• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Bimbingan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Anak Asuh Di Panti Asuhan Islahul Muna Kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Strategi Bimbingan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Anak Asuh Di Panti Asuhan Islahul Muna Kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga - Test Repository"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

i

STRATEGI BIMBINGAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN ISLAHUL MUNA

KELURAHAN TINGKIR TENGAH KOTA SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh:

M. Farhan Yoga Pratama (111-14-205) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi MOTTO

﴿

َعَم َّن

إَف

ِ

ٱ ل

ِ سُع

سُس

ا

٥

[

5

:حارشنلاا

]

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan"

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahi Rabbil „Alamiin, puji syukur atas nikmat dan karunia Allah SWT, dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada:

1. Orang tuaku tercinta bapak H. Nurcholis, SE dan Ibu Widiarti, SE, yang

senantiasa mencurahkan kasih sayang dan do‟a yang tak pernah putus untuk putra-putranya.

2. Adekku tersayang M. Ahnaf Hilman Saputra, yang selalu memberi dukungan moral dan memberi semangat.

3. Kekasihku tercinta Lena Tri Utami, yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam hal apapun.

4. Bapak KH Athok Athari selaku guru ngaji dari kecil hingga sekarang. 5. Bapak Kyai Rohmat dan Kyai Slamet Anwar selaku pembina panti asuhan

Islahul Muna.

6. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd yang telah sabar membimbing dan mendo‟akan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Teman-temanku PAI kelas F dan angkatan 2014 yang sama-sama berjuang dan belajar di IAIN Salatiga.

(8)

viii

10.Teman-teman dan keluarga KKN Posko 41 Dsn. Ngrombo Ds. Kemusu Kec. Kemusu Kab. Boyolali.

11.Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis tidak akan berarti apapun tanpa kontribusi dari mereka dari mereka semua, penulis sekali lagi mengucapkan banyak terimakasih, semoga amal perbuatan yang diberikan dengan ikhlas, akan dibalas

(9)

ix

KATA PENGANTAR Assalamu‟alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setiaNya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI).

4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini. 5. Ibu Dra. Djamiatul Islamiyah, M.Ag., selaku pembimbing akademik.

(10)

x

7. Bapak H. Nurcholis, SE dan ibu Widiarti, SE serta adik M. Ahnaf Hilman Saputra di rumah, yang telah mendoakan dan mendukung penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

8. Seluruh teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian skripsi ini

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan dan mendapatkan ridho Allah SWT. Akhirnya, dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu‟alaikum Wr. Wb

Salatiga, 12 September 2018 Penulis,

(11)

xi ABSTRAK

Pratama, Farhan Yoga. 2018. Strategi Bimbingan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Anak Asuh Di Panti Asuhan Islahul Muna Kelurahan Tingkir Tengah Kota Salatiga. Pembimbing : Drs. Bahroni, M.Pd.

Kata Kunci: Bimbingan Agama Islam Dalam Membina Akhlak Untuk Perbaikan Akhlak Anak Asuh Di Panti Asuhan Islahul Muna.

Bimbingan agama dan pembinaan akhlak merupakan suatu usaha untuk memberikan bimbingan, pengertian, pengembangan dan peningkatan perasaan beragama sesuai dengan norma-norma agama Islam yang bertujuan untuk membentuk dan memperbaiki jiwa seorang muslim yang bertaqwa, berakhlakul karimah dan mempunyai perilaku yang soleh dan soleha. Pola bimbingan agama dan pembinaan akhlak di panti asuhan Islahul Muna mempunyai keunikan tersendiri dimana para anak asuh beserta ustadz dan kyai saling memberikan ilmu dan mencari ilmu, saling berinteraksi dalam suasana penuh kekeluargaan. Penelitian ini merupakan upaya pembinaan aklak dan pola bimbingan agama anak asuh di panti asuhan Islahul Muna Salatiga agar menjadi lebih baik. Tujuan dari penelitian ini yaitu : (1) untuk mendeskripsikan pola bimbingan agama dan pembinaan akhlak di panti asuhan Islahul Muna (2) Untuk mengetahui problematika pembinaan akhlak di panti asuhan Islahul Muna (3) Untuk memberikan solusi yang ditempuh dalam mempebaiki akhlak anak asuh di panti asuhan Islahul Muna.

Penelitian ini dilaksanakan di panti asuhan Islahul Muna Tingkir Tengah Salatiga tahun 2018. Jenis metode penelitiannya adalah penelitian deskriptif, dan analisis hasil penulis menggunakan jenis penelitian lapangan dan bersifat deskriptif kualitatif, maka data dari penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan menggunakan ketekunan pengamatan dan trianggulasi sumber sebagai instrument untuk mengecek validitas data. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer yakni hasil wawancara pengasuh, pengurus serta anak asuh, dan sumber sekunder yang dapat berupa foto-foto kegiatan terkait Panti Asuhan Islahul Muna Salatiga.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN BERLOGO... ii

HALAMAN DEKLARASI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... iv

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

MOTTO... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... x

ABSTRAK ... xii

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus Penelitian ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Kegunaan Penelitian ... 4

(13)

xiii

F. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORI A. Strategi Bimbingan Agama Islam ... 8

B. Pembinaan Akhlak ... 13

C. Tinjauan Mengenai Anak Yatim ... 18

D. Tinjauan Mengenai Panti Asuhan ... 19

E. Kajian Penelitian Tedahulu ... 20

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 22

B. Lokasi Penelitian ... 23

C. Sumber Data ... 24

D. Prosedur Pengumpulan Data ... 24

E. Analisis Data ... 26

F. Pengecekan Keabsahan Data ... 28

BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS A. Paparan Data Deskripsi Objek Penelitian ... 30

B. Bimbingan Agama Islam di Panti Asuhan Islahul Muna ... 41

C. Pembinaan Akhlak Anak Asuh di Panti Asuhan Islahul Muna ... 50

D. Analisis Data Penelitian ... 60

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 66

B. Saran ... 68

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Pedoman Wawancara

Lampiran 2 Verbatim Wawancara

Lampiran 3 Surat Pembimbing dan Asisten Pembimbing Skripsi

Lampiran 4 Surat Keterangan Bukti Penelitian

Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi

Lampiran 6 Pernyataan Publikasi Skripsi

Lampiran 7 Daftar Nilai SKK

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Anak merupakan potensi dan modal bagi pembangunan bangsa, karena anak adalah penerus perjuangan yang akan menghadapi tantangan di masa depan. Anak sebagai potensi dan modal pembangunan dalam perkembangan serta tumbuhnya, sering mengalami hambatan. Anak tumbuh dari awal yang lemah dan perlu bimbingan dan arahan dari generasi sebelumnya yaitu orang tua, guru, dan lingkungan sosial atau teman bermain (Agustiningsih, 2005 : 12).

Dewasa ini banyak sekali pengaruh media sosial yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam hal pendidikan formal maupun informal. Salah satunya yaitu pendidikan agama dan akhlak. Yang mana keduanya itu sangat penting untuk menyaring pengaruh dari luar agar tidak terpengaruh oleh dampak negatif dari perkembangan dunia telekomunikasi informasi dan komunikasi khususnya media sosial.

(16)

2

negatif tersebut. Kita melihat perkembangan zaman membuat prihatin akan moralitas manusia dan akhlak manusia yang semakin rendah.

Salah satu faktor untuk mencegah tindak kriminal yang pertama yaitu keluarga. Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang bersifat informal. Dalam keluarga seorang mendapatkan pendidikan dan pembinaan yang pertama kalinya. Dari lingkungan keluarga yang harmonis akan mampu memberikan keteladanan kepada anak–anak, maka akan tumbuh anak–anak yang memiliki kepribadian dengan pola yang mantap (Gunarsa, 2002 : 22).

Di dalam keluarga ada dua peran yang mendidik anak pertama kalinya yaitu peran ayah dan ibu. Ayah berperan sebagai pencari nafkah sekaligus mendidik anaknya dengan tegas, disiplin dalam mendidik mengenai hukum agama dan juga negara . Ibu berperan mendidik anaknya dengan kelembutan hatinya dan kesabaranya. Lalu bagaimana jika salah satu orang tua sudah meninggal atau ditinggal (terlantar), orang tua broken home ? menjadi anak terlantar, anak yatim, anak piatu, bahkan anak yatim piatu? Peran keduanya sangat penting dan saling mengimbangi dalam pendidikan anak salah satunya pendidikan akhlak dan agama.

(17)

3

didukung oleh masyarakat sekitar serta pihak–pihak yang bersangkutan sehingga nantinya mereka dapat menjadi anak yang mandiri dan berakhlak baik.

Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti bagaimana bimbingan agama Islam untuk anak yatim, piatu, anak jalanan, broken home, maupun anak kurang mampu di panti asuhan Islahul Muna dan peneliti memutuskan mengangkat judul “STRATEGI BIMBINGAN AGAMA ISLAM DALAM MEMBINA AKHLAK ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN ISLAHUL MUNA KELURAHAN TINGKIR TENGAH KOTA SALATIGA”.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana strategi bimbingan agama Islam yang diterapkan di panti asuhan Islahu Muna dalam membina anak asuh ?

2. Kendala apa saja yang dihadapi panti asuhan Islahul Muna dalam menerapkan bimbingan agama Islam ?

3. Bagaimana upaya atau solusi yang dilakukan pengurus panti asuhan Islahul Muna dalam mengatasi masalah yang dihadapi? C. Tujuan Penelitian

(18)

4

1. Untuk mendeskripsikan strategi bimbingan agama Islam yang diterapkan di panti asuhan Islahul Muna dalam membina akhlak anak asuh.

2. Untuk mendeskripsikan kendala atau permasalahan yang dihadapi panti asuhan dalam menerapkan bimbingan agama Islam di panti asuhan Islahul Muna.

3. Untuk mengetahui upaya-upaya dan solusi yang dilakukan pengurus panti asuhan panti asuhan Islahul Muna dalam mengatasi masalah yang dihadapi.

D. Kegunaan Penelitian

Manfaat hasil penelitian metode bimbingan agama Islam dan pembinaan akhlak anak asuh di panti asuhan Islahul Muna :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya untuk bimbingan agama Islam anak, baik umum maupun anak asuh di panti asuhan.

2. Manfaat Praktis

(19)

5

b. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat di gunakan sebagai salah satu acuan penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

E. Penegasan Istilah

Untuk menghindari kesalah pahaman penafsiran terhadap judul penelitian di atas, maka penulis berusaha menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, yaitu :

1. Bimbingan Agama Islam

Bimbingan agama Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu atau kelompok agar hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (Amti, 2008 : 99).

2. Pembinaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007 : 152), pembinaan adalah proses atau cara untuk mengusahakan supaya lebih baik. Pembinaan dilakukan bertujuan agar yang dibina menjadi lebih baik seuai dengan yang diharapkan oleh orang yang membina.

3. Akhlak

(20)

6

dirinya sendiri dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda (Mahmud, 2004 :26).

F. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan dalam menyusun skripsi yang penulis susun , maka diperlukan cara penulisan yang baik sehingga hasil penelitian tidak akan keluar dari batasan masalah yang diteliti. Oleh karena itu, perlu adanya sistematika penulisan yang baik terdiri dari 3 bagian dengan rincianya sebagai berikut.

1. Bagian Awal

Bagian awal ini mencakup sampul, lembar berlogo IAIN Salatiga, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan.

2. Bagian Inti

Bagian inti terdiri dari 5 bab dengan rincian sebagai berikut : BAB I Pendahuluan

Dalam bab ini membicarakan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II Landasan Teori

(21)

7

berkaitan dengan bimbingan agama dalam membina akhlak anak-anak panti asuhan.

BAB III Metode Penelitian

Bagian ini memuat uraian tentang metode dan langkah-langkah penelitian secara operasional yang meliputi : pendekatan penelitian, jenis penelitian, lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data, dan tahap–tahap penelitian. BAB IV Paparan Data dan Analisis

Berisi paparan data yang diperoleh dari pengamatan, hasil wawancara dan deskripsi informasi lainya yang disajikan dengan topik pertanyaan–pertanyaan penelitian dan hasil analisis data yang diperoleh dari lapangan. Dan juga menguraikan gagasan peneliti terhadap teori–teori dan temuan–temuan yang diungkap dari lapangan.

BAB V Penutup

(22)

8

BAB II

LANDASAN TEORI A. Strategi Bimbingan Agama Islam

1. Pengertian Strategi Bimbingan Agama Islam

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005, 2), strategi merupakan cara atau metode, sedangkan secara umum strategi memiliki pengertian suatu garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan.

Adapun bimbingan, secara harfiyah “bimbingan” adalah “menunjukan,

memberi jalan, atau menuntun” orang lain kearah tujuan yang bermanfaat

bagi hidupnya di masa kini, dan masa mendatang. Menurut istilah, bimbingan merupakan terjemahan dari bahasa Inggris guidance yang berasal dari kata kerja to guide yang berarti menunjukkan ( Hallen, 2005: 2).

Bimbingan menurut Amti (2008 : 99) adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri, dengan memanfaatkan kekuatan indvidu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku.

(23)

9

optimal tanpa adanya bantuan atau pertolongan dari orang lain. Untuk itu, sejak lahir hingga akhir hayatnya setiap orang di dunia ini jelas membutuhkan bimbingan dan bantuan, supaya potensi (fitrah) yang ada pada dirinya dapat tumbuh dan berkembang secara wajar ( Lutfi, 2008 : 8).

Menurut Samsul Munir Amin dalam bukunya mengartikan bimbingan agama Islam sebagai proses pemberian bantuan terarah, terus-menerus dan sistematis kepada setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal dengan cara menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung di dalam Al-Qur‟an dan Hadits ke dalam dirinya, sehingga ia dapat hidup selaras dan sesuai dengan tuntunan Al-Qur‟an dan Hadits (Amin, 2010 : 19).

Bimbingan agama Islam menurut Faqih (2001, 4) bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu atau kelompok agar hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

(24)

10 2. Tujuan Bimbingan Agama

Menurut Arifin tujuan bimbingan agama adalah untuk membantu si terbimbing supaya memiliki religious reference (sumber pegangan keagamaan) dalam pemecahan problema-problema. Bimbingan agama membantu si terbimbing supaya dengan kesadaran serta kemauannya bersedia mengamalkan ajaran agamanya (Amin, 2010 : 29).

Tujuan bimbingan agama Islam menurut Sutoyo, (2013: 21) adalah sebagai berikut:

a. Agar orang yakin bahwa Allah SWT adalah penolong utama dalam kesulitan.

b. Agar orang sadar bahwa manusia tidak ada yang bebas dari masalah, oleh

sebab itu manusia wajib berikhtiar dan berdo‟a agar dapat menghadapi

masalahnya secara wajar dan agar dapat memecahkan masalahnya sesuai tuntunan Allah.

c. Agar orang sadar bahwa akal dan budi serta seluruh yang dianugerahkan oleh Tuhan itu harus difungsikan sesuai ajaran Islam.

d. Memperlancar proses pencapaian tujuan pendidikan nasional dan meningkatkan kesejahteraan hidup lahir batin, serta kebahagiaan dunia dan akhirat berdasarkan ajaran Islam.

e. Membantu mengembangkan potensi individu maupun memecahkan masalah yang dihadapinya (Sutoyo, 2013 : 21).

(25)

11

masalah, membantu individu dalam melaksanakan tuntunan agama Islam serta menjauhi yang dilarang oleh ajaran islam agar nantinya mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

3. Fungsi Bimbingan Agama

Menurut Dewa Ketut Sukardi, bila ditinjau dari sifatnya, layanan bimbingan dapat berfungsi sebagai :

a. Fungsi preventif yaitu layanan bimbingan ini dapat berfungsi sebagai pencegahan, artinya merupakan pencegahan terhadap timbulnya masalah. b. Fungsi pemahaman yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan

pemahaman tentang sesuatu oleh pihak–pihak tertentu.

c. Fungsi perbaikan yaitu fungsi bimbingan yang akan menghasilkan terpecahnya atau teratasinya berbagai permasalahan yang dialami individu (terbimbing).

d. Fungsi pemeliharaan dan pengembangan yaitu fungsi ini berarti bahwa layanan bimbingan ini dapat membantu para individu dalam memelihara dan mengembangkan pribadinya secara menyeluruh, mantap, terarah dan berkelanjutan ( Faqih, 2001 : 27).

(26)

12 4. Syarat Pembimbing Agama

Untuk mendapatkan output yang maksimal dalam pelaksanaan bimbingan agama Islam tentu harus didukung oleh beberapa aspek yang saling berkaitan yaitu orang yang membimbing, materi serta objek bimbingan yang jelas. Adapun petugas bimbingan agama Islam idealnya memiliki karakteristik sebagai syarat pembimbing agama Islam. Adapun syarat-syarat pembimbing dalam bimbingan agama Islam adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan profesional (ahli) yaitu mempunyai kemampuan keahlian atau profesional di bidang keagamaan.

b. Sifat pribadi yang baik (akhlak mulia)

c. Kemampuan kemasyarakatan (hubungan sosial) yaitu seorang pembimbing keagamaan harus memiliki kemampuan melakukan hubungan sosial, Ukhuwah Islamiyah yang tinggi.

d. Ketaqwaan kepada Allah. Taqwa kepada Allah merupakan syarat dari segala syarat yang harus dimiliki oleh pembimbing keagamaan, sebab ketaqwaan merupakan sifat yang paling baik (Faqih, 2001 : 46).

