• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 KAJIAN TEORI 2.1.1 Belajar 2.1.1.1 Pengertian Belajar

Menurut Slameto (2010 : 2) belajar adalah suatu proses usaha yang

dilakukan sesorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya dalam interaksi

dengan lingkungannya. Menurut Jersild (dalam Sagala, 2010 : 12) belajar

yaitu perubahan atau membawa akibat perubahan tingkah laku dalam pendidikan karena pengalaman dan latihan. Belajar adalah: “suatu proses

kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi

aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan

yang relatif menetap atau bertahan dalam kemampuan kognitif , afektif, dan psikomotorik” (Winkel, 2004 : 22).

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

suatu kegiatan atau proses pendidikan yang dilakukan seseorang melalui

pengalaman dan latihan yang didapat dari usaha sehingga menghasilkan

perubahan tingkah laku yang relatif menetap dalam kemampuan kognitif,

(2)

Menurut Hamalik (2011 : 36) belajar adalah merupakan suatu proses

suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya

mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Menurut

Cronbach (dalam Suprijono, 2012 : 2) belajar adalah perubahan perilaku

sebagai hasil dari pengalaman. Belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa

raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari

pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang

menyangkut kognitif, afektif dan psikomotor. (Djamarah, 2010 : 13).

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu kegiatan untuk memperoleh hasil berupa pengalaman

interaksi dengan lingkungan yang menyangkut kognitif, afektif, dan

psikomotorik.

2.1.1.2 Prinsip – Prinsip Belajar

Menurut Suprijono (2010 : 4) prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut:

1. Prinsip-prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku

sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:

a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaiu perubahan yang

disadari.

b. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya.

c. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup.

(3)

e. Permanen atau tetap.

f. Bertujuan dan terarah.

g. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan.

2. Belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan

dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang

dinamis, konstruktif, dan organik.

3. Belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya

adalah hasil dari interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.

Sedangkan Sukmadinata (2009 : 165) mengemukakan prinsip – prinsip

belajar sebagai berikut :

1. Belajar merupakan bagian dari pengalaman.

Berkembang dan belajar merupakan dua hal yang berbeda, tetapi

berhubungan erat.

2. Belajar berlangsung seumur hidup.

Kegiatan belajar dilakukan sejak lahir sampai menjelang kematian,

sedikit demi sedikit dan terus menerus .

3. Keberhasilan belajar dipengaruhi dipengaruhi oleh faktor – faktor

bawaan, faktor lingkungan, kematangan serta usaha dari individu

sendiri.

4. Belajar mencakup semua aspek intelektual, tetapi juga aspek sosial,

budaya, politik, ekonomi, moral, religi, seni, ketrampilan dll.

(4)

Kegiatan belajar tidak hanya berlangsung di sekolah, tetapi juga di

rumah, di masyarakat, di tempat rekreasi bahkan di mana saja bisa

terjadi perbuatan belajar.

6. Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.

Proses belajar dapat berjalan dengan bimbingan seorang guru, tetapi

juga tetap berjalan meskipun tanpa guru.

7. Belajar yang berencana dan disengaja menuntut motivasi yang tinggi.

Kegiatan belajar yang diarahkan kepada penguasaan, pemecahan atau

pencapaian sesuatu hal yang bernilai tinggi yang dilakukan secara sadar

dan terencana.

8. Perbuatan belajar bervariasi dari paling sederhana sampai dengan yang

sangat kompleks.

9. Dalam belajar dapat terjadi hambatan – hambatan.

Proses kegiatan belajar tidak selalu lancar, adakalanya terjadi

kelambatan atau perhentian.

10. Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya bantuan atau

bimbingan dari orang lain. Tidak semua hal dapat dipelajari sendiri. Hal – hal tertentu perlu diberikan atau dijelaskan oleh guru.

Dari berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

prinsip – prinsip belajar merupakan perubahan perilaku seseorang

sebagai bentuk dari pengalaman yang berlangsung seumur hidup di

(5)

2.1.2 Hasil Belajar 2.1.2.1 Pengertian

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002 : 36) hasil belajar adalah hasil

yang ditunjukkan dari suatu interaksi tindak belajar dan biasanya

ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru. Menurut Bloom (dalam

dalam Sudjana, 2009 : 23) hasil belajar dicapai dalam tiga ranah yaitu:

1. Ranah Kognitif, yaitu berkenaan dengan hasil belajar intelektual

yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, ingatan,

pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Ranah Afektif, yaitu berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima

spek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, organisasi, dan

internalisasi.

3. Ranah Psikomotorik, yaitu berkenaan dengan hasil belajar

ketrampilan dan kemampuan bertindak.

Hasil belajar adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki siswa

setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2011 : 22).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

adalah kemampuan siswa setelah belajar yang mencakup domain kognitif,

afektif dan psikomotorik.

Pada umumnya hasil belajar dinilai melalui tes, baik tes uraian

maupun tes obyektif (Sudjana, 2011 : 55). Hasil belajar tersebut terjadi

(6)

hasil belajar pada dasarnya merupakan akibat dari suatu proses belajar.

