• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori Prestasi Belajar - BAB II MOH.MASKURI PGSD'11

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori Prestasi Belajar - BAB II MOH.MASKURI PGSD'11"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori Prestasi Belajar

1. Prestasi Belajar

Ada beberapa pengertian belajar, antara lain:

a. Belajar adalah proses suatu usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan sebagai hasil pengembangan individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungan. Ahmadi A. Dan W. Supriyono(

2004:121)

b. Belajar adalah proses interaksi social seseorang memperoleh pemahaman baru atau struktur kognitif dan mengubah hal-hal lama.

(Winatasaputra, 2001 : 3-4)

Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah proses interaksi seorang individu dengan lingkungannya untuk menghasilkan perubahan dan pemahaman baru dengan mengubah hal-hal lama. Belajar juga merupakan perubahan serta peningkatan kualitas dan

kuantitas tingkah laku seseorang diberbagai bidang yang terjadi akibat melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya.

(2)

untuk berbuat, leraning to live together artinya belajar untuk hidup bersama, learning to be artinya belajar untuk menjadi. (UNESCO)

Setiap individu yang belajar mempunyai beberapa tujuan, yaitu untuk: a. Meningkatkan kemampuan kognitif, yaitu kemampuan yang sifatnya

menambah pengetahuan, informasi, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.

b. Meningkatkan kemampuan psikomotorik, yaitu kemampuan yang

berhubungan dengan keterampilan keaktifan fisik (motor skill).

c. Meningkatkan kemampuan afektif, yaitu kemampuan yang meliputi

penelitian sikap, apresiasi, nilai-nilai evaluasi, menyenangkan, menghormati, dan lain-lain. (Suprijono, 2009:5-6)

Belajar adalah langkah yang harus ditempuh untuk mencapai suatu

keberhasilan, maka dalam suatu belajar ini tidak lepas dari faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi

individu pada saat belajar terdiri dari:

1) Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam individu itu sendiri, meliputi faktor biologis (jasmaniah), faktor psikologis

(rohaniah) dan kelelahan.

2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari lingkungan keluarga,

faktor sekolah dan faktor masyarakat. (Slamet, 1995:2)

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar ada dua yaitu faktor

(3)

dari dalam siswa misalnya kurangnya motivasi belajar sehingga siswa tersebut malas belajar dan mendapat hasil belajar yang rendah. Faktor dari

luar siswa yang bisa mempengaruhi hasil belajar adalah kurangnya perhatian dari orang tua. Orang tua yang sibuk tidak pernah menyuruh

siswa belajar, tidak pernah menanyakan hasil belajar siswa dapat mengakibatkan hasil belajar siswa menurun/rendah karena siswa merasa tidak diperhatikan oleh orang tuanya. Hal tersebut bisa berlanjut di

sekolah, karena di rumah tidak diperhatikan orang tua maka di sekolah pun siswa menjadi malas belajar. Dalam kelas siswa hanya duduk, diam

mendengarkan tetapi tidak memahami materi yang diajarkan oleh guru atau berbicara dengan teman tidak mendengarkan penjelasan guru.

Lingkungan masyarakat juga bisa mempengaruhi hasil belajar siswa.

Siswa yang berada dalam lingkungan masyarakat yang pergaulannya tidak baik maka siswa terbawa/tepengaruh terhadap pergaulan tersebut yang

mengakibatkan siswa malas belajar baik dalam sekolah ataupun di rumah. Peran guru dalam proses belajar Ahmadi A. Dan W. Supriyono ( 2004:104) adalah guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing,

dan memberikan fasilitas belajar bagi murid-murid untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat degala sesuatu yang

terjadi dalam kelas untuk membantu proses perkembangan anak, penyampaian materi pelajaran hanyalah merupakan salah satu dari berbagai kegiatan dalam belajar sebagai suatu proses yang dinamis dalam

(4)

Disamping itu perkembangan ilmu dan teknologi serta perkembangan social-budaya yang berlangsung cepat telah memberikan

tantangan kepada setiap individu. Setiap individu senantiasa ditentang untuk terus selalu belajar untuk dapat menyesuaikan diri sebaik-baiknya.

