• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian - YULIYANTI BUDIHASTUTI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian - YULIYANTI BUDIHASTUTI BAB II"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu yang nyata tanpa stimulus

atau rangsangan dari luar ( eksternal ). ( Stuart and Sunden, 1998 )

Halusinasi adalah keadaan dimana individu atau keluarga mengalami

berbagai gangguan dalam interpestasi stimulus yang datang (Carpenito, 2007).

Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seorang mengalami suatu perubahan dalam jumlah stimulus baik dimulai dari internal atau eksternal

yang dihubungkan dengan suatu kekurangan berlebih-lebihan, distorsi / kegagalan dalam berespon pada setiap stimulus ( Townsend.M, C, 1998 ).

Dari pengertian di atas penulis menyimpulkan bahwa halusinasi merupakan keadaan dimana seorang mengalami perubahan dalam jumlah dan stimulus yang mendadak disertai dengan pengurangan berlebih-lebihan, distori

atau kelainan berespon terhadap stimulus dimana seseorang yang mengalami gangguan, penglihatan, pendengaran / rangsangan dari otak yang

menyebabkan seseorang tersebut melihat atau bayang-bayang atau suara-suara yang sebenarnya tidak ada dan orang lain pun tidak dapat melihat atau

(2)

B. Tahap – Tahap Halusinasi

1. Tahap I : menenangkan,ancietas tingkat sedang.Sedangkan secara umum

menyenangkan.

Karakteristik : Merasa bersalah dan takut serta mencoba memusatkan pada penenangan pikiran untuk mengurangi ancietas. Individu mengetahui

bahwa pikiran dan sensori yang dialaminya dapat dikendalikan dan bisa diatasi (non psikotik).

Perilaku klien yang diamati :

a. Menyeringai / tertawa yang tidak sesuai

b. Menggerakan bibirnya tanpa menibulkan suara

c. Respon verbal yang lamban

d. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasikan

2. Tahap II : menyalahkan, ancietas tingkat berat. Halusinasi menjijikan. Karakteristik : penalaman sensori bersifat menjijikan dan menakutkan, orang yang berhalusinasi mulai merasa kehilangan kendali,mungkin merasa

malu karena pengalaman sensorinya dan menarik diri dari orang lain (non psikotik ).

Perilaku klien yang diamati :

a. Peningkatan TTV yang menunjukan ancietas/cemas, misalnya peningkatan nadi, TD dan pernafasan .

(3)

c. Dipenuhi dengan pengalaman sensori,mungkin kehilangan

kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dan realita.

3. Tahap III : pengendalian, ancietas tingkat berat. Pengalaman sensori

menjadi penguasa.

Karakteristik : orang yang berhalusinasi menyerah untuk melawan penalaman halusinasi dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Isi

halusinasi dapat berupa permohonan, individu mungkin mengalami kesepian jika penalaman tersebut berakhir (psikotik).

Perilaku klien yang diamati :

a. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada menolak.

b. Kesulitan berhubungan dengan oranglain.

c. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik,gejala fisik dari

ancietas berat seperti : berkeringat, tremor, ketidak mampun mengikuti petunjuk.

4. Tahap IV: menakutkan, ancietas tingkat panik. Secara umum halusinasi

menjadi lebih rumit dan saling terkait dengan delusi.

Karakteristik : pengalaman sensori mungkin menakutkan jika individu

tidak mengikuti perintah, halusinasi biasa berlangsung dalam beberapa jam atau hari apabila tidak diintervensi terapeutik (psikotik).

Perilaku klien yang diamati :

a. Perilaku menyerang – terror seperti panik

(4)

c. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti: amuk,

agitasi, menarik diri.

d. Tidak dapat berespon terhadap petunjuk yang komlek.

e. Tidak dapat berespon terhadap lebih dari 1 orang.

