• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga - Sukiswan BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluarga 1. Pengertian Keluarga - Sukiswan BAB II"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluarga

1. Pengertian Keluarga

Keluarga menurut Friedman (1998), merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah.

Keluarga menurut Whall (1986), sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau tidak memiliki hubungan darah atau hubungan yang mencirikan orang tersebut kedalam satu keluarga.

Burgess (dalam Duval dan Agus Citra D. 2008), memberi pandangan tentang definisi keluarga yang berorientaskan kepada tradisi, yaitu:

a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

b. Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

(2)

suami-istri, peran sebagai ayah dan ibu, peran sebagai anak laki-laki dan anak perempuan.

d. Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu : kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

2. Fungsi Keluarga.

Fungsi Keluarga menurut Friedman ( 1986 ) adalah: a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif adalah fungsi internal keluarga sebagai dasar kekuatan keluarga. Didalamnya terkait dengan saling mengasihi, saling mendukung dan saling menghargai antar anggota keluarga.

b. Fungsi Sosialisasi.

Fungsi sosialisasi adalah fungsi yang mengembangkan proses interaksi dalam keluarga. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi.

c. Fungsi Reproduksi.

Fungsi reproduksi adalah fungsi keluarga untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya manusia.

d. Fungsi Ekonomi.

(3)

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

1) Kemampuan keluarga mengenal masalah.

2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan dalam mengatasi masalah.

3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. 4) Kemampuan keluarga memodifikasi lingkungan yang sehat. 5) Kemampuan keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan.

3. Tipe dan Bentuk Keluarga.

Menurut Sussman ( 1974 ) dan Maclin ( 1988 ). a. Keluarga Tradisional

1) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. 2) Pasangan inti adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri saja. 3) Keluarga dengan orang tua tunggal: satu orang yang mengepalai

keluarga sebagai konsekuensi perceraian. 4) Bujangan yang tinggal sendirian.

5) Keluarga besar tiga generasi.

6) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lansia. 7) Pasangn keluarga besar.

b. Keluarga Non Tradisional.

1) Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah. 2) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah.

(4)

5) Keluarga komuni: kerluarga dengan lebih satu pasangan monogamy dengan anak-anak yang secara bersama-sama menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pasangan yang sama. Menurut Anderson Carter

a. Keluarga inti (nuclear family), keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak.

b. Keluarga besar (ekstended family), keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

c. Keluarga berantai (sereal family), keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

d. Keluarga duda / janda (single family), keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.

e. Keluarga berkomposisi, keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

f. Keluarga kabitas, dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.

4. Tahap dan Perkembangan Keluarga.

Tahap-tahap perkembangan keluarga menurut Duvall (2008), dikutip dari Santun Setiawan dan Agus Citra Dermawan, edisi ke 2: (2008)

(5)

a. Saling memuaskan antar pasangan.

b. Beradaptasi dengan keluarga besar dari masing-masing pihak. c. Merencanakan dengan matang jumlah anak.

d. Memperjelas peran masing-masing pasangan.

2. Tahap II Keluarga Dengan “Child Bearing” ( Kelahiran Anak Pertama) Dimulai saat ibu hamil sampai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai dengan anak pertama berusia 30 bulan.

Tugas Perkembangan:

a. Mempersiapkan biaya persalinan.

b. Mempersiakan calon mental orang tua dan mempersiapkan berbagai kebutuhan anak.

c. Memberi kasih sayang.

d. Pasangan kembali melakukan adaptasi karena kehadiran anggota keluarga termasuk siklus hubungan seks.

e. Mempertahankan hubungan dalam rangka memuaskan pasangan. 3. Tahap III Keluarga Dengan Anak Prasekolah.

Dimulai saat anak pertama berusia 2.5 tahun dan berakhir saat anak berusia 5 tahun.

Tugas Perkembangan:

a. Menanamkan nilai-nilai dan norma kehidupan. b. Mulai menanamkan keyakinan beragama. c. Mengenalkan kultur keluarga.

(6)

e. Membantu anak dalam bersosialisasi dengan lingkungan sekitar. f. Menanamkan tanggung jawab dalam lingkup kecil.

