• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI TUMBUKAN LENTING DAN TAK LENTING DENGAN PENYELESAIAN SOAL YANG DITUNTUN DENGAN LEMBAR KERJA SISWA DI SMA NEGERI 1 GODEAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Prog

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI TUMBUKAN LENTING DAN TAK LENTING DENGAN PENYELESAIAN SOAL YANG DITUNTUN DENGAN LEMBAR KERJA SISWA DI SMA NEGERI 1 GODEAN Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Prog"

Copied!
150
0
0

Teks penuh

(1)

i

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI TUMBUKAN LENTING DAN TAK LENTING DENGAN PENYELESAIAN SOAL

YANG DITUNTUN DENGAN LEMBAR KERJA SISWA DI SMA NEGERI 1 GODEAN

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: DARMIYONO NIM : 041424015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

(5)
(6)

vi ABSTRAK

Darmiyono, ” Efektivitas Pembelajaran dengan Penyelesaian soal yang dituntun dengan Lembar Kerja Siswa pada Materi Tumbukan Lenting dan tak Lenting di SMA N I Godean”. Skripsi. Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta (2009).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) apakah pembelajaran yang didalam bagian pembelajaranya diberikan penyelesaian soal-soal yang dituntun dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) lebih efektif dibandingkan pembelajaran yang didalam bagian pembelajaranya diberikan penyelesaian soal-soal yang tanpa dituntun dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) dilihat dari peningkatan hasil belajar; (2) bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran yang didalam bagian pembelajaranya diberikan penyelesaian soal-soal yang dituntun dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) dibandingkan pembelajaran yang didalam bagian pembelajaranya diberikan penyelesaian soal-soal yang tanpa dituntun dengan Lembar Kerja Siswa (LKS)?

Perbedaan peningkatan hasil belajar dianalisis menggunakan uji-t dengan taraf signifikansi α = 0.05. Sedangkan sikap siswa terhadap pembelajaran dianalisis menggunakan kriteria penskoran minat dan sikap.

(7)

vii ABSTRACT

Darmiyono “ The Effectiveness of Physics Teaching-Learning Process the Elastic Collisions and Inelastic Collisions when The Students are Assisted by Students’ Work Sheets for Their Exercises In SMA Negeri 1 Godean”. Physics Education Study Program, Mathematic and Science Education Department. Teachers Training and Education Faculty. Sanata Dharma University. Yogyakarta (2009).

This research aims to know : (1) whether the physics teaching-learning when the students are assisted by students’ work sheets for their exercises more effective compared to the physics teaching-learning when the students are not assisted by students’ work sheets for their exercises on improvement knowledge; (2) how the response of the students when they are assisted by the students’ work sheets for their exercises, compared to the physics teaching-learning when the students are not assisted by students’ worksheets for their exercises.

The effectiveness of physics teaching-learning process is analized by the test-t by using significant level of α = 0.05. The response of the students is analized by using a scoring criteria of students interest and response.

(8)
(9)

ix

KATA PENGANTAR

Hormat, syukur, dan pujian saya haturkan kepada Allah Bapa yang maha kuasa yang bersatu dengan Tuhan Yesus Kristus Putra yang tunggal karena atas segala cinta dan bimbingan-Nya sehingga skripsi yang berjudul

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN FISIKA PADA MATERI TUMBUKAN LENTING DAN TAK LENTING DENGAN PENYELESAIAN SOAL YANG DITUNTUN DENGAN LEMBAR KERJA SISWA

DI SMA NEGERI 1 GODEAN ini dapat terselesaikan.

Adapun maksud dari penyusunan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di JFPMIPA Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, saran dan gagasan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bp. Drs. Fr. Y. Kartika budi., M.Pd. selaku dosen pembimbing yang telah banyak menyediakan waktu untuk membimbing dengan penuh kesabaran.

2. Bp. Drs. Domi Severinus, Ibu Dra. Maslichah Asy,ari, M.Pd., Bp. Drs. A. Atmadi, M.Si., Bp. Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. dan Bp. Drs. R. Rohandi, M.Ed. selaku dosen pendidikan Fisika USD yang telah membekali penulis dengan ilmu pengetahuan selama melaksanakan pendidikan di Universitas Sanata Dharma ini.

(10)

x

4. Nenek Djodikromo (alm.) yang banyak mendoakan saya, Pakde Br. Johannes Warisa FIC., Pakde Wiyono Tangerang sekeluarga, Mas Jono Ambarawa sekeluarga, yang banyak membantu saya selama kuliah.

5. Teman-temanku: Salvinus Baco alias Silfester, Antonius Eryanto alias Simbah, Yoseph Asiri alias Dotheres, Bapak Will dan Nona Ita, Adrianus Swada alias Ucok, Pendeta Fredy, Yayuk, Iken, Yanti, Teguh, Fitri, Wulan, Dwi Wahyu, semua teman P. Fis 04 USD yang tidak dapat saya sebutkan dan semua teman yang telah menunggui saya waktu ujian.

6. Anak-anak kost Wisma Pakel: Pak Eko, Ari senior, Ari Junior, Dwi, Budi, Yoyok, Tri dan Leo Sagalus adik Yosep. Persaudaraan yang telah kita bina bersama selama ini takkan hilang.

7. Dan semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan disini

Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan pendidikan dan ilmu pengetahuan. Penulis sangat menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, maka masukan, saran, kritik dari pembaca yang sifatnya membangun saya harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

(11)

xi

DAFTAR ISI Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ... 1

B. PERUMUSAN MASALAH ... 2

C. TUJUAN PENELITIAN ... 3

D. MANFAAT PENELITIAN ... 4

BAB II DASAR TEORI ... 5

A. HAKEKAT BELAJAR, MENGAJAR DAN PEMBELAJARAN ... 5

1. Belajar ... 5

a. Pengertian Belajar ... 5

(12)

xii

2. Mengajar ... 10

3. Pembelajaran ... 11

B. HAKEKAT FISIKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN ... 12

1. Hakekat Fisika ... 12

2. Fisika sebagai Bahan Pembelajaran ... 13

a. Aspek Produk ... 13

b. Aspek Proses ... 14

c. Aspek Sikap ... 14

C. SIKAP ... 15

D. TUMBUKAN ... 17

1. Tumbukan Lenting ... 17

2. Tumbukan tak Lenting ... 19

3. Tumbukan dalam Dua Dimensi ... 20

E. LEMBAR KERJA SISWA ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

A. Jenis Penelitian ... 22

B. Populasi dan Sampel ... 22

C. Ubahan Penelitian ... 22

1. Jenis Ubahan ... 22

2. Definisi Operasional Ubahan ... 22

D. Perlakuan (treatment) ... 23

E. Instrument Penelitian ... 24

(13)

xiii

2. Kuesioner ... 27

F. Analisis Data ... 30

1. Efektivitas Pembelajaran... 30

2. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian ... 42

B. Deskripsi Data ... 43

C. Analisis Data ... 49

1. Efektivitas Pembelajaran... 49

2. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran ... 59

D. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 67

1. Rangkuman Hasil Penelitian ... 67

2. Pembahasan ... 73

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 75

A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(14)

xiv

DAFTAR TABEL Halaman

Tabel 1. Kisi-kisi rancangan soal-soal pretest dan posttest ... 25

Tabel 2. Kriteria pemberian skor pretest dan posttest pada materi tumbukan lenting ... 26

Tabel 3. Kriteria pemberian skor pretest dan posttest pada materi tumbukan tak lenting ... 27

Tabel 4. Distribusi soal-soal kuesioner sikap menurut indikatornya ... 28

Tabel 5. Kriteria penskoran sikap siswa terhadap pembelajaran ... 39

Tabel 6. Data skor pretest dan skor posttest sebelum pembelajaran dibalik ... 44

Tabel 7. Data mean dan standart deviasi pada pretest dan posttest sebelum pembelajaran dibalik ... 45

Tabel 8. Data skor pretest dan skor posttest setelah pembelajaran dibalik ... 46

Tabel 9. Data mean dan standart deviasi pada pretest dan posttest setelah pembelajaran dibalik ... 47

Tabel 10. Data perolehan kuesioner sikap siswa kelas A terhadap pembelajaran ... 48

Tabel 11. . Data perolehan kuesioner sikap siswa kelas B terhadap pembelajaran ... 48

Tabel 12. Distribusi sikap setiap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan cara X dibandingkan dengan cara Y pada kelas A ... 59

Tabel 13. Distribusi sikap setiap siswa terhadap pembelajaran fisika dengan cara X dibandingkan dengan cara Y pada kelas B ... 61

