• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

74

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode pendekatan deskriptif, data yang diperoleh dari subyek penelitian dianalisis sesuai dengan metode statistik yang digunakan kemudian diinterprestasikan. Subyek penelitian ini meliputi ketua kelompok kerja prakerin, guru pembimbing, dan instruktur di instusi pasangan yang semuanya berjumlah 29 orang.

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini adalah 1) kesiapan pelaksanaan prakerin yang meliputi kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru pembimbing, 2) kesiapan fasilitas praktik di dunia usaha/industri, 3) pelaksanaan Prakerin di dunia usaha/industri, 4) pelaksanaan monitoring, 5) pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi, dan 6) pelaksanaan evaluasi.

Kesiapan pelaksanaan prakerin yang meliputi kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru pembimbing. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan hal pokok penggerak utama berjalannya program. Organisasi dalam prakerin sebagai penggerak utama berjalannnya program. Organisasi dibentuk oleh kepala sekolah selaku pemimpin utama. Organisasi prakerin biasanya diisi oleh guru produktif atau beberapa guru yang lain. Administrasi dalam prakerin diperlukan sebagai suatu penunjang utama dalam proses kegiatan.

(2)

Administrasi ini dapat berupa perizinan, pembuatan surat tugas, buku panduan, surat pengantar, pengarsipan, dll.

Kesiapan biaya merupakan salah satu hal pokok yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan prakerin. Biaya ini digunakan untuk operasional pelaksanaan program, monitoring, pembuatan buku panduan, pembuatan kenang-kenangan industri, dll. Selain bersumber dari alokasi dana sekolah hendaknya pembiayaan prakerin juga dapat dialokasikan dari sponsor atau pihak lain yang tidak terikat. Program kerja merupakan salah satu hal pokok yang perlu direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi dalam pelaksanaannya. Dalam sebuah kegiatan, program kerja memuat apa saja hal yang akan dilaksanakan dalm kegiatan tersebut. Prakerin merupakan salah satu kegiatan untuk siswa dalam rangka beberapa tujuan tertentu. Guru pembimbing merupakan salah satu unsur dalam prakerin yang ikut mempengaruhi keberhasilan prakerin. Guru pembimbing gharus dapat membimbing siswanya di industri berkaitan dengan pencapaian tujuan prakerin, penyelesaian hambatan yang dialami, penyelesaian penugasan, dll. Berkaitan dengan tugas guru pembimbing tersebut tentunya guru pembimbing harus menguasai konsep prakerin, mempunyai pengetahuan yang luas tentang iklim di DU/DI, dan mempunyai jadwal bimbingan pada siswanya. Selain itu faktor pengalaman dan kualifikasi pendidikan juga turut mempengaruhinya.

Fasilitas praktik di DU/DI yang memadai sesuai yang dibutuhkan di DU/DI akan memudahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembentukan karakter calon tenaga kerja yang profesional di bidangnya akan

(3)

semakin mudah, begitu juga sebaliknya apabila fasilitas yang terdapat dalam DU/DI kurang memadai maka siswa akan terhambat dalam menguasai kompetensi yang disyaratkan.

Kegiatan di DU/DI yang dilaksanakan oleh siswa pada dasarnya merupakan keahlian kompetensi industri yang belum didapatkan di sekolah. Pokok dari pelaksanaan prakerin adalah membentuk iklim kerja pada peserta didik melalui berbagai ketrampilan tambahan di industri sehingga ketika lulus nanti sudah memiliki gambaran tentang iklim kerja di DU/DI.

Monitoring merupakan salah satu upaya untuk mengetahui proses pelaksanaan prakerin di DU/DI diantaranya adalah keterlaksanaan program, sikap dan perilaku siswa, hambatan yang ada, sarana dan prasarana di DU/DI, dll. Monitoring dilaksanakan pada saat siswa melaksanakan PSG di dunia usaha/industri oleh guru pembimbing secara periodik. Hasil dari pelaksanaan monitoring sebagai salah satu bahan dalam pelaksaanaan evaluasi pelaksanaan prakerin.

Uji kompetensi merupakan salah satu media untuk mengetahui sejauh mana ketercapaian siswa dalam menguasai kompetensi tertentu. Uji kompetensi ini perlu dilaksanakan oleh industri sebagai pihak yang telah mengetahui kemampuan siswa selama prakerin. Sedangkan sertifikasi diberikan pada siswa yang telah dinyatakan lulus uji kompetensi sebagai pengakuan tertulias atas kompetensi yang telah dikuasainya.

Pada dasarnya evaluasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dan perlu dilakukan dalam setiap program kerja. Evaluasi merupakan

(4)

suatu langkah untuk mengetahui tingkat keterlaksanaan program dengan yang telah direncanakan, hambatan yang ada, masukan atau saran, dan tindak lanjutnya.

Deskripsi data hasil penelitian dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Kesiapan pelaksanaan prakerin

Pelaksanaan prakerin menuntut dipersiapkannya kondisi-kondisi yang memungkinkan prakerin dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya di DU/DI. Kesiapan yang diperlukan diantaranya adalah kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru pembimbing.

a. Kesiapan administrasi dan organisasi

Aspek ini merupakan faktor penting sebelum melaksanakan prakerin. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan hal pokok penggerak utama berjalannya program. Administrasi yang tertib dan sesuai dengan petunjuk yang ada akan memperlancar dalam proses persiapan pelaksanaan Prakerin. Begitu juga dengan pengorganisasian dalam menempatkan sumber daya manusia (SDM) yang tepat dan kompeten di bidangnya masing-masing akan meningkatkan kualitas program yang dibuat. Variabel kesiapan administrasi dan organisasi terdiri dari 18 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek pembentukan organisasi dan penunjukan personil, aspek pelaksanaan surat menyurat, dan aspek

(5)

pemetaan DU/DI. Hasil pengisian instrumen oleh ketua pokja prakerin dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5. Hasil Penelitian Kesiapan Administrasi dan Organisasi

Variabel Aspek Kesiapan Jumlah

Butir Nomor Butir pada Instrumen Prosen -tase (%) Kesiapan administrasi dan organisasi 1. Pembentukan organisasi dan penunjukan personil pengelola Prakerin 2. Pelaksanaan surat menyurat/kesekretari atan 3. Pemetaan DU/DI 7 8 3 1-3, 5-8 11-18 4, 9-10 100% 62,5% 100% Rata-rata 87,5%

Tabel 5. menunjukkan bahwa tingkat kesiapan administrasi dan organisasi prakerin mencapai rata-rata 87,5% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Dari beberapa aspek kesiapan administrasi dan organisasi, dua aspek diantaranya telah memenuhi kesiapan 100% yaitu aspek pembentukan organisasi dan administrasi dan aspek pemetaan DU/DI. Sedangkan untuk aspek pelaksanaan surat menyurat baru mencapai tingkat kesiapan 62,5% masuk dalam kategori tinggi. Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dan data instrumen terbuka dengan ketua pokja diperoleh keterangan tambahan sebagai berikut :

1) Personil kelompok kerja prakerin terdiri dari WKS 4 bidang Humas selaku penanggung jawab program, Ketua Pokja, sekretaris, bendahara dari unsur guru, dan semua Ketua

(6)

Kompetensi Keahlian (K3). Sedangkan pembimbing siswa berasal dari guru produktif yang direkomendasikan oleh K3. Untuk pembimbing tidak masuk dalam kelompok kerja.

2) Tidak diterbitkan buku panduan untuk pembimbing dikarenakan peserta sudah diberikan buku panduan agenda kegiatan, sehingga penduan pembimbingan, penilaian, dan agenda kegiatan terintegrasi menjadi satu dengan buku panduan siswa.

3) Pelaksanaan surat menyurat tidak bisa dilaksanakan sepenuhnya dikarenakan ada beberapa DU/DI yang dikategorikan berskala kecil.

4) Pemilihan lokasi DU/DI sebagian besar berada di sekitar SMK 3 Pacitan dalam hal ini area Kabupaten Pacitan, sedangkan yang berada di luar Pacitan hanya terdapat beberapa saja. Dari 27 lokasi DU/DI yang digunakan, 16 lokasi berada di dalam Pacitan, sedangkan 11 lokasi tersebar di luar Pacitan yaitu Ponorogo 2 lokasi, Sukoharjo 5 lokasi, Wonogiri 2 lokasi, Yogyakarta 1 lokasi, dan Tangerang 1 lokasi. Persebaran lokasi yang sebagian besar berada di dalam Pacitan dikarenakan sebagian besar siswa memilih untuk mencari lokasi di dalam Pacitan. Selain itu faktor kesiapan mental untuk mencari tantangan baru di luar Pacitan juga masih sangat rendah. Padahal lokasi DU/DI di area Pacitan yang termasuk menengah keatas sangat sedikit bahkan hanya beberapa saja.

(7)

5) Sekolah menetapkan kriteria untuk lokasi yang akan digunakan untuk prakerin, diantaranya adalah surat balasan

DU/DI, bergerak dalam bidang jasa/produksi sesuai program keahlian, memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, jumlah siswa yang berada dalam satu DU/DI tidak terlalu banyak. Semua kriteria tersebut akan disurvei oleh guru pembi

koordinator wilayah.

