• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi deskriptif tentang motivasi pengecer pulsa di Mlati Sleman - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Studi deskriptif tentang motivasi pengecer pulsa di Mlati Sleman - USD Repository"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

i

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh:

Thomas Rahadito Sugoro NIM: 049114017

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

ii SKRIPSI

STUDI DESKRIPTIF TENTANG MOTIVASI PENGECER PULSA DI MLATI, SLEMAN

Disusun Oleh: Thomas Rahadito Sugoro

NIM: 049114017

Skripsi Ini Telah Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing Tanggal: Oktober 2009

(3)

iii SKRIPSI

STUDI DESKRIPTIF TENTANG MOTIVASI PENGECER PULSA DI MLATI, SLEMAN

Dipersiapkan dan ditulis oleh Thomas Rahadito Sugoro

NIM: 049114017

Telah Dipertahankan di depan Panitia Penguji Pada tanggal 7 September 2009 Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si ___________

Sekretaris : Dr. A. Priyono Marwan, SJ ___________

Anggota : Minta Istono, S.Psi, M.Si ___________

Yogyakarta, Oktober 2009 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(4)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :

“Semua kesuksesan dan peraihan cita-cita berawal dari sebuah angan-angan dan impian”

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

• Allah Bapa di Surga, Yesus Kristus, Bunda Maria, dan Roh Kudus

• Kedua orang tuaku Pantalion Suwardiyono dan Anastasia Iswindarti

• Kedua kakakku Gregorius Mega Wijananto, S.E dan Evarista Maria Setyorini

Wiyono, S.Si

• Yang tercinta Yoanna Rissa Mayasari Sugiyarto, S.Farm, Apt

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 September 2009

(6)

vi ABSTRAK

Studi Deskriptif tentang Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman

Thomas Rahadito Sugoro 049114017 Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan motivasi para pengecer pulsa di Mlati, Sleman. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya bekerja untuk masa depan individu. Individu yang memiliki motivasi akan bekerja dengan penuh semangat dan melakukan pekerjaannya dengan suka cita. Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.

Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah 80 pengecer pulsa di Mlati, Sleman, laki-laki atau perempuan, dan telah berjualan pulsa di wilayah tersebut lebih dari 1 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebar skala motivasi. Estimasi realibilitas dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach yang menghasilkan Koefisian Reliabilitas sebesar 0,941.

Berdasarkan analisis data dapat disimpulkan bahwa secara umum subjek penelitian ini memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini terlihat dari hasil mean empirik yang secara signifikan lebih besar dari pada mean teoritik yaitu 108,8 > 107,5. Aspek sosial merupakan aspek yang paling dominan diantara aspek-aspek motivasi dengan mean empirik sebesar 26,83. Aspek ini diikuti aspek keamanan dengan mean empirik 25,55; penghargaan sebesar 25,08; fisiologis sebesar 24,19; serta aktualisasi diri sebesar 23,45.

(7)

vii ABSTRACT

Descriptive Study on the Work Motivation of Cell Phone Credit Retailers In Mlati, Sleman

Thomas Rahadito Sugoro 049114017 Psychology Faculty Sanata Dharma University

Yogyakarta

This research aims to describe cell phone credit retailers motivation in Mlati, Sleman. The background of this research is the need of the people to work for the future. The people who have motivation will be interested and do the duty happily. The motivation will support individual quality to study, work, or do another activity.

This research is a quantitative descriptive. The subjects are eighty cell phone credit retailers in Mlati, Sleman males and females, with working experience of more than one years. The gathering data was done by distributing motivation scale. The researcher used reliability estimation of Alpha Cronbach technique that resulted the reliability coefficient of 0.941.

The data analysis concludes that generally the research subjects have high motivation. The empirical mean is significanty higher than theoretical mean; that is 108.8 > 107. The social aspect shows the highest score with the empirical mean of 26.83; followed by the safety aspect with empirical mean of 25.55; recognition aspect with empirical mean of 25.08; then physiologycal aspect with empirical mean of 24.19; and self actualization aspect with empirical mean of 23.45.

(8)

viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Thomas Rahadito Sugoro

Nomor Mahasiswa : 049114017

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

"Studi Deskriptif Tentang Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman" beserta perangkat yang diperlukan. Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikannya di internet atau media cetak lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 5 September 2009

Yang menyatakan,

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segenap puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala cinta, penyertaan, kekuatan, dan berkat yang dilimpahkan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif Tentang Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman” dengan sebaik-baiknya. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) pada Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis telah mendapatkan penyertaan, dukungan dan segala bentuk bantuan dari berbagai pihak dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah sabar membimbing dan selalu memberikan semangat kepada penulis

2. Ibu Sylvia Carolina MYM, S.Psi., M.Si., selaku Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Ibu Lusia Pratidarmanastiti, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menempuh studi di Fakultas Psikologi

(10)

x

6. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

7. Kedua orang tua penulis Pantalion Suwardiyono dan Anastasia Iswindarti atas dukungan moril dan materiil

8. Keluarga Darmowiyoto dan Keluarga Darmopuspito yang tidak henti-hentinya selalu mendoakanku

9. Yoanna Rissa Mayasari yang selalu memberikan semangat, saran dan penghiburan kepada penulis...terimakasih ya dek atas kasih sayangmu selama ini..

10. Kedua kakakku Gregorius Mega Wijananto dan Evarista Maria Setyorini atas doanya

11. Teman-teman pemilik counter pulsa terutama di Sleman yang telah sanggup meluangkan waktunya untuk mengisi angket dan selalu memberikan semangat...ayo geri sedhilit gek dirampungke skripsine...matur nuwun boz... 12. Seluruh karyawan d2tronik Badhegh, Mbedhex’s, Toenk, Mbeddy Jr,

Duyung, Parji. Karyawan d2gamestation Kenthus dan Kencong dan Mas Rudi yang selalu sabar mengembangkan d2transport

(11)

xi

14. Erol, Japar, Sumekel, Bleguk, Wisnu, Tha2t, Thi2t, Pakde Dul, Anung, Sronggot, Nipeng, Simin yang selalu memberikan semangat dan canda tawa di KBT

15. Teman-teman PBB (Psychology Beyond Border) terima kasih atas kerja samanya

16. Pak Siswo terima kasih sekali untuk kepercayaannya kepada saya dalam mengcover transportasi seluruh kegiatan PBB

17. Mudika Cebongan Hasim, SiBot, Timbul, Bulus, Manyu, Kriyip, BR, Totok, Tongsong, Bandrek..kapan ke Jatiningsih lagi...

18. Semua pihak yang telah membantu dalam menyusun skripsi ini yang belum disebutkan disini

Dengan segenap kerendahan hati penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat menyempurnakan dan membangun.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

(12)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACK ... vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I. PENDAHULUAN...……….. 1

A. Latar Belakang Masalah...………... 1

B. Rumusan Permasalahan...……… 6

C. Tujuan Penelitian..……… 6

D. Manfaat Penelitian... 6

BAB II. DASAR TEORI... 7

A. Motivasi... 7

1. Pengertian Motivasi... 7

2. Teori Motivasi... 9

3. Penggolongan Motivasi... 12

4. Aspek-Aspek Motivasi... 16

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi... 18

(13)

xiii

BAB III. METODE PENELITIAN... 22

A. Variabel Penelitian... 22

B. Definisi Operasional... 22

C. Subyek Penelitian... 23

D. Metode Pengumpulan Data... 23

E. Validitas dan Reliabilitas... 24

1. Validitas... 24

2. Seleksi Item... 25

3. Reliabilitas... 27

F. Metode Analisis Data... 28

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 31

A. Uji Coba Penelitian... 31

B. Pelaksanaan Penelitian... 31

C. Hasil Penelitian... 32

1. Uji Normalitas... 32

2. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum ... 33

3. Kategorisasi Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman... 34

4. Deskripsi Kedudukan Masing-Masing Aspek Motivasi... 35

D. Pembahasan... 36

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 38

A. Kesimpulan... 38

B. Keterbatasan Penelitian... 38

C. Saran... 38

1. Bagi Para Pengecer Pulsa... 38

2. Bagi Peneliti Selanjutnya... 39

Daftar Pustaka... 40

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Blue Print Skala Motivasi... 24