(15)

xv

Tabel 15. Hasil penelitian setelah pembelajaran dibalik ... 70

Tabel 16. Analisis data skor pretest pada pembelajaran dengan cara X... 120

Tabel 17. Analisis data skor pretest pada pembelajaran dengan cara Y... 121

Tabel 18. Analisis data skor pretest dan skor posttest pada pembelajaran dengan cara X ... 122

Tabel 19. Analisis data skor pretest dan skor posttest pada pembelajaran dengan cara Y ... 123

Tabel 20. Analisis data skor pretest pada pembelajaran dengan cara X... 124

Tabel 21. Analisis data skor posttest pada pembelajaran dengan cara Y ... 125

Tabel 22. Analisis data skor pretest pada pembelajaran dengan cara X... 126

Tabel 23. Analisis data skor pretest pada pembelajaran dengan cara Y... 127

Tabel 24. Analisis data skor pretest dan skor posttest pada pembelajaran dengan cara X ... 128

Tabel 25. Analisis data skor pretest dan skor posttest pada pembelajaran dengan cara Y ... 129

Tabel 26. Analisis data skor posttest pada pembelajaran dengan cara X ... 130

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN Halaman

Lampiran I. Soal Pretest dan Posttes ... 80

Lampiran II. Kunci Jawaban Soal Pretest dan Posttest ... 83

Lampiran III. Kuesioner ... 91

Lampiran IV. Penyelesaian soal yang dituntun dengan LKS ... 96

Lampiran V. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 104

Lampiran VI. Analisis data secara lengkap ... 120

Lampiran VII. Tabel T-test ... 132

Lampiran VIII. Surat Izin Penelitian dari Bappeda ... 133

(17)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Poses pembelajaran memperlihatkan bagaimana situasi siswa belajar, dan bagaimana situasi guru mengajar. Menurut Soewardi (1987)”Proses belajar yang dialami oleh siswa akan menghasilkan perubahan-perubahan dibidang pemahaman, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap”. Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi belajar siswa, tes atau tugas yang dibebankan kepada siswa oleh guru. Mengacu pada prestasi belajar siswa, guru harus selalu mengadakan perbaikan-perbaikan mengajarnya, baik metode maupun penguasaan bahan pelajaran yang akan diajarkanya. Dalam proses terjadi interaksi guru dengan siswa. Efektivitas dan efisiensi interaksi itu diukur dan dinilai melalui tes prestasi belajar pada saat evaluasi belajar mengajar. Evaluasi belajar mengajar berfungsi untuk mengukur keberhasilan siswa belajar, sekaligus pula keberhasilan guru mengajar melalui metode mengajar tertentu yang sesuai dengan situasinya (Soewardi, 1987:10).

(18)

belajarnya belum maksimal. Kemampuan analisis siswa kadang-kadang kurang.

Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat dengan maksud untuk membimbing siswa secara terstruktur yang kegiatanya memberikan daya tarik terhadap siswa. Sistem instruksional atau lembar kerja siswa merupakan suatu cara yang berguna sebagai jembatan untuk memahami dari berbagai konsep ilmiah melalui beberapa media (Munandar, 1990: 25). Dalam hal ini, peneliti tertarik untuk mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk menyelesaiakan soal-soal dalam proses pembelajaran. Supaya siswa di dalam belajar tingkat keberhasilan belajarnya maksimal, supaya siswa terbiasa mengerjakan soal-soal secara terstruktur atau sistematis, maka peneliti akan melaksanakan pembelajaran yang bagian pembelajaranya diberikan penyelesaian soal-soal atau latihan soal-soal yang dituntun dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) atau sebut saja pembelajaran dengan cara X. Peneliti membandingkanya dengan pembelajaran yang di dalam bagian pembelajaranya diberikan penyelesaian soal-soal tanpa Lembar Kerja Siswa (LKS) atau secara langsung sebut saja dengan cara Y.

B. PERUMUSAN MASALAH

(19)

pembelajaranya diberikan penyelesaian soal-soal tanpa Lembar Kerja Siswa (LKS) dilihat dari peningkatan hasil belajar?

2. Bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran yang di dalam bagian pembelajaranya diberikan penyelesaian soal-soal yang dituntun dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) dibandingkan pembelajaran yang di dalam bagian pembelajaranya diberikan penyelesaian soal-soal tanpa Lembar Kerja Siswa (LKS)?

C. TUJUAN PENELITIAN

a. Mengetahui apakah pembelajaran yang di dalam bagian pembelajaranya diberikan penyelesaian soal-soal yang dituntun dengan Lembar Kerja Siswa (LKS) lebih efektif dibandingkan pembelajaran yang di dalam bagian pembelajaranya diberikan penyelesaian soal-soal tanpa Lembar Kerja Siswa (LKS) dilihat dari peningkatan hasil belajar?

(20)

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Diharapkan dapat memberikan informasi pada guru-guru supaya mereka mengetahui latihan soal-soal atau penyelesaian soal-soal manakah yang lebih baik digunakan dalam proses pembelajaran.

(21)

BAB II

DASAR TEORI

A. HAKEKAT BELAJAR, MENGAJAR, DAN PEMBELAJARAN 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif pelajar mengkonstruksi arti entah teks, dialog, pengalaman fisis dan lain-lain. Belajar juga merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajari dengan pengertian yang sudah dipunyai seorang sehingga pengertianya dikembangkan (Suparno, 1997:34).

Menurut Hamalik, belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (2003:27). Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat tetapi lebih dari itu, yakni mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Sejalan dengan perumusan tersebut ada pula tafsiran lain tentang belajar yaitu bahwa belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi dengan lingkungan (Hamalik,2003:28)

(22)

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

1) Situasi belajar harus bertujuan dan tujuan-tujuan itu diterima baik oleh masyarakat. Tujuan merupakan salah satu aspek dari situasi belajar.

2) Tujuan dan maksud belajar timbul dari kehidupan anak sendiri. 3) Di dalam mencapai tujuan itu, murid senantiasa akan menemui

kesulitan, rintangan dan situasi-situasi yang tidak menyenangkan. 4) Hasil belajar yang utama ialah pola tingkah laku yang bulat.

5) Proses belajar terutama mengerjakan hal-hal yang sebenarnya. Belajar apa yang diperbuat dan mengerjakan apa yang dipelajari. 6) Kegiatan-kegiatan dan hasil-hasil belajar dipersatukan dan

dihubungkan dengan tujuan dalam situasi belajar. 7) Murid memberikan reaksi secara keseluruhan.

8) Murid mereaksi sesuatu aspek dari lingkungan yang bermakna baginya.

9) Murid diarahkan dan dibantu oleh orang-orang yang berbeda dalam lingkungan itu.

(23)

b. Teori-teori Belajar

Hamalik (2003:35) meninjau beberapa aliran psikologi dalam hubunganya dengan teori belajar yaitu:

1) Teori Psikologi Klasik

Menurut teori ini, manusia terdiri dari jiwa (mind) dan badan (body) atau zat (matter). Jiwa dan zat ini berbeda satu sama lain. Badan adalah suatu objek yang sampai ke alat indera, sedangkan jiwa adalah suatu realita yang non materiil, yang ada di dalam badan, yang berpikir, merasa, berkeinginan, mengontrol kegiatan badan, serta bertanggung jawab. Zat sifatnya terbatas dan bukan suatu keseluruhan realita, melainkan berkenaan dengan proses-proses materiil, yang terikat pada hukum-hukum mekanis. Sedangkan jiwa merupakan fakta-fakta tersendiri,seperti rasa sakit, frustasi, aspirasi, apresiasi, tujuan, dan kehendak, itu semua bukan hasil dari pada zat, tetapi mempunyai sumber tersendiri dalam realita yang berbeda, yang mempunyai hak berbicara dan secara relatif ia bebas dari hukum-hukum mekanis. Realita ini disebut mind substansi.

2) Teori Psikologi Daya

(24)

daya-daya itu berkembang (terbentuk) maka daya-daya-daya-daya itu perlu dilatih, sehingga dapat berfungsi. Teori ini bersifat formal karena mengutamakan pembentukan daya-daya.