4. Tahap IV Tahap Keluarga Dengan Anak Usia Sekolah.

Dimulai saat anak pertama berusia 6 tahun dan berakhir saat anak berusia 12 tahun.

Tugas Perkembangan:

a. Memenuhi kebutuhan anak baik alat-alat sekolah maupun biaya sekolah.

b. Membiasakan belajar teratur.

c. Memperhatikan anak saat menyelesaikan tugas-tugas sekolah. d. Mempertahankan keintiman pasangan.

e. Membantu anak dalam bersosialisasi lebih luas dengan lingkungan sekitar.

5. Tahap V Keluarga Dengan Anak Remaja.

Dimulai saat anak pertama berusia 13 tahun dan berakhir saat anak berusia 19-20 tahun. Keluarga dengan anak remaja berada dalam posisi dilematis, mengingat anak sudah mulai menurun perhatiannya terhadap orang tua dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada tahapan ini sering kali ditemukan perbedaan pendapat antara orang tua dan anak remaja.

Tugas Perkembangan:

(7)

b. Bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah ataupun kegiatan diluar sekolah.

c. Memberi kebebasan dalam batasan tanggung jawab.

d. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang tua. 6. Tahap VI Keluarga Dengan Melepas Anak Ke Masyarakat.

Remaja yang akan beranjak dewasa harus sudah siap meninggalkan orang tua untuk memulai hidup baru, bekerja dan berusaha.

Tahap Perkembangan:

a. Mempertahankan keintiman pasangan. b. Membantu anak untuk mandiri. c. Mempertahankan komunikasi.

d. Memperluas hubungan keluarga antar orang tua dengan menantu. e. Menata kembali peran dan fungsi keluarga setelah ditinggalkan

anak-anak

7. Tahap VII Keluarga Dengan Usia Pertengahan. Tugas Perkembangan:

a. Menjaga keintiman pasangan.

b. Merencanakan kegiatan yang akan datang.

c. Tetap menjaga komunikasi dengan anak-anak dan cucu. d. Mempertahankan kesehatan masing-masing pasangan. 8. Tahap VIII Keluarga Dengan Tahapan Masa Tua.

(8)

Tugas Perkembangan:

a. Saling memberi perhatian yang menyenangkan antar pasangan. b. Memperhatikan kesehatan pasangan.

c. Merencanakan kegiatan untuk mengisi waktu tua seperti dengan berolahraga, berkebun dan mengasuh cucu.

5. Struktur Keluarga

Struktur keluarga menurut Nasrul Effendy ( 1998: 32 ) dibagi menjadi lima.

a. Patrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan ini disusun melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal, adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan ini disusun melalui garis ibu.

c. Patrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dengan suami.

d. Matrilokal, adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah dengan istri.

(9)

6. Struktur Peran Keluarga.

Peran formal terdapat dalam keluarga sperti mencari nafkah, ibu rumah tangga, supir, manajer dan lain-lain, tukang masak.

sedangkan peran informal bersifat implisit biasanya tidak tampak kepermukaan dan dimainkan hanya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individual dan untuk menjagakeseimbangan dalam keluarga seperti : sebagai pendorong, pengharmonis, pendamai, penghalang, penyalah, pengikut, pencari pengangkutan, atau sahabat.

7. Proses dan Strategi Koping Keluarga.

a. Stressor-stressor yang dialami oleh keluarga yang berkaitan dengan ekonomi dan sosialnya, apakah keluarga bisa memastikan lamanya dan kekuatan dari stressor-stressor yang dialami oleh keluarga, apakah keluarga dapat mengatasi stressor dan ketegangan setiap hari.

b. Apakah keluarga mampu bertindak berdasarkan penelitian yang objektif dan realistis terhadap situasi yang mengandung stress.

c. Bagaimana keluarga bereaksi terhadap situasi yang penuh dengan stress, strategi koping yang bagaimana yang diambil oleh keluarga, apakah anggota keluarga mempunyai koping yang berbeda-beda, koping eksternal dan internal yang diajarkan apakah anggota keluarga berbeda-beda dalam cara-cara koping. Strategi koping eksternal keluarga: kelompok kepercayaan keluarga, penggunaan humor, self evaluasi, penggunaan ungkapan, pengontrolan keluarga terhadap

(10)

Strategi koping internal: mencari informasi, memelihara hubungan dengan berkomunikasi, mencari dukungan sosial.

