• Tidak ada hasil yang ditemukan

SPKD Bab III 3 PERKOTAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SPKD Bab III 3 PERKOTAAN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

C. KLUSTER DESA PERKOTAAN

1. Gambaran Umum

Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi disebutkan,

bahwa Ibukota – Ibukota Kecamatan akan dijadikan sebagai pusat Layanan /

Fungsi Perkotaan. Data Desa Perkotaan ini sebagaimana tersebut tabel 3.3.1

dibawah :

Tabel 3.3.1

Data Desa Perkotaan Kabupaten Ngawi

No kecamatan desa/ kelurahan No kecamatan desa/ kelurahan

1 Sine Sine 21 Ngawi Ketanggi

14 Puhti 34 Kedunggalar Kedunggalar

15 Sawo 35 Jenggrik

16 Padas Padas 36 Kawu

17 Kedungprahu 37 Widodaren Walikukun

18 Kasreman Cangakan 38 Gendingan

19 Ngawi Beran 39 Mantingan Mantingan

20 Palem 40 Sambirejo

Jumlah Total Desa/Kel Perkotaan setelah di analisis = 40 desa perkotaan Sumber data :Dokumen RTRW Kab. Ngawi 2009 setelah diolah

Dari beberapa dokumen yang ada tentang kluster Desa Perkotaan,

diantaranya dokumen Rencana Tata ruang Wilayah Kabupaten Ngawi 2009,

dokumen Ngawi dalam Angka 2009, data Dinas Kehutanan 2009, dan tiga

landasan dasar Penelitian ini, tentang penentuan Kluster Wilayah di Kabupaten

Ngawi, yaitu berdasar Mata Pencaharian, Topografi dan Sosial Budaya

Masyarakat. Maka dapat dirumuskan bahwa Desa/Kelurahan yang masuk

dalam Kluster Desa Perkotaan terdapat 40 Desa/Kelurahan Perkotaan, yang

tersebar di beberapa Kecamatan di Kabupaten Ngawi. Selengkapnya lihat tabel

(2)

Beberapa kecamatan yang cenderung menjadi pusat pelayanan, yaitu :

Kecamatan Ngawi dan Kecamatan Paron yang akan melayani kecamatan Pitu,

Kedunggalar, Geneng, Kwadungan, Pangkur, Padas dan Kasreman. Beberapa

kecamatan menunjukkan perkembangan yang cukup besar, sehingga potensial

menjadi pusat pelayanan dalam cakupan Wilayah Pengembangan. Konsentrasi

kegiatan lebih terfokus pada beberapa perkotaan yang dominan, dan pelayanan

perkotaan ke seluruh wilayah berjalan kurang optimum.

Namun dari uraian diatas masih banyak kendala yang perlu segera

ditangani, antara lain : Infrastruktur permukiman belum sepenuhnya

menjangkau kawasan permukiman dimana jaringan jalan yang ada kurang

memadai. Pengembangan secara berhirarkis Daerah perkotaan akan mendorong

keseimbangan pengembangan wilayah dalam skala kabupaten, yaitu :

a. Pusat Kabupaten diarahkan berada di Wilayah Pengembangan Ngawi yang

meliputi : Kecamatan Geneng, Ngawi, Paron, Kwadungan, dan Gerih. Sedangkan

fungsi kegiatan yaitu pertanian, perindustrian, pariwisata, peternakan, dan

perhubungan.

b. Wilayah pengembangan Karangjati yang meliputi : Kecamatan Padas, Bringin,

Karangjati, Pangkur, dan Kasreman. Dengan fungsi kegiatan sebagai perindustrian,

pertanian, perkebunan, pariwisata, peternakan, dan perhubungan.

c. Wilayah pengembangan Widodaren yang meliputi Kecamatan Kedunggalar, Pitu,

Widodaren, Mantingan, dan Karangayar. Adapun fungsi kegiatan sebagai

pertanian, perindustrian, peternakan, pariwisata, dan perhubungan.

d. Wilayah pengembangan Ngrambe yang meliputi Kecamatan Ngrambe, Jogorogo,

Kendal, dan Sine. Dengan fungsi kegiatan sebagai pertanian, perkebunan,

perindustrian, pariwisata, dan perhubungan.

Adanya pengembangan Kawasan Agropolitan yang dalam Dokumen

Revisi Master Plan pengembangan Kawasan Agropolitan dimana Pusat

Pengembangannya berada di Wilayah Kecamatan Ngrambe, yang didukung

potensi wilayah Kecamatan Sekitarnya (Kendal, Jogorogo, Sine) sehingga

Perkotaan Ngawi sebagai ibukota kabupaten, dan perkotaan Ibukota kecamatan

lainnya khususnya Paron, Geneng, Kedunggalar dan Widodaren yang memiliki

(3)

Setiap Wilayah pengembangan memiliki potensi spesifik seperti

Kecamatan Paron untuk pertanian, perkebunan, peternakan, industri, dan

potensi lain yang akan mendorong perkembangan wilayah.

