• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Dengan Pendekatan Regresi Logistik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Dengan Pendekatan Regresi Logistik"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi Dengan Pendekatan Regresi Logistik

Johan Budhiana Jb_budhiana@yahoo.co.id

ABSTRAK

Masalah yang menghinggapi remaja saat ini adalah masalah seksual pada remaja. Akibat perilaku seks remaja/seks bebas pada remaja antara lain Terjadinya kehamilan, aborsi, penyakit menular seksual. Banyak factor yang mempengaruhi terjadinya perilaku seksual dikalangan remaja. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi.

Perilaku seksual yaitu orientasi seksual seorang individu yang merupakan interaksi antara kedua unsur yang sulit dipisahkan, yaitu tingkah laku seksual dan tingkah laku gender. Tingkah laku seksual didasari oleh dorongan seksual untuk mencari dan memperoleh kepuasan seksual yaitu orgasmus. Tingkah laku gender adalah tingkah laku dengan konotasi maskulin atau feminim diluar tingkah laku seksual.

Jenis penelitian adalah korelasional. Populasi dalam penelitian ini adalah Seluruh Siswa Kelas X SMK PGRI 1 Kota Sukabumi dengan ukuran sampel 159 dan teknik pengambilan sampel dengan Cluster Sampling. Teknik pengumpulan data melalui kuisioner. Semua item dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Analisis data menggunakan teknik persentase dan regresi logistic biner.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh sikap remaja, peran keluarga, peran teman sebaya dan gaya hidup terhadap perilaku seksual remaja. Sedangkan untuk pengetahuan tantang kesehatan reproduksi dan sumber informasi menunjukkan tidak ada perngaruhnya terhadap perilaku seksual remaja.

Simpulan menunjukkan sikap remaja, peran keluarga, peran teman sebaya dan gaya hidup mempengaruhi perilaku seksual remaja. Disarankan untuk pihak sekolah dan puskesmas setempat melakukan kerjasama dalam upayan meningkatkan pengetahuan remaja tentang perilaku seksual.

(2)

Latar Belakang

Pembangunan kesehatan dimaksudkan salah satunya untuk terciptanya masyarakat yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat. Berdasarkan hal tersebut pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu pembangunan mutu Sumber daya manusia (SDM) diberbagai sektor (Depkes RI, 2010). Sasaran pembangunan tersebut difokuskan pada generasi muda atau remaja. Hal ini merupakan upaya yang strategis mengingat besarnya jumlah penduduk usia remaja, berbagai masalah yang menimpa remaja dan berperan sebagai generasi penerus bangsa.

Remaja mempunyai sifat yang unik, salah satunya adalah sifat ingin meniru sesuatu hal yang dilihat, kepada keadaan, serta lingkungan sekitarnya. (Kusmiran, 2012). Banyak sekali masalah yang menghinggapi remaja saat ini, salah satunya adalah masalah seksual pada remaja.

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis. Akibat perilaku seks remaja/seks bebas pada remaja antara lain Terjadinya KTD (Kehamilan yang Tidak Diinginkan) hingga tindakan aborsi, terjangkitnya penyakit menular seksual, resiko terkena kanker serviks dan HIV/AIDS, juga dampak psikologis seperti rasa bersalah, marah, sedih, menyesal, malu bahkan depresi.

Berdasarkan hasil survei Komnas Perlindungan Anak bekerja sama dengan Lembaga Perlindungan Anak (LPA) di 12 provinsi pada 2007 diperoleh pengakuan remaja mengenai seks bebas diantaranya sebanyak 62,7% anak SMP mengaku sudah tidak perawan, sebanyak 21,2% remaja SMA mengaku pernah melakukan aborsi (nusantaranews.wordpress.com). sedangkan kejadian di Kota Sukabumi terdapat angka kejadian seks pranikah sebanyak 24 kasus (Dinkes Kota Sukabumi, 2012).

Terjadinya perilaku seksual dikalangan remaja diantaranya diakibatkan dari sempitnya wawasan atau pengetahuan tentang pendidikan seks yang benar, peranan keluarga, sikap remaja terhadap seks bebas, peran teman sebaya, media informasi serta gaya hidup remaja itu sendiri..

