• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pemerintah Daerah

Dengan dianutnya paham desentralisasi dalam sistem pemerintahan di Indonesia maka timbul dua bentuk pemerintahan, yaitu Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

2.1.1 Pengertian Pemerintah Daerah

Definisi Pemerintah Daerah menurut Indra Bastian (2000:203) menyatakan bahwa :

“Pemerintah daerah adalah kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah”.

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dikutip oleh Josef Riwu Kaho (2003) menyatakan bahwa :

“Local Government is a political subdrivision of a nation or state constituted by law and has substantial control over local affairs including the power to impose taxes, the governing body of which is elected or appointive”.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004, pada Bab 1 Pasal 1, pengertian pemerintah daerah adalah sebagai berikut :

“Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah”.

Dari pengertian di atas secara umum pemerintah daerah dapat diartikan sebagai perangkat daerah yang ditujukan untuk dapat menjalankan, mengatur dan menyelengarakan jalannya pemerintahan daerah. Sedangkan pengertian Pemerintahan Daerah menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004, seperti yang tercantum dalam Bab 1 Pasal 1 adalah sebagai berikut :

(2)

“Pemerintahan Daerah adalah penyelenggara urusan pemerintah daerah oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia tahun 1945”.

2.1.2 Fungsi Pemerintah Daerah

Fungsi pemerintah daerah menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 32 Tahun 2004 adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. 2. Menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan

pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah : dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah.

3. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan memiliki hubungan dengan pemerintah dan dengan pemerintahan daerah lainnya. Meliputi hubungan wewenang, keuangan, pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam, dan sumber daya lainnya.

2.2 Pendapatan Asli Daerah

2.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Sebelum mengetahui pengertian Pendapatan Asli Daerah, terlebih dahulu harus mengerti yang dimaksud dengan pendapatan. Pengertian pendapatan menurut IAI (2004:23.2) adalah sebagai berikut:

“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal “.

Pendapatan Asli Daerah menurut Mardiasmo (2002:65) menjelaskan bahwa :

“Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah yang digali dari dalam wilayah yang bersangkutan yang terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah”.

(3)

Sedangkan menurut ketentuan umum Undang-undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah pengertian Pendapatan Asli Daerah adalah :

“Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-perundangan”.

Dari pengertian tersebut terkandung unsur-unsur Pendapatan Asli Daerah antara lain :

1. Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah yang diperoleh dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri.

2. Dipungut berdasarkan Peraturan Daerah.

3. Peraturan Daerah tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Pendapatan Asli Daerah bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.

Dalam rangka meningkatkan pendapatan asli daerah dan memperoleh pertumbuhan ekonomi, pemerintah daerah dapat memanfaatkan peluang melalui kerjasama dengan pihak ketiga dengan memperhatikan ketentuan yang berlaku. 2.2.2 Sumber-sumber Pendapatan asli Daerah

Menurut Pasal 157 Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah terdiri dari :

1. Hasil Pajak Daerah 2. Hasil Retribusi Daerah

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan, dan 4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah.

(4)

2.2.2.1 Pajak Daerah

2.2.2.1.1 Pengertian Pajak Daerah

Untuk mengetahui pengertian mengenai pajak daerah, terlebih dahulu kita harus mengetahui terlebih dahulu pengertian daerah. Adapun pengertian daerah menurut Undang-undang No. 34 tahun 2000 adalah :

“Daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakt setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik indonesia”.

Pajak Daerah menurut Undang-undang No. 34 Tahun 2000 adalah :

“Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi/ badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pembangunan Daerah”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak daerah, antara lain :

1. Pajak Daerah dipungut berdasarkan undang-undang beserta aturan pelaksanaannya (pelaksanaannya bila perlu dapat dipaksakan).

2. Dalam hal dapat ‘dipaksakan’ dalam pelaksanaan pemungutan diperlukan pengaturan agar pungutan dapat dipaksakan dan dapat diterapkan sanksi maupun penyitaan, karena membayar pajak merupakan perwujudan kewajiban kenegaraan.

3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontra prestasi individual oleh pemerintah.

