6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang
baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi
dengan lingkungannya. Menurut Jersild (dalam Sagala, 2010 : 12) belajar
yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan. Belajar adalah: “suatu proses
kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi
aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan
yang relatif menetap atau bertahan dalam kemampuan kognitif , afektif, dan psikomotorik” (Winkel, 2004 : 22).
Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
suatu kegiatan atau proses pendidikan yang dilakukan seseorang melalui
pengalaman dan latihan yang didapat dari usaha sehingga menghasilkan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam kemampuan kognitif,
Menurut Hamalik (2011 : 36) belajar adalah merupakan suatu proses
suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Menurut
Cronbach (dalam Suprijono, 2012 : 2) belajar adalah perubahan perilaku
sebagai hasil dari pengalaman. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. (Djamarah, 2010 : 13).
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar
adalah suatu kegiatan untuk memperoleh hasil berupa pengalaman
interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotorik.
2.1.1.2 Prinsip – Prinsip Belajar
Menurut Suprijono (2010 : 4) prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut:
1. Prinsip-prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku
sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:
a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaiu perubahan yang
disadari.
b. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.
c. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.
e. Permanen atau tetap.
f. Bertujuan dan terarah.
g. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.
2. Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan
dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang
dinamis, konstruktif, dan organik.
3. Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya
adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
Sedangkan Sukmadinata (2009 : 165) mengemukakan prinsip – prinsip
belajar sebagai berikut :
1. Belajar merupakan bagian dari pengalaman.
Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda, tetapi
berhubungan erat.
2. Belajar berlangsung seumur hidup.
Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang kematian,
sedikit demi sedikit dan terus menerus .
3. Keberhasilan belajar dipengaruhi dipengaruhi oleh faktor – faktor
bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu
sendiri.
4. Belajar mencakup semua aspek intelektual, tetapi juga aspek sosial,
budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni, ketrampilan dll.
Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di
rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan di mana saja bisa
terjadi perbuatan belajar.
6. Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.
Proses belajar dapat berjalan dengan bimbingan seorang guru, tetapi
juga tetap berjalan meskipun tanpa guru.
7. Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.
Kegiatan belajar yang diarahkan kepada penguasaan, pemecahan atau
pencapaian sesuatu hal yang bernilai tinggi yang dilakukan secara sadar
dan terencana.
8. Perbuatan belajar bervariasi dari paling sederhana sampai dengan yang
sangat kompleks.
9. Dalam belajar dapat terjadi hambatan – hambatan.
Proses kegiatan belajar tidak selalu lancar, adakalanya terjadi
kelambatan atau perhentian.
10. Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau
bimbingan dari orang lain. Tidak semua hal dapat dipelajari sendiri. Hal – hal tertentu perlu diberikan atau dijelaskan oleh guru.
Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
prinsip – prinsip belajar merupakan perubahan perilaku seseorang
sebagai bentuk dari pengalaman yang berlangsung seumur hidup di
2.1.2 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002 : 36) hasil belajar adalah hasil
yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya
ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Menurut Bloom (dalam
dalam Sudjana, 2009 : 23) hasil belajar dicapai dalam tiga ranah yaitu:
1. Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
2. Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima
spek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, organisasi, dan
internalisasi.
3. Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar
ketrampilan dan kemampuan bertindak.
Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa
setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011 : 22).
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah kemampuan siswa setelah belajar yang mencakup domain kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Pada umumnya hasil belajar dinilai melalui tes, baik tes uraian
maupun tes obyektif (Sudjana, 2011 : 55). Hasil belajar tersebut terjadi
hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar.
Hasil belajar tergantung pada proses belajar siswa dan proses mengajar
guru. Perubahan perilaku yang diperoleh peserta melalui aktivitas belajar
sebagai hasil dari interaksi peserta didik dengan lingkungan pendidikan
dengan guru tersebut (Hadis dan Nurhayati, 2010 : 60).
Dari uraian tentang hasil belajar di atas semua merujuk terhadap
perubahan siswa setelah melakukan proses kegiatan belajar yang
menyebabkan perubahan dalam dirinya mencakup kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotorik. Pengukuran hasil belajar siswa dapat diukur
dengan kriteria atau patokan-patokan tertentu. Dalam pengukuran hasil
belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan hasil tes berupa nilai.
1) Faktor – Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Sudjana (2011 : 39) hasil belajar yang dicapai siswa
dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa atau
faktor lingkungan. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya
terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang
dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan
perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial, ekonomi, faktor
fisik dan faktor psikis.