Kesempatan belajar makin terbuka melalui berbagai sumber dan media. Anak-anak masa kini dapat belajar dari berbagai sumber dari media seperti surat kabar, TV, film, dan sebagainya. Guru hanya merupakan salah satu

di antara berbagai sumber dan media belajar. Maka dengan demikian peranan guru dalam belajar ini menjadi lebih luas dan lebih mengarah

kepada peningkatan motivasi belajar anak-anak. Melalui peranannya sebagai pengajar, guru diharapkan mampu mendorong anak untuk senantiasa belajar dalam berbagai kesempatan melalui berbagai sumber

dan media. Guru hendaknya mampu membantu setiap anak secara efektif, dapat mempergunakan berbagai kesempatan belajar dan berbagai sumber

serta medie belajar. Hal ini berarti bahwa guru hendaknya dapat mengembangkan cara dan kebiasaan belajar yang sebaik-baiknya. Selanjutnya sangat diharapkan guru dapat memberikan fasilitas yang

memadai sehingga murid dapat belajar secara efektif. 2. Prestasi Belajar

Menurut Anitah (2007: 2.19) Prestasi belajar merupakan hasil dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Hasil belajar menunjukkan suatu perubahan tingkah laku atau perolehan tingkah laku

(5)

disadari. Aspek perilaku mencakup aspek kognitif, afktif, dan psikomotorik. Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan

kemampuan berpikir kritis dan ilmiah pada siswa, dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan kemampuan membaca, kemampuan

mengidentifikasi atau membuat sejumlah pertanyaan berdasarkan substansi yang dibaca, diamati dan atau didengar, kemampuan mengorganisir hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut persamaan

dan perbedaan, kemampuan kajian secara menyeluruh.

Prestasi belajar adlah merupakan tujuan yang akan dicapai dalam

proses belajar mengajar. Siswa sebagai subyek dalam interaksi belajar mengajar adalah yang akan mencapai tujuan yaitu hasil belajar. Prestasi belajar yang dicapai seseorang individu merupakan hasil interaksi antara

berbagai faktor yang mempengaryhi baik dari dalam dari ( faktor internal ) maupun dari luar diri ( faktor eksternal ) individu.Maka hasil belajar

adalah penguasaan siswa terhadap materi pelajaran serta ketrampilan dalam menyelesaikan masalah.

Menurut Dimyati dan Mudjiono ( 2006:250-251 ) hasil belajar

merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi , yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan

mental yang lebih baik bila dibanding pada saat belum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomotorik,sedangkan dari sisi guru,hasil belajar merupakan

(6)

Menurut Oemar Hamalik( 2001:30 ) Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang

tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu,dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar

dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, dan psikomotorik Perinciannya adalah sebagai berikut:

a. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis

dan penilaian. b. Ranah Afektif

Berkenaan dengan sukap dan nilai. Ranah Afektif meliputi 5

jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab, atau reaksi, menilai, mengorganisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek

nilai.

c. Ranah Psikomotor

Meliputi ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda, kordinasi

neuromuscular ( menghubungkan, mengamati ).

Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan dari pada afektif dan

psikomotor karena lebih menonjol, namun hasilbelajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah. Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan

(7)

belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa

sudah memahami belajar dengan iringan oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi.

Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar: a. Ketrampilan dan kebiasaan.

b. Pengetahuan dan pengertian.

c. Sikap dan cita-cita.

Pendapat dari Howard Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan

dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut. Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil

belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama

ataubahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagisehingga akan merubah cara berpikir serta

menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik. 3. Pembelajaran Kooperatif

a. Definisi pembelajaran kooperatif

Menurut Trianto(2007), pembelajaran yang bernaung dalam teori konstruktivis adalah kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari

(8)

konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu

memecahkan masalah-masalah yang kompleks. Jadi, hakikat social dan penggunaan kelompok sejawat menjadi aspek utama dalam

pembelajaran kooperatif.

Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4 -6 orang siswa yang

sederajat tetapi heterogen, kemampuan, jenis kelamin, suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan dibentuknya kelompok

tersebut adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok

adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan saling membantu sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.

