• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Model Pembelajaran SETS (Science Environment Technology and Society)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektivitas Model Pembelajaran SETS (Science Environment Technology and Society)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

Efektivitas Model Pembelajaran SETS (Science Environment Technology and

Society) Terhadap Kemampuan Menulis Naskah Drama Siswa

Kelas VIII SMP Dharma Patra Pangkalan Berandan Tahun pembelajaran 2013/2014

Oleh Nova Sulistia

Mara Untung Ritonga, S.S, M. Hum, Ph. D.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih efektif antara model SETS atau model Konvensional dalam meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Patra Pangkalan Berandan Tahun pembelajaran 2013/2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Dharma Patra Pangkalan Berandan dengan jumlah 150 siswa dan yang menjadi sampel penelitian berjumlah 60 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara menentukan dua kelas yang dijadikan wakil populasi dengan menggunakan teknik Random Sampling. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen dengan model desain penelitian posttest only control group design. Di dalam desain ini pengukuran dilakukan dengan membeikan post-test pada dua kelas yang berbeda yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Instrumen yang digunakan untuk menjaring data adalah tes kemampuan menulis naskah drama. Dari pengolahan data diperoleh hasil post-test kelas ekperimen dan kelas kontrol. Adapun nilai rata-rata kelas eksperimen dengan model SETS = 80,5, standar deviasi=8,5, sedangkan nilai rata-rata kelas kontrol dengan model konvensional = 69,33, standar deviasi=7,92. Dari hasil uji t yaitu diperoleh thitung>ttabel 5,21 > 2,00. Oleh karena itu, hipotesis alternatif (Ha) diterima.

Kata kunci: Efektivitas, model, SETS (Science Environment Technology and Society, naskah drama

PENDAHULUAN

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, produktif, ekspresif dengan memanfaatkan struktur bahasa dan kosa kata. Melalui kegiatan menulis seseorang dapat menuangkan ide, perasaan ataupun gagasannya berdasarkan pengetahuan, dan pengalaman yang didapat secara tertulis. Aktivitas tersebut memerlukan kesiapan

(3)

2

untuk mengolah, membentuk, hingga mempertimbangkan secara kritis gagasan yang akan dicurahkan sebelum menjadi tulisan. Maka dari itu, keterampilan menulis merupakan serangkaian aktivitas berpikir menuangkan gagasan untuk menghasilkan suatu tulisan.

Salah satu kompetensi keterampilan menulis yang harus dimiliki siswa di dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan untuk mata Pelajaran Bahasa Indonesia kelas VIII SMP adalah menulis naskah drama. Sebagai salah satu dari keterampilan berbahasa, siswa diharapkan dapat meningkatkan krativitas serta mengembangkan ide dalam sebuah naskah drama. Siswa juga terlatih untuk memahami atau menggambarkan objek yang akan ditulis.

Namun, pada kenyataannya kemampuan siswa dalam menulis naskah drama masih sangat rendah. Berdasarkan dari pengamatan dan pengalaman penulis selama PPL-T serta hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP Dharma Patradiperoleh informasi bahwa nilai rata-rata 60 yang diperoleh siswa dalam menulis naskah drama masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan beberapa faktor diantaranya siswa masih mengalami hambatan dalam menemukan ide serta menuangkannya ke dalam bentuk dialog dan adegan yang tepat.

Kondisi tersebut senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dewi Handayani berjudul, “Pengaruh Pengajaran Remedial terhadap Hasil Belajar Menulis Naskah Drama Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Berastagi Tahun Pembelajaran 2008/2009”. Dari penelitian tersebut menunjukkan nilai siswa yang masih rendah dengan rata-rata 60. Nilai rata-rata ini diperoleh dari jumlah seluruh aspek yang dinilai dalam menulis naskah drama.

Sementara itu, model pembelajaran yang digunakan oleh guru masih belum bervariasi dan kurang menarik sehingga tidak diminati oleh siswa. Siswa merasa jenuh dengan model pembelajaran yang ada. Selama ini guru menggunakan model pembelajaran konvensional yang mana guru menyajikan materi (ceramah) lalu memberi tugas yang ada di buku paket atau Lembar Kerja Siswa kemudian memberikan nilai dan mengembalikan LKS atau buku tugas kepada siswa.