4. Pajak dipungut oleh negara baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah.

5. Hasil pajak daerah diperuntukkan bagi penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pembangunan Daerah.

(5)

2.2.2.1.2 Jenis-jenis Pajak Daerah

Macam pajak daerah kabupaten cukup banyak dan bervariasi. Dengan peraturan perpajakan yang baru jumlah penerimaan pajak ini diharapkan meningkat untuk memberikan keleluasaan kepada pemerintah daerah dalam mengelola perekonomian dan pembangunan daerahnya masing-masing.

Menurut Abdul Halim (2004:67) menyatakan bahwa: Pajak Daerah digolongkan ke dalam dua kategori menurut tingkat pemerintahan daerah yaitu Pajak Provinsi dan untuk Pajak Kabupaten/ Kota.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan Undang-undang 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, jenis pendapatan pajak untuk provinsi meliputi objek pendapatan berikut :

1. Pajak Kendaraan Bermotor.

2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor. 3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. 4. Pajak Kendaraan Di atas Air.

5. Pajak Air di Bawah Tanah. 6. Pajak Air Permukaan.

Selanjutnya untuk jenis pajak kabupaten/kota tersusun dari : 1. Pajak Hotel.

2. Pajak Restoran. 3. Pajak Hiburan. 4. Pajak Reklame.

5. Pajak Penerangan Jalan.

6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C. 7. Pajak Parkir.

1. Pajak Hotel

Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Hotel adalah bangunan yang khusus disediakan bagi orang untuk dapat menginap atau istirahat, memperoleh pelayanan dan/atau fasilitas lainnya dengan dipungut bayaran, termasuk bangunan lainnya yang menyatu, dikelola dan dimiliki oleh pihak yang

(6)

sama, kecuali untuk pertokoan dan perkantoran. Yang menjadi objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan dengan pembayaran di hotel, yang termasuk objek pajak hotel adalah :

a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.

b. Pelayanan penunjang sebagai pelengkap fasilitas penginapan atau tinggal jangka pendek yang memberikan kemudahan dan kenyamanan.

c. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel. d. Jasa persewaan maupun untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.

e. Penjualan makanan dan minuman, tempat yang disukai dengan fasilitas penyantapan.

Definisi pajak hotel menurut Undang-undang No. 34 Tahun 2000 adalah : “Pajak daerah yang dipungut atas pelayanan hotel, dimana subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel tersebut”.

Sementara yang menjadi wajib pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel. Yang menjadi dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran tamu kepada hotel dengan tarif paling tinggi sebesar 10%. 2. Pajak Restoran

Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan restoran berupa penjualan makanan dan minuman di tempat yang disertai dengan fasilitas pelayanannya tidak termasuk usaha jasa boga atau katering.

Sedangkan menurut Undang-undang No. 34 Tahun 2000 adalah :

“Pajak daerah yang dipungut atas pelayanan restoran, dimana subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran tersebut”.

Yang menjadi dasar pengenaan pajaknya adalah sebesar jumlah pembayaran yang dilakukan kepada restoran dengan tarif ditetapkan paling tinggi 10%.

(7)

3. Pajak Hiburan

Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan seperti pertunjukan, permainan, dan/atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun, yang ditonton atau dinikmati oleh setiap orang dengan dipungut bayaran, tidak termasuk penggunaan fasilitas untuk berolahraga. Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton atau menikmati hiburan tersebut. Sementara yang menjadi wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menyelengarakan hiburan.

Dasar pengenaan pajaknya adalah jumlah pembayaran yang seharusnya dibayar untuk menonton atau menikmati hiburan dengan tarif yang ditetapkan paling tinggi 10 %.

4. Pajak Reklame

Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan atau media yang menurut bentuk dan corak ragamnya untuk tujuan komersial, dipergunakan untuk memperkenalkan menganjurkan, atau memujikan suatu barang, jasa atau orang, ataupun untuk menarik perhatian umum kepada suatu barang, jasa atau orang yang ditempatkan atau dapat dilihat, dibaca, dan/atau didengar daeri suatu tempat oleh umum kecuali yang dilakukan oleh pemerintah.