SMK PGRI 1 Kota Sukabumi merupakan salah satu sekolah menengah kejuruan yang berada di Kota Sukabumi yang terdiri dari932 siswa antara lain 30% siswa laki-laki dan 70% siswa perempuan dari jumlah keseluruhan kelas X, XI dan XII.Pada prosesnya, di SMK PGRI 1 selalu ada siswa yang terlibat dengan masalah seks bebas dimana hal ini ditunjukkan oleh adanya kejadian kehamilan yang tidak diinginkan dan kasus-kasus lain yang merupakan salah satu bentuk dari perilaku seksual yang menyimpang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Kelas X Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi”.

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Faktor-faktor apa saja yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Kelas X di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi?”

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku seksual remaja kelas X di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi.

(3)

Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual pada remaja dapat dilihat pada Bagan berikut ini :

Bagan Kerangka Pemikiran

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja Kelas X Di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi

Hipotesis

Terdapat pengaruh parsial dan bersama pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, sikap remaja terhadap seks bebas, peran keluarga, peran teman sebaya, sumber informasi, gaya hidup, dan perilaku seksual remaja kelas X di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi.

Tinjauan Pustaka

Secara etimiologi, remaja berarti “tumbuh menjadi dewasa”. Definisi remaja (adolescence) menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) adalah periode usia antara 10 sampai 19 tahun, sedangkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebut kaum muda (youth) untuk usia antara 15 sampai 24 tahun (Kusmiran, 2012).

Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja merupakan suatu periode pematangan ogan reproduksi manusia, dan sering disebut masa pubertas. Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa (Widyastuti dkk, 2009).

Skinner, seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Dengan demikian perilaku manusia terjadi melalui proses: Stimulus  Organisme  Respons. Sehingga disebut teori “S-O-R” (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Sikap Terhadap Seks Bebas Perilaku Seksual remaja Peran Keluarga Sumber informasi Gaya Hidup Peran Teman Sebaya

(4)

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua : a. Perilaku tertutup (convert behavior)

Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus yang masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan.

b. Perilaku terbuka (overt behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka dan dapat diamati rang lain dari luar. Bentuk perilaku terbuka adalah bentuk tindakan nyata, kegiatan atau dalam bentuk praktik.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang

Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni factor perilaku (behavior causes) dan factor diluar perilaku (nonbehavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor.

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-saranan kesehatan.

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2010).

Perilaku seksual yaitu orientasi seksual dari seorang individu, yang merupakan interaksi antara kedua unsur yang sulit dipisahkan, yaitu tingkah laku seksual dan tingkah laku gender. Tingkah laku seksual didasari oleh dorongan seksual untuk mencari dan memperoleh kepuasan seksual yaitu orgasmus. Tingkah laku gender adalah tingkah laku dengan konotasi maskulin atau feminim diluar tingkah laku seksual (Kusmiran, 2012).

Perilaku seksual memiliki pengertian yang berbeda dengan aktivitas seksual dan hubungan seksual. Perilaku seksual sering ditanggapi sebagai hal yang berkonotasi negatif, padahal perilaku seksual ini sangat luas sifatnya. Perilaku seksual merupakan perilaku yang bertujuan untuk menarik perhatian lawan jenis. Contohnya antara lain mulai dari berdandan, mejeng, mengerlingkan mata, merayu, menggoda, bersiul. Aktivitas seksual adalah kegiatan yang dilakukan dalam upaya memenuhi dorongan seksual atau kegiatan mendapatkan kesenangan organ kelamin atau seksual melalui berbagai perilaku. Contoh perilakunya adalah berfantasi, masturbasi, menonton/membaca buku yang berisi informasi porno. Hubungan seksual adalah kontak seksual yang dilakukan berpasangan dengan lawan jenis cium pipi, cium bibir, petting, berhubungan intim (intercourse). (Kusmiran, 2012).