(4)

3

Berdasarkan Hal tersebut, dibutuhkan suatu kreativitas guru dalam menciptakan proses pengajaran yang menarik dan menyenangkan. Salah satunya dengan memilih model pembelajaran yang tepat. Dengan model pembelajaran yang tepat diharapkan pemahaman dan kemampuan siswa akan dapat meningkat. Oleh karena itu untuk menarik perhatian siswa terhadap materi pelajaran diperlukan model atau pendekatan lain yang berorientasi pada kenyataan lingkungan sehari-hari di sekitar siswa. Pembelajaran yang tidak hanya difokuskan pada pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoretis saja, tetapi bagaimana pengalaman belajar siswa senantiasa dikaitkan dengan permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya, seperti dikemukakan Rusman (2012:188) “Pengalaman belajar mestinya dapat digunakan dalam menghadapi permasalahan-permasalahan aktual yang ada di lingkungannya”.

Pembelajaran yang berorientasi pada lingkungan kehidupan sehari-hari akan membuat siswa lebih memahami pelajaran yang disampaikan dan pada akhirnya kemampuan kreatif dan kritis siswa akan lebih tinggi. Salah satu model yang berorientasi pada lingkungan adalah model pembelajaran SETS (Science Environment Technology and Society).

Model SETS dapat diawali dengan konsep-konsep yang sederhana yang terdapat di lingkungan sekitar dan kehidupan sehari-hari peserta didik. Hakikat SETS dalam pendidikan harus merefleksikan bagaimana melakukan dan apa saja yang bisa di jangkau oleh pendidikan SETS. Pendidikan SETS harus mampu membuat peseta didik benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam SETS. Selanjutnya, kesalingterkaitan antar unsur SETS itu menandai bahwa masing-masing unsur saling mempengaruhi dalam proses perkembangannya. Hubungan yang terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat dikaji manfaat maupun kerugian yang dihasilkan.

Dalam konteks pendidikan SETS, urutan ringkasan SETS membawa pesan bahwa untuk menggunakan sains ke bentuk teknologi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dipikirkan berbagai implikasi pada lingkungan secara fisik maupun mental. Pendidikan SETS ditujukan untuk membantu peserta didik mengetahui sains, perkembangannya dan bagaimana perkembangan sains dapat

(5)

4

mempengaruhi lingakungan, teknologi dan masyarakat secara timbal balik. Program ini sekurang-kurangnya dapat membuka wawasan peserta didik tentang hakikat pendidikan SETS secara utuh (Binanja, 1999:3)

Pendidikan SETS mencakup topik dan konsep yang berhubungan dengan sains, lingkungan, teknologi dan hal-hal yang berkenaan dengan masyarakat. SETS membahas tentang hal-hal bersifat nyata, yang dapat dipahami, dapat dibahas dan dapat dilihat.

Pendekatan SETS memiliki hubungan dengan kemampuan berpikir kritis-kreatif sebagaimana disebutkan binandja (1999:7),

Pendekatan SETS (Science Environment Technology and Society) di dalam pengajaran siswa diminta menghubungkaitkan antar unsur SETS. Yang dimaksudkan adalah siswa menghubungkaitkan antara konsep sains yang dipelajari dengan benda-benda berkenaan dengan konsep tersebut pada unsur lain SETS sehingga memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang keterkaitan konsep tersebut dengan unsur lain dalam SETS, baik dalam bentuk kelebihan ataupun kekurangannya.

Untuk bisa menghubungkaitkan antar unsur SETS, diperlukan pemikiran yang mendalam berupa identifikasi dan analisis tentang apa dan bagaimana konsep yang sedang dipelajari. Selanjutnya dipikirkan mengapa dan bagaimana konsep tersebut bisa digunakan pada teknologi yang terkait. Setelah itu diperlukan pertimbangan atau evaluasi berdasarkan fakta-fakta yang diketahui akan dampak positif ataupun negatif yang ditimbulkan dari pemanfaatan konsep sains ke bentuk teknologi terhadap lingkungan dan masyarakat. Kemudian bagaimana siswa harus bersikap atau bertindak bila berhadapan/menemui keadaan atau masalah terkait dengan konsep yang telah dipelajarinya tersebut.

