• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGONTROLAN MIKROBA DALAM MAKANAN MIKROBIOLOGI MAKANAN PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGONTROLAN MIKROBA DALAM MAKANAN MIKROBIOLOGI MAKANAN PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENGONTROLAN MIKROBA

DALAM

MAKANAN

MIKROBIOLOGI MAKANAN PROGRAM STUDI MIKROBIOLOGI SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

(2)

Pengendalian pertumbuhan mikroba

Pengendalian pertumbuhan mikroba dalam makanan

dapat dilakukan dengan

Pengendalian terhadap akses

Pengendalian dengan penghilangan secara fisik Panas

Suhu rendah Reduksi Aw

pH rendah dan asam organik Modified Atmosphere

Radiasi

(3)

KEBERSIHAN DAN SANITASI

Tujuan sanitasi:

Meminimalkan akses mikroba terhadap makanan

dari berbagai sumber pada seluruh tahapan

penanganan makanan

Mereduksi jumlah mikroba sampai jumlah yang

diperbolehkan

Sanitasi yang baik

memperpanjang waktu simpan

(4)

Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan sanitasi

1. Desain pabrik

Program sanitasi harus terintegrasi dalam desain pabrik pengolahan makanan  maksimum proteksi terhadap kontaminasi mikroba

Beberapa contoh:

cahaya cukup,

ventilasi udara baik,

pemisahan antara area penyimpanan bahan, proses dan produk jadi,

ruang yang cukup untuk bekerja dan bergerak,

sistem pembuangan limbah dan saluran air yang baik, suplai air yang memadai, dll

(5)

Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan sanitasi

2. Kualitas air, es, larutan garam dan aditif lainnya

Kualitas air tidak hanya bebas patogen (spt air minum), tapi juga harus rendah (atau bebas) bakteri pembusuk

Es pendingin makanan  tidak boleh menyebabkan kontaminasi Larutan garam dan aditif lain (produk ham, bacon, dll)  harus segar dan dibuat tiap hari  lar “curing” yang disimpan lama  reduksi nitrit  reduksi umur simpan

3. Kualitas udara

Susu bubuk  “spray drying”  udara dg kualitas baik

Instalasi masukan udara (udara kering dan minim debu) dan filtrasi udara  reduksi mikroba kontaminan

(6)

Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan sanitasi

4. Peralatan

Peralatan proses harus mudah dibersihkan dan tidak memiliki “dead spot” tempat mikroba tumbuh dan berkembang

Kebersihan alat sangat penting bagi produk yang kontak dengan alat setelah perlakuan panas dan sebelum pengepakan

5. Pembersihan fasilitas proses

Peningkatkan efisiensi pembersihan air  detergen (kimia) dan penyemprotan dan aliran turbulen air (fisika)

Detergen tidak boleh korosif, harus aman dan mudah dibilas, contoh: natrium lauril sulfat, alkil benzena sulfonat, alkil sulfonat Frekuensi pembersihan  indikator: evaluasi produk

(7)

Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan sanitasi

6. Sanitasi peralatan pemrosesan makanan

Pembersihan yang efisien tidak menghilangkan seluruh patogen  sanitasi setelah pembersihan

Sanitasi: membunuh mikroba patogen dan mereduksi jumlah mikroba total

Dilakukan dengan cara fisika (air, uap, dan udara panas, radiasi UV), atau cara kimia (lebih umum)

Syarat senyawa sanitasi kimia: efektif untuk keperluan spesifik, tidak toksik, tidak korosif, tidak berpengaruh terhadap kualitas makanan, stabil dan murah.

Faktor ~ efektifitas senyawa sanitasi kimia: waktu pendedahan, suhu, konsentrasi senyawa, pH, jumlah mikroba awal dan tipenya

(8)

Faktor-faktor yang mempengaruhi

keberhasilan sanitasi

Contoh senyawa sanitasi kimia:  Senyawa klor

• Contoh: hipoklorit, klorin dioksida, klor cair, dll

• Efektif: sel vegetatif bakteri, ragi dan kapang, spora dan virus  Iodofor

• Kombinasi iodin dengan senyawa aktif permukaan  relatif larut dalam air

• Efektif: bakteri, spora, virus, dan jamur

QAC (Quaternary Ammonium Compounds)

