• Tidak ada hasil yang ditemukan

GELAR TEKNOLOGI DAN TEMU LAPANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GELAR TEKNOLOGI DAN TEMU LAPANG"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KEGIATAN DISEMINASI

GELAR TEKNOLOGI DAN TEMU LAPANG

OLEH :

CAYA KHAIRANI, DKK

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN

SULAWESI TENGAH

2005

(2)

LAPORAN PELAKSANAAN DISEMINASI

GELAR TEKNOLOGI DAN TEMU LAPANG

RINGKASAN

Gelar Teknologi merupakan uji terap teknologi pertanian hasil litkaji yang sudah mantap. Dilakukan di lahan petani dalam skala ekonomi. Desa Matantimali Kecamatan Marawola Kabupaten Donggala salah satu desa sasaran P4MI dengan agroekosistem lahan kering dataran tinggi. Topografi pegunungan sebagian dapat dioptimalkan sebagai lahan pertanian dengan kemiringan 10-40 persen. Usahatani yang dominan jagung, kacang tanah, kakao dan ternak sapi. Tahun Anggaran 2005 dilakukan Gelar Teknologi Usahatani Jagung Berwawasan Konservasi. Varietas yang ditanam Lamuru dan Sukmaraga dengan hasil 7 ton/ha. Teknologi diterapkan oleh 25 orang petani yang tergabung dalam 1 kelompok dengan tingkat adopsi 52 persen. Selain inovasi teknologi dilakukan pembinaan melalui kelompoktani dengan sasaran keluarga tani yang terdiri atas bapak, ibu dan anak. Pada kegiatan Gelar Teknologi juga dilakukan Temu Lapang dengan materi Usahatani Jagung, Konservasi Lahan, Pembibitan Kakao dan Pemakaian Pupuk Organik pada tanaman dengan jumlah peserta 225 orang.

Kata kunci : diseminasi, gelar teknologi, usahatani jagung, konservasi

PENDAHULUAN

Gelar Teknologi merupakan uji terap teknologi pertanian hasil litkaji yang sudah mantap. Dilakukan di lahan petani dalam skala ekonomi, yang akan memberikan pangalaman dan kesempatan pada petani untuk menilai keunggulan teknologi tersebut dibanding yang sudah biasa diterapkan.

Sektor pertanian menyerap tenaga kerja cukup besar tetapi tingkat produktivitas sektor pertanian terendah dibanding sektor lain terutama pada lahan marginal dan daerah miskin. Penduduk miskin di Sulawesi Tengah yang umumnya tinggal di pedesaan pada ekosistem lahan kering, tahun 2001 berjumlah 472.300 jiwa (BPS, 2002). Dari jumlah tersebut, Kabupaten Donggala menduduki urutan teratas dibanding kabupaten lain di Sulawesi Tengah. Oleh sebab itu Kabupaten Donggala merupakan salah satu daerah sasaran program P4MI di Indonesia.

Salah satu desa sasaran P4MI adalah Desa Matantimali Kecamatan Marawola Kabupaten Donggala yang mana telah dibangun sarana dan prasarana berupa saluran air pada tahun 2003. Desa Matantimali merupakan wilayah agroekosistem lahan kering dataran tinggi dengan ketinggian 800-1250 meter dari permukaan laut. Topografi

(3)

pegunungan yang sebagian dapat dioptimalkan sebagai lahan pertanian dengan kemiringan 10-40 persen. Kecamatan Marawola umumnya memiliki tipe iklim E dan D dengan curah hujan rata-rata 1.350 mm per tahun. Jenis tanah umumnya gromosol, alluvial dan mediteran kuning merah. Usahatani yang dominan adalah jagung, kacang tanah, kakao dan ternak sapi. Tingkat produktivitas usahatani masih sangat rendah terutama jagung yang hanya rata-rata 1 ton/ha dengan penerapan teknologi yang terbatas.

