RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 8.1. Rencana Investasi Sub-Bidang Drainase
8.1.1. Petunjuk Umum
Dalam perencanaan drainase perlu disusun petunjuk umum untuk
tujuan penyiapan :
▪ Program penanganan drainase.
▪ Institusi pengelola sistem dan jaringan drainase, dalam hal ini adalah
Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kodya/Kabupaten dan kawasan tertentu
dimungkinkan melibatkan pihak swasta (developer).
Dalam konteks itu, acuan yang digunakan adalah Kepmen PU Nomor
239/KPTS/1987 tentang Fungsi Utama Saluran Drainase sebagai drainase
kota dan fungsi utama sebagai pengendalian banjir.
Dalam pengembangan sistem drainase harus memperhatikan
sektor-sektor lain, karena pembangunan sektor-sektor drainase tidak dapat dilepaskan
dari pembangunan infrastruktur lainnya, termasuk rencana pengembangan
daerah, air limbah, perumahan dan tata bangunan serta jalan kota :
1. Rencana Pengembangan Kota :
Komponen program drainase harus mendukung skenario
pengembangan dan pembangunan kota, serta terpadu dengan rencana
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 2. Air Limbah :
Perencanaan sistem dan jaringan drainase harus mempertimbangkan
pengembangan komponen air limbah, karena kadangkala sistem
pembuangan air limah tercampur dengan sistem drainase.
3. Perumahan Rakyat dan Tata Bangunan :
Sistem penanganan drainase kota harus terkoordinasi dengan
penanganan dan pengelolaan sistem yang disiapkan oleh instansi lain
(developer, perumnas dan masyarakat).
4. Jalan Kota :
Sistem drainase jalan yang disiapkan menjadi satu kesatuan dengan
komponen jalan hendaknya disinkronkan dengan sistem yang disiapkan
oleh penyusun sistem dan jaringan dalam komponen drainase.
Sistem drainase harus dikelola melalui kelembagaan di daerah yang
memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Institusi pengelola drainase harus memiliki kejelasan atas tugas,
wewenang, dan tanggung jawabnya.
2. Usulan program penyuluhan harus jelas agar peran serta masyarakat
dalam kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana drainase dapat lebih
ditingkatkan.
Perencanaan drainase perkotaan bertujuan untuk mencari alternatif
kiat pengendalian akumulasi limpasan air hujan yang berlebihan dan
penyaluran limbah agar dalam pembangunannya dapat terpadu dengan
pembangunan sektor lain yang terkait, sehingga sesuai dengan penataan
lingkungan perkotaan.
Secara umum saluran drainase terbagi menjadi dua, yaitu drainase
wilayah perkotaan (drainase kota) dan drainase wilayah regional (drainase
regional). Sedangkan drainase kota terdiri atas sistem drainase mayor dan
sistem drainase minor. Sistem drainase mayor dan minor dapat dibedakan
menurut sifat, kriteria dan peruntukannya dapat dijelaskan pada Tabel 8.1
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013
Tabel 8.1 Sistem Drainase Kota
Sistem Drainase Mayor
DPS > 50 ha
Sistem Drainase Minor
DPS < 50 ha
Akibat kerusakan banjir dianggap besar Akibat kerusakan banjir dianggap kecil
Terdiri atas:
▪ Saluran Drainase Tersier (DPS 0-5 ha)
Sistem Drainase Mayor, selain untuk
menerima limpasan banjir minor, sarana
drainase harus dilengkapi dengan suatu
saluran yang dapat mengantisipasi
terjadinya kerusakan-kerusakan besar
akibat limpasan banjir yang mungkin
terjadi setiap 25-100 tahun sekali,
meliputi:
▪ saluran alami dan buatan ▪ daerah banjir
▪ jalur saluran drainase pembawa
aliran limpasan besar serta
bangunan pelengkapnya
Sistem Drainase Minor merupakan bagian
dari sistem drainase yang menerima debit
limpasan maksimum dari mulai aliran awal,
meliputi:
▪ inlet limpasan permukaan jalan
▪ saluran dan parit drainase tepian jalan
▪ gorong-gorong
▪ got air hujan
▪ saluran air terbuka dll
Didesain untuk Periode Ulang Hujan
(PUH) 25-100 tahun
Didesain untuk Periode Ulang Hujan (PUH)
2-10 tahun, tergantung dari tata guna
lahan di sekitarnya
Sumber: Katharina Oginawati, URDI, 2006
Dasar-dasar perencanaan sistem drainase, meliputi :
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013
▪ Periode Ulang Hujan (PUH). ▪ Perhitungan Debit Banjir.