• Memiliki sifat detergen sekaligus kemampuan germisidal (kons.rendah  bakterisida, kons.tinggi  bakteriostatik)

• Efektif bakteri gram positif  H2O2

(9)

PENGENDALIAN SECARA FISIK

1. Sentrifugasi

Digunakan terhadap cairan seperti susu, jus buah

dan sirup

menghilangkan partikel tersuspensi

(debu, leukosit, partikel makanan yg tidak

diinginkan)

Proses ini dapat turut menghilangkan spora,

bakteri batang berukuran besar, ragi, dan kapang

Pada putaran yang tinggi

90% populasi mikroba

hilang

Setelah sentrifugasi

mikroba termodurik (spora

bakteri) dalam makanan lebih sedikit

(10)

Pengendalian fisik (lanjutan…)

2. Filtrasi

Digunakan terhadap cairan seperti minuman ringan, jus buah, bir, wine, dan air  menghilangkan padatan dan mikroba  cairan lebih jernih

Jika pemanasan dihindari atau diberikan pada tingkat

minimum  mempertahankan citarasa alami produk dan nutrisi sensitif panas (vitamin C dalam jus)

Filtrasi utk menghilangkan komponen besar diikuti ultrafiltrasi

 ukuran pori filter 0,45 – 0,7 m  efektif menghilangkan ragi, kapang, spora dan sel bakteri

Filtrasi udara  menghilangkan debu dan mikroba dari udara yang digunakan untuk pengeringan produk makanan

(11)

Pengendalian fisik (lanjutan…)

3. Trimming/pemotongan

Metode ini tidak menghilangkan mikroba scr menyeluruh Perlakuan trimming umum dilakukan terhadap:

Buah-buahan dan sayuran yang menunjukan kerusakan dan kebusukan  trimming pada daerah yang terkontaminasi

Daun luar kubis sebelum produksi saurkraut  reduksi mikroba dari tanah

Pertumbuhan kapang pada permukaan keju keras, sosis, roti  jika kapang menghasilkan toksin, trimming tidak menghilangkan toksin dari makanan yang tersisa

Karkas  menghilangkan abses dan daerah infeksi, pertumbuhan yang tidak normal

(12)

Pengendalian fisik (lanjutan…)

4. Pencucian makanan

Tujuan pencucian buah-buahan, sayuran dan makanan:

Mereduksi suhu  reduksi laju metabolisme dan pertumbuhan mikroba

Menghilangkan mikroba yang terdapat dalam tanah Menghilangkan materi fekal dan kotoran pada telur

• Pencucian karkas dapat meningkatkan mikroba kontaminan

 cara mengatasi:

• Pencucian secara otomatis menggunakan tekanan tinggi • Menggunakan air panas dan uap panas

• Menggunakan air yang mengandung klorin, asam asetat, propionat dan laktat, atau bakteriosin (nisin dan pediosin)

(13)

PENGENDALIAN DENGAN PANAS

Tujuan pemanasan makanan:

Membunuh sel vegetatif dan spora mikroba (ragi,

kapang, bakteri, virus, termasuk bakteriofaga)

utama: mikroba patogen dan pembusuk

Merusak enzim yang tidak diinginkan (mikroba,

makanan)

kualitas makanan

meningkatkan

waktu simpan

Merusak toksin (mikroba, makanan) yang sensitif

panas

(14)

Mekanisme kerja antimikroba panas

Tergantung suhu dan waktu pemanasan  sel mikroba dan spora: “sublethal injured” atau mati

Panas  sel bakteri kehilangan permeabilitas dan meningkatkan sensitifitas sel thd beberapa senyawa

Kerusakan sublethal kerusakan membran sel, dinding sel, DNA (pemisahan rantai), RNA ribosom (degradasi), enzim (denaturasi) Kerusakan fungsi vital dan komponen struktur  mati

Spora bakteri yang dipanaskan  kerusakan komponen struktural pelindung spora, kerusakan struktur yang akan menjadi membran dan dinding, ketidakmampuan menggunakan air untuk hidrasi selama germinasi  mati

(15)

Faktor yang harus diperhatikan dalam

pengendalian panas

1. Sifat alami makanan

Komposisi (jumlah karbohidrat, protein, lipid), Aw, pH, kandungan antimikroba (alami atau ditambahkan)  kematian mikroba oleh panas