3) Teori Mental State

Teori ini berpangkal pada psikologi asosiasi yang dikembangkan oleh J. Herbart yang pada prinsipnya, jiwa manusia terdiri dari kesan-kesan/tanggapan-tanggapan yang masuk melalui pengindraan. Kesan-kesan itu berasosiasi satu sama lain dan membentuk mental atau kesadaran manusia. Tambah kuat asosiasi itu, tambah lama kesan-kesan itu tinggal di dalam jiwa kita. Kesan-kesan itu berasosiasi satu sama lain dan membentuk mental atau kesadaran. Kesan-kesan itu akan mudah diungkapkan kembali (reproduksi) apabila kesan-kesan itu tertanam dengan kuat dalam ruang kesadaran. Dan sebaliknya apabila kesan-kesan itu lemah maka akan lebih mudah lupa. Jadi, yang penting menurut teori ini adalah bahan-bahan atau materi yang disampaikan kepada seseorang. Teori ini bersifat materialistis mengutamakan bahan. 4) Teori Psikologi Behaviorisme

(25)

Apa yang dikemukakan diatas kemudian menjadi dasar dalam teori connectionism. Teori ini mempunyai doktrin pokok, yakni hubungan antara stimulus dan respons, asosiasi-asosiasi dibuat antara kesan-kesan pengadaan dan dorongan-dorongan untuk berbuat. Ikatan-ikatan (bond) atau koneksi-koneksi dapat diperkuat atau diperlemah serasi dengan banyaknya penggunaan dan pengaruh-pengaruh dari penggunaan itu. Throndike dengan S-R Bond Theory-nya menyusun hukum-hukum sebagai berikut:

a) Hukum pengaruh ( the law of effect)

Hubungan-hubungan diperkuat atau diperlemah tergantung pada kepuasan atau ketidaksenangan yang berkenaan dengan penggunaannya.

b) Hukum latihan ( the law exercise) atau prinsip use and disuse. Apabila hubungan itu sering dilatih maka ia akan menjadi kuat (fized)

c) Hukum kesediaan / kesiapan ( the law of readiness)

Apabila suatu ikatan ( bond) siap untuk berbuat, perbuatan itu memberi kepuasan, sebaliknya apabila tidak siap maka menimbulkan ketidakpuasan/ketidaksenangan terganggu.

5) Teori Psikologi Gestalt

(26)

atau unsur-unsur. Unsur-unsur ini berada dalam keseluruhan menurut struktur yang telah tertentu dan berelasi satu sama lain. 2. Mengajar

Menurut Lindgren, mengajar adalah menciptakan situasi, menyediakan kemudahan, membimbing dan mengarahkan sehingga pelajar melakukan proses pada dirinya terjadi perubahan (Lindgren, dalam Teodoro Soares, 2003:12). Dengan kata lain menyangkut pembelajaran yaitu kegiatan menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa membangun pengetahuanya sendiri. Sedangkan menyangkut aspek proses, pembelajaran fisika dimaksudkan untuk meningkatkan ketrampilan berpikir siswa, yang menyertai kemampuan dan ketrampilan psikomotorik.

Sedangkan pengertian mengajar yang lain, Hamalik(2003:44) membahas yang bersumber dari 6 pendapat yang dipandang sebagai pendapat yang lebih menonjol yaitu :

1) Mengajar ialah menyampaikan pengetahuan kepada peserta siswa didik atau murid di sekolah.

2) Mengajar adalah mewariskan kebudayaan kepada generasi yang muda melalui lembaga pendidikan sekolah.

3) Mengajar adalah mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa.

(27)

5) Mengajar adalah kegiatan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang baik sesuai dengan tuntutan masyarakat.

6) Mengajar adalah suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari.

Berdasarkan definisi belajar diatas maka mengajar jelas bukan suatu kegiatan memindahkan pengetahuan dari pengajar ke pelajar melainkan kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuanya. Mengajar berarti partisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan dan bersikap kritis.

3. Pembelajaran

Tujuan dan unsur-unsur dinamis dalam pembelajaran adalah dua hal yang sangat penting dalam pembelajaran. Tujuan pembelajaran mengarahkan guru agar berhasil dalam membelajarkan siswa; sementara unsur-unsur dinamis pembelajaran mendukung bagi tercapainya tujuan pembelajaran yang dilakukan oleh guru (Hamalik,2003:43).

Pembelajaran dimaksudkan terciptanya suasana sehingga siswa belajar. Tujuan pembelajaran haruslah menunjang dan dalam rangka tercapainya tujuan belajar.

(28)

Pembelajaran model dahulu, memang tidak dicobaterkaitkan dengan belajar itu sendiri. Pembelajaran lebih terkonsentrasi pada kegiatan guru dan tidak terkonsentrasi pada kegiatan siswa.

Jika pada masa sekarang ini, pembelajaran dicobaterkaitkan dengan belajar, maka dalam merancang aktivitas pembelajaran, guru harus belajar dari aktivitas belajar siswa. Aktivitas belajar siswa harus dijadikan titik tolak dalam merancang pembelajaran.

Implikasi dari adanya keterkaitan antara kegiatan pembelajaran dan kegiatan belajar siswa tersebut adalah, disusunya tujuan pembelajaran yang dapat menunjang tercapainya tujuan belajar. Muatan-muatan yang termaktub dalam tujuan belajar, haruslah termaktub juga dalam tujuan pembelajaran.

B. HAKEKAT FISIKA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN

1. Hakekat Fisika

(29)

kriteria yang harus dipenuhi teori di dalam sains, yaitu: 1) mampu menjelaskan fenomena yang diamati; 2) mampu memprediksi fenomena yang belum diamati; dan 3) dapat diuji melalui eksperimen lain.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa hakikat fisika adalah suatu ilmu pengetahuan tentang alam yang berkaitan dengan konsep-konsep, struktur materi dan teori-teori tentang materi dan antar aksinya di alam yang didapatkan melalui observasi dan eksperimen, yang kemudian dipahami dan dimanfaatkan oleh manusia untuk perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Fisika sebagai Bahan Pembelajaran

Dari definisi Conant tentang sains, sains mengandung 2 elemen, yang oleh Kuslan dan Stones disebut aspek produk dan aspek proses (Kuslan & Stones dikutip oleh Sarkim, 1998:2). Oleh Carin dan Sund ditambahkan aspek ketiga yaitu aspek sikap manusia. (Carin & Sund dikutip oleh Sarkim, 1998:3).

a. Aspek Produk

(30)

fenomena. Teori dapat menjelaskan, menghubungkan, dan meramalkan berbagai penemuan percobaan dan pengamatan. Contoh dari teori adalah teori relativitas, teori atom.

b. Aspek Proses

Aspek proses adalah cara memperoleh pengetahuan. Pengetahuan yang ada sekarang ini merupakan hasil dari suatu proses panjang. Pengetahuan yang diakui kebenarannya sampai saat ini merupakan hasil dari penyempurnaan atas pengetahuan sebelumnya. Proses sains terdiri dari bermacam-macam kegiatan seperti penentuan masalah dan pengukuran, menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Proses ini disebut sebagai metode ilmiah.

c. Aspek Sikap

Aspek sikap manusia adalah keyakinan-keyakinan, nilai-nilai dan opini-opini tertentu. Dalam pengajaran sains, aspek sikap dapat terealisasikan apabila guru sadar dan terus menerus memperhatikan, mengarahkan, menegur, dan menunjukkan sikap kepada siswa.

(31)

Berdasarkan uraian di atas sains mencakup tiga aspek yaitu aspek produk, aspek proses, dan aspek sikap. Selain itu sains dalam hal ini fisika, juga merupakan mata pelajaran yang diajarkan di sekolah. Dari kedua hal ini maka sebagai seorang guru harus dapat memilih dan menentukan suatu metode pembelajaran yang sesuai dengan hakikat fisika. Penentuan metode pembelajaran harus dapat membantu siswa dalam membangun sendiri pengetahuannya.

C. SIKAP

Dalam arti yang sempit sikap adalah padangan atau kecenderungan mental (Syah, Muhibbin, 1997:120). Menurut W.S. Winkel (2004:116) sikap merupakan kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang memiliki sikap jelas, mampu untuk memilih secara tegas di antara beberapa kemungkinan. Misalnya, mahasiswa yang harus memilih antara belajar untuk mempersiapkan ujian lisan atau pergi nonton bersama pacarnya pada waktu yang bersamaan. Yang mana akan dipilih, tergantung dari sikapnya terhadap kelulusan dalam ujian itu dan kepuasan dalam berpacaran, mana yang pada saat itu dianggap lebih penting. Mahasiswa yang tidak mempunyai sikap jelas, akan merasa ragu-ragu dan bingung, mana yang harus diprioritaskan pada saat itu.

(32)

berukuran besar membutuhkan bahan bakar banyak dan karena itu biaya operasi menjadi tinggi (aspek kognitif). Dia tidak suka mengeluarkan uang banyak untuk mengoperasikan uang mobil besar, hanya demi menjaga gengsi (aspek afektif). Maka, dia tidak hendak membeli mobil besar dan berhasrat membeli mobil yang lebih kecil (aspek konatif). Aspek terakhir inilah yang paling berperan dalam mengambil tindakan atau menentukan pilihan berdasarkan sikap tertentu.

