• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian - GILANG YOGA SULISTYO UTOMO BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian - GILANG YOGA SULISTYO UTOMO BAB II"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian

Keluarga adalah unit dari masyarakat dan merupakan lembaga yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat, hubungan yang erat antara anggotanya dengan keluarga sangat menonjol sehingga keluarga sebagai lembaga/unit layanan perlu diperhitungkan (Friedman, 2010).

Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. (Ali, 2010).

Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materi yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya. (BKKBN, 1999 dalam Sudiharto, 2010).

(2)

mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional serta sosial dari tiap anggota.

2. Fungsi Keluarga

Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5 yaitu :

a. Fungsi Afektif

Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang dewasa, memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi

Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan menjadikan anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan status pada anggota keluarga.

c. Fungsi Reproduksi

Untuk mempertahankan komunitas keluarga selama beberapa gnerasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.

d. Fungsi Ekonomi

Menyediakan sumber ekonomi yang cukup dan alokasi efektifnya. e. Fungsi Perawatan Kesehatan

(3)

3. Tipe dan Bentuk Keluarga

Tipe dan bentuk keluarga menurut Clark, 2010 meliputi: a. Secara tradisional

1) Keluarga Inti (Nuclear Family)

Keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak – anak karena dilahirkan (natural) maupun adopsi.

2) Keluarga Besar (Extended Family)

Keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu.

3) Keluarga orang tua tunggal (single parent)

Rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua dengan anak kandung atau anak angkat, yang disebabkan karena perceraian atau kematian.

4) Keluarga tanpa anak (dyad family) b. Secara modern (menurut Clark, 2010)

1) Nuclear conjungal family

Pasangan ibu dan ayah yang menikah dengan anak kandung atau adopsi

2) Extended family

(4)

3) Steep family

Keluarga campuran yang dibentuk dari pernikahan yang kedua dan satu atau kedua pasangan tersebut memiliki anak dan kemungkinan anak dari pasangan baru.

4) Skip generation family

Pasangan kakek atau nenek atau nenek atau kakek saja dengan satu atau lebih cucu.

5) Cohabiting generation family

Pasangan hidup bersama tanpa ikatan pernikahan 6) Homosexual family

Pasangan sejenis dengan atau tanpa anak 4. Tahap dan Perkembangan Keluarga

Siklus kehidupan setiap keluarga mempunyai tahapan-tahapan. Seperti individu-individu yang mengalami tahap pertumbuhan dan perkembangan yang berturut-turut, keluarga juga mengalami tahap perkembangan yang berturut-turut. Adapun tahap-tahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller (Friedman, 2010) adalah :

a. Tahap I

Keluarga pasangan baru keluarga pemula perkawinan dari sepasang insan menandai bermulanya sebuah keluarga baru dan perpindahan dari keluarga asal atau status lajang kehubungan baru yang intim.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini :

(5)

2) Menetapkan tujuan bersama

3) Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok sosial

4) Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB 5) Persiapan menjadi orang tua

6) Memahami prenatal care (pengertian kehamilan, pesalinan dan menjadi orang tua)

Masalah kesehatan yang muncul pada tahap ini adalah :

1) Penyesuaian seksual dan peran perkawinan, aspek luas tentang KB, penyakit kelamin baik sebelum/sesudah menikah

2) Konsep perkawinan tradisional: dijodohkan, hukum adat Peran perawat pada tahap ini adalah :

1) Membantu setiap keluarga agar saling memahami satu sama lain b. Tahap II

Keluarga dengan anak pra sekolah keluarga sedang mengasuh anak dimulai dengan kelahiran anak pertama hingga bayi berusia 30 bulan. Tugas perkembangan pada tahap ini :

1) Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual, dan kegiatan)

2) Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan 3) Membagi peran dan tanggug jawab (bagaimana peran orang tua

(6)

4) Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak

5) Koneling KB post partum 6 minggu 6) Menata ruang untuk anak

7) Biaya /dana cild bearning

8) Memfasilitasi Role Learning anggota keluarga 9) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin Masalah kesehatan keluarga pada tahap ini yaitu:

1) Pendidikan maternitas fokus keluarga, perawatan bayi, imunisasi, konseling perkembangan anak, KB, pengenalan dan penanganan masalah kesehatan fisik secara dini

2) Inaksebilitas dan ketidakadekuatan fasilitas perawatan ibu dan anak

Peran perawat pada tahap ini yaitu : mengkaji peran orangtua, bagaimana kedua orangtua berinteraksi dengan bayi baru dan merawatnya, dan bagaimana respon bayi.

c. Tahap III

Keluarga dengan anak usia pra sekolah dimulai ketika anak pertama berusia dua setengah tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini :

(7)

3) Beradaptasi dengan anak baru lahi, anak yang lain juga terpenuhi

4) Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga 5) Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak

6) Pembagian tanggung jawab

7) Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak

Masalah kesehatan keluarga pada tahap ini yaitu :

1) Masalah kesehatan fisik: penyakit menular, jatuh, luka bakar, keracunan dan kecelakaan lainnya.