Tabel 2. Distribusi Item Skala Motivasi pada Penjual Pulsa Setelah Seleksi... 27

Tabel 3. Koefisien Reliabilitas Motivasi Penjual Pulsa Setelah Seleksi... 28

Tabel 4. Norma Kategorisasi Jenjang... 30

Tabel 5. Penggolongan Subjek Try Out...... 31

Tabel 6. One Sample Kolmogorov-Smirnov Test...………... 32

Tabel 7. Deskrisi Data Penelitian Secara Umum... 33

Tabel 8. Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik One Sample Statistics.... 33

Tabel 9. Kategorisasi Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman... 34

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran A. Skala Try Out... 42

Lampiran B. Skala Penelitian... 46

Lampiran C. Tabulasi Data Item... 50

1. Uji Coba... 50

2. Penelitian... 56

Lampiran D. Uji Reliabilitas... 68

Lampiran E. Penelitian... 70

1. Uji Asumsi atau Prasyarat... 70

(16)

1

A.Latar Belakang Permasalahan

Salah satu bisnis di bidang telekomunikasi yang tergolong mudah dan

menguntungkan adalah berjualan voucher atau pulsa isi ulang

(http://bisnisinvestasi.wordpress.com/, diakses tanggal 7 Mei 2009). Jaman

modern seperti sekarang ini pulsa sudah menjadi kebutuhan pokok dan sangat

diperlukan oleh semua orang. Perkembangan teknologi telekomunikasi seluler

yang sangat pesat disertai dengan permintaan masyarakat terhadap voucher pulsa

elektronik yang sangat besar mendorong pelaku usaha mulai tertarik pada bisnis

ini. Fakta yang menunjukkan bahwa 91% dari 69 juta pengguna ponsel di

Indonesia (data awal tahun 2009) menggunakan kartu prabayar yang harus diisi

pulsa secara rutin. Survey menunjukkan pelanggan kartu prabayar tersebut isi

pulsa setiap bulannya rata-rata 2-3 kali dengan pecahan paling diminati adalah

voucher 5.000-50.000. Pada tahun 2007 diprediksi pelanggan operator seluler

meningkat menjadi 73 juta orang dan dari jumlah itu 90% menggunakan produk

kartu prabayar. Fakta yang lebih mengejutkan lagi adalah bahwa 80% dari

pengguna kartu prabayar tersebut menggunakan cara isi pulsa secara elektronik,

yang berarti di Indonesia ada sekitar 117 juta permintaan isi pulsa voucher

elektronik di setiap bulannya (http://bisnisinvestasi.wordpress.com/, diakses

tanggal 7 Mei 2009).

Seiring dengan perkembangan yang relatif pesat di dunia bisnis pulsa

(17)

telekomunikasi memprediksi bahwa jumlah pengguna ponsel di Indonesia akan

mencapai setengah dari jumlah penduduk Indonesia

(http://bisnisinvestasi.wordpress.com/, diakses tanggal 7 Mei 2009). Fakta inilah

yang membuat bisnis di bidang ini menjadi sangat dinamis dan semakin

kompetitif. Pasar yang amat besar tentu saja menjadi daya tarik utama

berkerumunnya orang-orang di bidang bisnis ini. Jumlah pelanggan telepon

seluler tentu akan terus bertambah, seiring pesatnya laju pertumbuhan pengguna

telepon seluler di tanah air.

Persaingan usaha pengecer pulsa telepon seluler (ponsel) memang

semakin sengit tetapi masih banyak juga peluang untuk pendatang baru. Bisnis

pulsa ponsel ini margin keuntungannya tipis maka pengecer pulsa harus bisa

meningkatkan omzet setinggi-tingginya. Sejak krisis ekonomi mendera Indonesia

di tahun 1997, banyak bidang bisnis yang terpuruk, stagnan, atau bahkan mati.

Ternyata tak semua bidang bisnis mengalami nasib yang mengenaskan itu. Ada

satu bisnis yang justru berkembang pesat yang mana bisnis ini adalah bisnis pulsa

ponsel (http://www.cikalmart.com. diakses tanggal 7 Mei 2009).

Dalam kurun waktu lima tahun belakangan, jumlah kios penjual pulsa

ponsel terus bertambah. Hampir di setiap kios, ruko, pasar, perumahan,

perkantoran, dan persimpangan jalan selalu ada orang-orang yang membuka gerai

penjualan pulsa ponsel (http://www.suaramerdeka.com, diakses tanggal 7 Mei

2009 ). Fenomena ini muncul karena industri ponsel di Indonesia memang

berkembang sangat pesat. Setiap tahun jumlah pemilik ponsel terus bertambah dan

sekarang sudah mencapai puluhan juta orang. Mengingat peluang pasarnya masih

(18)

operator biasanya juga memiliki beberapa produk sekaligus. Misalnya, selain

IM3, PT. Indosat memiliki produk Matrix dan StarOne. PT. Telkom memiliki

produk Telkomsel (Simpati, Jitu, dan lainnya) dan Telkom Flexi. Selain itu di

pasar masih ada Pro XL, Fren (Mobile-8), dan Esia (Bakrie Telecom). Jika

melihat gambaran ini, bukan hal yang aneh jika permintaan pulsa ponsel juga

semakin membengkak dari tahun ke tahun. "Peningkatannya bisa mencapai sekitar

30% (berdasarkan nilai transaksi),". Ketika permintaan pulsa terus bertambah,

jumlah penjualnya pun juga ikut bertambah (http://www.cikalmart.com, diakses

tanggal 7 Mei 2009).

Dilihat dari berkembangnya usaha jual beli pulsa yang sangat pesat

sehingga memunculkan banyak pesaing dan resiko yang harus dihadapi, peneliti

berminat untuk mengetahui apakah yang memotivasi para retailer pulsa dalam

mendirikan usahanya di tengah persaingan yang kian ketat. Maraknya usaha jual

beli pulsa ini juga mengarah pada keuntungan dan resiko kerugian yang harus

diterima. Salah satu keuntungannya yaitu dapat mengisi pulsa sendiri dengan

harga yang lebih murah dan relatif lebih praktis dan mendapatkan keuntungan

(http://bisnisinvestasi.wordpress.com/, diakses tanggal 7 Mei 2009). Sedangkan

kerugiannya antara lain kemungkinan salah mengirimkan pulsa ke nomor orang

lain yang menyebabkan penjual menderita kerugian sebesar nominal yang salah

dikirimkan.

Kemudahan untuk menjadi pengecer pulsa merupakan faktor penyebab

maraknya penjualan pulsa eceran. Bahkan trotoar pun menjadi salah satu lahan

untuk berjualan pulsa. Dalam keadaan mudah tersebut, individu membuat tempat

(19)

Para penjual pulsa yang sering berganti-ganti merupakan masalah di

tempat penjualan pulsa. Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa orang

pengecer pulsa pada tanggal 11 Februari 2009, diketahui bahwa motivasi mereka

untuk bekerja menjual pulsa hanya mengisi kekosongan waktu yang mereka

miliki, sehingga cenderung bekerja secara asal-asalan. Hal itu mengakibatkan

kadang mereka melakukan penjualan dan kadang tidak. Akibatnya pedagang pulsa

eceran silih berganti penjualnya.

Masalah lainnya adalah penjual pulsa di Mlati, Sleman umumnya adalah

pemilik langsung atau bukan karyawan. Berdasarkan observasi penulis hal itu

mengakibatkan penjualan yang dilakukannya tidak serius dalam arti memberikan

pelayanan yang buruk terhadap konsumen. Pelayanan yang diberikan juga

cenderung biasa saja, tidak memperhatikan kepuasan konsumen.

Mutu pelayanan kepada konsumen dipengaruhi oleh motivasi. Menurut

Handoko (1992) motivasi adalah daya penggerak yang mendorong terjadinya

tingkah laku. Motivasi tidak dapat dilihat oleh indera mata dan lebih berada di

balik tingkah laku seseorang. Motivasi juga diartikan dorongan seseorang yang

dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan

kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu (motivasi intrinsik)

maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik).

Pada dasarnya motivasi terbagi menjadi dua macam yaitu motivasi

instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Menurut Bernard (1989) motivasi intrinsik

dapat diartikan sebagai tindakan yang digerakkan oleh suatu sebab yang datang

dari dalam diri individu sendiri seperti contohnya motif ingin tahu, motif

(20)

diartikan sebagai tindakan yang digerakkan oleh suatu sebab dari luar diri individu

misalnya orang yang bekerja giat untuk mendapatkan gaji yang besar dan pujian,

seorang pengecer pulsa membuka gerainya dari pagi sampai malam dengan

harapan mendapatkan hasil yang maksimal.