Menurut Theresia Warsini (2000:13) ciri-ciri sikap terhadap suatu obyek sebagai berikut:

a. Merupakan gejala psikologis yang berhubungan dengan motivasi, emosi, persepsi dan proses kognitif.

b. Disertai perasaan atau emosi yang menimbulkan suatu penilaian terhadap suatu obyek mengenai rasa tertarik/tidak tertarik, baik/buruk, berguna/tidak berguna dan lain-lain.

c. Penilaian dan perasaan terhadap obyek menimbulkan sikap positif atau negative.

d. Sikap menyebabkan kecenderungan untuk berbuat yaitu mendekati atau menjauhi obyek.

e. Bila terjadi kecenderungan untuk mendekati obyek maka ada keinginan untuk tahu dan belajar serta melibatkan diri.

f. Mengandung tiga komponen, meliputi komponen kognitif, komponen affektif, dan komponen tingkah laku.

(33)

D. TUMBUKAN

Teori berikut diambil dari Kanginan,M.(2004).Fisika SMU Jilid 2B.

Sistem dua benda yang bertumbukan, momentum linear sistem adalah tetap asalkan pada sitem tidak bekerja gaya luar. Akan tetapi energi kinetik sistem dapat berkurang karena sebagian energi kinetik diubah ke bentuk energi kalor dan energi bunyi pada saat terjadi tumbukan. Jadi pada peristiwa tumbukan dimana tidak ada gaya luar yang bekerja pada sistem, maka hukum kekekalan linear selalu berlaku.

Berdasarkan berlaku atau tidaknya hukum kekekalan energi mekanik (khususnya energi kinetik), tumbukan dibagi atas dua jenis: tumbukan lenting dan tumbukan tak lenting. Tumbukan lenting, jika pada peristiwa tumbukan itu energi kinetik sistem adalah tetap (berlaku hukum kekekalan energi kinetik). Tumbukan tak lenting, jika pada peristiwa tumbukan itu terjadi pengurangan energi kinetik sistem (tidak berlaku hukum kekekalan energi kinetik). Tumbukan tak lenting disebut tak lenting sama sekali jika sesaat sesudah tumbukan, kedua benda saling menempel (bergabung, sehingga kedua benda dapat dianggap sebagai satu benda) dan keduanya bergerak bersama dengan kecepatan yang sama.

Teori berikut diambil dari Sarkim,T.(2007). Diktat Mata Kuliah Mekanika II.

1. Tumbukan Lenting

(34)

lenting adalah tumbukan antara bola-bola billiard atau tumbukan antara molekul-molekul udara terhadap dinding container tempat itu berada.

Pada tumbukan lenting berlaku dua persamaan berikut ini (masing-masing menyatakan hukum kekekalan momentum dan hukum kekekalan energi kinetik) :

) / : ; / : ( 2 2 1 1 2 2 1 1 akhir final f awal initial i v m v m v m v

m i+ i = f + f

f f

i

i m v mv m v

v

m1 12 2 22 1 12 2 22 2 1 2 1 2 1 2

1 + = +

Dan hukum kekekalan momentum:

f i

i

i m v mv mv

v

m1 1 + 2 2 = 1 1 + 2 2

Persamaan hukum kekekalan momentum dapat ditulis ulang dalam bentuk:

(

vi vf

)

m

(

v f v i

)

m1 11 = 2 22 ……….……(1)

Sementara itu persamaan hukum kekekalan energi kinetik dapat ditulis ulang dalam bentuk:

(

)

(

2

)

2 2 2 2 2 2 2 1

1vi vi m v f vi

m − = −

(

vi v f

) (

vi v f

)

m

(

v i v f

)(

vi v f

)

m1 11 + 1 + 1 = 2 22 2 + 2 ……..…(2) Persamaan (2) dibagi persamaan (1) menghasilkan:

f i f

i v v v

v1 + 1 = 2 + 2

(35)

(

)

(

v i vi

)

f v f v

1 2

1 2 1

− − − =

Persamaan terakhir yang didapatkan, menyatakan koefisien restitusi(e) ada tumbukan yang lenting sempurna nilai koeefisien tersebut adalah 1. Nilai koefisien restitusi dapat bernilai antara 0 sampai dengan 1. Koefisien restitusi bernilai 0 untuk tumbukaan yang tak lenting sama sekali, sementara itu terdapat pula tumbukan dengan nilai koefisien restitusi bernilai 0<e<1.

2. Tumbukan tak Lenting

Tumbukan tak lenting adalah tumbukan dimana terjadi pengurangan energi kinetik sistem atau energi kinetik benda yang mengalami tumbukan tidak konstan (tidak berlaku hukum kekekalan energi kinetik sekalipun momentumnya adalah konstan). Tumbukan antara bola karet dengan bola keras merupakan tumbukan tak lenting karena sebagian energi kinetik bola berubah ketika terjadi deformasi (perubahan bentuk bola) ketika bersentuhan dengan permukaan keras itu.

Ketika dua benda bertumbukan dan setelah tumbukan keduanya menyatu maka pada peristiwa tersebut sebagian energi kinetik hilang dan tumbukan yang demikian disebut sebagai tumbukan yang tidak lenting sama sekali. Sebagai contoh ketika dua buah kendaraan bertabrakan dan kendaraan satu terkait dengan kendaraan yang lain maka setelah tumbukan keduanya bergerak dengan kecepatan yang sama.

Andaikan dua buah benda masing-masing dengan massa m1 dan

2

(36)

benda sebesar v1 dan v2. Kedua benda bertumbukan dan keduanya bergerak bersama setelah tumbukan dengan kecepatan vf. Dengan

menerapkan hukum kekekalan momentum maka dapat dituliskan sebagai berikut:

(

m m

)

vf

v m v

m1 1+ 2 2 = 1+ 2

2 1 2 2 1 1 m m v m v m vf + + =

3. Tumbukan dalam Dua Dimensi

Jumlah momentum dua partikel yang bertumbukan yang terisolasi adalah konstan yang dikenal sebagai hukum kekekalan momentum. Hukum kekekalan momentum tersebut mengimplikasikan bahwa jumlah momentum dalam arah x dan y adalah konstan. Tumbukan dua dimensi memiliki dua komponen persamaan hukum kekekalan momentum:

fy fy iy y i fx fx ix x i v m v m v m v m v m v m v m v m 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 2 2 1 1 + = + + = +

(37)

E. LEMBAR KERJA SISWA

Lembar kerja siswa merupakan rancangan kegiatan yang dibuat khusus untuk siswa, yang digunakan siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Lembar kerja siswa yang paling baik adalah lembar kerja siswa yang dapat melibatkan siswa dalam berbagai kegiatan yang relevan dan berkesinambungan. Bagian terpenting dari lembar kerja siswa adalah kegiatan belajar yang berisi penjelasan singkat kegiatan yang akan dilakukan, pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab, mengerjakan tugas, dan tempat menuliskan jawaban pertanyaan serta kesimpulan.

Lembar kerja siswa dibuat dengan maksud untuk membimbing siswa secara terstruktur yang kegiatanya memberikan daya tarik terhadap siswa. Sistem instruksional atau lembar kerja siswa merupakan suatu cara yang berguna sebagai jembatan untuk memahami dari berbagai konsep ilmiah melaui beberapa media (Munandar, 1990: 25).

Keuntungan menggunakan lembar kerja siswa yang dikemukakan oleh Winarno (1992 : 92) adalah :

a. Pengetahuan yang diperoleh siswa dari hasil belajar, hasil eksperimen atau hasil penyelidikan yang banyak berubungan dengan minat mereka

b. Siswa berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif bertanggung jawab dan belajar sendiri.

(38)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitatif uji hipotesis.

B. Populasi dan Sampel

Populasi : seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Godean, Sleman. Sampel : seluruh siswa dari dua kelas yang berjumlah 63 siswa.

C. Ubahan Penelitian

1. Jenis Ubahan

Dalam penelitian ini terdapat 2 ubahan yaitu peningkatan hasil belajar dan sikap siswa terhadap pembelajaran

2. Definisi Operasional Ubahan a) Peningkatan Hasil Belajar

Peningkatan hasil belajar adalah perbedaaan skor posttest dan pretest dari proses pembelajaran.

b) Sikap Siswa terhadap Pembelajaran

Menurut Haryati, sikap merupakan kecenderungan merespon secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai suatu obyek(2007:101). Berdasarkan pengertian tersebut, sikap terhadap

(39)

pembelajaran adalah kecenderungan merespon secara konsisten baik menyukai atau tidak menyukai pembelajaran. Pada penelitian ini sikap terhadap pembelajaran diukur dari kuesioner pengukur sikap terhadap pembelajaran.

