• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN SIKAP PADA WARGA PENGONTEL DAN NON-PENGONTEL TERHAPAP PENAMBANGAN PASIR BERKAITAN DENGAN EFEK PENAMBANGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN SIKAP PADA WARGA PENGONTEL DAN NON-PENGONTEL TERHAPAP PENAMBANGAN PASIR BERKAITAN DENGAN EFEK PENAMBANGAN"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBEDAAN SIKAP PADA WARGA PENGONTEL DAN

NON-PENGONTEL TERHAPAP PENAMBANGAN PASIR

BERKAITAN DENGAN EFEK PENAMBANGAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : Yulius Danang Tri Atmaji

06 9114 103

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

Telah Ia berikan kepadaku kaki untuk melangkah,

tangan untuk bekerja, otak untuk berpikir.

Tak pantas bila aku masih meminta sebuah

kesuksesan kepadaNya.

(5)

v

Pakaryan meniko kula sumanggaaken kange:

1.

Bapak kalian simbok, matur nuwun engkang ageng

sanget kangge sedaya pangorbananipun. Pun sak meniko

mbotensah ngoyo malih anggene nyambut damel, keng

putra ingkang ragil tur ragi mbejug menika pun sios

dados sarjana.

(6)

vi

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Juni 2011

Penulis,

(7)

vii

PERBEDAAN SIKAP PADA WARGA PENGONTEL DAN

NON-PENGONTEL TERHAPAP PENAMBANGAN PASIR

BERKAITAN DENGAN EFEK PENAMBANGAN

Yulius Danang Tri Atmaji

ABSTRAK

Studi ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan sikap terhadap penambangan pasir antara pengontel dan non-pengontel pada warga Desa Sumber, Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang. Pengontel adalah warga yang secara langsung ikut ambil bagian dalam kegiatan penambangan pasir. Sedangkan warga non-pengontel adalah warga yang tidak ikut dalam penambangan pasir. Hipotesis pada penelitian ini adalah ada perbedaan sikap terhadap penambangan pasir pada warga pengontel dan non pengontel, sikap terhadap penambangan pasir pada warga pengontel lebih positif dari pada warga non-pengontel. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif yang dilakukan pada 32 orang subjek pengontel dan 32 orang subjek non-pengontel, yang dipilih dengan metode purposive sampling. Alat pengambilan data pada penelitian ini menggunakan skala sikap terhadap penambangan pasir yang terdiri dari 4 aspek sikap aspek lingkungan, ekonomi, sosial, dan keamanan penambang maupun keamanan warga lainnya dari ancaman bahaya Merapi. Reliabilitas skala sikap terhadap penambangan pasir diuji dengan menggunakan metode koefisien reliabiltas Alpha Cronbach dan diperoleh hasil sebesar 0,970. Koefisien korelasi item total pada penelitian ini berkisar antara 0,315 - 0,766. Hasil penelitian menunjukkan ada perbedaan sikap yang signifikan antara pengontel dan non-pengontel. Dengan nilai t test = 4,512 dan probabilitas sebesar 0,000 (p < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukan ada perbedaan sikap terhadap penambangan pasir yang signifikan antara warga pengontel dan non-pengontel. Sikap warga pengontel terhadap penambangan pasir lebih positif dibandingkan warga non-pengontel. namun dalam kategorisasi berdasarkan mean kedua kelompok warga berada pada ategori rendah, hal ini menunjukan bahwa warga Desa Sumber memiliki sikap negatif terhadap penambangan pasir.

(8)

viii

THE ATTITUDE DIFFERENCES BETWEEN

PENGONTEL

SOCIETY AND NON-

PENGONTEL

TOWARD THE SAND

MINING RELATED TO THE MINING EFFECTS

Yulius Danang Tri Atmaji

ABSTRACT

This study is aimed to find out the attitude differences toward the sand mining between pengontel and non-pengontel in Sumber Village Dukun Subdistrict Magelang Regency. Pengontel is the society who directly takes a part in the sand mining activity. Whereas non-pengontel society is the society who do not join in the sand mining. The hypotheses of this study are that there are different attitudes toward the sand mining on pengontel and non-pengontel society, the attitudes toward the sand mining on the pengontel society is more positive than on non-pengontel society. This research is a comparative study that have been conducted on 32 pengontel subjets and 32 non-pengontel subjects, who were selected by sampling purposive method. The data instrument used an attitude scale toward the sand mining which consist of 4 aspects of environment aspects attitude, economy, social, and the safety of the miners as well as the other society from Merapi hazard threat. The attitude scale reliability toward the sand mining was tested by using Alpha Cronbach reliability coefficient method and was obtained the result in the amount of 0.970. The total item correlation coefficient in this study is approximately 0.000 (p < 0.05). The result of this study indicates that there are significant attitudes differences between pengontel and non-pengontel society. The non-pengontel societes toward the sand mining are more positive compared to non-pengontel society. However in the categorization based on mean of both society groups is in the low category, it indicates that Sumber Village societies have negative attitudes toward the sand mining.

(9)

ix

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Yulius Danang Tri Atmaji

Nomor Mahasiswa : 069114103

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

“Perbedaan Sikap Warga Pengontel dan Non-Pengontel Terhadap

Penambangan Pasir Berkaitan dengan Efek Penambangan Pasir”

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 27 Juni 2011

Yang menyatakan,

(10)

x

Puji syukur kepada Yesus Kristus atas segala anugerah tak ternilai yang diberikan kepada ku, sehingga penulisan skripsi ini dapat saya selesaikan dengan baik. Skripsi dengan judul “Perbedaan Sikap Warga Pengontel dan Non-Pengontel Terhadap Penambangan Pasir Berkaitan dengan Efek Penambangan Pasir” ini merupakan salah satu prasyarat dalam mencapai tingkat Strata Satu (S1) pada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Proses pengerjaan skripsi ini melibatkan bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Siwi Handayani selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah mempermudah serta memperlancar segala proses yang terkait dengan permohonan ijin pengambilan data penelitian.

2. Ibu A. Tanti Arini, S. Psi M.Si. selaku dosen pembimbing. Terima kasih atas bimbingannya dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

3. Bapak Y. Agung Santoso, S.Psi., dan Bapak V. Didik Suryo H., S.Psi., M.Si yang telah bersedia berbagi pengetahuan mengenai statistik.

4. Segenap dosen Fakultas Pikologi yang telah mendidik dan mengajar penulis selama menempuh bangku perkuliahan.

(11)

xi

kerendahan hati dan keramahan yang jarang sekali saya dapatkan di dalam kelas.

6. Warga Desa Sumber yang telah bersedia mengisi angket skala sikap terhadap penambangan pasir. Terima kasih atas bantuanya.

7. Orang tuaku terutama untuk ibuku tersayang, Martina Danoni. Terima kasih atas segala pengorbanan ibu untuk mendidik, membiayayai, memberi pelajaran hidup dan paling penting adalah cinta kasih ibu selama ini. Akhirnya anak ragilmu ini segera jadi sarjana.

8. Budhe Sriluh yang telah menyediakan kos gratis selama 10 tahun menempuh pendidikan di Jogja. Sehat selalu ya Budhe.

9. Mas Ento dan Mas Yun, Terima kasih untuk semangat dan pembelajarannya. Lima tahun lamanya mencari ijzah sarjana adalah waktu tercepat diantara kalian.

10. Unison Outbond Training yang didalamnya ada Betet, Aang, Kriwil, Anes, Lucky Kuru, Timo, Lucky Lemu, Wulan 04, Lusi, Odil, Indro, Popo, Bambang, Wahyu dan lainnya. Terima kasih atas tambahan uang saku dan pengalaman dalam dunia training.

11. Carnivore Fare Hell dan Timnas ceki kontingen Jogjakarta: Wisnu, Japh Without Love Again, Yumil, Simin, Zozi, Dharma, Yudo, dan Tono. Kita muda, bahagia dan menggila selamanya.

(12)

xii

cinta kalian untuk ku hingga skripsi ini selesai.