Kondisi biofisik desa Matantimali yang demikian dengan lahan yang kemiringannya mencapai 40 persen menjadi kendala bagi petani untuk berusahatani, terutama tanaman jagung. Oleh sebab itu perlu diterapkan usahatani yang berwawasan konservasi dan pemakaian pupuk organik.

Jagung merupakan salah satu jenis bahan makanan yang mengandung nilai gizi mendekati beras, sehingga dapat digunakan untuk menggantikan beras. Jagung dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, bahkan pada kondisi tanah yang agak kering pun jagung masih dapat ditanam. Pada daerah tertentu jagung digunakan sebagai makanan pokok, karena mudah diperoleh.

TUJUAN

Mempercepat dan memperluas adopsi teknologi usahatani palawija (jagung) yang diikuti dengan konservasi lahan di lahan marginal

LUARAN

Diadopsinya teknologi usahatani palawija (jagung) dengan proses konservasi lahan bagi satu kelompoktani.

TINJAUAN PUSTAKA

Program ketahanan pangan dalam artian jumlah cukup, komoditas baik, distribusi cepat dan dapat dijangkau oleh petani dan masyarakat pada umumnya sedang diupayakan oleh pemerintah. Program ini dihadapkan pada laju pertambahan penduduk yang cepat, terjadinya penciutan lahan sawah dan terjadinya pelandaian produksi pada daerah intensifikasi serta kebiasaan petani dan masyarakat makan beras sebagai makanan pokok

(4)

(Adiningsih, 1992; Sutanto 1997; Fagi, dkk., 2002). Untuk mengatasi hal ini perlu adanya pengembangan program alternatif agar program dapat tercapai.

Jagung merupakan komoditi pertanian yang dapat dijadikan sebagai pangan alternatif, karena selain mengandung karbohidrat tinggi juga mengandung protein dan dapat dijadikan bahan baku industri pakan dan makanan ringan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian berupaya mencari jenis varietas yang sesuai untuk daerah potensial jagung. Varietas Sukmaraga dan Lamuru merupakan varietas yang dilepas dalam kurun waktu 1995-2004 dengan adaptasi potensi hasil masing-masing : Varietas Sukmaraga adaptif pada daerah/lahan masam, toleran penyakit bulai dan potensi hasil 8,5 ton/ha, sedangkan Lamuru adaptif pada daerah agak kering, toleran terhadap penyakit bulai dan potensi hasil 8 ton/ha. (Balitsereal, 2004; Puslitbangtan, 2004).

Permasalahan yang dihadapi dalam pengembangan jagung di lahan kering adalah kemasaman, kekurangan air dan daerahnya didominasi oleh lahan berlereng. Hasil evaluasi kesesuaian lahan untuk jagung di Lembah Palu menunjukkan bahwa terdapat lahan seluas 69.417 ha yang sesuai untuk tanaman jagung dan faktor penghambat utama adalah ketersediaan air, retensi hara dan kelerengan (Syafruddin, dkk., 2005; Hikmatullah, dkk., 2004).

Upaya yang dapat dilakukan menghadapi permasalahan tersebut adalah melakukan penanaman jenis dan varietas yang dapat beradaptasi dengan baik di wilayah yang akan dikembangkan yang disertai dengan penerapan teknologi konservasi, pengelolaan bahan organik secara berkelanjutan (Sutanto, 1997).

Penyaluran hasil penelitian melalui kegiatan penyuluhan bukan hal baru, tetapi semakin maju tingkat pengetahuan petani, maka makin tinggi pula tuntutan permintaan teknologi untuk meningkatkan produksi usahataninya. Oleh sebab itu diperlukan usaha penyampaian teknologi secara informatif dan efektif dari hasil penelitian untuk diterapkan (Badan Litbang Pertanian, 1999).

(5)

PELAKSANAAN KEGIATAN Lokasi Kegiatan

Pelaksanaan Gelar Teknologi dan Temu Lapang dilakukan di Desa Matantimali Kecamatan Marawola Kabupaten Donggala yang merupakan salah satu desa sasaran Proyek Peningkatan Pendapatan Petani Melalui Inovasi (P4MI) dan juga salah satu desa kegiatan Gelar Teknologi pada tahun anggaran 2004.

Materi :

1. Pengolahan kascing menjadi pupuk kandang (lanjutan 2004) 2. Usahatani jagung berdasarkan konservasi yang terdiri atas :

- Perbaikan varietas

- Perbaikan jarak tanam dan jumlah tanaman per lubang - Penanaman tanaman lorong

- Pemakaian pupuk organik pada tanaman

Prosedur Kegiatan

a. Identifikasi lokasi dan petani

Kegiatan dilaksanakan pada desa P4MI yang telah dibangun sarana dan prasarana. Petani peserta adalah petani yang akan menerima langsung manfaat dari P4MI

b. Teknologi yang diaplikasikan

1. Teknologi pembuatan pupuk organik kascing

Kotoran sapi dan bahan tanaman dengan menggunakan bantuan cacing menghasilkan pupuk organik.

2. Usahatani jagung berdasarkan konservasi terdiri dari : - Varietas yang digunakan adalah Lamuru

- Jarak tanam 40 x 70 cm penanaman sesuai arah kontur - Jumlah tanaman per lubang dua tanaman

- Penanaman tanaman lorong dengan tanaman gamal dan kakao - Pembibitan kakao

(6)

- Pemakaian pupuk organik sebanyak 5 ton/ha bagi tanaman jagung 1 kg per lubang tanam bagi tanaman kakao

c. Pembinaan Kelompok

Setelah menentukan petani berdasarkan survei awal, dilakukan pembinaan kelompok melalui pertemuan secara berkelompok satu kali seminggu dengan pembentukan organisasi dan menunjuk ketua (Ketua KID), sekretaris dan bendahara, sosialisasi kegiatan, penjelasan teknologi, cara pengamatan, pemecahan masalah dan memupuk modal dengan simpanan kelompok. Pembinan ditujukan kepada keluarga tani yang melibatkan kepala keluarga, istri dan anak yang telah ikut membantu pekerjaan usahatani. Pembinaan kelompok melibatkan penyuluh dan kepala desa.

d. Temu Lapang

Temu lapang dilaksanakan untuk memperkenalkan teknologi yang digelar kepada daerah sekitarnya ada empat paket materi yang ditemulapangkan, yaitu :

- Usahatani Jagung - Konservasi Lahan - Pembibitan Kakao

- Pemakaian Pupuk Kandang pada Tanaman

Jumlah peserta pada Temu Lapang sebanyak 225 orang dengan peserta 10 persen pemerintah daerah, 25 persen penyuluh, 5 persen LSM dan swasta, serta 70 persen petani. Pelaksanaan dilakukan dengan penjelasan teknologi oleh peneliti, diskusi, dan kunjungan lapangan serta diskusi antara petani koperator dan peserta temu lapang di lapangan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Identifikasi Lokasi dan Petani Koperator

Penduduk Desa Matantimali pada umumnya mempunyai lahan ladang/kebun dan pekarangan, luas rata-rata 0,25-3,0 ha dengan usahatani jagung, ubi kayu, kacang tanah, kakao, kemiri, ternak sapi, ayam buras, dan babi. Ternak sapi juga berfungsi sebagai tenaga kerja.

Ada 25 kepala keluarga (KK) yang didata dan merupakan penerima langsung manfaat program P4MI yang akan dijadikan petani koperator pada kegiatan Gelar

(7)

Teknologi. Luas lahan petani koperator 0,25-0,75 ha. Dari 25 orang petani koperator 100 persen melakukan usahatani jagung, dan 55 persen menanam kakao di pinggir lahan, sedangkan yang mempunyai ternak sapi 8 orang, ternak babi 2 orang, dan 20 orang mempunyai ayam buras. Petani koperator memiliki lahan dengan kemiringan antara 10-40 persen.

Teknologi usahatani jagung yang diterapkan petani sebelum kegiatan Gelar Teknologi, adalah :

- varietas lokal dengan waktu tanam tidak menentu

- jarak tanam tidak teratur dengan jumlah tanaman per lubang 3-5 butir - tanaman dipelihara dengan membersihkan/menyiang 1-2 kali

- tidak dipupuk

- panen dilakukan setelah tanaman kering di lapangan 6-7 bulan - produksi 1-2 ton/ha

Teknologi usahatani kakao - bibit tidak jelas

- jarak tanam tidak teratur dan sering ditanam pada pinggir lahan atau dekat rumah tanpa pemupukan

- tanaman masih muda baru berproduksi Teknologi usahatani sapi

- sapi tidak dikandangkan, jika malam hari ternak diikat di dekat rumah, sedangkan pada siang hari dipakai untuk tenaga kerja dan digembalakan dengan sistim ikat pindah.

Pengetahuan petani terhadap teknologi pertanian sangat terbatas, hal ini dikaitkan dengan minimnya penyuluhan dan pengenalan teknologi baru. Petani mengelola usahataninya berdasarkan pengetahuan turun temurun. Keadaan ini juga disababkan oleh tingkat pendidikan penduduk yang rendah, dimana penduduk yang tidak tamat SD 37,84 persen, dan tamat SD 52,43 persen (Sannang, dkk., 2003).

b. Aplikasi Teknologi

Selain pengolahan pupuk organik dengan bantuan kascing, pada kegiatan Gelar Teknologi dilakukan aplikasi teknologi usahatani jagung yang berwawasan konservasi

(8)

dengan inovasi teknologi Varietas Unggul Lamuru dan Sukmaraga, dengan waktu tanam Bulan Juli-Oktober. Dari ubinan diperoleh hasil 2 ton/ha untuk tanaman yang ditanam pada Bulan Juli 2005 dan 7 ton/ha untuk tanaman yang ditanam pada Bulan Agustus 2005.

Hasil tanaman yang ditanam pada Bulan Juli 2005 rendah disebabkan karena tanaman mengalami kekeringan pada fase pertumbuhannya, sedangkan yang ditanam pada Bulan Agustus 2005 memberikan hasil yang mendekati deskripsi Varietas Lamuru. Oleh sebab itu perlu pengkajian tentang pola tanam jagung.

Analisa usahatani jagung Varietas Lamuru dalam 1 ha, sebagai berikut : Sarana Produksi Benih 20 kg Rp. 140.000,- Pupuk Urea 200 kg Rp. 200.000,- Pupuk TSP 100 kg Rp. 140.000,- Pupuk KCl 100 kg Rp. 220.000,- Pupuk kandang Rp. 250.000,- Saromil Rp. 6.000,-

Ongkos angkut pupuk Rp. 120.000,- Tenaga kerja Rp. 1.120.000,- Biaya Produksi Rp. 2.196.000,- Hasil produksi 7 ton @ Rp. 1.000,- Rp. 7.000.000,-

R/C 3,1

Dengan R/C 3,1 usahatani jagung yang berwawasan konservasi menguntungkan bagi petani di desa Matantimali.

(9)

c. Adopsi Teknologi

Dari beberapa komponen teknologi yang diperkenalkan, telah diadopsi oleh 25 petani koperator dengan tingkat adopsi sebagai berikut :

Komponen Teknologi Petani yang mengadopsi Tingkat Adopsi Varietas unggul 10 orang 40% Jarak tanam 40x70 cm (sesuai kontur) 24 orang 80% Pemupukan anorganik 20 orang 80% Pembuatan Pupuk Kascing dan

Pemupukan organik

8 orang 32% Penanaman tanaman lorong 24 orang 96% Penanaman rumput 4 orang 16% Panen sesuai masak fisiologis 5 orang 20% Rata-rata tingkat adopsi teknologi 52%

Dari daftar di atas terlihat pemakaian varietas unggul masih 40 persen karena varietas unggul tidak tersedia di lokasi, demikian pula dengan pupuk organik yang juga belum tersedia, petani yang memakai pupuk organik adalah petani yang mempunyai ternak sapi saja. Oleh sebab itu perlu diperkenalkan lebih lanjut pembuatan pupuk organik dari bahan lain seperti kompos.

Penanaman rumput/pakan sebagai tanaman penguat teras dan sekaligus sebagai pakan ternak masih sulit dilaksanakan petani, karena petani takut akan menjadi sarang hama seperti tikus, petani juga merasa lahannya tidak bersih dengan adanya rumput tersebut. Ini juga disebabkan karena pola pemeliharaan ternak yang belum intensif.

Komponen teknologi panen baru dilakukan oleh 5 orang petani, disebabkan karena tanaman jagung petani lainnya belum memasuki masa panen karena ditanam pada Bulan Oktober. Minat petani untuk menerapkan teknologi waktu panen masak fisiologis cukup besar, karena akan mempercepat proses berusahatani selanjutnya. Umur panen tanaman jagung Varietas Lamuru di Desa Matantimali 4-5 bulan.

Tingkat adopsi petani 52 persen cukup besar mengingat hasil penelitian van den Ban dan Hawkins (1999) menunjukkan bahwa diperlukan waktu yang lama antara saat pertama kali petani mendengar suatu inovasi dengan periode melakukan adopsi. Diperlukan waktu 4 tahun bagi petani untuk menerapkan suatu teknologi rekomendasi secara utuh.

(10)

d. Pembinaan Kelompok

Pembinaan dilakukan dengan pendekatan kelompok sasaran pembinaan keluarga tani, yang terdiri atas petani dewasa, wanita tani, dan taruna tani. Pertemuan kelompok dilakukan 1 kali/minggu yang dihadiri oleh Peneliti, Penyuluh BPTP, dan Penyuluh Lapangan. Persentase kehadiran peserta tiap pertemuan rata-rata 92 persen.

Materi pertemuan terdiri dari :

- Organisasi Dan Masalah Internal Kelompok - Perencanaan Usahatani

- Alih Teknologi Dengan Sekolah Lapang - Evaluasi Kegiatan

Untuk mengatasi masalah sarana produksi kelompok membangun unit usaha kios saprodi dengan modal berasal dari anggota kelompok.

e. Temu Lapang

Pada kegiatan Gelar Teknologi juga dilakukan kegiatan Temu Lapang dengan jumlah peserta 225 orang yang terdiri atas petani, KID, penyuluh, kepala desa, LSM, instansi terkait dan peneliti. Petani, KID dan kepala desa berasal dari 7 desa P4MI.

Materi pada kegiatan Temu Lapang adalah Usahatani Jagung, Pemupukan Organik pada Tanaman, Konservasi, dan Pembibitan Kakao. Minat peserta terhadap inovasi teknologi pada kegiatan Temu Lapang cukup tinggi, hal ini terlihat pada saat diskusi, petani dari Desa Rondingo menginginkan ada pelatihan usahatani kakao dengan biaya berasal dari kelompoktani, sedangkan petani dari Desa Porame dan Pombolobia berkeinginan menerapkan teknologi kascing.

(11)

KESIMPULAN

1. Desa Matantimali merupakan daerah sasaran P4MI dimana produktivitas usahatani yang rendah dengan teknologi yang terbatas, perlu pembinaan yang berkelanjutan untuk inovasi teknologi.

2. Usahatani jagung di Desa Matantimalai dapat menghasilkan 7 ton/ha bila ditanam pada waktu yang tepat dan penerapan teknologi yang memadai.

3. Tingkat adopsi teknologi bagi kelompoktani binaan (petani koperator) mencapai 52 persen dalam waktu satu tahun anggaran.

SARAN

1. Perlu pembinaan lebih lanjut mengingat belum sepenuhnya komponen teknologi yang digelar diadopsi terutama mengenai teknologi konservasi.

2. Transfer teknologi kepada petani di desa P4MI perlu dibarengi dengan pembinaan kelembagaan.

3. Perlu dilakukan pengkajian pola tanam usahatani jagung dan uji adaptasi varietas tanaman palawija di Desa Matantimali dan sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Adiningsih, J.S. 1997. Peranan Efisiensi Penggunaan Pupuk untuk Melaksanakan Swasembada Pangan. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Bogor, April 1992.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 1999. Panduan Umum Pelaksanaan Penelitian, Pengkajian dan Diseminasi Teknologi Pertanian.. Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian. Jakarta.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2001. Pedoman Penyelenggaraan Kegiatan Diseminasi Teknologi dan Informasi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Balitsereal. 2005. Varietas Unggul Jagung, Sorgum dan Gadung. Hasil Penelitian Badan Litbang Pertanian 1995-2004

Fagi, A.M., I. Las, dan M. Syam. 2002. Penelitian Padi menjawab tantangan ketahanan pangan nasional. Balai Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. Sukamandi.

(12)

Hikmatullah , M., Angling K., L. Hutahaean, dan Arini M. 2004. Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditi Pertanian berdasarkan Zone Agroekologi Skala 1:50.000 di Kabupaten Donggala Sulawesi Tengah. Hasil Penelitian Balai Penelitian Tanah. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian.

Mikkelsen, B. 2003. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-Upaya Pemberdayaan Yayasan Obor Indonsesia. Jakarta.

Puslitbangtan. 2004. Deskripsi Varietas Tanaman Jagung 2000-2003. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan.

Sannang, Z., Hartono, L. Hutahaean. 2003. Pengembangan Inovasi dan Diseminasi Teknologi untuk Pemberdayaan Petani Miskin pada Lahan Marginal di Desa Matantimali Kecamatan Marawola Kabupaten Donggala. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah.

Suryana, Achmad. 1998. Percepatan Transfer Teknologi Pertanian kepada Pengguna. Ekstensia Volume 7 Tahun V Jakarta.

Sutanto, R. 1997. Konservasi Sumberdaya Lahan dalam Pemapanan Sistem Pertanian Berdasarkan Usahatani Rakyat di Indonesia. Dalam Cerapan UU RI No. 12/1992. Kumpulan Makalah. Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Syafruddin., A. N. Kairupan, A. Ardjanhar, D. Mamesa dan Muljady D. Mario. 2002.

Penyusunan Peta Farming System Zone (FSZ) 1:50.000 Kecamatan Sigi Biromaru Kabupaten Donggala. Hasil Penelitian Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sulawesi Tengah. Badan Litbang Pertanian.

van den Ban, A.W. dan HS. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian (Terjemahan). Penerbit Kanisius. Jogjakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Pada pencarian kondisi analisis optimum diperoleh kondisi kro- matografi untuk analisis rebamipid dalam plasma in vitro menggunakan KCKT dengan detektor ultraviolet, kolom

7 mengkaji ulang dan melakukan penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Terhadap Belanja Modal (Studi Kasus

Namun demikian terjadinya pernikahan yang tidak sesuai dengan ketentuan yang terjadi di Indonesia dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain pendidikan rendah,

Selama tahun 2011 di wilayah kerja lingkup Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Sorong tidak ada pengiriman barang ekspor sehingga otomatis tidak ada penolakan

Keadaan ini dapat digunakan untuk mempelajari bagaimana pengaruh massa dan posisi sebuah komet terhadap perilaku lintasan yang dihasilkan dengan pengaruh delapan

Tujuan dalam penulisan ilmiah ini adalah mengetahui proses asuhan keperawatan pada Tn.K dengan diagnose medis stroke non hemoragik di instalasi gawat darurat RSUD

Respon petani metode temu lapang berada pada kriteria tinggi, menunjukkan bahwa metode temu lapang sudah baik, sesuai, dan efektif dalam menyampaikan informasi

Akan tetapi dalam kosmologi juga kemudian ditemukan bahwa matahari adalah salah satu bintang di dalam galaksi Bima Sakti yang beredar mengitari pusat galaksi