▪ Waktu Konsentrasi.
▪ Perubahan PUH.
▪ Tinggi Hujan Rencana.
▪ Koefisien Limpasan. ▪ Koefisien Storasi.
▪ Intensitas Hujan.
▪ Luas Daerah Pengaliran.
▪ Tata Guna Lahan saat ini dan pengembangannya di masa
mendatang.
▪ Karakteristik tanah dan bangunan di atasnya.
▪ Kemiringan tanah dan bentuk daerah pengaliran.
▪ Pengaruh DPS Parsial.
2. Kriteria Hidrolis : ▪ Kapasitas Saluran. ▪ Kecepatan Aliran.
▪ Kemiringan Saluran dan Talud Saluran.
▪ Penampang Saluran. ▪ Ambang Bebas.
▪ Perlengkapan Saluran. ▪ Street Inlet.
▪ Bangunan Terjunan.
▪ Terjunan Miring. ▪ Gorong-goromg.
▪ Perubahan saluran. ▪ Pertemuan saluran.
▪ Belokan.
▪ Pintu Air.
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 3. Profil Aliran.
4. Usaha Konservasi Sumber Daya Air.
5. Analisis Hidrologi.
6. Analisis Curah Hujan :
▪ Penentuan Stasiun Utama.
▪ Koreksi Kualitas dan Kuantitas Data. ▪ Analisis Curah Hujan Maksimum.
▪ Pemilihan Model Distribusi.
▪ Analisis Intensitas Hujan.
▪ Pendekatan Matematis Intensitas Hujan.
7. Usulan Perencanaan Sistem Drainase meliputi : ▪ Prinsip Pengaliran Sungai.
▪ Cara Penyaluran.
▪ Jalur Saluran.
▪ Bentuk Dan Keadaan Saluran.
▪ Upaya Konservasi Sumber Daya Air. ▪ Penentuan Alternative Jalur Saluran.
▪ Perhitungan Detail Pengelolaan Air Hujan.
▪ Evaluasi Dampak Hujan Langsung.
8.1.2. Pencapaian Drainase Dalam Rencana Kabupaten/Kota
Pencapaian dan sasaran pengelolaan air limbah rumah tangga dalam
rencana kabupaten/kota data secara umum berasal dari pencapaian yang
telah ada saat ini dan sasaran yang tertuang dalam rencana
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013
8.1.3. Kebijakan, Program dan Kegiatan Drainase dalam Rencana
Kabupaten/Kota
Kabupaten Merangin telah memiliki kebijakan, program, dan kegiatan
drainase. Adapun program beserta target, pola pengelolaan, penanganan
dan kontribusi pemerintah daerah di sektor drainase adalah sebagai
berikut :
1. Program Pembinaan Pengelolaan Sistem Drainase :
a. Target :
i. Peningkatan NSPM sistem drainase dan pengembangan
perangkat pengaturan di daerah.
ii. Peningkatan peran, fungsi dan kinerja lembaga/institusi pengelola
dan SDM.
2. Program Pengembangan Program dan Perencanaan Pembangunan
Sistem Drainase :
a. Target :
i. Peningkatan penyusunan RPJM dan master plan sektor drainase
di Kota/Kabupaten.
3. Program Pengembangan Pembangunan Sistem Drainase Perkotaan
a. Target :
i. Peningkatan sistem drainase dalam rangka mengurangi wilayah
genangan diperkotaan
ii. Pengembangan jaringan drainase, sistem polder/kolam
penampung/retensi serta PS pendukung/pelengkapnya
meningkatkan pelayanan sarana drainase dan melindungi
kawasan permukiman dan strategis perkotaan dari resiko
genangan.
iii. Menjaga dan meningkatkan fungsi prasarana dan sarana sistem
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013
4. Program Pembangunan Ps Sistem Drainase Mendukung Kawasan
Strategis/Tertentu dan Pemulihan Dampak Bencana dan Kerusuhan.
a. Target:
i. Peningkatan kualitas kawasan permukiman dalam rangka
mendukung Indonesia aman dan damai.