Peran perawat pada tahap ini yaitu: membantu membentuk gaya hidup yang sehat dan memfasilitasi pertumbuhan fisik, intelektual, emosional dan sosial yang optimal.

d. Tahap IV

Keluarga dengan anak usia sekolah dimulai ketika anak pertama berusia 6 tahun dan mulai masuk sekolah dasar dan berakhir pada usia 13 tahun, awal dari masa remaja.

Tugas perkembangan pada tahap ini :

1) Membantu sosialisai anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan lingkungan lebih luas

2) Mendorong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual

(8)

4) Menyesuaikan pada aktifitas komuniti dengan mengikutsertakan anak

5) Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan kesehatan anggota keluarga

Masalah kesehatan keluarga pada tahap ini yaitu: 1) Kecelakaan dan injuri pada anak

2) Kanker terutama leukemia pada usia 1-14 tahun 3) Bunuh diri

4) HIV-AIDS

Peran perawat pda tahap ini adalah: diskusi keselamatan anak dengan orangtua, melakukan screening atau pemeriksaan diri melalui riwayat kesehatan dan pemeriksaan diri.

e. Tahap V

Keluarga dengan anak remaja yang dimulai ketika anak pertama melewati umur 13 tahun, berlangsung selama 6 sampai 7 tahun. Tahap ini dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga lebih awal atau lebih lama jika anak masih tinggal di rumah hingga berumur 19 atau 20 tahun.

Tugas perkembangan pada tahap ini :

1) Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan tanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai memiliki otonomi)

(9)

3) Memelihara hubungan intim dalam keluarga

4) Mempersiapkan perubahan sistem peran dan peraturan anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga

Masalah kesehatan keluarga pada tahap ini yaitu:

1) Pada remaja: kecelakaan, perkelahian, penggunaan obat-obatan/NAPZA, alkohol, merokok, pergaulan bebas, kehamilan tidak dikehendaki.

2) Terdapat beda persepsi antara orangtua dan anak remaja 3) Perhatian pada gaya hidup keluarga yang sehat

Peran perawat pada tahap ini yaitu: memberikan konseling dan pendidikan tentang seks education, memberikan persepsi remaja tentang seks education, uji kehamilan, AIDS dan aborsi

f. Tahap VI

Keluarga yang melepas anak usia dewasa muda yang ditandai oleh anak pertama meninggalkan rumah orang tua dan berakhir dengan rumah kosong, ketika anak terakhir meninggalkan rumah. Tahap ini dapat singkat atau agak panjang, tergantung pada berapa banyak anak yang belum menikah yang masih tinggal di rumah. Fase ini ditandai oleh tahun-tahun puncak persiapan dan oleh anak-anak untuk kehidupan dewasa yang mandiri.

Tugas perkembangan pada tahap ini :

(10)

2) Mempertahankan keintiman

3) Membantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat

4) Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya

5) Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga 6) Berperan suami-istri kakek dan nenek

7) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-anaknya

Masalah kesehatan keluarga pada tahap ini yaitu:

1) Masalah komunikasi anak dengan orangtua (jarak), perawatan usia lanjut, masalah penyakit kronis; Diabetes, Hipertensi, kolestrol dll.

Peran perawat pada tahap ini yaitu: memberikan strategi promosi kesehatan dan gaya hidup sehat.

g. Tahap VII

Orang tua usia pertengahan, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat pensiun atau kematian salah satu pasangan.

Tugas perkembangan pada tahap ini :

1) Mempunyai lebih banyak dan waktu kebebasan dalam mengolah minat social dan waktu santai

(11)

3) Keakraban dengan pasangan 4) Persiapan masa tua/ pensiun

Masalah kesehatan keluarga pada tahap ini yaitu:

1) Masalah hubungan perkawinan, komunikasi dengan anak-anak dan teman sebaya, masalah ketergantungan perawatan diri Peran perawat pada tahap ini yaitu: kebutuhan promosi kesehatan, pemeriksaan berkala.

h. Tahap VIII

Keluarga dalam masa pensiun dan lansia dimulai dengan salah satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, hingga salah satu pasangan meninggal dan berakhir dengan pasangan lainnya meninggal.

