i
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Thomas Rahadito Sugoro NIM: 049114017
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii SKRIPSI
STUDI DESKRIPTIF TENTANG MOTIVASI PENGECER PULSA DI MLATI, SLEMAN
Disusun Oleh: Thomas Rahadito Sugoro
NIM: 049114017
Skripsi Ini Telah Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing Tanggal: Oktober 2009
iii SKRIPSI
STUDI DESKRIPTIF TENTANG MOTIVASI PENGECER PULSA DI MLATI, SLEMAN
Dipersiapkan dan ditulis oleh Thomas Rahadito Sugoro
NIM: 049114017
Telah Dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 7 September 2009 Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si ___________
Sekretaris : Dr. A. Priyono Marwan, SJ ___________
Anggota : Minta Istono, S.Psi, M.Si ___________
Yogyakarta, Oktober 2009 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
“Semua kesuksesan dan peraihan cita-cita berawal dari sebuah angan-angan dan impian”
Skripsi ini kupersembahkan untuk :
• Allah Bapa di Surga, Yesus Kristus, Bunda Maria, dan Roh Kudus
• Kedua orang tuaku Pantalion Suwardiyono dan Anastasia Iswindarti
• Kedua kakakku Gregorius Mega Wijananto, S.E dan Evarista Maria Setyorini
Wiyono, S.Si
• Yang tercinta Yoanna Rissa Mayasari Sugiyarto, S.Farm, Apt
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 5 September 2009
vi ABSTRAK
Studi Deskriptif tentang Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman
Thomas Rahadito Sugoro 049114017 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta
Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan motivasi para pengecer pulsa di Mlati, Sleman. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya bekerja untuk masa depan individu. Individu yang memiliki motivasi akan bekerja dengan penuh semangat dan melakukan pekerjaannya dengan suka cita. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.
Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah 80 pengecer pulsa di Mlati, Sleman, laki-laki atau perempuan, dan telah berjualan pulsa di wilayah tersebut lebih dari 1 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar skala motivasi. Estimasi realibilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach yang menghasilkan Koefisian Reliabilitas sebesar 0,941.
Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum subjek penelitian ini memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini terlihat dari hasil mean empirik yang secara signifikan lebih besar dari pada mean teoritik yaitu 108,8 > 107,5. Aspek sosial merupakan aspek yang paling dominan diantara aspek-aspek motivasi dengan mean empirik sebesar 26,83. Aspek ini diikuti aspek keamanan dengan mean empirik 25,55; penghargaan sebesar 25,08; fisiologis sebesar 24,19; serta aktualisasi diri sebesar 23,45.
vii ABSTRACT
Descriptive Study on the Work Motivation of Cell Phone Credit Retailers In Mlati, Sleman
Thomas Rahadito Sugoro 049114017 Psychology Faculty Sanata Dharma University
Yogyakarta
This research aims to describe cell phone credit retailers motivation in Mlati, Sleman. The background of this research is the need of the people to work for the future. The people who have motivation will be interested and do the duty happily. The motivation will support individual quality to study, work, or do another activity.
This research is a quantitative descriptive. The subjects are eighty cell phone credit retailers in Mlati, Sleman males and females, with working experience of more than one years. The gathering data was done by distributing motivation scale. The researcher used reliability estimation of Alpha Cronbach technique that resulted the reliability coefficient of 0.941.
The data analysis concludes that generally the research subjects have high motivation. The empirical mean is significanty higher than theoretical mean; that is 108.8 > 107. The social aspect shows the highest score with the empirical mean of 26.83; followed by the safety aspect with empirical mean of 25.55; recognition aspect with empirical mean of 25.08; then physiologycal aspect with empirical mean of 24.19; and self actualization aspect with empirical mean of 23.45.
viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Thomas Rahadito Sugoro
Nomor Mahasiswa : 049114017
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
"Studi Deskriptif Tentang Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman" beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media cetak lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 5 September 2009
Yang menyatakan,
ix
KATA PENGANTAR
Segenap puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala cinta, penyertaan, kekuatan, dan berkat yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif Tentang Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman” dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) pada Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulis telah mendapatkan penyertaan, dukungan dan segala bentuk bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing dan selalu memberikan semangat kepada penulis
2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di Fakultas Psikologi
x
6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
7. Kedua orang tua penulis Pantalion Suwardiyono dan Anastasia Iswindarti atas dukungan moril dan materiil
8. Keluarga Darmowiyoto dan Keluarga Darmopuspito yang tidak henti-hentinya selalu mendoakanku
9. Yoanna Rissa Mayasari yang selalu memberikan semangat, saran dan penghiburan kepada penulis...terimakasih ya dek atas kasih sayangmu selama ini..
10. Kedua kakakku Gregorius Mega Wijananto dan Evarista Maria Setyorini atas doanya
11. Teman-teman pemilik counter pulsa terutama di Sleman yang telah sanggup meluangkan waktunya untuk mengisi angket dan selalu memberikan semangat...ayo geri sedhilit gek dirampungke skripsine...matur nuwun boz... 12. Seluruh karyawan d2tronik Badhegh, Mbedhex’s, Toenk, Mbeddy Jr,
Duyung, Parji. Karyawan d2gamestation Kenthus dan Kencong dan Mas Rudi yang selalu sabar mengembangkan d2transport
xi
14. Erol, Japar, Sumekel, Bleguk, Wisnu, Tha2t, Thi2t, Pakde Dul, Anung, Sronggot, Nipeng, Simin yang selalu memberikan semangat dan canda tawa di KBT
15. Teman-teman PBB (Psychology Beyond Border) terima kasih atas kerja samanya
16. Pak Siswo terima kasih sekali untuk kepercayaannya kepada saya dalam mengcover transportasi seluruh kegiatan PBB
17. Mudika Cebongan Hasim, SiBot, Timbul, Bulus, Manyu, Kriyip, BR, Totok, Tongsong, Bandrek..kapan ke Jatiningsih lagi...
18. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun skripsi ini yang belum disebutkan disini
Dengan segenap kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan dan membangun.
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.
