• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Normalizing Ulang Terhadap Sifat Kelelahan Baja DIN 42MnV7

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Normalizing Ulang Terhadap Sifat Kelelahan Baja DIN 42MnV7"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Normalizing Ulang Terhadap Sifat Kelelahan

Baja DIN 42MnV7

Muchtar Karokaro

Jurusan Teknik Mesin FTI-ITS Surabaya Abstrak

Patah lelah (fatigue) merupakan salah satu penyebab utama kegagalan material konstruksi. Kelelahan material adalah proses perubahan struktur material yang diakibatkan beban dinamis (tegangan atau regangan) sehingga terjadi retak (crack) ataupun patah. Mekanisme patah lelah diawali dengan tumbulmya inti retak akibat pergerakan dislokasi siklik, dilanjutkan dengan pertumbuhan menjadi microcrack yang kemudian tumbuh menjadi macrocrack dan selanjutnya berkembang (propagasi) hingga terjadi patah lelah. Pada penelitian ini dijajaki apakah utnur lelah (kurva S-N) dapat ditingkatkan dengan cara normalizing ulang. Pada percobaan untuk investigasi pengaruh normalizing ulang terhadap umur lelah (kurva S-N) material yang digunakan adalah plat baja DIN42 MnV7 tebal 4 mm. Material terlebih dululu dinormalizing awal dan selanjutnya dilakukan uji fatigue pada mesin reversed bending LFE-150 untuk memperoleh kurva S-N awal. Kemudian, terhadap sejumlah spesimen dilakukan pembebanan dan pembebanan dihentikan masing-masing setelah siklus 0, 1 dan 0, 5 dari umur lelah (Nf). Selanjutnya terhadap spesimen ini dilakukan normalizing ulang dan dilanjutkan dengan uji fatigue hingga patah.

Dengan membandingkan umur lelah (kurva S-N) anlara material yang telah mengalami pembebanan siklik dan normalizing ulang dengan material yang telah dinormalizing awal ternyata tidak diperoleh perbedaan yang signifikan. Hal ini diduga karena setelah material mengalami pembebanan siklik telah terbentuk inti retak ataupun microcrack sehingga proses normalizing tidak dapat mengembalikan material ke kondisi semula. Normalizing ulang juga menyebabkan butir pearlite dan ferrite menjadi lebih halus sehingga material lebih peka terhadap patah fatigue. Kata Kunci: Normalizing, Microcrack, Fatique

Kelelahan material merupakan penyebab utama kegagalan komponen/struktur baja yang menerima pembebanan dinamis, disamping sebab lain seperti keausan, korosi, impact dan karena rancangan/model yang telah kadaluarsa. Menurut Standar ASTM E 206-72, kelelahan didefinisikan sebagai proses perubahan struktur dalam material yang terjadi secara permanen sejalan dengan periode waktu, yang disebabkan oleh tegangan atau regangan yang mengakibatkan terjadinya retak atau patah setelah beberapa kali pengulangan pembebanan.

Normalizing baja adalah proses pemana-san baja ke daerah austenite sehingga diperoleh struktur mikro austenite, dan selanjutnya didinginkan di udara normal hingga temperatur kamar. Dengan demikian struktur dalam material yang telah berubah akibat perlakuan mekanik (pembebanan), ataupun karena bekerja pada temperatur tinggi atau rendah

dikembalikan ke struktur yang normal lewat proses normalizing.

Permasalahan yang menjadi pokok kajian dalam penelitian ini adalah apakah sifat kelelahan material dapat dihilangkan atau dimodifikasi lewat perlakuan normalizing.

Apabila dapat maka seberapa jauh peningkatan umur lelah ini dapat ditingkatkan dan pada saat mana (frekuensi beban) sebaiknya proses

normalizing (ulang) dilakukan.

Percobaan dan Hasil

Untuk memperoleh jawaban terhadap pertanyaan diatas, maka dilakukan percobaan

normalizing ulang pada baja DIN 42MnV7 yang telah mengalami pembebanan dinamis hingga siklus tertentu kemudian dilakukan uji fatigue.

Percobaan dilakukan dengan prosedur dan memperoleh hasil sebagai berikut:

1. Material disiapkan berupa plat baja DIN 42MnV7, tebal 4 mm dengan komposisi 15

(2)

carbon (C) = 0,4 %, Mangan (Mn) = 1,7%, Silikon (Si)= 0,25 % dan Vanadium (V) = 0, 12 %

2. Plat dipotong dan dibentuk sesuai ukuran standar spesimen uji tarik dan uji kelelahan.

3. Normalizing awal (T = 870 oC dan waktu tahan, t = 20 menit) untuk seluruh spesimen yang digunakan agar diperoleh sifat awal yang sama.