Dari gambaran tersebut terlihat bahwa diperlukan pemikiran yang kritis untuk belajar setiap elemen SETS, karena dalam prosesnya diperlukan keterampilan yang merupakan unsur dasar dalam berpikir kritis seperti keterampilan untuk mengidentifikasi, menganalisis, mengevalusi, mencari dan mengamati fakta-fakta yang dijumpai siswa terkait materi/konsep yang diajarkan. Dengan demikian kamampuan berpikir siswa akan tergali dan terlatih.

Perlunya menggunakan pembelajaran model SETS (Science Environment Technology and Society) karena melalui SETS diharapkan siswa memahami

(6)

5

implikasi hubungan antar elemen ilmu alam, lingkungan sekitar, teknologi, dan masyarakat. Melalui model pembelajaran SETS ini akan membimbing siswa berfikir aktif dan bertindak memecahkan masalah lingkungan atau segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat.

Purwaningsih (2005:25) dalam hasil penelitiannya di kelas X SMA Muhammadiyah semarang pada pembelajaran materi Hidrokarbon 1 dan Minyak Bumi menyimpulkan bahwa dengan menggunakan pendekatan SETS, 1) siswa dapat meningkatkan kemampuan berfikir kreatif-kritis siswa dan tercapainya ketuntasan belajar klasikal 85% serta tugas siswa bernuansa ilmu, lingkungan, teknologi, dan masyarakat terpenuhi; 2) diperoleh grafik kemampuan berpikir kritis siswa untuk kelompok siswa yang berangkat dari titik awal baik, cukup dan kurang masing-masing menunjukkan kecenderungan kenaikan yang signifikan; 3) diperoleh grafik kemampuan berpikir kreatif siswa yang berangkat dari titik awal sangat baik, baik, cukup maupun kurang masing-masing menunjukkan kecenderungan kenaikan yang signifikan.

Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa pembelajaran dengan model SETS (Science Environment Technology and Society) bukan saja dapat meningkatkan kemamapuan berpikir kritis, tetapi juga dapat meningkatkan sikap positif siswa terhadap pelajaran. Oleh sebab itu dalam penelitian ini digunakan model pembelajaran SETS (Science Environment Technology and Society) dengan harapan dapat menarik perhatian siswa terhadap materi pelajaran khususnya menulis naskah drama dengan mengambil tema dan ide tulisan mengenai kehidupannya sehari-hari atau mengangkat tema berdasarkan isu atau permasalahan faktual yang ada di lingkungan sekitarnya.

Pembelajaran menulis naskah drama dengan menggunakan media yang tepat akan mendukung keberhasilan dan kemampuan siswa dalam belajar. Penggunaan media haruslah selaras dengan kebutuhan siswa, pembelajaran yang hendak diajarkan kepada siswa dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian akan mendapatkan hasil yang maksimal.

Sehubungan dengan uraian di atas, kemampuan menulis naskah drama merupakan kemampuan untuk mengungkapkan hal-hal yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari yang menarik. Sedangkan penggunaan model pembelajaran tipe SETS ini sangat efektif dipakai untuk materi menulis, karena dengan penerapan model ini siswa diajarkan menulis naskah drama dengan mengambil

(7)

6

ide dari sekitar lingkungannya dengan menggunakan teknologi sebagai alat pendukung untuk mencari sumber yang akan ia tulis.

Secara umum naskah drama dibuat dengan berbagai unsur yang membentuk kelengkapan. Dalam naskah drama tersebut termuat nama-nama tokoh dalam cerita, dialog yang diucapkan para tokoh, dan keadaan panggung yang diperlukan. Bahkan kadang-kadang dilengkapi dengan penjelasan tata busana, tata lampu, dan tata suara (musik pengiring).

Waluyo (2001:19) mencirikan naskah drama yang baik sebagai berikut : 1. Adanya masalah yang jelas

2. Adanya tema atau tujuan yang jelas 3. Adanya perwatakan peran yang jelas

4. Adanya penggunaan kejutan (plot) yang tepat 5. Bertolak dari gagasan murni penulis

6. Menggunakan bahasa yang baik.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dilihat bahwa naskah drama tidak hanya menonjolkan seni peran, tetapi juga sarat akan pesan, idenya murni pemikiran sang penulis naskah. Namun demikian, dapat pula diambil dengan menyadur cerita seperti cerpen, ceragam, novel, roman, dan kisah-kisah klasik. Biasanya penulis menafsirkan ulang kisah tersebut sehingga banyak terjadi perubahan, baik itu dalam hal sudut pandang, atau tokoh, ataupun setting. Hal itu sah-sah saja asal cerita tak melenceng dari konsep aslinya. Penulisan naskah drama biasanya mengambil ide cerita yang bersumber dari kehidupan manusia. Kemudian maskah ditulis dengan tujuan untuk disajikan kepada penonton melalui dialog para pelakunya, biasanya dialog dilakonkan di atas pentas.

METODOLOGI PENELITIAN

Metode penelitian menurut Keraf (1997:7-8) adalah, “...cara kerja untuk memahami objek penelitian.” Metode penelitian merupakan kunci paling penting untuk mengetahui hasil dari penelitian. Oleh karena itu, baik tidaknya kualitas hasil penelitian sagatlah banyak ditentukan oleh ketepatan dalam memilih metode penelitian. Metode yang tepat memungkinkan terjawabnya masalah penelitian yang tepat pula. Dengan demikian, metode penelitian adalah cara kerja yang terarah dan terencana untuk dapat memahami objek penelitian.

(8)

7

Metode Penelitian adalah suatu cara untuk mencari kebenaran dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Arikunto (2005: 160) mengatakan “Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya.” Dengan demikian, metode penelitian adalah suatu cara untuk mencapai kebenaran dengan mengumpulkan dan menganalisis data yang diperlukan guna mencapai tujuan. Metode penelitian merupakan kunci paling penting untuk mengetahui hasil dari penelitian. Oleh karena itu, baik tidaknya kualitas hasil penelitian sagatlah banyak ditentukan oleh ketepatan dalam memilih metode penelitian. Metode yang tepat memungkinkan terjawabnya masalah penelitian yang tepat pula.

Metode penelitian merupakan kunci paling penting untuk mengetahui hasil dari penelitian. Oleh karena itu, baik tidaknya kualitas hasil penelitian sagatlah banyak ditentukan oleh ketepatan dalam memilih metode penelitian. Metode yang tepat memungkinkan terjawabnya masalah penelitian yang tepat pula. Dengan demikian, metode penelitian adalah cara kerja yang terarah dan terencana untuk dapat memahami objek penelitian.

Metode yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, tepatnya quasi eksperimen dengan tujuan ingin mengetahui efektivitas pembelajaran dengan model SETS dalam meningkatkan kemampuan menulis naskah drama siswa kelas VIII SMP Dharma Patra Pangkalan Berandan Tahun Pembelajaran 2013/2014. Dengan metode penelitian tersebut akan ada dua kelompok perlakuan yang berbeda dalam penelitian. Dalam hal ini desain penelitian yang digunakan adalah post test only control group design.

Dikuatkan pendapat Arikunto (2005:12) yang mengemukakan bahwa post test only control group design yaitu eksperimen yang dilaksanakan dengan memberi perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelompok eksperimen diberi pengajaran menulis naskah drama dengan model pembelajaran SETS. Kelompok kontrol diberi pengajaran menulis naskah drama dengan menggunakan model konvensional, kemudian diadakan post test untuk kedua kelompok tersebut.

(9)

8 PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Pada kelas SETS siswa yang memperoleh skor tertinggi atau kategori baik setiap indikatornya yaitu, indikator tema sebanyak 14 orang, indikator penokohan sebanyak 10 orang, indikator alur sebanyak 9 orang, indikator dialog sebanyak 12 orang, indikator latar sebanyak 15 orang, dan indikator amanat sebanyak 9 orang.

