1.1Latar Belakang Masalah
Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam organisasi. Hal
ini dikarenakan sumber daya manusia merupakan orang yang menggerakan
organisasi, sehingga berhasil tidaknya organisasi tergantung pada sumber daya
manusia yang ada di dalam organisasi tersebut.
Begitu pula dalam dunia pendidikan, dalam meningkatkan mutu
pendidikan maka diperlukan adanya pendidik yang berkualitas. Mutu pendidikan
dapat dilihat dari kesanggupan sekolah dalam mencetak siswa-siswi yang
berkualitas. Oleh sebab itu diperlukan kesiapan baik dari segi kuantitas maupun
mutu dari pendidik. Hal ini disebabkan pendidik merupakan orang yang langsung
berinteraksi dengan peserta didik di sekolah.
SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan sekolah kejuruan yang
salah satu tujuannya adalah mampu mencetak siswa-siswi yang siap bekerja. Agar
tujuan sekolah dapat tercapai dengan efektif, maka diperlukan kecakapan dari
pendidik dalam melaksanakan semua proses pembelajaran. Baik dalam hal
perencanaan, pelaksanaan hingga evaluasi pembelajaran. Sehingga bila ketiga
proses pembelajaran tersebut dapat terealisasikan dengan baik, diharapkan mampu
menghasilkan hasil belajar yang efektif pula. Hal ini sejalan dengan pendapat dari
Abd. Rahman dalam jurnal Administrasi Pendidikan bahwa:
“Peningkatan disiplin guru dalam melaksanakan tugas sangat penting artinya bagi kelancaran dan keberhasilan sekolah dalam mencapai tujuannya. Tanpa adanya disiplin yang tinggi dalam melaksanakan tugas, tidak mungkin pelaksanaan proses belajar mengajar di sekolah dapat berjalan dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan”.
Dalam merealisasikan proses pembelajaran yang efektif diperlukan adanya
kesadaran guru untuk berperilaku disiplin dalam bekerja. Baik dalam ketepatan
waktu penyelesaian tugas maupun dari kesesuaian tugas tersebut dengan prosedur
Disiplin yang dimaksud adalah disiplin terhadap waktu kerja, disiplin
dalam memberikan pelayanan dari guru kepada siswanya dan disiplin dalam
mentaati peraturan yang berlaku serta memiliki etika kerja yang baik. Tanpa
adanya disiplin yang baik, maka akan sulit bagi sekolah untuk mendapatkan hasil
yang optimal dalam mewujudkan tujuannya. Sehingga bila setiap guru mampu
menumbuhkembangkan perilaku disiplin, maka guru akan bekerja sesuai dengan
standar dan prosedur yang telah ditetapkan di sekolah, sesuai pula dengan aturan
kerja yang ada selain itu juga memiliki kesediaan yang tinggi serta memiliki etika
kerja yang baik.
Berkaitan dengan perilaku disiplin kerja guru, dewasa ini muncul beberapa
fenomena dalam organisasi, salah satunya adalah menurunnya disiplin kerja.
Indikasinya tercermin dari adanya penurunan frekuensi kehadiran, ketaatan pada
standar dan ketaatan pada peraturan kerja yang masih belum sesuai dengan apa
yang diharapkan bagi organisasi. Hal tersebut juga terjadi pada guru di SMK
PGRI 2 Cimahi karena sekolah ini diduga masih memiliki disiplin kerja yang
masih belum optimal.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan Ir. M. Danny
Ramdhani selaku salah satu guru sekaligus staf tata usaha di SMK PGRI 2 Cimahi
pada tanggal 3 Januari 2015 mengenai permasalahan disiplin kerja yang ada di
sekolah, bahwa fenomena yang terjadi di SMK PGRI 2 Cimahi diantaranya:
1. Masih adanya guru datang terlambat ke sekolah terutama di hari Senin
sehingga kewajiban guru untuk mengikuti jalannya upacara bendera tidak bisa
dilaksanakan. Bahkan pada saat kegiatan UAS dan UTSpun masih ada guru
yang datang terlambat.