14. Teman-teman semua keluarga Psikologi Sanata Dharma, terima kasih telah menemani ku selama di Psikologi.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Yogyakarta, 27 Juni 2011

(13)

xiii

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 8

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Sikap ... 9

(14)

xiv

a. Sikap Positif ... 10

b. Sikap Negatif ... 11

3. Komponen Sikap ... 11

a. Komponen Kognitif ... 11

b. Komponen Afektif ... 11

c. Komponen Konatif ... 12

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap warga Sumber Terhadap Penambangan Pasir ... 12

a. Pengalaman Pribadi ... 12

b. Orang lain yang dianggap penting ... 13

c. Kebudayaan ... 14

d. Media masa ... 14

e. Faktor emosional ... 14

f. Lembaga pendidikan atau agama ... 15

B. Penambangan Pasir di Wilayah Desa Sumber ... 15

1. Penambangan pasir ... 15

2. Jenis Penambangan ... 17

a. Golongan A ... 17

b. Golongan B ... 17

c. Golongan C ... 17

3. Desa Sumber ... 17

(15)

xv

6. Efek Penambangan Pasir ... 22

a. Efek Positif ... 22

1. Dibukanya lapangan kerja baru ... 23

2. Peningkatan taraf hidup dan ekonomi masyarakat ... 23

3. Peningkatan daya beli masyarakat ... 24

b. Efek Negatif ... 25

1. Terjadinya lahan kritis ... 25

2. Berkurangnya sumber mata air ... 26

3. Terjadinya erosi tanah, banjir, tanah longsor dan Kerusakan ekosistem ... 26

4. Penurunan kualitas kesehatan ... 27

5. Rusaknya jalan dan DAM penahan banjir ... 28

C. Sikap Warga Desa Sumber Terhadap Penambangan Pasir ... 29

D. Sikap Terhadap Penambangan Pasir Warga Pengontel Dibandingkan Warga Non Pengontel ... 30

E. Skema ... 38

F. Hipotesis ... 39

BAB III. METODE PENELITIAN ... 40

A. Jenis Penelitian ... 40

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 40

C. Definisi Operasional ... 40

(16)

xvi

F. Validitas, Reliabilitas, dan Seleksi Item ... 47

G. Metode Analisis Data ... 50

H. Prosedur Penelitian ... 51

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Persiapan Penelitian ... 53

B. Pelaksanaan Penelitian ... 54

C. Hasil Penelitian ... 55

1. Deskripsi Subjek Penelitian ... 55

2. Deskripsi Data ... 58

3. Kategorisasi ... 59

4. Analisis data ... 60

a. Uji Normalitas ... 60

b. Uji Homogenitas ... 61

c. Uji Hipotesis ... 62

D. Pembahasan ... 63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(17)

xvii

Tabel 1 : Kisi-Kisi Skala Sikap ... 44

Tabel 2 : Spesifikasi kisi-kisi skala sikap ... 45

Tabel 3 : Tabel Alternatif Jawaban Skala Sikap ... 46

Tabel 4 : Distribusi sahih setelah seleksi item ... 50

Tabel 5 : Presentase subjek berdasar usia ... 55

Tabel 6 : Presentase subjek berdasar pekerjaan ... 56

Tabel 7 : Presentase subjek berdasar pendidikan terakhir ... 57

Tabel 8 : Hasil Perbandingan Mean Empiris dan Teoritis ... 59

Tabel 9 : Norma Kategorisasi ... 59

Tabel 10 : Kategorisasi Sikap Warga Pengontel dan Non Pengontel .... 60

Tabel 11 : Hasil Uji Normalitas Sebaran ... 61

Tabel 12 : Hasil Uji Homogenitas Perbedaan Antar Variabel ... 62

(18)

xviii

LAMPIRAN 1 : Skala Sikap Terhadap Penambangan Pasir ... 79

LAMPIRAN 2 : Uji Reliabilitas Skala Sikap Terhadap Penambangan Pasir ... 92

LAMPIRAN 3 : Uji Normalitas ... 95

LAMPIRAN 4 : Uji Homogenitas ... 96

(19)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Merapi adalah nama sebua da gunung ini sudah meletus sebanyak 68 kali (Wikipedia,2010). Hasil erupsi merapi berupa material pasir dan batu merupakan material yang mampu digunakan untuk bahan bangunan. Hal ini mengundang para penambang pasir baik dari luar maupun dari warga desa sumber sendiri untuk mendapatkan material ini. Menurut observasi penulis yang tinggal di daerah dekat Merapi, selama kurun waktu 10 tahun terakir ini terjadi penambangan pasir dengan skala besar yang menggunakan alat-alat berat. Aktivitas penambangan pasir yang dilakukan merupakan usaha untuk memperoleh bahan tambang pasir dan batu hasil erupsi merapi.

(20)

penambangan Desa Sumber pada Febuari 2009, pasir yang berasal dari Gunung Merapi ini laku keras di pasaran. Hal ini disebabkan karena pasir dari Gunung Merapi memiliki kualitas paling bagus untuk bahan bangunan diantara pasir-pasir dari wilayah lain. Pasir-pasir yang diangkut tersebut kemudian akan dijual lagi ke daerah Semarang, Solo, Ambarawa, Jakarta, Lampung, dan daerah lainnya.

Berdasarkan wawancara 3 nara sumber dari warga yang ikut dalam penambangan pasir pada bulan Mei 2009 di lokasi penambangan, pada mulanya penduduk melakukan penambangan pasir secara tradisional dengan menggunakan alat seperti cangkul, linggis, senggrong di daerah aliran sungai bagian bawah dan bukan di daerah hutan. Seiring berjalannya waktu aktivitas penambangan menjadi berkembang dalam skala besar dengan menggunakan alat-alat berat untuk memperoleh hasil yang besar pula.

(21)

mereka. Para pengontel juga mengaku senang dengan adanya penambangan pasir yang dilakukan.

Warga pengontel yang ikut secara langsung akan mendapatkan upah dari aktivitas penambangan pasir yang dilakukan. Upah yang didapatkan oleh pengontel dari penambangan pasir yang dilakukan mampu memberikan penghasilan tambahan yang cukup besar bagi diri mereka. Upah yang didapatkan bermanfaatkan bagi pengontel untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka. Upah yang didapatkan oleh para pengontel lebih dapat diprediksi dan bersifat tetap dibandingkan dengan usaha bertani yang belum tentu mendapatkan penghasilan tetap dan dapat diprediksi setiap bulannya.

(22)

Rp300.000-Rp500.000. Jumlah tersebut bagi warga pengontel adalah jumlah yang cukup besar dan mampu untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka.

Seiring berjalannya aktivitas penambangan pasir, kerusakan ekosistem hutan pinus dan berbagi fasilitas umum cukup merugikan seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan penulis di Desa Sumber, pada tahun 2009, sumber mata air yang sangat berguna bagi warga untuk keperluan sehari-hari seperti memasak, MCK (Mandi, Cuci, Kakus), dan pertanian menjadi sulit. Selain itu, bukit-bukit kecil di dekat aliran Sungai Senowo yang mampu menahan adanya banjir lahar dingin sekarang ini banyak yang rusak dan hilang karena penambangan pasir ini. Jembatan DAM yang berfungsi sebagai penahan banjir lahar juga mengalami kerusakan akibat oleh banyaknya truk yang melintas. Hal ini nantinya dapat mengancam keselamatan jiwa para penduduk yang tinggal di dekat Sungai Senowo. Banyaknya truk yang melintas di Jalan Desa Sumber-Muntilan membuat jalan tersebut mengalami kerusakan yang sangat parah karena tidak mampu menahan beban dari truk-truk bermuatan pasir tersebut. Rusaknya jalan itu sangat menggangu warga, karena jalan tersebut merupakan jalur evakuasi dan akses utama untuk para pengungsi jika sewaktu-waktu terjadi bencana merapi.

(23)

positif pada warga pengontel. Di sisi lain, warga non-pengontel memiliki kesan negatif terhadap penambangan pasir karena dapat menimbulkan kerugian yang sangat besar seperti kerusakan ekosistem dan fasilitas umum.

Kesan-kesan yang muncul dalam diri seseorang akan membentuk penilaian terhadap suatu objek. Penilaian yang muncul bergantung pada kesan yang mampu dimunculkan pada suatu objek. Penilaian yang mucul dalam diri individu terhadap suatu objek merupakan landasan bagi terbentuknya sikap pada diri seseorang. Sikap merupakan penilaian individu tentang objek yang diperoleh melalui pengalaman-pengalaman langsung berdasar pada interaksi antara individu dengan suatu objek (Azwar,1995). Berdasarkan hal tersebut, penambangan pasir telah memberikan efek negatif yang merugikan bagi seluruh masyarakat hal tersebut akan membetuk kesan dan penilaian yang negatif. Namun pada kenyataanya walaupun penambangan pasir menimbulkan efek negatif yang dapat membentuk kesan negatif namun banyak warga yang tetap ikut penambangan pasir.

(24)

fenomena yang terjadi mengundang pertanyaan apakah perilaku mengontel warga tidak didasari oleh sikap yang positif terhadap penambangan pasir?