Setiap ibukota kecamatan dan pusat wilayah pengembangan memiliki

potensi mendorong dan melayani wilayah masing-masing. Pada beberapa

wilayah hinterland mempunyai keterbatasan aksesibilitas secara geografis dan

administrasi ke pusat pelayanan seperti di Kecamatan Pitu, Kecamatan

Karangannyar, Kecamatan Jogorogo, Kecamatan Kendal, Kecamatan Sine dan

Kecamatan Ngrambe. Interaksi antar wilayah sebagian kurang terstruktur

sehingga pusat pelayanan tidak terkonsentrasi pada kawasan perkotaan sebagai

pusat wilayah pengembangan.

Selain itu Pada beberapa kawasan perkotaan terdapat kesulitan :

1. mencari dan mengelola TPA/Tempat Pembuangan Akhir; Prasarana

sampah yang ada kurang memadai. Keberadaan TPS/Tempat Pembuangan

Sampah dianggap kurang karena lokasi TPS belum menyebar di setiap

kecamatan. Sampah Perkotaan Ngawi yang besar memerlukan penanganan

secara tersendiri.

2. Sumber-sumber air yang ada baik dari sungai maupun mata air belum

mendapat pengelolaan secara terpadu terutama untuk untuk memenuhi

kebutuhan air minum. Kurangnya pengelolaan air bersih dan

pendistribusiannya kepada masyarakat; serta Peraturan yang menyangkut

kelestarian sumber daya air yang ada di Kabuparen Ngawi masih kurang di

berlakukan.

3. Juga Sering terjadi banjir pada wilayah yang dilalui oleh Sungai Bengawan

Solo dan Kali Madiun yaitu Kecamatan Ngawi, Kecamatan Geneng,

Kecamatan Widodaren, Kecamatan Karangannyar, Kecamatan Mantingan,

Kecamatan Pangkur dan Kecamatan Kwadungan.

4. Banyak terjadi alih fungsi lahan khususnya sawah menjadi kawasan

terbangun, yang berarti bahwa semakin berkurangnya lahan pertanian.

Gambaran umum perkotaan di Kabupaten Ngawi tersebut sesuai dengan

berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang terekspresikan

(4)

2. Isu Kluster:

a. Pendidikan:

1) Pendapatan rendah menyebabkan masyarakat miskin tidak mempunyai

biaya untuk pendidikan

2) Masyarakat berpendapat bahwa sekolah tidak bisa menjamin seseorang

untuk bisa bekerja

b. Pertanian/Mata Pencaharian:

1) Biaya produksi pertanian tinggi

2) Rusaknya sistem pengairan yang ada karena kurangnya perawatan,

sehingga petani harus mengeluarkan biaya lebih tinggi untuk pengairan

pertanian

c. Ekonomi:

1) Pendapatan masyarakat masih sangat rendah, di karenakan sempitnya

lapangan pekerjaan

2) Masyarakat miskin tidak memiliki modal dan ketrampilan yang cukup

untuk membuka usaha

3) Banyaknya jumlah anggota keluarga masyarakat miskin menyebabkan

besarnya biaya hidup sehingga memaksa masyarakat miskin untuk

hutang

d. Kesehatan:

1) Pada umumnya masyarakat miskin tidak mampu berobat ke dokter

karena keterbatasan biaya, apabila sakit hanya berobat ke puskesmas

dan mantri

2) Masyarakat enggan berobat ke Rumah Sakit Umum karena pelayanan

kurang memadai (Ngrambe)

Dari beberapa isu kluster tersebut diatas dan pertimbangan-pertimbangan

data statistik serta pendapat dari stakeholder lain pada tingkat kecamatan dan

kabupaten, maka terumuskan dua masalah mendasar dalam Kluster Perkotaan

(5)

3. Masalah Mendasar:

a. Rendahnya pendidikan masyarakat miskin perkotaan disebabkan oleh

ketidak mampuan dalam mengakses lembaga pendidikan diatas Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama. Karena pendapatan rendah dan mahalnya biaya

sekolah

b. Desa perkotaan lebih membutuhkan ketrampilan sedangkan sekolah belum

bisa menjawab kebutuhan tersebut

c. Hasil produksi pertanian rendah karena belum berfungsinya sistem irigasi

yang memadai, banyaknya hama, sering terjadinya bencana alam

d. Biaya produksi pertanian tinggi

e. Terbatasnya lapangan pekerjaan disebabkan karena rendahnya akses

masyarakat terhadap lembaga keuangan baik formal maupun non formal

sehingga tidak mampu menciptakan lapangan pekerjaan baru

f. Rendahnya akses masyarakat ke fasilitas kesehatan (Rumah Sakit) karena

biaya yang mahal dan pelayanan yang kurang memadai

g. Pendapatan masyarakat rendah di sebabkan pekerjaan yang tidak tetap(

serabutan) dan terbatasnnya lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan

masih banyaknya pengangguran, di tambah lagi tidak mempunyai lahan

pertanian atau warisan serta keterbatasan ketrampilan.