(5)

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja antara lain:

a. Pengaruh orangtua, komunikasi antara orangtua dan remaja seputar masalah seksual dapat memperkuat munculnya perilaku seksual.

b. Pengaruh teman sebaya, munculnya perilaku seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya.

c. Pengetahuan mengenai Kesehatan Reproduksi, pemahaman secara benar dan proporsional cenderung memahami alternatif carayang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksual secara sehat dan bertanggung jawab.

d. Teknologi informasi, penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang dengan teknologi yang canggih seperti VCD, majalah, internet, dan media yang lainnya akan mempengaruhi perilaku seksual remaja.

e. Gaya hidup, Remaja seringkali menganggap segala hal yang berasal dari negara maju perlu dicontoh termasuk perilaku seksual(www.psychologymania.com)

Pola Perilaku Seksual Remaja

Perkembangan perilaku seksual dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain perkembangan psikis, fisik, proses belajar dan sosiokultural.

a. Berciuman (kissing), sebuah proses cumbuan pada pasangan seksual dengan menggunakan bibir. Berciuman yang bersifat cumbuan biasanya dilakukan pada daerah sensitif, misalnya bibir atau leher.

b. Petting, bentuk dari berbagai aktivitas fisik secara seksual, antara pria dan perempuan, bentuk aktivitas melibatkan perilaku mencium, menyentuh atau meraba, menghisap, dan menjilat pada daerah-daerah pasangan; seperti mencium payudara pasangan perempuan, atau mencium alat kelamin pasangan pria (www.psychologymania.com).

c. Hubungan seksual, perilaku yang dilakukan sepasang individu karena adanya dorongan seksual dalam bentuk penetrasi penis ke dalam vagina. Perilaku ini juga disebut koitus.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasional yang bertujuan mengungkapkan hubungan korelatif antar variabel. (Nursalam, 2011). Pendekatan Cross Sectional digunakan karena mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2010).

Lokasi Penelitian penelitian ini dilaksanakan di SMK PGRI 1 Kota Sukabumi mulai bulan Maret sampai Juli 2013.

(6)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, sikap terhadap seks bebas, peran keluarga, peran teman sebaya, sumber informasi, dan gaya hidup. Sedangkan Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perilaku seksual remaja.

Definisi Konseptual

Perilaku seksual pada remaja yaitu orientasi seksual dari seorang remaja, yang merupakan interaksi antara kedua unsure yang sulit dipisahkan, yaitu tingkah laku seksual dan tingkah laku gender.

Pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi adalah hasil tahu seorang remaja terhadap kesehatan reproduksi melalui indra yang dimilikinya.

Sikap remaja terhadap seks bebas adalah respon tertutup seorang remaja terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-(senang-tidak setuju, baik-(senang-tidak baik, dan sebagainya) yang berkaitan dengan seks bebas.

Peran keluarga adalah seperangkat perilaku yang diharapkan pada keluarga dalam memantau ramaja dilingkungannya.

Peran teman sebaya adalah seperangkat perilaku yang diharapkan pada orang yang memilki usia sebaya dengan remaja dalam melakukan sesuatu bersama-sama.

Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi merupakan sumber dimana remaja mendapatkan informasi yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi.

Gaya hidup remaja adalah perilaku remaja yang ditunjukkan dalam aktivitas, minat, dan opini, khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya.

Definisi Operasional

Definisi operasional faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja dapat dilihat pada Tabel 3.1 berikut.

(7)

Tabel Definisi Operasional

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seksual Remaja

No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur

Hasil Ukur Skala

1 Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

Hasil tahu remaja tentang ruang lingkup kesehatan repoduksi remaja.

Kuisioner 1) Baik, jika T ≥ Me 2) Kurang, jika T ≤ Me Nominal 2 Sikap remaja terhadap seks bebas Suatu sikap responden dalam menyikapi seks bebas

Kuisioner 1) Positif, jika T ≥ Me 2) Negatif, jika T ≤ Me Nominal 3 Peran keluarga Keikutsertaan keluarga baik orangtua maupun saudara dalam mempengaruhi perilaku remaja

Kuisioner 1) Positif, jika T ≥ Me 2) Negatif, jika T ≤ Me Nominal 4 Peran Teman Sebaya Keikutsertaan teman yang memiliki usia

sama dalam

mempengaruhi perilaku remaja

Kuisioner 1) Positif, jika T ≥ Me 2) Negatif, jika T ≤ Me Interval 5 Sumber informasi tentang kesehatan reproduksi Sumber dimana remaja mendapatkan informasi yang berhubungan dengan kesehatan reproduksi Kuisioner 1) Tenaga Kesehatan 2) Non Tenaga Kesehatan Nominal 6 Gaya hidup remaja

Segala hal yang diikuti oleh remaja

Kuisioner 1) Positif, jika T ≥

Me 2) Negatif, jika T ≤ Me Interval 7 Perilaku seksual remaja Segala sesuatu yang dilakukan remaja yang berhubungan dengan seksual

Kuisioner 1) Positif, jika T ≥

Me

2) Negatif, jika T ≤ Me

(8)

Populasi dan sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di kelas X SMK PGRI 1 Kota Sukabumi sebanyak 326 siswa, sedangkan

sampel dalam penelitian ini adalah sebagian siswa yang ada di kelas X SMK PGRI 1 Kota Sukabumi yang berjumlah 159 siswa.

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan Sampling Acak Kelompok (Cluster Random Sampling).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010).

Jenis Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer meliputi data tentang karakteristik responden dan semua variable penelitian.. Sedangkan data sekunder meliputi data dari instansi terkait dan literatur-literatur yang terkait dengan materi penelitian.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan dengan menggunakan kuesioner.

Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini adalah menggunakan kuisioner tertutup. Instrumen untuk variabel pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi mengacu pada skala Guttman. Skala Guttman. Sedangkan untuk mengukur sikap remaja terhadap seks bebas, peran keluarga, peran teman sebaya, gaya hidup dan perilaku seksual adalah jenis kuesioner tertutup yang mengacu pada skala Semantic Differential.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Product Momentdengan hasil uji validitas terhadap 15 item pertanyaan variabel pengetahuan, 7 item variabel sikap, 7 item variabel peran keluarga, 7 item variabel teman sebaya, 7 item variabel gaya hidup dan 15 item variabel perilaku seksual semua memiliki nilai p-value <0,05 sehingga semua item pada tiap variabel dinyatakan valid.

Uji reliabilitas menggunakan Cronbach Alpha denganuji reliabilitas diperoleh untuk variabel pengetahuan tentang kesehatan reproduksi yaitu 0,40 yang berarti reliabilitas cukup kuat, sikap terhadap seks bebas yaitu 0,773 yang berarti reliabilitas kuat, peran keluarga yaitu 0,871 yang berarti

(9)

reliabilitas kuat, peran teman sebaya yaitu 0,765 yang berarti reliabilitas kuat, gaya hidup yaitu 0,770 yang berarti reliabilitas kuat dan perilaku seksual yaitu 0,913 yang berarti reliabilitas sangat kuat. Semua pernyataan dalam variabel tersebut dinyatakan reliabel.

Pengolahan Data dan Pengolahan Data

Pengolahan data meliputi Editing, Coding, Data Entry/Processing, Cleaning, sedangkan analisis data dalam penelitian ini dengan menggunakan metode sebagai berikut :

Analisa Univariat

Yaitu analisis yang dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian, dalam analisis ini hanya menggunakan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel.

Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan oleh 2 variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis bivariat dalam penelitian ini mengunakan regresi logistic untuk 2 variabel.

Analisa Multivariat

Analisa multivariat adalah analisa yang dilakukan oleh minimal 3 variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Analisis multivariat dalam penelitian ini mengunakan regresi logistic multivariabel.

Regresi logistik biner menggambarkan hubungan antara variabel dependen (Y) dengan variabel independen (X) dimana variabel respon yang bersifat bukan kontinu dengan dua kategori atau binary variabel didasarkan kepada model peluang dari suatu event. Peluang sukses (tidak menyimpang) adalah P

Y 1

dan peluang gagal (menyimpang) adalahP

Y 0

1

. Peluang dari suatu peristiwa sukses berbanding dengan peristiwa gagal dinamakan odds. Nilai odds p

dihitung dengan

1 dan bernilai positif dengan melakukan logaritma terhadap odds maka didapat

1

log

. Logaritma dari odds

1

log

dikenal dengan istilah Logit. Sehingga dapat

diasumsikan sebuah hubungan yang linier antara logit dan X :

X Logit            1 log sehingga

 

XX

e

e

x

1 0 1 0

1

   

Sedangkan model regresi logistik biner untuk lebih dari dengan k buah variabel prediktor menggunakan regresi logistik multiple, model regrersi logistik multiple dengan k buah variabel prediktor dapat dituliskan sebagai berikut :

(10)

 

X X kXk x x x Logit               0 1 1 2 2 ... ) ( 1 ) ( log ) ( dimana : X1,X2,..,Xk = variabel prediktor 0,1,...,k = parameter dalam model

sehingga : k k k k X X X X X X

e

e

x

   

...... 2 2 1 1 0 2 2 1 1 0

1

)

(

Hasil

1. Analisis Deskriptif Karakteristik Responden

Analisis karakteristik responden terlihat pada gambar 1, 2 dan 3. Berdasarkan Gambar 1, sebagian besar responden berusia 16 tahun yaitu sebanyak 95 responden (59,8%). Berdasarkan Gambar 2, sebagian besar responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 89 responden (56%). Sedangkan berdasarkan gambar 3, sebagian besar responden tidak memiliki pacar yaitu sebanyak 85 responden (53,5%). 14 tahun 15 tahun 16 tahun 17 tahun 18 tahun 59,8% (95) (43) 27% 11,3%(18)11,3% 1,3% (2) 0,6% (1) memiliki pacar (85) (74) 53,5% 46,5% GAMBAR 2 GAMBAR 1 GAMBAR 3

(11)

2. ZAnalisis Deskriptif Univariat Variabel Penelitian

Analisis univariat variabel penelitian terlihat pada gambar 4 sampai gambar 10. Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi yaitu 83,6% (Gambar 4), memiliki sikap yang positif (menolak) terhadap seks bebas yaitu 93,1% (Gambar 5), memiliki peran keluarga positif yaitu 92,5% (Gambar 6), memiliki peran teman sebaya yang positif yaitu 86,8% (Gambar 7), mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dari non tenaga kesehatan yaitu 91,8% (Gambar 8), memiliki gaya hidup yang positif yaitu 86,8% (Gambar 9), memiliki perilaku seksual tidak menyimpang yaitu 93,1% (Gambar 10).

Analisis Bivariat Dengan Menggunakan Regresi Logistik Biner

Hasil analisis ini untuk mengetahui pengaruh variable independen yaitu pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, sikap remaja terhadap seks bebas, peran keluarga, peran teman sebaya, sumber informasi dan gaya hidup terhadap variable dependen yaitu perilaku seksual remaja.

Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Baik Cukup Kurang (133) (25) (1) 83,6% 15,8% 0,6% Positif Negatif (11) (148) 93,1% 6,9% Positif Negatif (12) (147) 92,5% 7,5% Positif Negatif (21) (138) 86,8% 13,2% Tenaga Kesehatan Non Tenaga Kesehatan (13) (146) 91,8% 8,2% Positif Negatif (21) (138) 86,8% 13,2% Menyimpang Tidak Menyimpang (11) (148) 93,1% 6,9% GAMBAR 6 GAMBAR 7 GAMBAR 9 GAMBAR 8 GAMBAR 10 GAMBAR 4 GAMBAR 5

(12)

Variabel Independen Omnibus Test of Model Nagerlkerke R Square Overall Percentage B Constant Wald Signification Exp (ß) Pengetahuan Sig 0,704 0,002 93,1 -18,610 21,203 1,000 0,000 Sikap Sig 0,002 0,142 93,1 2,443 0,560 0,001 11,510

Peran Keluarga Sig 0,004 0,131 93,1 2,303 0,693 0,001 10,00 Peran Teman

Sebaya

Sig 0,005 0,125 93,1 2,000 1,099 0,003 7,389

Gaya Hidup Sig 0,006 0,118 93,1 1,928 1,163 0,004 6,875

Sumber Informasi

Sig 0,163 0,031 93,1 18,696 2,507 0,999 1,316

Berdasarkan analisa bivariat dengan menggunakan regresi logistik, didapatkan bahwa hanya ada dua variable yaitu variable pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi dan sumber informasi yang tidak berpengaruh terhadap perilaku seksual remaja karena memiliki nilai signifikasi masing-masing 1,000 dan 0.999, nilai ini lebih besar dibandingkan dengan taraf uji 0.05. Sedangkan untuk variable yang lain yaitu sikap terhadap seks bebas, peran keluarga, peran teman sebaya dan gaya hidup mempengaruhi perilaku seksual remaja karena memiliki nilai signifikansi < 0.05.

Berdasarkan hasil tersebut bisa dibuat model persamaan pengaruh masing-masing variable bebas terhadap perilaku seksual remaja serta interpretasi dari model tersebut yaitu

Pengaruh sikap remaja terhadap seks bebas terhadap perilaku seksual remaja

Persamaan : g(x) = 0,560 + 2,443. Sikap ( Odds Ratio = 11.510 )

Remaja yang memiliki sikap positif terhadap seks bebas akan 11,510 kali cenderung memiliki perilaku seksual yang tidak menyimpang dibandingkan dengan remaja yang memiliki sikap negatif terhadap

seks bebas.

Pengaruh peran keluarga terhadap perilaku seksual remaja

Persamaan : g(x) = 0,693 + 2,303. Peran Keluarga ( Odds Ratio = 10.00 )

Remaja yang memiliki peran keluarga positif akan 10 kali cenderung memiliki perilaku seksual yang tidak menyimpang dibandingkan dengan remaja yang memiliki peran keluarga negatif.

Pengaruh peran teman sebaya terhadap perilaku seksual remaja

Persamaan : g(x) = 1,099 + 2,000. Peran Teman Sebaya ( Odds Ratio = 7.389 )

Remaja yang memiliki peran teman sebaya positif akan 7,389 kali cenderung memiliki perilaku seksual yang tidak menyimpang dibandingkan dengan remaja yang memiliki peran teman sebaya negatif.

Pengaruh gaya hidup terhadap perilaku seksual remaja

(13)

Remaja yang memiliki gaya hidup positif akan 6,875 kali cenderung memiliki perilaku seksual yang tidak menyimpang dibandingkan dengan remaja yang memiliki gaya hidup negatif.

Analisis Multivariat

Analisis multivariate dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistic multiple. Hasil analisis disajikan sebagai berikut :

Berdasarkan hasil analisis pengaruh gabungan dari keenam varaibel bebas menunjukkan bahwa hanya variable teman sebaya yang secara signifikan mempengaruhi perilaku seksual remaja. Sedangkan untuk kelima variable lain dinyatakan tidak signifikan atau tidak mempengaruhi perilaku seksual remaja.

Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis menunjukkan bahwa secara individu atau parsial terdapat empat variable dari enam variable yang mempengaruhi perilaku seksual remaja yaitu sikap remaja terhadap seks bebas, peran keluarga, peran teman sebaya dan gaya hidup remaja. Hal ini memberikan penjelasan bahwa sikap seorang remaja terhadap seks bebas akan menjadi titik tolak perilaku atau tindakan remaja untuk melakukan penyimpangan seksual. Sikap yang positif akan member pengaruh kepada perilaku seksual remaja yang tidak menyimpang. Peran orang tua dalam mendidik dan mengarahkan seorang anak atau remaja akan membentuk perilaku anak untuk memasuki masa remaja yang lebih baik termasuk perilaku seksualnya. Peran orang tua yang baik akan membantu mengarahkan perilaku seksual remaja menjadi tidak menyimpang.