Subjek dan wajib pajak reklame adalah orang pribadi dan badan yang menyelenggarakan reklame atau melakukan pemesanan reklame. Dasar pengenaannya adalah nilai sewa reklame dengan tarif paling tinggi 25%.

5. Pajak Penerangan Jalan

Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa diwilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah. Yang menjadi objeknya adalah penggunaan tenaga listrik di wilayah atau daerah yang tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah. Adapun yang menjadi

(8)

subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan tenaga listrik.

Sedangkan wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik atau pengguna tenaga listrik. Dasar pengenaan pajaknya adalah adalah nilai jual tenaga listrik. Adapun besarnya tarif adalah sebesar 10%.

6. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C

Pajak Pengambilan bahan Galian Golongan C adalah pajak atas kegiatan pengambilan bahan galian golongan C yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang menjadi objek pajaknya adalah orang pribadi yang mengeksploitasi bahan galian golongan C. Dasar pengenaannya adalah nilai jual hasil eksploitasi bahan galian golongan C dengan tarif paling tinggi 20%.

7. Pajak Parkir

Pajak Parkir adalah pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

Yang menjadi objek pajaknya adalah penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai tempat penitipan kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Sedangkan subjek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang melakukan pembayaran atas tempat parkir. Dasar pengenaan pajaknya adalah jumlah pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir dengan besarnya tarif sebesar 20%.

Meskipun beberapa jenis pajak daerah sudah ditetapkan dalam undang-undang, daerah kabupaten/kota diberi peluang dalam mengali potensi sumber-sumber keuangannya dengan menetapkan jenis pajak selain yang telah ditetapkan sepanjang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dan sesuai dengan aspirasi masyarakat. Adapun kriteria yang harus dipenuhi antara lain :

(9)

1. Bersifat Pajak dan bukan Retribusi.

2. Objek Pajak terletak atau terdapat di wilayah kabupaten/ kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.

3. Objek atau dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum.

4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak propinsi dan/ atau objek pajak pusat.

5. Potensi yang memadai.

6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang memadai. 7. Menjaga kelestarian lingkungan.

2.2.2.1.3 Sistem Pemungutan Pajak Daerah

Menurut Erly Suandy (2002:144) sistem pemungutan pajak daerah dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu :

1. Official Assessment System 2. Self Assessment System 3. Witholding System

Sistem pemungutan pajak daerah tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Official Assessment System

Official Assessment System adalah sistem pemungutan pajak dimana jumlah pajak yang harus dilunasi oleh wajib pajak dihitung dan ditetapkan oleh fiskus/aparat pajak. Jadi, dalam sistem ini wajib pajak bersifat pasif. Sedangkan fiskus bersifat aktif. Menurut sistem ini utang pajak timbul apabila telah ada ketetapan pajak dari fiskus.

Dengan demikian, jika dihubungkan dengan ajaran timbulnya utang pajak, maka official assessment system sesuai dengan timbulnya utang pajak menurut ajaran formil, artinya utang pajak timbul apabila sudah ada ketetapan pajak dari fiskus.

(10)

Pemungutan pajak daerah berdasarkan penetapan kepala daerah dengan menggunakan Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lainnya yang dipersamakan. Wajib pajak setelah menerima SKPD atau dokumen lain yang dipersamakan tinggal melakukan pembayaran menggunakan Surat Setoran Pajak Daerah (SSPD). Jika wajib pajak tidak atau kurang membayar tagihan pajak akan ditagih dengan menggunakan Surat Tagihan Pajak Daerah (STPD).

2. Self Assessment System

Self Assessment System adalah sistem pemungutan pajak dimana wajib pajak harus menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan jumlah pajak yang terhutang. Aparat pajak (fiskus) hanya bertugas melakukan penyuluhan dan pengawasan untuk mengetahui kepatuhan wajib pajak. Dengan demikian, jika dihubungkan dengan ajaran materil, artinya utang pajak timbul apabila ada yang menyebabkan timbulnya utang pajak.

Agar dapat menyukseskan self assessment system ini dibutuhkan beberapa prasyarat dari wajib pajak, antara lain :

a. Kesadaran wajib pajak (Tax consciousness).

b. Kejujuran Wajib Pajak.

c. Kemauan membayar dari wajib pajak (Tax mindedness).

d. Kedisplinan wajib pajak (Tax discipline).