2. Masih adanya guru yang terlambat masuk ke dalam kelas padahal sesuai
peraturan guru yang akan mengajar diwajibkan sudah datang dan berada di
dalam kelas 10 menit sebelum pembelajaran berlangsung. Terkadang ada
beberapa guru yang sudah mengakhiri jam pembelajaran (pulang lebih awal)
padahal jam pembelajaran belum selesai.
3. Masih adanya guru yang berhalangan hadir di kelas namun tidak memberikan
4. Masih ada guru yang datang mengisi absensi namun tidak masuk ke dalam
kelas untuk mengajar serta tidak pula memberikan tugas kepada siswa.
5. Target kurikulum pendidikan sekolah yang belum tercapai dengan optimal.
6. Dalam hal penyusunan RPP masih adanya guru yang membuat RPP dengan
format yang masih terdahulu padahal format RPP yang terbaru sudah ada,
selain itu tingkat kesesuaian RPP guru dengan pelaksanaan pembelajaran di
kelas hasilnya relatif masih ada yang belum sesuai dengan prakteknya.
7. Dalam penggunaan media pembelajaran guru hanya menggunakan papan tulis
sebagai media pembelajaran tidak menggunakan media lainnya.
8. Masih belum optimal dalam mengerjakan pekerjaannya, seperti pembuatan
program tahunan ataupun program semester sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan. Sehingga pada saat tugas tersebut sudah mencapai waktu deadline,
maka hasil pekerjaan guru tersebut masih belum dapat diserahkan.
Merujuk pada uraian di atas maka, hal tersebut menunjukkan bahwa masih
belum optimalnya disiplin kerja yang dimiliki oleh guru di SMK PGRI 2 Cimahi.
Hal ini diperkuat oleh data yang telah penulis peroleh di SMK PGRI 2 Cimahi
yang dapat dilihat dari persentase data kehadiran guru selama kurun waktu lima
tahun yaitu sebagai berikut:
Gambar 1.1
Data Kehadiran Guru SMK PGRI 2 Cimahi Tahun Ajaran 2009/2010-2013/2014
Dari data kehadiran tersebut dapat dilihat bahwa kehadiran guru pada
tahun ajaran 2009/2010 sebesar 92% sehingga jumlah ketidakhadiran guru pada
tahun ajaran 2009/2010 sebesar 8%. Sedangkan pada tahun ajaran 2010/2011
persentase kehadiran guru menurun sebesar 3% menjadi 89% dan jumlah
ketidakhadiran meningkat menjadi 11%. Pada tahun ajaran 2011/2012 jumlah
kehadiran mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 2% sehingga
persentase kehadiran guru pada tahun ajaran 2011/2012 ini sebesar 91% dan
jumlah ketidakhadiran guru menjadi 9%. Tahun 2012/2013 jumlah kehadiran
mengalami penurunan kembali dari tahun sebelumnya yaitu sebesar 6% sehingga
persentase kehadiran menjadi 85% dan ketidakhadiran sebesar 15%. Serta pada
tahun ajaran 2013/2014 jumlah kehadiran guru meningkat sebesar 5% dari tahun
sebelumnya menjadi 90%.
Berdasarkan analisis data kehadiran tersebut dapat disimpulkan bahwa
jumlah kehadiran yang paling tinggi terdapat pada tahun ajaran 2009/2010 yaitu
sebanyak 92% sedangkan data kehadiran guru paling rendah berada pada tahun
ajaran 2012/2013 yaitu hanya 85%.
Data kehadiran tersebut terkadang tidak sesuai dengan kenyataan di
lapangan sehingga data kehadiran ini dapat dikatakan tidaklah mutlak. Hal ini
dikarenakan terkadang masih saja ada beberapa guru yang berperilaku tidak jujur
dalam bekerja. Seperti masih ada guru yang sudah tercatat hadir dalam data
absensi, tetapi pada saat guru yang bersangkutan tersebut seharusnya mengajar
kenyataannya tidak berada di kelas serta tidak memberikan tugas kepada siswa.