Perilaku seseorang jika tidak didasari oleh sikap yang sejalan maka maka seseorang akan mengalami disonansi yang mampu menimbulkan konflik dan menjadi sumber stress. Disonansi adalah inkonsistesi antara perilaku dengan sikap yang dimiliki (Sears,1988). Inkonsistensi antara sikap dengan perilaku dapat menimbulkan tidak nyaman dan sumber stress bagi seseorang (Carl Holand dalam Mar’at, 1959). Penelitian dengan membandingkan sikap pengontel dan non pengontel terhadap penambangan pasir akan memberikan gamabaran yang cukup jelas tentang disonansi sikap yang terjadi. Hal tersebut selanjutnya mampu untuk mengurangi salah satu sumber stres pada warga. Stres pada seseorang dapat mengancam dan mengganggu pelaksanaan kehidupan warga. Selanjutnya, ketidaknyamanan pada warga akan menyebabkan: mudah marah dan agresi, tidak dapat relaks, emosi yang tidak stabil, sikap tidak mau bekerja sama, perasaan tidak mampu terlibat, dan kesulitan dalam masalah tidur (Riggio, 2002). Pada warga desa hal ini dapat memicu konflik antar warga. Konflik kepentingan antara warga pengontel dan non-pengontel dapat diperparah oleh aksi-aksi demonstrasi yang saling bertentangan untuk menuntut dibuka atau ditutupnya penambangan pasir.

(25)

gambaran sikap warga terhadap penambangan pasir yang lebih jelas. Selanjutnya, penelitian ini akan memberikan informasi tentang disonansi sikap yang dapat menjadi sumber stres bagi warga. Sehingga pihak pengelola penambangan pasir mampu memahami sikap warga yang mucul mengingat bahwa pihak pengelola merupakan lembaga yang memiliki keterlibatan dalam penambangan pasir. Selain itu, dengan penelitian ini, warga masyarakat Desa Sumber mampu mamahami perbedaan sikap terhadap penambangan pasir antara warga satu dengan yang lainnya sehingga diharapkan tidak muncul prasangka yang dapat menimbulkan konflik antar warga.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mencoba untuk melihat apakah ada perbedaan sikap terhadap penambangan pasir antara warga pengontel dan non-pengontel. Penambangan pasir yang menuai kontrofresi ini akan memicu adanya inkonsistesi antara sikap dengan perilaku warga terhadap penambangan pasir. Oleh karena itu dengan mengetahui perbedaan sikap pada masing-masing kelompok maka setidaknya akan memberikan informasi untuk mengurangi inkonsistesi yang merupakan sumber stress bagi warga.

B. Rumusan Masalah

(26)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai ada tidaknya perbedaan sikap terhadap penambangan pasir antara pengontel dan non-pengontel.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis :

Memberi pengetahuan tentang perbedaan sikap antara pengontel dan non-pengontel, yang nantinya dapat dijadikan informasi tambahan bagi penelitian serupa.

2. Praktis : a. Bagi warga

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi warga Desa Sumber tentang perbedaan sikap terhadap penambangan pasir antara warga pengontel dan non-pengontel agar lebih mampu saling memaham dan tidak menimbulkan prasangka yang menimbulkan konflik.

b. Bagi pengelola penambangan pasir

(27)

9

KAJIAN PUSTAKA

A. Sikap

1. Definisi Sikap

Para ahli Psikologi mendefinisikan sikap dari berbagai sudut pandang yang berbeda-beda (Azwar,1995). Setiap ahli memiliki pandangan dan definisi yang berbeda-beda pula mengenai konsep dari sikap ini. Sikap merupakan keadaan mental dan saraf dari kesiapan, yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengan individu tersebut (dalam O.Sears,1985).

Siti Utami R (2008) menyatakan bahwa sikap adalah suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek . Seseorang dihadapkan pada suatu objek atau stimulus maka dia akan cenderung merespon objek tersebut. Dengan kata lain sikap yang timbul dalam diri seseorang merupakan respon seseorang atau perasaan yang timbul akibat stimulus yang ada.

(28)

terhadap objek tersebut berdasarkan hasil penalaran, pemahaman, dan penghayatan individu (Mar’at 1981).

Dewasa ini teori tentang sikap atau attitude mengalami perkembangan. Attitude atau sikap dapat juga diartikan mempelajari dan secara relative menetap atau predisposisi untuk mengevaluasi seseorang, peristiwa, atau berbagai situasi yang berbeda dan juga berfungsi sebagai dasar bertingkah laku sesuai dengan evaluasinya (James W, 1984). Hal ini juga dipertegas oleh O. Sears (1985) yang mengemukakan bahwa konsep sikap merupakan suatu kesatuan dari beberapa komponen. Sikap terhadap objek, gagasan atau orang tertentu merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif, konatif.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan suatu penilaian seseorang mengenai objek tertentu baik itu bersifat negatif maupun positif. Sikap merupakan orientasi yang bersifat menetap dengan komponen-komponen kognitif, afektif, konatif.

2. Bentuk Sikap

Purwanti, 1998:63 mengemukakan bahwa sikap individu terhadap suatu objek dapat dibagi menjadi dua yaitu:

a. Sikap Positif

(29)

b. Sikap Negative

Sikap negative merupakan suatu kecendrungan individu untuk menjauhi, menghindari, membenci dan bahkan tidak menyukai suatu objek tertentu.

3. Komponen Sikap

Menurut Azwar S, (2005) Struktur sikap terdiri atas 3 komponen yang saling menunjang. Komponen-komponen dari sikap tersebut memiliki definisi sebagai berikut:

a) Komponen Kognitif

Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh seseorang yang memiliki sikap. Komponen kognitif berisi kepercayaan strereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu, dapat disamakan penangannan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isu atau problem yang kontroversial.

b) Komponen Afektif

(30)

c) Komponen Konatif

Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Komponen ini berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak / bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu. Hal ini berkaitan dengan objek yang logis untuk mengharapkan bahwa sikap dengan objek yang dihadapinya adalah dicerminkan dalam bentuk tendensi perilaku

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Sikap Warga Sumber Terhadap

Penambangan Pasir

Sikap seseorang baik itu sikap positif maupun sikap negative dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Azwar, (1995) terdapat enam faktor yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap suatu objek. Namun dalam penelitian ini hanya tiga faktor yang mempengaruhi sikap terhadap penambangan pasir. Faktor-faktor tersebut akan dijelaskan berserta kaitanya dengan penambangan pasir yang terjadi di Desa Sumber, Kecamatan Dukun. Ketiga faktor yang relefan dengan sikap terhadap penambangan pasir antara lain adalah pengalaman pribadi, orang lain yang dianggap penting, dan faktor emosional.

a. Pengalaman pribadi

(31)

ketika pengalaman yang dialami mampu meningglkan kesan pada diri seseorang. Kesan akan menimbulkan adanya reaksi emosional yang dapat membentuk perasaan senang dan tidak senang. Perasaan tersebut selanjutnya dapat membentuk sikap pada diri seseorang.

Pengalaman seseorang berkaitan dengan efek baik bersifat negatif dan positif dari adanya penambangan pasir. Efek yang muncul dari adanya penambangan pasir akan membentuk kesan yang subjektif pada diri seseorang. Efek negatif seperti kerusakan alam dapat menyebabkan kesan negatif yang dapat mendorong sikap negatif, sedangkan efek positif seperti adanya keuntungan finansial dari penambangan pasir akan menimbulkan kesan positif. Kesan ini cenderung akan membentuk sikap positif pada warga.

b. Orang lain yang dianggap penting

Pada umumnya individu memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik.

(32)

sedangkan informasi negatif dari penambangan pasir yang menimbulkan kerusakan alam dapat membentuk pola pikir negatif yang selanjutnya mengarah pada pembentukan sikap yang negatif.

c. Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masayarakat asuhnya.

d. Media masa

Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Faktor emosional

Kadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai macam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan diri.

(33)

bagi para pengontel. Keuntungan finansial dapat menjadi sumber pemenuhan kebutuhan bagi warga yang dapat mengurangi ketidaknyamanan yang mereka alami. Selanjutnya keuntungan finansial yang mampu mengurani ketidaknyamanan ini akan membentuk sikap positif pada pengontel terhadap penambangan pasir. Sedangkan pada para non-pengontel, kerusakan alam dapat membuat warga merasa jengkel, marah, ataupun sedih. Hal ini akan mendorong terbentuknya persaan tidak suka yang dapat membentuk sikap negtif terhadap penambangan pasir.

f. Lembaga pendidikan atau agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan system kepercayaan tidaklah mengherankan jikalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap seseorang.

B. Penambangan Pasir di Wilayah Desa Sumber

1. Penambangan Pasir

(34)

pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang (dalam Afdal,2009).

Berdasarkan UU nomor 4 tahun 2009 kegiatan atau usaha pertambangan dapat didefinisikan sebagai kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta pasca tambang.

