku manusia.

2. Tingkah laku manusia yang tampak merupakan konsekuensi–konsekuensi dari sejumlah pandang-an yang bekerja di kepala manusia, pelakunya yang merespon secara eksoplant.

3. Realitas bersifat subyektif interpretif dan tampak melalui penghayatan/metode “Verstehen”. Sheler; sebagai pengalaman fenomenologis.

ALIRAN TEORI BUDAYA

1. Kelompok manusia di dunia menampilkan berbagai variasi – pola kegiatan ekonomi, perkawinan, dan seterusnya – merupakan hasil-hasil budaya yang mengakar kuat sebagai sistem budaya.

2. Sistem budaya merupakan pengetahuan yang oleh warga masyarakatnya digunakan untuk menafsirkan pengalaman dan mengembangkan tingkah laku sosial.

3. Apa yang diperoleh/dipelajari melalui proses – mempelajari, mengamati, mendengarkan, membuat inferensi-inferensi tertentu – proses ini dipermudah karena manusia mempunyai kemampuan berbahasa dan mengabstraksi – bagian dari kepribadian seseorang yang sebagian terekspresi secara eksplisit, sebagian lain tersimpan (tacit knowledge).

4. Untuk memahami tingkah laku manusia – disamping observasi tingkah laku perlu melacak lebih jauh untuk mengetahui makna dibalik tingkah laku dimaksud (inner behavior_{), holistik,}

THREE TYPES OF LAW

REPRESSIVE LAW

ENDS OF LAW Order

LEGITIMACY Social defense and raison d’etat

RULES Crude and detailed but only weakly binding on rule makers

REASONING Ad hoc; expedient and particularistic DISCRETION Pervasive; opportunistic

COERCION Extensive; weakly restrained

MORALITY Communal morality; legal moralism; “morality of constraint”

POLITICS Law subordinated to power politics EXPECTATION OF

OBEDIENCE

Unconditional; disobedience perse punished as defiance

PARTICIPATION Submissive compliance; criticism as disloyalty

THREE TYPES OF LAW

AUTONOMOUS LAW

ENDS OF LAW Legitimation

LEGITIMACY Procedural fairness

RULES Elaborate; held to bind rulers as well as ruled

REASONING Strict adherence to legal authority; vulnerable to formalism and legalism

DISCRETION Confined by rules; narrow delegation

COERCION Controlled by legal restraints

MORALITY Institutional morality; i,e., pre-occupied with the integrity of legal process

POLITICS Law “independent” of politics; separation of powers

EXPECTATION OF OBEDIENCE

Legally justified rule departures, e.g., to test validity of statutes or orders

PARTICIPATION Access limited by established procedures; emergence of legal criticism

THREE TYPES OF LAW

RESPONSIVE LAW

ENDS OF LAW Competence

LEGITIMACY Substantive justice

RULES Subordinated to principle and policy

REASONING Purposive; enlargement of cognitive competence

DISCRETION Expanded, but accountable to purpose

COERCION Positive search for alternatives, e.g., incentives, self-sustaining systems of obligations

MORALITY Civil morality; “morality of cooperation”

POLITICS Legal and political aspirations integrated; blending of powers

EXPECTATION OF OBEDIENCE

Disobedience assessed in light of substantive harms; perceived as raising issues of legitimacy

PARTICIPATION Access enlarged by integration of legal and social advocacy

THREE TYPES OF FORMAL

ORGANIZATION

PREBUREAUCRATIC

PURPOSE Particularistic; confusion of private interests and public responsibilities

AUTHORITY Traditional, charismatic, unstructured RULES Unsystematic

DECISION MAKING

Ad hoc; subject to whims of one man rule and to uncontrolled actions by subordinates

CAREERS Unstable, nonprofessional; offices available for sale or as part time prizes for elites

THREE TYPES OF FORMAL

ORGANIZATION

BUREAUCRATIC

PURPOSE Explicit, fixed, public; identified by assigned jurisdiction

AUTHORITY Hierarchically subdivided spheres of competence;

communication “through channels”; formal rationality

RULES Codified; blueprints for action; focus on administrative regularity

DECISION MAKING

Systematic; routinized; limited delegation; assumption of stable social world composed of elements readily classified and made subject to rules

CAREERS The official as full-time professional committed to the

organization; no personal constituency; appointment based on merit; emphasis on seniority and tenure

THREE TYPES OF FORMAL

ORGANIZATION

POSTBUREAUCRATIC

PURPOSE

Mission-oriented; flexible

AUTHORITY

Team and task force organization; open communication;

diffusion of authority; substantive rationality

RULES

Subordinated to purpose, avoidance of rule-boundedness

DECISION

MAKING

Participatory; problem-centered; broad delegation;

assumption of environment of shifting requirements and opportunities

CAREERS

Multiple and temporary affiliations; involvement through

subcontracting; experts have autonomous professional base

“ MARC GALANTER”