C. Rentang Respon

Perilaku yang berhubungan dengan masalah yang berkaitan dengan skizofrenia sering disebut sebagai difisit kognitif prilaku ini termasuk

masalah-masalah semua aspek ingatan, perhatian, bentuk dan jumlah ucapan, pengambilan keputuan dan delusi prilaku yang berkaitan dengan

masalah dapat dilihat pada gambar II.I (Stuart dan sundeen, 2006)

Gambar II.I. Rentang respon Neurobiologi

Respon Adaptif Respon Mal Adaptif

a.Pikiran Logis b.Persepsi adekuat

c.Emosi konsisten d.Perilaku sesuai

e.Hubungan sosial yang baik.

a. Pikiran kadang menyimpang b. Ilusi

c. Reaksi emosional berlebihan atau kurang

d. Perilaku tidak lazim e. Menarik diri

a.Kelainan pikiran / Delusi

(5)

D. Etiologi

1. Faktor Predisposisi

Berbagai teori telah diajukan untuk menjelaskan gangguan alam

perasaan yang pernah teori dan modal berikut ini menunjukan rental faktor-faktor penyebab yang mungkin bekerja sendiri atau dalam

kombinasi.(Depkes 2000)

Faktor genetik

Dianggap mempengaruhi tranmisi gangguan efektif melalui riwayat

keluarga dan keturunan.

Faktor skikologis

Teori psikodinamik untuk terjadinya respon neurobiologist yang

maladaptif belum didukung oleh penelitian. Teori psikologis terdahulu menyalakan keluarganya sebagai penyebab gangguan ini akibatnya,

kepercayan keluarga terhadap tenaga kesehatan jiwa menurun.

Faktor social budaya

Gangguan jiwa yang menumpuk dapat menunjang skizofrenia dan

gangguan psikotik lain, tetapi tidak di yakini sebagi penyebeb utama gangguan.

2. Faktor Presipitasi

(6)

Stres dan kecemesan akan meningkat bila tejadi penurunan, stabilitas

keluarga dengan orang peting atau diasingkan dari kelompok.

Faktor psikologik

Intensitas ansietas yang ekstrim dan merangsang disertai keterbatasan kemampuan mengatasi masalah atas mamungkinkan perkembangan gangguan orientasi realitas individu akan mengembangkan koping unuk

menghindari kenyataan yang menyenangkan.

Faktor biokimia

Berbagai penelitian tentang doping, neropinaprin, indolmin, zat halusigenik, diduga berkaitan dengan gangguan orientasi realitas.

E. Jenis - jenis Halusinasi

Adapun jenis-jenis halusinasi di bagi menjadi 8 jenis (yosep 1,2007):

1. Halusinasi pendengran (auditif,akustik)

Paling sering di jumpai dapat berupa bunyi mendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti, tetapi lebih sering terdengar sebagai

sebuah kata atau kalimat yang bermakna. Biasanya suara tersebut di tunjukan pada penderita sehingga tidak jarang penderita bertengkar dan

(7)

Suara biasanya menyenangkan, Menyuruh berbuat baik, tetapi dapat pula

ancaman, mengejek, memaki bahkan sampai menyuruh membunuh.

2. Halusinasi Penglihatan (visual,optik)

Lebih sering terjadi pada keadaan delirium (penyakit organik). Biasanya sering muncul bersamaan dengan penurunan kesadaran,

menimbulkan rasa takut akibat gambaran-gambaran yang mengerikan.

3. Halusinasi Penciuman (olfaktorik)

Halusinasi ini biasanya berupa mencium bau tertentu dan dirasakan

tidak enak, melambang rasa bersalah dari penderita. Bau dilambangkan sebagai pengalaman yang dianggap penderita suatu moral.

4. Halusinasi Raba (taktil)

Merasa diraba, disentuh, diraba yang bergerak kebawah kulit. Terutama pada skizofrenia.

5. Halusinasi Pengecapan (Gutatorik)

Walaupun jarang terjadi biasanya bersama pada halusinasi penciuman,

penderita mengecap sesuatu.

6. Halusinasi seksual

Penderita merasa diraba dan diperkosa, sering pada skizofrenia dengan

(8)

7. Halusinasi kinestik

Penderita merasa badannya bergerak-gerak dalam suatu ruang atau anggota badannya yang bergerak-gerak.

8. Halusinasi viseral

Timbul perasaan tertentu didalam tubuhnya.