Akibatnya, banyak siswa yang berkeliaran di luar kelas dan mengganggu kelas
lain yang sedang belajar. Sehingga dapat dikatakan tingkat kedisiplinan di SMK
PGRI 2 Cimahi masih cukup rendah.
Adapun data lain yang relevan dalam mengetahui tingkat disiplin kerja
guru yaitu data kinerja guru. Dalam data kinerja terdapat beberapa aspek yang
menjadi acuan penilaian, yang di kelompokan berdasarkan komponen penilaian
kinerja guru. Adapun penjabaran dari aspek penilaian kinerja guru yang dilihat
Tabel 1.1
Aspek Penilaian Kinerja Guru
No Komponen Aspek yang Dinilai
1 Perencanaan Pembelajaran 1. Merumuskan silabus dan RPP dengan indikator 2. Memperbaiki silabus dan RPP 2 Pelaksanaan Pembelajaran 1. Kehadiran melaksanakan tugas
2. Menggunakan RPP
3. Menggunakan sumber beiajar yang variatif 4. Melakukan kegiatan pendahuluan
5. Penyampaian konsep materi sesuai RPP
6. Menggunakan konsep dengan bahasa yang jelas 7. Menggunakan alat peraga
8. Mendayagunakan teknologi informasi
9. Menggunakan bahasa asing dalam pembelajaran 10. Membangun pengalaman peserta didik
11. Peserta didik aktif 12. Peserta didik interaktif 13. Melakukan penilaian proses
14. Membangun suasana kelas yang menyenangkan 15. Melaksanakan tes akhir kegiatan pembelajaran 16. Memenuhi target ketuntasan
17. Mendesain remidial dan pengayaan
18. Memiliki data penilaian hasil beiajar peserta didik
19. Memiliki catatan kehadiran peserta didik 20. Mendokumentasikan bukti keberhasilan beiajar
peserta didik 3 Evaluasi Pembelajaran 1. Panitia UN
2. Panitia Ulangan Umum 3. Panitia PSB
4. Menganalisis soal
Berikut ini adalah rekapitulasi penilaian kinerja guru di SMK PGRI 2
Cimahi dari tahun 2010 hingga tahun 2014:
Tabel 1.2
Rekapitulasi Kinerja Guru dalam Perencanaan Pembelajaran, Pelaksanaan Pembelajaran dan Evaluasi Pembelajaran
Sumber: Arsip Tata Usaha SMK PGRI 2 Cimahi
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa masih ada beberapa guru
yang mendapatkan penilaian kinerja dengan kategori cukup hingga kurang.
Adapun penurunan penilaian guru dalam kriteria baik yang terjadi secara
signifikan dalam komponen pelaksanaan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran
terjadi pada tahun 2013 dimana dalam komponen pelaksanaan pembelajaran
Guru dengan kategori baik masih mengalami fluktuasi disetiap tahunnya
baik dalam komponen perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran
maupun evaluasi pembelajaran. Adapun penilaian kinerja guru dalam komponen
perencanaan pembelajaran yang mendapatkan kategori cukup tertinggi terdapat
pada tahun 2013 sebanyak 19 guru atau sebesar 35%, sedangkan kategori cukup
terendah terdapat pada tahun 2014 dengan jumlah guru sebanyak 12 orang atau
sebesar 30%. Selain itu guru yang mendapatkan kategori kurang tertinggi terdapat
pada tahun 2013 yaitu sebanyak 6 orang atau sebesar 11%, sedangkan skor
terendah terdapat pada tahun 2011 dan 2012 karena tidak ada guru yang
mendapatkan kategori kurang.
Sedangkan penilaian kinerja guru dalam komponen pelaksanaan
pembelajaran dengan kategori cukup tertinggi terdapat pada tahun 2013 yaitu
sebanyak 21 orang guru atau sebesar 29%, sedangkan terendah terdapat pada
tahun 2014 yaitu sebanyak 9 orang guru atau sebesar 16%. Selain itu penilaian
kinerja guru dengan kategori kurang tertinggi terdapat pada tahun 2014 taitu
sebanyak 3 orang guru atau sebesar 5% dan kategori terendah terdapat pada tahun
2010 hingga 2013 karena tidak ada guru yang mendapat kategori kurang.