4. Uji tarik, Uji kekerasan dan pengamatan struktur mikro (metalografi) untuk menentukan sifat awal material. Hasilnya disajikan pada Tabel 1 dan Gambar 1. 5. Uji kelelahan awal (Tingkat tegangan

0,95; 0,75; 0,65 dan 0,55 dari harga σy) untuk memperoleh kurva S-N material

normalizing awal dengan hasilnva terdapat pada Tabel 2.

6. Pembebanan siklik (fatigue) pada tingkat beban 0,95; 0,75 dan 0,65σy, hingga masing-masing siklus 0,1 dan 0,5 dari

siklus fatiguenya (Nf).

7. Normalizing ulang (T = 870 oC dan t =20 menit) terhadap spesimen yang telah mengalami pembebanan siklik.

8. Pembebanan siklik (Fatigue) pada tingkat beban 0,95; 0,75 dan 0,65 σy dari a hingga masing-masing siklus 0,1 dan 0,5 dari siklus fatigue-nya (Nf).

9. Normalizing ulang (T = 870 oC dan t = 20 menit) terhadap spesimen yang telah mengalami pembebanan siklik.

10. Uji kelelahan (fatigue) terhadap spesimen yang telah di normalizing ulang untuk menentukan sisa umur lelah (n2). Data

hasil pengujian disusun pada Tabel 2. 11. Pengamatan permukaan patahan spesimen

yang telah diuji fatigue dan foto permukaan patahan disajikan pada gambar 2.

Analisa Hasil Percobaan

Dari data hasil uji fatigue material awal

(Normalizing) dan yang telah mengalami pembebanan dan ulang disajikan dalam bentuk kurva S-N seperti yang terlihat pada Gambar 3. Terlihat bahwa kurva S-N material yang telah mengalami pembebanan hingga point 0,5 Nf dan yang di normalizing ulang tidak banyak berbeda dibandingkan dengan material

normalizing awal. Hal tersebut berarti

ulang tidak memberikan pengaruh terhadap umur lelah baja tersebut.

Kekerasan rata-rata material normalizing

ulang sedikit lebih tinggi dan normalizing

awal. Kenaikan kekerasan ini disebabkan terjadi penghalusan butir seperti vang ditunjukkan oleh gambar struktur mikro pada gambar 1. Kekerasan rata-rata daerah dekat permukaan patahan untuk material normalizing awal dan normalizing ulang disajikan dalam Tabel II tidak menunjukkan perbedaan yang berarti kecuali pada tingkat beban 0,95 σy dan siklus penghentian 0,5 Nf.

Tabel 1. Kekuatan dan kekerasan baja setelah dinormalising Kekerasan (HRC) Kekuatan Yield (σy) (psi) Kekuatan Tarik (σ)

(psi) Normalizing awal Normalizing ulang

100900,39 118082,19 38,33 43,33

(a)

(b)

Gambar 1. Struktur mikro DIN 42MnV7 a) Normalizing, (b) setelah dinormalizing

(3)

Karokaro, Pengaruh Normalizing Ulang 17

Tabel 2. Hasil uji fatigue Baja DIN 42MnV7 Umur lelah, siklus Tingkat tegangan Normalizing awal Normalizing ulang 0,1 Nf Normalizing ulang pengintian 0,5 Nf Keterangan 0,95 σy 237.016 299.016 226.966 0,75 σy 545.167 539.117 583.817 0,65 σy 934.033 822.167 991.867 0,55 σy 2 x 106 - - Tidak patah

Tabel 3. Hasil uji kekerasan dekat permukaan patah setelah uji fatigue Kekerasan (HRC) Tingkat tegangan Normalizing awal Normalizing ulang 0,1 Nf Normalizing ulang pengintian 0,5 Nf Keterangan 0,95 σy 37,7 38 47 0,75 σy 37 37,7 36,7 0,65 σy 38 36,3 37,7

Dari pengamatan permukaan patahan terlihat kecenderungan titik awal retak pada material yang mengalami tingkat beban tinggi (0,95 σy) lebih banyak dan dengan luas daerah patah statisyang lebih sempit.

Diskusi

Menurut Wood(15) terjadinya patah fatigue melalui tahapan-tahapan yaitu tahapan pengintian retak dan tahap penjalaran retak hingga patah. Pengintian retak diawali dengan timbulnya intrusi dan extrusi akibat pergerakan dislokasi pada bidang geser yang tidak reversible. Hal ini karena terdapatnya tegangan sisa yang menyebabkan strain hardening pada langkah tarik sehingga pada saat langkah tekan (kompresi) pergeseran tidak terjadi pada bidang geser yang sama tetapi bidang sejajar di dekatnya. Kecenderungan ini juga diperbesar dengan kemungkinan terbentuknya oksida pada bidang geser pertama tadi sehingga menghambat pergeseran. Karena itu pergeseran pada langkah tekan mencari bidang baru yaitu bidang didekatnya. Selanjutnya adalah penjalaran intrusi dan extrusi ini menjadi

'micro-crack' yang umumnya masih membentuk sudut 45o terhadap arah pembebanan. Tahapan kedua adalah

microcrack menjalar tegak lurus dengan arah

beban menjadi macro crack yang kemudian berpropagasi hingga terjadi patah statis karena luas penampang yang tersisa sudah tidak memadai untuk menahan bebas. Menurut

Ensha dan Tetelman(5), harga Fracture toughness (KIC) baja karbon rendah turun dengan semakin halusnya ukuran butir. Karena pada hakekatnya patah fatigue berhubungan erat dengan ketangguhan material dimana umur lelah akan turun dengan semakin rendahnya fracture toughness-nya. Dengan demikian umur lelah baja yang telah mengalami normalizing ulang akan lebih rendah karena butirannya yang lebih halus dibandingkan pada material normalizing awal. Kenaikan kehalusan butir ini ditunjang juga oleh hasil pengukuran kekerasannya yang lebih tinggi.

Pada umumnya pada material yang keras pembebanan fatigue menyebabkan penurunan kekerasan (pelunakan) sedangkan pada material yang lunak terjadi kenaikan kekerasan (pengerasan). Hal ini sesuai dengan data uji kekerasan pada daerah dekat dengan permukaan patah kecuali pada dekat dengan pemukaan patah kecuali pada tingkat beban 0,95 σy dan siklus penghentian 0,5 Nf yang menunjukkan kebalikannya. Hal ini perlu verifikasi lebih lanjut.

(4)
(5)

Karokaro, Pengaruh Normalizing Ulang 19

Terdapatnya titik awal retak pada spesimen yang mengalami pembebanan tinggi (0,95 σy) diduga karena kombinasi pengaruh pembebanan fatigue dan normalizing ulang. Pada saat penghentian pembebanan setelah mencapai siklus 0,5 Nf kemungkinan sudah

terjadi retak mikro. Pada saat pemanasan

(normalizing ulang) retak mikro ini menjalar menjadi retak makro akibat thermal stress,

sehingga pada saat uji fatigue retak makro tidak memerlukan siklus pembebanan yang panjang untuk mematahkan spesimen.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disarikan kesimpulan berikut ini :

1. Umur lelah baja DIN42MnV7 tidak dapat

diperpanjang dengan cara normalizing ulang.

2. Normalizing ulang menyebabkan ukuran butir menjadi lebib halus dan kenaikan kekerasan.

3. Pada tingkat beban tinggi (0,95 σy) terdapat kecenderungan titik awal retak yang lebih banyak.

Referensi

[1] Achmad Agus Suaidi, April 1998, “Pengaruh Full Annealing Terhadap Sifat Mekanis Baja AISI, 1045 Yang Telah Mengalami Pembebanan Tarik”, Teknik Mesin FTI-ITS, Surabaya.

[2] Adimin, 1994, “Pengaruh Proses Laku Panas Terhadap Kelelahan Pada Baja SS 41”, Teknik Mesin FTI-ITS, Surabaya.

[3] Alexander Ludi E., “Efek Perlakuan LowThermo-mechanical Terhadap Sifat Kekerasan Baja Karbon Medium EMS”, Teknik Mesin FTI-ITS, Surabaya.

[4] Broek, D., 1982b “Elementary Engineering Frac-ture Mechanic”, Martinus Niffloff Publi-shers, London. [5] Cahyo Murdianto, September 1998,

“Pengaruh Stress Relief Anne-aling Terhadap Umur Baja EMS 1045 Akibat Pembebanan Siklik”, Teknik Mesin FTI-ITS, Surabaya.