Tugas perkembangan pada tahap ini :

1) Penyesuaian tahap masa pensiun dengan cara merubah cara hidup

2) Menerima kematian pasangan-pasangannya, kawan dan mempersiapkan kematian

3) Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat 4) Melakukan Life review masa lalu

(12)

4) Kesepian dan banyak kehilangan lainnya yang dialami lansia menunjukan adanya kerentanan psikofisiologi dari lansia.

Peran perawat pada tahap ini yaitu: memfasilitasi perawatan kesehatan bagi lansia.

5. Struktur Keluarga

a. Struktur Peran Keluarga

Terdapat 2 perspektif dasar mengenai peran orientasi struktural yang menekankan pengaruh normatif yaitu pengaruh yang berkaitan dengan status – status tertentu dan peran – peran terkaitnya dan orientasi interaksi yang menekankan timbulnya kualitas peran yang lahir dari interaksi sosial. (Turner, 1970 dalam Friedman, 2010).

1). Peran Formal

Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggota keluarga seperti cara masyarakat membagi peran – perannya, bagaimana pentingnya pelaksanaan peran bagi suatu sistem. Peran formal yang standar terdapat dalam keluarga (pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, pengasuh anak, dan manager keuangan). (Friedman, 2003).

(13)

persaudaraan, peran terapeutik, (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), peran seksual.

2). Peran Informal

Peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak kekuasaan permukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan emosional individu dan untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga (Stir, 1976 dalam Friedman, 2010).

b. Struktur Nilai

Nilai adalah sebuah keyakinan abadi yang mempunyai bentuk perilaku spesifik (Rokeach, 1973 dalam Friedman, 2010). Sedangkan nilai – nilai keluarga didefinisikan sebagai suatu sistem ide, sikap, dan kepercayaan tentang nilai suatu keseluruhan atau konsep yang secara sadar mupun tidak sadar mengikat bersama – sama seluruh anggota keluarga dalam suatu budaya lazim.

c. Struktur Kekuatan Keluarga

(14)

d. Pola dan Proses Komunikasi

1) Pola interaksi keluarga yang berfungsi bersifat terbuka dan jujur, selalu menyelesaikan konflik, berfikiran positif, tidak mengulang – ulang isu dan pendapat sendiri.

2) Karakteristik keluarga berfungsi sebagai karakteristik pengirim dan karakteristik penerima. Karakteristik pengirim berfungsi dalam mengemukakan sesuatu pendapat yang disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik. Sedangkan karakteristik penerima berfungsi siap mendengarkan, memberikan umpan balik, melakukan validasi. (Setiyowati & Murwani, 2008). 6. Proses Dan Strategi Koping Keluarga

Menurut Friedman (2010) dalam memberikan asuhan keperawatan keluarga ada beberapa peran yang dapat dilakukan oleh perawat diantaranya :

a. Memberikan asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit. b. Koordinator atau menjadi pelayan kesehatan dan perawatan keluarga. c. Menjadi fasilitator dalam pelayanan kesehatan.

d. Menjadi penyuluh, pendidikan dan konsultan kesehatan. 7. Keluarga Sebagai Kien

(15)

a. Dapat mengenal masalah kesehatan disetiap anggota keluarga yang mengalami masalah.

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga yang bermasalah dengan kesehatannya.

c. Memberikan keperawatan untuk melakukan terhadap anggota keluarganya yang mengalami gangguan kesehatan dan dapat membantu dirinya sendiri yang cacat atau usianya yang terlalu masih muda.

d. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan untuk kesehatan anggota keluarga yang lainnya.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan.

8. Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Menurut Friedman (2010) sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas dalam bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan, yaitu:

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

(16)

Kurangnya pengetahuan keluarga tentang pengertian, tanda dan gejala, perawatan dan pencegahan anemia pada ibu hamil.

b. Memutuskan tindakan kesehatan yang tepat bagi keluarga

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangkan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan menentukan tindakan keluarga. Tindakan kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat agar masalah kesehatan dapat dikurangi bahkan teratasi. Ketidaksanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan yang tepat, disebabkan karena keluarga tidak memahami mengenai sifat, berat dan luasnya masalah serta tidak merasakan menonjolnya masalah.

c. Merawat keluarga yang mengalami gangguan kesehatan.

Keluarga dapat mengambil tindakan yang tepat dan benar, tetapi keluarga memiliki keterbatasan. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dikarenakan tidak mengetahui cara perawatan pada penyakitnya. Jika demikian, anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan perlu memperoleh tindakan lanjutan atau perawatan dapat dilakukan di institusi pelayanan kesehatan.

d. Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin kesehatan keluarga.