B. Masalah Kesehatan

1. Pengertian

Hipertensi adalah suatu tekanan darah tinggi yang lebih dari 140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahan mempunyai rentang dari tekanan darah (tidak) normal tinggi sampai hipertensi maligna.Doengoes (1999 )

Hipertensi adalah suatu peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang tidak normal. Batas yang tepat dari kelainan ini tidak pasti, nilai yang dapat diterima berbeda sesuai dengan usia dan jenis kelamin. Namun umumnya, sistolik berkisar antara 140-160 mmHg dan diastolik antara 90-85 mmHg dianggap merupakan garis batas hipertensi. ( Prince & Wilson. 1995 ).

Menurut WHO batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg dan tekanan darah sama dengan atau diatas 190/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.

(11)

2. Anatomi dan Fisiologi

Jantung terletak dalam mediastinum di rongga dada, yaitu di antara paru-paru. Perikardium yang meliputi jantung terdiri dari dua lapisan: lapisan dalam disebut perikardium viseralis dan lapisan luar disebut perikardium parietalis. Jantung sendiri terdiri dari tiga lapisan. Lapisan terluar disebut epikardium, lapisan tengah merupakan lapisan otot yang disebut miokardium, sedangkan lapisan terdalam yaitu lapisan endotel disebut endokardium.

Gambar II. 1 Anatomi Jantung

(12)

3. Etiologi

Menurut Mansjoer (1998) penyebab hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya disebut juga hipetensi idiopatik. Faktor yang mempengaruhi adalah system genetik, system rennin angiotensin, efek dalam sekresi Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko seperti obesitas, alkohol, merokok, dan polisitemia

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal, penyebab spesifikasinya diketahui seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal hipertensi vaskuler renal, hiperaldosteroisme primer dan sindrom cushing, phecytoma, coarstasto aorta, hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan.

Faktor pendukung menurut Sarwono & Waspadji (1998)  Kegemukan

 Riwayat keturunan  Usia

 Merokok  Jenis kelamin  Alkohol

(13)

 Konsumsi tinggi sodium  Emosi / stress

Klasifikasi Hipertensi

Klasifikasi tekanan darah menurut WHO/ISH adalah klasifikasi yang digunakan oleh perhimpunan Nefrologi Indonesia ( pernefri )

Tabel 2.1 Klasifikasi WHO / ISH

Klasifikasi Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normotensi < 140 < 90

Hipertensi ringan 140-159 90-104

Hipertensi sedang 160-180 105-114

Hipertensi berat > 180 > 115

Hipertensi sistolik terisolaso > 190 < 90

4. Patofisiologi

(14)

Dilatasi atau konstriksi anteriole dapat dikendalikan oleh bebagai mekanisme, terutama stimulus pada system syaraf simpatis dan pengaktifan system angiotensin.

Rangsangan pada system syaraf simpatis (seperti oleh stressor), berdampak dari keluarnya Nonepinephrine dan Epinephrine. Nonepinephrine dan Epinephrine membuat pembuluh darah berkontraksi dan meningkatkan resistensi perifer. Epinephrine meningkatkan tenaga kontraksi kardinal sambil menyempitkan saluran yang berdampak pada tekanan darah menjadi meningkat (Long, 1996).

Cara hidup yang kurang gerak dan tegangan psikososial pada masa kini menjadi salah satu faktor. Resonman dan Friedman telah mempopulerkan hubungan yang menarik anatara apa yang dikenal sebagai pola tingkah laku tipe A dengan aterogenesis yang dipercepat. Kepribadian yang termasuk dalam tipe A adalah mereka yang mempersiapkan persaingan yang kuat, ambisius, agresif dan merasa diburu waktu. Sudah diketahui bahwa stress menyebabkan pelepasan katekolamine. Walau masih dipertanyakan apakah strees memang bersifat ateroganik apa hanya mempercepat serangan jantung ( Prince & Wilson, 1995 )

(15)

darah. Maka sekreksi aldosteron akan meningkat dan menyebabkan retensi natrium yang dapat mempengaruhi hipertensi (Black & Matassarin, 1997).