xii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACK ... vii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN...……….. 1
A. Latar Belakang Masalah...………... 1
B. Rumusan Permasalahan...……… 6
C. Tujuan Penelitian..……… 6
D. Manfaat Penelitian... 6
BAB II. DASAR TEORI... 7
A. Motivasi... 7
1. Pengertian Motivasi... 7
2. Teori Motivasi... 9
3. Penggolongan Motivasi... 12
4. Aspek-Aspek Motivasi... 16
5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi... 18
xiii
BAB III. METODE PENELITIAN... 22
A. Variabel Penelitian... 22
B. Definisi Operasional... 22
C. Subyek Penelitian... 23
D. Metode Pengumpulan Data... 23
E. Validitas dan Reliabilitas... 24
1. Validitas... 24
2. Seleksi Item... 25
3. Reliabilitas... 27
F. Metode Analisis Data... 28
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31
A. Uji Coba Penelitian... 31
B. Pelaksanaan Penelitian... 31
C. Hasil Penelitian... 32
1. Uji Normalitas... 32
2. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum ... 33
3. Kategorisasi Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman... 34
4. Deskripsi Kedudukan Masing-Masing Aspek Motivasi... 35
D. Pembahasan... 36
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 38
A. Kesimpulan... 38
B. Keterbatasan Penelitian... 38
C. Saran... 38
1. Bagi Para Pengecer Pulsa... 38
2. Bagi Peneliti Selanjutnya... 39
Daftar Pustaka... 40
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Blue Print Skala Motivasi... 24
Tabel 2. Distribusi Item Skala Motivasi pada Penjual Pulsa Setelah Seleksi... 27
Tabel 3. Koefisien Reliabilitas Motivasi Penjual Pulsa Setelah Seleksi... 28
Tabel 4. Norma Kategorisasi Jenjang... 30
Tabel 5. Penggolongan Subjek Try Out...... 31
Tabel 6. One Sample Kolmogorov-Smirnov Test...………... 32
Tabel 7. Deskrisi Data Penelitian Secara Umum... 33
Tabel 8. Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik One Sample Statistics.... 33
Tabel 9. Kategorisasi Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman... 34
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran A. Skala Try Out... 42
Lampiran B. Skala Penelitian... 46
Lampiran C. Tabulasi Data Item... 50
1. Uji Coba... 50
2. Penelitian... 56
Lampiran D. Uji Reliabilitas... 68
Lampiran E. Penelitian... 70
1. Uji Asumsi atau Prasyarat... 70
1
A.Latar Belakang Permasalahan
Salah satu bisnis di bidang telekomunikasi yang tergolong mudah dan
menguntungkan adalah berjualan voucher atau pulsa isi ulang
(http://bisnisinvestasi.wordpress.com/, diakses tanggal 7 Mei 2009). Jaman
modern seperti sekarang ini pulsa sudah menjadi kebutuhan pokok dan sangat
diperlukan oleh semua orang. Perkembangan teknologi telekomunikasi seluler
yang sangat pesat disertai dengan permintaan masyarakat terhadap voucher pulsa
elektronik yang sangat besar mendorong pelaku usaha mulai tertarik pada bisnis
ini. Fakta yang menunjukkan bahwa 91% dari 69 juta pengguna ponsel di
Indonesia (data awal tahun 2009) menggunakan kartu prabayar yang harus diisi
pulsa secara rutin. Survey menunjukkan pelanggan kartu prabayar tersebut isi
pulsa setiap bulannya rata-rata 2-3 kali dengan pecahan paling diminati adalah
voucher 5.000-50.000. Pada tahun 2007 diprediksi pelanggan operator seluler
meningkat menjadi 73 juta orang dan dari jumlah itu 90% menggunakan produk
kartu prabayar. Fakta yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa 80% dari
pengguna kartu prabayar tersebut menggunakan cara isi pulsa secara elektronik,
yang berarti di Indonesia ada sekitar 117 juta permintaan isi pulsa voucher
elektronik di setiap bulannya (http://bisnisinvestasi.wordpress.com/, diakses
tanggal 7 Mei 2009).
Seiring dengan perkembangan yang relatif pesat di dunia bisnis pulsa
telekomunikasi memprediksi bahwa jumlah pengguna ponsel di Indonesia akan
mencapai setengah dari jumlah penduduk Indonesia
(http://bisnisinvestasi.wordpress.com/, diakses tanggal 7 Mei 2009). Fakta inilah
yang membuat bisnis di bidang ini menjadi sangat dinamis dan semakin
kompetitif. Pasar yang amat besar tentu saja menjadi daya tarik utama
berkerumunnya orang-orang di bidang bisnis ini. Jumlah pelanggan telepon
seluler tentu akan terus bertambah, seiring pesatnya laju pertumbuhan pengguna
telepon seluler di tanah air.
Persaingan usaha pengecer pulsa telepon seluler (ponsel) memang
semakin sengit tetapi masih banyak juga peluang untuk pendatang baru. Bisnis
pulsa ponsel ini margin keuntungannya tipis maka pengecer pulsa harus bisa
meningkatkan omzet setinggi-tingginya. Sejak krisis ekonomi mendera Indonesia
di tahun 1997, banyak bidang bisnis yang terpuruk, stagnan, atau bahkan mati.
Ternyata tak semua bidang bisnis mengalami nasib yang mengenaskan itu. Ada
satu bisnis yang justru berkembang pesat yang mana bisnis ini adalah bisnis pulsa
ponsel (http://www.cikalmart.com. diakses tanggal 7 Mei 2009).
Dalam kurun waktu lima tahun belakangan, jumlah kios penjual pulsa
ponsel terus bertambah. Hampir di setiap kios, ruko, pasar, perumahan,
perkantoran, dan persimpangan jalan selalu ada orang-orang yang membuka gerai
penjualan pulsa ponsel (http://www.suaramerdeka.com, diakses tanggal 7 Mei
2009 ). Fenomena ini muncul karena industri ponsel di Indonesia memang
berkembang sangat pesat. Setiap tahun jumlah pemilik ponsel terus bertambah dan
sekarang sudah mencapai puluhan juta orang. Mengingat peluang pasarnya masih
operator biasanya juga memiliki beberapa produk sekaligus. Misalnya, selain
IM3, PT. Indosat memiliki produk Matrix dan StarOne. PT. Telkom memiliki
produk Telkomsel (Simpati, Jitu, dan lainnya) dan Telkom Flexi. Selain itu di
pasar masih ada Pro XL, Fren (Mobile-8), dan Esia (Bakrie Telecom). Jika
melihat gambaran ini, bukan hal yang aneh jika permintaan pulsa ponsel juga
semakin membengkak dari tahun ke tahun. "Peningkatannya bisa mencapai sekitar
30% (berdasarkan nilai transaksi),". Ketika permintaan pulsa terus bertambah,
jumlah penjualnya pun juga ikut bertambah (http://www.cikalmart.com, diakses
tanggal 7 Mei 2009).
Dilihat dari berkembangnya usaha jual beli pulsa yang sangat pesat
sehingga memunculkan banyak pesaing dan resiko yang harus dihadapi, peneliti
berminat untuk mengetahui apakah yang memotivasi para retailer pulsa dalam
mendirikan usahanya di tengah persaingan yang kian ketat. Maraknya usaha jual
beli pulsa ini juga mengarah pada keuntungan dan resiko kerugian yang harus
diterima. Salah satu keuntungannya yaitu dapat mengisi pulsa sendiri dengan
harga yang lebih murah dan relatif lebih praktis dan mendapatkan keuntungan
(http://bisnisinvestasi.wordpress.com/, diakses tanggal 7 Mei 2009). Sedangkan
kerugiannya antara lain kemungkinan salah mengirimkan pulsa ke nomor orang
lain yang menyebabkan penjual menderita kerugian sebesar nominal yang salah
dikirimkan.
Kemudahan untuk menjadi pengecer pulsa merupakan faktor penyebab
maraknya penjualan pulsa eceran. Bahkan trotoar pun menjadi salah satu lahan
untuk berjualan pulsa. Dalam keadaan mudah tersebut, individu membuat tempat
Para penjual pulsa yang sering berganti-ganti merupakan masalah di
tempat penjualan pulsa. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang
pengecer pulsa pada tanggal 11 Februari 2009, diketahui bahwa motivasi mereka
untuk bekerja menjual pulsa hanya mengisi kekosongan waktu yang mereka
miliki, sehingga cenderung bekerja secara asal-asalan. Hal itu mengakibatkan
kadang mereka melakukan penjualan dan kadang tidak. Akibatnya pedagang pulsa
eceran silih berganti penjualnya.
Masalah lainnya adalah penjual pulsa di Mlati, Sleman umumnya adalah
pemilik langsung atau bukan karyawan. Berdasarkan observasi penulis hal itu
mengakibatkan penjualan yang dilakukannya tidak serius dalam arti memberikan
pelayanan yang buruk terhadap konsumen. Pelayanan yang diberikan juga
cenderung biasa saja, tidak memperhatikan kepuasan konsumen.
Mutu pelayanan kepada konsumen dipengaruhi oleh motivasi. Menurut
Handoko (1992) motivasi adalah daya penggerak yang mendorong terjadinya
tingkah laku. Motivasi tidak dapat dilihat oleh indera mata dan lebih berada di
balik tingkah laku seseorang. Motivasi juga diartikan dorongan seseorang yang
dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan
kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu (motivasi intrinsik)
maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).