[6] Cottrell, A.H. da Hull, D., Proc. R. Soe. London, 1957, Vol 242 A, pp 211-217. [7] Dickson, J. I., 1992, “Failure Analysis:

Techniques and Applications”, ASM International, Materials Park, Ohio. [8] Fuch, H.O. dan Stephen, R.l., 1980,

“Metal Fatigue in Engineering”, John willey & Sons, Stanford.

[9] Hertzberg, R.W., 1976, “Deformation and Fracture Mechanics of Engineering Materials”, John Willey & Sons, New Tork.

(6)

[10]Mardjono Siswo Suwarno, 1987, “Aspek Melalurgi Pada Kelelahan Logam”, Lab. Aerodinamika PAU, Ilmu Rekayasa, ITB, Bandung.

[11]Septo Wira Adi W., Maret 1999, “Pengaruh Stress Relief Terhadap Umur Lelah Baja AISI 4340 Yang Telah Mengalami Beban Siklik”, Teknik Mesin FTI-ITS Surabaya.

[12]Sernuiltari P. Mambo, April 1995, “Pengaruh Perlakuan Thermomekanik Terhadap Sifat Mekanik pada Baja EMS-45”, Teknik Mesin FTI-ITS Surabaya.

[13]Sharp, Maurice L., 1996, “Fatigue Design of Aluminium Components and Structures”, Mc Graw Hill, New York.

[14]Schijivc, J., 1983, “Lecture Notes on Fatigue, Static Tensile Strength and Stress Corrosion of Aircraft Structure”, Faculty of Aerospace Engineering, Delft University of Technology, Delft.

[15]Wood, W.A., 1959, “Some Basic Studies offatigue in Metals, in Fracture”, John Willey & Sons, New Tork.

[16]Wood, W.A., Bull. Inst. Met., September 1955, Vol. 3, pp 5-6.

[17]Zainal Abidin, April 1998, “Pengaruh Full Annealing Terhadap Umur Lelah Baja AISI 1045 Yang Telah Dianneal”, Teknik Mesin FTI-ITS, Surabaya.

Gambar

Tabel 1. Kekuatan dan kekerasan baja setelah  dinormalising  Kekerasan (HRC) Kekuatan  Yield (σ y )  (psi)  Kekuatan Tarik (σ)
Tabel 2. Hasil uji fatigue Baja DIN 42MnV7  Umur lelah, siklus  Tingkat  tegangan  Normalizing  awal  Normalizing ulang 0,1 Nf  Normalizing ulang pengintian 0,5 Nf  Keterangan  0,95  σ y 237.016  299.016  226.966  0,75  σ y 545.167  539.117  583.817  0,65  σ y 934.033  822.167  991.867  0,55  σ y 2 x 10 6 -  -  Tidak patah
Gambar 3. Kurva S-N Baja yang telah dinormalizing awal dan normalizing ulang

Referensi

Dokumen terkait

Pada kondisi besaran stok ikan telah menyusut, penambahan kapal baru memasuki usaha perikanan maka nelayan atau pengusaha cenderung akan meningkat kemampuan

standalone, sistem yang dirancang dapat digunakan untuk banyak pengguna sehingga dapat mengurangi biaya dalam pembelian komputer berkemampuan tinggi untuk pengolahan citra

Pembelajaran IPA Terpadu yaitu pendekatan yang menghubungkan atau menyatupadukan bidang-bidang IPA menjadi satu kesatuan bahasan (Kemendiknas, 2011: 3). Model

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah yaitu masih minimnya pemanfaatan sayuran dan buah pada musim panen yang dapat menyebabkan menurunnya

Tantangan terbesar dalam pemanfaatan daun suji sebagai pewarna adalah warna hijau klorofilnya yang mudah sekali rusak selama proses pengolahan dan

Berdasarkan hasil observasi serta pengukuran menggunakan sensory checklist di Pusat Layanan Autis adapun subjek yang diambil adalah hanya dua subjek hal ini dikarenakan

Maka individu akan merasa cemas karena berada di tempat tersebut yang mungkin sebagian besar orang belum tentu merasakan kecemasan tersebut Orang-orang yang

Suatu tipe teks yang dapat dimasukkan ke dalam sistem multimedia dengan cara mengubahnya terlebih dahulu ke dalam bentuk yang dapat dikenali oleh komputer dengan cara mengetikkan