5. Materi Bimbingan Agama

(27)

13 a. Aspek Akhlak

Perbuatan suci yang terbit dari lubuk jiwa yang paling dalam, karenanya mempunyai kekuatan yang hebat. Menurut imam Al-Ghazali

dalam Ihya‟ Ulumuddin, akhlak adalah sifat yang tertanam dalam jiwa

dari padanya timbul perubahan yang mudah, tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.

b. Aspek Tauhid

Yakni suatu kepercayaan yang menegaskan bahwahanya tuhanlah yang menciptakan, memberi hukum-hukum, mengatur dan mendidik alam semesta ini (tauhid rububiyah).

c. Aspek Ibadah

Mengandung pengertian sebagai bakti dan pengabdiannya umat manusia kepada Allah SWT karena didorong dan dibangkitkan oleh aqidah tauhid, baik yang bersegi ubudiyah maupun yang bersegi muamalah, adalah dikerjakan dalam rangka penyembahan kepada Allah SWT (Razak, 1984 : 39).

B. Pembinaan Akhlak 1. Pengertian Akhlak

(28)

14

contoh bagi umat manusia. Seperti dijelaskan firman Allah SWT dalam Q.S Al-Ahzab :

Akhlak adalah sebuah sistem yang lengkap yang terdiri dari karakteristik-karakteristik akal atau tingkah laku yang membuat seorang menjadi istimewa. Karakteristik ini membentuk karangka psikologi seseorang dan membuatnya berperilaku sesuai dengan dirinya dan nilai yang cocok dengan dirinya dalam kondisi yang berbeda-beda (Mahmud, 2004 :26).

Adapun menurut Daradjat (1995 : 50), akhlak adalah kelakuan yang timbul dari panduan antara hati nurani, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu, membentuk satu kesatuan tindak akhlak yang ditaati dalam kenyataan hidup sehingga dapat membedakan mana yang baik dan mana yang buruk .

Sehingga dari beberapa pendapat di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa akhlak adalah suatu keadaan yang melekat pada jiwa manusia yang membentuk karakteristik individu dalam bertindak.

2. Proses Pembentukan Akhlak

(29)

15

baik dengan Allah dan hubungan baik dengan manusia. Akhlak yang mulia tidak lahir berdasarkan keturunan atau secara tiba-tiba, akan tetapi membutuhkan waktu yang panjang, yaitu melalui bimbingan ahklak.

Dengan demikan dalam proses pembentukan akhlak dibutuhkan kerja keras dan kesabaran pembimbing selaku pendidik. Dan arti sebuah pembentuk akhlak adalah usaha untuk menjadikan perangai dan sikap yang baik sebagai watak seorang anak. Maka dari itu, proses pembentukan itu harus diberikan sejak anak masih kecil.

Salah satu cara yang dapat ditempuh dalam rangka pembentukan akhlak adalah melalui pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara terus menerus, karena kepribadian manusia itu pada dasarnya dapat terbentuk malalui pembiasaan. Dalam tahap-tahap tertentu, pembentukan akhlak dapat dilakukan dengan cara paksaan yang lama-kelamaan tidak lagi terasa terpaksa.

(30)

16

Adapun bentuk-bentuk pembinaan akhlak itu diantaranya : a. Pembinaan budi pekerti dan sopan santun

b. Pembinaan sikap jujur

c. Pembinaan untuk menjaga rahasia d. Pembinaan menjaga kepercayaan

e. Pembinaan menjauhi sifat dengki (Hafizh, 1999:178). 3. Pengertian Pembinaan Akhlak

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pembinaan memiliki arti proses, perbuatan, cara membina, pembaharuan, penyempurnaan, usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik ( Daryanto, 2010 : 105).

Pembinaan merupakan penataan kembali hal–hal yang pernah dipelajari untuk membangun dan memantapkan diri dalam rangka menjadi lebih baik (Khalimi, 2006 : 26).

(31)

17

Menurut Sudjana (2010 : 200), pembinaan meliputi dua sub fungsi yaitu pengawasan (controlling) dan supervisi (supervision). Secara umum persamaan antara pegawasan dan supervisi adalah bahwa keduanya merupakan bagian dari kegiatan pembinaan sebagai fungsi manajemen.

Sudjana (2010 : 218), mengemukakan bahwa fungsi pembinaan, baik pengawasan maupun supervisi dapat dilakukakan dengan menggunakan pendekatan langsung (direct contact) dan pendekatan tidak langsung (indirect contact). Tatap muka dengan pihak yang dibina melalui titik media massa seperti melalui petunjuk tertulis, korespondensi, penyebaran buletin, dan media elektronik seperti radio dan kaset.

Pembinaan akhlak menurut Ibnu Maskawaih menitik beratkan kepada pembersihan diri dari sifat-sifat yang berlawanan dengan tuntunan agama. Dengan pembinaan diharapkan dapat terwujudnya akhlak yang ideal, anak yang bertaqwa kepada Allah SWT dan cerdas (Sudarsono, 2005 : 62).

Dalam dunia pendidikan, pembinaan akhlak dititik beratkan kepada pembentukan mental anak agar tidak menyimpang. Secara moralistik, pembinaan akhlak merupakan salah satu cara ntuk membentuk pribadi yang bermoral, berbudi pekerti yang luhur dan bersusila (Sudarsono, 2005 : 63).

(32)

18 C. Tinjauan Mengenai Anak Yatim

1. Pengertian Anak Yatim

Secara bahasa “yatim” berasal dari bahasa arab yatama yang artiya sedih.

Atau bermakna sendiri. Adapun istilah syara‟ yang dimaksud dengan anak

yatim yaitu anak yang ditinggal mati ayahnya pada saat masih lemah dan kecil, dalam arti mubaligh serta belum mapu berusaha batas akhir seorang anak disebut yatim adalah ketika anak tersebut telah sampai dewasa. Dewasa disini ketika berumur 21 tahun (Ar-Rifa‟i , 2008 : 277).

Dari pemaparan di atas bisa diambil pengertian bahwa anak yatim adalah anak yang ditinggal ayahnya meninggal dunia selagi ia belum mencapai umur baligh. Anak yang ditinggal oleh ibunya ketika masih kecil bukanlah termasuk anak yatim, sebab bila dilihat arti kata “yatim” sendiri ialah kehilangan induknya yang menanggung nakah. Di dalam islam yang penanggung jawab urusan nafkah ialah ayah, bukan ibu.

Seorang tidak dikategorikan sebagai anak yatim yaitu seperti dalam

Al-Qur‟an surat An-Nisa‟ 6 yang artinya :

(33)

19

“Dan ujilah anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka harta-hartanya, dan jangan kamu makan harta anak yatim lebih dari batas keptusan dan (janganlah kamu) tergesa-gesa (membelakanginya) sebelum mereka dewasa. Barang siapa diantar pemelihara itu mampu, maka hendaklah ia menahan diri (dari memakan harta anak yatim itu) dan barangsiapa yang misin, maka bolehlah ia makan harta itu menurut yang patut. Kemudian apabila kamu menyerahkan harta kepada mereka, maka hedaklah kamu adakan saksi-saksi (tentang penyerahan itu) bagi mereka, dan cukuplah Allah sebagai pengawas (atas persaksian itu)”.

“Dan ujilah” disini yakni mengadakan penyelidikan terhadap mereka

tentang keagamaan, usaha-usaha mereka, kelakuan dan lain-lain sampai diketahui bahwa anak iu dapat dipercayai. Dan dalam kalimat “cukup umur untuk menikah” pada ayat tesebut menggambarkan bahwa seorang tidak

dikatakan sebagai anak yatim apabila sudah mampu hidup mandiri. Sebenarnya tidak ada batasan umur yang definitive, tetapi apabila seseorang sudah mampu, dewasa, dan bisa hidup mandiri tidak lagi disebut anak yatim (Ar-Rifa‟i, 2008 : 653).

D. Tinjauan Mengenai Panti Asuhan 1. Pengertian Panti Asuhan

(34)

20

dengan yang diharapkan sebagai bagian generasi cita-cita bangsa dan sebagai insan yang turut serta aktif di dalam bidang pembangunan nasional.