Karbohidrat, protein, lipid  proteksi mikroba thd panas

Mikroba dalam makanan cair atau makanan yang mengandung partikel kecil tersuspensi  lebih mudah rusak karena panas dibandingkan makanan padat

Aw tinggi dan pH mendekati netral  kematian mikroba karena panas lebih besar

Kematian lebih besar pada makanan pH rendah yang mengandung asam asetat, propionat, laktat dibandingkan asam fosfat atau sitrat Kehadiran antimikroba yang termostabil  kematian mikroba

(16)

Faktor yang harus diperhatikan dalam

pengendalian panas (lanjutan…)

2. Sifat alami mikroba

Sensitivitas mikroba thd panas dipengaruhi oleh resistensi, fase pertumbuhan, pendedahan thd panas sebelumnya, jumlah awal mikroba

Sel vegetatif kapang, ragi, dan bakteri lebih sensitif panas dibandingkan spora  mati dalam 10 menit 65oC (kecuali sel

vegetatif termodurik dan termofilik)

Umumnya sel bakteri termodurik dan termofilik  mati 5 – 10 menit 75 – 80oC

Spora ragi dan kapang  65 –70oC beberapa menit, spora beberapa

kapang  90oC 4 – 5 jam

Spora bakteri umumnya 100oC 30 menit, beberapa tidak mati pada

100oC 24 jam, hampir semua mati 121oC 15 menit

Sel pada fase eksponensial lebih rentan thd panas dibandingkan sel pada fase stasioner

(17)

Faktor yang harus diperhatikan dalam

pengendalian panas (lanjutan…)

3. Karakteristik proses

Semakin tinggi suhu

semakin singkat waktu

destruksi

Pemanasan secara konduksi dan konveksi

makanan cair lebih cepat panas dibandingkan

makanan padat, terutama dalam kemasan metal

(konduksi tinggi)

Makanan dalam kemasan kecil lebih cepat panas

dibandingkan kemasan besar

(18)

Metode Pemanasan

1. Proses panas-rendah (pasteurisasi)

Suhu rendah untuk meminimalkan kerusakan termal makanan 

membunuh sel vegetatif

Tergantung suhu yang digunakan sel bakteri termodurik dan spora parogen dan bakteri pembusuk tetap hidup  perlu metode tambahan (pendinginan, pengemasan MA, reduksi Aw)

Pasteurisasi susu  145oF (62,8oC) 30

(19)

Metode Pemanasan (lanjutan…)

2. Proses panas-tinggi

Pemanasan makanan di atas 100

o

C

suhu dan

waktu pemanasan tergantung karakteristik

produk dan mikroba yang ingin dimusnahkan

Susu UHT

150

o

C selama 2-3 detik

susu

dipanaskan dengan menginjeksi steam tekanan

tinggi dan suhu tinggi

(20)

Metode Pemanasan (lanjutan…)

3. Pemanasan dengan microwave

Microwave  gelombang berubah polaritasnya dalam waktu singkat  muatan molekul air menyesuaikan

gelombang  pergerakan molekul air  gesekan panas sehingga suhu makanan meningkat dengan cepat.

Tergantung waktu pendedahan dan intensitas gelombang

 suhu sangat tinggi  lethal terhadap mikroba

Bukan metode yang aman terhadap patogen  microwave tidak memanaskan secara seragam

(21)

PENGENDALIAN DENGAN SUHU

RENDAH

Tujuan pengendalian dengan suhu rendah

Mengawetkan makanan

mencegah dan mereduksi

pertumbuhan mikroba

Suhu rendah: mereduksi atau mencegah aktivitas

katalitik enzim mikroba, terutama proteinase dan

lipase tahan panas

Mereduksi germinasi spora

Penyimpanan suhu rendah (terutama pembekuan

dan pelelehan)

letal thd sel mikroba

laju

kematian mikroba pada suhu rendah tidak dapat

diprediksi

(22)

Mekanisme pengendalian mikroba

Penurunan suhu  fase lag dan eksponensial serta waktu germinasi mikroba psikrotrof (tipe mesofilik) memanjang  aktivitas mikroba menurun  Q10