Penilaian kinerja guru dalam komponen evaluasi pembelajaran dengan
kategori cukup tertinggi terdapat pada tahun 2013 yaitu sebanyak 35 orang guru
atau sebesar 64%, sedangkan terendah terdapat pada tahun 2010 yaitu sebanyak
33 orang dengan persentase sebesar 61%. Selanjutnya penilaian kinerja dengan
kategori kurang tertinggi terdapat pada tahun 2010 yaitu sebanyak 9 orang atau
sebesar 17%, sedangkan kriteria terendah terdapat pada tahun 2011 yaitu
sebanyak 2 orang atau sebesar 4%.
Sehingga berdasarkan pemaparan dari analisis data di atas dapat
disimpulkan bahwa penilaian kinerja “baik” tertinggi terdapat pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran. Sementara itu, penilaian kinerja “baik” terendah terdapat pada kegiatan evaluasi pembelajaran. Hal ini menunjukkan kinerja guru
guru seharusnya lebih memperhatikan kembali dan memaksimalkan perencanaan
pembelajaran serta merelalisasikannya dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran,
sehingga penilaian evaluasi guru dapat menjadi lebih baik.
Fenomena demikian dapat diartikan bahwa disiplin kerja yang telah
dilaksanakan masih belum efektif. Sehingga perlu dilakukan evaluasi kepada guru
secara keseluruhan serta perlu adanya pendekatan perilaku organisasi tertentu
dalam rangka meningkatkan disiplin kerjanya.
Disiplin kerja yang dimiliki guru tidak tumbuh begitu saja tetapi terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhinya. Sehingga untuk dapat meningkatkan
disiplin kerja guru, kita harus mengetahui terlebih dahulu faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi disiplin kerja. Disiplin kerja dapat dikatakan baik apabila
setiap guru dapat bekerja sesuai dengan peraturan yang berlaku sehingga
dimungkinkan tujuan organisasi dapat tercapai dengan efektif dan efisien. Oleh
sebab itu, penting bagi suatu sekolah memberikan perhatian lebih kepada gurunya
mengingat tantangan dunia pendidikan untuk menghasilkan kualitas sumber daya
manusia yang mampu bersaing diera globalisasi semakin ketat.
1.2Identifikasi dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diketahui bahwa fokus kajian
utama dalam penelitian ini yaitu mengenai tingkat disiplin kerja guru yang masih
belum efektif di SMK PGRI 2 Cimahi. Disiplin kerja ini haruslah mendapatkan
perhatian yang cukup serius dari semua elemen sekolah, karena bila disiplin kerja
guru kurang baik maka akan berdampak pada tersendatnya tujuan dari sekolah.
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi disiplin kerja pegawai.
Berikut ini adalah pendapat dari Gouzali Saydam (2005:291) yang
mengemukakan mengenai hal-hal yang dapat mempengaruhi disiplin kerja
pegawai diantaranya adalah:
1. Besar kecilnya pemberian kompensasi
2. Ada tidaknya keteladanan pemimpin dalam organisasi
4. Keberanian pemimpin dalam mengambil keputusan
5. Ada tidaknya pengawasan pemimpin
6. Ada tidaknya perhatian kepada para pegawai
7. Diciptakan kebiasaan-kebiasaan yang menduukung tegakya disiplin.
Berdasarkan pada pendapat yang dikemukakan di atas, dapat dilihat bahwa
salah satu hal yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai diantaranya adalah besar
kecilnya pemberian kompensasi. Dalam penelitian ini, diduga salah satu faktor
dominan yang mempengaruhi disiplin kerja pegawai di SMK PGRI 2 Cimahi ini
adalah besar kecilnya pemberian kompensasi. Hal ini sejalan dengan pendapat
dari Alex S. Nitisemito (1988:201) yang mengemukakan bahwa:
“Antara kedisiplinan dan kesejahteraan mempunyai hubungan yang sangat erat, hal ini berarti bagi suatu organisasi yang ingin meningkatkan kedisiplinan perlu meningkatkan kesejahteraan, terutama bilamana
kersejahteraan yang diberikan relatif masih terlalu rendah”.
