• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (Pengertian pendidikan, Undang-undang Sisdiknas No. 20/2003). Pengertian ini bermakna proses pembelajaran seharusnya menempatkan siswa sebagai pusat perhatian. Inilah yang dimaksud dengan proses pembelajaran berbasis siswa (student center). Di dalam Standar Proses tertulis bahwa proses pembelajaran hendaknya diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif di dalamnya.

Lebih lanjut dalam Permendiknas RI No.41 tahun 2007 dikatakan bahwa di dalam proses pembelajaran, diperlukan guru yang mampu memberikan keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi serta kreatifitas peserta didik. Rahasia dalam kesuseksesan pendidikan terletak pada sikap menghargai siswa. William A. Ward (dalam Danandjaya, 2012) mengatakan bahwa pengajar yang baik akan menjelaskan. Pengajar yang baik akan mendemonstrasikan. Namun, pengajar yang terbaik adalah pengajar yang menginspirasi siswa. Selain itu Wallace Stegner (dalam Danandjaya, 2012) mengatakan bahwa seorang pengajar memperluas sudut pandang suatu materi pelajaran melalui pengalaman belajar peserta didik.

Seorang pengajar yang baik harus mampu menyajikan pembelajaran yang inovatif, yang mampu menarik minat belajar siswa. Model pembelajaran quantum merupakan salah satu inovasi dalam pembelajaran yang dapat diaplikasikan oleh guru-guru. Model pembelajaran ini memungkinkan siswa untuk melakukan berbagai macam kegiatan belajar yang menyenangkan. Ada banyak tipe pembelajaran quantum, salah satunya adalah VAK (visual, auditori, kinestetik).

(2)

Model pembelajaran quantum tipe ini disesuaikan dengan gaya belajar siswa yang pada dasarnya berbeda-beda. Beberapa siswa dapat belajar secara optimal apabila menggunakan gambar-gambar atau hal-hal nyata yang dapat dilihat. Kelompok siswa ini dapat dimasukkan dalam kategori pembelajar visual. Sebagian siswa akan belajar dengan optimal apabila mendengarkan informasi yang berhubungan dengan apa yang dipelajarinya. Mereka termasuk dalam kategori pembelajar auditori.untuk pembelajar kinestetik, mereka adalah siswa-siswa yang mampu belajar secara optimal apabila melakukan sesuatu yang berhubungan dengan apa yang sedang mereka pelajari (DePorter & Hernacki, 2003).

Namun berdasarkan observasi yang dilakukan oleh peneliti, guru-guru di SD Negeri Kutowinangun 12 cenderung menggunakan gaya mengajar konvensional seperti ceramah dan mencatat. Hal tersebut menempatkan guru sebagai pelaku utama dalam pembelajaran. Keadaan tersebut tidak sesuai dengan salah satu misi SD Negeri Kutowinangun 12 yaitu untuk melakukan pembelajaran yang adil, aman, demokratis, mencerdaskan (Adam Muncer) dan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).

Ritual guru mengajar siswa mendengar menuntut siswa untuk duduk menyimak dengan tertib. Aktivitas siswa akan dianggap sebagai gangguan dalam proses pembelajaran (Danandjaya, 2012). Proses pembelajaran cenderung monoton dan membuat siswa bosan. Siswa terlihat kurang antusian dalam mengikuti proses pembelajaran. Hal tersebut mengakibatkan menurunnya minat siswa dalam mengikuti pelajaran. Pada akhirnya materi yang dipelajari kurang dimengerti secara optimal. Selanjutnya, kecenderungan untuk mencatat apa yang dikatakan guru, membuat siswa menghafalkan isi catatannya. Sehingga apa yang dipelajari hanya dapat diingat dalam jangka waktu yang pendek. Hal-hal tersebut akan berpengaruh pada hasil belajar siswa yang cenderung menurun. Untuk mengatasi hal tersebut dibutuhkan suatu pembaharuan dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, guru dituntut untuk menemukan dan menciptakan macam-macam media dalam pembelajaran yang mampu menarik minat belajar siswa (Danandjaya, 2012).

(3)

Hasil evaluasi kemampuan siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 12 pada mata pelajaran IPA menunjukkan bahwa banyak siswa yang belum tuntas nilainya. Ketuntasan siswa kelas V pada mata pelajaran IPA hanya sebesar 58%. Hasil evaluasi IPA selengkapnya dapat dilihat di tabel berikut ini :

Tabel 1.1

Distribusi Frekuensi Hasil Evaluasi IPA kelas V di SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga

No Ketuntasan (KKM : 65) Frekuensi Persentase

1 Tuntas 20 58%

2 Tidak Tuntas 14 42%

Jumlah 34 100%

Berdasarkan tabel 1.1 di atas tampak bahwa ketuntasan belajar siswa sebelum diadakan tindakan hanya 20 siswa yang tuntas dan 14 siswa yang tidak tuntas. Dari permasalahan di atas diperlukan suatu model pembelajaran yang mampu menarik serta meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model yang dapat digunakan adalah model pembelajaran quantum tipe VAK yang dapat memenuhi perbedaan gaya belajar tiap siswa.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar IPA dan sikap siswa dengan menerapkan model pembelajaran quantum tipe VAK pada kelas V SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga semester II tahun pelajaran 2013/2014.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diidentifikasi masalah bahwa pembelajaran di kelas yang sering menggunakan metode ceramah dan media yang kurang menarik bagi peserta didik membuat siswa tidak aktif dalam pembelajaran, cenderung pasif dan tidak antusias dalam pembelajaran karena hanya

(4)

mendengarkan penjelasan guru. Dampaknya hasil belajar yang diperoleh kurang optimal. Sehingga banyak siswa yang tidak tuntas KKM (65).

1.3Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini permasalahan dibatasi dengan nilai pada mata pelajaran IPA rendah pada kelas V SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga, dan upaya meningkatkan hasil belajar IPA dan memperbaiki sikap siswa dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Tipe VAK di kelas V SD Negeri Kutowinangun 12 pada mata pelajaran IPA semester II tahun ajaran 2013/2014.

1.4Rumusan Masalah

Setelah melihat hasil nilai tes kenaikan kelas V di SD Negeri Kutowinangun 12 pada mata pelajaran IPA dapat dikatakan bahwa hasil belajar IPA masih kurang memuaskan. Sebanyak 42% dari seluruh jumlah siswa tidak tuntas dari nilai KKM 65. Selain itu, siswa tidak bersikap antusias dalam mengikuti pelajaran. Hal tersebut dikarenakan guru di SD ini masih menggunakan metode konvensional (ceramah dan mencatat) dalam pembelajaran. Untuk itu diperlukan suatu inovasi dalam pembelajaran IPA di SD ini. Model pembelajaran Quantum Tipe VAK dianggap mampu meningkatkan hasil belajar IPA dan memperbaiki sikap siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga.

1.5Tujuan Penelitian

Tujuan utama penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran IPA dan memperbaiki sikap siswa kelas V SD Negeri Kutowinangun 12 Salatiga semester II tahun ajaran 2013/2014.

1.6Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara langsung dan tidak langsung dalam dunia praktisi pendidikan dan menambah ilmu pengetahuan. Untuk itu, manfaat-manfaat tersebut dapat diuraikan dalam manfaat teoritis dan manfaat praktis.

(5)

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu pendidikan dan dapat dijadikan bahan kajian bagi guru untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Hal ini dikarenakan prinsip pembelajaran model Quantum Tipe VAK berdasar pada gaya belajar tiap orang yang berbeda-beda (Colin dan Nicholl, 2002). Pembelajaran model Quantum Tipe VAK akan lebih efektif karena mengkombinasikan ketiga gaya belajar (visual, auditori, kinestetik).

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis yang dapat dirasakan secara langsung dari penelitian ini selain untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan juga memberikan manfaat bagi peserta didik, guru, sekolah dan perpustakaan sekolah.

a. Bagi Siswa

- Membantu siswa dalam memecahkan masalah dan berfikir kritis untuk dapat dikembangkan melalui pembelajaran secara aktif dapat mudah terjadi bila situasi pembelajaran dekat dengan situasi kehidupan nyata.

- Meningkatkan antusiasme siswa dalam proses pembelajaran yang aktif dan menyemangkan.

b. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk meningkatkan hasil belajar siswa melalui penggunaan dan pemilihan pendekatan/ model pembelajaran untuk digunakan pada saat proses belajar mengajar.

c. Bagi Kepala Sekolah

- Mengetahui interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran dan mengetahui efektivitas pembelajaran yang dilakukan oleh guru. - Sebagai bahan pengembangan kurikulum sekolah.

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa parameter uji yang diamati dalam penelitian ini diantaranya adalah optimalisasi konsentrasi antigen untuk mengukur titer antibodi ikan nila dengan metode ELISA,

Universitas

Yang pertama adalah bagaimana karakter Ashley Patterson digambarkan dalam novel ini dan yang kedua adalah apa arti sesungguhnya dari mimpi Ashley Patterson.. Peneliti

Buñuel’in çağdaşı, hatta bir dönem sürrealist grupla da vakit geçirmiş Fran- sız psikanalist Jacques Lacan diyordu, arzu nesneleri aslında birer yansımamızdır aynadaki

PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL6. NOMOR 4 TAHUN 2017

Hal ini menujukkan bahwa sebuah Kepercayaan konsumen terhadap merek Lifebuoy sabun mandi antiseptik dapat timbul dari adanya Identitas Merek yang dimiliki Lifebuoy

Hasil produksi sub sektor perikanan yang mencakup pada sub sektor perikanan tangkap (perikanan laut dan perikanan umum), perikanan budidaya (budidaya laut, kolam,

Discussion on the administration of zakat will include the current rate of zakat, the power to collect it and contemporary issues including zakat on income and its method