Berbeda dengan data di atas, pada kelas kontrol yang menggunakan model Konvensional jumlah siswa yang memperoleh skor tertinggi atau kategori baik setiap indikatornya yaitu, indikator tema sebanyak 7 orang, indikator penokohan sebanyak 5 orang, indikator alur sebanyak 6 orang, indikator dialog sebanyak 5 orang, indikator latar sebanyak 8 orang, dan indikator amanat sebanyak 3 orang. Agar lebih terperinci, perhatikan tabel berikut :

Tabel Perbedaan Pemerolehan Skor Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol

No Indikator

Model

Selisih Konvensional SETS

Sampel % Sampel % Sampel %

1 Tema 7 23,33% 14 46,67% 7 23,33% 2 Penokohan 5 16,67% 10 33,33% 5 16,67% 3 Alur 6 20% 9 30% 3 10% 4 Dialog 5 16,67% 12 40% 7 23,33% 5 Latar 8 26,67% 15 50% 7 23,33% 6 Amanat 3 10% 9 30% 6 20%

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa perolehan nilai rata-rata kemampuan menulis naskah drama di kelas eksperimen yakni 80,5 dan standar deviasi 8,5. Adapun kategori pencapaian model SETS dalam menulis naskah drama yaitu tidak ada siswa yang mendapatkan kategori sangat kurang dan kurang dengan frekuensi relative 0%. Sebanyak 2 orang siswa atau 6,67% masuk kategori cukup, 16 orang siswa atau 53,33% masuk kategori baik dan 12 orang siswa atau 40% masuk kategori sangat baik. sementara perolehan nilai rata-rata kemampuan menulis naskah drama di kelas kontrol yakni 69,33 dengan standar deviasi 7,92. Adapun kategori pencapaian model Konvensional dalam menulis naskah drama yaitu tidak ada siswa yang mendapatkan kategori sangat kurang dan kurang dengan frekuensi relative 0%. Sebanyak 11 orang siswa atau 36,67% masuk kategori cukup, 16 orang siswa atau 53,33% masuk kategori baik dan 3 orang siswa atau 10% masuk kategori sangat baik.

(10)

9

Perbedaan perolehan nilai rata-rata antara dua kelas tersebut menunjukkan bahwa kemampuan menulis naskah drama siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran SETS (Science Environment Technology and Society) lebih efektif dari pada kemampuan menulis naskah drama siswa yang diajar menggunakan model Konvensional. Keefektivan model SETS ini karena menekankan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Hal ini terlihat dengan munculnya pertanyaan siswa saat proses pembelajaran yang memanfaatkan sumber belajar (dalam hal ini lingkungan), menciptakan suasana belajar yang menarik sehingga siswa tidak tegang, dan memberi motivasi bagi siswa sehingga lebih kreatif dalam menulis naskah drama. Mereka mengamati lingkungannya dan mengambil topik yang akan mereka jadikan topik dalam menulis naskah drama. Selain itu siswa juga di ajarkan untuk menganalisis serta melakukan observasi untuk menetukan tema dalam menulis naskah drama.

Model Konvensional adalah model yang mengajarkan materi secara terpusat pada guru, dalam pembelajaran ini guru dianggap sebagai seseorang yang memiliki ilmu pengetahuan dan wewenang untuk menyampaikan kepada muridnya, sedangkan siswa adalah seseorang yang belum mengetahui suatu apapun selain menerima dari apa yang disampaikan oleh guru. Dengan demikian apa wejangan yang disajikan guru itulah yang dipahami oleh siswa, sehingga dalam pembelajaran ini siswa tidak lebih dari kegiatan menghafal pelajaran. Penyajian dari guru hanya berlangsung satu arah sehingga siswa tidak mendapatkan kesempatan untuk bertukar pikiran tentang materi pelajaran tersebut baik dengan guru ataupun temannya.

Selain temuan-temuan di atas, hal lain yang membuktikan bahwa model SETS lebih efektif dari model Konvensional adalah dari hasil uji homogenitas diperoleh X2 (Chi Kuadrat) hitung sebesar 1,33. Harga X2 tabel pada taraf signifikan 95% dengan dk 29 adala 42,6. Ternyata X2 hitung < X2 tabel yaitu 1,33 < 42,6. Hal ini membuktikan bahwa variansi populasi adalah homogen. Dan dari analisis data uji t diperoleh adanya perbedaan nyata antara siswa yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran SETS dengan siswa yang diajarkan dengan model Konvensional. Dari hasil uji t diperoleh bahwa thitung = 5,21 sedangkan ttabel

(11)

10

dengan α = 0,05 dan dk 58 = 2,00. Ini berarti thitung > ttabel (5,21 > 2,00 ) dan hipotesis yang diterapkan diterima.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis naskah drama yang menggunakan model SETS (Science Environment Technology and Society) lebih efektif dibandingkan model Konvensional.