Menurut Syah (2006 : 144) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar siswa terdiri dari dua faktor yaitu faktor yang datangnya dari
(eksternal factor) kondisi lingkungan di sekitar siswa Keduanya dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1). Faktor internal, meliputi:
a) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai
dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam
mengikuti pelajaran.
b) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek
psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil
belajar siswa antara lain : (1)Intelegensi, (2) Sikap (3) bakat, (4)
minat, dan (5) motivasi.
2). Faktor eksternal meliputi:
a) Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, sifat para guru, staf
adminitrasi dan teman-teman sekelas.
b) Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana
sekolah/belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan
cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak.
c) Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun
metode, model dan media pembelajaran yang digunakan.
Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan faktor – faktor
Faktor internal terdapat dalam diri siswa dan faktor eksternal terdapat di
luar diri siswa. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruh hasil belajar
yaitu metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan siswa
untuk mempelajari materi – materi pelajaran. Materi pelajaran akan sampai
pada siswa apabila metode pembelajaran yang digunakan itu tepat.
2.1.3 Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD).
2.1.3.1 Metode Pembelajaran Kooperatif
2.1.3.1.1 Pengertian
Menurut Uno (2010 : 2) metode pembelajaran didefinisikan
sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya
merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode
pembelajaran adalah cara tertentu yang digunakan untuk
membelajarkan siswa (Akbar dan Sriwiyana, 2011 : 236).
Dari pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk
membelajarkan siswa dan fungsinya mencapai tujuan pembelajaran.
Belajar kooperatif (Cooperatif Learning) merupakan bentuk
pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama dalam
kelompok-kelompok kecil secara kolaraboratif yang anggotanya terdiri
dari dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang
Menurut Slavin (2010 : 11) belajar kooperatif (Cooperatif
Learning) adalah sebagai suatu teknik pembelajaran dimana siswa
bekerja dalam suatu kelompok yang heterogen yang beranggotakan 4-6
orang. Belajar kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas
ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan
kemampuan maksimal yang mereka miliki dan dengan kemampuan
maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain (Johnson
& Johnson dalam Isjoni, 2012 : 17).
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif adalah suatu teknik pembelajaran dimana siswa bekerja sama
dalam suatu kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4-6
orang secara heterogen untuk saling berinteraksi.
Menurut Artzt & Newman (dalam Huda 2012 : 32) pembelajaran
kooperatif adalah kelompok kecil pembelajar / siswa yang bekerja sama
dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan suatu
tugas, atau mencapai satu tujuan bersama. Menurut Slavin (2010 : 10)
pembelajaran kooperatif adalah metode atau model dimana siswa
belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung
jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan kelompok. Anita
Lie (dalam Isjoni, 2012 : 16) menyebut cooperative learning dengan
istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang
memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kooperatif merupakan suatu kegiatan belajar siswa yang dilakukan
secara berkelompok sebagai suatu tim di dalamnya anggotanya saling
menyumbangkan pikiran untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok
yang terstruktur untuk mencapai tujuan bersama.
2.1.3.1.2 Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusman (2012 : 208) unsur-unsur dasar pembelajaran
kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka
sehidup sepenanggungan bersama.
b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam
kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.
c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam
kelompoknya memiliki tujuan yang sama.
d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di
antara anggota kelompoknya.
e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan
yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.
f. Siswa terbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan
g. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2002 : 30) lima
unsur pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan adalah :
a. Saling ketergantungan positif.
b. Tanggung jawab perseorangan.
c. Tatap muka.
d. Komunikasi antar anggota .
e. Evaluasi proses kelompok.
Dari pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur – unsur dari pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar secara
berkelompok untuk memahami materi bersama – sama dimana setiap
anggotanya mempunyai tanggung jawab terhadap materi kemudian
di akhirnya dilakukan evaluasi kelompok.
2.1.3.1.3 Karakteristik atau Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2012 : 20) beberapa karakteristik atau ciri dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
a. Setiap anggota memiliki peran.
b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.
c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan
juga teman - teman sekelompoknya.
d. Guru membantu mengembangkan ketrampilan – ketrampilan
e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.