F. Psikopatologi

Individu yang mengalami halusinasi sering kali beranggapan

sumber/penyebab halusinasi itu berasal dari lingkungannya. Padahal rangsangan primer adalah kebutuhan perlindungan diri secara psikologik terhadap kejadian traumatik berhubungan dengan rasa bersalah, marah,

kesepian, dan takut ditinggal orang yang dicintai, tidak dapat dikatakan segala sesuatu yang dapat mengancam harga diri ( self esteem ) dan kebutuhan

keluarga dapat meningkatkan kecemasan. Gejala dengan meningkatnya kecemasan, kemampuan memisahkan dan mengatur persepsi mengenai perbedaan apa yang diartikan berbeda dengan proses rasionalisasi tidak efektif

lagi, hal ini menyebabkan lebih sukar lagi membedakan mana yang berasal dari pikiran sendiri dan dari lingkungan. Dalam hal ini faktor genetik /

(9)

Gambar II.2 Patopsikologis

Model adaptasi stress berhubungan dengan respon Neurobiologis Faktor Predisposisi

b. Persepsi Tepat / Akurat c. Emosi konsisten

d. Interaksi Sosial Harmonis

a. Proses Pikir Terganggu b. Ilusi

c. Perilaku tidak Biasa d. Menarik diri

a. Gangguan Proses Pikir b. Halusinasi

c. Kerusakan Proses Pikir d. Isolasi sosial

(Stuart dan Laraira, 1998)

G. Tanda dan Gejala

Gejala Halusinasi menurut( Depkes (2000):

(10)

menghindar dari orang lain, ketakutan, curiga, tidak mampu membedakan

khayalan dan kenyatan, ekspresi muka tegang, Menarik diri dari orang lain, sulit berhubungan dengan orang lain, menggerakan bibir tanpa suara.

H. Pohon Masalah

Gambar II.3 Pohon Masalah

Resiko menciderai diri, Orang lain dan lingkungan Akibat Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Masalah Utama

Isolasi Sosial Penyebab

(Kelliat, B. A, 2006)

I. Masalah keperawatan

1. Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan 2. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

3. Isolasi sosial

J. Diagnosa Perawatan

1. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi pendengaran 2. Isolasi Sosial

3. Resiko Mencederai Diri, Orang Lain dan Lingkungan

k. Fokus Intervensi

(11)

TUM : klien tidak mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan

TUK I: klien dapat membina hubungan saling percaya Kriteria Evaluasi :

a) Ekspresi wajah bersahabat b) menunjukan rasa senang c) mau menjawab salam

d) ada kontak mata,

e) mau berjabat tangan, mau menyebutkan nama

f) mau duduk berdampingan Intervensi :

a) membina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip

komunikasi terapetik.

b) Menyapa klien dengan ramah, baik verbal maupun non verbal.

c) Memperkenalkan diri dengan sopan

d) Menanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang disukai klien e) Jelaskan tujuan pertemuan

f) Jujur dan menepati janji

g) Menunjukan sikap simpati dan menerima klien apa adanya.

h) Memberikan perhatian kepada klien dan pertahankan perhatian kebutuhan dasar klien.

TUK II : klien dapat mengenal halusinasinya.

(12)

a) Klien dapat menyebutkan isi, waktu dan frekuensi timbulnya

halusinasi.

b) Klien dapat mengungkapkan perasaannya terhadap halusinasinya

Intervensi :

a) Adanya kontak mata sering dan singkat secara bertahap b) Observasi tingkah laku kloien terkait dengan halusinasinya

c) Bantu klien mengenali halusinasinya dengan cara :

1) Jika menemukan klien yang sedang berhalusinasi tanyakan apa

suara yang didengar

2) Jika klien menjawab pertanyaan lanjutkan pertanyaan 3) Katakan pada klien bahwa ada klien seperti dia.

d) Diskusikan dengan klien tentang :

1) Situasi yang menimbulkan / hendak menimbukan halusinasi

2) Waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi (pagi, siang, sore, dan malam,atau jika sedang sendiri, jengkel, sedih.)

e) Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi

(marah, takut, sedih, senang.) beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaannya.

TUK III : klien dapat mengontrol halusinasinya. Kriteria Evaluasi :

a) Klien dapat menyebutkan tindakan yang biasanya dilakukan untuk

(13)

b) Klien dapat menyebutkan cara yang biasa dilakukan jika halusinasinya

timbul.

c) Klien dapat menyebutkan cara mengatasi halusinasinya seperti yang

telah di diskusikan dengan perawat.

d) Klien dapat melakukan cara yang telah diajarkan perawat untuk mengontrol halusinasinya.

e) Klien dapat mengikuti terapi aktifitas kelompok

f) Bantu klien memilih dan melatih cara memutus halusinasi secara

bertahap yaitu : Mengambil air wudhu, sholat, atau membaca al-qur’an, membersihkan rumah

g) Mengikuti kegiatan olahraga

h) Mencari teman untuk mengobrol

i) Beri kesempatan untuk melaksanakan cara-cara yang sudah diajarkan

perawat

j) Anjurkan klien untuk mengikuti TAK Intervensi :

a) Identivikasi dengan klien tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasinya (tidur, marah, menyebutkan diri dan lain-lain)

b) Diskusikan cara yang baru untuk memutus /mengontrol halusinasinya. 1) Dengan cara “memejamkan mata dan menyumbat telinga sambil

berkata saya tidak mau mendengarkan kamu”/Menghardik.

(14)

3) Membuat jadwal kegiatan sehari-hari agar halusinasinya tidak

muncul

TUK IV : klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol

halusinasinya Kriteria Evaluasi :

a) Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

b) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk mengendalikan halusinasi

Intervensi :

a) Bina hubungan saling percaya dengan menyebutkan nama, tujuan pertemuan, dengan sopan dan ramah

b) Anjurkan klien menceritakan halusinasinya kepada keluarga c) Diskusikan dengan keluarga pada saat berkunjung tentang :

1) Pengertian halusinasi yang dialami oleh klien 2) Gejala halusinasi yang dialami oleh klien

3) Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk memutus

halusinasi

4) Cara merawat anggota keluarga yang berhalusinasi dirumah

misalnya, beri kegiatan dengan biarkan sendiri, makan bersama TUK V : klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

Kriteria Evaluasi :

(15)

b) Klien dapat mendemontrasikan penggunaan obat dengan benar

c) Klien dapat informasi tentang efek samping obat

d) Klien dapat menyebutkan prinsip 5 benar penggunaan obat

Intervensi :

a) Diskusikan dengan klien dan keluarga dosis dan frekuensi serta manfaat minum obat

b) Anjurakan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya

c) Anjurkan klien untuk bicara sendiri dengan dokter tentang manfaat dan efek samping obat

d) Diskusikan dengan klien tentang akibat berhenti minum obat dan

meminum obat tanpa resep dokter

e) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,

Gambar

Gambar II.I. Rentang respon Neurobiologi
Gambar II.2 Patopsikologis
Gambar II.3 Pohon Masalah

Referensi

Dokumen terkait

sahnya jual beli telah terpenuhi, untuk menjual kepada Pihak Kedua, yang --- berjanji dan mengikat diri untuk membeli dari Pihak Pertama: --- Sebidang tanah Hak Guna Bangunan Nomor

Dengan adanya hal tersebut anggota organisasi akan melakukan apapun untuk menyelesaikan tugasnya sehingga tujuan organisasi dapat tercapai, dan kompensasi merupakan

4.2.2 Peningkatan Ketrampilan Menceritakan Tooh Idola Dengan Model Jigsaw dan Media Video Biografi Tokoh Bermuatan Pendidikan Karakter Pada Siswa Kelas VII B MTs Tamrinus

Dari perhitungan hubungan tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Hubungan Antara Motivasi Kerja Karyawan Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga

Skripsi dengan judul “Karakteristik Personal, Lingkungan Organisasi, Karakteristik Pekerjaan, dan Kepuasan Kerja Pemeriksa (Studi Kasus pada Direktorat Jenderal Bea dan

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Jika produk uji dalam bentuk sediaan yang sama tetapi berbeda kekuatan, dan mempunyai proporsi zat aktif dan inaktif yang persis sama atau untuk zat aktif yang sangat

Dengan pemahaman yang demikian maka kehadiran suami – istri senantiasa diliputi oleh rasa syukur sebab bertumpu pada pengakuan bahwa karya Allah didalam Yesus