Pada dasarnya motivasi terbagi menjadi dua macam yaitu motivasi
instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut Bernard (1989) motivasi intrinsik
dapat diartikan sebagai tindakan yang digerakkan oleh suatu sebab yang datang
dari dalam diri individu sendiri seperti contohnya motif ingin tahu, motif
diartikan sebagai tindakan yang digerakkan oleh suatu sebab dari luar diri individu
misalnya orang yang bekerja giat untuk mendapatkan gaji yang besar dan pujian,
seorang pengecer pulsa membuka gerainya dari pagi sampai malam dengan
harapan mendapatkan hasil yang maksimal.
Motivasi intrinsik berarti sebagai sesuatu hal yang mempengaruhi tindakan
seorang (wirausaha) untuk bertindak atau mengembangkan usahanya seperti
halnya seorang pengecer pulsa yang tergolong dalam pengusaha kecil. Hal
pertama yang harus ditumbuhkan pada seorang pengecer pulsa adalah keinginan
dalam diri sendiri atau dapat diartikan dalam motivasi intrinsik. Seorang pengecer
pulsa harus bisa mengisi pikirannya sendiri bahwa suatu saat nanti kita akan
mampu menjadi pengusaha sukses. Berawal dari keinginan yang timbul dari diri
sendiri atau motivasi intrinsik seperti motif mencari uang, motif mencari
kesibukan, motif menggunakan modal yang ada atau motif merealisasikan
keinginan untuk berwirausaha yang kuat nantinya akan berpengaruh pada cara
kerja yang cenderung lebih bersemangat karena tidak ada unsur paksaan maupun
tuntutan dari pihak luar. Berdasarkan fakta-fakta di lapangan maka penulis ingin
mencoba untuk mengetahui tentang motivasi intrinsik yang menyebabkan
seseorang untuk menjadi pengecer pulsa terutama di wilayah Mlati, Sleman,
Yogyakarta.
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan
terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam bekerja menjual
pulsa. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi
kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan
dimiliki pengecer pulsa maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul
“Studi Deskriptif Tentang Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman”.
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah bagaimana gambaran motivasi pengecer pulsa di Mlati,
Sleman?
C. Tujuan Penelitian
Dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan
untuk mengetahui gambaran mengenai motivasi pengecer pulsa di Mlati, Sleman.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat praktis
Hasil penelitian ini dimanfaatkan untuk memotivasi kinerja pengecer pulsa
di Mlati, Sleman.
2. Manfaat teoritis
Penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang
psikologi industri dan organisasi khususnya yang berkaitan dengan motivasi;
7
A. Motivasi
1. Pengertian Motivasi
Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti mendorong atau
menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan untuk
sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi
mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan agar
mau bekerjasama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan
yang telah ditentukan.
Sperling (1991) mengemukakan bahwa motivasi itu didefinisikan sebagai
suatu kecenderungan untuk beraktivitas, mulai dari dorongan dalam diri (drive)
dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Stanton (1989) mendefinisikan motivasi
“Suatu motif adalah kebutuhan yang distimulasi yang berorientasi kepada tujuan
individu dalam mencapai rasa puas”.
Menurut Ritha (2007), bahwa kata motivasi (motivation) kata dasarnya
adalah movere yang memiliki arti dorongan, sebab atau alasan seseorang untuk
melakukan sesuatu. Sugiyono (2002), bahwa kata motivasi memiliki arti suatu
daya pendorong (driving force) yang menyebabkan orang berbuat sesuatu.
Contohnya, apabila individu bermotivasi ingin naik pangkat atau ingin naik gaji,
maka motivasi yang timbul akan menunjang usaha untuk mencapai keinginannya.
Yang menjadi pendorong dalam hal mencapai usaha tersebut adalah
rekan kerja atau lingkungan dan kebutuhannya untuk berprestasi. Motivasi dapat
didefinisikan sebagai berikut “kondisi mental yang mendorong aktivitas dan
memberi energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi
kepuasan atau mengurangi ketidak seimbangan” Bernard (1989). Buchari (2007)
mendefinisikan motivasi sebagai suatu reaksi yang diawali dengan adanya
kebutuhan yang menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, selanjutnya
menimbulkan ketegangan, kemudian menyebabkan timbulnya tindakan yang
mengarah pada tujuan dan akhirnya dapat memuaskan.
Motivasi menurut Handoko (1992) adalah suatu tenaga yang terdapat di
dalam diri setiap individu, yang menimbulkan, mengarahkan dan
mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi sendiri bukanlah suatu yang
bersifat independent dan bersifat netral, akan tetapi motivasi dapat dipengaruhi
oleh adanya pengalaman masa lalu, situasi lingkungan, cita-cita hidup dan
lain-lainnya.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa motivasi
adalah semangat atau suatu kondisi yang mendorong atau menjadikan sebab
seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu. Motivasi merupakan
suatu daya pendorong (driving force) yang menyebabkan orang berbuat sesuatu.
2. Teori Motivasi
Sebenarnya teori mengenai motivasi sudah ada sejak jaman Yunani pada
mengatakan bahwa tingkah laku yang ada pada manusia bukan suatu tingkah laku
yang timbul karena adanya motivasi atau keinginan dari individu, akan tetapi
karena adanya rasio atau penjumlahan dari pertimbangan keuntungan atau
kerugian yang akan diperolehnya. Tingkah laku merupakan suatu hasil pemikiran
manusia sendiri. Pemikiran ini dipengaruhi karena pada saat itu masih banyak
berpengaruh mengenai pemikiran-pemikiran yang berdasarkan rasionalitas.
Motivasi dulunya tidak berbeda dengan rasio, karena motivasi menekankan pada
dorongan dari diri individu yang kadang rasional kadang tidak, sedangkan rasio
lebih menggunakan pertimbangan akal atau pikiran.
Menurut McClelland (1987), mengartikan bahwa semua rangsang yang
terdapat dilingkungan sekitar pada hakikatnya dapat menimbulkan keadaan
nikmat atau keadaan sakit. Rangsang yang menyebabkan keadaan nikmat akan
menjadikan seseorang berusaha mendekati rangsang itu. Sebaliknya rangsang
yang menimbulkan keadaan tidak nikmat menyebabkan orang bereaksi tidak
mendekati rangsang itu. Pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa tindakan
seseorang sangat tergantung pada ekspektansi seseorang terhadap objek atau
rangsang yang dihadapinya.
Menurut teori Maslow (1980) setiap motivasi yang dimiliki oleh manusia
berdasarkan taraf kehidupannya. Motivasi memiliki hirarkhi atau tingkatan.
Menurutnya suatu motif akan menguasai tingkah laku manusia bila motif yang
berada di hirarkhi bawahnya sudah terpenuhi, sesuai dengan hirarki kebutuhan
Maslow. Dari berbagai pandangan tokoh-tokoh tersebut, maka dapat diambil suatu
bentuk pengertian umum dari motivasi. Motivasi adalah dorongan dari dalam
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow (1980) pada intinya
berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki
kebutuhan, yaitu: (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti: rasa
lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam
arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3)
kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem
needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
(5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi
seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga
berubah menjadi kemampuan nyata.
Robbins (2004) menjelaskan bahwa Maslow (1980) membagi lima
kebutuhan tersebut menjadi dua kelompok yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah.
Kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanan termasuk dalam golongan tingkat
rendah, sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri termasuk
golongan tingkat tinggi. Pembagian ke dalam dua kelompok tersebut berdasarkan
alasan bahwa kebutuhan tingkat tinggi dipenuhi secara internal (dalam diri
individu itu), sedangkan kebutuhan tingkat rendah terutama dipenuhi secara
eksternal (misalnya dengan upah, kontrak serikat buruh, dan masa kerja). Artinya,
kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanan merupakan kebutuhan yang dasar
dan lebih dahulu ingin dipenuhi oleh individu, sedangkan kebutuhan sosial,
penghargaan, dan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang berasal dari stimulus dari
Sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan
yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa
kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat
psikologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang
tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman
tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow
semakin dipergunakan. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan atau
secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga
berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.
Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia,
berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua, dalam
hal ini keamanan, sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan
papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang
merasa aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan
manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya
tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan
bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan.
Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang
bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta
ingin berkembang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila
berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai
a. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di
waktu yang akan datang.
b. Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa
bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam
pemuasannya.
c. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti
tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu
dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow (1980) tentang teori kebutuhan ini tampak lebih
bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi
pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya
yang lebih bersifat aplikatif.
3. Penggolongan Motivasi
Menurut Robbins (1990), atas dasar jenisnya maka motivasi dapat
digolongkan menjadi:
a. Motif primer dan motif sekunder
Kedua motif ini didasarkan pada latar belakang perkembangan motif. Motif
primer lebih di latarbelakangi oleh proses fisio-kemis di dalam tubuh. Dengan
kata lain dorongan ini berdasarkan kondisi fisik dan biologis individu seperti haus,
lapar, seks, bernafas, dan lain-lain. Motif primer ini sangat berhubungan dengan
Dorongan sekunder tidak didasarkan pada proses fisio-kemis yang terjadi di
dalam tubuh. Oleh karena itu semua motif yang tidak langsung pada keadaan
organisme digolongkan pada dorongan sekunder.
b. Motif mendekat dan motif menjauh
Penggolongan motif ini didasarkan pada reaksi organisme terhadap
rangsangan yang datang. Suatu motif dapat dikatakan sebagai motif mendekat bila
reaksi terhadap rangsang yang datang bersifat mendekati rangsang, sedangkan
motif menjauh bila reaksi terhadap rangsang menghindari rangsang atau menjauhi
rangsang yang datang. Rangsang yang bersifat mendekat disebut sebagai rangsang
positif, sedangkan rangsang yang menjauh disebut sebagai rangsang negatif.
c. Motif sadar dan tidak sadar
Penggolongan motif ini berdasarkan pada taraf kesadaran manusia akan
motif yang sedang melatarbelakangi tingkah lakunya. Jika seseorang bertingkah
laku tertentu akan tetapi tidak mengetahui motivasi apa yang menyebabkan
perilakunya itu, maka disebut sebagai motivasi tidak sadar. Hal ini juga berlaku
sebaliknya, ketika seseorang melakukan tingkah laku dan ia tahu motivasi apa
yang menyebabkan perilakunya tersebut, maka motivasi ini disebut sebagai
motivasi sadar.
d. Motif biogenetis dan motif sosiogenetis
Kedua motif ini didasarkan pada asal motif, motif biogenetis merupakan
motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan
kehidupannya secara biologis. Contohnya: lapar, haus, bernafas, istirahat dan lain
sebagainya. Motif sosiogenetis berasal dari lingkungan sosial tempat orang berada
atau hasil kebudayaan. Kadang-kadang motif ini juga bersumber kepada motif
biogenetis.
Secara umum, motif sosiogenetis dapat dibedakan menjadi dua macam,
terdiri motif darurat dan motif objektif.
a) Motif darurat
Motif yang muncul untuk berusaha menguasai lingkungan, menaklukkan
lingkungan, terutama untuk membela diri dalam keadaan darurat. Yang dapat
digolongkan dalam motif ini adalah:
1) Motif untuk melepaskan diri dari bahaya.
2) Motif untuk melawan, muncul jika seseorang merasa dihalangi ketika dalam
usahanya mencukupi kebutuhan.
3) Motif untuk mengatasi rintangan, muncul jika seseorang memperoleh
rintangan ketika sedang dalam menjalankan pekerjaannya.
4) Motif mengejar, muncul jika ada rangsang yang bersifat mangsa.
Motif darurat ini pada dasarnya juga tidak dipelajari, sedangkan yang
dipelajari adalah objek dan cara memenuhi motif.
b) Motif objektif
Motif ini bertujuan semata-mata untuk berhubungan dengan lingkungan dan
muncul tidak dalam keadaan darurat. Motif objektif dapat digolongkan menjadi:
1) Motif eksplorasi
Motif ini bersifat memeriksa dan menyelidiki, dapat juga disebut sebagai
motif untuk mengetahui dan dimiliki oleh manusia maupun binatang. Ketika
seseorang melihat barang yang baru atau aneh, maka orang tersebut akan segera
2) Motif manipulasi
Motif ini dapat dimasukkan dalam motif ekplorasi, karena kegiatan
ekplorasi sering juga bertujuan untuk berekplorasi. Ekplorasi sendiri berarti
mengerjakan sebuah objek, misalnya anak kecil yang sedang memainkan
mainannya.
3) Motif tunggal dan motif kompleks
Motif ini didasarkan pada intensitas motif yang bekerja di belakang tingkah
laku manusia. Disebut motif tunggal bila motif yang menggerakkan perilaku
manusia hanya terdiri dari satu motif saja, sedangkan motif kompleks terjadi bila
banyak motif yang mendorong manusia di dalam melakukan pekerjaan atau
perilaku.
4) Motif intrinsik dan motif ekstrinsik
Kedua motif ini dibedakan berdasar pada datangnya penyebab suatu
tindakan. Jika motivasi berasal dari dalam diri individu, maka disebut sebagai
motif intrinsik, sedangkan motivasi yang berasal dari luar individu disebut sebagai
motif ekstrinsik.
Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya
tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada
dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah laku yang
dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar.
Motivasi yang berasal dari dalam diri individu (intrinsik) lebih efektif dari
pada motivasi yang dipaksa dari luar (ekstrinsik). Hal ini berdasarkan kepuasan
yang diperoleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri individu itu
seseorang itu bersifat dinamis (berubah-ubah), terkadang mempunyai motivasi
yang tinggi, kadang mempunyai motivasi yang rendah bahkan motivasi tersebut
hilang sama sekali. Dengan adanya motivasi ekstrinsik tersebut pada akhirnya
akan mendukung motivasi intrinsik yang telah ada, bahkan dapat ikut
membangkitkannya. Dengan demikian, sebagai daya pengggerak yang mendorong
seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tertentu dalam rangka mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat
penting karena motivasi tersebut akan menentukan intensitas usaha yang
dilakukan seseorang.
4. Aspek-Aspek Motivasi
Atas dasar definisi dari motivasi sebagai suatu dorongan, maka
McClelland (1987) menyatakan beberapa aspek dari motivasi pada individu,
yaitu:
a. Kepercayaan diri, yaitu sikap positif individu tentang dirinya bahwa ia
mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukan.
b. Daya tahan terhadap tekanan, yaitu kemampuan individu dalam mengatasi
kesulitan-kesulitan yang dihadapi, agar dapat berfungsi sebagaimana
mestinya untuk terus melangsungkan aktivitas atau pekerjaan.
c. Mempunyai tanggungjawab dalam menyelesaikan masalah, yaitu kesediaan
individu untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi
d. Ketidakputusasaan, yaitu sikap positif individu yang selalu berpandangan
baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan, dan
kemampuannya.
e. Menyukai tujuan yang sesuai kemampuan, yaitu kemampuan individu untuk
mencapai tujuan-tujuan pribadi secara realistis dan aktif, efektif, serta
efisien.