D. Perlakuan (treatment)

Perlakuanya adalah melakukan pembelajaran pada dua kelas. Masing-masing kelas diberikan dua pembelajaran. Pembelajaran pertama dilakukan dengan metode ceramah dengan cara X. Pembelajaran kedua juga dilakukan dengan metode ceramah tetapi dengan cara Y. Untuk meyakinkan bahwa hasil penelitian ini tidak dibuat-buat (direkayasa) pembelajaranya dilakukan oleh dua pengajar. Pengajar pertama adalah peneliti yang melakukan pembelajaran dengan cara X pada kelas A dan pengajar kedua adalah guru mata pelajaran fisika dari sekolah yang melakukan pembelajaran dengan cara Y pada kelas B. Untuk memperkuat hasil penelitian, setelah itu dengan materi pelajaran yang berbeda dibalik yaitu guru mata pelajaran dari sekolah tetap melakukan pembelajaran dengan cara Y tetapi pada kelas A sedangkan peneliti melakukan pembelajaran kelas B dengan cara X.

Langkah-langkah pembelajaran adalah sebagai berikut :

(40)

kepada siswa kemudian melakukan pembelajaran pada kelas B dengan cara Y.

2. Peneliti dan guru mata pelajaran fisika dari sekolah kemudian memberikan posttest pada siswa.

3. Setelah itu pembelajaran dibalik. Peneliti memberikan pretest kepada siswa kemudian melakukan pembelajaran pada kelas B dengan cara X sedangkan guru mata pelajaran fisika dari sekolah memberikan pretest kepada siswa kemudian melakukan pembelajaran pada kelas A dengan cara Y.

4. Peneliti dan guru mata pelajaran fisika dari sekolah kemudian memberikan posttest dan kuesioner pada siswa.

5. Setelah itu peneliti menganalisis apakah pembelajaran dengan cara X lebih efektif dibandingkan pembelajaran dengan cara Y dilihat dari peningkatan hasil belajar dan bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengan cara X dibandingkan pembelajaran dengan cara Y.

E. Instrument Penelitian

(41)

1. Soal Pretest dan Posttest

Soal pretest dan posttest digunakan untuk mengetahui apakah pembelajaran dengan cara X lebih efektif dibandingkan pembelajaran dengan cara Y dilihat dari peningkatan hasil belajar.

Soal-soal pretest dan posttest pada penelitian ini dibuat berdasarkan indikator hasil belajar dari kompetensi dasar yang akan dicapai. Aspek yang diukur dalam penelitian ini adalah aspek analisis. Kisi-kisi rancangan soal-soal pretest dan posttest dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1

Kisi-kisi rancangan soal-soal pretest dan posttest berdasarkan indikator hasil belajar dari kompetensi dasar yang akan dicapai

Indikator No.Soal 1. Mampu menerapkan hukum kekekalan

momentum untuk menyelesaikan masalah tumbukan dalam satu dimensi.

1

2. Mampu menerapkan hukum kekekalan momentum untuk menyelesaiakan masalah tumbukan dalam dua dimensi.

2

3. Mengkaitkan hukum kekekalan energi mekanik dengan hukum kekekalan momentum untuk menyelesaikan masalah tumbukan.

(42)

Sedangkan kriteria pemberian skor pretest dan posttest pada masing-masing materi dapat dilihat pada tabel 2 dan tabel 3 berikut:

Tabel 2

Kriteria pemberian skor pretest dan posttest pada materi Tumbukan Lenting

No. soal Bobot Kriteria Skor Keterangan

1 20

Semua langkah dijawab salah Satu langkah dijawab benar Dua langkah dijawab benar

0 10 20

Jawaban terdiri dari dua langkah pengerjaan

2 30

Semua langkah dijawab salah Satu langkah dijawab benar Dua langkah dijawab benar Tiga langkah dijawab benar

0 10 20 30

Jawaban terdiri dari tiga langkah pengerjaan

3 30

Semua langkah dijawab salah Satu langkah dijawab benar Dua langkah dijawab benar Tiga langkah dijawab benar

0 10 20 30

(43)

Tabel 3

Kriteria pemberian skor pretest dan posttest pada materi Tumbukan tak Lenting

No. soal Bobot Kriteria Skor Keterangan

1 10

Semua langkah dijawab salah Satu langkah dijawab benar

0 10

Jawaban terdiri dari satu langkah pengerjaan

2 40

Semua langkah dijawab salah Satu langkah dijawab benar Dua langkah dijawab benar Tiga langkah dijawab benar Empat langkah dijawab benar

0 10 20 30 40

Jawaban terdiri dari empat langkah pengerjaan

3 20

Semua langkah dijawab salah Satu langkah dijawab benar Dua langkah dijawab benar

0 10 20

Jawaban terdiri dari dua langkah pengerjaan

2. Kuesioner

(44)

Tabel 4

Distribusi soal-soal kuesioner sikap menurut indikatornya

Komponen sikap Indikator No. soal

Ketertarikan • Tertarik terhadap pembelajaran dengan cara X dibandingkan dengan cara Y

• Tertarik pada saat belajar dengan cara X dibandingkan dengan cara Y

1,18

2

Perasaan senang • Senang pada saat pembelajaran dengan cara X dibandingkan dengan cara Y

• Senang pada saat belajar dengan cara X dibandingkan dengan cara Y

9,17

3

Persetujuan terhadap sesuatu

• Setuju terhadap pembelajaran dengan cara X dibandingkan dengan cara Y

• Setuju terhadap kemudahan pemahaman dengan cara X dibandingkan dengan cara Y

• Setuju terhadap kecocokan dengan cara X dibandingkan dengan cara Y

4

6

19

Keseriusan • Serius terhadap pembelajaran dengan cara X dibandingkan dengan cara Y

• Serius pada saat belajar dengan dengan cara X dibandingkan dengan cara Y

8,11

(45)

Komponen sikap Indikator No. soal Persepsi

baik/buruk

• Persepsi bantuan penyelesaian soal dengan cara X dibandingkan dengan cara Y

• Persepsi penjelasan dengan cara X dibandingkan dengan cara Y

• Persepsi pembelajaran dengan cara X dibandingkan dengan cara Y

5

7,13,14

12

Semangat • Semangat pada saat pembelajaran dengan cara X dibandingkan dengan cara Y

10,16

Kuesioner pada penelitian ini digunakan kuesioner tipe positif. Kuesioner dibuat dengan lima jawaban yaitu sangat setuju, setuju, netral, tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Masing-masing jawaban diberi skor.

Kriteria penskoran untuk lima jawaban pada kuesioner tipe positif adalah sebagai berikut :

Sangat tidak setuju diberi skor : 1 Tidak setuju diberi skor : 2

Netral diberi skor : 3

Setuju diberi skor : 4

(46)

Contoh kuesioner yang dimasukkan dalam tipe positif:

Saya dapat belajar fisika dengan penyelesaian soal yang dituntun dengan LKS dalam waktu lebih lama dibandingkan belajar fisika dengan penyelesaian soal yang dituntun secara langsung.

Kriteria penskoran untuk lima jawaban pada kuesioner tipe negatif adalah sebaliknya yaitu sebagai berikut :

Sangat tidak setuju diberi skor : 5 Tidak setuju diberi skor : 4

Netral diberi skor : 3

Setuju diberi skor : 2

Sangat setuju diberi skor : 1

Contoh kuesioner yang dimasukkan dalam tipe negatif:

Saya lebih cepat merasa capai pada pembelajaran dengan penyelesaian soal yang dituntun dengan LKS dibandingkan pembelajaran dengan penyelesaian soal yang dituntun secara langsung.

F. Analisis Data

1. Efektivitas Pembelajaran

(47)

kelompok yang independen digunakan untuk membandingkan akibat dua perlakuan (treatment) yang dilakukan pada suatu penelitian (Suparno, 2007:94). Test-t untuk kelompok yang dependen digunakan untuk mengetes dua kelompok yang dependen atau satu kelompok yang dites dua kali yaitu pada pretest dan posttest (Suparno, 2007:96). Langkah-langkah untuk menganalisis apakah pembelajaran dengan cara X lebih efektif dibandingkan pembelajaran dengan cara Y dilihat dari peningkatan hasil belajar adalah sebagai berikut:

(1) Menguji perbedaan mean skor pretest pembelajaran dengan cara X dengan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y

(2) Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara X (3) Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara Y

(4) Jika mean skor pretest pada masing-masing pembelajaran tidak berbeda secara signifikan (pretest = pretest) maka dianalisis menggunakan mean skor posttest

(5) Jika mean skor pretest pada masing-masing pembelajaran berbeda secara signifikan (pretestpretest) maka dianalisis menggunakan mean selisih skor posttest dan pretest

(48)

Karena yang diuji adalah perbedaan mean skor pretest masing-masing pembelajaran, maka dianalisis menggunakan uji-t atau test-t untuk dua kelompok yang independen.

Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut: (a) Hipotesis

Ho : X1 = Y1 Hi : X1Y1

(b) Dengan uji-t dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05 (c) df untuk t = (n1 - 1) + (n2 - 1) atau N – 2

(d) Tcrit dilihat dari tabel

(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Tobs≤ - Tcrit atau Tobs ≥ + Tcrit

(f) Statistik yang digunakan

• Bila n1 = n2,

Tobs =

(

)

2 2 2 1 2 1 1 1 n S n S Y X + −

• Bila n1≠ n2,

Tobs =

(

)

(

)

(

)

(

)

⎤⎢⎡ + ⎥⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + − + − − 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 . 2 1 1 n n n n s n s n Y X

• Standart deviasi :

S1 =

(

)

1 1 2 1 1 − −

n X Xi

, S2 =

(49)

(g) Ambil keputusan tentang Ho. Keterangan :

n1 = jumlah siswa kelas A

n2 = jumlah siswa kelas B

1 i

X = skor pretest tiap siswakelas A

1 i

Y = skor pretest tiap siswa kelas B

1

X = Mean skor pretest kelas A

1

Y = Mean skor pretest kelas B

b. Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara X

Karena yang diuji adalah perbedaan mean skor pretest dan mean skor posttest pembelajaran dengan cara X, maka dianalisis menggunakan uji-t atau test-t untuk kelompok yang dependen.

Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut : (a) Hipotesis

Ho : X1=X2 Hi : X2>X1

(b) Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05 (c) df untuk t = N – 1

(d) Tcrit dilihat dari tabel

(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Trel≤ - Tcrit atau Trel ≥ + Tcrit

(50)

Trel =

(

)

(

1

)

2 2

1 2

− ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢

⎢ ⎣ ⎡

− −

N N

N D D

X X

(g) Ambil keputusan tentang Ho. Keterangan :

1

X = Mean skor pretest

2

X = Mean skor posttest Di = Xi2 - Xi1

N = Jumlah siswa

c. Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara Y

Karena yang diuji adalah perbedaan mean skor pretest dan mean skor posttest pembelajaran dengan cara Y, maka dianalisis menggunakan uji-t atau test-t untuk kelompok yang dependen.

Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut : (a) Hipotesis

Ho : Y1 = Y2 Hi : Y2 >Y1

(b) Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05 (c) df untuk t = N – 1

(d) Tcrit dilihat dari tabel

(51)

(f) Statistik yang digunakan

Trel =

(

)

(

1

)

2 2

1 2

− ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢

⎢ ⎣ ⎡

− −

N N

N D D

Y Y

(g) Ambil keputusan tentang Ho. Keterangan :

1

Y = Mean skor pretest

2

Y = Mean skor posttest Di = Xi2 - Xi1

N = Jumlah siswa

d. Jika mean skor pretest pada masing-masing pembelajaran tidak berbeda secara signifikan (pretest = pretest) maka dianalisis menggunakan mean skor posttest

Karena yang diuji adalah perbedaan mean skor posttest masing-masing pembelajaran, maka dianalisis menggunakan uji-t atau test-t untuk dua kelompok yang independen.

Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut: (a) Hipotesis

Ho : X2= Y2 Hi : X2>Y2

(52)

(c) df untuk t = (n1 - 1) + (n2 - 1) atau N – 2

(d) Tcrit dilihat dari tabel

(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Tobs≤ - Tcrit atau Tobs ≥ + Tcrit

(f) Statistik yang digunakan

• Bila n1 = n2,

Tobs =

(

)

2 2 2 1 2 1 2 2 n S n S Y X + −

• Bila n1≠ n2,

Tobs =

(

)

(

)

(

)

(

)

⎤⎢⎡ + ⎥⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + − + − − 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 . 2 1 1 n n n n s n s n Y X

• Standart deviasi :

S1 =

(

)

1 1 2 2 2 − −

n X Xi

, S2 =

(

)

1 2 2 2 2 − −

n Y Yi

(g) Ambil keputusan tentang Ho. Keterangan :

n1 = jumlah siswa kelas A

n2 = jumlah siswa kelas B

1 i

X = skor pretest tiap siswakelas A

1 i

Y = skor pretest tiap siswa kelas B

1

X = Mean skor posttest kelas A

1

(53)

e. Jika mean skor pretest pada masing-masing pembelajaran berbeda secara signifikan (pretestpretest) maka dianalisis menggunakan mean selisih skor posttest dan pretest

Karena yang diuji adalah perbedaan mean selisih skor posttest dan pretest masing-masing pembelajaran, maka dianalisis menggunakan uji-t atau test-t untuk dua kelompok yang independen. Cara menganalisisnya adalah sebagai berikut:

(a) Hipotesis Ho : ∆X = ∆Y Hi : ∆X > ∆Y

(b) Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05 (c) df untuk t = (n1 - 1) + (n2 - 1) atau N – 2

(d) Tcrit dilihat dari tabel

(e) Daerah rejeksi (penolakan) = Tobs≤ - Tcrit atau Tobs ≥ + Tcrit

(f) Statistik yang digunakan

• Bila n1 = n2,

Tobs =

(

)

2 2 2 1 2 1 n S n S Y X + ∆ − ∆

• Bila n1≠ n2,

Tobs =

(

)

(

)

(

)

(

)

⎤⎢⎡ + ⎥⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + − + − ∆ − ∆ 2 1 2 1 2 2 2 2 1

1 . 1 1

(54)

• Standart deviasi :

S1 =

(

)

1 1 2 − ∆ − ∆

n X X

, S2 =

(

)

1 2 2 − ∆ − ∆

n Y Y

(g) Ambil keputusan tentang Ho. Keterangan :

n1 = jumlah siswa kelas A

n2 = jumlah siswa kelas B

1 i

X = skor pretest tiap siswakelas A

1 i

Y = skor pretest tiap siswa kelas B

X

∆ = Mean selisih skor posttest dan pretest kelas A

Y

∆ = Mean selisih skor posttest dan pretest kelas B

2. Sikap Siswa terhadap Pembelajaran

Dalam menganalisis bagaimana sikap siswa terhadap pembelajaran dengn cara x dibandingkan pembelajaran dengan cara Y digunakan data jumlah skor pada masing-masing siswa.

(55)

a. Sikap Masing-masing Siswa terhadap Pembelajaran

Dalam menentukan sikap masing-masing siswa baik siswa kelas A maupun siswa kelas B pada penelitian ini dianalisis berdasarkan jumlah skor kuesioner tiap siswa.

Langkah-langkah menganalisisnya, pertama adalah memprosentasekan jumlah skor tiap siswa. Besarnya jumlah skor tiap siswa dalam prosentase adalah:

% siswa

tiap maksimal skor

Jumlah

siswa tiap skor Jumlah

100

× .

Langkah kedua, untuk menentukan sikap masing-masing siswa terhadap pembelajaran dengan cara X dibandingkan pembelajaran dengan cara Y dianalisis berdasarkan interval skor. Kriteria penskoran dalam penelitian ini mengacu pada evaluasi penilaian minat dan sikap yaitu: Evaluasi penilaian yang bertujuan untuk mengetahui minat dan sikap peserta didik terhadap suatu mata ajar tertentu (Haryati, 2007:86). Kriteria penskoranya seperti pada tabel 5 berikut :

Tabel 5

Kriteria penskoran sikap siswa terhadap pembelajaran Jumlah skor tiap siswa

dalam prosentase (%)

Sikap siswa

(56)

Jumlah skor tiap siswa dalam prosentase (%)

Sikap siswa

33 – 49 Kurang menyenangkan

≤ 32 Jauh kurang menyenangkan

Jumlah siswa dalam prosentase (%) pada tiap-tiap kelas baik kelas A maupun kelas B yang sikapnya termasuk dalam kategori tertentu dapat dilihat dengan cara berikut :

% kelas

satu siswa seluruh jumlah

tertentu kategori

dalam termasuk sikapnya

yang siswa Jumlah

100

×

b. Sikap Masing-masing Kelas terhadap Pembelajaran

Dalam menentukan sikap masing-masing kelas baik kelas A maupun kelas B terhadap pembelajaran, jumlah skor dalam prosentase (%) seluruh siswa pada masing-masing kelas dirata-rata dengan perhitungan:

kelas satu siswa Jumlah

kelas g ma g ma siswa siswa seluruh prosentase

dalam skor

Jumlah sin − sin

(57)

c. Sikap Seluruh Siswa terhadap Pembelajaran

Dalam menentukan sikap seluruh siswa terhadap pembelajaran yaitu siswa kelas A dan siswa kelasB, jumlah skor dalam prosentase (%) seluruh siswa pada semua kelas dirata-rata dengan perhitungan:

siswa semua Jumlah

kelas semua siswa siswa seluruh prosentase

dalam skor Jumlah

(58)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 03 November 2008 sampai dengan tanggal 02 Desember 2008 sebanyak 16 pertemuan dengan perincian masing-masing kelas dilakukan 2 kali pretest, 2 kali posttest dan 4 kali pembelajaran.