Untuk mengatasi permasalahan mendasar di Kluster Desa Perkotaan yang

menyebabkan masyarakat khususnya masyarakat miskin, maka digunakan

strategi terpilih berikut :

4. Strategi Terpilih:

a. Meningkatkan akses masyarakat miskin terhadap pendidikan dengan cara,

mengembangkan sekolah berbasis pemberdayaan potensi lokal, berbasis

kebutuhan pasar kerja, dan membebaskan biaya pendidikan khusus untuk

orang miskin

b. Menekan biaya produksi pertanian dengan mengembangkan pertanian input

rendah dengan cara melibatkan masyarakat petani dalam perencanaan dan

pelaksanaan serta pelembagaan penggunaan sarana produksi pertanian

berbasis teknologi semi organik maupun organic dengan memanfaatkan

(6)

c. Memperbaiki sarana prasarana Pasar- Pasar Desa dan Kecamatan.

d. Pencegahan bencana dengan cara menjalankan program one home one three

dan memelihara daerah resapan air serta memasyarakatkan Gerakan Sumur

Resapan.

e. Memperluas program-program pemberdayaan UMKM dengan cara

membentuk kelompok-kelompok usaha masyarakat dengan memberikan

modal usaha tanpa bunga menegmbangkan ketrampilan kewirausahaan.

f. Menekan angka pertumbuhan penduduk dengan cara memberikan

pemahaman tentang pentingnya keluarga berencana

g. Meningkatkan akses masyarakat dengan cara menambah dan meningkatkan

kwalitas pelayanan kesehatan yang ada (Polindes, Pustu, Puskesmas, dan

Rumah Sakit) serta membebaskan masyarakat miskin dari semua biaya

pengobatan

Strategi terpilih tersebut ditentukan melalui diskusi serial dengan

dinas-dinas terkait dan konsultasi public public digunakan untuk mencapai

tujuan-tujuan sebagai berikut :

5.Tujuan:

a. Meningkatnya akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar.

b. Menghilangkan komersialisasi dalam pelayanan dasar.

c. Meningkatnya ketrampilan masyarkat miskin

d. Terciptanya lapangan kerja baru

e. Meningkatnya kualitas Layanan dasar Pemerintah Kabupaten.

Tujuan-tujuan dari strategi tersebut diatas diverifikasi dengan capian-capaian

indikator-indikator sebagai berikut :

(7)

a. Tersedianya sarana dan prasarana Layanan Dasar bagi Masyarakat Miskin.

b. Terbangun dan terpeliharanya Infrastruktur Kawasan Perkotaan,

c. 80% keluarga miskin baik laki-laki maupun Perempuan dapat mengakses

pelatihan ketrampilan yang dilaksanakan pemerintah.

d. Adanya peraturan yang mengatur Standart Pelayanan Minimal/SPM pada

Layanan Dasar Pemerintah bagi Masyarakat, terutama masyarakat miskin.

e. Terciptanya lapangan kerja baru yang dikelola masyarakat yang

memenfaatkan tenaga kerja lokal.

f. Tersedianya Sarana prasarana Pasar-Pasar Desa dan Kecamatan yang

memadai

Untuk menyelesaikan semua permasalahan mendasar yang merupakan

penyebab kemiskinan diatas, maka diimplementasikan dalam bentuk program

dan kegiatan sebagai berikut :

Gambar

Tabel 3.3.1

Referensi

Dokumen terkait

merupakan variabel yang paling dominan dalam mempengaruhi keberhasilan pasien HIV/AIDS Metode, Tempat dan Waktu Penelitian 5 Setyo Adiningsih, Evi Iriani Natalia,

1) Proses penggilingan dimulai ketika daun teh yang berada di stasiun pelayuan sudah siap untuk digiling. Proses turunnya teh dari stasiun pelayuan ke stasiun

Pada bulan Januari sampai Juni 2015 di Puskesmas Pundong ditemukan jumlah ibu hamil yang berisiko dalam kehamilannya sebanyak 149 orang, Tujuan dari penelitian ini

OPTIMASI NAÏVE BAYES CLASSIFIER DENGAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA DATA IRIS.. Husin Muhamad 1 , Cahyo Adi Prasojo 2 , Nur Afifah Sugianto 3 , Listiya Surtiningsih 4

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapan kerja siswa memiliki peranan penting karena dengan kemampuan kesiapan kerja yang dimiliki

[r]

Kegiatan pengabdian Kerupuk Singkong Desa Sidowangi, Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang ini menghasilkan:1) Pelatihan introduksi teknologi pengolahan nata de cassava; 2)

dian dianalisis dengan teori yang relevan terkait struktur pertunjukan lakon, pola dan ragam jurus, unsur, fungsi dan analisis pengaruh aliran pencak silat di Jawa Barat