5. Tanda dan Gejala

Menurut Sarwono dan Waspadji (1997) peningkatan tekanan darah kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala. Bila demikian gejala baru muncul setelah terjadi komplikasi pada ginjal, mata, otak dan jantung. Dan gejala lain yang sering ditemukan dalah:

 Sakit kepala

 Epitaksis ( mimisan )  Mudah marah  Teling berdengung

 Leher terasa kaku ( cengeng )  Susah tidur

 Mata berkunang-kunang  Pusing dan mudah lelah

6. Penatalaksanaan

(16)

Beberapa cara hidup yang sehat untuk mencegah penyakit hipertensi: a. Menurunkan berat badan jika mengalami kelebihan dengan cara

mengurangi kalori dan berolahraga. b. Meningkatkan olahraga aerobik c. Mengurangi konsumsi garam

d. Mempertahankan konsumsi kalium dalam jumlah yang cukup. e. Mengurangi konsumsi lemak jenuh.

f. Mengurangi konsumsi kolesterol untuk kesehatan jantung. g. Tidak merokok.

(17)
(18)

8. Fokus Intervensi

1. Diagnosa Keperawatan

Dx 1 : Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi. Dx 2 : Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan

ketidakmampuan keluarga mengenal anggota keluarga dengan masalah hipertensi.

Dx3 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam mengenal anggota keluarga dengan masalah hipertensi.

Dx4 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi.

2. Fokus Intervensi

Dx 1 : Nyeri kronis berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi.

Tujuan

Setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali petemuan gangguan rasa nyaman. nyeri dapat teratasi.

Kriteria Hasil:

(19)

Intervensi:

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi. 1) Jelaskan pada keluarga mengenai nyeri.

2) Diskusikan dengan keluarga tentang penyebab rasa nyeri. 3) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan pada

keluarga.

4) Berikan reinforcemen positif pada keluarga atas jawaban yang benar.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan dengan masalah kesehatan hiprtensi.

1) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dan tindakan tentang nyeri kepala.

2) Motivasi keluaraga untuk mengambil keputusan untuk menangani nyeri kepala.

3) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan. 4) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi.

1) Diskusikan dengan keluarga cara perawatan pada anggota keluarga dengan nyeri kepala.

(20)

d. Ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan masalah hipertensi.

1) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang aman bagi penderita hipertensi

2) Motifasi keluarga untuk mengatur pola makan bagi anggota keluarga yang mengalami nyeri kepala..

3) Motivasi kembali agar keluarga menerangkan kembali penjelasan yang telah disampaikan.

4) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar

e. Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan pelayanan fasilitas kesehatan.

1) Diskusikan dengan keluarga tempat-tempat pelayanan kesehatan yang ada.

2) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan serta menyarankan supaya datang kepelayanan kesehatan bila ada anggota keluarga yang sakit.

3) Evalusi kembali tentang manfaat pelayanan fasilitas kesehatan yang ada.

4) Beri reinforcement positif atas tindakan keluarga yang sudah benar.

(21)

Tujuan:

Setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali petemuan tidak terjadi kerusakan perfusi serebral.

Kriteria Hasil:

Keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi.

Intervensi:

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan. 1) Jelaskan mengenai pengertian, tanda dan gejala hipertensi. 2) Beri kesempatan pada pasien dan keluarga untuk bertanya dan

menjawab pertanyaan.

3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang tepat.

1) Jelaskan mengenai tindakan yang tepat supaya tidak terjadi hipertensi.

2) Jelaskan mengenai penanganan hipertensi menggunakan obat anti hipertensi.

3) Beri pengertian pada pasien untuk supaya tidak terlalu banyak pikiran

(22)

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit. 1) Jelaskan pada keluarga tentang cara perawatan hipertensi. 2) Anjurkan pada keluarga untuk mengidentifikasi cara perubahan

gaya hidup yang tepat supaya dapat mengurangi faktor hipertensi.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam dalam memelihara rumah yang sehat.

1) Jelaskan pada keluarga untuk mengurangi ketegangan atau emosi yang dapat meningkatkan tekanan darah.

2) Anjurkan pada keluarga untuk memotifikasi gaya hidup untuk mengatasi hipertensi dengan menggunakan sumber-sumber yang ada dalamkeluarga.

3) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan.

e. Ketidakmampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan dimasyarakat.

1) Jelaskan pada keluarga tentang pentingnya memeriksakan diri pada pasien hipertensi.

2) Anjurkan untuk memeriksakan diri kefasilitas kesehatan secara teratur untuk memonitor tekanan darah.

(23)

Dx3 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi

Tujuan

Setelah dilakukan pertemuan selama 3 kali pertemuan, intoleransi aktifitas dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

Keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi.

Intervensi :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi. 1) Jelaskan pada keluarga tentang pengertian istiharat. 2) Motivasi keluarga untuk mengulang pengertia istirahat. 3) Beri reinforcement atas jawaban yang benar.

b. Ketidakmampuan keluarga dalam mengatasi masalah dengan hipertensi.

1) Motivasi keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengatasi intoleransi aktifitas.

2) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.

c. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi.

(24)

2) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan. 3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan untuk anggota keluarga dengan masalah hipertensi.

1) Diskusikan dengan keluarga bagaimana lingkungan yang sehat.

2) Motivasi keluarga untuk menjaga pola makan. 3) Evaluasi kembali penjelasan yang telah disampaikan. 4) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.

e. Ketidakmampuan keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan.

1) Diskusikan dengan keluarga tempat pelayanan kesehatan yang ada.

2) Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan dan datang bila ada anggota keluarga yang sakit. 3) Evaluasi kembali tentang manfaat pelayanan kesehatan yang

ada.

Dx4 : Gangguan pola tidur berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan masalah hipertensi.

Tujuan :

(25)

Kriteria Hasil :

Keluarga dan penderita mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan hipertensi.

Intervensi :

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah.

1) Diskusikan dengan keluarga tentang pengertian relaksasi. 2) Motivasi keluarga untuk mengulang pengertian relaksasi. 3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.

b. Ketidakmampuan keluarga dalam mengambil keputusan untuk mengatasi gangguan pola istirahat.

1) Diskusikan dengan keluarga dalam mengambil keputusan dantindakan yang tepat.

2) Ajak keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat. 3) Beri reinforcement positif atas jawaban yang benar.

c. Ketidakmampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara relaksasi.

1) Diskusikan dengan keluarga untuk menyebutkan teknik relaksasi nafas dalam.

(26)

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan untuk menangani penyakit.

1) Jelaskan pada keluarga cara memodifikasi lingkungan untuk penderita hipertensi.

2) Evaluasi kembali untuk menyebutkan penjelasan yang telah disampaikan.

3) Beri reinforcement positif.

e. Ketidakmampuam keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

1) Diskusikan dengan keluarga tentang tempat pelayanan kesehatan yang ada.

2) Tanyakan fasilitas kesehatan yang ada.

Gambar

Gambar II. 1 Anatomi Jantung
Tabel 2.1 Klasifikasi WHO / ISH

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan : Masalah kesehatan yang muncul pada keluarga Tn.S akibat ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit, ketidakmampuan keluarga

Kesimpulan: Masalah kesehatan yang muncul pada keluarga Tn.E akibat ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan ketidakmampuan keluarga mengenal

penjelasan yang telah disampaikan. 4) Beri reinforcment positif jika jawaban benar. Ketidakmampuan keluarga menfaatkan fasilitas kesehatan.. 1) Diskusikan dengan keluarga tempat –

salah terhadap tindakan dalam mengatasi masalah. 3) Melakukan perawatan dirumah bagi anggota keluarga yang sakit.. untuk mengetahui sejauh mana

Proses keperawatan keluarga adalah metode ilmiah yang digunakan secara sistematis untuk mengkaji dan menentukan masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, merencanakan

S akibat ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan penyakit stroke, sehingga

K akibat ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit dan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan penyakit stroke, sehingga menyebabkan

Tujuan keperawatan keluarga yaitu keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah defisit perawatan diri. Untuk memantau kemampuan pasien