Hasil kategori penilaian kesiapan admnistrasi dan organisasi yang disajikan pada tabel 5

diagram sebagai berikut

Gambar 2 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% P ro se n ta se

Sekolah menetapkan kriteria untuk lokasi yang akan digunakan untuk prakerin, diantaranya adalah surat balasan kesanggupan dari DU/DI, bergerak dalam bidang jasa/produksi sesuai program keahlian, memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, jumlah siswa yang berada dalam satu DU/DI tidak terlalu banyak. Semua kriteria tersebut akan disurvei oleh guru pembi

koordinator wilayah.

Hasil kategori penilaian kesiapan admnistrasi dan organisasi yang disajikan pada tabel 5. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar 2. Diagram Batang Kesiapan Administrasi dan Organisasi 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Aspek-aspek Kesiapan Administrasi dan Organisasi 100% 62,50% 100% Aspek Pembentukan Organisasi dan Penunjukan Personil Prakerin Aspek Surat menyurat/Kesekretariat an Pemetaan DU/DI

Sekolah menetapkan kriteria untuk lokasi yang akan digunakan kesanggupan dari DU/DI, bergerak dalam bidang jasa/produksi sesuai program keahlian, memiliki fasilitas sarana dan prasarana yang memadai, jumlah siswa yang berada dalam satu DU/DI tidak terlalu banyak. Semua kriteria tersebut akan disurvei oleh guru pembimbing atau

Hasil kategori penilaian kesiapan admnistrasi dan organisasi dapat pula digambarkan dalam bentuk

. Diagram Batang Kesiapan Administrasi dan Organisasi Aspek Pembentukan Organisasi dan Penunjukan Personil Prakerin Aspek Surat-menyurat/Kesekretariat Pemetaan DU/DI

(8)

b. Kesiapan biaya

Variabel kesiapan biaya terdiri dari 5 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek sumber biaya, aspek pengelolaan biaya, dan aspek pelaporan. Data kesiapan biaya diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.

Tabel 6. Hasil Penelitian Kesiapan Biaya Variabel Aspek penilaian Jumlah

Butir Nomor Butir pada Instrumen Prosentase (%) Kesiapan Biaya 1. Sumber biaya pelaksanaan Prakerin 2. Pengelolaan biaya Prakerin 3. Pelaporan 2 2 1 1-2 3-4 5 50% 100% 100% Rata-rata 83,33%

Tabel 6. menunjukkan bahwa tingkat kesiapan pembiayaan prakerin mencapai rata-rata 83,33% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Aspek pengelolaan biaya dan pelaporan mencapai tingkat kesian sangat tinggi yaitu 100%, sedangkan aspek sumber pembiayaan baru mencapai tingkat sedang (50%). Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dengan ketua pokja diperoleh keterangan tambahan sebagai berikut :

1) Biaya operasional untuk pelaksanaan Prakerin ini diambilkan dari dana Komite dan dana BOS yang meliputi pembuatan buku

(9)

agenda, surat menyurat, monitoring, evaluasi, pemetaan DU/DI, pelaporan, pembuatan kenang-kenangan untuk DU/DI. Sedangkan biaya yang menyangkut dengan kebutuhan siswa seperti biaya hidup, biaya transportasi, dll ditanggung sepenuhnya oleh siswa. Namun apabila ada siswa yang kurang mampu ekonominya akan dibantu yang teknisnya dibahas bersama dengan bendahara sekolah dan bendahara pokja.

2) Sumber biaya masih dari dana BOS dan Komite, untuk pencarian sponsor dalam bentuk uang belum dilakukan karena kerjasama sponsor biasanya langsung pada DU/DI terkait yang termasuk dalam DU/DI menengah keatas. Biasanya DU/DI tersebut berani memberikan fasilitas lebih pada siswa yang melaksanakan prakerin di tempatnya.

3) Pelaporan hanya disampaikan pada Kepala Sekolah selaku pimpinan UPT SMK 3 Pacitan karena sumber pembiayaan berasal dari sekolah.

Hasil kategori penilaian kesiapan biaya yang disajikan pada tabel 6. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

(10)

c. Kesiapan pengelolaan program

Variabel kesiapan pengelolaan program terdiri dari 8 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek

siswa, aspek pada peserta.

ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.

Tabel 7. Hasil penelitian kesiapan pengelolaan program Variabel Kesiapan Pengelolaan Program Rata-rata 20% 40% 60% 80% 100% P ro se n ta se

Gambar 3. Diagram Batang Kesiapan Biaya Kesiapan pengelolaan program

Variabel kesiapan pengelolaan program terdiri dari 8 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek

, aspek koordinasi pelaksanaan program, dan aspek

pada peserta. Data kesiapan pengelolaan program diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada

n 3.

. Hasil penelitian kesiapan pengelolaan program Variabel Aspek penilaian Jumla

h Butir Nomor Butir pada Instrumen Kesiapan Pengelolaan Program 1. Pembekalan siswa 2. Koordinasi pelaksanaan Prakerin 3. Sosialisasi kepada siswa peserta Prakerin 2 2 4 1,3 5-6 2,4,7-8 rata 0% 20% 40% 60% 80% 100%

Aspek-aspek Kesiapan Biaya 50%

100% 100%

Aspek Sumber Biaya Pelaksanaan Prakerin

Aspek Pengelolaan Biaya

Aspek Pelaporan

. Diagram Batang Kesiapan Biaya

Variabel kesiapan pengelolaan program terdiri dari 8 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek pembekalan , dan aspek sosialisasi Data kesiapan pengelolaan program diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada

. Hasil penelitian kesiapan pengelolaan program Nomor Butir pada Instrumen Prosentase (%) 8 50% 50% 100% 66,66% Aspek Sumber Biaya Pelaksanaan Prakerin

Aspek Pengelolaan Biaya

(11)

Tabel 7. menunjukkan bahwa tingkat kesiapan pengelolaan program prakerin mencapai rata-rata 66,66% termasuk dalam kategori tinggi. Aspek sosialisasi pada peserta mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%, sedangkan aspek pembekalan peserta dan koordinasi pelaksanaan baru mencapai tingkat sedang (50%). Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dengan ketua pokja diperoleh keterangan tambahan sebagai berikut :

1) Peserta diberikan pembekalan sebelum penerjunan ke DU/DI. Dalam pembekalan disampaikan mengenai gambaran umum prakerin, agenda kegiatan, sistem penilaian, dan pelaporan. Di samping itu peserta juga diberikan buku agenda kegiatan selama prakerin. Pembekalan secara umum disampaikan oleh ketua pokja dan K3. Namun dalam pelaksanaan pembekalan ini belum dapat menghadirkan perwakilan dari pihak DU/DI untuk memberikan penjelasan singkat mengenai gambaran iklim kerja, tata tertib, hak dan kewajiban, dll di DU/DI.

2) Dalam pelaksanaan rapat koordinasi baru dilaksanakan intern pokja dan belum mengundang pihak DU/DI secara langsung untuk dapat memberikan saran dan masukan pelaksanaan prakerin. 3) Pembekalan secara teknis diserahkan pada masing-masing

(12)

Hasil

disajikan pada tabel 7 sebagai berikut:

Gambar

d. Kesiapan

Variabel kesiapan guru pembimbing

pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek informasi prakerin, konsep prakerin, pengalaman industri, keterlibatan dengan organisasi pokja maupun kegiatan kesiswaan, dan prosedur program bimbingan. Data pelaksanaan kesiapan g

dari pembimbing prakerin program keahlian Teknologi Kendaraan Ringan (TKR) sebanyak 7 orang. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran

P ro se n ta se

Hasil kategori penilaian kesiapan pengelolaan program yang disajikan pada tabel 7. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar 4. Diagram Batang Kesiapan Pengelolaan Program

Kesiapan Guru Pembimbing

Variabel kesiapan guru pembimbing terdiri dari 15 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek informasi prakerin, konsep prakerin, pengalaman industri, keterlibatan dengan organisasi pokja maupun kegiatan kesiswaan, dan prosedur program bimbingan. Data pelaksanaan kesiapan guru pembimbing diperoleh dari pembimbing prakerin program keahlian Teknologi Kendaraan Ringan (TKR) sebanyak 7 orang. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.

0% 20% 40% 60% 80% 100% Aspek-aspek Kesiapan Pengelolaan Program 50% 50% 100% P ro se n ta se Aspek Pembekalan Siswa Aspek Koordinasi Pelaksanaan Prakerin Aspek Sosialisasi pada Peserta

kategori penilaian kesiapan pengelolaan program yang dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram

. Diagram Batang Kesiapan Pengelolaan Program

terdiri dari 15 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek informasi prakerin, konsep prakerin, pengalaman industri, keterlibatan dengan organisasi pokja maupun kegiatan kesiswaan, dan prosedur program uru pembimbing diperoleh dari pembimbing prakerin program keahlian Teknologi Kendaraan Ringan (TKR) sebanyak 7 orang. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat

Aspek Pembekalan Siswa

Aspek Koordinasi Pelaksanaan Prakerin Aspek Sosialisasi pada Peserta

(13)

Tabel 8. Hasil Penelitian Kesiapan Pembimbing

Aspek penilaian

Prosentase (%) Rata-rata

tiap Aspek % Res-1 Res-2 Res-3 Res-4 Res-5 Res-6

Res-7 1. Mendapatkan informasi tentang Prakerin 2. Mengetahui konsep Prakerin 3. Pengalaman industri 4. Keterlibatan dalam organisasi Prakerin maupun kegiatan kesiswaan 5. Prosedur belajar mengajar pada Prakerin 100 100 66,67 66,67 100 100 100 66,67 100 100 100 100 33,33 33,33 66,7 100 100 66,67 66,67 100 100 100 100 66,67 100 100 100 66,67 66,67 100 100 100 100 100 100 100 100 71,43 76,19 95,24 Rata-rata tiap Responden 86,67 93,33 66,67 93,33 93,33 86,67 100 Rata-rata 88,57%

Tabel 8. menunjukkan data kesiapan pembimbing dalam pelaksanaan Prakerin di SMK 3 Pacitan. Rata-rata mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 88,57%. Sedangkan dari rata-rata masing-masing pembimbing diperoleh tingkat kesiapan mencapai tingkat sangat tinggi yaitu di atas 80%. Untuk masing-masing aspek kesiapan, pada aspek mendapatkan informasi tentang prakerin semua pembimbing telah mendapatkan informasi tersebut.