(17)

ekonomi) hal yang perlu dikaji sejauh mana mengetahui sumber-sumber yang dimiliki keluarga, sejauh mana keluarga memperoleh keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan, sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya dan sanitasi, sejauh mana keluarga mngenal upaya pencegahan penyakit, sejauh mana sikap atau pandangan keluarga hygiene dan sanitasi, dan sejauh mana kekompakan antara anggota keluarga..

e. Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan di sekitarnya bagi keluarga

Kemampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan akan membantu anggota keluarga yang sakit memperoleh pertolongan dan mendapat perawatan segera agar masalah teratasi. B. Konsep Penyakit

1. Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dlam mempertahankan tekanan darah secara normal ( Wijaya dan Putri, 2013).

(18)

beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal (Saferi & Mariza, 2013).

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg (Wijayaningsih, 2013).

Hipertensi esensial (primer) adalah hipertensi yang tidak memiliki penyebab medis yang dapat diidentifikasi, agaknya kondisi ini bersifat poligenik multifaktor. Tekanan darah tinggi dapat terjadi apabila resisten perifer dan atau curah jantung juga meningkat sekunder akibat peningkatan stimulasi simpatik, peningkatan reabsorpsi natrium ginjal, peningkatan aktivitas sistem renin-angiotensin-aldosteron, penurunan vasodilatasi arteriol, atau resistensi terhadap kerja insulin (Smeltzer & Bare, 2015).

(19)

Tabel 3. 1

Definisi dan klasifikasi hipertensi menurut WHO-ISH, ESH-ESC, JNC 7 Klasifikasi tekanan

WHO-ISH: Word Healt Organization-International Society of

Hipertension;ESH-ESC: European society of Hipertension-European society of cardiology,JNC 7: The sevent Report of the joint National Committe on

(20)

2. Anatomi fisiologi a. Anatomi jantung

Gambar 3. 1. anatomi jantung

(Syaifuddin, 2011) b. Fisiologi jantung

(21)

penampung darah rendah oksigen dari seluruh tubuh. Atrium kiri berfungsi menerima darah yang kaya oksigen dari paru-paru dan mengalirkan darah tersebut ke paru-paru. Ventrikel kanan berfungsi menerima darah dari atrium kanan dan memompakannya ke paru-paru. Ventrikel kiri berfungsi untuk memompakan darah yang kaya oksigen keseluruh tubuh. Jantung juga terdiri dari tiga lapisan yaitu lapisan terluar yang merupakan selaput pembungkus disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan inti dari jantung terdiri dari otot-otot jsntung disebut miokardium dan lapisan terluar yang terdiri jaringan endotel disebut endokardium (Syaifuddin, 2011).

1) Siklus jantung

(22)

darah yang sama tapi tugasnya hanya mengalirkan darah ke sekitar paru-paru ketika tekanannya lebih rendah.

2) Curah jantung

Curah jantung merupakan volume darah yang di pompa tiap ventrikel per menit. Pada keadaa normal (fisiologis) jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama besarnya. Bila tidak demikian akan terjadi penimbunan darah di tempat tertentu. Jumlah darah yang dipompakan pada setiap kali sistolik disebut volume sekuncup. Dengan demikian curah jantung = volume sekuncup x frekuensi denyut jantung per menit. Umumnya pada tiap sistolik ventrikel tidak terjadi pengosongan total ventrikel, hanya ebagian dari isi ventrikel yang dikeluarkan. Jumlah darah yang dikeluarkan ini dinamakan volume residu. Besar curah jantung seseorang tidak sealalu sama, bergatung pada keaktifan tubbuhnya. Curah jantung orang dewasa pada keadaan istirahat lebih kurang 5 liter dan dapat meningkat atau menurun dalam berbagai keadaan.

3) Denyut jantung dan daya pompa jantung

(23)

pergerakan, kebutuhan oksigen (O2) meningkat dan pengeluaran karbondioksida (CO2) juga meningkat sehingga kecepatan jantung bisa mencapai 150x/ menit dengan daya pompa 20-25 liter/menit. Pada keadaan normal jumlah darah yang dipompakan oleh ventrikel kanan dan ventrikel kiri sama sehingga tidak terjadi penimbunan. Apabila pengembalian dari vena tidak seimbang dan ventrikel gagal mengimbanginya dengan daya pompa jantung maka vena-vena dekat jantung jadi membengkak berisi darah sehingga tekanan dalam vena naik dalam jangka waktu lama, bisa menjadi edema (Syaifuddin, 2011).

3. Etiologi

Menurut Aspiani (2015), sekitar 95% orang mengalami hipertensi primer yang belum diketahui penyebabnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hipertensi primer yaitu :

a. Faktor keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.

b. Ciri perseorangan

(24)

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi (lebih dari 30 g), kegemukan atau makan, stres berlebihan, merokok, minum alkohol, minum obat-obatan (efedrin, prednison, epinefrin).