Selama belajar secara kooperatif siswa tetap tinggal dalam kelompoknya selama beberapa kali pertemuan. Mereka diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerjasama dengan baik

di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar aktif, memberikan penjelasan kepada teman sekelompok dengan baik, berdiskusi, dan

sebagainya. Agar terlaksana dengan baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama bekerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah

(9)

diantara teman sekelompok untuk mencapai ketuntasan materi. Belajar belum selesai jika salah satu anggota kelompok ada yang belum

menguasai materi pelajaran.

Sebagaimana model-model pembelajaran lain, model

pembelajaran kooperatif memiliki tujuan-tujuan, langkah-langkah, dan lingkungan belajar dan sistem pengelolaan yang khas.

b. Tujuan Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan sebuah kelompok strategi pengajar yang melibatkan siswa bekerja secara berkolaborasi untuk

mencapai tujuan bersama. Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa, dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputu

san dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada sisa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar

belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa

akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah.

(10)

tiga jenis tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan social.

Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik,

unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Pembelajaran kooperatif dapat memberikan keuntungan baik pada

siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Pembelajaran kooperatif mempunyai efek yang berarti terhadap penerimaan yang luas terhadap keragaman ras, budaya dan agama, sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan. Pembelajaran kooperatif

memberikan peluang kepada siswa yang berbeda latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama lain atas tugas-tugas

bersama, dan melalui penggunaan struktur penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

Keterampilan social atau kooperatif berkembang secara

signifikan dalam pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooepratif sangat tepat digunakan unutk melatih keterampilan-keterampilan

(11)

c. Lingkungan belajar dan system pengelolaan

Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John

Dewey dan Herbert Thelan (dalam Trianto:2007) yang menyatakan pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogyanya

mengajarkan proses demokratis.

Proses demokrasi dan peran aktif merupakan cirri yang khas dari lingkungan pembelajaran kooperatif dalam pembentukan kelompok,

guru menerapkan struktur tingkat tinggi, dan guru juga mendefinisikan semua prosedur. Meskipun demikian, guru tidak dibenarkan mengelola

tingkah laku siswa dalam kelompok secara ketat, dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas dalam kelompoknya. Selain itu, pembelajaran kooperatif

menjadi sangat efektif jika materi pembelajaran tersedia lengkap di kelas, ruang guru, perpustakaan, ataupun di pusat media.

Selain itu, agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan, dan siswa dapat bekerja secara produktif dalam kelompok, maka siswa perlu diajarkan keterampilan-keterampilan

kooperatif. Keterampilan kooperatif tersebut berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan

(12)

d. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Terdapat enam langkah

utama di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif.

(Suprijono:2009)

Langlah-langkah pembelajaran kooperatif tersebut adalah:

a) Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

b) Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi

atau lewat bahan bacaan.

c) Guru menjelaskan kepada siswa bagaiman caranya membentuk

kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

d) Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

mengerjakan tugas mereka.

e) Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah

dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

f) Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun

hasil belajar individu dan kelompok.

3. Student teams achievement division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD ini, merupakan salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota 4 - 6 tiap kelompok-kelompok orang siswa

(13)

penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok.

Slavin menyatakan bahwa pada STAD siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan 4 - 6 orang yang merupakan campuran menurut

tingkat prestasi, jenis kelamin, dan suku. Guru menyajikan pelajaran, dan kemudian ssiwa bekerja dalam tim mereka memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menguasai pelajaran tersebut. Kemudian, seluruh siswa

diberikan tes tentang materi teresebut, pada saat tes ini mereka tidak diperbolehkan saling membantu.

Seperti halnya pembelajaran lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini juga membutuhkan persiapan yang matang sebelum kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Persiapan-persiapan tersebut antara lain:

a. Perangkat pembelajaran

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajarannya, yang meliputi

rencana pembelajaran (RP), Buku Siswa, Lembar Kegiatan Siswa (LKS), beserta lembar jawabannya.

b. Membentuk kelompok kooperatif

Menentukan anggota kelompok diusahakan agar kemampuan siswa dalam kelompok adalah heterogen dan kemampuan antar satu

(14)

atas ras dan latar belakang yang relatif sama, maka pembentukan kelompok dapat didasarkan pada prestasi akademik, yaitu:

1) Siswa dalam kelas terlebih dahulu dirangking sesuai kepandaian dalam mata pelajaran IPA. Tujuannya adalah untuk mengurutkan

siswa sesuai kemampuan IPAnya dan digunakan untuk mengelompokkan siswa ke dalam kelompok.