Motivasi intrinsik berarti sebagai sesuatu hal yang mempengaruhi tindakan

seorang (wirausaha) untuk bertindak atau mengembangkan usahanya seperti

halnya seorang pengecer pulsa yang tergolong dalam pengusaha kecil. Hal

pertama yang harus ditumbuhkan pada seorang pengecer pulsa adalah keinginan

dalam diri sendiri atau dapat diartikan dalam motivasi intrinsik. Seorang pengecer

pulsa harus bisa mengisi pikirannya sendiri bahwa suatu saat nanti kita akan

mampu menjadi pengusaha sukses. Berawal dari keinginan yang timbul dari diri

sendiri atau motivasi intrinsik seperti motif mencari uang, motif mencari

kesibukan, motif menggunakan modal yang ada atau motif merealisasikan

keinginan untuk berwirausaha yang kuat nantinya akan berpengaruh pada cara

kerja yang cenderung lebih bersemangat karena tidak ada unsur paksaan maupun

tuntutan dari pihak luar. Berdasarkan fakta-fakta di lapangan maka penulis ingin

mencoba untuk mengetahui tentang motivasi intrinsik yang menyebabkan

seseorang untuk menjadi pengecer pulsa terutama di wilayah Mlati, Sleman,

Yogyakarta.

Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan

terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam bekerja menjual

pulsa. Kajian tentang motivasi telah sejak lama memiliki daya tarik tersendiri bagi

kalangan pendidik, manajer, dan peneliti, terutama dikaitkan dengan kepentingan

(21)

dimiliki pengecer pulsa maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul

“Studi Deskriptif Tentang Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman”.

B. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana gambaran motivasi pengecer pulsa di Mlati,

Sleman?

C. Tujuan Penelitian

Dengan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini mempunyai tujuan

untuk mengetahui gambaran mengenai motivasi pengecer pulsa di Mlati, Sleman.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini dimanfaatkan untuk memotivasi kinerja pengecer pulsa

di Mlati, Sleman.

2. Manfaat teoritis

Penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di bidang

psikologi industri dan organisasi khususnya yang berkaitan dengan motivasi;

(22)

7

A. Motivasi

1. Pengertian Motivasi

Motivasi berasal dari kata Latin “movere” yang berarti mendorong atau

menggerakkan. Motivasi (motivation) dalam manajemen hanya ditujukan untuk

sumber daya manusia umumnya dan bawahan khususnya. Motivasi

mempersoalkan bagaimana caranya mengarahkan daya dan potensi bawahan agar

mau bekerjasama secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan

yang telah ditentukan.

Sperling (1991) mengemukakan bahwa motivasi itu didefinisikan sebagai

suatu kecenderungan untuk beraktivitas, mulai dari dorongan dalam diri (drive)

dan diakhiri dengan penyesuaian diri. Stanton (1989) mendefinisikan motivasi

“Suatu motif adalah kebutuhan yang distimulasi yang berorientasi kepada tujuan

individu dalam mencapai rasa puas”.

Menurut Ritha (2007), bahwa kata motivasi (motivation) kata dasarnya

adalah movere yang memiliki arti dorongan, sebab atau alasan seseorang untuk

melakukan sesuatu. Sugiyono (2002), bahwa kata motivasi memiliki arti suatu

daya pendorong (driving force) yang menyebabkan orang berbuat sesuatu.

Contohnya, apabila individu bermotivasi ingin naik pangkat atau ingin naik gaji,

maka motivasi yang timbul akan menunjang usaha untuk mencapai keinginannya.

Yang menjadi pendorong dalam hal mencapai usaha tersebut adalah

(23)

rekan kerja atau lingkungan dan kebutuhannya untuk berprestasi. Motivasi dapat

didefinisikan sebagai berikut “kondisi mental yang mendorong aktivitas dan

memberi energi yang mengarah kepada pencapaian kebutuhan, memberi

kepuasan atau mengurangi ketidak seimbangan” Bernard (1989). Buchari (2007)

mendefinisikan motivasi sebagai suatu reaksi yang diawali dengan adanya

kebutuhan yang menimbulkan keinginan atau upaya mencapai tujuan, selanjutnya

menimbulkan ketegangan, kemudian menyebabkan timbulnya tindakan yang

mengarah pada tujuan dan akhirnya dapat memuaskan.

Motivasi menurut Handoko (1992) adalah suatu tenaga yang terdapat di

dalam diri setiap individu, yang menimbulkan, mengarahkan dan

mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi sendiri bukanlah suatu yang

bersifat independent dan bersifat netral, akan tetapi motivasi dapat dipengaruhi

oleh adanya pengalaman masa lalu, situasi lingkungan, cita-cita hidup dan

lain-lainnya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa motivasi

adalah semangat atau suatu kondisi yang mendorong atau menjadikan sebab

seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu. Motivasi merupakan

suatu daya pendorong (driving force) yang menyebabkan orang berbuat sesuatu.

2. Teori Motivasi

Sebenarnya teori mengenai motivasi sudah ada sejak jaman Yunani pada

(24)

mengatakan bahwa tingkah laku yang ada pada manusia bukan suatu tingkah laku

yang timbul karena adanya motivasi atau keinginan dari individu, akan tetapi

karena adanya rasio atau penjumlahan dari pertimbangan keuntungan atau

kerugian yang akan diperolehnya. Tingkah laku merupakan suatu hasil pemikiran

manusia sendiri. Pemikiran ini dipengaruhi karena pada saat itu masih banyak

berpengaruh mengenai pemikiran-pemikiran yang berdasarkan rasionalitas.

Motivasi dulunya tidak berbeda dengan rasio, karena motivasi menekankan pada

dorongan dari diri individu yang kadang rasional kadang tidak, sedangkan rasio

lebih menggunakan pertimbangan akal atau pikiran.

Menurut McClelland (1987), mengartikan bahwa semua rangsang yang

terdapat dilingkungan sekitar pada hakikatnya dapat menimbulkan keadaan

nikmat atau keadaan sakit. Rangsang yang menyebabkan keadaan nikmat akan

menjadikan seseorang berusaha mendekati rangsang itu. Sebaliknya rangsang

yang menimbulkan keadaan tidak nikmat menyebabkan orang bereaksi tidak

mendekati rangsang itu. Pernyataan ini dapat disimpulkan bahwa tindakan

seseorang sangat tergantung pada ekspektansi seseorang terhadap objek atau

rangsang yang dihadapinya.

Menurut teori Maslow (1980) setiap motivasi yang dimiliki oleh manusia

berdasarkan taraf kehidupannya. Motivasi memiliki hirarkhi atau tingkatan.

Menurutnya suatu motif akan menguasai tingkah laku manusia bila motif yang

berada di hirarkhi bawahnya sudah terpenuhi, sesuai dengan hirarki kebutuhan

Maslow. Dari berbagai pandangan tokoh-tokoh tersebut, maka dapat diambil suatu

bentuk pengertian umum dari motivasi. Motivasi adalah dorongan dari dalam

(25)

Teori motivasi yang dikembangkan oleh Maslow (1980) pada intinya

berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki

kebutuhan, yaitu: (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti: rasa

lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam

arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3)

kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem

needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan

(5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi

seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga

berubah menjadi kemampuan nyata.

Robbins (2004) menjelaskan bahwa Maslow (1980) membagi lima

kebutuhan tersebut menjadi dua kelompok yaitu tingkat tinggi dan tingkat rendah.

Kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanan termasuk dalam golongan tingkat

rendah, sedangkan kebutuhan sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri termasuk

golongan tingkat tinggi. Pembagian ke dalam dua kelompok tersebut berdasarkan

alasan bahwa kebutuhan tingkat tinggi dipenuhi secara internal (dalam diri

individu itu), sedangkan kebutuhan tingkat rendah terutama dipenuhi secara

eksternal (misalnya dengan upah, kontrak serikat buruh, dan masa kerja). Artinya,

kebutuhan fisiologis dan kebutuhan keamanan merupakan kebutuhan yang dasar

dan lebih dahulu ingin dipenuhi oleh individu, sedangkan kebutuhan sosial,

penghargaan, dan aktualisasi diri adalah kebutuhan yang berasal dari stimulus dari

(26)

Sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan

yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa

kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat

psikologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.

Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang

tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman

tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow

semakin dipergunakan. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan atau

secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga

berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya.

Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia,

berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua, dalam

hal ini keamanan, sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan

papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang

merasa aman, demikian pula seterusnya.

Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan

manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya

tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan

bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan.

Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang

bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta

ingin berkembang. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila

berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai

(27)

a. Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di

waktu yang akan datang.

b. Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa

bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam

pemuasannya.

c. Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti

tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu

dalam pemenuhan kebutuhan itu.

Kendati pemikiran Maslow (1980) tentang teori kebutuhan ini tampak lebih

bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi

pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya

yang lebih bersifat aplikatif.

3. Penggolongan Motivasi

Menurut Robbins (1990), atas dasar jenisnya maka motivasi dapat

digolongkan menjadi:

a. Motif primer dan motif sekunder

Kedua motif ini didasarkan pada latar belakang perkembangan motif. Motif

primer lebih di latarbelakangi oleh proses fisio-kemis di dalam tubuh. Dengan

kata lain dorongan ini berdasarkan kondisi fisik dan biologis individu seperti haus,

lapar, seks, bernafas, dan lain-lain. Motif primer ini sangat berhubungan dengan

(28)

Dorongan sekunder tidak didasarkan pada proses fisio-kemis yang terjadi di

dalam tubuh. Oleh karena itu semua motif yang tidak langsung pada keadaan

organisme digolongkan pada dorongan sekunder.

b. Motif mendekat dan motif menjauh

Penggolongan motif ini didasarkan pada reaksi organisme terhadap

rangsangan yang datang. Suatu motif dapat dikatakan sebagai motif mendekat bila

reaksi terhadap rangsang yang datang bersifat mendekati rangsang, sedangkan

motif menjauh bila reaksi terhadap rangsang menghindari rangsang atau menjauhi

rangsang yang datang. Rangsang yang bersifat mendekat disebut sebagai rangsang

positif, sedangkan rangsang yang menjauh disebut sebagai rangsang negatif.

c. Motif sadar dan tidak sadar

Penggolongan motif ini berdasarkan pada taraf kesadaran manusia akan

motif yang sedang melatarbelakangi tingkah lakunya. Jika seseorang bertingkah

laku tertentu akan tetapi tidak mengetahui motivasi apa yang menyebabkan

perilakunya itu, maka disebut sebagai motivasi tidak sadar. Hal ini juga berlaku

sebaliknya, ketika seseorang melakukan tingkah laku dan ia tahu motivasi apa

yang menyebabkan perilakunya tersebut, maka motivasi ini disebut sebagai

motivasi sadar.

d. Motif biogenetis dan motif sosiogenetis

Kedua motif ini didasarkan pada asal motif, motif biogenetis merupakan

motif yang berasal dari kebutuhan-kebutuhan organisme demi kelanjutan

kehidupannya secara biologis. Contohnya: lapar, haus, bernafas, istirahat dan lain

sebagainya. Motif sosiogenetis berasal dari lingkungan sosial tempat orang berada

(29)

atau hasil kebudayaan. Kadang-kadang motif ini juga bersumber kepada motif

biogenetis.

Secara umum, motif sosiogenetis dapat dibedakan menjadi dua macam,

terdiri motif darurat dan motif objektif.

a) Motif darurat

Motif yang muncul untuk berusaha menguasai lingkungan, menaklukkan

lingkungan, terutama untuk membela diri dalam keadaan darurat. Yang dapat

digolongkan dalam motif ini adalah:

1) Motif untuk melepaskan diri dari bahaya.

2) Motif untuk melawan, muncul jika seseorang merasa dihalangi ketika dalam

usahanya mencukupi kebutuhan.

3) Motif untuk mengatasi rintangan, muncul jika seseorang memperoleh

rintangan ketika sedang dalam menjalankan pekerjaannya.

4) Motif mengejar, muncul jika ada rangsang yang bersifat mangsa.

Motif darurat ini pada dasarnya juga tidak dipelajari, sedangkan yang

dipelajari adalah objek dan cara memenuhi motif.

b) Motif objektif

Motif ini bertujuan semata-mata untuk berhubungan dengan lingkungan dan

muncul tidak dalam keadaan darurat. Motif objektif dapat digolongkan menjadi:

1) Motif eksplorasi

Motif ini bersifat memeriksa dan menyelidiki, dapat juga disebut sebagai

motif untuk mengetahui dan dimiliki oleh manusia maupun binatang. Ketika

seseorang melihat barang yang baru atau aneh, maka orang tersebut akan segera

(30)

2) Motif manipulasi

Motif ini dapat dimasukkan dalam motif ekplorasi, karena kegiatan

ekplorasi sering juga bertujuan untuk berekplorasi. Ekplorasi sendiri berarti

mengerjakan sebuah objek, misalnya anak kecil yang sedang memainkan

mainannya.

3) Motif tunggal dan motif kompleks

Motif ini didasarkan pada intensitas motif yang bekerja di belakang tingkah

laku manusia. Disebut motif tunggal bila motif yang menggerakkan perilaku

manusia hanya terdiri dari satu motif saja, sedangkan motif kompleks terjadi bila

banyak motif yang mendorong manusia di dalam melakukan pekerjaan atau

perilaku.

4) Motif intrinsik dan motif ekstrinsik

Kedua motif ini dibedakan berdasar pada datangnya penyebab suatu

tindakan. Jika motivasi berasal dari dalam diri individu, maka disebut sebagai

motif intrinsik, sedangkan motivasi yang berasal dari luar individu disebut sebagai

motif ekstrinsik.

Motivasi intrinsik adalah motivasi yang menjadi aktif atau berfungsinya

tidak perlu ada perangsang dari luar, karena dalam diri setiap individu sudah ada

dorongan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tingkah laku yang

dilakukan seseorang disebabkan oleh kemauan sendiri bukan dorongan dari luar.

Motivasi yang berasal dari dalam diri individu (intrinsik) lebih efektif dari

pada motivasi yang dipaksa dari luar (ekstrinsik). Hal ini berdasarkan kepuasan

yang diperoleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada dalam diri individu itu

(31)

seseorang itu bersifat dinamis (berubah-ubah), terkadang mempunyai motivasi

yang tinggi, kadang mempunyai motivasi yang rendah bahkan motivasi tersebut

hilang sama sekali. Dengan adanya motivasi ekstrinsik tersebut pada akhirnya

akan mendukung motivasi intrinsik yang telah ada, bahkan dapat ikut

membangkitkannya. Dengan demikian, sebagai daya pengggerak yang mendorong

seseorang untuk melakukan suatu perbuatan tertentu dalam rangka mencapai

tujuan yang telah ditetapkan, motivasi baik intrinsik maupun ekstrinsik sangat

penting karena motivasi tersebut akan menentukan intensitas usaha yang

dilakukan seseorang.

4. Aspek-Aspek Motivasi

Atas dasar definisi dari motivasi sebagai suatu dorongan, maka

McClelland (1987) menyatakan beberapa aspek dari motivasi pada individu,

yaitu:

a. Kepercayaan diri, yaitu sikap positif individu tentang dirinya bahwa ia

mengerti sungguh-sungguh akan apa yang dilakukan.

b. Daya tahan terhadap tekanan, yaitu kemampuan individu dalam mengatasi

kesulitan-kesulitan yang dihadapi, agar dapat berfungsi sebagaimana

mestinya untuk terus melangsungkan aktivitas atau pekerjaan.

c. Mempunyai tanggungjawab dalam menyelesaikan masalah, yaitu kesediaan

individu untuk menanggung segala sesuatu yang telah menjadi

(32)

d. Ketidakputusasaan, yaitu sikap positif individu yang selalu berpandangan

baik dalam menghadapi segala hal tentang diri, harapan, dan

kemampuannya.

e. Menyukai tujuan yang sesuai kemampuan, yaitu kemampuan individu untuk

mencapai tujuan-tujuan pribadi secara realistis dan aktif, efektif, serta

efisien.

Alderfer (1988) memiliki pendapat yang berbeda dengan McClelland

(1987). Alderfer (1988) berpendapat bahwa manusia mempunyai tiga aspek

motivasi, yaitu: eksistensi (existence), hubungan (relatedness), dan perkembangan

(growth) yang disebut dengan teori ERG. Kebutuhan eksistensi mencakup

kebutuhan fisiologis, dan kebutuhan perlindungan, keamanan, serta keselamatan

fisik. Kebutuhan hubungan mencakup kebutuhan sosial atau hubungan antar

pribadi. Kebutuhan perkembangan mencakup kebutuhan pengembangan diri atau

aktualisasi diri (Berry dan Houston, 1993).