Wajib pajak menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak daerah yang terutang. Dokumen yang digunakan adalah Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD), SPTPD adalah formulir untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sejumlah pajak yang terutang. Jika wajib pajak tidak atau kurang membayar atau terdapat salah hitung atau salah tulis dalam SPTPD maka akan ditagih menggunakan Surat Tagihan pajak Daerah (STPD).

Apabila dalam jangka waktu lima (5) tahun berdasarkan pemeriksaan ditemukan adanya pajak daerah yang tidak atau kurang bayar maka akan ditagih dengan menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), setelah

(11)

diterbitkan SKPKB berdasarkan data baru ternyata masih ada pajak daerah yang kurang bayar maka akan diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).

3. Witholding System

Witholding System adalah sistem pemungutan pajak yang mana besarnya pajak terutang dihitung dan dipotong oleh pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud di sini antara lain pemberi kerja, dan bendaharawan pemerintah.

2.2.2.1.4 Daluarsa Pajak Daerah

Menurut Erly Suandy (2002:144) batas daluarsa pajak daerah adalah lima (5) tahun kecuali wajib pajak daerah melakukan tindak pidana pajak daerah. Jangka waktu lima (5) tahun ditangguhkan jika :

1. Diterbitkan Surat Teguran dan Surat paksa.

2. Ada pengakuan hutang pajak dari wajib pajak baik secara langsung maupun tidak langsung.

2.2.2.2 Retribusi Daerah

2.2.2.2.1 Pengertian Retribusi Daerah

Menurut ketentuan Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 dan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah yaitu :

“Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan/atau yang diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan”.

Dari pengertian tersebut dijelaskan bahwa untuk meningkatkan pembangunan dan pemberian pelayanan kepada masyarakat serta peningkatan pertumbuhan ekonomi di daerah diperlukan adanya sumber-sumber Pendapatan Asli Daerah yang hasilnya memadai. Upaya peningkatan penyediaan pembiayaan dari sumber tersebut antara lain dilakukan dengan peningkatan kinerja pemungutan, penyempurnaan, dan penambahan jenis retribusi, serta pemberian

(12)

bagi daerah untuk menggali sumber-sumber penerimaan khususnya dari sektor retribusi daerah.

2.2.2.2.2 Jenis-jenis Retribusi Daerah

Retribusi Daerah dapat dibagi menjadi tiga jenis antara lain Retribusi Jasa Umum, Retribusi jasa Usaha, dan Retribusi perijinan Tertentu.

1. Retribusi Jasa Umum

Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Dalam menetapkan jenis retribusi ke dalam kelompok retribusi jasa umum, kriteria yang digunakan adalah :

a. Jasa tersebut termasuk dalam kelompok urusan pemerintahan yang diserahkan kepada daerah dalam pelaksanaan asas desentralisasi.

b. Selain melayani kepentingan umum, jasa tersebut memberi manfaat khusus bagi orang pribadi atau bdan yang diharuskan membayar retribusi, misalnya pelayanan pemungutan dan pembuangan sampah.

c. Jasa tersebut dianggap layak jika hanya disediakan kepada orang pribadi atau badan yang membayar retribusi, seperti pelayanan kesehatan untuk seseorang yang mampu (memiliki penghasilan yang cukup).

d. Retribusi untuk pelayanan pemerintah daerah itu tidak bertentangan dengan kebijakan nasional.

e. Retribusi tersebut tidak dipungut secara efektif dan efisien, serta dapat merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial.

f. Pelayanan yang bersangkutan dapat disediakan secara baik dengan kualitas pelayanan yang memadai.

Objek retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan atau diberikan pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi.

(13)

Sedangkan subjek retribusi jasa umum adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan/ menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan.

Berdasarkan ketentuan PP Nomor 66 Tahun 2001 bahwa jenis-jenis Retribusi jasa Umum adalah :

1. Retribusi Pelayanan kesehatan

2. Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan

3. Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP dan Akta Catatan Sipil 4. Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan mayat

5. Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum 6. Retribusi Pelayanan Pasar

7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor

8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran 9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta

10. Retribusi Pengujian Kapal Perikanan 2. Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Adapun yang dimaksud dengan jasa atau pelayanan usaha harus memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Jasa tersebut harus bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh swasta, tetapi pelayanan sektor swasata dianggap belum memadai dan,

b. Harus terdapat harta yang dimiliki atau dikuasai pemerintah daerah dan belum dimanfaatkan secara penuh oleh pemerintah daerah seperti tanah, bangunan, dan alat-alat berat.

Yang menjadi objek Retribusi Jasa Usaha adalah pelayanan yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pelayanan tersebut belum cukup disediakan oleh swasta. Yang termasuk kedalam retribusi jasa usaha antara lain :

(14)

1. Pemakaian kekayaan daerah 2. Pasar Grosir dan atau Pertokoan 3. Pelayanan terminal

4. Pelayanan tempat khusus parkir 5. Pelayanan tempat penitipan anak 6. Penginapan/villa

7. Penyedotan kakus 8. Rumah Potong Hewan 9. Tempat pendaratan kapal 10. Tempat rekreasi dan olah raga 11. Penyeberangan di atas air 12. Pengolahan air limbah

13. Penjualan usaha produksi daerah 3. Retribusi Perijinan Tertentu

Retribusi Perijinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

Yang menjadi subjek retribusi perijinan tertentu adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh ijin tertentu dari pemerintah daerah.

Jenis-jenis retribusi perijinan tertentu antara lain : 1. Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan

2. Retribusi Ijin Tempat Penjualan Minuman Beralkohol 3. Retribusi Ijin Gangguan

(15)

2.2.2.3 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan

2.2.2.3.1 Pengertian Hasil Pengelolaan kekayaan Daerah yang Dipisahkan Menurut Abdul Halim (2004:68), yang dimaksud dengan Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan adalah :

“Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan”. Menurut penjelasan pasal 157 huruf a Angka (3) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, bahwa yang dimaksud dengan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan adalah :

“Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan adalah antara lain bagian laba dari BUMD, hasil kerjasama dengan pihak ketiga”.

2.2.2.3.2 Jenis-jenis Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Jenis-jenis Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan meliputi objek pendapatan berikut :

1. Bagian Laba Perusahaan Milik Daerah 2. Bagian Laba Lembaga Keuangan Bank 3. Bagian Laba Lembaga Keuangan Non Bank 4. Bagian Laba atas Penyertaan Modal/Investasi 2.2.2.4 Lain-lain Pendapatan Asli Daerah

2.2.2.4.1 Pengertian Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Lain-lain Pendapatan Asli Daerah menurut Abdul Halim (2004:67) adalah: “Lain-lain PAD yang sah merupakan penerimaan daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah daerah”.

Sedangkan menurut penjelasan pasal 57 huruf a Angka (4) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, bahwa yang dimaksud dengan lain-lain PAD yang sah adalah :

(16)

“Lain-lain PAD yang sah antara lain penerimaan daerah diluar pajak dan retribusi daerah seperti jasa giro, hasil penjualan aset daerah”.

2.2.2.4.2 Jenis-jenis Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah

Yang termasuk kedalam lain-lain PAD yang Sah meliputi objek pendapatan berikut ini :

1. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan 2. Penerimaan jasa giro

3. Penerimaan bunga deposito

4. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan

5. Penerimaan ganti rugi atas kerugian/kehilangan kekayaan daerah (TP-TGR) Sedangkan menurut pasal 6 ayat (2) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahwa lain-lain PAD yang sah meliputi :

1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan; 2. Jasa giro;

3. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing;

4. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

2.3 Belanja daerah

2.3.1 Pengertian Belanja Daerah

Belanja adalah penurunan aktiva atau kenaikan utang yang digunakan untuk berbagai kegiatan dalam suatu periode akuntansi atau periode anggaran tertentu. Pengertian Belanja Daerah menurut Undang-undang No. 32 tahun 2004, adalah :

“Belanja Daerah adalah semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan”.

(17)

Sedangkan Belanja Daerah menurut Indra Bastian (2001:196) menyatakan bahwa :

“Belanja Daerah adalah penurunan (pengeluaran) kas pemerintah pusat pembayaran barang dan jasa dibeli pemerintah, subsidi kepada masyarakat, pembayaran transfer, pembayaran utang, belanja modal, dan belanja lainnya yang telah mendapat otorisasi dalam RAPBN”. Belanja daerah meliputi semua pengeluaran yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang akan menjadi pengeluaran kas daerah. Belanja daerah ini dibiayai dari hasil pendapatan daerah. Untuk itu pendapatan daerah harus terus meningkat guna memenuhi kebutuhan rumah tangganya.

2.3.2 Elemen-elemen Belanja Daerah

Pengeluaran daerah atau Belanja Daerah dirinci menurut organisasi, fungsi, kelompok, dan jenis belanja.

a. Belanja Daerah menurut organisasi adalah suatu kesatuan pengguna anggaran seperti Sekretariat Daerah, Dinas Daerah, dan lembaga teknis daerah lainnya. b. Fungsi belanja misalnya pendidikan, kesehatan, dan fungsi-fungsi lainnya. c. Bagian belanja misalnya belanja aparatur daerah dan belanja pelayanan

publik.

d. Kelompok belanja misalnya belanja administrasi umum, belanja operasi dan pemeliharaan, belanja modal.

e. Jenis Belanja misalnya belanja pegawai/personalia, belanja barang dan jasa, belanja perjalanan dinas, dan belanja pemeliharaan.

Sebelum pelaksanaan Undang-undang Otonomi Daerah yang baru, Belanja daerah terdiri dari Belanja Rutin dan Belanja Pembangunan. Setelah pelaksanaan Undang-undang Otonomi Daerah sesuai dengan keputusan Menteri Dalam Negeri No. 29 Tahun 2002, maka belanja daerah terdiri dari :

1. Belanja Aparatur Daerah 2. Belanja Pelayanan Publik

3. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan 4. Belanja Tidak Tersangka

(18)

1. Belanja Aparatur Daerah

Belanja aparatur daerah adalah pengeluaran (belanja) yang dialokasikan dan digunakan untuk membiayai kegiatan yang berhasil guna, bermanfaat dan dampaknya tidak secara langsung dinikmati oleh masyarakat (publik).

Yang termasuk ke dalam bagian belanja aparatur daerah adalah : a. Belanja Administrasi Umum;

b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan; c. Belanja Modal/ Pembangunan. 2. Belanja Pelayanan Publik

Belanja Pelayanan Publik adalah pengeluaran (belanja) yang dialokasikan/digunakan untuk membiayai kegiatan yang berhasil guna, bermanfaat dan dampaknya secara langsung dinikmati oleh masyarakat (publik).

Yang termasuk kedalam Belanja Pelayanan Publik adalah : a. Belanja Administrasi Umum;

b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan; c. Belanja Modal/ Pembangunan.

3. Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan

Belanja Bagi Hasil dan Bantuan Keuangan berbentuk kegiatan pengalihan uang dan atau barang dari pemerintah daerah. Pengeluaran uang dengan kriteria sebagai berikut :

1) Tidak menerima secara langsung imbal barang atau jasa seperti yang layak terjadi dalam transaksi pembelian dan penjualan.

2) Tidak mengharapkan dibayar kembali di masa yang akan datang, seperti yang diharapkan pada suatu pinjaman.

3) Tidak mengharapkan adanya hasil pendapatan seperti layaknya yang diharapkan pada kegiatan investasi.

Kelompok Belanja ini terdiri atas jenis belanja berikut (hanya untuk bagian belanja pelayanan publik):

(19)

a. Belanja Bagi Hasil Pajak kepada Pemerintah Kabupaten/Kota (bagi Provinsi). b. Belanja Bagi Hasil Retribusi kepada Pemerintah Desa (bagi Kabupaten/Kota). c. Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Desa/Kelurahan (bagi

Kabupaten/Kota).

d. Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota (bagi Provinsi).

e. Belanja Bantuan Keuangan kepada Organisasi Kemasyarakatan. f. Belanja Bantuan Keuangan kepada Organisasi Profesi.

4. Belanja Tidak Tersangka

Adalah pengeluaran yang disediakan untuk :

1) Kejadian-kejadian luar biasa seperti bencana alam, kejadian yang dapat membahayakan daerah.

2) Utang (pinjaman) periode sebelumnya yang belum disediakan dan atau yang tersedia anggarannya pada tahun yang bersangkutan, dan

3) Pengembalian penerimaan yang bukan haknya atau penerimaan yang dibebaskan (dibatalkan) dan atau kelebihan penerimaan.

Elemen-elemen belanja di atas bila dijabarkan lagi terdiri dari: a. Belanja Administrasi Umum

Belanja administrasi umum adalah belanja tidak langsung yang dialokasikan pada kegiatan noninvestasi (tidak menambah aset). Jenis Belanja yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

1) Belanja Pegawai/Personalia; merupakan belanja pemerintah daerah untuk orang/personel yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai. Jenis belanja untuk Bagian Belanja Aparatur Daerah meliputi Objek Belanja:

- Gaji dan Tunjangan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah. - Gaji dan Tunjangan Pegawai.

- Biaya Perawatan dan Pengobatan.

(20)

Jenis belanja untuk Bagian Pelayanan Publik meliputi Objek Belanja: - Belanja Tetap dan Tunjangan Pimpinan dan Anggota DPRD. - Gaji dan Tunjangan Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah. - Biaya Perawatan dan Pengobatan.

- Biaya Pengembangan Sumber Daya Manusia

2) Belanja Barang dan Jasa; merupakan belanja pemerintah daerah untuk penyediaan barang dan jasa. Jenis belanja barang dan jasa untuk Bagian Belanja Aparatur Daerah meliputi Objek Belanja:

- Biaya Bahan Pakai Habis Kantor. - Biaya Jasa Kantor.

- Biaya Cetak dan Penggandaan Keperluan Kantor. - Biaya Sewa Kantor.

- Biaya Makanan dan Minuman Kantor. - Biaya Pakaian Dinas.

- Biaya Bunga Utang.

- Biaya Depresiasi Gedung (operasional).

- Biaya Depresiasi Alat Angkutan. (operasional). - Biaya Depresiasi Alat Kantor dan Rumah Tangga.

- Biaya Depresiasi Alas Studio dan Alat Komunikasi (operasional).. Jenis belanja untuk Bagian Pelayanan Publik meliputi Objek Belanja: - Biaya Bahan Pakai Habis Kantor.

- Biaya Jasa Kantor.

- Biaya Cetak dan Penggandaan Keperluan Kantor. - Biaya Sewa Kantor.

- Biaya Makanan dan Minuman Kantor. - Biaya Pakaian Dinas.

- Biaya Bunga Utang. - Biaya Depresiasi Gedung.

- Biaya Depresiasi alat-alat besar (operasional). - Biaya Depresiasi Alat Angkutan (operasional).

(21)

- Biaya Depresiasi Alat Pertanian (operasional). - Biaya Depresiasi Alat Kantor dan Rumah Tangga.

- Biaya Depresiasi Alat Studio dan Alat Komunikasi (operasional). - Biaya Depresiasi Alat-alat Kedokteran (operasional).

- Biaya Depresiasi Alat-alat Laboratorium (operasional).

3) Biaya Perjalanan Dinas; merupakan jenis belanja pemerintah daerah untuk biaya perjalanan pegawai dan dewan. Objek belanja dari jenis belanja ini untuk bagian Belanja Aparatur Daerah meliputi Biaya Perjalanan Dinas, sedangkan untuk bagian Belanja Pelayanan Publik meliputi Biaya Perjalanan Dinas, Biaya Perjalanan Pindah, dan Biaya Pemulangan Pegawai yang Gugur dan Dipensiunkan.

4) Belanja Pemeliharaan; merupakan belanja pemerintah daerah untuk pemeliharaan barang daerah. Objek Belanja dari jenis belanja ini untuk bagian Belanja Aparatur Daerah adalah:

- Biaya Pemeliharaan Bangunan Gedung. - Biaya Pemeliharaan Alat-alat Angkutan.

- Biaya Pemeliharaan Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga. - Biaya Pemeliharaan Alat-alat Studio dan Alat Komunikasi. - Biaya Pemeliharaan Buku Perpustakaan.

- Biaya Pemeliharaan Alat-alat Persenjataan.

Jenis belanja untuk Bagian Pelayanan Publik meliputi Objek Belanja: - Biaya Pemeliharaan Jalan dan Jembatan.

- Biaya Pemeliharaan Bangunan Air (irigasi). - Biaya Pemeliharaa Instalasi.

- Biaya Pemeliharaan Jaringan.

- Biaya Pemeliharaan Bangunan Gedung. - Biaya Pemeliharaan Monumen.

- Biaya Pemeliharaan Alat-alat Besar. - Biaya Pemeliharaan Alat-alat Angkutan - Biaya Pemeliharaan Alat-alat Bengkel. - Biaya Pemeliharaan Alat Pertanian

(22)

- Biaya Pemeliharaan Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga. - Biaya Pemeliharaan Alat-alat Studio dan Alat Komunikasi. - Biaya Pemeliharaan Alat-alat Kedokteran.

- Biaya Pemeliharaan Alat-alat Laboratorium. - Biaya Pemeliharaan Buku Perpustakaan. - Biaya Pemeliharaan Alat-alat Persenjataan.

- Biaya Pemeliharaan Barang Bercorak Kesenian dan Kebudayaan. - Biaya Pemeliharaan Hewan dan Ternak serta Tanaman.

b. Belanja Operasi dan Pemeliharaan

Belanja Operasi dan Pemeliharaan merupakan belanja langsung yang digunakan untuk membiayao kegiatan noninvestasi (tidak menambah aset).

Jenis belanja yang termasuk kelompok ini adalah:

1) Belanja Pegawai/Personalia; untuk bagian Belanja Aparatur dan Pelayanan Publik meliputi objek :

- Honorarium/upah. - Uang Lembur. - Insentif.

2) Belanja Barang dan Jasa; baik untuk untuk bagian Belanja Aparatur dan Pelayanan Publik meliputi objek :

- Biaya Bahan/Material. - Biaya Jasa Pihak ketiga

- Biaya Cetak dan Penggandaan. - Biaya Sewa.

- Biaya Makanan dan Minuman. - Biaya Bunga Utang.

- Biaya Pakaian Kerja.

Untuk jenis Belanja Perjalanan Dinas dan Jenis Belanja Pemeliharaan memiliki klasifikasi yang sama dengan klasifikasi jenis belanja ini pada kelompok Belanja Administrasi Umum, baik untuk bagian Belanja Aparatur Daerah maupun Pelayanan Publik.

(23)

c. Belanja Modal

Belanja modal merupakan belanja pemerintah daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok Belanja Administrasi Umum.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil di atas, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah dari hasil analisis data pada penelitian ini diperoleh bahwa

Pada studi ini, kebutuhan ruang dihitung melalui jumlah kebutuhan pangan seluruh penduduk Provinsi Sumatera Utara yang disesuaikan dengan Sasaran Konsumsi Pangan

5 Mar 20XA Thariq menerima transfer dari BMS cabang solo sebesar Rp 5.000.000 10 Mar 20XA Thariq menerima bilyet giro dari nasabah Bank peduli syariah (BPS) yang. pernah

kerangka teori, penelitian terdahulu, metode penelitian dan sisitematika bahasan. Bab kedua, bab ini membahas profil K.H. Muhammad Dawam Saleh dalam kehidupan

Kemudian diperoleh temuan bahwa terdapat tujuh tema baru, yaitu : (1) Masalah pada sertifikasi guru khususnya terkait jam mengajar dan kelas; (2) Masalah pada guru

Keunggulan yang dimiliki oleh Flash ini adalah ia mampu diberikan sedikit code pemograman baik yang berjalan sendiri untuk mengatur animasi yang ada didalamnya atau

Tetapi tidak semua pernikahan berbeda etnis dapat berjalan dengan baik, karena perbedaan etnis yang terjadi menimbulkan hambatan dalam proses pelaksanaan pernikahan

 juga sangat berhubungan dengan konsentrasi zat kimia yang masuk ke dalam tubuh sehingga pada dosis yang aman makhluk hidup akan terhindar dari keracunan, sementara pada dosis