Menurut Rusman (2012 : 207) karakteristik pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Pembelajaran secara tim.
b. Didasarkan pada manajemen kooperatif
c. Kemauan untuk bekerja sama
d. Ketrampilan bekerja sama
Dari pendapat – pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
karakterikstik pembelajaran kooperatif yaitu adanya pembelajaran
secara tim dimana terjadi interaksi antar siswa untuk mengembangkan
ketrampilan bekerja sama.
2.1.3.1.4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Isjoni (2012 : 21) tujuan utama pembelajaran kooperatif
adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama
teman – temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan
gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara
berkelompok.
Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk
mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.
Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di
organisasi yang saling bergantungan satu sama lain dan di mana
masyarakat secara budaya semakin beragam (Rusman, 2012 : 210).
Dari pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan siswa dapat belajar secara
berkelompok, kerja sama dengan cara menghargai pendapat dan
memberikan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya.
2.1.3.1.5 Langkah - Langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Rusman (2012 : 211) sintaks pembelajaran kooperatif
terdiri dari 6 (enam) fase yaitu sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai
pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
2. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
3. Guru menjelaskan kepada siswa caranya membentuk kelompok
belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi
secara efisien.
4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka.
5. Guru mengevaluasi hasil belajar tenang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan
hasil kerjanya.
6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun
2. 1. 4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)
2.1.4.1. Pengertian STAD
Student Team Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh
Robert Slavin dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang
sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan
pembelajaran kooperatif (Abdurrahman & Bintoro dalam Nurhadi (2003
: 63). Menurut Slavin (2010 : 11) menjelaskan bahwa pembelajaran
kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kelompok yang terdiri dari
empat atau lima orang dengan struktur heterogen, heterogen dari prestasi,
jenis kelamin atau etnis. Materi dirancang untuk belajar kelompok, siswa
bekerja menyelesaikan lembar kegiatan secara bersama-sama berdiskusi
dan saling membantu dalam kelompoknya.
Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan salah
satu tipe belajar kelompok kecil yang menekankan pada aktivitas dan
interaksi dimana siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu
dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal.
Tipe belajar yang dikembangkan oleh Slavin ini melibatkan “kompetisi” antarkelompok. Siswa dikelompokkan berdasarkan
kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama – tama siswa mempelajari
materi bersama dengan teman – teman satu kelompoknya, kemudian diuji
Dari berbagai pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan
pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang dengan
struktur heterogen, mempelajari materi bersama dengan teman – teman
satu kelompoknya, kemudian diuji secara individual melalui kuis – kuis.
2.1.4.2 Langkah – Langkah STAD
Menurut Slavin (2010 : 143) pembelajaran kooperatif tipe STAD
mempunyai lima tahapan, yaitu (a) tahap penyajian materi, (b) tahap
kegiatan kelompok, (c) tahap individu, (d) tahap skor perkembangan
individu, (e) tahap penghargaan kelompok.
Secara rinci tahap – tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe STAD adalah :
a. Tahap penyajian materi
Pada tahap ini guru memulainya dengan menyampaikan materi
yang akan dipelajari dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang
kandungan materi tersebut..
b. Tahap kegiatan kelompok
Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas, saling
membantu dalam menyelesaikan tugas. Salah satu lembar
dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini
sebagai guru sebagai fasilitator dan motivator.
Pada tahap ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana
keberhasilan telah dicapai, diadakan tes secara individual atau
kuis yang mengenai materi yang telah dipelajari dengan
menggunakan pertanyaan atau lembar kerja. Tujuanya agar siswa
dapat menunjukkan pemahaman dari apa yang telah dipelajari
sebelumnya. Skor yang diperoleh siswa per individu didata dan
diarsipkan sebagai bahan perhitungan skor akhir kelompok.
d. Tahap skor perkembangan individu
Tahap skor perkembangan skor individu dihitung dari awal.
Penghitungan skor perkembangan individu dimaksudkan agar
siswa terpacu untuk memperoleh prestasi sesuai dengan
kemampuannya. Adapun penskoran perkembangan individu yang
dikemukakan Slavin (2010 : 159) sebagai berikut:
Pedoman skor perkembangan individu
Skor Poin Kemajuan
> 10 poin di bawah skor awal 5 poin
10 – 1 poin di bawah skor awal 10 poin
0 – 10 poin di atas skor awal 20 poin
> 10 poin di atas skor awal 30 poin
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan
skor masing – masing perkembangan skor invidu dan hasilnya dibagi
sesuai anggota jumlah kelompok.