Panti asuhan adalah proyek pelayanan dan penyantunan terhadap anak-anak yatim, piatu, yatim piatu, keluarga retak dan anak-anak terlantar dengan cara memenuhi segala kebutuhan, baik berupa material maupun spiritual, meliputi : sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan.

Dalam beberapa keadaan tertentu keluarga tak dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam pemenuhan kebutuhan anak, yang kemudian menyebabkan keterlantaran pada anak.

Beberapa penyebab keterlantaran anak, antara lain :

a. Orang tua meninggal dan atau tidak ada sanak keluarga yang merawatnya sehingga anak menjadi yatim piatu.

b. Orang tua tidak mampu (sangat miskin) sehingga dapat memenuhi kebutuhan minimal anak-anaknya.

c. Orang tua tidak dapat dan tidak sanggup melaksanakan fungsinya dengan baik atau dengan wajar dalam waktu relatif lama misalnya menderita penyakit kronis dan lain-lain.

E. Kajian Penelitian Terdahulu

(35)

21

Muhammadiyah Cabang Medan. Dalam penelitianya peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Metode yang digunakan untuk memperoleh data menggunakan metode wawancara, observasi dan dokumentasi perpustakaan.

(36)

22 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah pendekatan kualitatif penelitian kualitatif ini dilakukan secara intensif, peneliti ikut berpartisipasi di lapangan, mencatat secara hati-hati apa yang terjadi, melakukan analisis reflekif terhadap berbagai dokumen yang ditemukan di lapangan, dan membuat laporan penelitian secara mendetail (Sugiyono, 2011 : 14). Oleh karena itu, penulis akan mengambil penelitian lapangan yaitu memperoleh data melalui penyelidikan, ikut berpartisipasi dan juga mencatat kegiatan-kegiatan dan program-progam keseharian di panti asuhan Islahul Muna kelurahan Tingkir Tengah secara mendetail.

Bogdan dan Taylor mendefinisikan “Metode kualitatif” sebagai prosedur penelitan yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2011 : 3). Maka dari itu, selain melalui penyelidikan, ikut berpatisipasi, mengamati dan mencatat kegiatan-kegiatan dan program-program di panti asuhan Islahul Muna khususnya dalam mengajarkan keislaman dan pembinaan akhlak terhadap anak asuh.

(37)

23

berdasarkan fakta dan bukti yang berkaitan dengan hal-hal yang terjadi dalam pengamatan di lapangan.

Peneliti kualitatif akan masuk ke lapangan untuk memunculkan sekumpulan representasi, yang didapat dari catatan lapangan, wawancara, pembicaraan, fotografi, rekaman dan catatan pribadi (Santana, 2010 : 5). Maka dari itu, dalam penelitian ini peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data dalam upaya mengumpukan data-data di lapangan. Karena kehadiran peneliti secara langsung di lapangan untuk penelitian kualitatif mutlak diperlukan, sebagi tolok ukur keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainya.

B. Lokasi Penelitian

(38)

24 C. Sumber Data

Adapun sumber data yang peneliti gunakan dalam pelitian ini yaitu : 1. Data Primer

Sumber data primer adalah data dalam bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan, gerak-gerik atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya (Arikunto, 2010: 22). Sumber data langsung yang peneliti dapatkan berasal dari informan-informan yaitu pengasuh, para kyai yang mengasuh dan juga anak asuh yang ada di panti asuha Islahul Muna.

2. Data Skunder

Sumber data skunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen grafis (tabel, catatan, notulen rapat, SMS, dan lain-lain), foto-foto, film, rekaman, video, dan benda-benda yang dapat memperkaya data primer (Arikunto, 2010 : 22). Peneliti mengunakan data skunder ini untuk memperkuat dan melengkapi informasi yang telah dikumpulkan melalui wawancara. Adapun sumber data skunder yang digunakan adalah data dari foto, data dari paguyuban panti asuhan se-Salatiga.

D. Prosedur Pengumpulan Data

(39)

25

Pengumpulan data melibatkan pengamatan dan wawancara (Moleong, 2011: 237). Oleh karena itu, untuk mendapatkan data yang valid maka peneliti mengumpulkan data melalui pengamatan dengan mengunakan metode sebagai berikut :

1. Metode Observasi

Obeservasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam lainya (Sugiyono, 2011 :145).

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang situasi dan kondisi panti asuhan dalam memberikan bimbingan keagamaan dan pembinaan akhlak bagi anak asuh/santri serta yang ada hubunganya dengan data yang penulis butuhkan. Karena itu penulis kemukakan bahwa pelaksanaan dari metode ini juga didukung oleh metode lain. 2. Metode Interview atau Wawancara

(40)

26

Wawancara adalah suatu alat pengumpulan data atau informasi dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula (Margono, 2000 : 165). Adapun metode ini penulis gunakan untuk mencari data tentang pola bimbingan dan pembinaan yang di terapkan di panti asuhan Islahul Muna.

3. Metode Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan pristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa terbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental (Sugiyono, 2011 :240).

Dokumen sudah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan bahkan meramalkan (Moleong, 2011 : 217). Dokumen-dokumen bisa diperoleh melalui gambar-gambar dalam penelitian.

E. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2011 : 244).

(41)

27

memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Menurut pemahaman diatas dapat dikemukakan tahapan analisis data antara lain :

1. Mempelajari data dengan merumuskan masalah yang akan diteliti

2. Menyusun temuan-temuan data kata kunci berdasarkan data yang telah terkumpul

3. Menuliskan model perencanaan selanjutnya berdasarkan temuan-temuan data sebelumnya

4. Mengembangkan pertanyaan-pertanyaan analistik guna mengumpulkan data selanjutnya

5. Perencanaan pengumpulan data berikutnya.

(42)

28 F. Pengecekan Keabsahan Data

Ada empat kriteria yang digunakan untuk menetapkan keabsahan data yaitu kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability), kepastian (confirmability) (Moleong, 2011:324).

Keabsahan data yang akan peneliti lakukan yaitu dengan menggunakan kriteria kepercayaan (credibility). Kriteria kepercayaan berfungsi untuk melakukan penelaahan data secara akurat agar tingkat kepercayaan penemuan dapat dicapai. Peneliti melakukan pengamatan secara detail orang tua asuh dalam membina akhlak dan bimbingan keagamaan anak asuh dengan melakukan observasi sampai data yang dibutuhkan cukup. Kemudian peneliti menggunakan teknik triangulasi untuk memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain. Dalam menerapkan teknik pemeriksaan data peneliti melakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Ketekunan Pengamatan

(43)

29 2. Triangulasi

(44)

30 BAB IV

PAPARAN DATA DAN ANALISIS

A. Paparan Data Deskripsi Objek Penelitian 1. Letak Geografis

Panti asuhan Islahul Muna terletak di dusun wiroyudan kelurahan Tingkir Tengah kecamatan Tingkir kota Salatiga atau lebih tepatnya di Jl Tingkir Raya Km 1 Salatiga. Dari Terminal Tingkir menuju jalan Tingkir-Suruh kurang lebih 1 Km dan dari pusat kota Salatiga kurang lebih 7 km. Berada di tengah-tengah perkampungan yang religius,

terletak di sebelah timur masjid Ma‟wal Waritsin dan Madrasah Ibtidaiyah Mi‟rojul Wildan, di sebelah utara SD Tingkir Tengah 02 dan sebelah barat TK Tarbiyatul Aulad Al Ikhlas. Panti asuhan Islahul Muna dibangun di atas tanah 800 M2 dan gedung 2 luas 1200M2, luas bangunan gedung I 700 M2 dan gedung II 820 M2.

2. Sejarah

(45)

31

agar anak tersebut terdidik dan terjaga dari pengaruh buruk dengan membekali mereka kegiatan keagamaan.

Pada bulan Mei 2005 diambilah 23 anak yatim dan kurang mampu di sekitar wilayah Tingkir Tengah dari tingkat SD/MI dan SMP/MTs. Direkrutlah calon-calon santri panti asuhan degan cara jemput bola.

Panti asuhan Islahul Muna berada di bawah naungan yayasan Al-Islaah yang didirikan oleh Bapak H. Haryono SH di Tingkir Tengah baru diresmikan tanggal 28 Mei 2008 mempunyai landasan hukum atas akta notaris Rita Suprapti, SH (SK Kementrian Hukum dan Ham No. AHU. 2188. AH.01.02./2008 tanggal 28 Mei 2008) alamat Wiroyudan Rt 03/ Rw 06 Tingkir Tengah Salatiga.