Menurut Buss & Labus (2015) faktor-faktor risiko terjadinya hipertensi primer yaitu :

1) Usia lanjut. 2) Diabetes melitus. 3) Riwayat keluarga.

4) Asupan tinggi garam, lemak jenuh atau alkohol. 5) Obesitas, gaya hidup kurang gerak.

6) Stres.

7) Pemakaian tembakau. 4. Patofisiologi

(25)

dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respons pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. (Smeltzer & Bare, 2013).

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokontriktor pembuluh darah. Vasokontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor tersebut cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Smeltzer & Bare, 2013).

(26)

darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare, 2013).

5. Manifestasi klinis dan pemeriksaan penunjang a. Manifestasi klinis

Gejala yang umum akibat penderita hipertensi tidak sama pada setiap orang, bahkan terkadang timbul tanpa gejala (Aspiani, 2015).

Tanda dan gejala hipertensi menurut Buss & Labus (2015) terdiri dari beberapa yaitu :

1) Tekanan darah meningkat.

2) Bruit (dapat didengar pada aorta abdominalis atau arteria carotis, renalis dan femoralis).

3) Pusing, konfusi dan lelah. 4) Edema.

Adapun menurut Smeltzer & Bare (2015) tanda dan gejala yang dialami pasien hipertensi terdiri dari sebagai berikut :

1) Pemeriksaan fisik dapat mengungkap bahwa tidak ada abnormalitas lain selain tekanan darah tinggi.

(27)

spots), (infarksio kecil), dan papiledema dapat terlihat pada kasus hipertensi berat.

3) Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang berhubungan dengan sistem organ yang dialiri oleh pembuluh darah yang terganggu.

4) Penyakit arteri koroner dengan angina atau infark miokardium adalah dampak yang paling sering terjadi.

5) Hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi, berikutnya akan terjadi gagal jantung.

6) Perubahan patologis dapat terjadi di ginjal (nokturia dan peningkatan blood urea nitrogen (BUN) dan kadar kreatinin). 7) Dapat terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau attack

iskemik transien [TIA]). TIA yaitu perubahan dalam penglihatan atau kemampuan bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak, atau hemiplegia transien atau permanen. 6. Pemeriksaan penunjang

Menurut Aspiani (2015) pemeiksaan penunjang untuk penderita hiperensi yaitu :

a. Laboratorium

1) Albuminuria pada hipertensi karena kelainan parenkim ginjal. 2) Kreatinin serum dan blood urea natrium (BUN) meningkat pada

(28)

4) Kimia darah (kalium, natrium, kreatinin, gula darah).

Menurut Baradero dkk (2008) dalam pemeriksaan laboratorium ada tambahan yaitu :

a. Panel lipid untuk mengetahui adanya hiperlipidemia. b. EKG

1) Hipertrofi venrikel kiri. 2) Iskemia atau infark miokard. 3) Peninggian gelombang P. 4) Gangguan konduksi. c. Foto rontgen

1) Bentuk dan besar jantung abnormal dari iga pada koarktasi aorta. 2) Pembendungan, lebarnya paru.

3) Hipertrofi parenkim ginjal. 4) Hipertrofi vaskular ginjal. 7. Komplikasi

Hipertensi apabila tidak diobati atau di tanggulangi, maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut. Menurut Hasdianah & Suprapto (2014) komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut :

a. Jantung

(29)

kerja jantung akan meningkat, otot jantung akan mengendor dan berkurang elastisnya, yang disebut dekompensasi. Mengakibatkan jantung tidak mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak nafas atau oedema. Kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.

c. Ginjal

Tekanan darah tinggi menyebabkan kerusakan ginjal dan kerusakan system penyaringan di dalam ginjal, akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.

d. Mata

Pada mata hipertensi dapat megakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan.

8. Penatalaksanaan Hipertensi di rumah

(30)

melitus atau penderita penyakit ginjal kronis), kapanpun jika memungkinkan. Penatalaksanaan hipertensi terbagi menjadi dua yaitu farmakologis dan non - farmakologis.

a. Penatalaksanaan dengan non - farmakologis antara lain : 1) Pengaturan diet

Berbagai studi menunjukan bahwa diet dan pola hidup sehat dan atau dengan obat-obatan yang menurunkan gejala gagal jantung dan dapat memperbaiki keadaan hipertrofi ventrikel kiri.

Beberapa diet yang dianjurkan :

i. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi stimulasi sistem renin-angiotensin sehingga sangat berpotensi sebagai anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol atau setara dengan 3-6 gram per hari.

ii. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat menyebabkan vasodilatasi, yang percaya dimediasi oleh oksidanitrat pada dinding vaskular.