Sebelum diadakan pembelajaran siswa diberikan pretest dan sesudah diadakan pembelajaran siswa diberikan posttest. Saat pretest dan posttest waktu yang diberikan sama yaitu 2 x 45’. Pada masing-masing materi pembelajaran diadakan dua kali pertemuan. Pertemuan pertama 2 x 45’ dan pertemuan kedua 1 x 45’. Materi pembelajaran pada penelitian ini adalah Tumbukan Lenting dan Tumbukan tak Lenting. Sebelum melakukan penelitian guru mata pelajaran dari sekolah sudah melakukan pembelajaran dengan materi Impuls dan Momentum dan sudah sampai merumuskan hukum kekekalan momentum yang berlaku untuk tumbukan tetapi belum melakukan pembelajaran dengan materi tumbukan secara detail. Hanya konsep-konsep dasar tumbukan saja. Jadi sebetulnya guru mata pelajaran dari sekolah sebelumnya sudah melakukan pembelajaran mengenai konsep-konsep dasar tumbukan.

(59)

Pada proses penelitian, pembelajaran dengan cara X dilakukan oleh peneliti pada kelas A sedangkan pembelajaran dengan cara Y dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika dari sekolah pada kelas B. Pembelajaran dengan cara Y dilakukan oleh guru mata pelajaran dari sekolah tujuanya supaya penelitian ini tidak dikira direkayasa. Setelah itu pembelajaran dibalik yaitu peneliti tetap melakukan pembelajaran dengan cara X tetapi pada kelas B sedangkan guru mata pelajaran fisika dari sekolah tetap melakukan pembelajaran dengan cara Y tetapi pada kelas A. Setelah itu siswa kelas A dan kelas B diberikan kuesioner.

B. Deskripsi Data

Data-data yang diperoleh pada saat penelitian adalah sebagai berikut: 1. Saat Peneliti melakukan pembelajaran dengan cara X pada kelas

A dan guru mata pelajaran fisika dari sekolah melakukan pembelajaran dengan cara Y pada kelas B dengan materi tumbukan lenting

a. Data Skor pretest dan Skor posttest

(60)

Tabel 6

Data skor pretest dan skor posttest sebelum pembelajaran dibalik

Interval Skor Frekuensi

Cara X Cara Y

Skor pretest Skor posttest Skor pretest Skor posttest

71 – 80 0 2 0 0

61 – 70 0 6 0 0

51 – 60 0 6 0 3

41 – 50 0 1 0 5

31 – 40 0 6 0 3

21 – 30 8 9 4 14

11 – 0 18 0 21 3

0 – 10 4 0 3 0

Apabila dibuat diagram batang hasilnya adalah sebagai berikut:

Pretest Pembelajaran dengan Cara X

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

71 – 80 61 – 70 51 – 60 41 – 50 31 – 40 21 – 30 11 – 0 0 – 10

Interval Skor Ju m lah S isw a

Posttest Pembelajaran dengan Cara X

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

71 – 80 61 – 70 51 – 60 41 – 50 31 – 40 21 – 30 11 – 0 0 – 10

(61)

Pretest Pembelajaran dengan Cara Y

0 5 10 15 20 25

71 – 80 61 – 70 51 – 60 41 – 50 31 – 40 21 – 30 11 – 0 0 – 10

Interval Skor

Ju

m

lah

S

iswa

Posttest Pembelajaran dengan Cara Y

0 2 4 6 8 10 12 14 16

71 – 80 61 – 70 51 – 60 41 – 50 31 – 40 21 – 30 11 – 0 0 – 10

Interval Skor

Ju

m

lah

S

iswa

b. Data Mean dan Standart Deviasi pada pretest dan posttest

Data mean dan standart deviasi pada pretest dan posttest sebelum pembelajaran dibalik dapat dilihat pada tabel 7 berikut:

Tabel 7

Data mean dan standart deviasi pada pretest dan posttest sebelum pembelajaran dibalik

Data Mean Mean

(%)

Standart Deviasi pretest pembelajaran dengan cara X 19 23,75 5,32 posttest pembelajaran dengan cara X 47,33 59,16 16,70 pretest pembelajaran dengan cara Y 19,12 23,90 4,31 posttest pembelajaran dengan cara Y 34,39 42,99 10,78

(62)

a. Data Skor pretest dan Skor posttest

Data skor pretest dan skor posttest setelah pembelajaran dibalik dapat dilihat pada tabel 8 berikut:

Tabel 8

Data skor pretest dan skor posttest setelah pembelajaran dibalik

Interval Skor Frekuensi

Cara X Cara Y

Skor pretest Skor posttest Skor pretest Skor posttest

61 – 70 0 28 0 16

51 – 60 0 0 0 7

41 – 50 0 0 0 6

31 – 40 27 0 29 0

21 – 30 1 0 0 0

11 – 20 0 0 0 0

0 – 10 0 0 0 0

Apabila dibuat diagram batang hasilnya adalah sebagai berikut:

Pretest Pembelajaran dengan Cara X

0 5 10 15 20 25 30

61 – 70 51 – 60 41 – 50 31 – 40 21 – 30 11 – 20 0 – 10

Interval Skor Ju m lah S isw a

Posttest Pembelajaran dengan Cara X

0 5 10 15 20 25 30

61 – 70 51 – 60 41 – 50 31 – 40 21 – 30 11 – 20 0 – 10

(63)

Pretest Pembelajaran dengan Cara Y

0 5 10 15 20 25 30 35

61 – 70 51 – 60 41 – 50 31 – 40 21 – 30 11 – 20 0 – 10

Interval Skor

Ju

m

lah

S

isw

a

Posttest Pembelajaran dengan Cara Y

0 5 10 15 20

61 – 70 51 – 60 41 – 50 31 – 40 21 – 30 11 – 20 0 – 10

Interval Skor

Ju

m

lah

S

isw

a

b. Data Mean dan Standart Deviasi pada pretest dan posttest

Data mean dan standart deviasi pada pretest dan posttest setelah pembelajaran dibalik dapat dilihat pada tabel 9 berikut:

Tabel 9

Data mean dan standart deviasi pada pretest dan posttest setelah pembelajaran dibalik

Data Mean Mean

(%)

Standart Deviasi pretest pembelajaran dengan cara X 34,82 49,74 0,95 posttest pembelajaran dengan cara X 68,93 98,47 2,09 pretest pembelajaran dengan cara Y 35 50,00 0 posttest pembelajaran dengan cara Y 62,14 88,77 8,64

2. Data Kuesioner

(64)

Kelas A

Tabel 10

Data perolehan kuesioner sikap

siswa kelas A terhadap

pembelajaran

Interval Skor

(%)

Frekuensi

84 – 100 1

67 – 83 19

50 – 66 14

33 – 49 1

20 – 32 0

Kelas B

Tabel 11

Data perolehan kuesioner sikap

siswa kelas B terhadap

pembelajaran

Interval Skor

(%)

Frekuensi

84 – 100 1

67 – 83 6

50 – 66 19

33 – 49 2

20 – 32 0

Apabila dibuat diagram batang hasilnya adalah sebagai berikut:

Perolehan Kuesioner Sikap Kelas A

0 5 10 15 20

84 – 100 67 – 83 50 – 66 33 – 49 20 – 32

Interval Skor (%)

Ju m la h S isw a

Perolehan Kuesioner Sikap Kelas B

0 5 10 15 20

84 – 100 67 – 83 50 – 66 33 – 49 20 – 32

Interval Skor (%)

(65)

C. Analisis Data

1. Efektivitas Pembelajaran

(a) Peneliti melakukan pembelajaran dengan cara X pada kelas A dan guru mata pelajaran fisika dari sekolah melakukan pembelajaran dengan cara Y pada kelas B dengan materi tumbukan lenting 1) Menguji perbedaan mean skor pretest pembelajaran dengan

cara X dengan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y Untuk menguji apakah ada perbedaan secara signifikan mean skor pretest pembelajaran dengan cara X dengan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y, dianalisis dengan uji-t unuji-tuk kelompok yang independen.