Pertama kali didirikan masih bergabung dengan gedung TK Tarbiyatul Aulad masih satu yayasan yaitu yayasan Al-Ikhlas dengan memakai gedung aula dibuatlah kamar-kamar, tempat wudhu, solat, tempat kesenian rebana, tempat berkumpul, dan lain-lain. Awal didirikan masih sangat sederhana, namun sekarang sudah mempunyai 2 gedung yaitu di dusun Wiroyudan Kelurahan Tingkir Tengah Kecamatan Tingkir Kota Salatiga. Panti asuhan Islahul Muna saat ini mempunyai anak asuh 32 anak.

3. Tentang Panti Asuhan Islahul Muna

(46)

32

informasi, data dan pengamatan di sekitar wilayah tingkir tengah dengan diseleksi secara rinci apakah santri (anak asuh) di panti ini benar-benar kurang mampu (duafa), yatim/piatu, dan terlantar (ditinggal orang tua/yang menafkahi). Hal tersebut bertujuan untuk mewujudkan visi dan misi dari panti asuhan yaitu untuk menampung dan membina anak kurang mampu, yatim / piatu dan terlantar agar panti tepat sasaran dalam memberikan pelayanan kepada anak terlantar.

Anak asuh di panti asuhan ini mempunyai batasan yaitu sampai tamat SMA harus diluluskan dari panti asuhan atau bisa disimpulkan tamat sma/smk/ma sudah wisuda atau lulus. Dikarenakan tamat SMA/SMK/MA sudah dianggap mandiri untuk bisa mengurus dirinya sendiri jadi batasan dari anak asuh panti asuhan ini adalah usia SD, SMP dan SMA. Dan untuk masuk panti asuhan ini benar-benar diseleksi apakah benar-benar kurang mampu (duafa), yatim piatu dan terlantar. 4. Maksud Dan Tujuan Panti Asuhan Islahul Muna

(47)

33

mampu ditampung di panti ini dan dibina dengan bimbingan agama dan pembinaan aklak.

Dan tujuan didirikanya panti asuhan Islahul Muna agar santri di panti ini mendapatkan bekal keagamaan dan sosial dan diharapkan nantinya dapat menjadi seseorang yang berilmu dan berakhlakul karimah. 5. Visi Dan Misi

a. Visi

Menjadikan santri anti asuhan Islahul Muna insan yang disiplin, bertaqwa, bermoral dan santun.

b. Misi

Menelenggarakan lembaga sosial yang tertib administrasi, dengan mengutamakan kedisiplinan, kejujuran, dan kebersihan serta akhlakul karimah yang berasaskan Islam.

6. Sumber Pemasukan Panti Asuhan Islahul Muna Salatiga

Seperti uraian di atas bahwa panti asuhan Islahul Muna di bawah naungan yayasan sosial Al-Islaah yang notabenya adalah membantu pendidikan anak yatim piatu, telantar dan kurang mampu, jadi sampai saat ini biaya operasional sebagian besar dari yayasan Al-Islaah dan juga ada dana dari kementrian sosial dari paguyuban panti asuhan salatiga setiap 1 tahun mendapatkan kucuran dana dari paguyuban salatiga yang di naungi oleh kementrian sosial.

(48)

34

(49)
(50)

36

7. Keadaan Anak Asuh di Panti Asuhan Islahul Muna

Panti asuhan Islahul Muna tahun 2018/2019 memiliki anak asuh sebanyak 32 anak. Dengan 21 anak laki-laki dan 11 perempuan yang mempunyai kriteria dan keadaan sebagai berikut:

Tabel 4.1

Nama Anak Asuh Panti Asuhan Islahul Muna

No Nama Tempat, tanggal lahir Keadaan

1 Eko Wahyudi Salatiga, 18 April 2001 Kurang Mampu 2 Tifany Ayunda Salatiga, 23 Januari

2000

Kurang Mampu

3 Lukman Hakim Salatiga,22 Desember 2000

6 Rendi Renaldi Salatiga,14 Mei 2000 Yatim

7 Miko Budi Listyo Salatiga, 15 Juni 2001 Kurang Mampu

8 Fatma Munfarida Salatiga, 10 November 2000

Piatu

9 Nurhudin Abriyanto Ambarawa, 5 Oktober 1999

(51)

37

10 Evi Wijayanti Salatiga, 4 Agustus 2001

Kurang Mampu

11 Danang Abdul Haris Salatiga, 29 Desember 2000

Piatu/ Jalanan

12 Ilmi Islamiyah Salatiga, 24 Februari 2002

Yatim

13 Muhammad Zaini Sofyan

Salatiga, 26 April 2001 Kurang Mampu

14 Muhammad Fikri Yuliyanto

Salatiga, 7 April 2000 Kurang Mampu

15 Muhammad Afifudin Subhan

Salatiga, 2 Februari 2000

Kurang Mampu

16 Yusuf Yuda Kusuma Kudus, 18 Januari 2000 Yatim

17 Anjas Prasetyo Salatiga, 27 Maret 2000 Yatim/ Jalanan 18 Eka Ananda Salatiga, 4 Sepetember

2000

Piatu

19 Ihza Alamiq Salatiga, 14 Mei 2001 Kurang Mampu 20 Ihsanudin Salatiga, 21 Juli 2001 Kurang Mampu

21 Suci Aprilia Apriyanti Pesing Kedoya Utara, Jakarta Utara 17 Mei 2003

Yatim

(52)

38

Renita 2005

23 Rico Tri Kurnia Sandi Salatiga, 13 april 2008 Yatim 24 Puput Nur Pujiati Salatiga, 5 Februari

2007

Kurang Mampu

25 M. Sandy Sabila Rizqi Salatiga 27 April 2007 Kurang Mampu

26 Aprilia Nur Maulida Salatiga, 26 Oktober 2005

Yatim

27 Puput Nur Pujiati Salatiga, 5 Februari 2007

Kurang Mampu

28 Apriska Maulida Salatiga, 5 April 2007 Kurang Mampu

29 Dimas Bagus Nur Wahid

Salatiga, 11 Agustus 2007

Kurang Mampu

30 Febila Khoirunisa Salatiga, 28 Februari 2008

Yatim

31 Ibrahim Alfa Semarang, 22 Mei 2003 Kurang Mampu

(53)

39

8. Sarana dan Prasarana Panti Asuhan Islahul Muna

Panti asuhan Islahul Muna mempunyai beberapa sarana dan prasarana antara lain sebagai berikut :

a. Sarana dan Prasarana

Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana

No Fasilitas Jumlah

1 Gedung asrama 2

2 Ruang tamu 1

3 Ruang Kantor 1

4 Aula 1

5 Ruang pertemuan / rapat 1

6 Kamar asrama putra dan putri 12

7 Tempat wudhu 1

8 Mushola 1

9 Kamar mandi 6

10 Gudang 1

(54)

40 b. Fasilitas Kegiatan

Tabel 4.3 Fasilitas Kegiatan

No Fasilitas Jumlah

1 Gedung badminton 1

2 Tenis Meja 1

3 Ruang latihan rebana 1

9. Kegiatan Panti Asuhan Islahul Muna a. Kegiatan Harian

- 04.00 - 04.30 Bangun pagi

- 04.30 - 05.00 Sholat subuh berjamaah - 05.00 - 05.30 Ngaji Kitab Ibriz

- 05.30 – 06.00 Kebersihan umum per kamar - 06.00 – 06.30 Mandi/ siap-siap ke sekolah - 06.30 – 06.45 Apel pagi dan sarapan

- 06.45 – 07.00 Berangkat sekolah (SD/Smp/Sma) - 07.00 – 12.00 Masuk kelas

- 12.00 – 12.30 Sholat dhuhur berjamaah - 12.30 – 13.00 Makan siang

- 13.00 – 14.30 Masuk kelas (SD/Smp/Sma) - 14.30 – 15.00 Pulang ke panti

(55)

41

- 15.45 – 16.00 Sholat asar berjamaah

- 16.00 – 16.30 Masuk kelas Madrasah Diniyah - 16.30 – 17.00 Ngaji Kitab Riyadus Solihin

- 17.00 – 17.30 Kebersihan umum, istirahat/olahraga, mandi - 17.30 – 18.00 Ngaji Al-Qur‟an, persiapan Maghrib

- 18.00 – 18.15 Sholat Magrib berjamaah

- 18.15 – 19.00 Ngaji Al-Qur‟an,Kitab Ta‟lim muta‟alim - 19.00 – 19.30 Sholat Isya‟ berjamaah