(31)

iv. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.

2) Penurunan berat badan

Mengatasi obesitas, pada sebagian orang, dengan cara menurunkan berat badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban kerja jantung dan volume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yang sangat efektif untuk menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu menjadi perhatian khusus karena umumnya obat penuruan berat badan yang terjual bebas mengandung simpatomimetik, sehingga dapat meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal jantung dan terjadinya eksa-serbasi aritmia.

3) Olahraga

(32)

menurunkan tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.

4) Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat

(33)

9. Pathway Hipertensi

Gambar 3. 2. Pathway Hipertensi

Faktor predisposisi

SUMBER: Modifikasi NANDA 2015, Friedman 2010, Yogintoro 2014

Beban kerja jantung Aktivitas saraf

Arteri tidak Tidak dapat diubah:

Usia , Jenis kelamin

Dapat diubah :

(34)

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi

Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian yang diberikan melalui praktik keperawatan kepada keluarga untuk membantu menyelesaikan masalah kesehatan keluarga tersebu dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan (Baylon dan Maglaya, 2007)

1. Pengkajian

Menurut Muwarni (2007), pengkajian adalah suatu tahapan dimana seseorang perawat mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga yang dibinanya. Sumber informasi dan tahapan pengkajian dapat menggunakan metode :

a. Wawancara keluarga. b. Observasi fasilitas rumah.

c. Pemeriksaan fisik dari anggota keluarga dari ujung rambut ke ujung kaki, pemeriksaan tekanan darah.

Pada proses pengkajian ada hal-hal yang perlu dikaji dalam keluarga diantaranya adalah :

a. Data umum

Dalam proses pengkajian keperawatan keluarga terhadap data umum keluarga meliputi :

1) Nama kepala keluarga (KK). 2) Alamat dan telepon.

(35)

5) Komposisi keluarga (Genogram). 6) Tipe keluarga

Menjelaskan mengenai jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah-masalah yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut. 7) Tipe bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga tersebut serta mengidentifikasi budaya suku bangsa tersebut terkait dengan kesehatan.

8) Agama

Mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta kepercayaan yang dapat mempengaruhi kesehatan.

9) Status sosial ekonomi keluarga

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan baik dari kepala keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

10) Aktivitas rekreasi keluarga

(36)

b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga 1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari keluarga inti.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Menjelaskan mengenai tugas perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan tersebut belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang meliputi riwayat penyakit keturunan, riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, perhatian terhadap pencegahan penyakit (status imunisasi), sumber pelayanan kesehatan yang biasa digunakan keluarga serta pengalaman-pengalaman terhadap pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Dijelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga dari pihak suami dan istri.

c. Pengkajian lingkungan 1) Karakteristik rumah

(37)

jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta denah rumah.

2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW

Menjelaskan mengenai karakteristik dari tetangga dan komunitas setempat, yang meliputi kebiasaan, lingkungan fisik, aturan atau kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas geografis keluarga

Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasan keluarga berpindah tempat.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

Menjelaskan mengenai waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada dan sejauh mana keluarga interaksinya dengan masyarakat.

5) Sistem pendukung keluarga

Yang termasuk pada sistem pendukung keluarga adalah jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas-fasilitas yang dimiliki keluarga untuk menunjang kesehatan. Fasilitas mencakup fasilitas fisik, fasilitas psikologis atau dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial atau dukungan dari masyarakat setempat.

d. Struktur keluarga

(38)

Menjelaskan mengenai cara berkomunikasi antar anggota keluarga.

2) Struktur kekuatan keluarga

Kemampuan anggota keluarga mengendalikan dan mempengaruhi orang lain untuk merubah perilaku.

3) Struktur peran

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga baik secara formal maupun informal.

4) Nilai atau norma keluarga

Menjelaskan mengenai nilai dan norma yang dianut oleh keluarga, yang berhubungan dengan kesehatan.

e. Fungsi keluarga 1) Fungsi afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota keluarga lainnya, bagaimana kehangatan tercipta pada anggota keluarga, dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai.

2) Fungsi sosialisasi

(39)

3) Fungsi perawatan kesehatan

Menjelaskan sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan serta merawat anggota keluarga yang sakit. Sejauh mana pengetahuan keluarga mengenai sehat-sakit. Kesanggupan keluarga di dalam melaksanakan perawatan kesehatan dapat dilihat dari kemampuan keluarga melaksanakan 5 tugas kesehatan keluarga, yaitu keluarga mampu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk melakukan tindakan, melakukan perawatan terhadap anggota keluarga yang sakit, menciptakan lingkungan yang dapat meningkatkan keehatan, dan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang terdapat di lingkungan setempat.

Hal-hal yang dikaji sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga adalah :

a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga mengetahui mengenai fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi pengertian, tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap masalah. b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan

(40)

(1) Sejauh mana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah.

(2) Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga.

(3) Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami.

(4) Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari tindakan penyakit.

(5) Apakah keluarga mempunyai sikap negatif terhadap masalah kesehatan.

(6) Apakah keluarga dapat menjangkau fasilitas kesehatan yang ada.

(7) Apakah keluarga kurang percaya terhadap tenaga kesehatan. (8) Apakah keluarga mendapat informasi yang salah terhadap

tindakan dalam mengatasi masalah.

c) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, yang perlu dikaji adalah :

(1) Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan penyakit (sifat, penyebaran, komplikasi prognosa, dan cara perawatannya). (2) Sejauh mana keluarga mengetahui tentang sikap dan

perkembangan perawatan yang dibutuhkan.

(41)

(4) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber yang ada dalam keluarga (anggota keluarga yang bertanggung jawab, sumber keuangan/financial, fasilitas fisik, psikososial). (5) Bagaimana sikap keluarga terhadap yang sakit.

d) Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat, hal yang perlu dikaji adalah :

(1) Sejauh mana keluarga mengetahui sumber-sumber keluarga yang dimiliki.

(2) Sejauh mana keluarga melihat keuntungan atau manfaat pemeliharaan lingkungan.

(3) Sejauh mana keluarga mengetahui pentingnya hygiene sanitasi.

(4) Sejauh mana keluarga mengetahui upaya pencegahan penyakit.

(5) Sejauh mana sikap/pandangan keluarga terhadap hygiene sanitasi.

(6) Sejauh mana kekompakan antar anggota keluarga.

e) Untuk mengetahui sejauhmana kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di masyarakat, hal yang perlu dikaji adalah :

(42)

(2) Sejauhmana keluarga memahami keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan.

(3) Sejauhmana tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan.

(4) Apakah keluarga mempunyai pengalaman yang kurang baik terhadap petugas kesehatan.

(5) Apakah fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga.

f. Fungsi reproduksi

Hal yang perlu dikaji mengenai fungsi reproduksi keluarga ada beberapa yaitu :

a) Berapa jumlah anak.

b) Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anggota keluarga. c) Metode apa yang digunakan keluarga dalam upaya

mengendalikan jumlah anggota keluarga. g. Fungsi ekonomi

(43)

h. Stres dan koping keluarga

a) Stresor jangka pendek dan panjang

Stresor jangka pendek yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu ± 6 bulan.Sedangkan stresor jangka panjang yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam waktu lebih dari 6 bulan.

b) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi/stressor

Hal yang perlu dikaji adalah sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi atau stresor.

c) Strategi koping yang digunakan

d) Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

e) Strategi adaptasi disfungsional

Dijelaskan mengenai strategi adaptasi disfungsional yang digunakan keluarga bila menghadapi permasalahan.

i. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga. Metode yang digunakan pada pemeriksaan fisik berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.

j. Harapan keluarga

(44)

2. Fokus Intervensi

Fokus intervensi berdasarkan Nursing Intervention Classification (NIC) sebagai berikut :

a. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan kurang mengenal terhadap masalah hipertensi

1) Keluarga mampu mengenal masalah : (5602) Pengajaran : proses penyakit

a) Berikan materi pendidikan sesuai dengan tingkat pendidikan kien

b) Diskusikan dengan keluarga tentang penyakit 2) Keluarga mampu mengambil keputusan mengenai masalah

klien

(5250) Dukungan dalam pengambilan keputusan a) Berikan informasi yang diminta klien b) Dukung keluarga membuat keputusan c) Buat harapan untuk mengambil keputusan 3) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit

hipertensi

(5618) Pengajaran: perawatan (1100) Manajemen nutrisi

a) Dukung pemberian perawatan

(45)

c) Diskusikan pemilihan jenis perawatan di rumah d) Ajarkan perawatan menu diet hipertensi

4) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat untuk klien mendapatkan pengobatan

(8100) rujukan

a) Tentukan apakah klien mempunyai pengetahuan yang memadai tentang kondisi kesehatan

b) Lakukan rujukan c) Lakukan konsultasi

b. Ketidakefektifan manajemen terapeutik regiment berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

