• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi L.) 1. Deskripsi dan klasifikasi tanaman - BAB II RIZQI FADHILAH FARMASI’13

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi L.) 1. Deskripsi dan klasifikasi tanaman - BAB II RIZQI FADHILAH FARMASI’13"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belimbing wuluh ( Averrhoa bilimbi L.) 1. Deskripsi dan klasifikasi tanaman

Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.) yang termasuk dalam famili Oxalidaceae. Tanaman ini dikenal dengan nama daerah limeng, selemeng,

beliembieng, blimbing buloh, limbi, libi, tukurela dan malibi. Nama asingnya bilimbi, cucumber tree dan kamias. Adapun, Klasifikasi ilmiah tanaman

belimbing wuluh adalah :

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh) Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan biji) Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil) Sub-kelas : Rosidae

Ordo : Geraniales

Familia : Oxalidaceae (suku belimbing-belimbingan) Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa bilimbi L.

(2)

2. Kandungan Kimia Daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Daun belimbing wuluh mengandung tanin, sulfur, asam format dan peroksida (Wijayakusuma dan Dalimarta, 2006). Senyawa peroksida yang dapat berpengaruh terhadap antipiretik, peroksida merupakan senyawa pengoksidasi dan kerjanya tergantung pada kemampuan pelepasan oksigen aktif dan reaksi ini mampu membunuh banyak mikroorganisme. Penelitian yang dilakukan oleh Lidyawati, dkk (2006) menunjukkan bahwa penapisan fitokimia menunjukkan bahwa simplisia dari ekstrak metanol daun belimbing wuluh mengandung flavonoid, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid.

Pada sel daun terdapat cairan vakuola yang terdapat dalam vakuola terutama terdiri dari air, namun didalamnya dapat terlarut berbagai zat seperti gula, berbagai garam, protein, alkaloida, zat penyamak atau tanin dan zat warna. Jumlah tanin dapat berubah-ubah sesuai dengan musim serta pigmen dalam vakuola adalah flavonoid (Hidayat, 1995).

3. Manfaat Daun Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Secara tradisional tanaman ini banyak dimanfaatkan mengatasi berbagai penyakit seperti batuk, diabetes, rematik, gondongan, sariawan, sakit gigi, gusi berdarah, jerawat sampai tekanan darah tinggi, selain itu juga bisa menyembuhkan kelumpuhan, memperbaiki fungsi pencernaan, radang rektum (Arland, 2006).

Daun belimbing wuluh digunakan masyarakat Aceh sebagai penyedap rasa yang disebut asam sunti, selain itu mereka juga menggunakan air belimbing wuluh yang diperoleh dari proses pembuatan asam sunti itu untuk bahan alternatif mengawetkan ikan dan daging.

(3)

dimanfaatkan sebagai obat sakit perut, rematik, perotitis dan obat batuk. Daun belimbing wuluh berkhasiat untuk mengurangi rasa sakit atau nyeri dan pembunuh kuman serta dapat menurunkan kadar gula darah (Arland, 2006). Daun belimbing wuluh dapat melancarkan pengeluaran empedu, anti radang, pereda nyeri (analgesik), astringen (Dalimarta, 2008).

B. Tanin

1. Deskripsi tanin

Tanin merupakan suatu nama deskriptif umum untuk satu grup substansi fenolik polimer yang mampu menyamak kulit atau mempresipitasi gelatin dari cairan, suatu sifat yang dikenal sebagai astringensia. Tanin ditemukan hampir di setiap bagian dari tanaman; kulit kayu, daun, buah, dan akar (Hagerman, 1998). Tanin dibentuk dengan kondensasi turunan flavan yang ditransportasikan ke jaringan kayu dari tanaman, tanin juga dibentuk dengan polimerisasi unit quinon. Secara menyeluruh senyawa tanin menurun selama proses pematangan dan pendewasaan. Senyawa tanin selalu mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan tanaman atau buah. Secara umum tanin mencapai kandungan tertinggi pada waktu masih muda dan menurun setelah tua (Winarno dan Aman, 1981).