- 19.30 – 20.00 Makan malam - 20.00 – 21.00 Belajar malam

- 21.00 – 22.00 Berkumpul, (menonton TV, dll) - 22.00 – 03.30 Istirahat/Tidur

b. Kegiatan Mingguan

Kamis 16.30 – 17.30 Ziarah ke makam Kamis 18.00 – 19.00 Yasin, tahlil

Kamis 19.30 – selesai Mujahadah dan dzikir

Jum‟at 15.00 – 17.00 Sepak bola / olahraga Minggu 07.00 – selesai Bersih – bersih panti asuhan

Minggu 16.00 – selesai Les privat guru bantuan dari Jalinan Kasih c. Kegiatan Bulanan

(56)

42

B. Bimbingan Agama Islam di Panti Asuhan Islahul Muna

Panti asuhan Islahul Muna memiliki beberapa kyai, uztadz dan uztadzah (pengajar), yang masing–masing mengampu mata pelajaran sesuai dengan bidangnya. Adapun keadaan uztadz dan uztadzah (pengajar) di Islahul Muna antara lain :

1. Keadaan Uztadz dan Ustadzah (Pengajar)

Adapun tenaga pendidik (uztadz) panti asuhan Islahul Muna yang memberikan materi keagamaan seperti ngaji Al-Qur‟an dan kitab, memberikan kuliah setiap minggunya dan memberikan contoh terhadap anak asuh di panti asuhan Islahul Muna ini.

Adapun nama-nama pengajar Islahul Muna dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.4

Daftar Nama Ustadz Panti Asuhan Islahul Muna

No Nama Mengajar

1 K. Rohmat 1. Safinatun Najah

2. Arba‟in Nawawi 3. Qowa‟idul I‟rob 4. Al Imrithi 2 Uztadz Slamet Anwar 1. Fatkhul Qorib I

(57)

43

5. Al Fiyah II 3 Uztadzah Malikhatun S.Ag 1. Fasholatan

2. Tarikh Islam

3. Targhib wa Targhib

4 Uztadz Irham 1. Aswaja

5 Uztadzah Ari 1. Sifaul Jinan 2. Al Qur‟an

6 Uztadz K. H Athok Athari 1. Ta‟limul Muta‟alim 2. Shorof

3. Matnul Ghoyah 4. Aqidatul awam 5. Al Jurumiyah 6. Riyadhu Solihin 7 Uztadz Suroto 1. Al –Qur‟an 2. Sistem Pendidikan Panti Asuhan Islahul Muna

Adapun sistem yang digunakan untuk mendalami kitab–kitab kuning adalah :

a. Sistem Sorogan b. Sistem Weton

(58)

44 a. Sistem Sorogan

Adapun sistem sorogan adalah berasal dari kata sorog (jawa) yang berarti menyodorkan, sebab setiap santri bergilir menyodorkan kitabnya di hadapan kyai atau badal (pembantunya).

Dalam bentuknya yang asli, cara belajar ini persis seperti yang dilukiskan oleh aboebakar aceh :

Guru atau kyai bisanya duduk di atas sepotong sajadah atau sepotong kulit kambing atau kulit biri-biri, dengan sebuah atau dua buah bantal dan beberapa kitab di sampingnya yang dibawanya, sedang murid–muridnya duduk mengelilinginya, ada yang bersimpuh, ada yang bertopang dagu, bahkan ada yang sambil bertelungkup setengah berbaring, sesuka–sukanya mendengar sambil melihat lembaran kitab, pada halaman yang dibaca gurunya dan dengan sepotong pensil murid–muridnya itu menuliskan catatan-catatan dalam kitabnya mengenai arti atau keterangan lainya.

(59)

45

Demikian itu dilakukan bergilir–gilir dari pagi sampai petang yang diikuti oleh murid–murid yang berkepentingan sampai kitab-kitab itu tamat bacanya.

Sistem ini tetap dipertahankan oleh pondok–pondok pesantren, termasuk diadopsi oleh panti ini, dikarenakan banyak manfaat dan faedah yang mendorong santri untuk lebih giat dalam mengkaji dan memahami kitab–kitab kuning yang mempunyai nilai tinggi dalam kehidupan manusia. Sistem ini membutuhkan ketekunan, kesabaran, kerajinan, ketaatan dan kedisiplinan yang tinggi dari santri.

Sistem sorogan amat intensif karena dengan sistem ini seorang santri dapat menerima pelajaran dan pelimpahan nilai–nilai sebagai proses pembiasaan kebudayaandi pesantren.

Metode ini dalam dunia modern dapat dipersamakan dengan istilah tutorship atau menthorship. Metode pengajaran semacam ini diakui paling intensif karena dilakukan seorang demi seorang dan ada kesempatan untuk tanya jawab secara langsung.

(60)

46 b. Sistem Weton

Sistem weton atau biasa disebut juga bandungan atau halaqoh, yaitu dimana para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kyai atau dalam ruangan (kelas) dan kyai yang menerangkan penjelasan secara kuliah. Para santri menyimak kitab masing–masing dan membuat catatan atau mengesahi (jawa, mengesahkan) dengan memberi catatan pada kitabnya untuk mengesahkan bahwa ilmu itu telah diberikan oleh kyai atau uztadz.

Sistem weton adalah sistem yang tertua di pondok pesantren menyertai sorogan dan tentunya merupakan inti dari pengajaran di suatu pesantren.

Materi (kitab) yang pernah diajarkan kepada santri dari dahulu sampai sekarang sama, yaitu meliputi : nahwu/shorof, tauhid, taswuf, dan hadis.

Tetapi dari satu periode ke periode berikutnya materi di atas tidak selalu diikuti oleh para santri yaitu kitab-kitab yang berkaitan dengan ilmu alat.

(61)

47

Sistem weton membutuhkan sarana yang tetap berupa ruangan kelas sebagaimana sistem madrasah. Karena jumlah pengikutnya lebih besar dari sistem sorogan.

3. Materi dan Kurikulum Madrasah Diniyah Islahul Muna

Digunakanya materi dan kurikulum ini adalah dengan harapan agar tujuan yang hendak dicapai terarah dan dapat direalisasikan. Demikian halnya materi dan kurikulum yang diberikan di panti asuhan (Madrasah Diniyah) Islahul Muna adalah sebagai berikut :

a. Tingkat Dasar ( Kelas I Ula)

Diberikan kepada santri awal sebagai dasar dalam mempelajari agama di panti asuhan Islahul Muna (Madrasah Diniyah). Pada tahap awal materi yang diajarkan antara lain :

1) Sifaul Jinan 2) Risalatul Quro‟ 3) Aqidatul Awam 4) Fasholatan 5) Al-Qur‟an 6) Alala b. Kelas II Ula

Setelah menamatkan tingkat dasar, maka para santri melanjutkan ke tingkat II, yakni kelas II Ula.

(62)

48 3) Safinatun Najah

4) Risalatul Makhid 5) Al-Qur‟an

c. Kelas III Ula

Setelah menamatkan tingkat II, maka santri melanjutkan ke tingkat setelahnya, yaitu kelas III Ula. Adapun materi yang diajarkan kelas III Ula tersebut adalah :

1) Al Jurumiyah 2) Taghrib Wa Taghrib 3) Shorof

4) Sulam Taufiq 5) Arba‟in Nawawi d. Kelas I Wustho

Setelah menamatkan kelas III Ula, maka santri melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi, yaitu kelas I wustho. Adapun pelajaran yang diterima santri di kelas I wustho adalah sebagai berikut :

(63)

49 e. Kelas II wustho

Kelas lanjutan setelah kelas I wustho adalah kelas II wustho. Adapun pelajaran yang diajarkan di kelas ini antara lain :

1) Al Fiyah I 2) Fatkhul Qorib II f. Kelas III Wustho

Tingkat kelas III wustho ini merupakan kelas yang paling tinggi di madrasah diniyah Islahul Muna ini. Adapun materi yang diajarkan di kelas ini yaitu :

1) Al Fiyah I 2) Fatkhul Mu‟in I g. Kelas Umum

Kelas umum yaitu berkumpulnya semua santri dalam suatu ruangan (aula) yang diberikan materi dari kitab Riyadhus Solihin oleh kyai/uztadz diikuti dari tingkat kelas I Ula sampai kelas III wustho. Kelas tersebut dilaksanakan pada waktu yang bersamaan yaitu :

(64)

50

C. Pembinaan Akhlak Anak Asuh Di Panti Asuhan Islahul Muna

1. Kendala Dalam Membina Akhlak Anak Asuh di Panti Asuhan Islahul Muna

Dalam menerapkan generasi Islam yang bermoral, berakhlakul karimah dan mampu menghadapi tantangan dunia pendidikan Islam yang modern, tidak hanya dituntut untuk mempelajari teorinya saja akan tetapi juga bisa menerapkan dan mempraktekanya. Lebih dari itu sebuah lembaga pendidikan maupun sosial harus lebih menekankan pada pendidikan akhlak santri. Pendidikan Islam sebagai lembaga alternatif diharapkan mampu menyiapkan kualitas generasi yang berkepribadian sesuai dengan syariat Islam. Oleh karena itu, akhir–akhir ini perlu dilakukan penelaahan kembali pada lembaga pendidikan Islam. Karena pendidikan Islam mempunyai peran penting dalam menciptakan generasi yang bermoral dan berakhlakul karimah.