Penambangan juga didefinisikan sebagai kegiatan untuk menghasilkan bahan galian yang dilakukan baik secara manual maupun mekanis yang meliputi pemberaian, pemuatan, pengangkutan dan penimbunan. Berdasarkan definisi tersebut, aktivitas penambangan dilakukan dengan menguliti lapisan atas tanah, pemuatan bahan galian yang berupa pasir, dan pengangkutan bahan galian ke luar daerah juga termasuk dalam kategori penambangan (Bintarto,1994).

(35)

2. Jenis Penambangan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) nomor 27 1980 mengenai pembagian bahan-bahan galian terbagi atas tiga golongan, yaitu:

a. Golongan A atau bahan galian yang strategis adalah bahan galian

yang strategis untuk pertahanan dan keamanan serta perekonomian negara. Contoh bahan tambang yang termasuk dalam golongan A ini anatara lain; minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam, batubara, nikel, kobal dan lain sebgaianya.

b. Golongan B atau bahan galian vital berarti bahan galian yang dapat

menjamin hajat hidup orang banyak. Contoh bahan galian ini antara lain; besi, platina, perak, air raksa, timbal, seng, tembaga dan logam-logam langka lainya.

c. Golongan C atau bahan galian yang tidak termasuk bahan galian

strategis dan vital karena sifatnya tidak langsung memerlukan pasaran yang bersifat internasional. Contoh bahan galian ini adalah; tanah serap, batu permata, tanah liat, batu granit, pasir, garam batu, batu tulis, dan bahan galian yang tidak mengandung bahan galian golongan A dan golongan B yang berarti jika ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.

3. Desa Sumber

(36)

Magelang. Desa ini terletak di sebelah barat Gunung Merapi dengan jarak kurang lebih 20km dari puncak gunung dengan ketinggan 889km dari permukaan laut. Luas wilayah Desa Sumber ini sekitar 13ha. Desa Sumber merupakan salah satu jalur aliran lava ketika Gunung Merapi mengalami erupsi magma.

Kelurahan Sumber dibagi menjadi sebelas desa atau padukuhan yang antara lain adalah Desa Sumber, Desa Candi, Desa Gowok, Desa Berut, Desa Diwak, Desa Ngentak, Desa Keningar, Desa tontro, Desa Gumuk, Desa Tutup Ngisor, Desa Tutup Nduwur. Masing-masing desa tersebut dilalui oleh jalan untuk jalur evakusi ketika terjadi bahaya Gunung Merapi.

Berdasarkan data demografis dari Kelurahan Desa Sumber tahun 2006 pula, 79% penduduk Desa Sumber bermata pencaharian sebagai petani. Profesi lain dari para penduduk Desa Sumber sekitar 9% berprofesi sebagai pegawai negeri sipil, 7% berprofesi sebagai pedagang dan 5% berpofesi sebagai wiraswasta dan aparat TNI dan Polri.

4. Warga Pengontel dan Non-Pengontel

(37)

cukup mengundang perhatian dari berbagai kalangan masyarakat. Sebagian masyarakat Desa Sumber menyambut adanya penambangan pasir ini secara antusias dengan ikut serta dalam aktivitas penambangan pasir sebagai pengontel. Namun di sisi lain, ada pula warga yang tidak ikut dalam penambangan pasir ini. Warga yang tidak ikut dalam penambangan pasir ini di sebut dengan warga non-pengontel.

Berdasarkan data dari Kantor Kelurahan Desa Sumber dapat diketahui sebanyak 623 penduduk ikut berpartisipasi sebagai pengontel dalam kegiatan penambangan di kawasan hutan lindung Gunung Merapi. Mereka memiliki keterlibatan secara langsung dalam aktivitas penambangan pasir ini. Karena banyaknya warga yang ikut sebagai pengontel maka dibentuk sistem bergiliran. Setiap pengontel di beri jatah bekerja selama dua hari per minggu di penambangan pasir. Pengontel mendapatkan berbagai situasi yang sangat menguntungkan bagi kehidupan mereka. situasi yang dimaksud adalah; adanya keuntungan secara finansial, adanya harapan baru untuk masa depan yang lebih baik (status ekonomi), dibukanya lapangan kerja, naiknya status ekonomi dan sarana untuk memperoleh penghasilan tambahan. Situasi semacam ini akan menimbulkan suatu perasaan senang pada warga pengontel.

(38)

negatif adari adanya penambangan pasir ini. Dampak negatif tersebut antar lain: tidak mendapat keuntungan finansial, tidak ada harapan yang lebih baik, tidak mendapatkan pekerjaan dalam aktivitas penambangan pasir, rusaknya ekosistem hutan lindung, rusaknya jalan aspal untuk jalur evakuasi, menurunnya kualitas kesehatan. Situasi yang tidak menguntungkan ini akan menimbulkan perasaan tidak senang pada para warga non-pengontel.

5. Penambangan Pasir di Desa Sumber

Peneliti tidak menemukan literatur menjelaskan tentang pengertian penambangan pasir di Desa Sumber. Oleh karena itu, pemaparan tentang penambangan pasir di Desa Sumber diperoleh berdasarkan wawancara dan observasi peneliti yang telah tinggal di Desa Sumber selama 24 tahun.

(39)

Menurut beberapa supir truk dan penambang pasir yang diwawancarai, pasir dan batu yang menjadi komoditas utama sangat laku di pasaran. Hal ini disebabkan karena pasir dari Gunung Merapi memiliki kualitas paling bagus untuk bahan bangunan diantara pasir-pasir dari wilayah lain. Pasir dari Gunung Merapi tak perlu campuran semen yang banyak, dan proses pengeringan bangunan lebih cepat. Oleh karena itu masyarakat berlomba-lomba untuk mendapatkan pasir dari perut Merapi. Pasir-pasir yang diangkut tersebut kemudian akan dijual lagi ke daerah Semarang, Solo, Ambarawa, Jakarta, Lampung, dan daerah lainnya. Komoditas pasir dijual dengan harga Rp 250.000 setiap truk elf. Sedangakan untuk bahan galian batu dijual dengan harga Rp175.000 setiap truknya dengan kapasitas yang sama.

(40)

Semakin besarnya penambangan semakin banyak pula orang yang terlibat dalam aktivitas ini. Banyak warga daerah sekitar ikut berpartisipasi dalam sebagai pengontel dalam penambangan ini. Warga yang menjadi pengontel bertugas untuk meratakan tanah di dalam pasir sebelum diangkut untuk dijual ke kota dengan bayaran Rp12.000. Berdasarkan catatan dari TPR (Tempat Pemungutan Retribusi) wilayah Desa Sumber, dalam waktu 24 jam rata-rata truk yang datang untuk mengambil pasir sekitar 500 truk. Selain itu, berdasar wawancara dari beberapa supir truk, dalam satu kali angkut mampu membawa 5 sampai 7 kubik pasir, hal ini berarti dalam satu hari, rata-rata pasir yang d iangkut 60.000-84.000 kubik pasir.

6. Efek penambangan pasir.

a. Efek Positif

(41)

Berkaitan dengan efek positif secara umum yang telah disebutkan diatas, penambangan pasir di wilayah Desa Sumber ini juga memberikan efek positif bagi warga. Namun tidak semua efek positif secara umum dapat dirasakan warga. Efek positif dari penambangan pasir yang dirasakan warga desa adalah :

1. Dibukanya lapangan kerja baru

Aktivitas penambangan mampu menyerap tenaga kerja yang berada di sekitar areal penambangan. Adanya penambangan pasir bagi warga yang dulunya menganggur merupakan akses untuk memperoleh pekerjaan. Penambangan di Desa Sumber ini merupakan lapangan kerja baru bagi warga sekitar pada khususnya. Dibukanya areal penambangan ini mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak yaitu sebanyak 623 warga ikut dalam aktivitas penambangan pasir ini. Selain menjadi pengontel, beberapa pekerjaan lain yang mampu ditawarkan dari penambangan pasir ini antara lain; menjadi operator traktor, penjaga loket penjulan pasir, mencari batu untuk bahan bangunan dan juga menjadi supir truk. 2. Peningkatan taraf hidup dan ekonomi masyarakat

(42)

Para warga yang ikut mengambil bagian dalam penambangan pasir ini akan mendapatkan penghasilan tambahan. Warga pengontel tidak hanya mendapatkan penghasilan dari pertanian namun juga dari penambangan pasir yang ada. Hal ini dapat mendorong peningkatan taraf hidup dan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka.

3. Peningkatan daya beli masyarakat

Dengan meningkatnya daya ekonomi dan taraf hidup seseorang maka hal tersebut akan berimbas pada peningkatan daya beli masyarakat. Ketika seseorang mampu memiliki taraf ekonomi tinggi maka dengan mudah akan mampu untuk mengikuti harga pasar.