PENUTUP

Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat disimpulkan bahwa Kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan model konvensional berada pada kategori cukup yaitu 69,33. Kemampuan menulis naskah drama dengan menggunakan model SETS (Science Environment Technology and Society) berada pada kategori baik yaitu 80,5.

Hasil kemampuan menulis naskah drama dengan model SETS (Science Environment Technology and Society) lebih efektif dibandingkan dengan model Konvensional oleh siswa kelas VIII SMP Dharma Patra Pangkalan Berandan Tahun pembelajaran 2013/2014. Hal ini terlihat dari selisih nilai rata-rata Postest kedua kelompok dan juga penilaian pada setiap deskriptor yang meningkat. Berdasarkan pengujian hipotesis dengan membandingkan nilai thitung dengan ttabel pada taraf signifikan 5% dimana dk = (N1 + N2) -2 = 58, maka diperoleh taraf signifikan = 2,00. Setelah dikonsultasikan, ternyata ttabel yaitu 7,02 > 2,00. Karena to yang diperoleh lebih besar dari ttabel, maka hipotesis nihil (Ho) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2005. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Binandja, Achmad. 1999. Hakekat dan Tujuan Pendidikan SETS (Science, Environment, Technology and Sociey) dalam Konteks dan Pendidikan yang ada. Makalah disajikan dalam seminar lokakarya pendidikan SETS untuk bidang Sains dan Non Sains. Kerjasama SEAMEORECSAM dan UNNES Semarang 14 Desember 1999.

Handayani, Dewi. 2009. Pengaruh Pengajaran Remedial Terhadap Hasil Belajar Menulis Naskah Drama Siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Brastagi. Universitas Negeri Medan. Skripsi tidak dipublikasikan.

(12)

11

Keraf, Gorys. 1984. Komposisi. Ende, Florest: Nusa Indah.

Purwaningsih, Asih. 2005. Pembelajaran Kimia Berpendekatan Sets Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Siswa Kelas X SMA Muhamadiyah I Semarang, Tahun Pembelajaran 2004/2005.

Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Waluyo, Herman J. 2001. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.

Gambar

Tabel Perbedaan Pemerolehan Skor Pada Kelas Eksperimen dan Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

(2011) menyatakan bahwa perairan yang tidak berhadapan langsung dengan laut lepas serta dibatasi oleh daratan menyebabkan arus perairan lemah. Keberadaan vegetasi mangrove

Tombol 3: tombol ini jika ditekan maka akan berfungsi untuk menjalankan motor 2, yaitu menggerakkan konveyor sehingga sampah yang sudah digaruk dari sungai dapat dimasukkan

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul Pengaruh

Di pojok timur Jaut Pulau Jawa, terdapat sebtiah pulau yq.ng dipisahkan oleh sebuah selat, ptilau tersebut bernama Pulau Madura. Pulau yang juga dikenal dengan nama

Melakukan wawancara orang-orang untuk memperoleh data yang pasti mengenai kondisi umbul sebagai dasar dalam perancangan city branding dan mengenai perkembangan pariwisata

Menurut O’Brien (2002, p.130), CRM menggunakan teknologi informasi untuk menciptakan cross-functional enterprise system yang mengintegrasikan dan mengotomatisasi proses

4 Penjualan bibit-bibit karet (stumps). 5A.12 JAWATAN PERIKANAN DARAT. 5A.12.1 Jawatan Perikanan Darat. 5A.13 JAWATAN PEMBANGUNAN USAHA TANI. 5A.13.1 Jawatan Pembangunan Usaha

Atribut produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian Smartphone Xiaomi di Kota Bandung, dengan total kontribusi sebesar 53,4% sedangkan sisanya sebesar