2) Menentukan tiga kelompok dalam kelas yaitu kelompok atas,

kelompok menengah, dan kelompok bawah. Kelompok atas sebanyak 25% dari seluruh siswa yang diambil dari siswa rangking

satu, kelompok tengah 50% dari seluruh siswa yang diambil dari urutan setelah diambil kelompok atas, dan kelompok bawah sebanyak 25% dari seluruh siswa yaitu terdiri atas siswa setelah

diambil kelompok atas dan kelompok menengah. c. Menentukan skor awal

Skor awal yang dapat digunakan dalam kelas kooperatif adalah nilai ulangan sebelumnya. Skor awal ini dapat berubah setelah ada kuis. Misalnya pada pembelajaran lebih lanjut dan setelah diadakan tes,

maka hasil tes masing-masing individu dapat dijadikan skor awal. d. Pengaturan tempat duduk

(15)

dapat menimbulkan kekacauan yang menyebabkan gagalnya pembelajaran pada kelas kooperatif.

e. Kerja kelompok

Untuk mencegah adanya hambatan pada pembelajaran kooperatif tipe

STAD, terlebih dahulu diadakan latihan kerjasama kelompok. Hal ini bertujuan untuk lebih jauh mengenalkan masing-masing individu dalam kelompok.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD ini didasarkan pada langkah-langkah kooperatif yang terdiri atas enam langkah atau

fase, yaitu:

(1) Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

(2) Menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau leawat bahan bacaan.

(3) Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

(4) Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

(5) Mengevalusai hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

(6) Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil

(16)

4. Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam a. Kurikulum 2004

Berdasarkan kurikulum 2004, tujuan pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) adalah agar siswa

mampu: a) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari; b) mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran adanya

hubungan saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat; c) mengembangkan keterampilan proses untuk

menyelidiki alam sekitar, mengembangkan keterampilan proses menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan; d) berperan serta dalam memelihara, menjaga dan

melestarikan lingkungan alam; e) menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan; f) memiliki

pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan jenjang pendidikan selanjutnya (SMP/MTs).

Kurikulum IPA lebih menekankan siswa untuk menjadi

pembelajaran aktif dan luwes. Kurikulumnya menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses IPA.

Pemahaman ini bermanfaat bagi peserta didik agar dapat: a) menanggapi isu local, nasional, kawasan, dunia, social, budaya, ekonomi, lingkungan dan etika; b) menilai secara kritis perkembangan

(17)

sumbangan terhadap kelangsungan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; dan d) memilih karier yang tepat.

b. Konsep Ilmu Pengetahuan Alam (Depdiknas:2004)

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berfungsi untuk

membrikan pengetahuan tentang lingkungan alam, mengembangkan keterampilan wawasan dan kesadaran teknologi dalam kaitan dalam pemanfaatannya bagi kehidupan sehari-hari. Mata pelajaran ilmu

pengetahuan alam di sekolah dasar dan lebih bersifat memberi pengetahuan melalui pengamatan terhadap berbagai jenis perangai

lingkungan alam dan lingkungan buatan.

Berdasarkan fungsi dan tujuan pembelajaran sains, dapat diuraikan karakteristik pembelajaran pembelajaran IPA sebagai

berikut: a) mengajak siswa untuk menyadari keteraturan dan keindahan alam untuk mengagungkan kebesaran Tuhan Yang Maha Esa; b)

memupuk sikap ilmiah yang mencakup: sikap jujur dan obyektif terhadap data: sikap terbuka yaitu bersedia menerima pendapat orang lain serta mau mengubah pandangannya, jika ada bukti bahwa

pandangannya tidak benar; ulet dan tidak cepat putus ada; kritis terhadap pertanyaan ilmiah, yaitu tidak mudah percaya tanpa ada

dukungan observasi empiris; dan dapat bekerjasama dengan orang lain; c) memberi pengalaman dalam menerapkan metode ilmiah melalui percobaan atau eksperimen melalui pemasangan instrument,

(18)

mengkomunikasikan hasil eksperimen secara lisan dan tertulis; d) meningkatkan kesadaran tentang aplikasi IPA yang dapat bermanfaat

dan juga merugikan individu, masyarakat, dan lingkungan serta menyadari pentingnya mengelola dan melestarikan lingkungan demi

kesejahteraan masyarakat; e) memberi pemahaman konsep-konsep IPA dan saling keterkaitannya dan penerapan untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan dan teknologi; f) membentuk sikap yang positif

terhadap IPA, yaitu merasa tertarik untuk mempelajari IPA lebih lanjut karena merasakan keindahan dalam keteraturan perilaku alam serta

kemampuan IPA dalam menjelaskan berbagai peristiwa alam dan penerapannya dalam teknologi.

Berdasarkan karakteristik konsep IPA, maka pembelajaran IPa

memiliki karakteristik antara lain: a) Konstriktivis; b) Inkuiri; c) Berbasis masalah (problem base learning); d) Berbasis proyek; atau

berbasis sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat; student center. c. Ruang lingkup IPA

Ruang lingkup kurikulum IPA SD mencakup kerja ilmiah serta

pemahaman konsep IPA dan penerapannya (terdiri atas makhluk hidup dan proses kehidupan; benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya; bumi

(19)

d. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA Kelas V Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

3.Mengidentifikasi penyesuaian

diri hewan dengan lingkungan tertentu untuk mempertahan kan hidup.

3.1 Menyebutkan ciri khusus pada

hewan sebagai bentuk penye suaian diri hewan dengan ling kungan tertentu untuk mem

pertahankan hidupnya.

3.2 Menjelaskan fungsi ciri khusus

pada hewan sebagai bentuk penyesuaian terhadap lingku ngannya.

6. Media Pembelajaran Tiga Dimensi

a. Karakteristik media tiga dimensi

Menurut Anderson (1983:29) dalam Kustino (2009), media tiga dimensi, memiliki karakteristik antara lain:

(1) Mencakup rupa benda-benda natural, temasuk: objek (benda yang sesungguhnya), specieman (menequin), dan model atau mock-up;

(2) Menggunakan saluran penerimaan semua indra manusia yakni mencakup: indra-indra visual, dengar, taktil, penciuman dan pengecapan;

(20)

(4) Pesan yang terkandung dituangkan di dalam bentuk fisiknya;

(5) Dilihat dari aspek cara penyajian isinya, ada media tiga dimensi

yang menyajikan pesan kandungannya secara spontan dan total. Produksi media tiga dimensi tidak dapat dilepas dari

pengembangan instruksional, terutama terhadap tujuan yang akan dicapai. Di samping itu, dalam memproduksi media tiga dimensi ini tidak boleh melupakan karakteristik media itu sendiri, karakteristik

siswa, sifat pesan, dan prosedur penggunaannya.

b. Fungsi dan nilai edukatif media tiga dimensi dalam pembelajaran

Media tiga dimensi, merupakan bagian integral dari keseluruhan system intruksional (Kustiono:2009). Media tiga dimensi merupakan satu komponen penting dari strategi penyampaian. Media tiga dimensi

memiliki peranan penting dalam strategi penyampaian pengajaran untuk pencapaian hasil belajar tertentu. Media tiga dimensi bukan

sekedar alat bantu mengajar bagi guru atau dosen, melainkan

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari system pengajaran karena media tiga dimensi dapat membantu siswa atau mahasiswa

dalam memahami isi ujian.

Media tiga dimensi ini akan cocok lagi diperuntukkan bagi

pembelajaran anak SD karena kondisi psikologis siswa usia SD (6-12 tahun) masih membutuhkan pengkongkritan objek belajarnya, yang diantaranya adalah dengan melalui penggunaan media pembelajaran,

(21)

aspek intelegensinya, yang menurut Piaget masih dalam tahapan praoperasional dimana dalam pertumbuhan dan perkembangannya

anak masih membutuhkan pengkongkritan dalam penerimaan pemahaman materi pembelajaran, sehingga penggunaan media

pembelajaran, khususnya media tiga dimensi sangatlah penting.