Hipotesis: Ho : X1 = Y1 Hi : X1Y1

Dengan uji-t dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05 Df = (n1-1) + (n2-1) = (30 - 1) + (28 – 1) = 56

Tcrit = 2,000 (dari tabel)

Tobs =

(

)

(

)

(

)

(

)

⎤⎢⎡ + ⎥⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + − + − − 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 . 2 1 1 n n n n s n s n Y X =

(

)

(

)

(

)

⎤⎢⎣⎡ + ⎥⎦⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + − + − − 28 1 30 1 2 28 30 31 , 4 1 28 32 , 5 1 30 2 , 19 19 2 2

= - 0,1567

Setelah diuji dengan uji-t didapatkan Tobs = - 0,1567. Karena

(66)

maka Ho diterima dan Hi ditolak. Berarti adanya perbedaan mean skor pretest pembelajaran dengan cara X dengan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mean skor pretest pembelajaran dengan cara X tidak berbeda secara signifikan dengan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y.

Analisis secara lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 120 dan 121.

2) Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara X Untuk menguji apakah ada peningkatan hasil belajar secara signifikan pembelajaran dengan cara X, dianalisis dengan menguji perbedaan mean skor pretest pembelajaran dengan cara X dengan mean skor posttest pembelajaran dengan cara X dengan menggunakan uji-t untuk kelompok yang dependen.

Hipotesis: Ho : X1=X2 Hi : X2>X1

Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05 Df = n – 1 = 30 – 1 = 29

(67)

Trel =

(

)

(

1

)

2 2 1 2 − ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − −

N N N D D X X =

( )

(

30 1

)

30 30 850 30950 19 33 , 47 2 − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − = 10,084

Setelah diuji dengan uji-t didapatkan Treal = 10,084. Karena

Treal lebih besar dari Tcrit atau Treal berada dalam daerah rejeksi

maka Ho ditolak dan Hi diterima. Berarti adanya perbedaan mean skor pretest dan mean posttet signifikan. Mean skor posttest lebih besar dari pada mean skor pretest sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara X.

Analisis secara lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 122.

3) Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara Y Untuk menguji apakah ada peningkatan hasil belajar secara signifikan pembelajaran dengan cara Y, dianalisis dengan menguji perbedaan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y dengan mean skor posttest pembelajaran dengan cara Y dengan menggunakan uji-t untuk kelompok yang dependen.

(68)

Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05 Df = n – 1 = 28 – 1 = 27

Tcrit = 2,052 (dari tabel)

Trel =

(

)

(

1

)

2 2 1 2 − ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − −

N N N D D Y Y =

( )

(

28 1

)

28 28 425 9425 12 , 19 29 , 34 2 − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − = 7,658

Setelah diuji dengan uji-t didapatkan Treal = 7,658. Karena

Treal lebih besar dari Tcrit atau Treal berada dalam daerah rejeksi

maka Ho ditolak dan Hi diterima. Berarti adanya perbedaan mean skor pretest dan mean posttet signifikan. Mean skor posttest lebih besar dari pada mean skor pretest sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara Y.

Analisis secara lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 123.

4) Menguji Perbedaan Peningkatan Hasil Belajar

(69)

Hipotesis: Ho : X2= Y2 Hi : X2>Y2

Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05 Df = (n1-1) + (n2-1) = (30 - 1) + (28 – 1) = 56

Tcrit = 2,000 (dari tabel)

Tobs =

(

)

(

)

(

)

(

)

⎤⎢⎡ + ⎥⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + − + − − 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 1 1 . 2 1 1 n n n n s n s n Y X =

(

)

(

)

⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ + ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + − + − − 28 1 30 1 2 28 30 78 , 10 1 28 70 , 16 1 30 39 , 34 33 , 47 2 2 = 3,478

Setelah diuji dengan uji-t didapatkan Tobs = 3,478. Karena Tobs

lebih besar dari Tcrit atau Tobs berada dalam daerah rejeksi maka

(70)

(b) Peneliti melakukan pembelajaran dengan cara X pada kelas B dan guru mata pelajaran fisika dari sekolah melakukan pembelajaran dengan cara Y pada kelas A dengan materi tumbukan tak lenting 1) Menguji perbedaan mean skor pretest pembelajaran dengan

cara X dengan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y Untuk menguji apakah ada perbedaan secara signifikan mean skor pretest pembelajaran dengan cara X dengan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y, dianalisis dengan uji-t unuji-tuk kelompok yang independen.

Hipotesis: Ho : X1 = Y1 Hi : X1Y1

Dengan uji-t dua sisi dengan taraf signifikansi 0.05 Df = (n1-1) + (n2-1) = (28 - 1) + (30 – 1) = 56

Tcrit = 2,000 (dari tabel)

Tobs =

(

)

(

)

(

)

(

)

⎤⎢⎡ + ⎥⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + − + − − 2 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 1 . 2 1 1 n n n n s n s n Y X =

(

)

(

)

(

)

⎤⎢⎣⎡ + ⎥⎦⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − + − + − − 30 1 28 1 2 28 30 0 1 30 95 , 0 1 28 35 82 , 34 2 2

= - 1,038

Setelah diuji dengan uji-t didapatkan Tobs = - 1,038. Karena

Tobs ada diantara Tcrit atau Tobs berada diluar daerah rejeksi

(71)

skor pretest pembelajaran dengan cara Y tidak signifikan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mean skor pretest pembelajaran dengan cara X tidak berbeda secara signifikan dengan mean skor pretest pembelajaran dengan cara Y.

Analisis secara lengkap dapat dilihat pada lampiran halaman 126 dan 127.

2) Menguji peningkatan hasil belajar pembelajaran dengan cara X Untuk menguji apakah ada peningkatan hasil belajar secara signifikan pembelajaran dengan cara X, dianalisis dengan menguji perbedaan mean skor pretest pembelajaran dengan cara X dengan mean skor posttest pembelajaran dengan cara X dengan menggunakan uji-t untuk kelompok yang dependen.

Hipotesis: Ho : X1=X2 Hi : X2>X1

Dengan uji-t satu sisi dengan taraf signifikansi 0.05 Df = n – 1 = 28 – 1 = 27

(72)

Trel =

(

)

(

1

)

2 2 1 2 − ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − −

N N N D D X X =

( )

(

28 1

)

28 28 955 32725 82 , 34 93 , 68 2 − ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − = 75,90

Setelah diuji dengan uji-t didapatkan Treal = 75,90. Karena Treal

lebih besar dari Tcrit atau Treal berada dalam daerah rejeksi maka

Ho ditolak dan Hi diterima. Berarti adanya perbedaan mean skor pretest dan mean posttet signifikan. Mean skor posttest lebih besar dari pada mean skor pretest sehingga dapat disimpulka

Gambar

tabel 1 berikut:
Kriteria pemberian skor Tabel 2 pretest dan posttest pada materi
Tabel 3
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kata yang tepat untuk melengkapi kalimat ajakan tersebut adalah

Pada hari ini kamis tanggal dua bulan Oktober tahun dua ribu empat belas, Selaku Pokja Pengadaan Barang, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada Unit Layanan

Peserta yang memasukkan penawaran : tidak ada satu pun calon penyedia yang memasukkan penawaran sampai waktu yang ditentukan pada paket pengadaan makan jaga kawal

Penggunaan mobil barang di Kabupaten Sumenep dikaitkan dengan Pasal 137 ayat (4) UU LLAJ adalah termasuk dalam pengecualian pasal 137 ayat (4) Undang-Undang Nomor

Microsoft PowerPoint merupakan salah satu program aplikasi yang terintegrasi dengan Microsoft Office. Microsoft PowerPoint dapat digunakan untuk membuat slide presentasi interaktif

Dari hasil diatas ada rasio yang memiliki perbedaan yaitu rasio Gross Profit Margin, Operating Tax Profit Margin, Pretax Profit Margin, Corporate Tax To Turn Over

Metode bagging regresi logistik digunakan untuk meningkatkan ketepatan klasifikasi dan menstabilkan pendugaan parameter model dari regresi logistik ordinal. Variabel

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol buah Sirsak ( Annona Muricata L.) pada Kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) tikus putih