1) Keluarga mampu mengenal masalah (5510) Pendidikan kesehatan

a) Berikan materi pendidikan sesuai dengan tingkat pengetahuan klien

b) Diskusikan dengan keluarga cara penanganan hipertensi di rumah

2) Keluarga mampu mengambil keputusan megenai masalah klien

(5250) Dukungan dalam membuat keputusan a) Berikan informasi yang diminta klien

(46)

c) Dukung keluarga membuat keputusan

3) keluarga mampu merawat anggota keluarga yang sakit hipertensi

(7140) Dukungan keluarga

a) Dorong keterlibatan keluarga secara tepat b) Pengelolaan latihan fisik yang tepat

c) Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga

d) Orientasikan keluarga terkait tatanan pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit atau klinik 4) Keluarga mampu memodifikasi lingkungan untuk

mencegah penyakit (4310) Terapi aktivitas

a) Bantu klien untuk memilih aktivitas yang konsisten dengan kemampuan fisik

b) Dorong aktivitas yang kreatif

c) Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang diinginkan

d) Demonstrasikan senam anti hipertensi

5) Keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan terdekat untuk klien mendapat pengobatan

(47)

a) Tentukan apakah klien mempunyai pengetahuan yang memadai tentang kondisi kesehatan

b) Tentukan sumber keuangan klien untuk pembayaran ke fasilitas kesehatan

c) Lakukan rujuk jika diperlukan

d) Diskusikan tentang manfaat fasilitas kesehatan :

puskesmas, rumah sakit, untuk membantu meningkatkan

derajat kesehatan.

3. Implementasi

Tindakan perawat untuk membantu kepentingan klien, keluarga dan komunitas dengan tujuan untuk meningkatkan kondisi fisik, emosional, psikososial, budaya dan lingkungan dimana mereka mencari bantuan. Tindakan keperawatan adalah implementasi/pelaksanaan dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing order untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

(48)

komunikasi terapeutik. Dalam pelaksanaan tindakan perlu melibatkan seluruh anggota keluarga dan selama tindakan perawat perlu memantau respon verbal dan nonverbal keluarga.

Tindakan keperawatan keluarga mencakup :

a. Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikanin informasi dan memberikan kebutuhan dan harapan tentang kesehatan.

b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan cara mengidentifikasi konsekuensi tidak melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber sumber yang dimiliki keluarga, dan mengidentifikasi tentang konsekuensi tipe tindakan.

c. Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit, dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan alat dan fasilitas yang ada di rumah, dan mengawasi keluarga melakukan perawatan.

d. Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan keluarga dan melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin.

(49)

tetap mengumpulkan data baru, seperti respon klien terhadap tindakan atau situasi yang berganti dan perubahan-perubahan situasi. Yang harus menjadi perhatian adalah pada keadaan ini perawat harus fleksibel dalam menerapkan tindakan. Beberapa kendala yang sering terjadi dalam implementasi adalah ide yang tidak mungkin, pandangan negatif terhadap keluarga, kurang perhatian terhadap kekuatan dan sumber-sumber yang dimiliki keluarga serta penyalahgunaan budaya atau gender.

4. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Meskipun tahap evalusi diletakkan pada akhir proses keperawatan, evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.

Adapun proses keperawatan yang dilakukan seperti: a. Mengukur pencapaian tujuan klien

1) Kognitif (pengetahuan)

Untuk mengukur kemampuan klien, setelah klien diajarkan tehnik-tehnik perawatan tertentu.

2) Affektif (status emosional)

Cenderung kepenilaian subyektif yang sangat sulit diukur. 3) Psikomotor.

(50)

b. Penentuan keputusan pada tahap evaluasi

Gambar

Tabel 3. 1
Gambar 3. 1. anatomi jantung
Gambar 3. 2. Pathway Hipertensi

Referensi

Dokumen terkait

yang menderiata diabetes melitus. Tujuan Umum : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 minggu diharapkan keluarga dapat mencegah terjadinya ulkus. Tujuan Khusus 1

- Identifikasi bersama klien cara tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi. - Diskusikan manfaat yang dilakukan klien dan beri pujian kepada klien. - Diskusikan cara

keluarga dengan gastritis. 2) Beri pujian atas jawaban keluarga yang benar. Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan gastritis,. antara

7) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.. Masalah kesehatan keluarga pada tahap ini yaitu :. 1) Masalah kesehatan fisik: penyakit menular, jatuh, luka

Keluarga merupakan kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyaiperan masing-masing yang merupakan bagian

v. Diskusikan dengan klien keluarga tentang dosis, frekuensi dan manfaat obat. Anjurkan klien minta obat sendiri pada perawat dan merasakan manfaat. Anjurkan klien bicara minta

TUK VI : Klien dapat memberdayakan sistem pendukung yang ada atau keluarga mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan dengan orang lain. Kriteria

Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat