• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : B. Definisi Operasional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : B. Definisi Operasional"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Identifikasi Variabel Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

Variabel Tergantung : Stres Kerja

Variabel Bebas : Pelatihan Regulasi Emosi B. Definisi Operasional

1. Variabel Tergantung : Stres Kerja

Stres kerja pada perawat kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi stres yang diakibatkan oleh akumulasi faktor-faktor pemicu munculnya situasi kerja yang memberi tekanan pada perawat kesehatan jiwa secara psikologis maupun fisiologis, seperti tanggungjawab pekerjaan yang kompleks, kelelahan fisik dan emosi, tuntuan peran sebagai perawat, lingkungan kerja tenaga kesehatan yang seringkali menuntut kecepatan dan ketepatan, hingga kondisi hubungan dan komunikasi dengan profesi kesehatan yang lain. Tingkat stres kerja perawat kesehatan jiwa diukur dengan menggunakanPsychiatric Nurse Job Stressor Scale (Yada dkk., 2011).

2. Variabel Bebas : Pelatihan Regulasi Emosi

Pelatihan regulasi emosi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk kegiatan penyampaian informasi sehubungan dengan regulasi emosi, melalui pemberian pengetahuan dan ketrampilan untuk mengenali dan menyadari adanya situasi emosioanl hingga memperkirakan respon-respon yang akan muncul, kemampuan untuk menentukan sikap terhadap situasi emosional.

(2)

Pelatihan dalam penelitian ini menggunakan tujuh dari beberapa metode pelatihan yang dijelaskan oleh Lawson (2006), yaitu lecturette sebagai sesi pemberian informasi kepada peserta sebagai dasar pelaksanaan pelatihan, sesi mental imagery yang akan membantu peserta memvisualisasikan materi yang diperoleh dalam situasi sebenarnya, sesi diskusi sebagai bentuk komunikasi dua arah, metode studi kasus, metode bermain peran, simulasi, dan evaluasi. Berikut merupakan rangkaian pelatihan regulasi emosi dalam penelitian ini :

Tabel 1

Rangkaian Pelatihan Regulasi Emosi

Sesi Materi Metode Durasi

Situation-Focused Strategies a. Pembukaan b. Kontrak Penelitian Perkenalan, ice breaking, pengisian kontrak penelitian 15 menit

d. Emosi dan Stres (Regulasi Emosi) e. Situation Selection and Modification f. Evaluasi Pelatihan Lecturette (penjelasan materi), diskusi, mental imagery, studi kasus, pengisian worksheet evaluasi pelatihan 45 menit Cognition-Focused Strategies Response-Focused Strategies a. Attentional Control b. Cognitive Reappraisal Lecturette (penjelasan materi), diskusi, simulasi, 20 menit c. Expressing Your Feelings d. Relaxation e. Evaluasi Pelatihan Lecturette, diskusi, teknik relaksasi, pengisian worksheet evaluasi pelatihan 40 menit

Pelatihan regulasi emosi dalam penelitian ini terdiri atas tiga sesi yang diberikan dalam dua pertemuan dengan tujuan agar informasi mengenai regulasi

(3)

emosi sebagai salah satu bentuk coping stres, dapat disampaikan dengan efektif dan dipahami dengan baik oleh peserta. Berikut merupakan penjelasan dan tujuan yang hendak dicapai melalui pembagian materi serta penggunaan beberapa metode yang berbeda dalam pelaksanaan pelatihan regulasi emosi pada penelitian ini :

a) Pertemuan I

Awal sesi pertama merupakan sesi perkenalan, dan pengisian kontrak persetujuan peserta dalam mengikuti pelatihan. Bagian pembuka ini memiliki peran penting dalam membangun rapport antara fasilitator dengan peserta, sehingga pelatihan dapat berlangsung efektif bagi kedua pihak. Untuk itu, metode ice breaking digunakan pada bagian awal sesi untuk memecah kebekuan dan menghidupkan suasana pelatihan.

Pada bagian kedua, pelatihan mulai menginjak pemberian materi pada peserta. Diawali dengan materi mengenai hubungan antara emosi dan stres akan mengantar peserta pada pengenalan ketrampilan regulasi emosi. Dengan lebih dulu memahami bahwa stres berhubungan dengan emosi, peserta akan dibantu mengerti bahwa penanganan stres dapat dilakukan dengan mengatur dan mengelola emosi, sebuah ketrampilan yang disebut dengan regulasi emosi. Kemudian akan dilanjutkan dengan materi mengenai situation-focused strategies yang mencakup kemampuan pemilihan dan modifikasi situasi (situation selection and modification) sebagai bagian dari ketrampilan regulasi emosi

Terdapat beberapa metode yang digunakan dalam sesi ini. Bentuk pelatihan menggunakan bentuk komunikasi dua arah, berupa penyajian materi oleh

(4)

fasilitator (lecturette) dan penyediaan waktu untuk diskusi serta studi kasus yang dapat memperdalam pemahaman peserta terhadap materi. Selain itu, untuk memudahkan peserta memvisualisasikan materi akan digunakan metode mental imagery yang akan membantu peserta menerapkan langsung materi yang diberikan. Sesi ini akan ditutup dengan evaluasi pelatihan, menggunakan worksheetevaluasi.

b) Pertemuan II

Terdapat dua sesi dalam pertemuan kedua. Pada sesi pertama, peserta dikenalkan pada strategi berikutnya yang tercakup dalam ketrampilan regulasi emosi, yaitu cognition-focused strategies. Teknik ini diberikan melalui penyampaian materi yang mencakup kontrol terhadap fokus perhatian (attentional control) yang merupakan upaya mengalihkan perhatian atau mengindari suatu situasi yang dapat menimbulkan stres dan cognitive reappraisal yaitu berpikir mengenai situasi atau stimulus yang dapat mengubah respon emosi seseorang terhadap situasi tersebut (Shiota dan Kalat, 2012).

Sesi ketiga akan membahas strategi lain dalam ketreampilan regulasi emosi, yaitu response-focused strategies. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai pengekspresian emosi dan perasaan melalui materi , dan ditutup dengan pelaksanaan kegiatan relaksasi dengan tujuan mampu mereduksi ketegangan-ketegangan baik fisik maupun psikis yang dapat mengarah pada munculnya stres.

Metode yang digunakan dalam kedua sesi ini tidak terlalu berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Diawali dengan pemberian materi (lecturette) sebagai

(5)

bentuk informasi bagi peserta, kemudian dilanjutkan dengan beberapa metode pelatihan yang dapat melibatkan peserta secara aktif, seperti studi kasus, simulasi, dan diskusi. Selain itu akan diberikan pula suatu contoh bentuk teknik relaksasi melalui rekaman audio, dengan tujuan membantu peserta mengenal beberapa teknik alternatif dalam mengelola kondisi emosi. Sesi ini akan ditutup dengan pengisian worksheetevaluasi pelatihan.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan model penelitian eksperimen dengan desain penelitian pretest-posttest randomized control group. Randomisasi dilakukan guna memberikan peluang yang sama bagi anggota poluasi yang terwakili dalam sampel, dan kemudian diharapkan peneliti pada akhirnya dapat menggeneralisasikan hasil pada populasi melalui pemilihan sampel secara acak (Harris, 2003). Selain itu, randomisasi dapat pula berfungsi sebagai kontrol terhadap proactive history guna menyetarakan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol (Seniati dkk., 2011). Berdasarkan desain tersebut, dalam penelitian terlebih dulu akan dilakukan pengukuran tingkat stres kerja pada kelompok eksperimen di awal penelitian (pretest). Kemudian memberikan perlakuan berupa pelatihan regulasi emosi, yang akan dilanjutkan dengan pengukuran tingkat stres kerja setelah jangka waktu tertentu pemberian perlakuan. Sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakuan, namun tetap dilakukan pengukuran tingkat stres pada awal (pretest) dan akhir penelitian (postest). Berikut merupakan gambaran dari desain penelitian ini :

(6)

K E Pengukuran I (Pretest) Perlakuan (Pelatihan Regulasi Emosi) Pengukuran II (Postest) K K Pengukuran I (Pretest) Tanpa Perlakuan Pengukuran II (Postest) Gambar 2. Desain Penelitian Randomized Control Group

Pretest-Post Test Design

Dalam penelitian ini terdapat beberapa prosedur yang masing-masing wajib dilaksanakan, mulai dari pemberian pretest, perlakuan, postest, hingga analisis data. Berikut merupakan penjelasannya :

1. Memberikan pretestpada peserta dengan menggunakan skala stres kerja pada perawat kesehatan jiwa yaitu Psychiatric Nurse Job Stressor Scale (PNJSS) oleh Hinori Yada, dkk. (Yada dkk., 2011). Setelah tahap ini, akan diperoleh hasil data subjek yang masuk dalam kategori stres sedang dan tinggi. Kemudian kelompok tersebut akan dibagi secara acak menjadi dua, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

2. Memberikan perlakuan berupa pelatihan regulasi emosi pada kelompok eksperimen, sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan. Pelatihan dilakukan dalam dua pertemuan, yang meliputi pemberian informasi sehubungan dengan stres kerja dan emosi, dan pengenalan teknik-teknik dalam regulasi emosi. Pelatihan akan diberikan di RSJD Surakarta. Setelah pemberian perlakuan, kepada subjek akan diberikan lembar pemantauan regulasi emosi selama selang waktu antara pertemuan pertama dan kedua, serta pertemuan kedua dan pemberian posttest.

3. Memberikan posttest pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menggunakan Psychiatric Nurse Job Stressor Scale (PNJSS) oleh Hinori

(7)

Yada, dkk. (Yada dkk., 2011). Kemudian melakukan analisis data yang diperoleh, baik pada kelompok eksperimen maupun kontrol.

D. Subjek

Subjek penelitian disebut juga sebagai populasi, yaitu suatu kelompok besar sebagai wadah penerapan penelitian (Seniati dkk., 2011). Populasi dalam penelitian ini yaitu perawat kesehatan jiwa yang bekerja di Rumah Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Subjek penelitian ditentukan berdasarkan beberapa kriteria tertentu (purposive sampling) dengan tujuan memperoleh subjek penelitian yang homogen. Berikut merupakan kriteria sampel dalam penelitian ini, yaitu :

1. Perawat kesehatan jiwa, yang telah bekerja di RSJD Surakarta lebih dari lima tahun.

2. Bersedia mengisi kontrak penelitian dan mengikuti seluruh rangkaian penelitian.

3. Bersedia mengisi skala Psychiatric Nurse Job Stressor Scale (Yada dkk., 2011) sebagai pretest sehingga diketahui skor stres kerja yang dimiliki.

E. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data berupa skala stres kerja pada perawat kesehatan jiwa atau Psychiatric Nurse Job Stressor Scale (PNJSS) oleh Hinori Yada, dkk. (Yada dkk., 2011). Skala tersebut terdiri dari 22 aitem hasil seleksi validitas dan reliabilitas atas 63 aitem sebelumnya. Menurut Yada dkk. (2011), selain mampu menyajikan skor stres kerja seorang perawat kesehatan jiwa, skala PNJSS memiliki kelebihan lain untuk dapat mengungkap sumber stres

(8)

subjek yang paling dominan didasarkan pada keempat aspek skala. Berdasarkan identifikasi Exploratory Factor Analysis (EFA), terdapat empat aspek yang menjadi dasar skala PNJSS, yaitu kemampuan perawat kesehatan jiwa, sikap pasien, sikap perawat kesehatan jiwa, dan komunikasi terhadap pasien maupun keluarga pasien (Yada dkk., 2011). Lebih lanjut Yada dkk. (2011) menjelaskan bahwa perawat yang mengalami masalah di dalam ke empat aspek skala, secara otomatis perawat tersebut akan mengalami tekanan kerja. Skala ini menggunakan

menjelaskan bahwa aitem-aitem yang terdapat pada skala ini merupakan

memperoleh skor 1.

Penelitian ini juga menggunakan modul yang berfungsi sebagai landasan keberlangsungan pelatihan regulasi emosi baik bagi fasilitator maupun peserta. Modul pelatihan yang akan digunakan, disusun berdasarkan pada pengertian, konsep, dan proses regulasi emosi yang disesuaikan dalam hubungannya sebagai salah satu bentuk coping stres menurut Gross dan Thompson (2006), dipadukan dengan penjelasan strategi-strategi dalam ketrampilan regulasi emosi menurut Shiota dan Kalat (2012). Modul ini juga memuat penjelasan mengenai materi yang disampaikan fasilitator, beserta beberapa metode yang akan digunakan seperti simulasi, studi kasus, diskusi, dan teknik relaksasi.

F. Uji Validitas dan Reliabilitas

Skala Psychiatric Nurse Job Stressor Scale (PNJSS) merupakan skala stres kerja yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya menggunakan teknik analisis

(9)

two-tailed T-test of good poor(G-P), dan analisis korelasi Pearson. Skala PNJSS memiliki koefisien validitas sebesar r = 0,453, dan koefisien reliabilitas sebesar 0,816 secara keseluruhan. Menurut Cronbach (dalam Azwar, 2010) koefisien validitas suatu skala yang berkisar antara 0,30 sampai dengan 0,50 telah dapat memberikan kontribusi yang baik. Sedangkan reliabilitas suatu skala dianggap memuaskan apabila koefisiennya semakin mendekati 0,900 karena mampu mencerminkan 90% dari variasi yang terjadi pada skor murni kelompok subjek (Azwar, 2010). Sedangkan uji validitas dan reliabilitas modul pelatihan menggunakan review professional judgementoleh dosen pembimbing.

G. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan dua metode analisis data, yaitu analisis kuantitatif, dan kualitatif. Analisis kuantitatif menggunakan teknik Two Sampel Independen Mann-Whitney. Dengan melakukan perhitungan pada gain score, yaitu selisih antara skor posttest dan pretest kedua kelompok setelah pemberian perlakuan (Seniati, 2011). Perhitungan dengan teknik ini dilakukan dengan bantuan program komputer SPSS 16.0. Sementara itu, analisis kualitatif diperoleh dari kegiatan diskusi dan sharing, observasi, dan pengisian lembar evaluasi regulasi emosi subjek selama program pelatihan. Melalui lembar evaluasi, subjek dapat melakukan pemeriksaan berkenaan dengan ketercapaian penerapan ketrampilan regulasi emosi, khusunya dalam mengatasi stres kerja.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Daerah ini dimaksudkan untuk menyesuaikan be­ sarnya harga pekerjaan bangunan dengan keadaaan dewasa ini dan mengatur dengan pasti besarnya uang pengganti biaya pembuatan

Dari tabel ini juga dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya efikasi diri yang dimiliki siswa laki-laki dengan siswa perempuan dalam satu kelas tidaklah sama, karena saat

Mekanisme penerapan pembalikan beban pembuktian dalam tindak pidana pencucian uang hanya dilakukan atas harta kekayaan yang diduga diperoleh melalui

Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja SKPD Provinsi Provinsi Kaltim difokuskan untuk optimalisasi pengelolaan kegiatan program SKPD, yaitu yang berkenaan dengan efisiensi,

Tentu, pada tataran realita tidak mungkin akan kita dapati praksis yang sesuai dengan teori yang berasas tersebut. Jika setiap orang tetap akan memaksakan pengaplikasian di

Setelah peneliti melakukan pengamatan dan wawancara dengan berbagi pihak, dalam pengembangan proyek migas Blok Cepu, terdapat unsur-unsur perjanjian kerjasama yang

Kegiatan Pembelajaran siswa MI Miftahul Huda Wonorejo Gandusari dan MI Hidayatul Mubtadiin Sukorame Gandusari Trenggalek, di dalam dan luar kelas4. Observasi dan

Sedangkan variasi komposisi yang dilakukan pada toner buatan juga berpengaruh terhadap sifat magnetik, pada toner komposisi polimer, fly ash dan karbon (50:30:20) dengan