Hal ini dapat dibuktikan dengan melakukan wawancara dengan pihak tata
usaha SMK PGRI 2 Cimahi yaitu bapak Ir. M. Danny Ramdhani yang
dilaksanakan pada tanggal 3 Januari 2015 bahwa masih ada beberapa guru yang
mengeluhkan mengenai kompensasi yang diterima oleh guru. Baik dari segi
waktu penerimaan kompensasi yang terkadang tidak sesuai dengan waktu yang
ditentukan dan juga dari segi nominal dari kompensasi yang diterima. Selain itu.
masih ada beberapa guru yang merasa tidak adil karena besaran atau nominal
kompensasi yang diterima oleh guru bisnis manajemen dengan guru farmasi
berbeda.
Adapun penjabaran dari kompensasi yang diterima oleh guru di SMK
PGRI 2 Cimahi. Kompensasi yang didapatkan diantaranya adalah upah mengajar
guru. Adapun ketentuan besaran kompensasi upah mengajar bagi jurusan Bisnis
Manajemen per jam yaitu sebesar Rp. 23.000,-/jam sedangkan bagi jurusan
farmasi sebesar Rp. 35.000,-/jam. Namun ketentuannya adalah upah hanya
dibayarkan dalam waktu mengajar seminggu saja. Misalnya saja guru A mengajar
selama 20 jam di jurusan bisnis manajemen serta mengajar 4 jam di jurusan
Rp.500.000,- + Rp. 140.000,- = Rp.640.000,-. Upah sebesar Rp.640.000,- ini,
adalah upah mengajar guru A selama sebulan.
Penulis juga menyajikan data tunjangan atau rutin di SMK PGRI 2 Cimahi
diantaranya adalah:
Tabel 1.3
Data Tunjangan Rutin SMK PGRI 2 Cimahi
No Jabatan Besarnya kompensasi/bulan
1 Kepala Sekolah Rp. 2.500.000,-
1. Bisnis Manajemen Rp. 500.000,-
2. Farmasi Rp. 1.000.000,-
5
Wali Kelas:
1. Bisnis Manajemen Rp. 175.000,-
2. Farmasi Rp. 300.000,-
6 Kepala Lab untuk
Jurusan Bisnis Manajemen dan Farmasi Rp. 350.000,- s.d Rp. 1.500.000,- 7 Kepala Perpustakaan Rp. 175.000,-
8 Piket Rp. 200.000,-
Sumber: Tata Usaha SMK PGRI 2 Cimahi
Adapun insentif lain yang diberikan kepada seluruh guru diantaranya:
1. Membuat soal ulangan, baik soal untuk UTS maupun UAS.
Insentif yang diberikan untuk membuat soal yaitu bagi jurusan Bisnis
Manajemen adalah sebesar Rp. 35.000,-/mata pelajaran sedangkan bagi
jurusan Farmasi adalah sebesar Rp. 50.000,-/mata pelajaran. Namun misalnya
bila guru tersebut mengajar IT bagi jurusan Bisnis Manajemen serta jurusan
Farmasi maka guru tersebut akan mendapatkan insentif sebesar Rp.
85.000,-/mata pelajaran meskipun soal yang diberikan bagi kedua jurusan itu sama.
2. Mengawas ulangan baik UTS maupun UAS,
Insentif yang diberikan untuk mengawas UTS maupun UAS yaitu sebesar
3. Pemeriksaan Soal UTS maupun UAS,
Insentif yang diberikan untuk pemeriksaan soal bagi jurusan Bisnis
Manajemen adalah sebesar Rp. 500,-/siswa sedangkan bagi jurusan Farmasi
adalah sebesar Rp. 800,-/siswa.
4. Menjadi panitia UTS maupun UAS,
Insentif yang diberikan bila menjadi panitia UTS maupun UAS bila guru
tersebut menduduki jabatan struktural diperkirakan sebesar Rp. 800.000,-
hingga Rp. 1.200.000,- . Jabatan struktural yang di maksud seperti kepala
sekolah, sekretaris serta bendahara UTS maupun UAS. Sedangkan bagi
panitia lain seperti panitia yang bertugas untuk mengatur lembar jawab siswa
diberikan insentif minimal sebesar Rp. 420.000,-/guru tergantung pada tugas
apa yang diemban oleh guru yang bersangkutan. Selain itu, bagi pantia UTS
maupun UAS akan mendapatkan insentif berupa uang konsumsi dan
transportasi sebesar Rp. 15.000/hari.
Selain dari pada kompensasi yang telah disebutkan di atas, masih ada
kompensasi yang diterima guru di SMK PGRI 2 Cimahi baik Guru Tetap Yayasan
(GTY) maupun Guru Tidak Tetap (GTT) diantaranya adalah tunjangan hari raya
atau hari besar keagamaan. Adapun kompensasi non materil yang diberikan
kepada guru baik GTY maupun GTT diantaranya adalah penghargaan terhadap
pendidikan yang diikuti oleh guru, mendapatkan jaminan kesehatan yaitu BPJS,
memberikan seragam, mengadakan karyawisata, fasilitas sekolah, pemberian
kenaikan pangkat dan jabatan.
Kompensasi yang diterima guru di SMK PGRI 2 Cimahi dirasa masih
belum sesuai harapan guru, sehingga kompensasi ini harus mendapatkan perhatian
yang serius dari kepala sekolah. Kompensasi merupakan salah bentuk
penghargaan yang diberikan kepala sekolah kepada pegawainya. Sehingga saat
guru tersebut merasa puas dengan kompensasi yang didapatkan, maka akan
meningkatkan disiplin kerja guru. Hal ini dikarenakan adanya kesesuaian
Dari permasalahan yang telah dijabarkan, untuk meningkatkan disiplin
kerja guru di dalam suatu organisasi perlu melakukan suatu upaya dengan cara
mengefektifkan kompensasi yang ada di dalam organisasi tersebut. Sebab, bila
kompensasi yang diterima guru efektif, maka akan meningkatkan disiplin kerja
guru sehingga mutu pekerjaan yang dihasilkan baik.
Melihat dari pemaparan latar belakang masalah yang telah diuraikan,
penulis membatasi permasalahan pada ruang lingkup efektivitas kompensasi
terhadap tingkat disiplin kerja guru di SMK PGRI 2 Cimahi. Adapun
permasalahan utama dalam penelitian ini dapat dirumuskan ke dalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana gambaran efektifitas kompensasi pegawai di SMK PGRI 2
Cimahi?
2. Bagaimana gambaran tingkat disiplin kerja guru di SMK PGRI 2 Cimahi?
3. Adakah pengaruh kompensasi terhadap disiplin kerja guru di SMK PGRI 2
Cimahi?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujan untuk:
1. Untuk mengetahui gambaran efektifitas kompensasi pegawai di SMK
PGRI 2 Cimahi.
2. Untuk mengetahui gambaran tingkat disiplin kerja guru di SMK PGRI 2
Cimahi.
3. Untuk mengetahui adakah pengaruh kompensasi terhadap disiplin kerja
guru di SMK PGRI 2 Cimahi.
1.4Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
Untuk dapat dijadikan sebagai bahan kajian dan pengembangan teori
dalam disiplin ilmu Manajemen Sumber Daya Manusia. Selain itu,
diharapkan dapat memperluas wawasan dan pengetahuan yang berkaitan
2. Kegunaan Praktis
Hasil dari penenlitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan
masukan bagi sekolah sebagai bahan masukan dalam rangka menata dan membina
tenaga pendidik untuk lebih baik lagi dalam melaksanakan tugas keprofesiannya