Di dalam pembelajaran sebagai proses komunikasi seringkali terkendala atau terganggu (yang disebut noise). Gangguan-gangguan

(noise) ini dapat berupa hambatan psikologis, seperti: kurangnya minat, rendahnya intelegensi; hambatan fisiologis, seperti: kelelahan,

keterbatasan daya indra, dan hambatan cultural, seperti: kebiasaan, hambatan menyalurkan pesan,dapat membantu guru atau dosen dan siswa atau mahasiswa dalam mengatasi hal-hal tersebut.

Media pembelajaran tiga dimensi secara umum mempunyai fungsi untuk mengatasi: hambatan komunikasi, keterbatasan fisik

kelas, sikap pasif, dan mempersatukan pengamatan siswa. Mengenai fungsi media pembelajaran tiga dimensi ini, Kustiono mengemukakan”…. mampu mengatasi keterbatasan pengalaman

siswa dan keterbatasan ruangan kelas; memungkinkan interaksi langsung siswa dengan lingkungan; menghasilkan keseragaman

pengamatan; menanamkan konsep dasar yang benar, konkret, dan realistis; menimbulkan keinginan dan minat baru; integral dari yang konkret ke yang abstrak, dan mampu memvisualis fakta dan gagasan

(22)

Terlepas dari potensi media tiga dimensi dalam pembelajaran yang begitu penting, satu hal yang tidak dapat diabaikan adalah

bagaimana media tiga dimensi tersebut digunakan. Bagaimanapun baiknya media diga dimensi harus dirancang dan dipersiapkan dengan

sebaik-baiknya.

B. Kerangka Berpikir

Menurut teori Piaget, siswaw kelas V SD termasuk dalam

perkembangan mental atau intelektual tahap operasional konkrit. Pada tahap ini siswa dapat memahami konsep dan menyelidiki ide abstrak benda-benda

kongkret.

Salah satu komponen pembelajaran adalah pemilihan teknik pembelajaran serta media yang cocok untuk mencapai tujuan pembelajaran,

sehingga guru dituntut untuk dapat memilih teknik pembelajaran serta media atau alat peraga yang cocok dengan materi atau bahan ajar.

Dengan metode STAD yang disertai dengan alat peraga,suasana pembelajaran dalam kelas akan berlangsung lebih menyenangkan, tidak monoton, sehingga hasil belajar siswa akan meningkat yang sekaligus

memudahkan siswa dalam memahami konsep Penyesuaian diri makhluk hidup dengan lingkungannya.

C. Hipotesis Tindakan

(23)

Melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD yang disertai kerja kelompok dan peragaan dengan penggunaan media dalam menyelesaikan materi

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Salah satu masalah yang paling sering muncul adalah kegiatan informal di bidang perdagangan, yaitu kegiatan pedagang kaki lima (PKL). Tidak berbeda dengan sektor ekonomi

Klien memerlukan pengendalian internal atas kompilasi persediaan untuk memastikan bahwa perhitungan fisik telah diikhtisarkan dengan benar, diberi hargapada jumlah yang sama

Tata Usaha pada UPTD Tindak Darurat Dinas Cipta Karya dan Tata Kota Samarinda Eselon

Keputusan Gubernur Sumatera Selatan Nomor 85/KPTS/BPBD- SS/2017 tentang Status Keadaan Siaga Darurat Bencana Asap Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Provinsi

[S9, KU1, KU2, PP4] Ketepatan menjelaskan makna/konsep negara hukum dan demokrasi serta konsep tentang peraturan perundang- undangan; sejarah perkembangan pemikiran dari seni

P T Hino Motors Sales Indonesia (HMSI) memiliki program terencana untuk melaksanakan kebijakan pemerintah untuk penggunaan bahan bakar biodiesel sebesar 30% atau B30

Sehingga saat suatu gambar atau tulisan yang memiliki hyperlink di klik, maka akan menuju ke sumber lain sesuai alamat tujuan dari link tersebut.. Bagaimana cara memberi label