5. Program Pengembangan Ps Drainase Skala Kawasan/Lingkungan
Berbasis Masyarakat.
a. Target:
i. Peningkatan PS drainase dalam rangka menjaga kesehatan
lingkungan permukiman dan kuantitas air tanah melalui
pengembangan sumur resapan.
6. Program Pengelolaan Sistem Drainase Terpadu Mendukung Konservasi
Sumber Daya Air.
a. Target:
i. Pengembangan sistem drainase skala regional secara terpadu
mendukung keseimbangan tata air.
7. Program Pengembangan Kapasitas Pendanaan Pembangunan Sistem
Drainase
a. Target:
i. Peningkatan pendanaan pembangunan PS sistem drainase dari
berbagai sumber baik pemerintah, pinjaman luar negeri atau
dengan swasta terutama developer untuk pengembangan
kawasan permukiman baru.
8. Program Promosi Pengelolaan Ps Sistem Drainase.
a. Target:
i. Penyuluhan dan peningkatan pemahaman dan kesadaran
masyarakat serta pemangku kepentingan dalam penyediaan dan
pengelolaan PS drainase.
9. Program Pengembangan Inovasi Teknologi Sistem Drainase.
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013
i. Peningkatan kualitas pembangunan sistem drainase.
8.1.4. Profil Rinci Penyediaan Drainase
Kondisi alam Kabupaten Merangin secara umum dapat dibedakan
menjadi daerah datar, bergelombang, dan berbukit. Limpasan air
permukaan yang berpotensi banjir biasanya terjadi di wilayah dengan
topografi datar-bergelombang dengan kelerengan daerah kurang dari 15%.
Peningkatan debit air permukaan dipengaruhi pula oleh jenis tanah
lempungan, dimana resapan air relatif kecil. Pada musim penghujan dimana
curah hujan cenderung tinggi, genangan air permukaan semakin meningkat
pada daerah-daerah tersebut. Di beberapa wilayah kecamatan dengan
karakteristik alam seperti itu, jaringan drainase seringkali belum ada,
sehingga sering terjadi banjir. Fenomena itu diperburuk dengan luapan air
sungai yang mengalir di wilayah-wilayah itu. Dalam konteks ini,
pembangunan sistem drainase menjadi suatu kebutuhan yang mendesak
dan harus mendapat prioritas.
Kondisi jaringan drainase di Kabupaten Merangin secara umum belum
memadai atau tidak sesuai dengan peruntukannya. Oleh karenanya, kinerja
sistem drainase tidak optimal, dan sebagai akibatnya banjirpun masih
sering terjadi, meskipun di wilayah itu dijumpai adanya jaringan drainase.
Sistem penampungan pada kolam-kolam retensi yang sudah ada
tampaknya perlu ditingkatkan. Kondisi fisik dan kapasitas drainase perlu
ditingkatkan, terutama dalam rangka mengikuti laju pembangunan di sektor
lain seperti pengembangan wilayah perumahan, dimana pengalihan fungsi
lahan terjadi dan berpotensi meningkatkan erosi dan limpasan air
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013 8.1.5. Permasalahan yang dihadapi
8.1.5.1. Permasalahan Sistem Drainase yang ada
Permasalahan drainase yang ada di Kabupaten Merangin secara umum
berkaitan dengan kondisi topografi wilayah, pengembangan wilayah
permukiman, pemeliharaan, skala prioritas, fungsi, dan penanganan
drainase. Untuk itu perlu dilakukan berbagai upaya untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut.
8.1.5.2. Sasaran Drainase
Sasaran yang harus dicapai oleh program penanganan drainase
(fungsional dan program):
1. Target Nasional (sistem primer dan sistem sekunder: menciptakan
lingkungan aman, baik terhadap genangan maupun luapan sungai,
banjir kiriman, dan hujan lokal).