Penskoran kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing – masing skor perkembangan individu yang kemudian dirata – rata.
Selanjutnya memberikan perhargaan kelompok jika skor – rata –
rata mereka mencapai kriteria tertentu. Menurut Slavin (2010 : 160)
dikategorikan sebagai kelompok baik, kelompok sangat baik dan
kelompok super dengan kriteria sebagai berikut : (a) kelompok
dengan skor rata – rata 15 sebagai tim baik, (b) kelompok dengan
skor 16 sebagai tim sangat baik, (c) kelompok dengan skor rata –
rata 17 sebagai tim super.
Dalam mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan metode
pembelajaran kooperatif, guru harus mempersiapkan materi yang
sudah dirancang untuk keperluan kerja kelompok. Menurut Slavin
(2010 : 144) yaitu berdasarkan prestasi akademik. Selanjutya
keragaman kemampuan dalam kelompok ditentukan dengan rincian
siswa dikelompokkan menjadi 4-5 kelompok besar dengan kriteria
sebagai berikut, satu kelompok siswa terdiri dari satu atau dua
orang siswa kemampuan akademik kemampuan tinggi, dua siswa
dengan kelompok akademik sedang, satu orang siswa dengan
Menurut Rusman (2012 : 215) langkah – langkah pembelajaran
kooperatif tipe STAD sebagai berikut :
Langkah – Langkah Perilaku Guru dan Siswa a. Penyampaian tujuan dan
motivasi
Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.
b. Pembagian kelompok Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan
heterogenitas (keragaman) kelas ke dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras atau etnik.
c. Presentasi dari guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut diakhiri.
d. Kegiatan belajar dalam tim Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing – masing memberikan kontribusi.
e. Kuis (evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian hasil kerja masing – masing kelompok. Siswa mengerjakan kuis secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. f. Penghargaan Prestasi Tim
1. Menghitung skor individu
Guru memeriksa hasil kerja siswa dan selanjutnya
2. Menghitung skor kelompok
3. Pemberian hadiah dan
pengakuan skor
kelompok.
pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok.
Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah –
langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu guru menyampaikan
materi pelajaran kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompok secara
heterogen. Setiap anggota dalam satu kelompok harus memahami materi
setelah itu guru mengadakan kuis individu untuk mengukur keberhasilan
belajar dalam kelompok dan yang terakhir memberikan penghargaan bagi
kelompok yang mendapatkan skor paling banyak.
2.1.4.3 Tujuan STAD
Menurut Slavin (2010 : 12) tujuan dari pembelajaran kooperatif
tipe STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya saling mendukung dan
membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan
oleh guru. Tipe STAD juga bertujuan untuk meningkatkan prestasi siswa.
2.1.4.4 Keunggulan dan Kelemahan STAD
Menurut Slavin (2010 : 129) kelebihan pembelajaran kooperatif
tipe STAD adalah meningkatkan perasaan pada siswa bahwa hasil yang
mereka keluarkan tergantung pada kinerjanya dan bukan pada
keberuntungannya. Menurut Soewarso (1998 : 22 ) kelebihan dari
pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya anggota kelompok
lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah, karena
dalam pengetesan lisan dibantu oleh anggota kelompoknya, hadiah atau
siswa untuk pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi, pembelajaran
kooperatif dapat menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar
mendengarkan pendapat orang lain dan mencatat hal – hal yang
bermanfaat untuk kepentingan bersama – sama, pembelajaran kooperatif
menghasilkan pencapaian belajar yang lebih tinggi, menambah harga diri
siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya, siswa yang
lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan,
pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk
memonitor siswa bekerja sama dalam sebuah tim.
Menurut Slavin (2010 : 82) pembelajaran kooperatif tipe STAD
mempunyai kelemahan apabila anggota yang tidak memahami materi,
teman sekelompoknya akan gagal dan kelompoknya juga akan gagal.
Slavin (2010 : 274) kelemahan yang terjadi saat STAD adalah tidak bisa
berteman, siswa tidak hadir karena saling bergantung antara satu sama
lain untuk belajar bersama dan untuk memberi kontribusi poin.
2.1.5 Metode Kerja Kelompok 2.1.5.1 Pengertian
Menurut Rahardja (2002 : 96) metode kerja kelompok adalah suatu
cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas
beberapa berkelompok siswa untuk bekerja sama antara anggota
kelompok mengerjakan tugas secara bersama – sama dalam mencapai
tujuan belajar. Menurut Sagala (2010 : 215) metode kerja kelompok atau
dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kesatuan (kelompok)
tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok – kelompok atau sub – sub
kelompok untuk mencapai satu tujuan pelajaran. Kerja kelompok adalah
kerja sama yang dilakukan oleh kumpulan peserta didik yang jumlahnya
terbatas, sekitar 15 – 20 orang untuk melaksanakan tugas tertentu dalam
kegiatan pembelajaran. (Sudjana, 2010 : 138).
Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
metode kerja kelompok adalah cara menyajikan bahan pelajaran secara
berkelompok dan kerja sama untuk melaksanakan tugas dalam kegiatan
pembelajaran.
2.1.5.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode Kerja Kelompok
Menurut Sagala (2010 : 216) ada beberapa keunggulan dari metode kerja kelompok antara lain yaitu:
1. Membiasakan siswa bekerja sama menurut paham demokrasi,
memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan
sikap musyawarah dan bertanggung jawab.
2. Kesadaran akan adanya kelompok menimbulkan rasa kompetitif
yang sehat, sehingga membangkitkan kemauan belajar dengan
sungguh – sungguh.
3. Guru tidak mengawasi masing – masing murid secara
individual, cukup hanya dengan memperlihatkan kelompok saja
4. Melatih ketua kelompok menjadi pemimpin yang bertanggung
jawab dan membiasakan anggota – anggotanya untuk
melaksanakan tugas kewajiban sebagai warga yang patuh pada
aturan.
Selain keunggulan yang dipaparkan di atas metode kerja
kelompok terdapat juga kelemahan antara lain yaitu:
1. Segi penyusunan kelompok
a. Sulit untuk membuat kelompok yang homogen, baik
intelegensi, bakat dan minat.
b. Murid – murid yang oleh guru telah dianggap homogen,
sering tidak merasa cocok dengan anggota kelompoknya
itu.
c. Pengetahuan guru tentang pengelompokkan itu kadang –
kadang masih belum mencukupi.
2. Segi kerja
a. Pemimpin kelompok kadang – kadang sukar untuk
memberikan pengertian kepada anggota, sulit untuk
menjelaskan dan membagikan kerja.
b. Anggota kadang – kadang tidak mematuhi tugas – tugas
yang diberikan oleh pemimpin kelompok.
c. Belajar bersama kadang – kadang tidak terkendali
Menurut Sudjana (2010 : 140) mengemukakan keunggulan
dan kelemahan metode kerja kelompok adalah :
a. Dapat menumbuhkan kegairahan belajar bagi para peserta
didik.
b. Meningkatkan motivasi belajar, kerjasama, saling belajar,
keakraban, saling menghargai, dan partisipasi pada peserta
didik.
c. Lebih memberi peluang untuk menyampaikan gagasan,
pendapat, dan pengalaman karena jumlah peserta didik
lebih terbatas.
d. Kegiatan belajar akan lebih mantap.
Selain keunggulan di atas metode kerja kelompok
mempunyai kelemahan yaitu:
a. Persiapan membutuhkan lebih banyak pikiran, tenaga, alat
dan waktu.
b. Memerlukan pendidik yang mampu mengelola kegiatan
kerja kelompok.
c. Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang
cukup memadai.
2.1.5.3 Langkah – Langkah Metode Kerja Kelompok
Menurut Rahardja (2002 : 98) langkah – langkah metode kerja kelompok yaitu:
1. Persiapan
a. Memilih bahan pelajaran / tugas yang sesuai dengan tingkat
kemampuan/ minat siswa.
b. Pembentukan kelompok sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
dengan memperhatikan jenis – jenis pengelompokan.
c. Pembagian tugas kepada semua kelompok.
2. Pelaksanaan
a. Setelah semua memahami tugas yang harus dikerjakan maka
siswa –siswa melaksanakan tugas tersebut.
b. Bila tugas sudah selesai maka setiap kelompok membuat
laporan hasil kerja kelompok tersebut.
c. Menyampaikan laporan hasil kerja kepada guru pada kelas baik secara lisan maupun tertulis.
3. Penutup
Guru mengadakan evaluasi terhadap proses pelaksanaan dan hasil
akhir laporan kerja tersebut.
Menurut Roestiyah (1998 : 19) ada 6 langkah – langkah metode kerja
kelompok yaitu :
1. Menjelaskan tugas kepada siswa.
3. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok.
4. Setiap kelompok menunjuk pencatat yang akan membuat
laporan tentang hasil kerja kelompok.
5. Guru berkeliling selama kerja kelompok berlangsung, bila
perlu memberi saran/ pertanyaan.
6. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima
hasil kerja kelompok.
Menurut Moedjiono (1991 : 66) langkah - langkah metode kerja
kelompok yaitu :
1. Pemilihan topik atau tugas kerja kelompok. Pemilihan topik
merupakan langkah awal pemakaian metode kerja kelompok
dapat dilaksanakan oleh guru dengan jalan :
a. Memilih dan menetapkan sendiri.
b. Memilih dan menetapkan bersama dengan siswa.
2. Pembentukan kelompok sesuai tujuan. Tahap ini merupakan
kewajiban guru untuk membagi kelas menjadi kelompok
sesuai tujuan yang ingin dicapai melalui kerja kelompok.
3. Pembentukan topik atau tugas yang harus dikerjakan oleh
kelompok. Tahap ini meminta kepada guru untuk
memberitahukan topik atau tugas untuk tiap – tiap kelompok
dimana topik atau tugas yang diberitahukan harus jelas bagi
4. Proses kerja kelompok. Pada tahap ini setiap kelompok
melaksanakan :
a. Penjajagan terhadap tugas atau topik yang diberikan
oleh guru.
b. Pemahaman terhadap tugas atau topik kelompok.
c. Penyelesaian tugas
5. Pelaporan hasil kerja kelompok. Setelah siswa menyelesaikan
tugas, maka mereka berkewajiban melaporkan hasil kerja
mereka.
6. Penilaian pemakaian kerja kelompok. Guru perlu melakukan
penilaian untuk menentukan keberhasilan metode kerja
kelompok.
Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa
langkah – langkah metode kerja kelompok yaitu guru menjelaskan
tugas kepada siswa kemudian membagi kelas dalam beberapa
kelompok. Setiap kelompok mengerjakan tugas masing – masing dan
setelah selesai siswa menyampaikan hasil kerja kelompok kepada
guru. Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.
2.1.6 Pendidikan Kewarganegaraan
2.1.6.1 Pengertian dan Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah bidang studi yang bersifat
interdisipliner ilmu-ilmu sosial yang secara struktural bertumpu pada
hak dan kewajiban (Aziz dkk, 2011: 316). Menurut Sofhian (2011 : 6)
pendidikan kewarganegaraan didefinisikan sebagai proses pendewasaan
bagi warga negara dengan usaha sadar dan terencana melalui
pengajaran dan pelatihan sehingga terjadi perubahan pada warga negara
tersebut dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku yang bersifat kritis
dan emansipatoris.
Tim ICCE UIN Jakarta (dalam Sofhian 2011 : 8) pendidikan
kewarganegaraan adalah program pendidikan yang memuat bahasan
tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungannya
dengan negara, demokrasi, ham, dan masyarakat madani yang dalam implementasinya menerapkan pendidikan demokratis dan humanis”.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pendidikan kewarganegaraan adalah bidang studi yang memuat bahasan
tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungannya
dengan negara, demokrasi, ham, dan masyarakat madani yang dalam implementasinya menerapkan pendidikan demokratis dan humanis”.
Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan menurut Mansoer (dalam
Erwin, 2010 : 2) Pendidikan Kewarganegaraan itu merupakan hasil dari
sintesis antara civic education, democracy education, serta citizenship
yang berdasarkan pada Filsafat Pancasila serta mengandung identitas
nasional Indonesia serta materi muatan tentang bela negara. Dengan
hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia yang berbasis
Kewarganegaraan di Indonesia merupakan pendidikan kebangsaan dan
kewarganegaraan yang berhadapan dengan keberadaan Negara
Kesatuan Republik Indonesia, Demokrasi, HAM dan cita-cita untuk
mewujudkan masyarakat madani Indonesia dengan menggunakan
Filsafat Pancasila sebagai pisau analisisnya.
2.1.6.2 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Sofhian (2011 : 10) ruang lingkup pendidikan
kewarganegaraan meliputi nasionalisme, (bangsa dan identitas
nasional), pancasila, warga negara, kewarganegaraan, konstitusi, good
governance, pemerintah dan pemerintahan, hubungan sipil militer,
hubungan agama dan negara, masyarakat madani, demokrasi, dan hak
asasi manusia.
2.1.6.3 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Fajar (2009 : 143) tujuan mata pelajaran pendidikan
kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi – kompetensi
sebagai berikut :
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
isu kewarganegaraan.
2. Berpatisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan
bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan pada karakter – karakter masyarakat Indonesia
agar dapat hidup bersama dengan bangsa – bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa – bangsa lain dalam peraturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi dan komunikasi.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
(Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 tentang Standar Isi
(dalam Murdiono, 2012 : 48) tujuan pendidikan kewarganegaraan
adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :
1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi
isu kewarganegaraan.
2. Berpatisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, dan bernegara anti korupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk
diri berdasarkan karakter – karakter masyarakat Indonesia agar
dapat hidup bersama dengan bangsa – bangsa lainnya.
4. Berinteraksi dengan bangsa – bangsa lainnya dalam percaturan
dunia secara langsung atau tidak langsung dengan
2.1.6.4 Materi Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 8 Semester Genap Standar
Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok 44.Memahami pelaksanaan demokrasi 4.1Menjelaskan hakikat demokrasi. 4.2Menjelaskan pentingnya kehidupan demokrasi dalam bermasyarakat. 4.3Menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan 1.Pengertian Demokrasi. 2.Menguraikan sejarah perkembangan demokrasi. 3.Mengidentifikasi Prinsip-prinsip pemerintahan demokrasi. 4.Menyebutkan macam – macam demokrasi. 5.Menjelaskan demokrasi pancasila. 6.Menyebutkan pelaksanaan demokrasi Indonesia. 1.Menjelaskan pentingnya kehidupan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. 2.Menunjukkan kebaikan budaya demokrasi, dibanding dengan sistem pemerintahan non demokrasi. 3.Memberikan contoh masyarakat yang demokratis
.
1.Memberikan sikap dan contoh terhadap perilaku demokrasi dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat. Pengertian demokrasi. Unsur – unsur demokrasi. Sejarah perkembangan demokrasi. Macam – macam demokrasi. Pengertian demokrasi pancasila. Landasan pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Pentingnya kehidupan demokrasi Kebaikan budaya demokrasi, dibanding dengan sistem pemerintahan non demokrasi Contoh masyarakat yang demokratis. Pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan.5.2 Memahami kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia. 5.1 Menjelaskan makna kedaulatan rakyat. 5.2Mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia dan peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat. 1.Merumuskan pengertian kedaulatan. 2.Menjelaskan pengertian kedaulatan rakyat. 3.Menjelaskan pengertian kedaulatan kedalam dan keluar. 4.Menjelaskan macam-macam teori kedaulatan. 5.Menjelaskan kedaulatan yang dianut oleh bangsa Indonesia dan landasan hukumnya. 1.Menjelaskan pengertian sistem pemerintahan. 2.Menjelaskan sistem pemerintahan presidentil. 3.Menjelaskan sistem pemerintahan parlementer. 4.Menjelaskan sistem Pengertian kedaulatan Pengertian kedaulatan rakyat Pengertian kedaulatan dalam dan keluar Macam-macam teori kedaulatan Kedaulatan yang dianut oleh bangsa Indonesia dan landasan hukumnya . Pengertian sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan presidentil. Sistem pemerintahan parlementer. Sistem
5.3Menunjukkan sikap positif terhadap kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan Indonesia. pemerintahan RI menurut UUD 1945. 5.Menjelaskan pembagian kekuasaan menurut Montesque. 6.Menjelaskan tugas lembaga-lembaga pelaksana kedaulatan rakyat. 1.Memberikan contoh sikap positif pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam lingkungan masyarakat dan sekolah. pemerintahan RI menurut UUD 1945. Pembagian kekuasaan menurut Montesque. Tugas lembaga-lembaga pelaksana kedaulatan rakyat. Contoh sikap positif dalam pelaksanaan. kedaulatan rakyat dalam lngkungan masyarakat dan sekolah
Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah peran lembaga
negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dengan standar kompetensi
memahami kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia dan
2.2 PENELITIAN YANG RELEVAN
Penelitian yang dilakukan oleh Nita Wahyuni (2012 : 86 ) dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode Student Team
Achievement Divisions (STAD) dan Metode Ekspositori Terhadap Hasil
Belajar PKn Kelas X Di SMA N 3 Salatiga. Hasil penelitian menyebutkan
bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif Model STAD dengan
metode Ekspositori terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn
di SMAN 3 Salatiga. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn pada
kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran
kooperatif model STAD lebih baik dari pada kelompok siswa yang belajar
dengan menggunakan metode Ekspositori.