Dari hasil wawancara dan instrumen terbuka informasi didapatkan dari ketua pokja, K3, kepala sekolah, dan Humas. Pada aspek mengetahui konsep prakerin semua pembimbing juga telah mengetahui konsep tersebut. Hal itu ditunjukkan dengan

(14)

mendapatkan tingkat kesiapan sangat tinggi (100%). Berdasarkan wawancara dan pengisian angket, disebutkan konsep prakerin diantaranya adalah sebagai latihan siswa untuk mengetahui iklim kerja di DU/DI, sistem pembelajaran ganda selain disekolah, mengaplikasikan ketrampilan yang sudah didapatkan di sekolah dalam kerja nyata, menanamkan sikap dan mental kerja, dan melatih diri untuk bersiap menghadapi persaingan global.

Pada aspek pengalaman industri, baru mencapai tingkat kesiapan 71,43% yaitu kategori tinggi. Namun dari data yang diperoleh, ada beberapa pembimbing yang belum pernah magang di industri karena setelah lulus sarjana langsung menjadi guru. Ada juga yang sebelum menjadi guru menjadi salah satu bagian di dunia industri. Selain itu ada beberapa pembimbing juga yang belum pernah mengadakan kunjungan industri. Industri yang dimaksud adalah industri berskala menengah ke atas sehingga dapat belajar untuk masalah manajemennya.

Pada aspek keterlibatan di pokja maupun kegiatan kesiswaan mencapai tingkat kesiapan tinggi yaitu 76,19%. Sebagian besar terlibat dalam pokja meskipun tidak masuk di dalam SK Pokja. Keterlibatan yang dimaksud adalah dalam hal rapat koordinasi. Ada beberapa pembimbing yang selain menjadi guru pembimbing prakerin juga menjadi pembimbing kesiswaan seperti Pramuka, OSIS, Futsal, dan PMR. Pada aspek prosedur pembelajaran mencapai

(15)

tingkat kesiapan 95,24% masuk dalam kategori sangat tinggi. Dari tujuh pembimbing y

kesiapannya baru mencapai 66,67%. Hal yang belum terlaksana adalah melakukan pertemuan dengan siswa sebelum pelaksanaan prakerin.

Hasil kategori penilaian kesiapan aspek yang disajikan pada

bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar

2. Kesiapan Fasilitas Praktik di Dunia Usaha/Industri

Variabel kesiapan fasilitas praktik di DU/DI terdiri dari 14 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen

P ro se n ta se

tingkat kesiapan 95,24% masuk dalam kategori sangat tinggi. Dari tujuh pembimbing yang ada hanya 1 pembimbing yang tingkat kesiapannya baru mencapai 66,67%. Hal yang belum terlaksana adalah melakukan pertemuan dengan siswa sebelum pelaksanaan prakerin.

Hasil kategori penilaian kesiapan guru pembimbing

yang disajikan pada tabel 8. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar 5. Diagram Batang Kesiapan Guru Pembimbing Kesiapan Fasilitas Praktik di Dunia Usaha/Industri

Variabel kesiapan fasilitas praktik di DU/DI terdiri dari 14 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Aspek-aspek Kesiapan Guru Pembimbing 100% 100% 71,43% 76,19% 95,24% P ro se n ta se Aspek Mendapatkan Informasi tetang Prakerin Aspek Mengetahui Konsep Prakerin Pengalaman Industri Keterlibatan dalam pokja maupun kegiatan kemahasiswaaan

Prosedur Bimbingan Prakerin

tingkat kesiapan 95,24% masuk dalam kategori sangat tinggi. Dari ang ada hanya 1 pembimbing yang tingkat kesiapannya baru mencapai 66,67%. Hal yang belum terlaksana adalah melakukan pertemuan dengan siswa sebelum pelaksanaan

guru pembimbing pada tiap dapat pula digambarkan dalam

. Diagram Batang Kesiapan Guru Pembimbing tiap Aspek

Variabel kesiapan fasilitas praktik di DU/DI terdiri dari 14 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen

Aspek Mendapatkan Informasi tetang Prakerin Aspek Mengetahui Konsep Prakerin Pengalaman Industri Keterlibatan dalam pokja maupun kegiatan kemahasiswaaan

Prosedur Bimbingan Prakerin

(16)

ketersediaan ruangan, kondisi ruangan, ketersediaan bahan praktik, ketersediaan alat praktik, dan ketersediaan penunjang keselamatan kerja. Data kesiapan fasilitas praktik di DU/DI diperoleh dari instruktur di DU/DI sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI. Rangkuman data kesiapan fasilitas praktik di industri dapat dilihat pada tabel di bawah, sedangkan data lengkap angket yang diberikan dapat dilihat pada lampiran 3.

Tabel 9. Hasil Penelitian Kesiapan Fasilitas Praktik di DU/DI

No Aspek Kesiapan

Rata-rata Tingkat Kesiapan (%) 1 Ketersediaan ruang praktik dan ruang

pendukung lainnya

66,7

2 Keadaan ruang praktik 84,7

3 Ketersediaan alat praktik 91,7

4 Ketersediaan bahan praktik 87,5

5 Ketersediaan sarana keselamatan kerja 50,8

Rata-rata 76,28

Berdasarkan data pada tabel 9. diketahui bahwa rata-rata dari 24 DU/DI ditinjau dari aspek kesiapan ketersediaan ruang praktik dan ruang pendukung lainnya baru mencapai tingkat kesiapan 66,7 % yaitu tingkat kesiapan tinggi. Apabila dilihat dari kesiapan masing-masing DU/DI ada 5 lokasi yang mencapai tingkat kesiapan 100 % yaitu kategori sangat tinggi. DU/DI tersebut merupakan industri yang berskala besar sehingga mempunyai beberapa ruangan dengan fungsi masing-masing seperti ruang praktik, ruang ganti/istirahat, ruang bahan, ruang alat, kantor, dll. Sepuluh DU/DI memiliki tingkat kesiapan 75% (tinggi). Dari data yang ada juga dapat dilihat bahwa masih ada 2 DU/Di yang memiliki tingkat kesiapan yang baru mencapai 25% (rendah).

(17)

Berdasarkan hasil wawancara, industri tersebut memang merupakan industri berskala kecil yang belum mempunyai bangunan sendiri dan masih meminjam atau kontrak sehingga ruangan yang dimiliki pun masih sangat terbatas. Ruangan yang dimiliki hanya sebatas ruangan yang digunakan untuk menyimpan peralatan saja.

Sedangkan apabila ditinjau dari aspek keadaan ruangan praktik rata-rata dari DU/DI yang digunakan untuk prakerin memiliki tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 84,7 %. Indikator yang termasuk dalam aspek ini meliputi penataan ruangan, pembersihan, pengecatan, dan keadaan ruangan. Dari 24 lokasi yang digunakan untuk prakerin, rata-rata memiliki tingkat kesiapan di atas 66,67 % bahkan 14 diantaranya memiliki tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%. Hanya satu DU/DI yang memiliki tingkat kesiapan baru mencapai 33,3 %. Hal itu dikarenakan karena hanya mempunyai sebuah ruangan yang berisi peralatan, bahan, dan lainnya sehingga pengaturannya cukup susah. Selain itu ruangan yang digunakan untuk praktik juga hanya sebatas ruangan terbuka.

Tingkat kesiapan fasilitas apaila ditinjau dari aspek ketersediaan peralatan praktik seperti kompresor, toolkit, dongkrak memiliki rata-rata tingkat kesiapan 91,7 % (kategori sangat tinggi). Tiap DU/DI juga memiliki tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%. Hanya dua lokasi yang memiliki kesiapan peralatan 0%. Peralatan yang dimiliki oleh DU/DI rata-rata juga menyesuaikan dengan skala industri tersebut.

(18)

DU/DI yang berskala besar juga memiliki peralatan yang lengkap pula, begitu juga sebaliknya.

Apabila ditinjau dari aspek ketersediaan bahan praktik seperti

spare part, oli, dan bahan penunjang lainnya rata-rata memiliki tingkat

kesiapan sangat tinggi yaitu 87,5%. Rata-rata masing-masing DU/DI mencapai tingkat kesiapan 100% dan hanya 3 DU/DI yang memiliki kesiapan 0%. Menurut hasil wawancara meskipun sebagian besar industri memiliki tingkat kesiapan 100% namun untuk bahan penunjang mereka masih mencari di toko yang menyediakan spare part. Industri tersebut biasanya hanya menyediakan spare part yang umum dipakai seperti kampas rem, oli, busi, dan minyak rem. Itupun hanya beberapa pack saja. Namun ada juga beberapa DU/DI yang berskala besar yang juga memiliki toko atau gudang bahan sendiri. Mereka memiliki persediaan bahan-bahan yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan di lokasi bengkel.

Tingkat kesiapan fasilitas ditinjau dari ketersediaan penunjang sarana keselamatan kerja baru mencapai 50,8 % yaitu kategori sedang. Sarana yang dimaksud adalah ketersediaan kotak P3K dan isinya, ketersediaan rambu-rambu K3, adanya APAR, dan peralatan keselamatan kerja seperti masker, helm, earphone, sarung tangan, dan kaca mata. DU/DI yang memiliki tingkat kesiapan 100% baru ada tujuh lokasi yang juga merupakan DU/DI berskala menengah ke atas. Tiga DU/DI memiliki tingkat kesiapan 80% (sangat tinggi), enam DU/DI memiliki

(19)

tingkat kesiapan 40 % (sedang), dua DU/DI memilki kesiapan 20% (rendah), dan enam DU/DI lainnya mencapai kesiapan 0% (sangat rendah). Berdasarkan wawancara dengan pihak industri sebagian besar industri yang berskala menengah ke bawah tidak memilki sarana yang disebutkan di atas dikarenakan industri mereka hanya industri kecil sehingga belum mampu untuk melengkapi segala sarana tersebut. Sedangkan industri yang lain yang berskala besar sudah memilki ketersediaan sarana keselamatan kerja karena memang hal tersebut merupakan salah satu standar operational procedure (SOP) yang ada.

Apabila ditinjau dari rata-rata kesiapan seluruh aspek dari setiap DU/DI yang ada tingkat kesiapan sangat tinggi dicapai lima DU/DI yaitu 100%, sedangkan satu DU/DI masih memiliki tingkat kesiapan paling rendah yaitu 35,7 % (rendah).

Hasil kategori penilaian kesiapan fasilitas praktik di industri pada tiap aspek yang disajikan pada tabel 9. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

(20)

Gambar

3. Pelaksanaan Prakerin

Variabel pelaksanaan prakerin di DU/DI terdiri dari 22 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 2 aspek yaitu aspek komponen keahlian praktek industri dan aspek sikap dan perilaku siswa. Data pelaksanaan pelaksanaan prakerin di DU/DI diperoleh dari instruktur di DU/DI sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI. Data lengkap angke

dapat dilihat pada lampiran Tabel 10. Hasil

No

1 Komponen Keahlian Praktik Kejuruan/praktik industri

2 Sikap dan perilaku kerja

P ro se n ta se

Gambar 6. Diagram Batang Fasilitas Sarana dan Prasarana di DU/DI tiap Aspek

Pelaksanaan Prakerin di Dunia Usaha/Industri

Variabel pelaksanaan prakerin di DU/DI terdiri dari 22 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 2 aspek yaitu aspek komponen keahlian praktek industri dan aspek sikap dan perilaku siswa. Data pelaksanaan pelaksanaan prakerin di DU/DI diperoleh dari instruktur di DU/DI sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI. Data lengkap angket yang diberikan dapat dilihat pada lampiran 3.

. Hasil Penelitian Pelaksanaan Prakerin di DU/DI

Aspek Pelaksanaan

Pelaksanaan (%) Komponen Keahlian Praktik Kejuruan/praktik

industri

Sikap dan perilaku kerja Rata-rata 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% Aspek-aspek Fasilitas Sarana dan Prasarana

di DU/DI 66,67% 84,70% 91,70% 87,50% 50,80% P ro se n ta se Ketersediaan Ruang Praktik

Keadaan Ruang Praktik

Ketersediaan Alat Praktik Ketersediaan Bahan Praktik Ketersediaan Sarana K3

. Diagram Batang Fasilitas Sarana dan Prasarana di DU/DI

Variabel pelaksanaan prakerin di DU/DI terdiri dari 22 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 2 aspek yaitu aspek komponen keahlian praktek industri dan aspek sikap dan perilaku siswa. Data pelaksanaan pelaksanaan prakerin di DU/DI diperoleh dari instruktur di DU/DI t yang diberikan di DU/DI Rata-rata Tingkat Pelaksanaan (%) 88,69 83,89 86,29 Ketersediaan Ruang Praktik

Keadaan Ruang Praktik

Ketersediaan Alat Praktik

Ketersediaan Bahan Praktik

(21)

Berdasarkan data pada tabel 10. ditinjau dari aspek pelaksanaan komponen keahlian praktik industri rata-rata mencapai tingkat pelaksanaan dalam kategori sangat tinggi yaitu 88,69%. Aspek pelaksanaan ini meliputi kegiatan yang dilaksanakan di industri, kesesuaian materi yang diberikan di sekolah dengan di industri, tingkat pemahaman siswa, dan pendampingan dari instruktur. Sedangkan apabila ditinjau dari pelaksanaan masing-masing industri tingkat pelaksanaan sangat tinggi yaitu 100% dimilki oleh 10 DU/DI. Lima DU/DI memilki tingkat pelaksanaan 71,43% (tinggi) dan industri yang lainnya kisaran 85%. Berdasarkan hasil wawancara dengan pihak industri, sebagian besar siswa sudah mempunyai bekal yang cukup sebelum melaksanakan prakerin namun dirasa masih kurang karena pelaksanaan prakerin dilaksanakan pada tahun kedua semester pertama sehingga bekal yang didapatkan tentang kompetensi keahlian masih sedikit. Selain itu pada industri yang berskala besar siswa yang melaksanakan prakerin terdapat instruktur yang mendampingi siswa tersebut sehingga apabila ada pemasalahan atau pertanyaan dapat dikonsultasikan dengan pembimbingnya langsung. Pemilik perusahaan tidak menjadi pembimbing langsung namun menunjuk staff atau karyawannya, sedangkan pada industri kecil pemilik bengkel yang juga sebagai mekanik juga bertindak langsung sebagai pembimbing siswa. Evaluasi kegiatan oleh pembimbing industri pada siswa dilakukan setiap apel sore,

(22)

setiap minggu, atau bahkan pada saat setiap selesai melaksanakan pekerjaan.

Apabila ditinjau dari aspek perilaku siswa, rata-rata perilaku siswa di DU/DI menunjukkan tingkat perilaku mencapai 83,89% (kategori sangat tinggi). Aspek perilaku siswa meliputi kedisiplinan, tanggung jawab, kualitas kerja, kerja sama, dan keselamatan kerja atau penggunaan SOP yang berlaku. Apabila ditinjau dari perilaku siswa di masing-masing DU/DI, tingkat perilaku siswa tertinggi mencapai 100% (sangat tinggi) yang terdapat di lima DU/DI. Sedangkan aspek perilaku terendah yaitu 60% (kategori tinggi). Berdasarkan wawancara dengan industri, kedisiplinan siswa masih kurang diantaranya adalah keterlambatan siswa dalam masuk kerja dan kehadirannya. Selain itu siswa dalam melaksanakan pekerjaannya juga masih kurang memperhatikan SOP yang berlaku.

Berdasarkan data lampiran, apabila ditinjau dari rata-rata setiap aspek di DU/DI, dapat diketahui bahwa rata-rata tingkat pelaksanaan tiap-tiap lokasi memperlihatkan perbedaaan yang tidak terlalu signifikan. Ada empat DU/DI yang menunjukkan pelaksanaan prakerin mencapai tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100% sedangkan tingkat pelaksanaan terendah yaitu 62,4 % (tinggi).

Hasil kategori penilaian pelaksanaan Prakerin di DU/DI pada tiap aspek yang disajikan pada tabel 10. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

(23)

Gambar

4. Pelaksanaan Monitoring

Variabel pelaksanaan monitoring terdiri dari 8 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek keterlaksanaan program, aspek materi monitoring, dan aspek intensitas monitoring. Data pelaksanaan monitoring diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran

Tabel 11. Hasil Variabel Monitoring Rata-rata P ro se n ta se

Gambar 7. Diagram Batang Pelaksanaan Prakerin di DU/DI Pelaksanaan Monitoring

Variabel pelaksanaan monitoring terdiri dari 8 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek keterlaksanaan program, aspek monitoring, dan aspek intensitas monitoring. Data pelaksanaan monitoring diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.

. Hasil Penelitian Pelaksanaan Monitoring Aspek penilaian Jumlah

Butir Nomor Butir pada Instrumen Monitoring 1. Keterlaksanaan Program 2. Materi monitoring 3. Intensitas monitoring 2 3 3 1-2 3-5 6-8 0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% Aspek-aspek Pelaksanaan Prakerin di DU/DI 88,69% 83,89% P ro se n ta se Komponen Keahlian Praktik Kejuruan

Sikap dan Perilaku Kerja

. Diagram Batang Pelaksanaan Prakerin di DU/DI

Variabel pelaksanaan monitoring terdiri dari 8 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 3 aspek yaitu aspek keterlaksanaan program, aspek monitoring, dan aspek intensitas monitoring. Data pelaksanaan monitoring diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap

Nomor Butir pada Instrumen Prosentase (%) 100% 100% 100% 100% Komponen Keahlian Praktik

(24)

Tabel 11. menunjukkan bahwa tingkat pelaksanaan monitoring mencapai rata-rata 100% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Ketiga aspek menunjukkan tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%. Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dengan ketua pokja diperoleh keterangan tambahan sebagai berikut :

a. Monitoring dilaksanakan oleh pokja bersama dengan pembimbing selama 3 kali yaitu pada saat penyerahan siswa, pertengahan periode, dan penarikan sisswa. Namun apabila pihak DU/DI membutuhkan pembimbing diluar jadwal tersebut maka dapat menyesuaikan. b. Materi monitoring meliputi presensi kehadiran, sikap, kinerja,

hambatan-hambatan siswa, ketercapaian ketrampilan di buku panduan, masukan dari instruktur di DU/DI dan kondisi dari DU/DI sendiri.

c. Apabila lokasi DU/DI berada di dalam wilayah Pacitan maka sewaktu-waktu dapat dilakukan monitoring tambahan di luar jadwal tersebut oleh pembimbing.

d. Pada kegiatan monitoring, yang ditemui adalah pimpinan DU/DI, pembimbing industri, dan siswa prakerin.

Hasil kategori pelaksanaan monitoring pada tiap aspek yang disajikan pada tabel 11. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

(25)

Gambar

5. Pelaksanaan Uji Kompetensi dan Sertifikasi

Variabel pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi terdiri dari 10 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen keterlaksanaan uji kompetensi, materi, pemberian sertifikat,

pembiayaan.

diperoleh dari instruktur di DU/DI sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI. Rangkuman data

pada tabel di bawah, sedangkan data lengkap angket yang diberikan dapat dilihat pada lampiran

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% P ro se n ta se

Gambar 8. Diagram Batang Pelaksanaan Monitoring

Pelaksanaan Uji Kompetensi dan Sertifikasi

Variabel pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi terdiri dari 10 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen keterlaksanaan uji kompetensi, materi, pemberian sertifikat,

pembiayaan. Data pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi

diperoleh dari instruktur di DU/DI sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI. Rangkuman data pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi

pada tabel di bawah, sedangkan data lengkap angket yang diberikan dapat dilihat pada lampiran 3.

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% Aspek-aspek Pelaksanaan Monitoring 66,67% 84,70% 91,70% Keterlaksanaan Program Materi Monitoring Intensitas Monitoring

. Diagram Batang Pelaksanaan Monitoring

Variabel pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi terdiri dari 10 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 5 aspek yaitu aspek komponen keterlaksanaan uji kompetensi, materi, pemberian sertifikat, sarana, dan sertifikasi di DU/DI diperoleh dari instruktur di DU/DI sebanyak 24 orang dari 24 DU/DI. pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah, sedangkan data lengkap angket yang diberikan

Keterlaksanaan

Materi Monitoring

(26)

Tabel 12. Hasil penelitian pelaksanaan Uji Kompetensi dan Sertifikasi

No Aspek Pelaksanaan Rata-rata Tingkat

Pelaksanaan (%)

1 Keterlaksanaan 19,4

2 Materi uji kompetensi 39,6

3 Sertifikasi 51,4

4 Sarana dan prasarana 29,2

5 Biaya 25

Rata-rata 32,92

Berdasarkan tabel 12. pada aspek keterlaksanaan uji kompetensi rata-rata DU/DI mendapat presentase 19,4% dan masuk dalam kategori sangat rendah. Apabila dilihat dari masing-masing industri masih banyak yang mendapatkan prosentase 0%. DU/DI yang menunjukkan tingkat pelaksanaan sangat tinggi yaitu 100% ada tiga. Sedangkan tiga industri menunjukkan pelaksanaan 33,33% (rendah) dan satu industri memiliki tingkat kesiapan sedang yaitu 66,67%. Berdasarkan data wawancara yang diperoleh di lapangan diketahui bahwa sebagian besar DU/DI tidak melaksanakan uji kompetensi bagi peserta prakerin. Alasan yang disampaikan beragama diantaranya adalah tidak adanya waktu untuk melaksanakan uji kompetensi, kekurangan tenaga penguji karena pemilik bengkel juga sebagai mekanik dan pembimbing, dan sarana dan prasarana yang kurang memadai. Penilaian kompetensi dilakukan selama siswa masuk pertama kali hingga selesai prakerin. Namun ada juga DU/DI yang melaksanakan uji kompetensi dengan membentuk tim penguji di akhir prakerin. Penilaian dilakukan berdasarkan kemampuan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan, kehadiran, kedisiplinan,

(27)

perilaku, kualitas kerja, dan aspek ketrampilan. Pihak bengkel tinggal mengisi buku agenda yang sudah dibawakan dari sekolah.

Ditinjau dari aspek materi uji kompetensi, rata-rata industri mendapat prosentase 39,6% (kategori rendah). Sebagian besar DU/DI menunjukkan tingkat pelaksanaan masih sangat rendah yaitu 0%. Namun ada juga industri yang menunjukkan tingkat pelaksanaan sangat tinggi yaitu 100%, dan satu industri 50% (sedang). Berdasarkan hasil wawancara, meskipun sebagian besar tidak melaksanakan uji kompetensi namun untuk materi yang disusun untuk menilai siswa diambilkan dari jenis ketrampilan yang sering dilaksanakan di lapangan seperti servis ringan yang meliputi pengecekan busi, roda, sistem rem, kelistrikan, dan pelumasan. Karena sebagian besar lokasi yang digunakan untuk prakerin adalah bengkel dengan skala menengah ke bawah maka kegiatan yang ada di dalamnya juga sebatas kegiatan ringan saja.

Ditinjau dari aspek sertifikasi, dapat diketahui bahwa tingkat pelaksanaan sertifikasi rata-rata adalah 51,4% (kategori sedang). Apabila dilihat dari masing-masing industri hampir semuanya sudah melaksanakan sertifikasi, meskipun sebagian besar tingkat pelaksanaannya rata-rata masuk kategori rendah (33,33%) dan hanya dua industri saja yang belum (0%). Dari data wawancara dan instrumen terbuka diketahui bahwa sebagian besar insdutri tidak menerbitkan sertifikat untuk diberikan kepada siswa yang telah lulus uji kompetensi.

(28)

Format isian nilai sudah masuk dalam buku agenda dari sekolah dan pihak industri tinggal memberikan paraf dan stempel industri saja.

Dari aspek sarana dan prasarana, diketahui rata-rata tingkat pelaksanaan adalah 29,2% (kategori rendah). DU/DI yang melaksanakan uji kompetensi maupun penilaian menggunakan sarana dan prasarana yang ada di bengkel tersebut. Dapat dilihat bahwa ada tujuh industri yang memiliki tingkat pelaksanaan 100% sedangkan yang lainnya masih 0% (sangat rendah). Dari data wawancara diperoleh beberapa informasi tambahan diantaranya adalah bahwa sarana dan prasarana yang ada di bengkel digunakan untuk menunjang sistem penilaian, sehingga uji kompetensi atau penilaian disesuaikan dengan sarana yang ada. Jenis ketrampilan yang ada sedangkan pihak bengkel tidak mempunyai sarana maka tidak dilaksanakan penilaian.

Apabila ditinjau dari aspek pembiayaan, dapat dilihat bahwa rata-rata mencapai tingkat pelaksanaan 25% (kategori rendah). Hal tersebut dikarenakan rata-rata sebagian besar tidak mengeluarkan biaya untuk uji kompetensi atau tidak melaksanakan uji kompetensi sehingga tidak mengeluarkan biaya. Dari 24 bengkel yang ada, 18 bengkel menunjukkan tingkat pelaksanaan 0% (sangat rendah) namun ada 6 bengkel yang mencapai tingkat pelaksanaan 100% (sangat tinggi). Dari hasil wawancara dengan pihak industri yang melaksanakan uji kompetensi, pembiayaan yang ada tidak terlalu besar hanya untuk penerbitan sertifikat bagi yang menerbitkan. Selain itu karena uji kompetensi atau penilaian

(29)

dilaksanakan terintegrasi dengan aktivitas sehari memerlukan biaya yang cu

sepeserpun.

Hasil kategori pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi pada tiap aspek yang disajikan pada tabel 12

bentuk diagram sebagai berikut:

Gambar 9. Diagram Batang Pelaksanaa 6. Pelaksanaan evaluasi

Variabel pelaksanaan evaluasi terdiri dari 7 butir pertanyaan yang terbagi menjadi

komponen yang dievaluasi, pengolahan evaluasi, pelaporan hasil evaluasi, dan tindak lanjut

ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% P ro se n ta se

dilaksanakan terintegrasi dengan aktivitas sehari-hari maka tidak memerlukan biaya yang cukup besar bahkan tidak memerlukan biaya

Hasil kategori pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi pada tiap aspek yang disajikan pada tabel 12. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai berikut:

. Diagram Batang Pelaksanaan Uji Kompetensi dan Sertifikasi Pelaksanaan evaluasi

Variabel pelaksanaan evaluasi terdiri dari 7 butir pertanyaan yang terbagi menjadi 6 aspek yaitu aspek tim evaluasi, pelaksanaan evaluasi, komponen yang dievaluasi, pengolahan evaluasi, pelaporan hasil evaluasi, dan tindak lanjut. Data pelaksanaan evaluasi

ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% Aspek-aspek Pelaksanaan Uji Komptetensi dan

Sertifikasi 19,40% 39,60% 51,40% 29,20% 25,00% Keterlaksanaan Materi Uji Kompetensi Sertifikasi

Sarana dan Prasarana Pembiayaan

hari maka tidak kup besar bahkan tidak memerlukan biaya

Hasil kategori pelaksanaan uji kompetensi dan sertifikasi pada tiap dapat pula digambarkan dalam

n Uji Kompetensi dan Sertifikasi

Variabel pelaksanaan evaluasi terdiri dari 7 butir pertanyaan yang tim evaluasi, pelaksanaan evaluasi, komponen yang dievaluasi, pengolahan evaluasi, pelaporan hasil evaluasi diperoleh dari ketua pokja prakerin. Data angket yang diberikan disajikan dalam tabel di bawah ini, sedangkan data lengkap dapat dilihat pada lampiran 3.

Keterlaksanaan Materi Uji Kompetensi

Sarana dan Prasarana Pembiayaan

(30)

Tabel 13. Hasil Penelitian Pelaksanaan Evaluasi Variabel Aspek penilaian Jumlah

Butir Nomor Butir pada Instrumen Prosentase (%) Evaluasi 1. tim evaluasi

2. pelaksanaan evaluasi 3. komponen yang dievaluasi 4. pengolahan evaluasi 5. pelaporan hasil evaluasi 6. tindak lanjut 2 1 1 1 1 1 2-3 1 4 5 6 7 50% 100% 100% 100% 100% 100% Rata-rata 91,67%

Tabel 13. menunjukkan bahwa tingkat pelaksanaan evaluasi mencapai rata-rata 91,67% termasuk dalam kategori sangat tinggi. Enam aspek menunjukkan tingkat kesiapan sangat tinggi yaitu 100%. Sedangkan aspek tim evaluasi baru mencapai tingkat kesiapan sedang yaitu 50%. Berdasarkan penjelasan dari hasil wawancara dengan ketua pokja diperoleh keterangan tambahan sebagai berikut :

a. Tim evaluasi terdiri dari Kepala Sekolah, pokja, pembimbing, guru BP/BK, dan wali kelas. Untuk saat ini belum bisa menghadirkan perwakilan dari pihak DU/DI secara langsung untuk evalusi. Masukan dari pihak DU/DI disampaikan melalui pembimbing pada saat monitoring. Hal itu sudah dianggap cukup sebagai salah satu bahan evaluasi. Materi evaluasi meliputi hasil monitoring, pembiayaan, kondisi siswa, tujuan program, dan hambatan-hambatan yang ada.

(31)

b. Laporan oleh siswa ada pada buku agenda kegiatan prakerin yang berisi catatan kegiatan yang dilakukan setiap hari selama melaksanakan prakerin yang diketahui oleh pembimbing dari industri.

c. Sumber evaluasi berasal dari guru pembimbing, tim monitoring, pembimbing dari DU/DI, buku agenda kegiatan prakerin siswa, dan dari data-data penunjang lainnya.

d. Hambatan yang terjadi diantaranya adalah :

1) Pada saat awal-awal pekan pelaksanaan prakerin banyak siswa yang kurang sesuai dengan tempat DU/DI.

2) Banyak ketrampilan yang tidak dapat dilaksanakan di lokasi DU/DI dikarenakan kondisi DU/DI yang berskala kecil sehingga sepi kegiatan

3) Ada beberapa lokasi DU/DI yang memberlakukan sistem shift pada peserta dikarenakan terlalu banyaknya siswa yang melaksanakan prakerin di tempat tersebut.

4) Ada beberapa DU/DI yang memberikan masukan bahwa siswa yang melaksanakan prakerin di lokasi tersebut belum mempunyai pengetahuan dan ketrampilan keahlian yang cukup sehingga dalam melaksanakan suatu kegiatan banyak kekurangpahaman.

5) Banyak lokasi DU/DI yang berskala kecil sehingga menghambat proses pembelajaran di dunia kerja

(32)

e. Evaluasi baru disampaikan pada Kepala Sekolah selaku management

Hasil kategori pelaksanaan evaluasi pada tiap aspek yang disajikan pada tabel 13

berikut:

Gambar B. Pembahasan

1. Kesiapan Pelaksanaan Prakerin

Kesiapan ini berkaitan dengan kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru pembimbing.

a. Kesiapan Administrasi dan Organisasi

Aspek ini merupakan faktor penting sebelum melaksanakan prakerin. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% P ro se n ta se

Evaluasi baru disampaikan pada Kepala Sekolah selaku

management dan wali murid sebagai laporan pelaksanaan program.

Hasil kategori pelaksanaan evaluasi pada tiap aspek yang disajikan pada tabel 13. dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai

Gambar 10. Diagram Batang Pelaksanaan Evaluasi

Kesiapan Pelaksanaan Prakerin

Kesiapan ini berkaitan dengan kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan guru pembimbing.

Kesiapan Administrasi dan Organisasi

Aspek ini merupakan faktor penting sebelum melaksanakan prakerin. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan

0,00% 10,00% 20,00% 30,00% 40,00% 50,00% 60,00% 70,00% 80,00% 90,00% 100,00% Aspek-aspek Pelaksanaan Evaluasi 5 0 ,0 0 % 1 0 0 ,0 0 % 1 0 0 ,0 0 % 1 0 0 ,0 0 % 1 0 0 ,0 0 % 1 0 0 ,0 0 % Tim Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi Komponen yang Dievaluasi Pengolahan Hasil Evaluasi Pelaporan Hasil Evaluasi Tindak Lanjut

Evaluasi baru disampaikan pada Kepala Sekolah selaku top dan wali murid sebagai laporan pelaksanaan program. Hasil kategori pelaksanaan evaluasi pada tiap aspek yang disajikan

dapat pula digambarkan dalam bentuk diagram sebagai

. Diagram Batang Pelaksanaan Evaluasi

Kesiapan ini berkaitan dengan kesiapan administrasi dan organisasi, kesiapan biaya, kesiapan pengelolaan program, dan kesiapan

Aspek ini merupakan faktor penting sebelum melaksanakan prakerin. Pembentukan organisasi dan tata administrasi merupakan

Tim Evaluasi Pelaksanaan Evaluasi Komponen yang Pengolahan Hasil Pelaporan Hasil Tindak Lanjut

(33)

hal pokok penggerak utama berjalannya program. Organisasi dalam prakerin sebagai penggerak utama berjalannnya program. Organisasi dibentuk oleh kepala sekolah selaku pemimpin utama. Organisasi prakerin biasanya diisi oleh guru produktif atau beberapa guru yang lain. Administrasi dalam prakerin diperlukan sebagai suatu penunjang utama dalam proses kegiatan. Administrasi ini dapat berupa perizinan, pembuatan surat tugas, buku panduan, surat pengantar, pengarsipan, dll. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat kesiapan administrasi dan organisasi rata-rata mencapai 87,5% yaitu masuk dalam kategori sangat tinggi. Apabila ditinjau dari masing-masing aspek kesiapan, dua aspek mendapatkan kategori sangat tinggi yaitu 100% sedangkan satu aspek baru mencapai 62,55 (kategori tinggi). Dalam pelaksanaan aspek tersebut tim pokja prakerin sudah melaksanakan sistem admninistrasi dengan baik dan terstruktur diantaranya adalah pembentukan tim pokja di awal tahun ajaran baru, pemetaan lokasi prakerin yang dimulai dengan survei lokasi baik dilakukan oleh guru produktif atau oleh siswa sendiri, memberikan surat permohonan tempat dan surat balasan kesanggupan industri, dan penerbitan surat perizinan.

Susunan tim pokja meliputi Kepala sekolah, Waka bidang Humas, dan dewan guru. Susunan ini sudah cukup homogen karena menurut Ahmad Sonhaji (1998) dalam penelitiannya yang berjudul Pelaksanaan Pendidikan Sistem ganda di Suatu Sekolah Menegah

(34)

Kejuruan menyimpulkan bahwa tentang pembentukan pokja prakerin belum ada petunjuk pelaksanaan sehingga kemungkinan bentuk organisasinya bervariasi antar SMK satu dengan yang lain. Kegiatan administrasi dan organisasi dalam sebuah kegiatan atau program merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan oleh pihak-pihak terkait. Aspek administrasi dan manajemen perencanaan juga sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sonhaji A, yaitu mulai dari menyusun program pemantauan, membuat jurnal kegiatan siswa, menyusun daftar pemetaan siswa dan surat menyurat. Akan tetapi pelaksanaan surat menyurat belum sepenuhnya optimal dikarenakan kondisi dari masing-masing DU/DI yang berbeda.

Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua pokja yang belum dilakukan secara sepenuhnya adalah surat menyurat balasan dari DU/DI. Ada beberapa DU/DI yang secara administratif tidak dapat memberikan surat balasan kesanggupan untuk menjadi mitra pasangan dikarenakan keterbatasan dari DU/Di itu sendiri. Biasanya DU/DI itu merupakan bengkel kecil milik perseorangan yang volume kegiataanya juga tidak terlalu ramai, tidak mempunyai banyak karyawan administratif, dan juga tidak mempunyai komputer atau sejenisnya sehingga balasan kesanggupan untuk menjadi mitra hanya sebatas lisan saja pada tim survei. Meskipun aspek kesiapan pemetaan DU/DI sudah mencapai tingkat sangat tinggi yaitu 100% namun dari hasil wawancara diketahui beberapa hal diantaranya

(35)

lokasi yang digunakan untuk prakerin mayoritas berada di dalam daerah Pacitan, padahal DU/DI lokal sebagian besar yang dipilih oleh siswa merupakan bengkel kecil milik perseorangan. Alasan pemilihan di dalam daerah mayoritas karena faktor ekonomi dan kesiapan mental. Adapun syarat utama yang ditetapkan oleh sekolah mengenai tempat yang dapat dijadikan lokasi prakerin diantaranya adalah DU/DI tersebut dapat menerima siswa prakerin yang dibuktikan dengan surat balasan permohonan prakerin, sedangkan untuk kriteria yang lain seperti kelengkapan fasilitas praktik, besar/kecilnya bengkel, jarak/lokasi dapat disesuaikan. Hal inilah yang sebenarnya juga masih diupayakan oleh pihak sekolah dalam menentukan kriteria tempat, sehingga siswa dapat mendapatkan tempat yang benar-benar dapat menempa diri siswa pada dunia kerja.

Dari segi ekonomi, orang tua merasa keberatan apabila putranya melaksanakan prakerin di luar Pacitan karena akan menambah biaya transportasi, biaya hidup, dan biaya kebutuhan lainnya. Sedangkan dari segi kesiapan mental lebih condong pada siswa. Siswa tidak siap mental apabila jauh dari orang tua, melaksanakan prakerin di luar daerah apalagi di DU/DI yang bonafit karena siswa sudah terbiasa dengan sesuatu yang santai dan kurang nyaman dengan iklim kerja yang disiplin dan tertib. Kedua faktor tersebut harusnya dapat dicarikan solusinya oleh pihak sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bertanggung jawab penuh terhadap kualitas lulusannya. Dari

(36)

segi ekonomi dapat dicari solusi misalkan siswa yang dari keluarga kurang mampu diberikan beasiswa atau keringanan biaya yang diperoleh dari dana sekolah atau sponsor sehingga dapat melaksanakan prakerin di luar daerah. Sedangkan dari faktor kesiapan mental sekolah dapat melakukan pendekatan dengan orang tua. Selain itu tim pokja juga bisa memperketat syarat-syarat kriteria DU/DI yang akan digunakan untuk melaksanakan prakerin sehingga apabila DU/Di di dalam daerah tidak ada yang sesuai dengan kriteria dapat mencari di luar daerah. Hal tersebut perlu dilakukan karena tujuan prakerin adalah untuk memberikan pengalaman siswa yang tidak diperoleh di sekolah dan untuk meningkatkan mental iklim kerja sehingga dapat bersaing di lapangan kerja.

b. Kesiapan Biaya

Kesiapan biaya merupakan salah satu hal pokok yang harus dipenuhi sebelum melaksanakan prakerin. Biaya ini digunakan untuk operasional pelaksanaan program, monitoring, pembuatan buku panduan, pembuatan kenang-kenangan industri, dll. Selain bersumber dari alokasi dana sekolah hendaknya pembiayaan prakerin juga dapat dialokasikan dari sponsor atau pihak lain yang tidak terikat. Berdasarkan tabel hasil penelitian, rata-rata kesiapan biaya mencapai tingkat sangat tinggi yaitu 83,33%. Sedangkan apabila ditinjau dari segi beberapa aspek, ada dua aspek yang sudah mencapai tingkat kesiapan 100% sedangkan satu aspek masih mencapai 50%.

(37)

Kesiapan biaya dalam melaksanakan kegiatan terutama prakerin sangat perlu diperhatikan. Biaya disini untuk menunjang kegaiatan operasional dan kebutuhan yang berkaitan dengan prakerin mulai dari surat menyurat, pembuatan buku agenda, monitoring, survei, pembuatan kenang-kenangan, dan pengadaan lainnya. Perlu diperhatikan juga hendaknya dalam pelaksanaannya segala biaya yang berkaitan dengan operasional tidak menarik iuran dari siswa. Sumber biaya diupayakan dari dana sekolah atau bisa juga berasal dari sponsor. Sumber biaya yang ada di SMK 3 masih berasal dari dana sekolah dan komite sedangkan tim pokja sendiri belum bisa bekerjasama dengan pihak sponsor. Pengelolaan biaya oleh tim pokja juga sudah dilakukan secara transparan dan dikelola untuk beberapa pos dalam prakerin seperti untuk keperluan yang disebutkan di atas. Pelaporan juga dilaksanakan dan dilaporkan pada kepala sekolah dan bendahara sekolah untuk selanjutnya disampaikan pada Dinas terkait oleh sekolah.

Dalam hal pembiayaan, usaha yang telah dilakukan oleh pokja prakerin juga sesuai dengan yang diamanatkan oleh Peraturan Menteri No 69 Tahun 2009 Tentang Standar Biaya, bahwa negara wajib membiayai sistem pendidikan bagi setiap warga negara yang dialokasikan 20% dari APBN maupun APBD. Secara terperinci anggaran untuk pelaksanaan prakerin dapat dianggarkan melalui dan BOS setiap tahunnya.

(38)

c. Kesiapan Pengelolaan Program

Program kerja merupakan salah satu hal pokok yang perlu direncanakan , dilaksanakan, dan dievaluasi dalam pelaksanaannya. Dalam sebuah kegiatan, program kerja memuat apa saja hal yang akan dilaksanakan dalm kegiatan tersebut. Prakerin merupakan salah satu kegiatan untuk siswa dalam rangka beberapa tujuan tertentu. Berdasarkan data hasil penelitian, kesiapan pengelolaan program baru mencapai rata-rata 66,66% yaitu tingkat tinggi. Beberapa aspek yang mempengaruhi dalam kesiapan ini masih sangat perlu ditingkatkan lagi. Dari aspek pembekalan siswa, tim pokja sudah melakukan pembekalan pada siswa mengenai gambaran prakerin, agenda kegiatan, tata tertib, pengisian buku agenda, pelaporan, dan hal lain terkait prakerin. Namun dari tim pokja belum menghadirkan dari pihak DU/DI yang nantinya akan bertindak sebagai pembimbing di industri. Selain itu perwakilan dari industri juga dapat menyampaikan gambaran iklim kerja di industri, tata tertib, aktivitas, dll. Diharapkan uraian yang disampaikan dapat memberikan gambaran pada siswa sehingga akan meningkatkan kesiapan fisik dan mental serta ketrampilannya. Tentunya perwakilan yang dihadirkan berasal dari DU/DI yang berskala menengah ke atas sehingga dapat memberikan kesan tersendiri pada peserta. Selain dalam pembekalan siswa, pihak industri hendaknya juga perlu dihadirkan dalam koordinasi persiapan pelaksanaan. Hal itu mengingat perlunya berkoordinasi dalam setiap

(39)

hal dengan pihak DU/DI. Diharapkan koordinasi ini bisa terwujud mulai dari penerimaan siswa baru. Ini berkaitan dengan lulusan yang nantinya dapat diserap oleh DU/DI tersebut sehingga konsep kebijakan link and match yang telah dicetuskan mulai tahun 1994 dapat terealisasikan. Hal ini didasari pemikiran bahwa kebijakan tersebut mengharapkan perbaikan yang mendasar dan menyeluruh tentang perbaikan konsep, program, dan perilaku operasionalnya, membuka dan mendorong hubungan kemitraan antara pendidikan kejuruan dengan dunia usaha/industri yang pada dasarnya mendekatkan supply dan demand.

Dalam penelitian evaluasi implementasi kebijakan pendidikan sistem ganda di sekolah kejuruan yang dilakukan oleh Wahyu Nurhadjadmo (2008) menyatakan bahwa salah satu tahap persiapan prakerin adalah pembekalan siswa yang materinya meliputi orientasi DU/DI, tugas dan kewajiban siswa selama di DU/DI, petunjuk pengisian buku jurnal, pembenahan sikap, dan latihan kesemaptaan. Sedangkan petugas yang memberikan pembekalan terdiri dari guru sekolah, instruktur dari DU/DI, TNI/Polri, dan Majelis Sekolah. Melihat salah satu realita di SMK ini semakin dirasa perlu bahwa untuk pembekalan siswa memang harus menghadirkan perwakilan dari DU/DI atau pihak lain untuk meningkatkan pengetahuan, kedisiplinan, dan etos kerja siswa. Sehingga ketika sudah berada di dunia kerja siswa sudah memilki bekal yang sangat cukup.

(40)

Program yang telah disusun dan dibuat bersama dengan pihak industri selanjutnya dapat menjadi sebuah program yang nantinya dapat menunjang tujuan prakerin itu sendiri. Sehingga setelah selesai melaksanakan prakerin siswa benar-benar memahami iklim kerja ketika sudah di dunia industri. Sosialisasi kepada siswa juga sangat penting seperti jadwal pelaksanaan, penugasan, kegiatan di industri, bimbingan, dll mengingat salah satu tujuan prakerin adalah untuk meningkatkan ketrampilan siswa yang tidak dapat diperoleh di sekolah.

Dalam hal ini Depdiknas (2008) juga mengungkapkan bahwa perancangan program prakerin tidak terlepas dari implementasi silabus ke dalam pembelajaran, yang membutuhkan metode, strategi dan evaluasi pelaksanaan yang sesuai. Rancangan prakerin sebagai bagian pembelajaran perlu memperhatikan kesiapan Dunia Kerja mitra dalam melaksanakan pembelajaran kompetensi tersebut. Hal ini diperlukan agar dalam pelaksanaannya, penempatan peserta didik untuk prakerin tepat sasaran sesuai dengan kompetensi yang akan dipelajari.

d. Kesiapan Guru Pembimbing

Guru pembimbing merupakan salah satu unsur dalam prakerin yang ikut mempengaruhi keberhasilan prakerin. Guru pembimbing gharus dapat membimbing siswanya di industri berkaitan dengan pencapaian tujuan prakerin, penyelesaian hambatan yang dialami,

(41)

penyelesaian penugasan, dll. Berkaitan dengan tugas guru pembimbing tersebut tentunya guru pembimbing harus menguasai konsep prakerin, mempunyai pengetahuan yang luas tentang iklim di DU/DI, dan mempunyai jadwal bimbingan pada siswanya. Selain itu faktor pengalaman dan kualifikasi pendidikan juga turut mempengaruhinya.

Berdasarkan hasil penelitian, rata-rata kesiapan guru pembimbing di atas 66,67% dan sudah mencapai tingkat kesiapan tinggi dan sangat tinggi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa minimal guru pembimbing prakerin di SMK 3 Pacitan sudah bisa dikatakan mempunyai kesiapan tinggi. Guru pembimbing dalam menjalankan fungsinya sebagai pembimbing prakerin harus mempunyai siap di beberapa hal. Kesiapan guru pembimbing yang dimaksud adalah ketersediaan guru yang memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan yang ditunjukkkan dengan ciri-ciri: (1) mendapatkan informasi tentang PSG, (2) memahami masalah PSG, (3) mampu memberikan pengarahan kepada siswa, (4) menyiapkan sarana prosedur belajar mengajar dalam PSG, (5) keterlibatan dalam organisasi pengelola PSG, dan (6) memiliki pengalaman industri. Kebanyakan aspek yang belum dapat sepenuhnya dilakukan adalah aspek pengalaman industri dan aspek keterlibatan dalam organisasi prakerin maupun kegiatan kesiswaan. Pengalaman industri sangat penting bagi seorang tenaga pendidik apalagi di sekolah kejuruan.

(42)

Hal ini untuk menanamkan pengalaman industri pada siswanya. Guru dapat mengikuti pelatihan, diklat, ataupun magang di industri ketika menjadi guru. Pihak sekolah seharusnya dapat menjembatani dengan pihak industri. Hal ini untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik sehingga memiliki kemampuan di bidang akademik dan kejuruan.

Keterlibatan guru dalam kegiatan kesiswaan juga cukup penting karena ketika guru terbiasa menjadi pembina di salah satu kegiatan kesiswaan maka kedekatan guru dan siswa dalam hal pembimbingan, pengarahan, dan komunikasi juga akan tercipta. Dalam hal prakerin peran guru pembimbing sangat penting mengingat siswa perlu membutuhkan bimbingan, pengarahan, dan masukan ketika berada di DU/DI. Sehingga apabila ada terjadi sesuatu hal siswa tidak merasa takut pada pembimbingnya. Hasil penelitian ini senada dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Supardi (1996) di STM Negeri 1 Surakarta yang menyimpulkan bahwa tingkat kesiapan guru pembimbing prakerin mencapai rata-rata 73,21% termasuk dalam tingkat kesiapan tinggi. Guru pembimbing dalam prakerin mempunyai tugas penting yaitu mempersiapkan, mengarahkan, memotivasi, melatih, menilai, dan membimbing siswa. Karena tingkat kesiapan guru pembimbing baru mencapai 73,21%, maka masih perlu ditempuh usaha-usaha untuk meningkatkan kesiapan guru. Dit. Dikmenjur (dalam Supardi, 1996) menganjurkan bahwa

(43)

untuk meningkatkan kesiapan guru pembimbing, diharapkan pihak sekolah dapat memagangkan guru-gurunya di industri.

Penelitian yang dilakukan oleh Sonhaji A. (1998) menyatakan bahwa kualifikasi guru pembimbing ditandai dengan tingkat dan jenis pendidikan formal, pengalaman profesi, pengalaman pembimbingan, dan pengalaman pelatihan. Penunjukan guru pembimbing diutamakan sarjana S1 sesuai dengan bidang studi siswa yang dibimbingnya. Sebagian besar mereka telah berpengalaman cukup lama dalam membimbing siswa prakerin. Sementara hanya terdapat beberapa guru saja yang berpengalaman mengikuti pelatihan tentang prakerin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sonhaji A. ini sesuai dengan hasil penelitian di SMK 3 Pacitan. Sebagian besar guru pembimbing yang ditunjuk sudah berpengalaman cukup lama dalam membimbing siswa prakerin. Namun pengalaman dalam pelatihan masih terdapat beberapa yang belum karena belum ada program khusus dari sekolah. 2. Fasilitas Praktik di DU/DI

Fasilitas praktik di DU/DI yang memadai sesuai yang dibutuhkan di DU/DI akan memudahkan siswa dalam kegiatan pembelajaran sehingga pembentukan karakter calon tenaga kerja yang profesional di bidangnya akan semakin mudah, begitu juga sebaliknya apabila fasilitas yang terdapat dalam DU/DI kurang memadai maka siswa akan terhambat dalam menguasai kompetensi yang disyaratkan. Fasilitas sarana dan prasarana di sebuah DU/DI akan mengikuti seberapa kecil atau besarnya

(44)

sebuah industri. Apabila DU/DI tersebut merupakan milik perseorangan dan hanya mengerjakan servis umum saja maka peralatan yang ada juga kurang memadai. Sedangkan apabila DU/DI tersebut merupakan milik suatu Perseroan Terbatas (PT), CV, milik pemerintah, atau milik dari beberapa orang biasanya sarana dan prasarana cukup memadai bahkan sangat lengkap. Selain itu kedua bengkel tersebut juga mempunyai perbedaan manajemen di dalamnya.

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata kesiapan fasilitas praktik, kesiapan terendah dicapai pada aspek ketersediaan sarana keselamatan kerja yang baru mencapai 50,8% (kategori sedang). Hal ini disebabkan karena sebagian besar lokasi yang digunakan untuk prakerin merupakan DU/DI skala kecil yang dimiliki oleh perseorangan sehingga sarana dan prasarana yang dimiliki salah satunya ketersediaan sarana keselamatan kerja masih kurang. Sarana K3 sangat diperlukan dalam aktivitas sehari-hari mengingat dalam setiap aktivitas selalu terjadi kontak langsung dengan bahan kimia, bahan padat dan keras, debu, dll sehingga diperlukan sarana untuk melindungi tubuh kita dari hal itu semua. Selain itu K3 juga merupakan salah satu SOP dalam melakukan aktivitas keahlian praktik industri.

Sedangkan rata-rata kesiapan fasilitas sarana praktik di industri mencapai 72,38 % dan merupakan kategori tinggi. Namun dari hasil dokumentasi di lapangan, tidak semua bengkel mempunyai perlengkapan yang memadai. Perlengkapan yang ada hanya disesuaikan dengan bidang

Gambar

Tabel 5. Hasil Penelitian Kesiapan Administrasi dan Organisasi
diagram  sebagai berikut
Tabel 6. Hasil Penelitian Kesiapan Biaya  Variabel  Aspek penilaian  Jumlah
Tabel 7. Hasil penelitian kesiapan pengelolaan program Variabel Kesiapan  Pengelolaan  Program Rata-rata 20%40%60%80%100%Prosentase
+7

Referensi

Dokumen terkait

Namun hal ini tidak menghalangi pihak pesantren untuk mulai membangun tanah yang telah ditukarkansebab bersamaan dengan itu pihak Pesantren sedang mengurusinya lagi

Judul Proposal : APLIKASI TOPIKAL EKSTRAK KULIT BUAH MANGGIS (GARCINIA MANGOSTANA) SEBAGAI KEMOPREVENSI ALAMIAH TUMOR KULIT PADA MENCIT ALBINO SETELAH DIINDUKSI

Prinsip yang ditawarkan oleh CEDAW jika direlasikan dengan praktek poligami dalam Komunitas Poligami di Indonesia, secara langsung terlihat bertentangan dengan nilai – nilai

Terjadi pasang surut penggunaan Asbuton di dalam negeri, sejak diketemukan pada tahun 1924 dan mulai diproduksi sejak tahun 1926 yang dalam penambangannya pernah mengalami

The Effectiveness of a Group Psycho-educational Program on Family Caregiver Burden of Patients with Mental Disorder.. BMC Research

Anak membutuhkan stimulus dalam meningkatkan kemampuan motorik halus seperti melakukan senam otak, yang bertujuan memfasilitasi bagian otak kanan dan otak kiri agar dapat

taraf signifikansi 5% sebesar 1,980 dengan N=114, dari perhitungan tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan Prestasi Belajar terhadap

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulan bahwa titik miquel yang berlaku pada sebuah segitiga, ternyata dapat dikembangkan pada sebuah segilima yang