(65)

51

asuhan Islahul Muna di madrasah diniyah Islahul Muna, pada hari Kamis 9 Agustus 2018 pukul 16.00 WIB yang menyatakan :

“Masalahnya santri disini itu ada yang bisa diatur, ada pula yang sakpenake dewe mas (jawa, tidak bisa diatur), anak-anak santri itu masih mementingkan egonya dan nafsu keinginanya sendiri, sehingga waktu dinasehati ngeyel (membantah), susah untuk diajak patuh mengikuti aturan di Islahul Muna ini, terutama yang tingkat „ula kalau yang santri lama lebih gampang aturanya (gampang dinasehati), memang baru masanya nakal maunya bebas tetapi nantinya juga akan mengerti tujuan dari pembinaan disini, menghadapinya harus tlaten dan sabar”.

Minimnya kesadaran santri akan penerapan nilai-nilai Al-Qur‟an, yang menyebabkan santri mengalami dekadensi akhlak dan moral. Oleh karena itu untuk memurnikan kembali kondisi yang sudah tidak relevan dengan ajaran Islam, upaya yang harus dilakukan antara lain adalah melakukan pendekatan dengan santri, lebih memberikan pengarahan secara langsung, membantu ketika mengalami kesulitan dan pembiasaan kegiatan kepada santri. Semua itu dilakukan agar santri merasa diperhatikan dan mudah untuk dibina serta lama-kelamaan akan mengerti dan akan kembali kepada ajaran syariat Islam. Kemrosotan moral dan akhlak pada santri dapat dilihat dari banyaknya santri yang melanggar peraturan panti asuhan Islahul Muna ini.

(66)

52

dan pengajar madrasah diniyah Islahul Muna, pada hari Jum‟at 3 Agustus 2018 pukul 15.00 WIB sebagai berikut :

“Masalahnya gini mas, latar belakang dari santri tersebut kan bermacam-macam mas, selain dari anak yatim/piatu ada juga yang di rekrut dari jalanan, anak-anak yang “broken home” yang ditinggal orang tuanya dititipkan di neneknya kemudian diangkat jadi santri disini. Jadi, pola hidup sebelum mereka disini itu beda mas, dan bermacam-macam wataknya. Lha makanya panti ini menerapkan metode pembiasaan kegiatan yaitu dengan memberikan kegiatan keagamaan yang bersifat continue dan pengarahan bertujuan untuk merubah kebiasaan pola hidup mereka agar mereka mengerti tentang ajaran Islam dan ilmu keagamaan”.

Islam sebagai agama universal mencakup semua aspek kehidupan manusia mempunyai sistem nilai yang mengatur perilaku yang baik dan bermoral, yang dinamakan akhlak Islami. Sebagai tolok ukur perilaku/ perbuatan baik dan buruk semestinya merujuk kepada ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya. Karena Rasulullah SAW adalah manusia yang paling mulia akhlaknya.

(67)

53

akibat kurangnya pemahaman terhadap nilai akhlak yang terdapat dalam Al-Qur‟an serta besarnya pengaruh lingkungan dan pergaulan. Santri hanya mengikuti ego dan nafsu sesaat sehingga susah untuk di atur dan di bina karena santri lebih senang melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang mereka senangi. Oleh karena itu sebagian santri melanggar peraturan panti asuhan, tidak dipungkir juga bahwa dekadensi moral di lingkungan panti asuhan Islahul Muna terjadi akibat adanya dampak negatif dari kemajuan di bidang teknologi dan tidak diimbangi dengan ketidak disiplinan terhadap peraturan.

Dalam hal ini, penulis akan mengurikan tentang masalah yang dihadapi uztadz (pengurus) dalam proses pembinaan akhlak santri di panti asuhan Islahul Muna diantaranya santri pada mengandalkan egonya, merasa punya hak diri, tidak mau mengikuti aturan panti asuhan, susah di bina, susah diarahkan, dan maunya ingin bebas.

(68)

54

sekaligus pengajar yang mempunyai sifat tegas dan disiplin kebanyakan santri takut denganya. Seperti hasil wawancara dengan bapak H, Nuryanto, SE selaku ketua panti asuhan pada hari Kamis 26 Juli 2018 pukul 16.30 WIB sebagai berikut :

“Pembinaan akhlak di panti ini dibagi menjadi dua mas, laki-lakinya mas jadi harus di bedakan dan di berikan perlakuan khusus antara santri biasa dengan santri luar biasa”.

Banyaknya masalah yang dihadapi oleh panti asuhan Islahul Muna dalam membina akhlak seharusnya dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk para kyai, uztadz (pengajar), orang tua santri maupun yang berkecimung di dalamnya. Itulah masalah yang dihadapi oleh panti asuhan Islahul Muna.

2. Pembinaan Akhlak Santri

(69)

55

“Tujuan pembinaan akhlak anak-anak di panti asuhan ini ya untuk menata akhlaknya mas, karena membina itu sama halnya dengan merubah untuk menjadi yang lebih baik lagi. Pola pembinaan akhlak anak-anak panti asuhan ini bertujuan supaya akhlaknya bisa lebih baik dari sebelumnya apalagi anak-anak disini ada yang dari latar belakang anak jalanan, di tinggal orang tuanya (broken home) jadi didikanya harus keras, karena pola hidup mereka sebelumnya bertentangan dengan peraturan disini misalnya : sopan santunya kurang, sering keluar malam tidak ijin ternyata main PS, mbolos ngaji karena bermain, maka dari itulah perlu di bina akhlaknya dengan tujuan supaya mereka nanti nya menjadi insan yang lebih baik, sopan santun, mempunyai adab yang baik dan berakhlakul karimah”.

Jadi, dari pemaparan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan tujuan panti asuhan Islahul Muna yaitu mencetak para santri yang sopan santun, mempunyai adab yang baik dan berakhlakul karimah. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan dari Bapak Imron, M.Ag hasil wawancara

pada hari Jum‟at 3 Agustus 2018 pukul 19.30 WIB sebagai berikut : “ Dengan adanya berbagai pembinaan, akan membuat santri bisa

lebih baik dan lebih mudah diarahkan maka proses pembinaan akhlak pun akan lebih berjalan lancar sesuai dengan harapan panti asuhan. Akan tetapi ada juga yang dari awalnya sudah baik dan selama ada di pesantren semakin bertambah baik. Adapula beberapa santri yang dari latar belakang anak jalanan, korban broken home, di tinggal orang tuanya yang kurang dalam sopan santunya, maka dari itu kyai, ustadz serta pengurus selalu berusaha untuk melakukan pembinaan sesuai dengan karakter santri”.

(70)

56

kegiatan yang dilakukan panti asuhan Islahul Muna dalam membina atau meningkatkan akhlak para santri.

Pada dasarnya pembinaan akhlak dilaksanakan dengan tujuan pembinaan tersebut untuk menata akhlak santri. Karena panti memiliki sistem pembinaan yang berbeda dengan lembaga pendidikan. Akhlak santri di panti asuhan Islahul Muna sudah dibina dengan baik melalui metode pembiasaan dalam kegiatan sehari-hari yaitu : disiplin dalam kegiatan, sopan santun, saling menghormati dan kekeluargaan. Bapak kyai dan ustadz juga mengajarkan untuk menghormati para ustadz, pengurus, dan orang yang lebih tua, menghormati tetangga, serta menghargai dan menyayangi yang lebih muda.

Di samping pola tersebut, para ustadz juga mengajarkan kitab– kitab yang berkaitan dengan moral dan akhlak. Seperti dalam kitab ta‟limul muta‟alim dan akhlakul lil banin. Ustadz berharap santrinya bisa

(71)

57

Dalam suatu panti asuhan tidak akan berhasil apabila tidak adanya pembinaan akhlak bagi santri, yang akan memberikan banyak hal dan pelajaran dalam pembinaan akhlak dan pendidikan tentang bagaimana bersikap dan bersopan-santun di dalam panti asuhan, keluarga dan masyarakat. Adanya pembinaan akhlak di panti asuhan ini diharapkan santri bisa berakhlakul karimah, baik di panti asuhan maupun diluar panti asuhan, serta mampu meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah SWT.