Penelitian yang dilakukan oleh A.A Wicaksono (2012 : 54) dengan judul “ Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPS Kelas V SDN Kandangan 03
Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian tersebut
menyebutkan bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif
tipe STAD dengan metode konvensional pada mata pelajaran IPS di SDN
Kanangan 03. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada kelompok
siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD
lenih baik daripada kelompok siswa yang belajar menggunakan metode
Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Nadzifah (2012 : vi) dengan judul “ Pengaruh Metode Kerja Kelompok Terhadap Hasil Belajar Siswa
Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas IV Minu Waru II Sidoarjo. Penelitian
tersebut menunjukan adanya pengaruh metode kerja kelompok terhadap
siswa pada mata pelajaran fiqih. Hasil korelasi product moment nilai rxy=
0,808 berkisar antara 0, 700 – 0, 900 tergolong kuat atau tinggi kemudian
tabel r product moment dengan taraf 5% = 0, 381 dan taraf 1% = 0,487
maka dapat diketahui terdapat pengaruh antara pengaruh metode kerja
kelompok terhadap hasil belajar.
2.3 KERANGKA BERPIKIR
Secara sistematis kerangka berfikir digambarkan sebagai berikut:
Tipe STAD
Metode yang berpusat pada
siswa merupakan
pembelajaran secara berkelompok. Di dalam proses pembelajaran terdapat skor perkembangan individu dan penghargaan.
Proses
Pembelajaran
Kerja Kelompok Metode hampir sama dengan tipe STAD berpusat pada siswa dan pembelajaran secara kelompok. Namun yang membedakan yaitu tidak terdapat skor perkembangan individu dan penghargaan.
Perbedaan Hasil belajar
Proses pembelajaran adalah suatu bentuk interaksi belajar mengajar
dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan,
artinya interaksi yang telah direncanakan untuk suatu tujuan tertentu sebagai
pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan
pelajaran. Proses pembelajaran yang akan dilakukan dalam penelitian ini
dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode kerja
kelompok.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang
membelajarkan siswa melalui kuis – kuis individual setelah mempelajari
materi bersama secara berkelompok yang anggotanya secara heterogen.
Akhir dari pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan adanya skor
penghargaan untuk kelompok. Kegiatan dalam pembelajaran ini dimulai
dengan penyampaian meteri atau informasi secara singkat oleh guru dengan
menggunakan ceramah. Setelah guru selesai menyampaikan materi
kemudian siswa di masukan dalam kelompok yang telah terbentuk untuk
melakukan diskusi dan mempelajari materi yang baru saja disampaikan oleh
guru. Seluruh proses pembelajaran ini terpusat pada siswa. Proses
pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan materi yang didapatkan dari guru. Pembelajaran kooperatif
tipe STAD mengkondisikan siswa untuk menjalin kerja sama untuk
mencapai satu penghargaan. Adanya penghargaan tersebut bertujuan
Pembelajaran yang kedua yang dipergunakan adalah metode kerja
kelompok. Metode kerja kelompok hampir sama dengan pembelajaran
kooperatif tipe STAD. Metode kerja kelompok merupakan cara menyajikan
bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas beberapa berkelompok
siswa untuk bekerja sama antara anggota kelompok mengerjakan tugas
secara bersama – sama dalam mencapai tujuan belajar. Di dalam metode
kerja kelompok tidak terdapat adanya skor penghargaan untuk tim dan tidak
terdapat tanggung jawab individu terhadap materi yang diajarkan sehingga
terdapat perbedaan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.
Pembelajaran menggunakan tipe STAD dan kerja kelompok diterapkan
pada mata pelajaran PKn kemudian akan dilihat pengaruhnya terhadap hasil
belajar siswa. Apabila ditinjau secara teoritis maka hasil belajar siswa
setelah menggunakan STAD dan kerja kelompok berbeda. Hasil belajar
setelah menggunakan STAD diharapkan yang lebih baik karena di dalam
kelompok itu setiap anggota bertanggung jawab untuk menguasai materi
yang diajarkan.
2.4 HIPOTESIS PENELITIAN
Hipotesis pada penelitian ini yaitu ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran kooperatfif tipe STAD dan metode
kerja kelompok terhadap hasil belajar PKn pada siswa kelas 8 SMP Stella