Alderfer (1988) memiliki pendapat yang berbeda dengan McClelland
(1987). Alderfer (1988) berpendapat bahwa manusia mempunyai tiga aspek
motivasi, yaitu: eksistensi (existence), hubungan (relatedness), dan perkembangan
(growth) yang disebut dengan teori ERG. Kebutuhan eksistensi mencakup
kebutuhan fisiologis, dan kebutuhan perlindungan, keamanan, serta keselamatan
fisik. Kebutuhan hubungan mencakup kebutuhan sosial atau hubungan antar
pribadi. Kebutuhan perkembangan mencakup kebutuhan pengembangan diri atau
aktualisasi diri (Berry dan Houston, 1993).
Aspek motivasi menurut Maslow (1980) meliputi:
a. Fisiologis, antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan
perumahan), seks, dan kebutuhan jasmani lain;
b Keamanan, antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik
dan emosional;
c Sosial, mencakup kasih sayang rasa memiliki, menerima dengan baik, dan
persahabatan;
d Penghargaan, mencakup faktor internal berupa harga diri, otonomi dan
e. Aktualisasi diri, merupakan dorongan yang ada dalam diri seorang untuk
menjadi individu yang sesuai kemampuannya.
Penelitian ini menggunakan aspek motivasi dari Maslow, yaitu fisiologis,
keamanan, sosial, penghargaan, serta aktualisasi diri. Aspek ini dipilih oleh
peneliti karena dianggap dapat digunakan untuk memahami motivasi secara
kompleks. Kelebihan dari aspek Maslow, menurut peneliti adalah karena individu
pada akhirnya akan berusaha mencapai suatu aktualisasi diri.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi
Menurut Amstrong (1980), motivasi dasar dipengaruhi oleh penurunan
dorongan, dimana ketika motivasi diarahkan untuk menurunkan keadaan
psikologis yang dialami oleh seseorang sebagai ketegangan, dan akhirnya orang
itu mengalami kesenangan dari penurunan ketegangan atau dorongan. Misalkan
ketika kita lapar, maka akan mengalami ketegangan dan akan merasa enak jika
kita makan sebagai suatu bentuk penurunan ketegangan.
Motivasi juga dipengaruhi oleh tingkat rangsangan menurut Amstrong
(1980), hal ini lebih dipengaruhi oleh banyaknya stimulus yang masuk terhadap
suatu individu. Stimulus yang muncul di sini misalkan stimulus dari lingkungan,
kebaruan, atau bahkan stimulus seksual.
Motivasi seseorang dapat pula dipengaruhi oleh adanya pengalaman masa
lalu, situasi lingkungan, cita-cita hidup dan sebagainya. Hal ini dikarenakan
motivasi bukanlah suatu yang independen akan tetapi merupakan sesuatu yang
Amstrong (1980) menyatakan bahwa motivasi juga dapat dipengaruhi oleh:
a. Pengharapan
Individu akan termotivasi jika mereka berpikir mereka akan memperoleh apa
yang mereka inginkan, atau menghindari apa yang tidak mereka inginkan.
b. Sistem imbal jasa
Sejauh mana imbal jasa memenuhi atau memuaskan kebutuhan akan
keamanan, penghargaan sosial, dan pemenuhan diri.
c. Kemampuan
Kecerdasan, ketrampilan, dan pengetahuan individu yang bersangkutan.
d. Persepsi tentang pekerjaan
Apa yang dilakukan individu tersebut atau apa yang dipikirkan oleh individu
tersebut harus dilakukannya.
e. Pengaruh terhadap orang lain
Tekanan yang diberikan orang lain di lingkungan mempengaruhi kebutuhan
sosial dan kebutuhan akan penghargaan.
f. Pekerjaan individu
Sampai sejauh mana pekerjaan memberikan peluang untuk pencapaian,
tanggung jawab dan kepuasan.
Motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah
(a) Persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) Harga diri; (c) Harapan pribadi;
(d) Kebutuhaan; (e) Keinginan; (f) Kepuasan kerja; (g) Prestasi kerja yang
B. Dinamika Motivasi Pengecer Pulsa
Dari beberapa pendapat para ahli tentang motivasi, maka pada dasarnya
pengertian motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang
menggerakkan dan mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu.
Dengan demikian timbulnya motivasi seseorang merupakan gabungan dari konsep
kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins (2004)
yang menyatakan bahwa motivasi umum bersangkutan dengan upaya ke arah setiap
tujuan, terutama tujuan organisasi sebagai cerminan minat tunggal kita dalam
perilaku yang berkaitan dengan kerja. Dari beberapa definisi yang telah
dikemukakan di muka, dalam motivasi kita dapat mengenal tiga unsur kunci, yaitu
upaya, tujuan organisasi, dan kebutuhan. Dengan ketiga unsur kunci tersebut, upaya
merupakan unsur intensitas kekuatan dorongan kemauan untuk mengerjakan apa
yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.
Motivasi yang dimiliki pengecer pulsa setiap orang berbeda. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan pada tanggal 1 hingga 6 April 2009, diduga
motivasi yang dimiliki pengecer pulsa pada umumnya rendah. Hal itu ditunjukkan
dengan seringnya para pengecer pulsa tidak melakukan penjualan, dan cara
pemberian layanan yang kurang memperhatikan kepuasan konsumen. Pelayanan
yang diberikan sering terkesan sembarangan. Para pengecer pulsa melakukan
penjualan dengan kurang semanga. Usaha yang dimiliki para pengecer pulsa
tersebut adalah milik para penjual sendiri sehingga mereka seolah melakukan
usahanya dengan sembarangan karena menganggap tidak akan ada orang yang
motivasinya tinggi umumnya karena menjadikan penjualan pulsa sebagai mata
pencaharian pokok.
Aspek motivasi dari Maslow yaitu fisiologis, keamanan, sosial,
penghargaan, serta aktualisasi diri. Aspek ini dipilih oleh peneliti karena dianggap
dapat digunakan untuk memahami motivasi secara kompleks. Motivasi pengecer
pulsa untuk aspek fisiologi ditunjukkan dengan kebutuhan mereka untuk
mendapatkan kebutuhan primer. Pengecer pulsa melakukan pekerjaannya hanya
untuk memenuhi kebutuhan primernya seperti kebutuhan untuk makan dan
22
Metode penelitian merupakan salah satu hal penting yang sangat
mendukung suatu penelitian. Hadi (2002) mengemukakan bahwa metodologi
merupakan salah satu unsur penting dalam suatu penelitian ilmiah karena
ketepatan metodologi dipergunakan sebagai dasar pemecahan masalah, sehingga
akan diperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.
A. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah motivasi pengecer pulsa di Mlati,
Sleman.
B. Definisi Operasional
Motivasi adalah semangat atau suatu kondisi yang mendorong atau
menjadikan sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu.
Motivasi merupakan suatu daya pendorong (driving force) yang menyebabkan
orang berbuat sesuatu. Definisi operasional variabel penelitian ini adalah motivasi
pengecer pulsa yang diartikan bahwa daya pendorong atau semangat yang ada
pada seseorang yang menjalankan usahanya berupa membeli dan menjual kembali
pulsa handphone dengan cara diecerkan pada para pengguna ponsel. Motivasi
adalah apa yang diukur dengan skala motivasi yang terdiri dari aspek-aspek
fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Skala motivasi
diperoleh subjek dari hasil skala akan menunjukkan tingkat motivasi. Semakin
tinggi skor yang diperoleh berarti semakin tinggi tingkat motivasi, sebaliknya
semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan motivasi yang rendah.
C. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah individu yang berjualan pulsa di wilayah
Mlati, Sleman, Yogyakarta. Ciri-ciri dari subyek penelitian ini adalah:
- penjual pulsa di Mlati, Sleman.
- berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.
- telah berjualan pulsa di Mlati, Sleman lebih dari 1 tahun.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey
kuantitatif. Alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah skala.
Skala merupakan sekumpulan pernyataan yang disusun dengan cara-cara tertentu
mengenai suatu obyek yang hendak diungkap, dikenakan kepada individu.
Terdapat sebuah skala yang digunakan yaitu Skala Motivasi.
Motivasi ini diukur dengan menggunakan skala motivasi yang mengacu
pada aspek milik Maslow (1980). Aspek tersebut terdiri dari aspek fisiologis,
keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Skala motivasi tersebut terdiri
dari 45 butir item pernyataan, yang terdiri dari 25 item pernyataan favorable dan
20 item pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang
pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang sifat kalimatnya tidak mendukung
atau tidak memihak pada aspek motivasi.
Tabel 1
Blue Print Skala Motivasi Aitem Aspek
Favorable Unfavorable
Jumlah
Fisiologis 1, 2, 3, 4, 41 5, 6, 7, 8 9
Keamanan 9, 10, 11, 12, 42 13, 14, 15, 16 9
Sosial 17, 18, 19, 20, 43 21, 22, 23, 24 9
Penghargaan 25, 26, 27, 28, 44 29, 30, 31, 32 9 Aktualisasi Diri 33, 34, 35, 36, 45 37, 38, 39, 40 9
Jumlah 25 20 45
Pada setiap pertanyaan, skala motivasi langsung diikuti oleh 4 (empat)
pilihan jawaban yaitu: “sangat sesuai (SS)”, “sesuai (S)”, “tidak sesuai (TS)”,
serta “STS (sangat tidak sesuai)” yang cara penilaiannya bergerak antara 1 (satu)
sampai angka 4 (empat) dengan pemberian skor sebagai berikut: untuk pertanyaan
yang bersifat favorable skor 4 (empat) untuk pilihan jawaban “sangat sesuai
(SS)”, skor 3 (tiga) untuk pilihan jawaban “sesuai (S)”, skor 2 (dua) untuk pilihan
jawaban “tidak sesuai (TS)”, dan skor 1 (satu) untuk pilihan jawaban “sangat tidak
sesuai (STS)”. Untuk pertanyaan yang bersifat unfavorable skor 4 (empat) untuk
pilihan jawaban “sangat tidak sesuai (STS)”, skor 3 (tiga) untuk pilihan jawaban
“tidak sesuai (TS)”, skor 2 (dua) untuk pilihan jawaban “sesuai (S)”, dan skor 1
(satu) untuk pilihan jawaban “sangat sesuai (SS)”.
E. Validitas dan Reliabilitas
1. Validitas
Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu
alat ukur dalam melakukan fungsi ukur terhadap suatu atribut. Suatu instrumen
menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud pengukuran. Alat ukur
yang tinggi validitasnya akan menghasilkan error pengukuran yang kecil,
artinya skor setiap subjek yang diperoleh oleh alat ukur tersebut tidak jauh
berbeda dari skor yang sesungguhnya (Azwar, 2005). Validitas yang digunakan
dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi menunjukkan sejauh mana
item-item dalam skala penelitian mencakup keseluruhan kawasan isi yang
hendak diukur oleh penelitian tersebut, yaitu isinya harus tetap relevan dan
tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran.
Beberapa cara untuk melihat apakah validitas isi sudah terpenuhi
adalah:
1) dengan melihat item-item dalam skala telah ditulis sesuai dengan blueprint
yang sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkap,
2) item-item sudah sesuai dengan kaidah penulisan yang benar,
3) melihat social desirability dalam item-item tersebut.
Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan metode professional
judgment, yaitu penilaian validitas terhadap suatu alat ukur yang diberikan oleh
orang-orang yang dianggap ahli dan profesional di bidangnya, dalam hal ini
adalah dosen pembimbing, sehingga item-itemnya dipandang sudah mencakup
keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2005).
2. Seleksi Item
Seleksi item dilakukan sebelum skala digunakan untuk memperoleh
item-item yang berkualitas dan sesuai dengan fungsi skala. Item yang baik
untuk memberikan indikasi apakah seseorang mempunyai sikap positif atau
tidak. Teknik yang dipakai dalam menyeleksi item dalam penelitian ini adalah
penggunaan koefisien korelasi dengan mengkorelasikan skor item dengan skor
item total dan meggunakan taraf signifikasi 0,05. Pengkorelasian antara skor
item dengan skor item total akan menghasilkan koefisien korelasi item total
(rix). Koefisien korelasi yang baik adalah ≥ 0,30 pada taraf signifikasi 0,05
karena memiliki daya pembeda yang memuaskan. Sedangkan item dengan nilai
rix dibawah 0,30 dianggap buruk karena dapat diinterpretasikan sebagai item
yang memilki daya diskriminasi rendah sehingga tidak dimasukkan dalam item
yang digunakan dalam penelitian atau dinyatakan gugur (Nurgiyantoro dan
Fatah, 2002). Penyeleksian item dilakukan dengan komputer menggunakan
program SPSS for windows 12.
Hasil pengujian skala motivasi penjual pulsa di wilayah Mlati, Sleman,
Yogyakarta terdiri dari 45 item menyatakan 2 item berada dibawah batas 0,30
sehingga dinyatakan gugur. Item-item tersebut antara lain dari aspek aktualisasi
diri terdapat 2 item gugur, yaitu aitem nomor 5 dan aitem nomor 38. Aitem
nomor 5 merupakan aspek fisiologis sedangkan aitem nomor 38 merupakan
aspek aktualisasi diri.
Dari hasil seleksi item motivasi penjual pulsa di wilayah Mlati, Sleman,
Yogyakarta aspek fisiologi terdiri dari 5 item favorabel dan 3 item unfavorabel.
Aspek keamanan terdiri dari 5 item favorabel dan 4 aspek unfavorabel. Aspek
sosial terdiri dari 5 item favorabel dan 4 item unfavorabel. Aspek penghargaan
terdiri dari 5 item favorabel dan 4 item unfavorabel. Aspek aktualisasi diri
terdapat 43 item lolos yang terdiri dari 25 item favorabel dan 18 item
unfavorabel.
Tabel 2
Distribusi Item Skala Motivasi Pada Penjual Pulsa Setelah Seleksi
Aitem Aspek
Favorable Jumlah Unfavorable Jumlah
Jumlah
Reliabilitas adalah keterpercayaan hasil suatu pengukuran. Hasil
pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan
pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif
sama. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi mampu memberikan hasil
ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar, 2004). Reliabilitas
dalam penelitian ini diukur dengan pendekatan konsistensi internal, yaitu
butir-butir pernyataan. Prinsip metode ini adalah pengujian akan konsistensi antar
bagian atau konsistensi antar item dalam tes. Suatu tes dinyatakan reliabel jika
memiliki konsistensi yang tinggi di antara komponen-komponen yang
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx) yang memiliki
rentang angka 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas
mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya,
koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti reliabilitasnya
semakin rendah. Koefisien reliabilitas yang mencapai angka rxx= 1,00 atau
bahkan rxx=0,0 tidak pernah dijumpai dalam pengukuran psikologis. Hal ini
dikarenakan terdapatnya berbagi sumber eror dalam diri manusia dan dalam
pelaksanaan pengukuran yang mempengaruhi kecermatan pengukuran (Azwar,
2004). Pengukuran koefisien reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik Alpha Cronbach program SPSS for windows 12.
Tabel 3
Koefisien Reliabilitas Motivasi Penjual Pulsa Setelah Seleksi
Koefisien Alpha Cronbach N Item N Subjek
0,9412 43 40
Dari hasil penghitungan, reliabilitas skala dianggap memuaskan
sehingga dapat dikatakan bahwa skala dianggap memiliki reliabilitas yang
memuaskan.
H. Metode Analisis Data.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, maka data-data dalam
penelitian ini berupa angka. Statistik deskriptif berusaha menjelaskan atau
menggambarkan berbagai karakteristik data seperti rata-rarta (mean), nilai tengah
(median), nilai yang sering muncul (modus), variasi kelompok melalui rentang
membandingkan antara Mean teoritik dan Mean Empirik untuk mengetahui data
teoritik. Berikut ini adalah hasil perhitungan data teoritik dengan Nitem = 43.
a. Skor minimum : 43 x 1 = 43
b. Skor maksimum : 43 x 4 = 172
c. Range : 172 – 43 = 129
d. Standar Deviasi +(σ) : 129 = 21,5
6
e. Mean teoritik (µ) : 172 + 43 = 107,5
2
Data teoritik di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Skor minimum : Skor paling rendah subjek pada skala yaitu 1
b. Skor maksimum : Skor paling tinggi yang diperoleh subjek pada skala yaitu
4
c. Range : Luas jarak sebaran antara skor maksimum dan skor
minimum
d. Standar Deviasi (σ) : Luas jarak sebaran yang dibagi dalam 6 satuan standar
deviasi
e. Mean Teoritik : Rata-rata teoritik dari skor maksimum dan minimum
Berdasarkan hasil penghitungan tersebut dapat dibuat norma kategorisasi
yang dibagi dalam 2 kategorisasi, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan
sangat rendah. Maka, ditetapkan luas interval yang mencakup setiap kategorisasi
Tabel 4
Norma Kategorisasi Jenjang
Norma Kategorisasi X>µ+ 1,5 σ Sangat tinggi
µ+0,5 σ < + < µ+1,5 σ Tinggi
µ-0,5 σ < + < µ+1,5 σ Sedang
µ-1,5 σ < + < µ-1,5 σ Rendah
31
A. Uji Coba Penelitian
Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan pada tanggal 18-20 Juni
2009. Kelompok subyek uji coba dalam penelitian ini adalah penjual pulsa
yang ada di Condong Catur, Depok, Sleman. Subyek uji coba sebanyak 40
penjual pulsa yang terdiri dari 27 laki-laki dan 13 perempuan. Penggolongan
subyek try out terdapat dalam tabel berikut ini:
Tabel 5
Penggolongan Subyek Try Out
Jenis Kelamin Jumlah
Laki-laki 27 Perempuan 13
Total 40
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22-27 Juni 2009. Subyek dalam
penelitian ini adalah individu yang berjualan pulsa di Mlati, Sleman. Ciri-ciri
dari subyek penelitian ini adalah penjual pulsa di Mlati, Sleman berjenis
kelamin laki-laki atau perempuan, serta telah berjualan pulsa di Mlati, Sleman
lebih dari 1 tahun. Jumlah subyek laki-laki dalam penelitian ini adalah 46
orang sedangkan jumlah subyek perempuan 34 orang. Mlati, Sleman dipilih
karena alasan-alasan praktis penelitian. Hal ini memudahkan peneliti
mengambil data penelitian yang sesuai dengan kriteria subyek penelitian.
jumlah subyek peneltian. Skala yang kembali pada peneliti sebanyak 80
eksemplar juga. Deskripsi subyek penelitian ini terlampir dan dipaparkan
dengan bantuan SPSS 12 for Windows.
C. Hasil Penelitian
1. Uji Normalitas
Data yang telah diperoleh terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji
normalitas untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari distribusi
normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji One Sample
Kolmogorov-Smirnov Test yang menyatakan jika nilai signifikasi lebih besar dari
0,05 (p > 0,05) maka data dalam distribusi normal. Jika nilai signifikasi lebih kecil
dari 0,05 (p < 0,05) maka data dalam distribusi tidak normal.Berdasarkan hasil
analisis dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test SPSS for Windows 12
diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,192. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang
diambil berasal dari sebuah distribusi normal.
Tabel 6
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
2. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum
Berikut ini adalah tabel yang berisi data penelitian berdasarkan
perhitungan komputerisasi dengan SPSS for Windows 12.
Tabel 7
Deskripsi Data Penelitian Secara Umum
N 80
Skor minimum Teoritik 43
Skor minimum Empirik 49
Skor maksimum Teoritik 172
Skor maksimum Empirik 99
Mean Teoritik 107,5
Mean Empirik 108,8
Standar Deviasi 34,63
Berdasarkan hasil analisis deskripif data yang diperoleh bahwa nilai mean
empirik (108,8) lebih tinggi daripada nilai mean teoritik (107,5). Hal ini
menunjukkan bahwa nilai rata-rata subyek penelitian kelompok data lebih tinggi
dari nilai rata-rata teoritik yang berarti bahwa subyek penelitian secara umum
memiliki motivasi yang tergolong tinggi. Hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik di uji lagi dengan uji statistik
one sample t-test dengan bantuan program SPSS for Windows 12. Hal ini
bertujuan untuk membuktikan bahwa mean empirik secara signifikan lebih kecil
dari mean teoritik. Berikut ini hasil perhitungan uji statistik one sample test:
Tabel 8
Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik One-Sample Statistics
N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Total 80 108,8 34,63 0,924
Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai t hitung sebesar
0,000 < 0,05) yang menunjukkan ada perbedaan rata-rata yang signifikan motivasi
pada penjual pulsa. Hal ini membuktikan bahwa secara signifikan mean empirik
lebih besar dari mean teoritik sehingga dapat dinyatakan bahwa motivasi pada
penjual pulsa adalah tinggi terbukti secara signifikan.
3. Kategorisasi Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman
Kategori motivasi diperoleh dengan memasukkan skor total yang telah
diperoleh subyek penelitian ke dalam norma kategorisasi skala motivasi. Berikut
ini adalah pengkategorisasian yang disertai persentase jumlah subyek dari setiap
kategorisasi:
Tabel 9
Kategorisasi Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman Normatif Rentang
Dari data di atas yang terdiri dari 80 subyek, terdapat 56 orang (70%)
dalam kategori motivasi sedang, 5 orang (6,25%) dalam kategori motivasi tinggi,
motivasi sangat rendah, dan 4 orang (5,00%) dalam kategori motivasi sangat
tinggi.
4. Deskripsi Kedudukan Masing-Masing Aspek Motivasi
Berikut ini adalah deskripsi data pada masing-masing aspek motivasi
pengecer pulsa di Mlati, Sleman:
Tabel 10
Deskripsi Data Masing-Masing Aspek Motivasi Aspek Motivasi No Keterangan
Fisiologis Keamanan Sosial Penghargaan Aktualisasi Diri
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa secara umum subyek penelitian
memiliki motivasi yang tinggi. Jika dilakukan perbandingan perolehan nilai mean
empirik pada setiap aspek akan diperoleh nilai aspek sosial (26,83) lebih besar
daripada perolehan mean empirik pada aspek fisiologis (24,19), keamanan
(25,55), penghargaan (25,08), serta aktualisasi diri (23,45). Hal ini menunjukkan
bahwa subyek cenderung memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhan sosialnya
(Robbins, 2003) antara lain pemenuhan untuk mendapatkan kasih sayang rasa
memiliki, menerima dengan baik, dan persahabatan.
D. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis deskriptif, nilai mean empirik secara signifikan
lebih besar dibandingkan nilai mean teoritik (µEmpirik > µTeoritik = 108,8 >
107,5) dan uji t menunjukkan nilai 71,906. Berarti secara umum subyek penelitian
memiliki tingkat motivasi yang tinggi.
Perbandingan mean empirik pada kelima aspek motivasi pengecer pulsa
menunjukkan bahwa aspek sosial (26,83) yang dimiliki para pengecer pulsa di
Mlati, Sleman paling kuat. Hal ini menunjukkan bahwa subyek cenderung
memiliki motivasi untuk menjalin hubungan dengan individu lain (Robbins,
2004), antara lain pemenuhan untuk mendapatkan kasih sayang, rasa memiliki,
menerima dengan baik, dan persahabatan.
Aspek motivasi yang paling lemah yaitu aktualisasi diri(23,45). Aspek ini
menunjukkan bahwa penjual pulsa dalam melaksanakan jual beli pulsa tidak
menunjukkan bahwa penjual pulsa tidak begitu memperhatikan pelayanan kepada
38
A. Kesimpulan
Berdasarkan perolehan data yang menunjukkan bahwa secara umum para
penjual pulsa di Mlati, Sleman memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai mean empirik secara signifikan lebih besar daripada nilai mean
teoritiknya (µEmpirik > µTeoritik = 108,8 > 107,5). Sedangkan aspek motivasi
sosial (26,83) merupakan aspek yang kuat dibandingkan dengan aspek fisiologis
(24,19), keamanan (25,55), penghargaan (25,08), serta aktualisasi diri (23,45).
B. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak sempurna. Penelitian ini
memiliki keterbatasan yang kuat bahwa untuk meneliti motivasi kerja penelitian
ini mengukur motivasi umum.
C. Saran
1. Bagi para pengecer pulsa
Hasil penelitian menunjukkan pengecer pulsa memiliki motivasi yang
tinggi. Aspek motivasi yang paling kuat adalah aspek sosial. Maka pengecer pulsa
dapat memanfaatkan motivasi sosial dalam menjalani kegiatan jual beli pulsa dan
lebih mengarahkan motivasinya untuk menjalin relasi pada masyarakat terutama
2. Bagi peneliti selanjutnya
Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperjelas jenis motivasi
penelitian. Untuk penelitian penjualan pulsa, hendaknya mempergunakan alat
penelitian motivasi kerja. Terkait dengan tingginya motivasi pengecer pulsa pada
saat penelitian dan rendahnya motivasi pelayanan penjualan pada saat observasi
40 York: Harcourt Brace College.
Amstrong. 1980. Motivation of Survey in Construction Projects. Journal of Geospatial Engineering Surveyors,Vol.5, 61-66.
Anoraga, P. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Azwar, S. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_____, S. 2005. Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bernard. 1989. Management and Organization. New York: South-Western Publishing.
Berry, L.M. & Houston, J.P. 1993. Psychology at Work. New York: WCB Brown & Benchmark.
Biro Pusat Statistik. 1999. Statistical Year Book of Indonesia. Jakarta, Indonesia.
Buchari, Z. 2007. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.
Dodi. Maraknya Jual Beli Pulsa. http://www.suaramerdeka.com. Diakses tanggal 7 Mei 2009
Drucker, Peter F. 1994. Innovation and Entrepreneurship, Practice and Principle. Terj. Rusdi Naib. Jakarta: Erlangga.
Hadi, Sutrisno. 2002. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.
Handoko. 1992. Motivasi Individu. Yogyakarta: Balai Pustaka Fakultas Ekonomi.
Hurlock, E.B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Iskandar. Semakin Ketatnya Persaingan Jual Beli Pulsa. http://terminalinfo.blogspot.com/2007_08_26_archive.html. Diakses tanggal 7 Mei 2009.
James L. Cooper , Pamela Robinson, Molly Mc. Kinney.
http//www.C.Sudh.Edu/Edu/SOE/CL-Network/What is CL html. Diakses tanggal 7 Mei 2009.
McClelland. 1987. Human Motivation. New York: Cambridge University Press.
Nurgiyantoro dan Fatah. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfa Beta.
Peter, Bisrich. 2003. Entrepreneurship. 4th Edition. Boston: Mc Graw- Hill Irwin.
Reksohadiprojo. Sukanto. 2000. Manajemen Strategi. Edisi ke-4. Yogyakarta: Balai Pustaka Fakultas Ekonomi.
Ria Herdiana. 2008. Upaya untuk Mencapai Keberhasilan Berwirausaha di Koperasi. Jurnal Pendidikan dan Budaya.
Ritha F.D. 2007. Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan. Medan: Jurusan Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.
Robbins. 1990. Psychology and Work Today. 6th edition. New Jersey: Person Education Inc.
Robbins. 2004. Organizational Behavior. 10th edition. New York: Prentice-Hall International Inc.
Setiawan. Perkembangan Bisnis Pulsa. http://bisnisinvestasi.wordpress.com/.
Diakses tanggal 7 Mei 2009.
Sperling. 1991. Psychology in Industri. 2nd edition. Boston: Houghton Miffilin Company.
Stanton. 1989. Industrial Psychology: An Interdisiplinary Perspective. New Jersey : Prentice Hall.
Sugiyono. 2002. Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.
Sugeng. Retail Pulsa Menjanjikan. http://www.cikalmart.com. Diakses tanggal 7 Mei 2009
Sunaryana. 2003. Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.
SKALA TRY OUT
Petunjuk:
Berikut ini disajikan sejumlah pernyataan. Baca dan pahami baik-baik
setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan pendapat dengan cara
memilih salah satu jawaban yang benar-benar mencerminkan keadaan dan
perasaan Anda. Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang
tersedia.
Adapun alternatif jawaban yang tersedia ada 4, jawablah:
SS : jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan yang anda alami.
S : jika pernyataan tersebut Sesuai dengan yang anda alami.
TS : jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan yang anda alami.
STS : jika pernyataan tersebut SangatTidak Sesuai dengan yang anda alami.
Jika terjadi kesalahan pengisian, berilah tanda dua garis mendatar dan
sejajar pada jawaban semula kemudian berilah tanda silang pada pilihan jawaban
yang baru. Perlu diingat, semua jawaban adalah benar dan tidak ada jawaban yang
dianggap salah.
SKALA 1
No. Pernyataan SS S TS STS
1 Berjualan pulsa merupakan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan primer saya.
2 Tanpa berjualan pulsa sulit bagi saya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
3 Hasil dari penjualan pulsa sangat saya perlukan.
4 Adanya kegiatan berjualan pulsa membuat kebutuhan pokok saya terpenuhi.
5 Saya menganggap berjualan pulsa hanya kegiatan sambilan.
6 Saya tidak merasa sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok saya, tanpa berjualan pulsa. 7 Berat bagi saya untuk meninggalkan kegiatan
berjualan pulsa.
8 Berjualan pulsa tidak saya jadikan sebagai kerja utama.
9 Saya memilih pekerjaan yang tidak mengandung resiko besar.
10 Kenyamanan saat bekerja saya prioritaskan.
11 Berjualan pulsa merupakan pekerjaan yang tidak beresiko besar.
12 Saya merasa senang saat berjualan pulsa.
13 Saya tidak menyukai kerja sebagai penjual pulsa.
14 Saya tidak merasa nyaman berjualan pulsa.
15 Keengganan sering saya rasakan untuk berjualan pulsa.
16 Rasa bosan sering saya rasakan jika berada lama di tempat saya berjualan pulsa.
17 Teman yang saya dapatkan semakin banyak dengan berjualan pulsa.
18 Saya bekerja untuk memperluas relationship
dengan individu lain.
19 Berganti-gantinya orang yang saya layani membuat saya merasa senang.