Aspek motivasi menurut Maslow (1980) meliputi:

a. Fisiologis, antara lain rasa lapar, haus, perlindungan (pakaian dan

perumahan), seks, dan kebutuhan jasmani lain;

b Keamanan, antara lain keselamatan dan perlindungan terhadap kerugian fisik

dan emosional;

c Sosial, mencakup kasih sayang rasa memiliki, menerima dengan baik, dan

persahabatan;

d Penghargaan, mencakup faktor internal berupa harga diri, otonomi dan

(33)

e. Aktualisasi diri, merupakan dorongan yang ada dalam diri seorang untuk

menjadi individu yang sesuai kemampuannya.

Penelitian ini menggunakan aspek motivasi dari Maslow, yaitu fisiologis,

keamanan, sosial, penghargaan, serta aktualisasi diri. Aspek ini dipilih oleh

peneliti karena dianggap dapat digunakan untuk memahami motivasi secara

kompleks. Kelebihan dari aspek Maslow, menurut peneliti adalah karena individu

pada akhirnya akan berusaha mencapai suatu aktualisasi diri.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi Motivasi

Menurut Amstrong (1980), motivasi dasar dipengaruhi oleh penurunan

dorongan, dimana ketika motivasi diarahkan untuk menurunkan keadaan

psikologis yang dialami oleh seseorang sebagai ketegangan, dan akhirnya orang

itu mengalami kesenangan dari penurunan ketegangan atau dorongan. Misalkan

ketika kita lapar, maka akan mengalami ketegangan dan akan merasa enak jika

kita makan sebagai suatu bentuk penurunan ketegangan.

Motivasi juga dipengaruhi oleh tingkat rangsangan menurut Amstrong

(1980), hal ini lebih dipengaruhi oleh banyaknya stimulus yang masuk terhadap

suatu individu. Stimulus yang muncul di sini misalkan stimulus dari lingkungan,

kebaruan, atau bahkan stimulus seksual.

Motivasi seseorang dapat pula dipengaruhi oleh adanya pengalaman masa

lalu, situasi lingkungan, cita-cita hidup dan sebagainya. Hal ini dikarenakan

motivasi bukanlah suatu yang independen akan tetapi merupakan sesuatu yang

(34)

Amstrong (1980) menyatakan bahwa motivasi juga dapat dipengaruhi oleh:

a. Pengharapan

Individu akan termotivasi jika mereka berpikir mereka akan memperoleh apa

yang mereka inginkan, atau menghindari apa yang tidak mereka inginkan.

b. Sistem imbal jasa

Sejauh mana imbal jasa memenuhi atau memuaskan kebutuhan akan

keamanan, penghargaan sosial, dan pemenuhan diri.

c. Kemampuan

Kecerdasan, ketrampilan, dan pengetahuan individu yang bersangkutan.

d. Persepsi tentang pekerjaan

Apa yang dilakukan individu tersebut atau apa yang dipikirkan oleh individu

tersebut harus dilakukannya.

e. Pengaruh terhadap orang lain

Tekanan yang diberikan orang lain di lingkungan mempengaruhi kebutuhan

sosial dan kebutuhan akan penghargaan.

f. Pekerjaan individu

Sampai sejauh mana pekerjaan memberikan peluang untuk pencapaian,

tanggung jawab dan kepuasan.

Motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik

yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah

(a) Persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) Harga diri; (c) Harapan pribadi;

(d) Kebutuhaan; (e) Keinginan; (f) Kepuasan kerja; (g) Prestasi kerja yang

(35)

B. Dinamika Motivasi Pengecer Pulsa

Dari beberapa pendapat para ahli tentang motivasi, maka pada dasarnya

pengertian motivasi adalah faktor-faktor yang ada dalam diri seseorang yang

menggerakkan dan mengarahkan perilakunya untuk memenuhi tujuan tertentu.

Dengan demikian timbulnya motivasi seseorang merupakan gabungan dari konsep

kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan. Hal ini sejalan dengan pendapat Robbins (2004)

yang menyatakan bahwa motivasi umum bersangkutan dengan upaya ke arah setiap

tujuan, terutama tujuan organisasi sebagai cerminan minat tunggal kita dalam

perilaku yang berkaitan dengan kerja. Dari beberapa definisi yang telah

dikemukakan di muka, dalam motivasi kita dapat mengenal tiga unsur kunci, yaitu

upaya, tujuan organisasi, dan kebutuhan. Dengan ketiga unsur kunci tersebut, upaya

merupakan unsur intensitas kekuatan dorongan kemauan untuk mengerjakan apa

yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya.

Motivasi yang dimiliki pengecer pulsa setiap orang berbeda. Berdasarkan

pengamatan yang telah dilakukan pada tanggal 1 hingga 6 April 2009, diduga

motivasi yang dimiliki pengecer pulsa pada umumnya rendah. Hal itu ditunjukkan

dengan seringnya para pengecer pulsa tidak melakukan penjualan, dan cara

pemberian layanan yang kurang memperhatikan kepuasan konsumen. Pelayanan

yang diberikan sering terkesan sembarangan. Para pengecer pulsa melakukan

penjualan dengan kurang semanga. Usaha yang dimiliki para pengecer pulsa

tersebut adalah milik para penjual sendiri sehingga mereka seolah melakukan

usahanya dengan sembarangan karena menganggap tidak akan ada orang yang

(36)

motivasinya tinggi umumnya karena menjadikan penjualan pulsa sebagai mata

pencaharian pokok.

Aspek motivasi dari Maslow yaitu fisiologis, keamanan, sosial,

penghargaan, serta aktualisasi diri. Aspek ini dipilih oleh peneliti karena dianggap

dapat digunakan untuk memahami motivasi secara kompleks. Motivasi pengecer

pulsa untuk aspek fisiologi ditunjukkan dengan kebutuhan mereka untuk

mendapatkan kebutuhan primer. Pengecer pulsa melakukan pekerjaannya hanya

untuk memenuhi kebutuhan primernya seperti kebutuhan untuk makan dan

(37)

22

Metode penelitian merupakan salah satu hal penting yang sangat

mendukung suatu penelitian. Hadi (2002) mengemukakan bahwa metodologi

merupakan salah satu unsur penting dalam suatu penelitian ilmiah karena

ketepatan metodologi dipergunakan sebagai dasar pemecahan masalah, sehingga

akan diperoleh hasil yang dapat dipertanggungjawabkan.

A. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah motivasi pengecer pulsa di Mlati,

Sleman.

B. Definisi Operasional

Motivasi adalah semangat atau suatu kondisi yang mendorong atau

menjadikan sebab seseorang melakukan suatu perbuatan atau kegiatan tertentu.

Motivasi merupakan suatu daya pendorong (driving force) yang menyebabkan

orang berbuat sesuatu. Definisi operasional variabel penelitian ini adalah motivasi

pengecer pulsa yang diartikan bahwa daya pendorong atau semangat yang ada

pada seseorang yang menjalankan usahanya berupa membeli dan menjual kembali

pulsa handphone dengan cara diecerkan pada para pengguna ponsel. Motivasi

adalah apa yang diukur dengan skala motivasi yang terdiri dari aspek-aspek

fisiologis, keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Skala motivasi

(38)

diperoleh subjek dari hasil skala akan menunjukkan tingkat motivasi. Semakin

tinggi skor yang diperoleh berarti semakin tinggi tingkat motivasi, sebaliknya

semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan motivasi yang rendah.

C. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah individu yang berjualan pulsa di wilayah

Mlati, Sleman, Yogyakarta. Ciri-ciri dari subyek penelitian ini adalah:

- penjual pulsa di Mlati, Sleman.

- berjenis kelamin laki-laki atau perempuan.

- telah berjualan pulsa di Mlati, Sleman lebih dari 1 tahun.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey

kuantitatif. Alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah skala.

Skala merupakan sekumpulan pernyataan yang disusun dengan cara-cara tertentu

mengenai suatu obyek yang hendak diungkap, dikenakan kepada individu.

Terdapat sebuah skala yang digunakan yaitu Skala Motivasi.