Variabel B Wald Sig Exp (ß) Omnibus test Nagelkerke R Square Overall Percentage Pengetahuan -17,911 1,000 0,000 0,010 0,254 93,7 Sikap 1,270 0,334 3,561 Peran Keluarga 0,994 0,437 2,702 Peran Teman sebaya 1,859 0,026 6,416 Gaya hidup -0,135 0.903 0,874 Sumber Informasi 18,606 0,999 1,204E8 Constanta 17,215 1,000 2,995E7

(14)

Pengaruh teman sebaya terutama dalam bentuk pergaulan sehari-hari akan banyak mempengaruhi tindakan dan perilaku remaja. Pengaruh teman sebaya membuat remaja mempunyai kecenderungan untuk memakai norma teman sebaya dibandingkan norma sosial yang ada sehingga begitu kuat mempengaruhi perilakunya termasuk perilaku seksualnya. Gaya hidup remaja adalah factor lainnya yang mempengaruhi perilaku remaja. Gaya hidup yang lebih terbuka dan bebas akan membentuk perilaku remaja yang lebih bebas dalam bertindak sehingga dengan gaya hidup yang negative maka akan mendorong perilaku seksualnya menjadi menyimpang.

Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan maka terdapat beberapa kesimpulan dalam penelitian ini yaitu :

Sebagian besar responden memiliki pengetahuan yang baik tentang kesehatan reproduksi, sikap yang positif (menolak) terhadap seks bebas, peran keluarga yang positif, peran teman sebaya yang positif, mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi dari non tenaga kesehatan, memiliki gaya hidup yang positif serta memiliki perilaku seksual tidak menyimpang.

Terdapat pengaruh secara parsial pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi, peran keluarga, peran teman sebaya dan gaya hidup terhadap perilaku seksual remaja.

Analisis pengaruh gabungan 6 variabel menunjukkan hanya varaiabel pengaruh teman sebaya yang secara signifikan mempengaruhi perilaku seksual remaja. Disarankan kepada pihak sekolah untuk lebih memperhatikan permasalahan siswa terutama menyangkut masalah-masalah seksualitas serta diharapkan adanya kerjasama pihak Puskesmas Tipar dan pihak SMK PGRI 1 dalam upaya memberikan penyuluhan dan penerangan kepada siswa tentang kesehatan reproduksi. Sedangkan kepada peneliti selanjutnya diharapkan untuk melakukan kajian kepada variable-variabel yang belum diteliti dalam penelitian ini.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2010. Undang-undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN)

Dinas Kesehatan Kota Sukabumi. 2012. Laporan Rekapitulasi Program Kesehatan Peduli Remaja. Sukabumi: Seksi Remaja

Hidayat, Alimul Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta: Salemba Medika

Kusmiran, Eny. 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Widyastuti, dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Fitramaya

http://nusantaranews.wordpress.com/2008/12/13/keprihatinan-gaya-hidup-bebas-remaja/diakses tanggal 13 mret 2013

Gambar

Tabel  Definisi Operasional

Referensi

Dokumen terkait

Hasil : Ada korelasi negatif dan signifikan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan persepsi peran keluarga dengan perilaku seksual remaja di kota Surakarta

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nuraeni (2014) dengan jumlah responden sebanyak 215 orang, didapatkan faktor yang paling berpengaruh terhadap perilaku

diatas diketahui bahwa hasil hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas pada remaja SMA Negeri X Kabupaten Tanggamus, dari 156

Responden lebih banyak mendapatkan informasi mengenai kesehatan reproduksi dan perilaku seksual remaja dari media (cetak dan elektronik), responden mayoritas

Variabel independen dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, umur, pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, sikap terhadap seksualitas, pengawasan orang tua,

Hubungan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi, Penggunaan Media Informasi, Self-Esteem dan Perilaku Seksual Remaja SMP Negeri 15 Kota

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2009) dengan judul Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Organ Reproduksi Dengan Sikap Terhadap Seks Pranikah Pada Remaja

Berdasarkan hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi-square didapatkan hasil p value 0,003, artinya ada hubungan antara pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku