SIANOGEN BROMIDA
CYANOGEN BROMIDE
1. N a m a
1.1. Golongan : Halogen, sianida
1.2. Sinonim / Nama Dagang :
Sianogen bromida ((CN)BR); Bromine Cyanide (BRCN); Bromine Monocyanide; Bromocyanide; Bromocyanogen; Campillit; Cyanobromide; Sianogen bromida (BRCN); Cyanogen Monobromide; Bromocyan; O-2080 1.3. Nomor Identifikasi : Nomor CAS : 506-68-3 Nomor OHS : 05790 Nomor RTECS : GT2100000 Nomor EC (EINECS) : 208-051-2 RCRA : U426 STCC : 922229 UN : 1889
2. Sifat Fisika Kimia
2.1. Nama bahanSianogen bromida 2.2. Deskripsi
Berbentuk kristal, padat, tidak bewarna atau putih, berbau tajam, rasa pahit; Berat molekul : 105,92; Rumus molekul : BR-C-N; Titik didih : 144 0F (620C); Titik leleh : 1260F (520C); Tekanan uap pada @22,60C : 100 mmHg; Kerapatan uap (udara=1) : 3,6; Kerapatan relatif (air=1) : 2,015; Larut dalam : alcohol, ether, benzene.
2.3. Frase Risiko, Frase Keamanan dan Tingkat Bahaya Peringkat NFPA (Skala 0-4) :
Kesehatan 3 = Tingkat keparahan tinggi Kebakaran 0 = Tidak dapat terbakar Reaktivitas 1 = Sedikit reaktif
Klasifikasi EC : T + Sangat Toksik
R 26/27/28 = Sangat beracun bila terhirup, bersinggungan/kontak dengan kulit dan tertelan
R 32 = Bersinggungan/kontak/dengan asam menghasilkan gas sangat beracun.
S 29 = jangan dibuang kedalam saluran limbah sampai kosong. S 45 = jika terjadi kecelakaan atau jika anda tidak sehat, jika
memungkinkan segera bawa ke dokter/rumah sakit/puskesmas.
3. Penggunaan
Sintesis organik, membunuh parasit, bahan komposisi fumigasi, pembasmi nyamuk , pelarut sianida pada proses ekstraksi emas.
4. Identifikasi Bahaya
4.1. Risiko utama dan sasaran organ
Bahaya utama terhadap kesehatan : luka bakar pada kulit, luka bakar
pada mata, luka bakar pada selaput mukosa, mata berair, iritasi pernafasan (kemungkinan parah).
Sasaran organ : darah.
4.2. Rute paparan
4.2.1. Paparan jangka pendek
Terhirup
Iritasi (kemungkinan berat), ruam, nausea, nyeri dada, detak jantung tidak teratur, sakit kepala, kebutaan, kulit kebiruan, susah bernafas, kongesti paru; paralysis, kejang, koma.
Kontak dengan kulit
Sama seperti yang dilaporkan pada paparan jangka pendek bila terhirup, kulit terbakar, susah bernafas.
Kontak dengan mata
Luka bakar, mata berair, pandangan kabur.
Tertelan
Sama dengan efek yang dilaporkan paparan jangka pendek bila terhirup, rasa terbakar, tenggorokan sakit, mual, diare, sakit perut, susah bernafas.
4.2.2. Paparan jangka panjang
Terhirup
Kontak dengan kulit
Sama dengan efek yang dilaporkan paparan jangka pendek.
Kontak dengan mata
Sama dengan efek yang dilaporkan paparan jangka pendek.
Tertelan
Sama dengan efek yang dilaporkan paparan jangka pendek.
5. Stabilitas dan Reaktivitas
Reaktivitas : Dapat terurai bila kontak dengan udara, cahaya, kelembaban
atau penyimpanan diatas temperatur ruangan. Dapat bereaksi dengan air. Melepas racun, zat korosif, mudah terbakar atau meledak.
Kondisi yang harus dihindarkan : Hindari pemanasan, api, bunga api dan
sumber-sumber api yang lain. Wadah dapat pecah atau meledak bila kena panas.
Tidak tercampurkan dengan asam, logam, oksidator, halogen. Sianogen Bromida :
Dengan asam : terbentuk gas toksik hydrogen cyanide yang mudah terbakar. Dengan logam : rusak.
Bahaya dekomposisi : produk dekomposisi thermal : sianida, senyawa
halogenasi, nitrogen oksida, carbon. Polimerisasi : dapat terpolimerisasi.
6. Penyimpanan
• Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan dan standar yang berlaku.
• Lindungi dari kerusakan fisik.
• Simpan dalam wadah yang tertutup rapat. • Jauh dari jangkauan anak-anak.
• Simpan terpisah dari bahan-bahan yang tancampurkan.
•
Hindari kontak dengan air atau kelembaban.7. Toksikologi
7.1. ToksisitasData pada manusia
LCLo inhalasi – manusia 92 ppm/10 menit.
Data pada binatang
7.2. Informasi Ekologi Toksisitas pada ikan
LC50 (Mortalitas) Bluegill (Lepomis macrochirus) 240 ug/L 96 jam.
8. Efek Klinis
8.1. Keracunan akut
Terhirup
Sianogen bromida : Dapat menyebabkan iritasi berat pada hidung dan tenggorokan, disertai radang tenggorokan, nafas pendek, dan nafas berat. Konsentrasi tinggi dapat menyebabkan udema paru-paru, pendarahan paru-paru. Pemaparan pada 1,4 ppm menimbulkan iritasi pada pria setelah 10 menit; 20 ppm tidak dapat ditoleransi pada 1 menit; 92 ppm fatal dalam 10 menit. Efek toksik menyerupai efek toksik hirogen sianida. Dosis besar dapat menyebabkan tidak sadar mendadak, disertai kejang dan kematian. Pada level yang rendah menyebabkan nafas berbau almond, rasa tebakar, perasaan sempit pada tenggorokan, kulit wajah berjerawat, salivasi, mual yang disertai atau tanpa muntah, ansietas, bingung, vertigo, rasa mabuk, lemas, sakit kepala, denyut nadi cepat, palpitasi, ataksia, kaku pada rahang bawah, asidosis laktat, dan opisthotonos. Kecepatan dan kedalaman respirasi pada awalnya meningkat yang lalu menurun dan akhirnya sesak, sianosis, koma, kejang dan bradikardia dapat terjadi pada beberapa kasus. Dapat juga terjadi mikturisi dan defekasi yang tidak terkendali. Paralisis dapat menyertai tahap konvulsi. Bola mata menonjol keluar dan pupil tidak reaktif. Kerusakan pada saraf optik dan retina serta kebutaan kemungkinan dapat terjadi. Mulut berbusa, yang kadang-kadang disertai noda darah, indikasi adanya udem paru-paru. Jika terjadi kematian biasanya terjadi dalam 4 jam dan dapat terjadi akibat gagal nafas atau anoksia jaringan. Gejala lain dapat terjadi nyeri dada, warna merah cherry, ketidak teraturan nada bicara, stimulasi susunan saraf pusat selintas disertai nafas cepat dan sakit kepala.
Kontak dengan kulit
Dapat menyebabkan iritasi kuat pada kulit lembab dengan kemerahan, nyeri dan luka bakar. Dapat terabsorbsi melalui kulit yang menyebabkan toksisitas sistemik seperti pada paparan terhirup akut.
Kontak dengan mata
Kontak langsung menimbulkan iritasi kuat disertai kemerahan, nyeri, pandangan kabur, lakrimasi dan luka bakar.
Tertelan
Menyebabkan korosi mukosa lambung, nyeri tenggorokan, nyeri abdomen, diare, dan nausea. Dalam jumlah tertentu dapat menimbulkan toksisitas sistemik seperti pada terhirup akut.
8.2. Keracunan kronik
Terhirup
Pemaparan pada level rendah selama periode yang cukup lama dilaporkan dapat menimbulkan iritasi terhadap hidung, yang mengarah pada sumbatan, pendarahan, pengelupasan dan kemungkinan perforasi, hilangan selera makan, nausea, muntah, perubahan rasa dan bau, sakit kepala, lemah, pusing, effort dyspnea, kolik abdomen dan sistem saraf tidak stabil. Pada paparan kronik kemungkinan mengganggu ambilan iodin oleh kelenjar tiroid, yang mengarah pada pembesaran tiroid.
Kontak dengan kulit
Efek tergantung pada konsentrasi dan durasi dari pemaparan. Kontak berulang atau dalam waktu lama dengan senyawa korosif menimbulkan dermatitis atau efek serupa pada paparan akut.
Kontak dengan mata
Efek tergantung pada konsentrasi dan durasi pemaparan. Kontak berulang atau dalam waktu lama dengan senyawa korosif menimbulkan radang selaput mata atau efek seperti paparan akut.
Tertelan
Tidak ada data.
9. Pertolongan pertama
9.1. TerhirupBila aman masuk ke dalam area, jauhkan korban daripemaparan. Gunakan kantung masker berkatup atau alat yang sejenis untuk melakukan pernafasan buatan (penyelamat pernafasan), bila perlu jaga suhu tubuh agar tetap normal dan istirahat. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
9.2. Kontak dengan kulit
Segera lepaskan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang kontaminasi. Cuci dengan sabun atau deterjen ringan dan air dalam jumlah besar sehingga tidak ada senyawa kimia yang ada (paling sedikit 15-20 menit). Bila terdapat luka bakar, tutupi dengan bahan steril, kering dan longgar. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
9.3. Kontak dengan mata
Cuci mata segera dengan air dalam jumlah besar atau garam fisiologis (NaCl 0,9 %), sekurangnya satu liter pertiap mata dan sekali sekali buka kelopak mata atas dan bawah hingga tidak ada lagi bahan kimia yang tersisa. Lanjutkan irigasi hingga siap untuk dibawa rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
9.4. Tertelan
Jika diperlukan gunakan gunakan kantung masker berkatup atau alat serupa untuk melakukan bantuan pernafasan. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.
10. Penatalaksanaan
10.1. Stabilisasi
a. Penatalaksanaan jalan nafas, yaitu membebaskan jalan nafas untuk menjamin pertukaran udara.
b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan, yaitu memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida.
c. Penatalaksanaan sirkulasi, mengembalikan fungsi sirkulasi darah. d. Resusitasi jantung paru, yaitu untuk mengatasi henti jantung dan
henti nafas. 10.2. Dekontaminasi
a. Dekontaminasi mata
Dilakukan sebelum membersihkan kulit :
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
- Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan selama 15-20 menit atau sekurang-kurangnya satu liter pertiap mata.
- Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya. - Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit. - Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera kirim/konsul ke dokter mata.
b. Dekontaminasi kulit (termasuk rambut dan kuku)
- Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
- Cuci segera bagian kulit yamg terkena dengan air mengalir air dingin atau hangat dan sabun minimal 10 menit.
- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
- Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi atau muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan menggunakan sarung tangan, masker hidung dan apron. Hati-hati untuk tidak menghirupnya.
c. Dekontaminasi saluran cerna.
- Jangan merangsang muntah, karena beresiko serangan kejang. - Bila korban sadar, berikan arang aktif (bila tersedia) sebanyak
0,5-1 gram/kg bb dilarutkan dalam air sekitar 250-300 ml dan diminumkan, atau kumbah lambung.
- Bila korban tidak sadar pertimbangkan kumbah lambung dan gunakan cuffed ndotracheal tube untuk mencegah terjadinya aspirasi. Pilih gastric tube yang sesuai dan letakkan korban pada posisi left lateral decubitus, dan masukkan air atau larutan garam sebanyak 200-300 ml kemudian disedot secara aktif. Dilakukan berulang-ulang sampai cairan bilasan bersih. Biasanya diperlukan cairan sampai 2 liter atau lebih. Bila perlu dikombinasikan dengan arang aktif. Bila perlu dapat dilakukan dengan memberikan bersama arang aktif (activated charcoal).
d. Antidotum
- Amyl nitrit, ampulnya dipecah dan diletakkan dibawah hidung korban, dan disuruh menghisap dalam selama 30 detik. Kemudian istirahat selama 30 detik, lalu diulang kembali.Tiap ampul mempunyai masa kerja 2-3 menit. Penggunaan amyl nitrit dihentikan bila menggunakan natrium nitrit intravena.
- Natrium nitrit diberikan 300 mg intravena atau setara dengan 10 ml larutan 3 % ( untuk anak 6 mg/kg dan jangan lebih dari 300 mg). Catatan : Nitrit dapat menginduksi Methemoglobinemia dan dapat sangat berbahaya bahkan fatal. Karenanya jangan diberikan pada korban yang gejalanya ringan atau yang diagnosanya tidak jelas atau yang keracunan CO2.
- Sodium thiosulfat diberikan 12,5 g intravena. Thiosulfat relative aman dan dapat diberikan secara empirik bahkan bila diagnosa tak jelas. Juga dapat digunakan untuk meringankan keracunan nitroprusid.
11. Batas paparan dan alat pelindung diri
Batas paparan : -
Ventilasi : Sediakan sistem ventilasi penghisap udara setempat. Ventilasi
harus tahan ledakan jika terjadi konsentrasi bahan yang akan meledak. Pastikan dipatuhinya batas paparan yang sudah ditentukan.
Proteksi mata : Gunakan kaca mata pengaman tahan percikan. Sediakan
kran pencuci mata keadaan darurat dan semprotan air deras dekat dengan area kerja.
Pakaian : Gunakan pakaian pelindung yang tahan bahan kimia.
Respirator : Pada keadaan sering digunakan, atau paparan berat, proteksi pernafasan dapat digunakan. Proteksi pernafasan disusun peringkatnya dari urutan minimum ke maksimum. Pertimbangkan ciri peringatan (warning properties ) sebelum digunakan.
Setiap chemical cartridge respirator memiliki organic vapor cartridge dan penyaring debu dan kabut.
Setiap chemical cartridge respirator memiliki organic vapor cartridge dan penyaring partikel efisiensi tinggi.
Setiap respirator pembersih udara memiliki pelindung wajah penuh, canister uap organic dan penyaring debu, kabut dan asap filter.
Setiap mesin, respirator pembersih udara yang memiliki penutup wajah penuh dan penyaring partikel efisiensi tinggi.
Untuk konsentrasi yang tidak diketahui atau sangat berbahaya bagi kehidupan dan kesehatan :
Setiap respirator pemasok udara dengaan pelindung wajah penuh yang dioperasikan dalam suatu mode tenanan negatif atau tekanan positif lain digabungkan dengan pasokan pelepas terpisah ( separate escape supply ). Setiap alat pernafasan serba lengkap memiliki pelindung wajah penuh.
12.
Manajemen pemadam kebakaran
Bahaya ledakan dan kebakaran : bahaya kebakaran dapat diabaikan
Media pemadaman : kimia kering, busa, air.
Kebakaran besar : gunakan busa atau siram dengan semprotan air.
Pemadaman api : pindahkan wadah dari daerah api jika dapat dilakukan
tanpa risiko. Padamkanlah api besar dari lokasi terlindung atau dari jarak yang aman. Menjauhlah dari ujung tangki terakhir. Bendung atau sekat kemudian dibuang. Jangan menyebarkan tumpahan bahan dengan siraman air bertekanan tinggi.
13. Manajemen tumpahan
Pelepasan di tempat kerja : Jangan menyentuh tumpahan bahan. Hentikan
bocoran jika hal ini mungkin dilakukan tanpa resiko. Pisahkan dari bahan yang tancampurkan. Hindari kontak dengan air atau lembab.
14.
Daftar Pustaka
• OHS, MDL Information Systems, Inc, 1997.
• Richard J. Lewis, R J, Sr, “Condensed Chemical Dictionary”, Twelfth Edition, Van Nostrand Reinhold, New York, 1993, p.334.