Suhu 0oC sel mesofilik (nonpsikrotrof) dan termofilik mati,

terutama jika disimpan lama, memiliki Aw rendah, pH rendah atau mengandung zat pengawet

Suhu –2oC air bebas dalam makanan mulai membeku dan

membentuk kristal es  reduksi Aw

Suhu –2oC air dalam sel mikroba membeku (pendinginan cepat)

atau bermigrasi keluar  dehidrasi (laju pendinginan lambat)  reduksi Aw  denaturasi dan destabilisasi makromolekul struktural dan fungsional

Kerusakan karena pendinginan: kerusakan dinding sel, membran sel, DNA, RNA ribosom, enzim  subletal: reversibel

(23)

Metode Pendinginan

1. Pendinginan dengan es

Makanan dijaga didalam tempat berisi es

permukaan yang kontak dengan es bersuhu 0

– 1

o

C

Fluktuasi suhu (ukuran wadah, pelelehan es),

lamanya penyimpanan, dan kontaminasi

silang

problem mikrobiologis, terutama

“foodborne patogen”

Contoh makanan: ikan segar, seafood, daging,

buah potong, dll

(24)

Metode Pendinginan (lanjutan…)

2. Pendinginan dengan alat pendingin

Suhu 4 – 5

o

C

waktu simpan 60 hari atau

lebih

Produk dingin yang ingin disimpan lebih lama

tambahan metode pengawetan

Fluktuasi suhu penyimpanan dan kerusakan

(kebocoran kemasan)

akselerasi

pertumbuhan mikroba

Contoh makanan: makanan olahan dari

tanaman dan hewan, makanan siap saji

(25)

Metode Pendinginan (lanjutan…)

3. Pembekuan

Suhu minimum pembekuan –20oC air

bebas dalam makanan berada pada kondisi beku

“Dry ice” dan nitrogen cair  untuk membekukan secara cepat

Setelah dibekukan, makanan dijaga pada suhu -20 sd

-30oC tahan beberapa bulan bahkan 1

tahun

Makanan yang diawetkan dengan

pembekuan: bahan mentah (sayuran, buah-buahan), daging, ikan, produk olahan

(26)

PENGENDALIAN DENGAN REDUKSI A

W

Tujuan melakukan penurunan Aw dalam

makanan:

Mencegah atau menghambat pertumbuhan sel

vegetatif

Mencegah perkecambahan spora mikroba

Mencegah produksi toksin oleh kapang dan

bakteri toksigenik

Juga dapat digunakan untuk mempertahankan

viabilitas kultur starter yang digunakan dalam

pengolahan makanan

(27)

Metode reduksi Aw

Prinsip dasar reduksi Aw

1. Dehidrasi

2. Penghilangan air dengan kristalisasi

3. Penambahan zat terlarut

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Narimawati (2008), data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau perta- ma. Data ini tidak tersedia dalam bentuk ter- kompilasi ataupun dalam bentuk file-file.

Materi program disusun dari estimasi kebutuhan dan tujuan pelatihan.Kebutuhan disini mungkin dalam bentuk pengajaran keahlian khusus, menyajikan pengetahuan

Bapak Andy Usmina Wijaya, S.H., M.H, selaku Ketua Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Wijaya Putra Surabaya sekaligus sebagai Dosen Pembimbing penulis, yang

Kholis, A.Md dan Nurma yang senantiasa memberikan kemudahan saya dalam melengkapi data-data administrasi sebagai penunjang kesempurnaan penulisan Skripsi ini dan

Dalam penelitian ini dilakukan penentuan batas deteksi ( limit of detection ) dan sensitivitas unsur N, P, K, Si, Al, Fe, Cu, Cd dengan metode aktivasi neutron cepat yang

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa peningkatan pH larutan pada kisaran 2,0 sampai 7,0 dapat meningkatkan kemampuan tanah diatomit dalam mengadsorpsi Cd(II) dengan

Rumus Z- Score terakhir merupakan rumus yang sangat fleksibel karena bisa digunakan untuk berbagai jenis bidang usaha perusahaan, baik yang go public maupun yang tidak, dan

Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Moedal Semarang merupakan salah satu Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) yang memberikan jasa pelayanan bagi masyarakat untuk