Hasil belajar tergantung pada proses belajar siswa dan proses mengajar

guru. Perubahan perilaku yang diperoleh peserta melalui aktivitas belajar

sebagai hasil dari interaksi peserta didik dengan lingkungan pendidikan

dengan guru tersebut (Hadis dan Nurhayati, 2010 : 60).

Dari uraian tentang hasil belajar di atas semua merujuk terhadap

perubahan siswa setelah melakukan proses kegiatan belajar yang

menyebabkan perubahan dalam dirinya mencakup kemampuan kognitif,

afektif dan psikomotorik. Pengukuran hasil belajar siswa dapat diukur

dengan kriteria atau patokan-patokan tertentu. Dalam pengukuran hasil

belajar siswa dapat menggunakan teknik tes dan hasil tes berupa nilai.

1) Faktor – Faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Sudjana (2011 : 39) hasil belajar yang dicapai siswa

dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa atau

faktor lingkungan. Faktor kemampuan siswa besar sekali pengaruhnya

terhadap hasil belajar yang dicapai. Di samping faktor kemampuan yang

dimiliki siswa, juga ada faktor lain seperti motivasi belajar, minat dan

perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial, ekonomi, faktor

fisik dan faktor psikis.

Menurut Syah (2006 : 144) faktor-faktor yang mempengaruhi hasil

belajar siswa terdiri dari dua faktor yaitu faktor yang datangnya dari

(7)

(eksternal factor) kondisi lingkungan di sekitar siswa Keduanya dapat

dijelaskan sebagai berikut :

1). Faktor internal, meliputi:

a) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai

dapat mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam

mengikuti pelajaran.

b) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek

psikologis yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil

belajar siswa antara lain : (1)Intelegensi, (2) Sikap (3) bakat, (4)

minat, dan (5) motivasi.

2). Faktor eksternal meliputi:

a) Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, sifat para guru, staf

adminitrasi dan teman-teman sekelas.

b) Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana

sekolah/belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan

cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak.

c) Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun

metode, model dan media pembelajaran yang digunakan.

Dari kedua pendapat di atas maka dapat disimpulkan faktor – faktor

(8)

Faktor internal terdapat dalam diri siswa dan faktor eksternal terdapat di

luar diri siswa. Salah satu faktor eksternal yang mempengaruh hasil belajar

yaitu metode pembelajaran. Metode pembelajaran yang digunakan siswa

untuk mempelajari materi – materi pelajaran. Materi pelajaran akan sampai

pada siswa apabila metode pembelajaran yang digunakan itu tepat.

2.1.3 Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD).

2.1.3.1 Metode Pembelajaran Kooperatif

2.1.3.1.1 Pengertian

Menurut Uno (2010 : 2) metode pembelajaran didefinisikan

sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya

merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode

pembelajaran adalah cara tertentu yang digunakan untuk

membelajarkan siswa (Akbar dan Sriwiyana, 2011 : 236).

Dari pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru untuk

membelajarkan siswa dan fungsinya mencapai tujuan pembelajaran.

Belajar kooperatif (Cooperatif Learning) merupakan bentuk

pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja sama dalam

kelompok-kelompok kecil secara kolaraboratif yang anggotanya terdiri

dari dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang

(9)

Menurut Slavin (2010 : 11) belajar kooperatif (Cooperatif

Learning) adalah sebagai suatu teknik pembelajaran dimana siswa

bekerja dalam suatu kelompok yang heterogen yang beranggotakan 4-6

orang. Belajar kooperatif adalah mengelompokkan siswa di dalam kelas

ke dalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan

kemampuan maksimal yang mereka miliki dan dengan kemampuan

maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain (Johnson

& Johnson dalam Isjoni, 2012 : 17).

Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif adalah suatu teknik pembelajaran dimana siswa bekerja sama

dalam suatu kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan 4-6

orang secara heterogen untuk saling berinteraksi.

Menurut Artzt & Newman (dalam Huda 2012 : 32) pembelajaran

kooperatif adalah kelompok kecil pembelajar / siswa yang bekerja sama

dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan suatu

tugas, atau mencapai satu tujuan bersama. Menurut Slavin (2010 : 10)

pembelajaran kooperatif adalah metode atau model dimana siswa

belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung

jawab terhadap pencapaian hasil belajar individu dan kelompok. Anita

Lie (dalam Isjoni, 2012 : 16) menyebut cooperative learning dengan

istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang

memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan

(10)

kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja

kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau

diarahkan oleh guru

Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kooperatif merupakan suatu kegiatan belajar siswa yang dilakukan

secara berkelompok sebagai suatu tim di dalamnya anggotanya saling

menyumbangkan pikiran untuk menyelesaikan tugas-tugas kelompok

yang terstruktur untuk mencapai tujuan bersama.

2.1.3.1.2 Unsur-unsur Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rusman (2012 : 208) unsur-unsur dasar pembelajaran

kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka

sehidup sepenanggungan bersama.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam

kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam

kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di

antara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan

yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

f. Siswa terbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan

(11)

g. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi

yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

Menurut Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2002 : 30) lima

unsur pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan adalah :

a. Saling ketergantungan positif.

b. Tanggung jawab perseorangan.

c. Tatap muka.

d. Komunikasi antar anggota .

e. Evaluasi proses kelompok.