HUKUM MODERN antara lain:



Bentuk tertulis



Berlaku diseluruh wilayah negara



Peraturannya bersifat uniform



Bersifat teritorial



Sebagai sarana yang dipakai secara

I. FEODALISME

“IKATAN PRIBADI”

TUAN ABDI

BENEFICIUM : PEMBERIAN HAH-HAK BERUPA TANAH

KERANGKA SISTEM PERATURAN ATAS TANAH

I I . STÄN DESTAAT:

- LAHIRNYA SISTEM PENGORGANISASIAN MASYARAKAT YANG BARU - ACUAN TERITORIAL

- PENGUASA – STANDE: PENDUDUK YANG MEMPUNYAI STATUS SAMA

PEMBUATAN HUKUM – “DUALISTIK” PERKEMBANGAN

NEGARA – NEGARA

PENGUASA – KEKUASAAN MUTLAK

I I I . TAH AP ABSOLUT – DALAM KEH I DUPAN H UKUM DAN KEN EGARAAN

I V. MASYARAKAT SI PI L

KEL. BORJUASI – KOMPETISI EKUILIBRIUM

HUKUM MODERN

(TRANSFORMASI NILAI DAN SOSIAL)

XIX

XV XVIII

VIII - XV

XVII XX

CITY STATES STANDE STAAT

ABSOLUTISME CONST. STATE

BUREAUCRATIC LAW HUKUM MODERN

RULE OF LAW

FEODAL SYSTEM OF RULES FEODALISME

VOC KOLONI RI

MASYARAKAT (SOSIAL – POLITIK) HUKUM INDONESIA

PERUBAHAN BASIS HUKUM

– XVIII XVIII – XX XXI

COMMUNITY NEGARA GLOBALISASI

SOCIAL COMMUNITY OF STATES COMMUNITY OF INTEREST

BODERLESS WORLD

DOMESTIK/NATIONAL LAW

BODERLESS WORLD

SOSIOLOGIS INTERNATIONAL LAW TRANSNATIONAL PRACTICE

SUMBER HUKUM TRANSNATIONAL

CORPORATION

RELATIVISME TRANSNATIONAL CAPITALIST

KEDAULATAN CLASS

YURIDIS TRANSNASIONAL

INFORMATION

HUKUM

LEMBAGA

IDE, TUJUAN, NILAI

MASYARAKAT (SEBAGAI INSTRUMEN)

– SUMBER DAYA – MANUSIA – FASILITAS _{– TEKNIK – DANA} – PERATURAN – DLL

MENGKOMUNIKASIKAN MENGKOORDINASIKAN MENGITEGRASIKAN



MONITORING, PENGAWASAN

GABUNGAN TINDAKAN RENCANA SUATU PROGRAM MOBILITAS

STRUKTUR, BIAYA, DLL.

HUKUM

ABSTRAK

IDE – IDE

NILAI – NILAI

KONSEP – KONSEP

PROSES _DIWUJUDKAN

1. MANUSIA

– PEMBUAT UU

– PENEGAK HUKUM/ BIROKRASI

– PEMEGANG PERAN

2. STRUKTUR MASYARAKAT 3. LEMBAGA/ORGANISASI

METODA: BERUSAHA MEMBERIKAN

 PENJELASAN BAGAIMANA DAN MENGAPA PROSES PENEGAKAN HUKUM TERJADI SEPERTI YANG KITA LAKUKAN 

“INTERPRETATIVE (WEBER) UNDERSTANDINGVERSTEHEN”

 PROSES – PROSES DIKAITKAN TINGKAH LAKU SOSIAL MANUSIA  DIDISIPLINKAN OLEH:

– PATOKAN–PATOKAN

PROSES

PELEMBAGAAN

EFEKTIVITAS MENANAMKAN UNSUR-UNSUR BARU

KEKUATAN YANG MENENTANG DARI MASYARAKAT

KECEPATAN MENANAMKAN UNSUR-UNSUR YANG BARU

KOMPONEN SISTEM HUKUM

1.

STRUKTUR

2.

SUBSTANSI

KOMPONEN KULTUR HUKUM

1. “INTERNAL LEGAL CULTURE”

- (LAWYERS – JUDGES)

2. “EXTERNAL LEGAL CULTURE”

- (MASYARAKAT PADA UMUMNYA)

KONSEP KESADARAN HUKUM MERUPAKAN KOMPONEN