2. Memenuhi basic need (kebutuhan dasar) drainase bagi kawasan hunian
dan kota. Untuk pemenuhan kebutuhan dasar ini, dapat digunakan
criteria dan standar yang ada.
3. Memenuhi development need dalam menunjang terciptanya skenario
pengembangan kota untuk kawasan andalan dan menunjang sektor
unggulan. Perlu diindikasikan prasarana dan sarana dasar utama dan
penunjang di kawasan tersebut.
8.1.5.3. Rumusan Masalah
Persoalan sistem drainase harus dipandang secara lebih luas, karena
pembangunan jaringan ini terkait dengan sektor-sektor lainnya. Oleh
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013
dengan melibatkan berbagai pihak, baik swasta maupun pemerintah. Perlu
ditekankan di sini bahwa instansi yang menangani sistem drainase harus
jelas cakupan kewenangan dan tanggungjawabnya, sehingga tumpang
tindih dalam pembangunan dan pemeliharaan jaringan drainase dapat
dihindari.
8.1.6. Analisis Permasalahan dan Rekomendasi
Seperti telah diuraikan di atas bahwa bentang alam Merangin sebagian
besar merupakan topografi datar dan bergelombang. Keadaan alam seperti
itu menyebabkan aliran permukaan kurang baik dan sering terjadi
genangan. Fenomena tersebut terlihat terutama pada musim penghujan,
dimana sebagian besar wilayah terjadi pelimpahan air permukaan yang
meluas dan tidak terkontrol (banjir). Pada daerah-daerah dengan topografi
datar-bergelombang perlu dibuat jaringan sistem drainase yang mampu
untuk mengalirkan limpasan air permukaan (runoff).
Selain itu, pengembangan wilayah permukiman seringkali
menimbulkan permasalahan limpasan air pemukaan juga. Pembukaan lahan
untuk areal permukiman akan merubah fungsi lahan, dan perubahan itu
biasanya menimbulkan dampak lingkungan. Aliran air permukaan menjadi
eksesif karena berkurangnya vegetasi penutup, sehingga proses erosi tanah
semakin intensif dan meluas. Untuk mencegah kerusakan lahan akibat alih
fungsi tersebut maka diperlukan jaringan drainase untuk mengontrol aliran
air permukaan.
Pada beberapa daerah permukiman terlihat sudah ada jaringan
drainase, tetapi kondisinya tidak sesuai dengan kapasitas peruntukan,
sebagai akibatnya kinerjanya tidak optimal. Masalah ini seringkali
diperburuk dengan upaya pemeliharaan yang tidak memadai. Di banyak
tempat terlihat drainase tidak terpelihara dengan baik, dan di lain sisi
RPIJM Kabpaten Merangin Tahun 2009 - 2013
prioritas utama. Sebagai akibat, laju pembangunan di sektor lainnya
biasanya tidak diimbangi dengan laju pembangunan jaringan drainase,
sehingga permasalahan saluran air permukaan menjadi semakin kompleks.
Kompleksitas persoalan yang ada tampaknya terkait pula dengan tidak
adanya ketegasan fungsi drainase dan pola penanganannya. Drainase yang
ada secara umum memiliki fungsi ganda, sebagai saluran air hujan dan
juga sebagai tempat pembuangan limbah. Hal itu terjadi karena limbah cair
dari rumahtangga, dan kemungkinan juga dari industri, dialirkan ke
jaringan drainase. Pembangunan sistem drainase di wilayah permukiman
biasanya kurang mempertimbangan jaringan drainase primer perkotaan,
sehingga hubungan kedua sistem itu menjadi tidak jelas, sebagai akibatnya
keterpaduan penanganannya tidak ada. Untuk isu ini, pemerintah
sama pengembang perlu membuat masterplan drainase secara bersama-
bersama-sama agar penanganan sistem drainase dapat dilakukan secara terpadu
(tidak parsial). Program kegiatan yang diusulkan dalam pembangunan
drainase dapat dilihat pada usulan kesepakatan RPIJM Bidang PU