(43)

tampak bahwa penambangan pasir ini mampu meningkatkan daya beli masyrakat.

b. Efek Negatif

Wirdayatmoko dan Bintarto, (1994) menyatakan bahwa penambangan pasir yang terjadi selain menimbulkan efek positif tentunya juga menimbulkan efek negatif yang tidak kalah hebatnya. Efek negatif merupakan akibat yang ditimbulkan dari pertambangan yang menyebabkan kerugian bagi manusia maupun eksosistem yang ada di dalamnya. segala aktivitas penambangan pasir dapat menimbulkan efek-efek negatif. Efek-efek negatif dari penambangan pasir adalah: terjadinya lahan kritis, berkurangnya sumber mata air, kerusakan ekosistem, dan penurunan kualitas kesehatan. Berkaitan adanya penambangan pasir yang dilakukan di Desa Sumber, efek negatif juga dirasakan oleh warga, efek tersebut adalah :

1. Terjadinya lahan kritis.

(44)

suatu daerah bekas pertambangan tandus dan tidak mampu untuk diperguankan lagi dalam waktu dekat.

Berdasarkan obesrvasi dan survey penulis pada tanggal 21 Februari 2010 di lahan bekas penambangan ini terlihat bebatuan dan tanah-tanah yang pasir yang tidak bisa di manfaatkan lagi. Tanaman-tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik di areal ini. Hal tersebut membutuhkan waktu yang lama supaya lahan bekas penambangan ini mampu untuk ditanami sampai humus atau tanah kembali subur.

2. Berkurangnya sumber mata air.

Penambangan pasir yang dilakukan ini adalah usaha untuk meperoleh mineral dari dalam tanah. Kegiatan penambangan ini mengharuskan tanah lapisan atas untuk dibongkar. Hal tersebut membuat tanaman yang berfungsi sebagai penyerap air ketika hujan turun akan menghilang. Ketika tanaman dan pepohonan hilang maka tanah juga tidak akan mampu menyerap air sehingga sumber mata air juga berkurang. Dengan berkurangnya sumber mata air maka kebutuhan air bagi para warga unutk MCK (Mandi, Cuci, Kakus) dan juga pertanian akan berkurang pula.

3. Terjadinya erosi tanah, banjir, tanah longsor dan kerusakan ekosistem

(45)

tanah longsor dan banjir ketika tumbuhan dan tanaman tidak mampu lagi mengikat tanah dan menyerap air yang memiliki volume besar (Bintarto,1994). Ekosistem ini rusak karena tanah dan tumbuhan tempat organisme dan fauna bernaung juga mengalami perusakan.

Tanah yang dijadikan areal penambangan ini akan menjadi tandus dan mudah erosi. Pada saat penambangan pasir dilakukan maka tanaman dan pepohonan yang berada di lapisan tanah paling atas terjadi kerusakan. Hal ini akan menyebabkan ekosistem yang ada baik itu flora dan fauna juga akan menghilang.

4. Penurunan kualitas kesehatan

Kualitas kesehatan akan menurun, hal ini diakibatkan karena penambangan tersebut akan menghasilkan debu, limbah, kurangnya air bersih. Penyakit yang dapat muncul dari ketiga efek penambangan tersebut adalah; penyakit pernafasan, pencernaan, dan penglihatan.

(46)

kehilangan air bersih dan sering mengalami gangguan pencernaan. Hal ini juga berlaku bagi warga yang ikut melakukan penambangan pasir karena dalam situasi penambangan yang penuh debu mereka tidak memakai masker dan cendernung terkena sesak nafas.

5. Rusaknya jalan dan DAM penahan banjir

Desa Sumber memiliki jalan utama desa sumber yang berfungsi sebagai jalur evakuasi ketika gunung meletus. Selama adanya penambangan pasir, jalan ini digunakan sebagai jalur lalu lintas truk dan alat berat dengan berat sampai puluhan ton. Alhasil jalan tersebut mengalami kerusakan yang cukup parah karena tidak mampu menahan beban yang berat. Hal ini sangat mengawatirkan karena adanya jalan yang rusak akan menghambat proses evakusi pengungsi ketika gunung meletus. Jalur evakusi ini sangat dibutuhkan warga karena Desa Sumber termasuk daerah zona bahaya merapi yakni jarak desa sari gunung kurang dari 10 kilometer dari puncak merapi.

(47)

terjadi banjir lahar dingin sungai akan meluap dan merusak rumah-rumah di dekat sungai-sungai tersebut.

C. Sikap Warga Desa Sumber Terhadap Penambangan Pasir

Sikap merupakan suatu penilaian seseorang mengenai objek tertentu baik itu bersifat negatif maupun bersikap positif. Sikap memiliki orientasi yang bersifat menetap dan merupakan hasil interaksi antara komponen-komponen kognitif, afektif, konatif (Thrustone dalam Azwar,1995). Sikap seseorang mengacu pada dua bentuk sikap, yang antara lain adalah sikap negatif atau tidak mendukung suatu objek dan sikap positif atau sikap yang mendukung suatu objek.

(48)

cenderung membentuk pola pikir negatif terhadap penambangan pasir yang selanjutnya dapat membentuk sikap negatif.

Komponen sikap yang kedua adalah komponen afektif. Komponen afektif ini merupakan komponen yang menyangkut perasaan seseorang tentang suatu objek (Thurstone dalam Azwar,1998). Perasaan tidak senang terhadap penambangan pasir dapat menyebabkan seseorang mengarah pada sikap negatif. Sedangkan perasaan senang dapat mendorong terbentuknya sikap positif.

Peranan sikap dalam kehidupan individu adalah. Komponen ketiga yang disebut dengan komponen konatif atau komponen perilaku. Komponen ini berhubungan dengan kecenderungan berperilaku seseorang terhadap objek yang dihadapi. Cara tingkah laku individu terhadap objek sikap turut ditentukan oleh komponen konatif. Komponen konatif berfungsi menjaga konsistensi antara sikap dengan perilaku seseorang. Sikap negative dapat mendorong munculnya kecenderungan menolak penambangan pasir sedangankan sikap positif dapat mendorong munculnya kecenderungan perilaku mendukung penambangan pasir.

D. Sikap Terhadap Penambangan Pasir Warga Pengontel Dibandingkan

Warga Non-pengontel

(49)

Desa Sumber berada pada posisi yang berbahaya bila sewaktu-watu terjadi erupsi merapi dan banjir lahar dingin karena jarak Desa Sumber cukup dekat dengan puncak Gunung Merapi dan letak yang diapit oleh Sungai Senowo dan Lamat. Keadaan bahaya tersebut semakin diperparah dengan adanya penambangan pasir karena menyebabkan kerusakan akses jalan untuk evakuasi dan rusaknya DAM penahan bajir akibat banyaknya truk yang melintas. Kerusakan yang terjadi merupakan efek negatif penambangan pasir yang dapat membuat warga merasa semakin terancam. Menurut Azwar, (1995), ketika seseorang dihadapkan pada situasi yang menekan dan tidak menguntungkan pada suatu objek maka sangat mudah terbentuk perasaan negatif yang menjadi dasar terbentuknya sikap negatif. Jadi adanya penambangan pasir akan semakin mengancam keamanan warga sehingga pada situasi ini akan muncul perasaan negatif yang dapat membentuk sikap negatif pada warga non-pengontel terhadap penambangan pasir.

(50)

keadaaan ekonomi yang menekan. Penghasilan tambahan dapat mendorong munculnya perasaan positif pada pengontel terhadap penambangan pasir.

Perasaan yang muncul merupakan suatu bentuk dari penilaian seseorang terhadap peristiwa yang dialami oleh seseorang. Dalam konteks penelitian ini, ketika seseorang dihadapkan pada aktivitas penambangan pasir, seseorang akan memiliki perasaan yang berbeda-beda antara satu orang dengan orang lain. Selanjutnya, perasaan akan membentuk penilaian yang subjektif pada peristiwa yang dihadapi oleh seseorang. penilaian yang terbentuk dari perasaan dapat mendorong terbentuknya sikap pada seseorang. hal ini sejalan dengan penyataan Henerson (1978) bahwa sikap merupakan suatu kecenderungan berprilaku dan bentuk penilaian seseorang terhadap objek sikap. Sikap ditunjukkan dari perkataan seseorang dan perilaku seseorang, (et.al).

(51)

Pengalaman pribadi ini akan menjadi dasar pembentukan sikap jika pengalaman tersebut mampu meninggalkan kesan yang kuat dalam diri individu tersebut (Azwar,1995). Adanya reward atau reinforcement dari suatu peristiwa cenderung akan memberikan kesan kuat yang positif yang membentuk sikap positif (Samimora, 2002). Pengalaman pribadi seseorang akan diperoleh ketika seseorang memiliki keterlibatan yang tinggi dalam suatu peristiwa/objek. Jika individu memiliki keterlibatan tinggi dalam suatu aktivitas maka peringatan yang menjadi penghalang tidak akan berimbas pada subjek, dengan kata lain peringatan akan diabaikan oleh subjek, (Freedman dan Osears, 1985). Warga pengontel memiliki keterlibatan secara langsung dalam aktivitas penambangan pasir yang dilakukan sehingga, berdasarkan pernyataan yang dikemukakan Freedman dan Osears mereka akan mengabaikan efek negatif penambangan pasir yaitu kerusakan ekosistem, jalan sebagai jalur evakuasi, dan menurunya kualitas kesehatan bagi para pengontel akan diabaikan dan cenderung untuk tetap berpartisipasi dalam penambangan pasir serta memiliki sikap yang lebih positif terhadap penambangan pasir.

(52)

yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini individu. Adanya informasi tentang penambangan pasir yang mampu memberikan keuntungan secara finansial merupakan informasi sugestif. Informasi yang sugestif dapat membentuk landasan afektif bagi terbentuknya sikap positif kepada para pengontel.

Faktor lain yang berpengaruh dalam pembentukan sikap adalah faktor emosional. Faktor emosional merupakan suatu bentuk sikap yang bersifat subjektif berdasarkan perasaan. Faktor ini berkaitan dengan adanya pengalaman pribadi dan informasi dari orang lain yang dianggap penting. Warga pengontel memiliki pengalaman pribadi dan juga informasi positif tentang penambangan pasir, hal ini akan membentuk kesan dan perasaan positif pada diri mereka terhadap penambangan pasir. Bagi para pengontel, hal tersebut akan memberikan kesan positif, bahwa penambangan pasir ini akan memberikan keuntungan bagi kehidupan mereka. Hal ini akan membentuk sikap positif bagi warga pengontel.

(53)

suatu objek psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek sikap (Middlebrook dalam Azwar,1995). Warga non-pengontel kurang memiliki keterlibatan atau tidak secara langsung ikut dalam penambangan pasir yang dilakukan. Hal-hal negatif yang dijumpai oleh warga non-pengontel tersebut akan membentuk penilaian negatif pula dalam diri individu yang pada akhirnya membentuk sikap yang negatif pula.

Faktor dari orang lain yang dianggap penting juga sangat berpengaruh pada pembentukan sikap warga non-pengontel. Salah satu contoh orang lain yang dianggap penting adalah pemuka agama katolik, Romo V. Kirjito yang cenderung memprotes kegiatan penambangan pasir melalui tema kegiatan agamanya dan ritual keagaman yang melibatakan banyak orang di luar komunitasnya. Romo V. Kirjito cenderung memberikan informasi yang berisi efek negatif tentang penambangan pasir (kompas.com, 2009). Informasi dari Romo V. Kirjito dapat memperkuat posisi sikap orang yang diberi informasi. Hal ini akan memberikan sugesti negatif sehingga akan terbentuk penilaian yang negatif pula terhadap penambangan pasir. Penilaian dari informasi ini akan membentuk landasan kognitif bagi terbentuknya sikap warga non-pengontel. Penilaian negatif selanjutnya akan membentuk sikap yang negatif pada warga non-pengontel.

(54)

tentang effek negatif penambangan pasir dan ditambah lagi dengan adanya informasi negatif maka akan membentuk penilaian negatif pula. Penilaian negatif ini juga memiliki kecenderungan menimbulkan adanya kesan yang negatif pada warga non-pengontel yang pada akhirnya membentuk sikap negatif.

Penambangan pasir ini merupakan objek dari sikap yang mampu memberikan kesan bagi seseorang bagi warga pengontel. Hal tersebut dipicu karena adanya imbalan yang muncul dari adanya penambangan pasir. Bagi para pengontel yang memiliki keterlibatan tinggi atau terlibat secara langsung penambangan pasir yang dilakukan memberikan kesan positif seperti adanya tambahan penghasilan adanya keuntungan secara finansial, adanya harapan baru untuk masa depan yang lebih baik (status ekonomi), dibukanya lapangan kerja, naiknya status ekonomi dan sarana untuk memperoleh penghasilan tambahan maka akan menimbulkan kesan yang baik bagi seseorang. Kesan positif dari adanya imbalan ini, akan membentuk sikap positif bagi para pengontel.

(55)

teresebut merupakan punisment bagi warga. Hal ini akan membuat kelompok tersebut menumbuhkan sikap negatif terhadap penambangan pasir.

(56)

E. Skema

• Adanya keuntungan secara finansial

• Adanya harapan baru untuk masa depan yang lebih baik (status ekonomi)

• Dibukanya lapangan kerja

• Naiknya status ekonomi

• Sarana untuk memperoleh penghasilan tambahan

• Tidak mendapat keuntungan finansial

• Tidak ada harapan yang lebih baik,

• Tidak mendaptkan pekerjaan dalam akativitas penambangan pasir

• Rusaknya lingkungan dan ekosistem hutan lindung,

(57)

F. Hipotesis

(58)

40

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian komparatif yaitu penelitian yang digunakan untuk membadingkan sikap terhadap penambangan pasir pada dua kelompok subjek yang berbeda. Penelitian ini memberi gambaran sikap terhadap penambangan pasir pada dua kelompok warga terhadap objek yang diteliti yaitu penambangan pasir (Sugiyono, 2005).

B. Identifikasi Variabel

Penelitian ini mengandung dua variabel, yaitu:

1. Variabel bebas :Status keterlibatan warga pada aktivitas penambangan pasir yaitu pengontel dan non-pengontel.

2. Variabel tergantung :Sikap terhadap penambangan pasir

C. Definisi Operasional

1. Sikap Warga Terhadap Penambangan Pasir

(59)

pasir yang digunakan untuk pengambilan data terdiri dari tiga aspek sikap yaitu;

a) Kognitif :Pikiran dan kepercayaan Warga Desa Sumber yang muncul terkait dengan efek dari penambangan pasir pada kondisi lingkungan, baik kerusakan alam maupun polusi yang mengganggu kesehatan; ekonomi; sosial; dan keamanan penambang maupun keamanan warga lainnya dari ancaman bahaya merapi.

b) Afektif :Perasaan yang muncul dalam diri Warga Desa Sumber terkait dengan efek dari penambangan pasir pada kondisi lingkungan, baik kerusakan alam maupun polusi yang mengganggu kesehatan; ekonomi; sosial; dan keamanan penambang maupun keamanan warga lainnya dari ancaman bahaya merapi.

(60)

Semakin tinggi nilai skor total skala sikap terhadap penambangan pasir maka semakin positif sikap warga terhadap penambangan pasir, semakin rendah nilai skor total skala sikap terhadap penambangan pasir maka semakin negatif sikap warga terhadap penambangan pasir.

2. Status Keterlibatan Warga dalam Aktivitas Penambangan Pasir

a) Warga pengontel

Adalah warga yang ikut dalam daftar warga pengontel, dilihat pada catatan kelompok pengontel di Kantor Kelurahan Desa Sumber

b) Warga bukan pengontel

Adalah warga yang tidak ikut dalam penambangan pasir dan tidak tercatat di Kantor Kelurahan Desa Sumber sebagai penambang pasir.

D. Subjek Penelitian

(61)

• Memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) resmi dan tercatat di Kantor Kelurahan Desa Sumber. Kepemilikikan KTP merupakan bukti bahwa warga tersebut sudah memiliki status resmi sebagai warga desa sumber. • Telah tinggal di Desa Sumber selama waktu 10 tahun atau lebih. Hal ini

dikarenakan dalam jangka waktu tersebut subjek telah mengalami dan melihat secara langsung penambangan pasir yang dilakukan

• Berusia 17-60 tahun. Rentang usia tersebut adalah usia produktif sehingga diasumsikan telah memiliki pemahaman kondisi dan situasi dari penambangan pasir.

E. Alat Pengumpulan Data

(62)

dan mail tidak dapat digunakan. Kisi-kisi skala sikap terhadap penambangan pasir dapat dilihat dalam tabel 1 dibawah ini.

Tabel 1

Kisi-Kisi Skala Sikap

Komponen

Objek Sikap Komponen Sikap

TOTAL (%)

Afektif Kognitif Konatif

Aspek

Favor Unfavor Favor Unfavor Favor Unfavor

4 item 4 item 4 item 4 item 4 item 4 item 24 item

(25%) Aspek

Ekonomi

Perasaan warga yang muncul terkait dengan kontribusi secara finansial

dari adanya penambangan pasir.

Pemikiran atau kepercayaan warga yang

muncul terkait dengan kontribusi secara finansial dari adanya

penambangan pasir.

Kecenderungan perilaku warga yang muncul

terkait dengan kontribusi secara finansial dari adanya

penambangan pasir.

Favor Unfavor Favor Unfavor Favor Unfavor

4 item 4 item 4 item 4 item 4 item 4 item 24 item

(25%) Aspek Sosial Perasaan warga yang

mucul terkait dengan

Favor Unfavor Favor Unfavor Favor Unfavor

4 item 4 item 4 item 4 item 4 item 4 item 24 item yang dilakukan di sekitar

hutan lindung yang dilakukan di sekitar

hutan lindung

Favor Unfavor Favor Unfavor Favor Unfavor

(63)

Tabel 2

Spesifikasi kisi-kisi skala sikap

Skala sikap terhadap penambangan pasir pada penelitian ini pengukuran hanya menggunakan empat alternatif jawaban yang merupakan pengembangan dari skala Likert. Keempat alternatif jawaban tersebut adalah (SS) Sangat Setuju, (S) Setuju, (TS) Tidak Setuju,(STS) Sangat Tidak Setuju. Alternatif jawaban yang telah disebutkan di atas dapat dilihat di dalam tabel 3 dibawah ini

Kompone n Objek Sikap

Komponen Sikap TOTAL (%)

Afektif Kognitif Konatif

Favor Unfavor Favor Unfavor Favor Unfavor

Aspek Lingkung

an 1,25,49,73 2,26,50,74 3,27,51,75 4,28,53,76 5,29,53,77 6,30,54,78

24 item (25%)

Aspek Ekonomi

Favor Unfavor Favor Unfavor Favor Unfavor

7,31,55,79 8,32,56,80 9,33,57,81 10,34,58,82 11,35,59,83 12,36,60,84 24 item (25%) Aspek

Sosial

Favor Unfavor Favor Unfavor Favor Unfavor

13,37,61,85 14,38,62,86 15,39,63, 87

16,40,64,88 17,41,65,89 18,42,66,90

24 item

Favor Unfavor Favor Unfavor Favor Unfavor

19,43,67,91 20,44,68,92 21,45,69, 93

22,46,70,94 23,47,71,95 24,48,72,96

(64)

Tabel 3

Tabel Alternatif Jawaban Skala Sikap

Alternaitif Jawaban Favourable Unfavourable

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak setuju 2 3

Sangat tidak setuju 1 4

Berdasarkan tabel 3 di atas, setiap masing-masing jawaban yang diberikan oleh subjek, akan diberikan skor yang sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh tabel diatas. Alternatif jawaban tengah atau netral tidak disediakan dalam skala penelitian ini. Hal ini bertujuan untuk menghindari kelemahan dari skala lima tingkat yang antara lain adalah sebagi berikut;

1. Alternatif jawaban netral atau entah memiliki arti ganda yang sulit untuk diketahui kebenaranya, apakah subjek memang benar-benar memilih jawaban netral atau subjek memilih jawaban karena ragu-ragu belum mampu menemukan jawaban.

2. Tersedianya jawaban ditengah juga menimbulkan kecenderungan subjek untuk menjawab ditengah ( central tendency effect ) terutama bagi subjek ragu-ragu dengan jawabanya.

(65)

banyak informasi dalam penelitian, yang dapat diperoleh dari subjek penilitian (Hadi, 1991)

F. Validitas, Reliabilitas, dan Seleksi Item

1. Validitas

(66)

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah keterpercayaan, keterandalan, keajegan, kestabilan dan konsistensi dari suatu alat ukur (Azwar, 2003). Suatu hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama menghasilkan angka yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah. Pendekatan yang dilakukan dalam penghitungan reliabilitas skala sikap terhadap penambangan pasir ini adalah dengan pendekatan konsistensi internal koefisisen Alpha Cronbach, sebab koefisien mempunyai nilai praktis dan koefisien yang tinggi karena hanya dilakukan satu kali pada sekelompok subjek (Azwar, 2003). Reliabilitas telah dianggap memuaskan bila koefisien mendekati angka 1. Namun koefisien yang tidak setinggi itu biasanya sudah dianggap cukup baik (Azwar, 2003).

(67)

3. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan dengan tujuan untuk memilih item-item yang baik dan berkualitas. Hanya item yang mempunyai kualitas baik yang boleh digunakan dalam skala penelitian, sedangkan item yang tidak mempunyai kualitas baik harus disingkirkan atau direvisi kembali. Seleksi item dilakukan dengan cara uji coba alat ukur atau biasa disebut tryout. Pengujian data diskriminasi item menghendaki dilakukannya komputasi koefisien korelasi antara distribusi skor item dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi item total (rix

Batasan yang digunakan sebagai kriteria pemilihan item berdasarkan korelasi item total adalah (r

) yang dikenal dengan sebutan Parameter Daya Beda Item (Azwar, 2009). Penghitungan koefisien korelasi item total menggunakan program SPSS 17.0 for Windows Evaluation.

ix

Pengujian ini menggunakan taraf signifikansi 5% dengan N=64 yang terbagi dalam 32 warga pengontel dan 32 warga non-pengontel. Item yang dianggap valid adalah item yang memiliki rxy ≥ 0,3. Dari hasil perhitungan, diperoleh koefisien korelasi item total yang berkisar antara 0,315 - 0,766. Hasil pengujian dari 96 item, terdapat 14 item yang gugur

) ≥ 0,300. Semua item yang

(68)

dengan perbandingan jumlah item di masing-masing aspek sebagai berikut :

Tabel 4

Distribusi sahih setelah seleksi item

Objek

Jumlah Nomor Item

Sahih Jumlah Kognitif 10 1 9,33,34,57,58,81,8

2 7 Konatif 23 1 24,47,48,71,72,95,

96 7

G. Metode Analisis Data

(69)

Independent Sample T-Test digunakan untuk pengujian rata-rata dua sample yang saling tidak berhubungan (bebas satu terhadap lainnya, sample bersifat independent) atau pada prinsipnya yaitu ingin menguji apakah ada perbedaan rata-rata mean antara dua populasi dengan melihat rata-rata dua samplenya. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan rata-rata antara dua populasi dengan melihat rata-rata-rata-rata dua sampelnya (Hadi, 1996).

H. Prosedur Penelitian

Prosedur yang diambil dalam penelitian ini adalah :

1. Membuat skala sikap dengan metode rating yang dijumlahkan (summated rating).

2. Menentukan subjek penelitian yang sesuai dengan kriteria kemudian mengukur sikap Masyarakat Desa Sumber. Penelitian ini melibatkan dua kelompok subjek yaitu pengontel dan bukan pengontel. Untuk mengetahui status keterlibatan warga dalam penambangan pasir tersebut maka diadakan survey pendahuluan di Kantor Kelurahan Desa Sumber.

(70)

4. Melakukan uji kesahihan item-item (try out) dan reabilitas skala kepada beberapa subjek. Hal ini di gunakan untuk mendapatkan item-item yang valid dan reliabel.

5. Menyebar angket penelitian yang telah lolos uji validitas dan reabilitas kepada warga Desa Sumber yang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya.

6. Melakukan analisis data yang masuk dengan uji statistik deskriptif dan juga melakukan analisis uji T untuk menguji hipotesis penelitian. (penyajian data melalui data tabel, perhitungan nilai minimum, nilai maksimum, mean teoritis, mean empiris, dan standar deviasi serta perhitungan kategorisasi berdasar mean empiris untuk melihat sikap warga Desa Sumber).

(71)

53

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Persiapan penelitian

Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini meliputi persiapan alat ukur. Penyusunan alat ukur dimulai dengan pembuatan tabel spesifikasi skala sikap warga Desa Sumber terhadap aktivitas penambangan pasir. Setelah tabel spesifikasi dibuat kemudian peneliti menyusun butir-butir aitem. Butir aitem meliputi pernyataan favorable dan pernyataan unfavorable. Butir aitem dinyatakan layak sebagai alat ukur jika sudah diuji validitas dan reliabilitasnya. Maka untuk menentukan kelayakan alat ukur tersebut, aitem-aitem pernyataan dikenai uji validitas dan uji reliabilitas.

(72)

B. Pelaksanaan Penelitan

Penelitian dilakukan di Desa Sumber, kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang. Sebelum melakukan pengambilan data peneliti mengajukan perizinan penelitian kepada Kepala Desa Sumber secara lisan sebagai pendahuluan sebelum surat perijinan dibuat. Penelitian dilakukan pada tanggal 16-26 Oktober 2010 dengan kriteria subjek penelitian seperti yang sudah ditentukan. Namun berhubung pada tenggal 26 Oktober terjadi bencana erupsi Merapi maka surat resmi penelitian belum sempat untuk dapat dibuat. Untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian ini, maka peneliti melakukan penyebaran instrumen skala sikap terhadap penambangan pasir dengan aitem yang belum lulus uji coba, yaitu sebanyak 96 aitem. Banyaknya jumlah aitem skala sikap berguna untuk mengurangi resiko jumlah item yang gugur.

(73)

C. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Subjek Penelitian

Data dalam penelitian ini diambil di wilayah Desa Sumber sebelum terjadinya bencana erupsi Merapi. Subjek yang diambil dengan metode purposive sampling, dari pengambilan data tersebut diperoleh karakteristik subyek penelitian dapat diketahui melalui analisis persentase berikut ini:

a. Presentase Subjek Berdasar Usia

Tabel 5

Presentase subjek berdasar usia

Warga pengontel yang menjadi subjek dalam penelitian ini sebanyak 32 orang. Ketigapuluh dua warga tersebut digolongkan menjadi 3 kategori berdasar rentang usia perkembangannya, dengan rincian sebagai berikut, subjek dengan usia remaja sebanyak 4 orang, usia dewasa dini sebanyak 10 orang, dan usia dewasa madya sebanyak 18 orang. Pada kelompok warga non-pengontel juga dikelompokkan menjadi tiga kategori rentang usia perkembangannya, dengan rician sebagai berikut : subjek dengan

Usia Pengontel Non Pengontel

Jumlah % Jumlah %

Remaja (16-18) 4 18,75 11 34,375

Dewasa dini (19-40) 10 25 6 18,75

Dewasa madya (40-60) 18 31,25 15 28,125

(74)

usia remaja sebanyak 11 orang, usia dewasa dini sebanyak 6 orang, dan usia dewasa madya sebanyak 15 orang.

b. Presentase Subjek Berdasar Pekerjaan

Tabel 6

Presentase subjek berdasar pekerjaan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada kelompok subjek pengontel diketahui bahwa sebagian besar pekerjaan yang dimiliki kelompok ini adalah petani dengan jumlah 18 orang. Selain petani yang menjadi subjek penelitian ini adalah pelajar dan mahasiswa dengan jumlah 6 orang. Kemudian profesi yang lain adalah buruh sejumlah 5 orang dan yang memliki pekerjaan sebagai sopir 3 orang. Pada data kelompok non-pengontel menunjukan bahwa sebagian besar juga memiliki pekerjaan sebagai petani dengan jumlah 11 orang. Pekerjaan yang lain adalah menjadi guru atau PNS sejmlah 7 orang. Sebagai pelajar 5 sejumlah orang. Subjek yang memiliki pekerjaan sebagai

Pekerjaan Pengontel Non Pengontel

(75)

wiraswasta sebanyak 5 orang. Selain itu ada pula yang memiliki profesi sebagai karyawan berjumlah 4 orang.

c. Presentase Berdasar Pendidikan Terakhir

Tabel 7

Presentase subjek berdasar pendidikan terakhir

Data berdasar pendidikan terakhir pada kelompok subjek pengontel didapatkan bahwa sebagian besar subjek menempuh pendidikan terakhir di SMA dan sederajat sejumlah 18 orang. Kemudian pendidikan terakhir SMP sejumlah 12 orang. Namun ada pula subjek yang hanya menyelesaikan pendidikan SD yaitu sejumlah 2 orang. Data penduduk berdasar pendidikan terakhir pada subjek warga non-pengontel menunjukan bahwa mayoritas pendidikan terakhir yang ditempuh warga adalah SMA dan sederajat sejumlah 17 orang. Sejumlah 9 orang berpendidikan terakhir SMP. Pendidikan yang paling tinggi yaitu SI, berjumlah 5 orang. Untuk subjek yang memiliki pendidikan terakir SD adalah 1 orang.

Pendidikan Pengontel Non Pengontel

Jumlah % Jumlah %

SD 2 6,25 1 3,125

SMP 12 37.5 9 28,125

SMA 18 56,25 17 53,125

SI 0 0 5 15,625

(76)

d. Presentase berdasar lama tinggal di Desa Sumber

Berdasar data yang diperoleh dari penyebaran skala, dapat diketahui seberapa lama penduduk tinggal di Desa Sumber. Semua warga memiliki waktu lama tinggal di Desa Sumber sesuai dengan usia mereka.

2. Deskripsi Data

Deskripsi data dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tanggapan subjek terhadap variabel penelitian. Apakah keseluruhan subyek penelitian memiliki sikap yang mendukung atau tidak mendukung. Hal ini dilakukan dengan cara membandingkan Mean Teoritik (MT) dan Mean Empirik (ME). Untuk mengetahui besar MT digunakan rumus sebagai berikut:

(77)

Tabel 8

Hasil Perbandingan Mean Empiris dan Teoritis

Variabel Mean

Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa mean empirik warga pengontel dan non-pengontel lebih kecil daripada mean teoritik. Hal ini berarti bahwa rata-rata subyek penelitian memiliki sikap yang tidak mendukung aktivitas penambangan pasir di kawasan hutan lindung Gunung Merapi.

3. Kategorisasi

Peneliti melakukan pengkategorian sikap dengan cara memasukkan skor total sunyek ke dalam kategori skala sikap berdasarkan mean teoritik. Berikut ini adalah tabel kategori beserta dengan jumlah subyek yang berada dalam masing-masing kategori.

Tabel 9 Norma Kategorisasi

Normatif Rentang Nilai Kategori

+ 1,5 σ < x 287,5 < x Sangat tinggi

+ 0,5 σ < x ≤+ 1,5 σ 232,5 < x ≤ 287,5 Tinggi

-0,5 σ < x ≤+ 0,5 σ 177,5 < x ≤ 232,5 Sedang

-1,5 σ < x ≤ - 0,5 σ 122,5 < x ≤ 177,5 Rendah

(78)

Tabel 10

Kategorisasi Sikap Warga Pengontel dan Non Pengontel

Warga Mean Empiris Kategori

Pengontel 166,69 Rendah

Non Pengontel 134,31 Rendah

4. Analisis Data

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis (Arikunto, 2003). Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov Test dari program SPSS15forWindows, dengan melihat nilai probabilitasnya. Apabila nilai probabilitasnya sama dengan 0,05 (p=0,05) atau lebih besar dari 0,05 (p > 0,05), maka sebaran skor dinyatakan normal. Sebaliknya, apabila nilai probabilitasnya kurang dari 0,05 (p < 0,05), maka sebaran skor dinyatakan tidak normal. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing kelompok.

(79)

non-pengontel dinyatakan normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada tabel 9 :

Tabel 11

Hasil Uji Normalitas Sebaran

Variabel Kolmogorov Warga Non-Pengontel 0,590 0,878 Normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data varian sampel yang dikomparasikan itu homogen atau tidak (Sugiyono dan Wibowo, 2002). Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.0 for Windows yaitu melalui Levene’s Test for Equality Variance. Analisis Levene’s Test for Equality Variance dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians populasi sama atau tidak (Purwanto dan Dyah, 2007). Cara melihat homogenitasnya yaitu dengan melihat nilai probabilitasnya. Apabila nilai probabilitasnya lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka kedua kelompok sampel memiliki varians yang sama. Begitu pula sebaliknya, jika probabilitasnya kurang dari 0,05 (p < 0,05) maka kedua kelompok sampel memiliki varians yang tidak sama.

Gambar

Tabel 1 Kisi-Kisi Skala Sikap
Tabel 2 Spesifikasi kisi-kisi skala sikap
Tabel 3 Tabel Alternatif Jawaban Skala Sikap
Tabel 4 Distribusi sahih setelah seleksi item
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah hoaks bermuatan politik yang besar dan disebar melalui media sosial tersebut juga dapat muncul karena besarnya jumlah warga yang menggunakan media sosial sebagai

dengan posisi berdiri pada satu kaki dan disertai kaki yang satu pada posisi melakukan tendangan. Akurat yang dimaksud adalah keterampilan menampilkan tendangan

sesuai dengan usaha dan hasil kerja yang dilakukan karyawan, Perusahaan. menganggap dengan diberikannya insentif berdasarkan persentase yang

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan pemberian produk teh instan berbasis cincau hitam dan ekstrak cincau hitam dapat menurunkan kadar profil lipid

Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengelola kelas akan sangat Pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru dalam mengelola kelas akan

DAFTAR NAMA GURU PAI PADA SEKOLAH - TAHUN 2011 PROVINSI : JAWA TENGAH... Ida

Halaman menu utama merupakan tampilan awal pada saat aplikasi menu sehat untuk diabetes mellitus di buka. Pada halaman utama terdapat 4 menu, yaitu Daftar Isi,

Sumber energi atau sumber udara bertekanan yang digunakan untuk menggerakan sistim pneumatik terdiri dari komponen-komponen sebagai berikut:..  Kompresor 