Motivasi ini diukur dengan menggunakan skala motivasi yang mengacu

pada aspek milik Maslow (1980). Aspek tersebut terdiri dari aspek fisiologis,

keamanan, sosial, penghargaan, dan aktualisasi diri. Skala motivasi tersebut terdiri

dari 45 butir item pernyataan, yang terdiri dari 25 item pernyataan favorable dan

20 item pernyataan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang

(39)

pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang sifat kalimatnya tidak mendukung

atau tidak memihak pada aspek motivasi.

Tabel 1

Blue Print Skala Motivasi Aitem Aspek

Favorable Unfavorable

Jumlah

Fisiologis 1, 2, 3, 4, 41 5, 6, 7, 8 9

Keamanan 9, 10, 11, 12, 42 13, 14, 15, 16 9

Sosial 17, 18, 19, 20, 43 21, 22, 23, 24 9

Penghargaan 25, 26, 27, 28, 44 29, 30, 31, 32 9 Aktualisasi Diri 33, 34, 35, 36, 45 37, 38, 39, 40 9

Jumlah 25 20 45

Pada setiap pertanyaan, skala motivasi langsung diikuti oleh 4 (empat)

pilihan jawaban yaitu: “sangat sesuai (SS)”, “sesuai (S)”, “tidak sesuai (TS)”,

serta “STS (sangat tidak sesuai)” yang cara penilaiannya bergerak antara 1 (satu)

sampai angka 4 (empat) dengan pemberian skor sebagai berikut: untuk pertanyaan

yang bersifat favorable skor 4 (empat) untuk pilihan jawaban “sangat sesuai

(SS)”, skor 3 (tiga) untuk pilihan jawaban “sesuai (S)”, skor 2 (dua) untuk pilihan

jawaban “tidak sesuai (TS)”, dan skor 1 (satu) untuk pilihan jawaban “sangat tidak

sesuai (STS)”. Untuk pertanyaan yang bersifat unfavorable skor 4 (empat) untuk

pilihan jawaban “sangat tidak sesuai (STS)”, skor 3 (tiga) untuk pilihan jawaban

“tidak sesuai (TS)”, skor 2 (dua) untuk pilihan jawaban “sesuai (S)”, dan skor 1

(satu) untuk pilihan jawaban “sangat sesuai (SS)”.

E. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas mempunyai arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam melakukan fungsi ukur terhadap suatu atribut. Suatu instrumen

(40)

menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud pengukuran. Alat ukur

yang tinggi validitasnya akan menghasilkan error pengukuran yang kecil,

artinya skor setiap subjek yang diperoleh oleh alat ukur tersebut tidak jauh

berbeda dari skor yang sesungguhnya (Azwar, 2005). Validitas yang digunakan

dalam penelitian ini adalah validitas isi. Validitas isi menunjukkan sejauh mana

item-item dalam skala penelitian mencakup keseluruhan kawasan isi yang

hendak diukur oleh penelitian tersebut, yaitu isinya harus tetap relevan dan

tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran.

Beberapa cara untuk melihat apakah validitas isi sudah terpenuhi

adalah:

1) dengan melihat item-item dalam skala telah ditulis sesuai dengan blueprint

yang sesuai dengan indikator perilaku yang hendak diungkap,

2) item-item sudah sesuai dengan kaidah penulisan yang benar,

3) melihat social desirability dalam item-item tersebut.

Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan metode professional

judgment, yaitu penilaian validitas terhadap suatu alat ukur yang diberikan oleh

orang-orang yang dianggap ahli dan profesional di bidangnya, dalam hal ini

adalah dosen pembimbing, sehingga item-itemnya dipandang sudah mencakup

keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2005).

2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan sebelum skala digunakan untuk memperoleh

item-item yang berkualitas dan sesuai dengan fungsi skala. Item yang baik

(41)

untuk memberikan indikasi apakah seseorang mempunyai sikap positif atau

tidak. Teknik yang dipakai dalam menyeleksi item dalam penelitian ini adalah

penggunaan koefisien korelasi dengan mengkorelasikan skor item dengan skor

item total dan meggunakan taraf signifikasi 0,05. Pengkorelasian antara skor

item dengan skor item total akan menghasilkan koefisien korelasi item total

(rix). Koefisien korelasi yang baik adalah ≥ 0,30 pada taraf signifikasi 0,05

karena memiliki daya pembeda yang memuaskan. Sedangkan item dengan nilai

rix dibawah 0,30 dianggap buruk karena dapat diinterpretasikan sebagai item

yang memilki daya diskriminasi rendah sehingga tidak dimasukkan dalam item

yang digunakan dalam penelitian atau dinyatakan gugur (Nurgiyantoro dan

Fatah, 2002). Penyeleksian item dilakukan dengan komputer menggunakan

program SPSS for windows 12.

Hasil pengujian skala motivasi penjual pulsa di wilayah Mlati, Sleman,

Yogyakarta terdiri dari 45 item menyatakan 2 item berada dibawah batas 0,30

sehingga dinyatakan gugur. Item-item tersebut antara lain dari aspek aktualisasi

diri terdapat 2 item gugur, yaitu aitem nomor 5 dan aitem nomor 38. Aitem

nomor 5 merupakan aspek fisiologis sedangkan aitem nomor 38 merupakan

aspek aktualisasi diri.

Dari hasil seleksi item motivasi penjual pulsa di wilayah Mlati, Sleman,

Yogyakarta aspek fisiologi terdiri dari 5 item favorabel dan 3 item unfavorabel.

Aspek keamanan terdiri dari 5 item favorabel dan 4 aspek unfavorabel. Aspek

sosial terdiri dari 5 item favorabel dan 4 item unfavorabel. Aspek penghargaan

terdiri dari 5 item favorabel dan 4 item unfavorabel. Aspek aktualisasi diri

(42)

terdapat 43 item lolos yang terdiri dari 25 item favorabel dan 18 item

unfavorabel.

Tabel 2

Distribusi Item Skala Motivasi Pada Penjual Pulsa Setelah Seleksi

Aitem Aspek

Favorable Jumlah Unfavorable Jumlah

Jumlah

Reliabilitas adalah keterpercayaan hasil suatu pengukuran. Hasil

pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif

sama. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi mampu memberikan hasil

ukur yang terpercaya, disebut sebagai reliabel (Azwar, 2004). Reliabilitas

dalam penelitian ini diukur dengan pendekatan konsistensi internal, yaitu

butir-butir pernyataan. Prinsip metode ini adalah pengujian akan konsistensi antar

bagian atau konsistensi antar item dalam tes. Suatu tes dinyatakan reliabel jika

memiliki konsistensi yang tinggi di antara komponen-komponen yang

(43)

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas (rxx) yang memiliki

rentang angka 0 sampai dengan 1,00. Semakin tinggi koefisien reliabilitas

mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya,

koefisien yang semakin rendah mendekati angka 0 berarti reliabilitasnya

semakin rendah. Koefisien reliabilitas yang mencapai angka rxx= 1,00 atau

bahkan rxx=0,0 tidak pernah dijumpai dalam pengukuran psikologis. Hal ini

dikarenakan terdapatnya berbagi sumber eror dalam diri manusia dan dalam

pelaksanaan pengukuran yang mempengaruhi kecermatan pengukuran (Azwar,

2004). Pengukuran koefisien reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik Alpha Cronbach program SPSS for windows 12.

Tabel 3

Koefisien Reliabilitas Motivasi Penjual Pulsa Setelah Seleksi

Koefisien Alpha Cronbach N Item N Subjek

0,9412 43 40

Dari hasil penghitungan, reliabilitas skala dianggap memuaskan

sehingga dapat dikatakan bahwa skala dianggap memiliki reliabilitas yang

memuaskan.

H. Metode Analisis Data.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, maka data-data dalam

penelitian ini berupa angka. Statistik deskriptif berusaha menjelaskan atau

menggambarkan berbagai karakteristik data seperti rata-rarta (mean), nilai tengah

(median), nilai yang sering muncul (modus), variasi kelompok melalui rentang

(44)

membandingkan antara Mean teoritik dan Mean Empirik untuk mengetahui data

teoritik. Berikut ini adalah hasil perhitungan data teoritik dengan Nitem = 43.

a. Skor minimum : 43 x 1 = 43

b. Skor maksimum : 43 x 4 = 172

c. Range : 172 – 43 = 129

d. Standar Deviasi +(σ) : 129 = 21,5

6

e. Mean teoritik (µ) : 172 + 43 = 107,5

2

Data teoritik di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Skor minimum : Skor paling rendah subjek pada skala yaitu 1

b. Skor maksimum : Skor paling tinggi yang diperoleh subjek pada skala yaitu

4

c. Range : Luas jarak sebaran antara skor maksimum dan skor

minimum

d. Standar Deviasi (σ) : Luas jarak sebaran yang dibagi dalam 6 satuan standar

deviasi

e. Mean Teoritik : Rata-rata teoritik dari skor maksimum dan minimum

Berdasarkan hasil penghitungan tersebut dapat dibuat norma kategorisasi

yang dibagi dalam 2 kategorisasi, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah dan

sangat rendah. Maka, ditetapkan luas interval yang mencakup setiap kategorisasi

(45)

Tabel 4

Norma Kategorisasi Jenjang

Norma Kategorisasi X>µ+ 1,5 σ Sangat tinggi

µ+0,5 σ < + < µ+1,5 σ Tinggi

µ-0,5 σ < + < µ+1,5 σ Sedang

µ-1,5 σ < + < µ-1,5 σ Rendah

(46)

31

A. Uji Coba Penelitian

Uji coba instrumen penelitian dilaksanakan pada tanggal 18-20 Juni

2009. Kelompok subyek uji coba dalam penelitian ini adalah penjual pulsa

yang ada di Condong Catur, Depok, Sleman. Subyek uji coba sebanyak 40

penjual pulsa yang terdiri dari 27 laki-laki dan 13 perempuan. Penggolongan

subyek try out terdapat dalam tabel berikut ini:

Tabel 5

Penggolongan Subyek Try Out

Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki 27 Perempuan 13

Total 40

B. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 22-27 Juni 2009. Subyek dalam

penelitian ini adalah individu yang berjualan pulsa di Mlati, Sleman. Ciri-ciri

dari subyek penelitian ini adalah penjual pulsa di Mlati, Sleman berjenis

kelamin laki-laki atau perempuan, serta telah berjualan pulsa di Mlati, Sleman

lebih dari 1 tahun. Jumlah subyek laki-laki dalam penelitian ini adalah 46

orang sedangkan jumlah subyek perempuan 34 orang. Mlati, Sleman dipilih

karena alasan-alasan praktis penelitian. Hal ini memudahkan peneliti

mengambil data penelitian yang sesuai dengan kriteria subyek penelitian.

(47)

jumlah subyek peneltian. Skala yang kembali pada peneliti sebanyak 80

eksemplar juga. Deskripsi subyek penelitian ini terlampir dan dipaparkan

dengan bantuan SPSS 12 for Windows.

C. Hasil Penelitian

1. Uji Normalitas

Data yang telah diperoleh terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji

normalitas untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari distribusi

normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji One Sample

Kolmogorov-Smirnov Test yang menyatakan jika nilai signifikasi lebih besar dari

0,05 (p > 0,05) maka data dalam distribusi normal. Jika nilai signifikasi lebih kecil

dari 0,05 (p < 0,05) maka data dalam distribusi tidak normal.Berdasarkan hasil

analisis dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test SPSS for Windows 12

diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,192. Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang

diambil berasal dari sebuah distribusi normal.

Tabel 6

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

(48)

2. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum

Berikut ini adalah tabel yang berisi data penelitian berdasarkan

perhitungan komputerisasi dengan SPSS for Windows 12.

Tabel 7

Deskripsi Data Penelitian Secara Umum

N 80

Skor minimum Teoritik 43

Skor minimum Empirik 49

Skor maksimum Teoritik 172

Skor maksimum Empirik 99

Mean Teoritik 107,5

Mean Empirik 108,8

Standar Deviasi 34,63

Berdasarkan hasil analisis deskripif data yang diperoleh bahwa nilai mean

empirik (108,8) lebih tinggi daripada nilai mean teoritik (107,5). Hal ini

menunjukkan bahwa nilai rata-rata subyek penelitian kelompok data lebih tinggi

dari nilai rata-rata teoritik yang berarti bahwa subyek penelitian secara umum

memiliki motivasi yang tergolong tinggi. Hasil penelitian yang menunjukkan

bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik di uji lagi dengan uji statistik

one sample t-test dengan bantuan program SPSS for Windows 12. Hal ini

bertujuan untuk membuktikan bahwa mean empirik secara signifikan lebih kecil

dari mean teoritik. Berikut ini hasil perhitungan uji statistik one sample test:

Tabel 8

Uji t Mean Empirik dan Mean Teoritik One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Total 80 108,8 34,63 0,924

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa nilai t hitung sebesar

(49)

0,000 < 0,05) yang menunjukkan ada perbedaan rata-rata yang signifikan motivasi

pada penjual pulsa. Hal ini membuktikan bahwa secara signifikan mean empirik

lebih besar dari mean teoritik sehingga dapat dinyatakan bahwa motivasi pada

penjual pulsa adalah tinggi terbukti secara signifikan.

3. Kategorisasi Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman

Kategori motivasi diperoleh dengan memasukkan skor total yang telah

diperoleh subyek penelitian ke dalam norma kategorisasi skala motivasi. Berikut

ini adalah pengkategorisasian yang disertai persentase jumlah subyek dari setiap

kategorisasi:

Tabel 9

Kategorisasi Motivasi Pengecer Pulsa di Mlati, Sleman Normatif Rentang

Dari data di atas yang terdiri dari 80 subyek, terdapat 56 orang (70%)

dalam kategori motivasi sedang, 5 orang (6,25%) dalam kategori motivasi tinggi,

(50)

motivasi sangat rendah, dan 4 orang (5,00%) dalam kategori motivasi sangat

tinggi.

4. Deskripsi Kedudukan Masing-Masing Aspek Motivasi

Berikut ini adalah deskripsi data pada masing-masing aspek motivasi

pengecer pulsa di Mlati, Sleman:

Tabel 10

Deskripsi Data Masing-Masing Aspek Motivasi Aspek Motivasi No Keterangan

Fisiologis Keamanan Sosial Penghargaan Aktualisasi Diri

(51)

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa secara umum subyek penelitian

memiliki motivasi yang tinggi. Jika dilakukan perbandingan perolehan nilai mean

empirik pada setiap aspek akan diperoleh nilai aspek sosial (26,83) lebih besar

daripada perolehan mean empirik pada aspek fisiologis (24,19), keamanan

(25,55), penghargaan (25,08), serta aktualisasi diri (23,45). Hal ini menunjukkan

bahwa subyek cenderung memiliki motivasi untuk memenuhi kebutuhan sosialnya

(Robbins, 2003) antara lain pemenuhan untuk mendapatkan kasih sayang rasa

memiliki, menerima dengan baik, dan persahabatan.

D. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis deskriptif, nilai mean empirik secara signifikan

lebih besar dibandingkan nilai mean teoritik (µEmpirik > µTeoritik = 108,8 >

107,5) dan uji t menunjukkan nilai 71,906. Berarti secara umum subyek penelitian

memiliki tingkat motivasi yang tinggi.

Perbandingan mean empirik pada kelima aspek motivasi pengecer pulsa

menunjukkan bahwa aspek sosial (26,83) yang dimiliki para pengecer pulsa di

Mlati, Sleman paling kuat. Hal ini menunjukkan bahwa subyek cenderung

memiliki motivasi untuk menjalin hubungan dengan individu lain (Robbins,

2004), antara lain pemenuhan untuk mendapatkan kasih sayang, rasa memiliki,

menerima dengan baik, dan persahabatan.

Aspek motivasi yang paling lemah yaitu aktualisasi diri(23,45). Aspek ini

menunjukkan bahwa penjual pulsa dalam melaksanakan jual beli pulsa tidak

(52)

menunjukkan bahwa penjual pulsa tidak begitu memperhatikan pelayanan kepada

(53)

38

A. Kesimpulan

Berdasarkan perolehan data yang menunjukkan bahwa secara umum para

penjual pulsa di Mlati, Sleman memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai mean empirik secara signifikan lebih besar daripada nilai mean

teoritiknya (µEmpirik > µTeoritik = 108,8 > 107,5). Sedangkan aspek motivasi

sosial (26,83) merupakan aspek yang kuat dibandingkan dengan aspek fisiologis

(24,19), keamanan (25,55), penghargaan (25,08), serta aktualisasi diri (23,45).

B. Keterbatasan Penelitian

Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak sempurna. Penelitian ini

memiliki keterbatasan yang kuat bahwa untuk meneliti motivasi kerja penelitian

ini mengukur motivasi umum.

C. Saran

1. Bagi para pengecer pulsa

Hasil penelitian menunjukkan pengecer pulsa memiliki motivasi yang

tinggi. Aspek motivasi yang paling kuat adalah aspek sosial. Maka pengecer pulsa

dapat memanfaatkan motivasi sosial dalam menjalani kegiatan jual beli pulsa dan

lebih mengarahkan motivasinya untuk menjalin relasi pada masyarakat terutama

(54)

2. Bagi peneliti selanjutnya

Peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih memperjelas jenis motivasi

penelitian. Untuk penelitian penjualan pulsa, hendaknya mempergunakan alat

penelitian motivasi kerja. Terkait dengan tingginya motivasi pengecer pulsa pada

saat penelitian dan rendahnya motivasi pelayanan penjualan pada saat observasi

(55)

40 York: Harcourt Brace College.

Amstrong. 1980. Motivation of Survey in Construction Projects. Journal of Geospatial Engineering Surveyors,Vol.5, 61-66.

Anoraga, P. 2001. Psikologi Kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Azwar, S. 2004. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

_____, S. 2005. Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Bernard. 1989. Management and Organization. New York: South-Western Publishing.

Berry, L.M. & Houston, J.P. 1993. Psychology at Work. New York: WCB Brown & Benchmark.

Biro Pusat Statistik. 1999. Statistical Year Book of Indonesia. Jakarta, Indonesia.

Buchari, Z. 2007. Manajemen dan Motivasi. Jakarta: Balai Aksara.

Dodi. Maraknya Jual Beli Pulsa. http://www.suaramerdeka.com. Diakses tanggal 7 Mei 2009

Drucker, Peter F. 1994. Innovation and Entrepreneurship, Practice and Principle. Terj. Rusdi Naib. Jakarta: Erlangga.

Hadi, Sutrisno. 2002. Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Andi Offset.

Handoko. 1992. Motivasi Individu. Yogyakarta: Balai Pustaka Fakultas Ekonomi.

Hurlock, E.B. 1994. Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

Iskandar. Semakin Ketatnya Persaingan Jual Beli Pulsa. http://terminalinfo.blogspot.com/2007_08_26_archive.html. Diakses tanggal 7 Mei 2009.

James L. Cooper , Pamela Robinson, Molly Mc. Kinney.

http//www.C.Sudh.Edu/Edu/SOE/CL-Network/What is CL html. Diakses tanggal 7 Mei 2009.

(56)

McClelland. 1987. Human Motivation. New York: Cambridge University Press.

Nurgiyantoro dan Fatah. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfa Beta.

Peter, Bisrich. 2003. Entrepreneurship. 4th Edition. Boston: Mc Graw- Hill Irwin.

Reksohadiprojo. Sukanto. 2000. Manajemen Strategi. Edisi ke-4. Yogyakarta: Balai Pustaka Fakultas Ekonomi.

Ria Herdiana. 2008. Upaya untuk Mencapai Keberhasilan Berwirausaha di Koperasi. Jurnal Pendidikan dan Budaya.

Ritha F.D. 2007. Program Pengembangan Budaya Kewirausahaan. Medan: Jurusan Ekonomi, Universitas Sumatera Utara.

Robbins. 1990. Psychology and Work Today. 6th edition. New Jersey: Person Education Inc.

Robbins. 2004. Organizational Behavior. 10th edition. New York: Prentice-Hall International Inc.

Setiawan. Perkembangan Bisnis Pulsa. http://bisnisinvestasi.wordpress.com/.

Diakses tanggal 7 Mei 2009.

Sperling. 1991. Psychology in Industri. 2nd edition. Boston: Houghton Miffilin Company.

Stanton. 1989. Industrial Psychology: An Interdisiplinary Perspective. New Jersey : Prentice Hall.

Sugiyono. 2002. Penelitian Komunikasi. Yogyakarta: Arti Bumi Intaran.

Sugeng. Retail Pulsa Menjanjikan. http://www.cikalmart.com. Diakses tanggal 7 Mei 2009

Sunaryana. 2003. Kewirausahaan Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

(57)

SKALA TRY OUT

Petunjuk:

Berikut ini disajikan sejumlah pernyataan. Baca dan pahami baik-baik

setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan pendapat dengan cara

memilih salah satu jawaban yang benar-benar mencerminkan keadaan dan

perasaan Anda. Berilah tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang

tersedia.

Adapun alternatif jawaban yang tersedia ada 4, jawablah:

SS : jika pernyataan tersebut Sangat Sesuai dengan yang anda alami.

S : jika pernyataan tersebut Sesuai dengan yang anda alami.

TS : jika pernyataan tersebut Tidak Sesuai dengan yang anda alami.

STS : jika pernyataan tersebut SangatTidak Sesuai dengan yang anda alami.

Jika terjadi kesalahan pengisian, berilah tanda dua garis mendatar dan

sejajar pada jawaban semula kemudian berilah tanda silang pada pilihan jawaban

yang baru. Perlu diingat, semua jawaban adalah benar dan tidak ada jawaban yang

dianggap salah.

(58)

SKALA 1

No. Pernyataan SS S TS STS

1 Berjualan pulsa merupakan pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan primer saya.

2 Tanpa berjualan pulsa sulit bagi saya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

3 Hasil dari penjualan pulsa sangat saya perlukan.

4 Adanya kegiatan berjualan pulsa membuat kebutuhan pokok saya terpenuhi.

5 Saya menganggap berjualan pulsa hanya kegiatan sambilan.

6 Saya tidak merasa sulit untuk memenuhi kebutuhan pokok saya, tanpa berjualan pulsa. 7 Berat bagi saya untuk meninggalkan kegiatan

berjualan pulsa.

8 Berjualan pulsa tidak saya jadikan sebagai kerja utama.

9 Saya memilih pekerjaan yang tidak mengandung resiko besar.

10 Kenyamanan saat bekerja saya prioritaskan.

11 Berjualan pulsa merupakan pekerjaan yang tidak beresiko besar.

12 Saya merasa senang saat berjualan pulsa.

13 Saya tidak menyukai kerja sebagai penjual pulsa.

14 Saya tidak merasa nyaman berjualan pulsa.

15 Keengganan sering saya rasakan untuk berjualan pulsa.

16 Rasa bosan sering saya rasakan jika berada lama di tempat saya berjualan pulsa.

17 Teman yang saya dapatkan semakin banyak dengan berjualan pulsa.

18 Saya bekerja untuk memperluas relationship

dengan individu lain.

19 Berganti-gantinya orang yang saya layani membuat saya merasa senang.

Gambar

Tabel 3 Koefisien Reliabilitas Motivasi Penjual Pulsa Setelah Seleksi
Tabel 4 Norma Kategorisasi Jenjang
Tabel 5 Penggolongan Subyek
Tabel 6 Kolmogorov-Smirnov
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian yang dilakukan oleh Siswono dan Suwidiyanti (2008) menunjukkan bahwa : (a) Kemampuan penalaran analogi siswa kelas X-3 SMA Negeri 2 Sidoarjo

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya perbedaan penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi sebelum dan sesudah kenaikan Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) pada KPP

Data yang tidak lengkap dan akurat dapat berpengaruh pada proses pengambilan keputusan, seperti yang dikatakan oleh Bagja (2010) dalam penelitiannya tentang

Maven is a new project management and comprehension tool which provides an elegant way to share build logic across projects.. In terms of capabilities, Maven is an improvement to

Skala disusun mengacu pada dimensi dari teori OCB dan kepuasan kerja, berarti pada penelitian ini ada dua skala yang digunakan untuk mengambil data, yaitu skala

e) Pada Pokjar Kota Tangerang-2/KOT TNG-2 (UPBJJ-UT Serang), mahasiswa sampel sebanyak 30 mhs yang terdiri dari 8 mhs kelompok rendah dan 22 kelompok tinggi. Hasil tes

Peningkatan pemahaman konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah adanya peningkatan pemahaman konsep siswa pada aspek translasi, interpretasi, dan

Operator perbandingan digunakan untuk membandingkan suatu data dengan data lain yang menghasilkan nilai logika benar atau salah.Tentu saja antara dua data yang dibandingkan