Dari pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur – unsur dari pembelajaran kooperatif adalah siswa belajar secara

berkelompok untuk memahami materi bersama – sama dimana setiap

anggotanya mempunyai tanggung jawab terhadap materi kemudian

di akhirnya dilakukan evaluasi kelompok.

2.1.3.1.3 Karakteristik atau Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2012 : 20) beberapa karakteristik atau ciri dari pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a. Setiap anggota memiliki peran.

b. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.

c. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan

juga teman - teman sekelompoknya.

d. Guru membantu mengembangkan ketrampilan – ketrampilan

(12)

e. Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan.

Menurut Rusman (2012 : 207) karakteristik pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Pembelajaran secara tim.

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

c. Kemauan untuk bekerja sama

d. Ketrampilan bekerja sama

Dari pendapat – pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

karakterikstik pembelajaran kooperatif yaitu adanya pembelajaran

secara tim dimana terjadi interaksi antar siswa untuk mengembangkan

ketrampilan bekerja sama.

2.1.3.1.4. Tujuan Pembelajaran Kooperatif

Menurut Isjoni (2012 : 21) tujuan utama pembelajaran kooperatif

adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok bersama

teman – temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan

memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan

gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara

berkelompok.

Tujuan penting lain dari pembelajaran kooperatif adalah untuk

mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di

(13)

organisasi yang saling bergantungan satu sama lain dan di mana

masyarakat secara budaya semakin beragam (Rusman, 2012 : 210).

Dari pendapat – pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan siswa dapat belajar secara

berkelompok, kerja sama dengan cara menghargai pendapat dan

memberikan orang lain untuk menyampaikan pendapatnya.

2.1.3.1.5 Langkah - Langkah Pembelajaran Kooperatif

Menurut Rusman (2012 : 211) sintaks pembelajaran kooperatif

terdiri dari 6 (enam) fase yaitu sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai

pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

2. Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan

demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

3. Guru menjelaskan kepada siswa caranya membentuk kelompok

belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi

secara efisien.

4. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat

mereka mengerjakan tugas mereka.

5. Guru mengevaluasi hasil belajar tenang materi yang telah

dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan

hasil kerjanya.

6. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun

(14)

2. 1. 4 Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)

2.1.4.1. Pengertian STAD

Student Team Achievement Division (STAD) dikembangkan oleh

Robert Slavin dari Universitas John Hopkins. Metode ini dipandang

sebagai yang paling sederhana dan paling langsung dari pendekatan

pembelajaran kooperatif (Abdurrahman & Bintoro dalam Nurhadi (2003

: 63). Menurut Slavin (2010 : 11) menjelaskan bahwa pembelajaran

kooperatif tipe STAD adalah pembelajaran kelompok yang terdiri dari

empat atau lima orang dengan struktur heterogen, heterogen dari prestasi,

jenis kelamin atau etnis. Materi dirancang untuk belajar kelompok, siswa

bekerja menyelesaikan lembar kegiatan secara bersama-sama berdiskusi

dan saling membantu dalam kelompoknya.

Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan salah

satu tipe belajar kelompok kecil yang menekankan pada aktivitas dan

interaksi dimana siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu

dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang

maksimal.

Tipe belajar yang dikembangkan oleh Slavin ini melibatkan “kompetisi” antarkelompok. Siswa dikelompokkan berdasarkan

kemampuan, gender, ras, dan etnis. Pertama – tama siswa mempelajari

materi bersama dengan teman – teman satu kelompoknya, kemudian diuji

(15)

Dari berbagai pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) merupakan

pembelajaran kelompok yang terdiri dari empat atau lima orang dengan

struktur heterogen, mempelajari materi bersama dengan teman – teman

satu kelompoknya, kemudian diuji secara individual melalui kuis – kuis.

2.1.4.2 Langkah – Langkah STAD

Menurut Slavin (2010 : 143) pembelajaran kooperatif tipe STAD

mempunyai lima tahapan, yaitu (a) tahap penyajian materi, (b) tahap

kegiatan kelompok, (c) tahap individu, (d) tahap skor perkembangan

individu, (e) tahap penghargaan kelompok.

Secara rinci tahap – tahap pelaksanaan pembelajaran kooperatif

tipe STAD adalah :

a. Tahap penyajian materi

Pada tahap ini guru memulainya dengan menyampaikan materi

yang akan dipelajari dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang

kandungan materi tersebut..

b. Tahap kegiatan kelompok

Dalam kerja kelompok ini siswa saling berbagi tugas, saling

membantu dalam menyelesaikan tugas. Salah satu lembar

dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini

sebagai guru sebagai fasilitator dan motivator.

(16)

Pada tahap ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana

keberhasilan telah dicapai, diadakan tes secara individual atau

kuis yang mengenai materi yang telah dipelajari dengan

menggunakan pertanyaan atau lembar kerja. Tujuanya agar siswa

dapat menunjukkan pemahaman dari apa yang telah dipelajari

sebelumnya. Skor yang diperoleh siswa per individu didata dan

diarsipkan sebagai bahan perhitungan skor akhir kelompok.

d. Tahap skor perkembangan individu

Tahap skor perkembangan skor individu dihitung dari awal.