Selain santri mempunyai akhlak yang baik, kyai Rohmat juga mengatakan bahwa santri itu jangan hanya kelihatan baiknya hanya saat di panti asuhan saja tetapi juga di luar panti asuhan.

Dalam pembinaan, banyak hal yang perlu diperhatikan diantaranya dalam bersikap dan bertingkah laku yang baik dan sopan di panti asuhan. Sikap yang harus ditunjukan harus benar-benar sesuai dengan akhlak santri yang telah ditetapkan dalam tata tertib panti asuhan yaitu sebagai berikut :

a. Berakhlakul karimah

b. Mengikuti pelajaran sesuai kelas masing–masing c. Wajib shalat berjamaah

d. Mengikuti semua kegiatan yang ada di panti asuhan e. Izin bila meninggalkan panti asuhan

f. Menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan, dan keindahan panti asuhan

(72)

58

3. Upaya Panti Asuhan Islahul Muna Dalam Memperbaiki Akhlak Santri

(73)

59

perbuatan dan selanjutnya menetapkan mana yang baik dan mana yang buruk.

Panti asuhan Islahul Muna sebagai lembaga sosial dan pendidikan keagamaan memiliki perpaduan sistem modern dan salafi yang tentu akan ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, mentransfer ilmu-ilmu keislaman, memilihara tradisi keislaman, menciptakan generasi islam yang bermoral. Proses belajar mengajar dilakukan melalui struktur, metode, dan literatur tradisional, baik berupa pendidikan formal di Madrasah dengan struktur maupun pembelajaran dengan metode sorogan dan bandungan. Tata nilai yang dianut dan didukung dalam kehidupan panti asuhan Islahul Muna adalah konsep ahlusunnah waljama‟ah.

Usaha yang ditempuh untuk memperbaiki akhlak santri di panti asuhan Islahul Muna. Hal ini sesuai dengan pemaparan hasil wawancara dengan Bapak ustadz Slamet Anwar selaku pengurus sekaligus penasehat panti asuhan Islahul Muna, hasil wawancara pada hari Rabu 1 Agustus 2018 pukul 16.00 WIB yang menyatakan sebagai berikut :

(74)

60

Hal ini juga sesuai dengan paparan dari hasil wawancara dengan ustadz Imron, M.Ag selaku wakil ketua panti asuhan, pada hari Jum‟at 3 Agustus 2018 yang menyatakan :

“Beliau menginginkan dengan adanya pembinaan tersebut santri bisa lebih terarah dan memiliki akhlak yang baik, patut dicontoh oleh anak usia di bawahnya dan masyarakat sekitar. Akan tetapi apabila santri tersebut masih belum bisa dibina dan diarahkan, pengurus akan mengambil langkah dengan memberikan mereka hukuman (takziran) yang akan diberikan santri yang telah melanggar peraturan di panti asuhan. Dengan melakukan takziran yang sebelumnya sudah disepakati oleh kyai, pengurus, pengasuh, ustadz dan ustadzah, maupun santri itu sendiri. Tujuan dari takziran itu sendiri adalah untuk memberikan efek jera agar santri tidak mengulangi kesalahanya dan untuk membenahi akhlak santri yang melanggar peraturan. Takziran yang di terapkan di panti asuhan ini bersifat mendidik, misalnya : apabila tidak mengikuti sholat berjama‟ah akan diberikan takziran membaca surat yasin 1x di depan podium putra, agar santri merasa malu sehingga menjadikan efek jera untuk tidak mengulangi kesalahanya lagi, di dalam takziran tersebut santri tidak hanya dapat mengambil hikmah dari kesalahanya tetapi juga mendapat pahala dan melancarkan bacaan ayat Al-Qur‟an”.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa usaha yang harus dilakukan dalam mengatasi masalah pola pembinaan akhlak di panti panti asuhan Islahul Muna Salatiga yaitu dengan cara takziran (hukuman/sanksi) yang akan diberikan para santri yang melanggar peraturan yang telah disepakati.

D. Analisis Data Penelitian

(75)

61

yang harus dilakukan untuk memperbaiki akhlak santri panti asuhan Islahul Muna.

Analisis ini berdasarkan pada data yang telah diuraikan di atas, yang mana merupakan hasil dari penelitian serta terdapat bukti dan kenyataan yang ada di panti asuhan Islahul Muna Salatiga.

1. Kendala Dalam Membina Akhlak Santri di Panti Asuhan Islahul Muna Salatiga

Panti asuhan Islahul Muna memiliki santri dengan latar belakang yang bermacam–macam. Sistem perekrutan di panti asuhan Islahul Muna menggunakan metode jemput bola, yaitu panti memiliki tim untuk mencari informasi tentang anak–anak yatim ataupun piatu, kurang mampu, jalanan, anak korban masalah keluarga (broken home) yang ditinggal oleh orang tuanya di sekitar wilayah Tingkir Tengah. Jadi santri di panti asuhan ini benar–benar diseleksi apakah yatim/piatu, kurang mampu dan terlantar tujuanya agar lembaga sosial ini benar–benar mewujudkan visi dan misinya serta agar pelayanan sosial diberikan oleh anak yang benar–benar membutuhkan dan tepat sasaran.

(76)

62

dengan hasil wawancara dengan ustadz Slamet Anwar, pada hari Rabu 1 Agustus 2018 pukul 16.00 WIB yang menyatakan:

“Panti asuhan ini mempunyai sistem perekrutan santri baru dengan cara jemput bola mas setiap taunya, jadi ada tim yang mencari informasi tentang anak–anak yatim/piatu, kurang mampu, jalanan, bermasalah dalam keluarga (broken home) dan anak yang di tinggal oleh orang tuanya biasanya yang dititipkan oleh neneknya disini akan kami bujuk untuk menjadi santri disini. Dari latar belakang yang berbeda tersebut anak–anak mempunyai perilaku yang kurang daripada anak normal lainya khususnya yang dari jalanan dan broken home sehingga mereka agak sulit untuk mengikuti peraturan disini biasanya mereka membantah, seenaknya sendiri dan inginya bebas tidak mau diatur, ya di karenakan dari latar belakang tadi jadi kita pelan-pelan untuk membinanya dengan melakukan pendekatan-pendekatan sesuai dengan kebutuhan anak asuh”.

Dari paparan wawancara tersebut dapat disimpulkan problematika di panti asuhan Islahul Muna yaitu masalah akhlak santri yang kurang baik dari anak normal lainya khususnya dari latar belakang jalanan dan broken home yang masih membantah saat dibina, masih seenaknya sendiri dan tidak bisa diatur inginya bebas sesuka hati. Hal seperti ini yang bertentangan dengan peraturan di panti asuhan Islahul Muna.

Gambar

Gambar 4.1
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3 Fasilitas Kegiatan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Pembimbing Skripsi saudara Mawardi , NIM: 40400112026, mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan pada Fakultas Adab dan Humaniora, setelah dengan saksama meneliti dan mengoreksi

Sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, Dewan Komisaris adalah organ perusahaan yang mewakili Pemegang Saham untuk melakukan fungsi pengawasan atas pelaksanaan kebijakan

HUBUNGAN ANTARA IMAGINARY AUDIENCE DENGAN SELF-MONITORING PADA REMAJA DI KOTA BANDUNG!. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kajian ini telah berjaya menghasilkan satu set IPPI yang boleh digunakan sebagai alat pengukuran personaliti Muslim dalam aspek yang berkaitan dengan gelagat

Setelah melakukan pengabdian pelatihan kreasi ini, maka ada bebrapa saran yang diberikan kepada masyarakat secara luas yaitu hendaknya menumbuhkan kesadaran terhadap

Pasal 10 ayat (1) tidak lagi memenuhi dan melaksanakan Standar Usaha Jasa Konsultan Pariwisata yang berlaku berdasarkan Sertifikat Usaha Jasa Konsultan Pariwisata yang

PENGEMBANGAN TES TERTULIS PADA MATERI PENGANTAR KIMIA MENGGUNAKAN MODELTRENDS IN INTERNATIONAL MATHEMATICS AND SCIENCE STUDY(TIMSS).. Universitas Pendidikan Indonesia |

Penangkapan ikan dengan gill net , dilakukan oleh hampir sebagian besar nelayan yang berada di pesisir barat selatan Pulau Kei Kecil. Gill net