Penghitungan skor perkembangan individu dimaksudkan agar

siswa terpacu untuk memperoleh prestasi sesuai dengan

kemampuannya. Adapun penskoran perkembangan individu yang

dikemukakan Slavin (2010 : 159) sebagai berikut:

Pedoman skor perkembangan individu

Skor Poin Kemajuan

> 10 poin di bawah skor awal 5 poin

10 – 1 poin di bawah skor awal 10 poin

0 – 10 poin di atas skor awal 20 poin

> 10 poin di atas skor awal 30 poin

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan

skor masing – masing perkembangan skor invidu dan hasilnya dibagi

sesuai anggota jumlah kelompok.

(17)

Penskoran kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing – masing skor perkembangan individu yang kemudian dirata – rata.

Selanjutnya memberikan perhargaan kelompok jika skor – rata –

rata mereka mencapai kriteria tertentu. Menurut Slavin (2010 : 160)

dikategorikan sebagai kelompok baik, kelompok sangat baik dan

kelompok super dengan kriteria sebagai berikut : (a) kelompok

dengan skor rata – rata 15 sebagai tim baik, (b) kelompok dengan

skor 16 sebagai tim sangat baik, (c) kelompok dengan skor rata –

rata 17 sebagai tim super.

Dalam mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran kooperatif, guru harus mempersiapkan materi yang

sudah dirancang untuk keperluan kerja kelompok. Menurut Slavin

(2010 : 144) yaitu berdasarkan prestasi akademik. Selanjutya

keragaman kemampuan dalam kelompok ditentukan dengan rincian

siswa dikelompokkan menjadi 4-5 kelompok besar dengan kriteria

sebagai berikut, satu kelompok siswa terdiri dari satu atau dua

orang siswa kemampuan akademik kemampuan tinggi, dua siswa

dengan kelompok akademik sedang, satu orang siswa dengan

(18)

Menurut Rusman (2012 : 215) langkah – langkah pembelajaran

kooperatif tipe STAD sebagai berikut :

Langkah – Langkah Perilaku Guru dan Siswa a. Penyampaian tujuan dan

motivasi

Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar.

b. Pembagian kelompok Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan

heterogenitas (keragaman) kelas ke dalam prestasi akademik, jenis kelamin, ras atau etnik.

c. Presentasi dari guru Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut diakhiri.

d. Kegiatan belajar dalam tim Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing – masing memberikan kontribusi.

e. Kuis (evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian hasil kerja masing – masing kelompok. Siswa mengerjakan kuis secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. f. Penghargaan Prestasi Tim

1. Menghitung skor individu

Guru memeriksa hasil kerja siswa dan selanjutnya

(19)

2. Menghitung skor kelompok

3. Pemberian hadiah dan

pengakuan skor

kelompok.

pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok.

Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah –

langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD yaitu guru menyampaikan

materi pelajaran kemudian siswa dibagi dalam beberapa kelompok secara

heterogen. Setiap anggota dalam satu kelompok harus memahami materi

setelah itu guru mengadakan kuis individu untuk mengukur keberhasilan

belajar dalam kelompok dan yang terakhir memberikan penghargaan bagi

kelompok yang mendapatkan skor paling banyak.

2.1.4.3 Tujuan STAD

Menurut Slavin (2010 : 12) tujuan dari pembelajaran kooperatif

tipe STAD adalah untuk memotivasi siswa supaya saling mendukung dan

membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan

oleh guru. Tipe STAD juga bertujuan untuk meningkatkan prestasi siswa.

2.1.4.4 Keunggulan dan Kelemahan STAD

Menurut Slavin (2010 : 129) kelebihan pembelajaran kooperatif

tipe STAD adalah meningkatkan perasaan pada siswa bahwa hasil yang

mereka keluarkan tergantung pada kinerjanya dan bukan pada

keberuntungannya. Menurut Soewarso (1998 : 22 ) kelebihan dari

pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah adanya anggota kelompok

lain yang menghindari kemungkinan siswa mendapat nilai rendah, karena

dalam pengetesan lisan dibantu oleh anggota kelompoknya, hadiah atau

(20)

siswa untuk pencapaian hasil belajar yang lebih tinggi, pembelajaran

kooperatif dapat menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar

mendengarkan pendapat orang lain dan mencatat hal – hal yang

bermanfaat untuk kepentingan bersama – sama, pembelajaran kooperatif

menghasilkan pencapaian belajar yang lebih tinggi, menambah harga diri

siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya, siswa yang

lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuan,

pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk

memonitor siswa bekerja sama dalam sebuah tim.

Menurut Slavin (2010 : 82) pembelajaran kooperatif tipe STAD

mempunyai kelemahan apabila anggota yang tidak memahami materi,

teman sekelompoknya akan gagal dan kelompoknya juga akan gagal.

Slavin (2010 : 274) kelemahan yang terjadi saat STAD adalah tidak bisa

berteman, siswa tidak hadir karena saling bergantung antara satu sama

lain untuk belajar bersama dan untuk memberi kontribusi poin.

2.1.5 Metode Kerja Kelompok 2.1.5.1 Pengertian

Menurut Rahardja (2002 : 96) metode kerja kelompok adalah suatu

cara menyajikan bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas

beberapa berkelompok siswa untuk bekerja sama antara anggota

kelompok mengerjakan tugas secara bersama – sama dalam mencapai

tujuan belajar. Menurut Sagala (2010 : 215) metode kerja kelompok atau

(21)

dalam suatu kelas dipandang sebagai suatu kesatuan (kelompok)

tersendiri, ataupun dibagi atas kelompok – kelompok atau sub – sub

kelompok untuk mencapai satu tujuan pelajaran. Kerja kelompok adalah

kerja sama yang dilakukan oleh kumpulan peserta didik yang jumlahnya

terbatas, sekitar 15 – 20 orang untuk melaksanakan tugas tertentu dalam

kegiatan pembelajaran. (Sudjana, 2010 : 138).

Dari berbagai pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

metode kerja kelompok adalah cara menyajikan bahan pelajaran secara

berkelompok dan kerja sama untuk melaksanakan tugas dalam kegiatan

pembelajaran.

2.1.5.2 Keunggulan dan Kelemahan Metode Kerja Kelompok

Menurut Sagala (2010 : 216) ada beberapa keunggulan dari metode kerja kelompok antara lain yaitu:

1. Membiasakan siswa bekerja sama menurut paham demokrasi,

memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengembangkan

sikap musyawarah dan bertanggung jawab.

2. Kesadaran akan adanya kelompok menimbulkan rasa kompetitif

yang sehat, sehingga membangkitkan kemauan belajar dengan

sungguh – sungguh.

3. Guru tidak mengawasi masing – masing murid secara

individual, cukup hanya dengan memperlihatkan kelompok saja

(22)

4. Melatih ketua kelompok menjadi pemimpin yang bertanggung

jawab dan membiasakan anggota – anggotanya untuk

melaksanakan tugas kewajiban sebagai warga yang patuh pada

aturan.

Selain keunggulan yang dipaparkan di atas metode kerja

kelompok terdapat juga kelemahan antara lain yaitu:

1. Segi penyusunan kelompok

a. Sulit untuk membuat kelompok yang homogen, baik

intelegensi, bakat dan minat.

b. Murid – murid yang oleh guru telah dianggap homogen,

sering tidak merasa cocok dengan anggota kelompoknya

itu.

c. Pengetahuan guru tentang pengelompokkan itu kadang –

kadang masih belum mencukupi.

2. Segi kerja

a. Pemimpin kelompok kadang – kadang sukar untuk

memberikan pengertian kepada anggota, sulit untuk

menjelaskan dan membagikan kerja.

b. Anggota kadang – kadang tidak mematuhi tugas – tugas

yang diberikan oleh pemimpin kelompok.

c. Belajar bersama kadang – kadang tidak terkendali

(23)

Menurut Sudjana (2010 : 140) mengemukakan keunggulan

dan kelemahan metode kerja kelompok adalah :

a. Dapat menumbuhkan kegairahan belajar bagi para peserta

didik.

b. Meningkatkan motivasi belajar, kerjasama, saling belajar,

keakraban, saling menghargai, dan partisipasi pada peserta

didik.

c. Lebih memberi peluang untuk menyampaikan gagasan,

pendapat, dan pengalaman karena jumlah peserta didik

lebih terbatas.

d. Kegiatan belajar akan lebih mantap.

Selain keunggulan di atas metode kerja kelompok

mempunyai kelemahan yaitu:

a. Persiapan membutuhkan lebih banyak pikiran, tenaga, alat

dan waktu.

b. Memerlukan pendidik yang mampu mengelola kegiatan

kerja kelompok.

c. Membutuhkan dukungan fasilitas, alat, dan biaya yang

cukup memadai.

(24)

2.1.5.3 Langkah – Langkah Metode Kerja Kelompok

Menurut Rahardja (2002 : 98) langkah – langkah metode kerja kelompok yaitu:

1. Persiapan

a. Memilih bahan pelajaran / tugas yang sesuai dengan tingkat

kemampuan/ minat siswa.

b. Pembentukan kelompok sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

dengan memperhatikan jenis – jenis pengelompokan.

c. Pembagian tugas kepada semua kelompok.

2. Pelaksanaan

a. Setelah semua memahami tugas yang harus dikerjakan maka

siswa –siswa melaksanakan tugas tersebut.

b. Bila tugas sudah selesai maka setiap kelompok membuat

laporan hasil kerja kelompok tersebut.

c. Menyampaikan laporan hasil kerja kepada guru pada kelas baik secara lisan maupun tertulis.

3. Penutup

Guru mengadakan evaluasi terhadap proses pelaksanaan dan hasil

akhir laporan kerja tersebut.

Menurut Roestiyah (1998 : 19) ada 6 langkah – langkah metode kerja

kelompok yaitu :

1. Menjelaskan tugas kepada siswa.

(25)

3. Membagi kelas menjadi beberapa kelompok.

4. Setiap kelompok menunjuk pencatat yang akan membuat

laporan tentang hasil kerja kelompok.

5. Guru berkeliling selama kerja kelompok berlangsung, bila

perlu memberi saran/ pertanyaan.

6. Guru membantu menyimpulkan kemajuan dan menerima

hasil kerja kelompok.

Menurut Moedjiono (1991 : 66) langkah - langkah metode kerja

kelompok yaitu :

1. Pemilihan topik atau tugas kerja kelompok. Pemilihan topik

merupakan langkah awal pemakaian metode kerja kelompok

dapat dilaksanakan oleh guru dengan jalan :

a. Memilih dan menetapkan sendiri.

b. Memilih dan menetapkan bersama dengan siswa.

2. Pembentukan kelompok sesuai tujuan. Tahap ini merupakan

kewajiban guru untuk membagi kelas menjadi kelompok

sesuai tujuan yang ingin dicapai melalui kerja kelompok.

3. Pembentukan topik atau tugas yang harus dikerjakan oleh

kelompok. Tahap ini meminta kepada guru untuk

memberitahukan topik atau tugas untuk tiap – tiap kelompok

dimana topik atau tugas yang diberitahukan harus jelas bagi

(26)

4. Proses kerja kelompok. Pada tahap ini setiap kelompok

melaksanakan :

a. Penjajagan terhadap tugas atau topik yang diberikan

oleh guru.

b. Pemahaman terhadap tugas atau topik kelompok.

c. Penyelesaian tugas

5. Pelaporan hasil kerja kelompok. Setelah siswa menyelesaikan

tugas, maka mereka berkewajiban melaporkan hasil kerja

mereka.

6. Penilaian pemakaian kerja kelompok. Guru perlu melakukan

penilaian untuk menentukan keberhasilan metode kerja

kelompok.

Dari berbagai pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

langkah – langkah metode kerja kelompok yaitu guru menjelaskan

tugas kepada siswa kemudian membagi kelas dalam beberapa

kelompok. Setiap kelompok mengerjakan tugas masing – masing dan

setelah selesai siswa menyampaikan hasil kerja kelompok kepada

guru. Guru memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok.

2.1.6 Pendidikan Kewarganegaraan

2.1.6.1 Pengertian dan Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan kewarganegaraan adalah bidang studi yang bersifat

interdisipliner ilmu-ilmu sosial yang secara struktural bertumpu pada

(27)

hak dan kewajiban (Aziz dkk, 2011: 316). Menurut Sofhian (2011 : 6)

pendidikan kewarganegaraan didefinisikan sebagai proses pendewasaan

bagi warga negara dengan usaha sadar dan terencana melalui

pengajaran dan pelatihan sehingga terjadi perubahan pada warga negara

tersebut dalam hal pengetahuan, sikap dan perilaku yang bersifat kritis

dan emansipatoris.

Tim ICCE UIN Jakarta (dalam Sofhian 2011 : 8) pendidikan

kewarganegaraan adalah program pendidikan yang memuat bahasan

tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungannya

dengan negara, demokrasi, ham, dan masyarakat madani yang dalam implementasinya menerapkan pendidikan demokratis dan humanis”.

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

pendidikan kewarganegaraan adalah bidang studi yang memuat bahasan

tentang masalah kebangsaan, kewarganegaraan dalam hubungannya

dengan negara, demokrasi, ham, dan masyarakat madani yang dalam implementasinya menerapkan pendidikan demokratis dan humanis”.

Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan menurut Mansoer (dalam

Erwin, 2010 : 2) Pendidikan Kewarganegaraan itu merupakan hasil dari

sintesis antara civic education, democracy education, serta citizenship

yang berdasarkan pada Filsafat Pancasila serta mengandung identitas

nasional Indonesia serta materi muatan tentang bela negara. Dengan

hakikat Pendidikan Kewarganegaraan Indonesia yang berbasis

(28)

Kewarganegaraan di Indonesia merupakan pendidikan kebangsaan dan

kewarganegaraan yang berhadapan dengan keberadaan Negara

Kesatuan Republik Indonesia, Demokrasi, HAM dan cita-cita untuk

mewujudkan masyarakat madani Indonesia dengan menggunakan

Filsafat Pancasila sebagai pisau analisisnya.

2.1.6.2 Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Sofhian (2011 : 10) ruang lingkup pendidikan

kewarganegaraan meliputi nasionalisme, (bangsa dan identitas

nasional), pancasila, warga negara, kewarganegaraan, konstitusi, good

governance, pemerintah dan pemerintahan, hubungan sipil militer,

hubungan agama dan negara, masyarakat madani, demokrasi, dan hak

asasi manusia.

2.1.6.3 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Fajar (2009 : 143) tujuan mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan adalah untuk memberikan kompetensi – kompetensi

sebagai berikut :

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi

isu kewarganegaraan.

2. Berpatisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan

bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat,

(29)

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk

diri berdasarkan pada karakter – karakter masyarakat Indonesia

agar dapat hidup bersama dengan bangsa – bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa – bangsa lain dalam peraturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi dan komunikasi.

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

(Permendiknas) Republik Indonesia Nomor 22 tentang Standar Isi

(dalam Murdiono, 2012 : 48) tujuan pendidikan kewarganegaraan

adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut :

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi

isu kewarganegaraan.

2. Berpatisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara, dan bernegara anti korupsi.

3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk

diri berdasarkan karakter – karakter masyarakat Indonesia agar

dapat hidup bersama dengan bangsa – bangsa lainnya.

4. Berinteraksi dengan bangsa – bangsa lainnya dalam percaturan

dunia secara langsung atau tidak langsung dengan

(30)

2.1.6.4 Materi Pendidikan Kewarganegaraan Kelas 8 Semester Genap Standar

Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Materi Pokok 44.Memahami pelaksanaan demokrasi 4.1Menjelaskan hakikat demokrasi. 4.2Menjelaskan pentingnya kehidupan demokrasi dalam bermasyarakat. 4.3Menunjukkan sikap positif terhadap pelaksanaan demokrasi dalam berbagai kehidupan 1.Pengertian Demokrasi. 2.Menguraikan sejarah perkembangan demokrasi. 3.Mengidentifikasi Prinsip-prinsip pemerintahan demokrasi. 4.Menyebutkan macam – macam demokrasi. 5.Menjelaskan demokrasi pancasila. 6.Menyebutkan pelaksanaan demokrasi Indonesia. 1.Menjelaskan pentingnya kehidupan demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan bernegara. 2.Menunjukkan kebaikan budaya demokrasi, dibanding dengan sistem pemerintahan non demokrasi. 3.Memberikan contoh masyarakat yang demokratis

.

1.Memberikan sikap dan contoh terhadap perilaku demokrasi dalam kehidupan keluarga, sekolah, masyarakat. Pengertian demokrasi. Unsur – unsur demokrasi. Sejarah perkembangan demokrasi. Macam – macam demokrasi. Pengertian demokrasi pancasila. Landasan pelaksanaan demokrasi di Indonesia. Pentingnya kehidupan demokrasi Kebaikan budaya demokrasi, dibanding dengan sistem pemerintahan non demokrasi Contoh masyarakat yang demokratis. Pelaksanaan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan.

(31)

5.2 Memahami kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia. 5.1 Menjelaskan makna kedaulatan rakyat. 5.2Mendeskripsikan sistem pemerintahan Indonesia dan peran lembaga negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat. 1.Merumuskan pengertian kedaulatan. 2.Menjelaskan pengertian kedaulatan rakyat. 3.Menjelaskan pengertian kedaulatan kedalam dan keluar. 4.Menjelaskan macam-macam teori kedaulatan. 5.Menjelaskan kedaulatan yang dianut oleh bangsa Indonesia dan landasan hukumnya. 1.Menjelaskan pengertian sistem pemerintahan. 2.Menjelaskan sistem pemerintahan presidentil. 3.Menjelaskan sistem pemerintahan parlementer. 4.Menjelaskan sistem Pengertian kedaulatan Pengertian kedaulatan rakyat Pengertian kedaulatan dalam dan keluar Macam-macam teori kedaulatan Kedaulatan yang dianut oleh bangsa Indonesia dan landasan hukumnya . Pengertian sistem pemerintahan. Sistem pemerintahan presidentil. Sistem pemerintahan parlementer. Sistem

(32)

5.3Menunjukkan sikap positif terhadap kedaulatan rakyat dan sistem pemerintahan Indonesia. pemerintahan RI menurut UUD 1945. 5.Menjelaskan pembagian kekuasaan menurut Montesque. 6.Menjelaskan tugas lembaga-lembaga pelaksana kedaulatan rakyat. 1.Memberikan contoh sikap positif pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam lingkungan masyarakat dan sekolah. pemerintahan RI menurut UUD 1945. Pembagian kekuasaan menurut Montesque. Tugas lembaga-lembaga pelaksana kedaulatan rakyat. Contoh sikap positif dalam pelaksanaan. kedaulatan rakyat dalam lngkungan masyarakat dan sekolah

Materi yang diajarkan dalam penelitian ini adalah peran lembaga

negara sebagai pelaksana kedaulatan rakyat dengan standar kompetensi

memahami kedaulatan rakyat dalam sistem pemerintahan Indonesia dan

(33)

2.2 PENELITIAN YANG RELEVAN

Penelitian yang dilakukan oleh Nita Wahyuni (2012 : 86 ) dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Metode Student Team

Achievement Divisions (STAD) dan Metode Ekspositori Terhadap Hasil

Belajar PKn Kelas X Di SMA N 3 Salatiga. Hasil penelitian menyebutkan

bahwa terdapat pengaruh pembelajaran kooperatif Model STAD dengan

metode Ekspositori terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn

di SMAN 3 Salatiga. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn pada

kelompok siswa yang belajar dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif model STAD lebih baik dari pada kelompok siswa yang belajar

dengan menggunakan metode Ekspositori.

Penelitian yang dilakukan oleh A.A Wicaksono (2012 : 54) dengan judul “ Pengaruh Penerapan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar IPS Kelas V SDN Kandangan 03

Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian tersebut

menyebutkan bahwa terdapat pengaruh metode pembelajaran kooperatif

tipe STAD dengan metode konvensional pada mata pelajaran IPS di SDN

Kanangan 03. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS pada kelompok

siswa yang menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD

lenih baik daripada kelompok siswa yang belajar menggunakan metode

(34)

Penelitian yang dilakukan oleh Nurul Nadzifah (2012 : vi) dengan judul “ Pengaruh Metode Kerja Kelompok Terhadap Hasil Belajar Siswa

Mata Pelajaran Fiqih Siswa Kelas IV Minu Waru II Sidoarjo. Penelitian

tersebut menunjukan adanya pengaruh metode kerja kelompok terhadap

siswa pada mata pelajaran fiqih. Hasil korelasi product moment nilai rxy=

0,808 berkisar antara 0, 700 – 0, 900 tergolong kuat atau tinggi kemudian

tabel r product moment dengan taraf 5% = 0, 381 dan taraf 1% = 0,487

maka dapat diketahui terdapat pengaruh antara pengaruh metode kerja

kelompok terhadap hasil belajar.

2.3 KERANGKA BERPIKIR

Secara sistematis kerangka berfikir digambarkan sebagai berikut:

Tipe STAD

Metode yang berpusat pada

siswa merupakan

pembelajaran secara berkelompok. Di dalam proses pembelajaran terdapat skor perkembangan individu dan penghargaan.

Proses

Pembelajaran

Kerja Kelompok Metode hampir sama dengan tipe STAD berpusat pada siswa dan pembelajaran secara kelompok. Namun yang membedakan yaitu tidak terdapat skor perkembangan individu dan penghargaan.

Perbedaan Hasil belajar

(35)

Proses pembelajaran adalah suatu bentuk interaksi belajar mengajar

dalam suasana interaksi edukatif, yaitu interaksi yang sadar akan tujuan,

artinya interaksi yang telah direncanakan untuk suatu tujuan tertentu sebagai

pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan pada satuan

pelajaran. Proses pembelajaran yang akan dilakukan dalam penelitian ini

dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD dan metode kerja

kelompok.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang

membelajarkan siswa melalui kuis – kuis individual setelah mempelajari

materi bersama secara berkelompok yang anggotanya secara heterogen.

Akhir dari pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan adanya skor

penghargaan untuk kelompok. Kegiatan dalam pembelajaran ini dimulai

dengan penyampaian meteri atau informasi secara singkat oleh guru dengan

menggunakan ceramah. Setelah guru selesai menyampaikan materi

kemudian siswa di masukan dalam kelompok yang telah terbentuk untuk

melakukan diskusi dan mempelajari materi yang baru saja disampaikan oleh

guru. Seluruh proses pembelajaran ini terpusat pada siswa. Proses

pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengembangkan materi yang didapatkan dari guru. Pembelajaran kooperatif

tipe STAD mengkondisikan siswa untuk menjalin kerja sama untuk

mencapai satu penghargaan. Adanya penghargaan tersebut bertujuan

(36)

Pembelajaran yang kedua yang dipergunakan adalah metode kerja

kelompok. Metode kerja kelompok hampir sama dengan pembelajaran

kooperatif tipe STAD. Metode kerja kelompok merupakan cara menyajikan

bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas beberapa berkelompok

siswa untuk bekerja sama antara anggota kelompok mengerjakan tugas

secara bersama – sama dalam mencapai tujuan belajar. Di dalam metode

kerja kelompok tidak terdapat adanya skor penghargaan untuk tim dan tidak

terdapat tanggung jawab individu terhadap materi yang diajarkan sehingga

terdapat perbedaan dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Pembelajaran menggunakan tipe STAD dan kerja kelompok diterapkan

pada mata pelajaran PKn kemudian akan dilihat pengaruhnya terhadap hasil

belajar siswa. Apabila ditinjau secara teoritis maka hasil belajar siswa

setelah menggunakan STAD dan kerja kelompok berbeda. Hasil belajar

setelah menggunakan STAD diharapkan yang lebih baik karena di dalam

kelompok itu setiap anggota bertanggung jawab untuk menguasai materi

yang diajarkan.

2.4 HIPOTESIS PENELITIAN

Hipotesis pada penelitian ini yaitu ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode pembelajaran kooperatfif tipe STAD dan metode

kerja kelompok terhadap hasil belajar PKn pada siswa kelas 8 SMP Stella

Referensi

Dokumen terkait

yang kurang paham terhadap keadaan atau mungkin salah persepsi dalam kasus yang terjadi. Dalam hal inilah perlu dilakukan proses pengeditan berita oleh redaksi. Gaya

Bimbingan Rohani Islam oleh Ukm- Rumah Da‟i dalam Pembinaan Keagamaan narapidana di Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Bandar lampung, dengan menggunakan model Majlis.. Ta‟lim

Terdapat tiga mekanisme yang diduga terjadi sehingga pasir kuarsa terlapis MnO 2 mampu menurunkan kadar besi yang terkandung pada sampel air tanah, yaitu mekanisme

KEEMPAT : Dengan ditetapkannya Keputusan ini maka Keputusan Bupati Barito Kuala tentang Pengesahan Pemberhentian Penjabat Kepala Desa dan

Keberadaan Escherichia coli dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, cara pengangkutan dan alat angkut yang digunakan di Pasar Rukoh masih menggunakan gerobak

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan baik melalui kajian telaah pustaka maupun analisis data dengan menggunakan model Moderated Regresion Analysis (MRA),

 Jika kita memiliki 12 nomor pilihan, Cobahlah untuk mengambil gabungan 4/8, 8/4, atau 6/6 dari ganjil genap, yaitu 4 nomor pada kelompok ganjil dan 8 nomor pada kelompok genap, atau