2. Penggolongan tanin a. Tanin terhidrolisis

(4)

dalam bentuk kristal. Tanin terhidrolisis larut dalam pelarut organik yang polar, tetapi tidak larut dalam pelarut organik nonpolar (Robinson, 1995). b. Tanin terkondensasi

Tanin terkondensasi disebut juga golongan proantosianidin. Tanin terkondensasi atau flavolan secara biosintesis dapat dianggap terbentuk dengan cara kondensasi katekin tunggal (atau galokatekin) yang membentuk senyawa dimer dan oligomer yang lebih tinggi. Ikatan karbon-karbon menghubungkan satu satuan flavon dengan satuan berikutnya melalui ikatan 4-8 atau 6-8. Kebanyakan flavolan memiliki 2-20 satuan flavon. Nama lain dari tanin terkondensasi adalah proantosianidin karena bila direaksikan dengan asam panas, beberapa ikatan karbon-karbon penghubung satuan terputus dan dibebaskan monomer antosianidin. Kebanyakan proantosianidin adalah prosianidin, ini berarti bila direaksikan dengan asam akan menghasilkan sianidin (Harborne, 1987).

3. Identifikasi tanin

a. Identifikasi dengan Spektrofotometer UV-Vis

Spektrofotometer UV-Vis dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis senyawa tanin. Kedudukan gugus hidroksil fenol bebas pada inti tanin dapat ditentukan dengan menambahkan pereaksi geser ke dalam larutan cuplikan dan mengalami pergeseran puncak serapan yang terjadi. Metode ini secara tidak langsung juga berguna untuk menentukan kedudukan gula atau metal yang terikat pada salah satu gugus hidroksil fenol. Pereaksi geser yang biasa digunakan adalah NaOMe/NaOH, NaOAc, NaOAc/H3BO3, AlCl3 dan AlCl3/HCl (Markham, 1988).

b. Identifikasi dengan Spektrofometer FTIR

(5)

fisik dan karakteristik yang khas, artinya senyawa yang berbeda akan mempunyai spektrum yang berbeda dan kemungkinan dua senyawa mempunyai spektrum sama adalah sangat kecil (Hayati, 2007).

c. Identifikasi dengan KLT

Yuliani (2003) memisahkan senyawa tanin dari 3 daun jambu biji yang berbeda dengan eluen toluen : etil asetat (3:1) dengan pendeteksi besi sulfat menghasilkan harga Rf untuk ekstrak I mempunyai 9 bercak dengan Rf mulai dari 0,23-0,94, ekstrak II mempunyai 9 bercak dengan Rf mulai dari 0,13-0,94, ekstrak III memberikan 5 bercak dengan Rf mulai dari 0,16-0,59.

Kromatografi lapis tipis dapat digunakan untuk tujuan kualitatif dan preparatif, KLT kualitatif digunakan untuk menganalisis senyawa-senyawa organik dalam jumlah kecil (misal menentukan jumlah kumpulan dalam campuran), menentukan pelarut yang tepat untuk pemisahan dengan KLT preparatif atau kromatografi kolom, dan juga untuk mengidentifikasi komponen penyusun campuran melalui perbandingan dengan senyawa yang diketahui strukturnya. Sedangkan KLT preparatifnya digunakan untuk memisahkan campuran senyawa dari sampel dalam jumlah yang besar berdasarkan fraksinya, yang selanjutnya fraksi-fraksi tersebut dikumpulkan dan digunakan untuk analisis berikutnya (Townshend, 1995).

C. Lotion

(6)

Lotion dimaksudkan untuk digunakan pada kulit sebagai pelindung atau untuk obat karena sifat bahan-bahanya. Kecairanya memungkinkan pemakaian yang merata dan cepat pada permukaan kulit yang luas. Lotion dimaksudkan segera kering pada kulit setelah pemakain dan meninggalkan lapisan tipis dari komponen obat pada permukaan kulit (Ansel, 1989).

Uji sifat fisik yang dapat dilakukan untuk lotion adalah uji pH, daya sebar, dan viskositas. Menurut Anief (1995) pH kulit mendekati pH netral yaitu berkisar antara 4,5-6,5, kesesuain nilai pH sediaan topikal dengan pH kulit mempengaruhi penerimaan kulit terhadap sediaan. Sediaan topikal yang ideal adalah tidak mengiritasi kulit (Anief, 1995). Untuk uji daya sebar, lotion yang baik harus mempunyai daya sebar yang cukup sehingga memudahkan aplikasinya pada kulit (Ameliana, et al., 2011). Dan untuk uji viskositas, makin tinggi viskositasnya maka semakin tinggi pula tahanannya (Voight, 1995).

D. Bakteri Staphylococcus aureus

Nama Staphylococcus aureus berasal dari kata ”Staphele” yang berarti kumpulan dari anggur dan kata ”Aureus” dalam bahasa latin yang berarti emas. Nama tersebut berdasarkan bentuk dari sel-sel bakteri yang berwarna keemasan.

Bakteri ini merupakan bakteri gram positif yang berbentuk bulat (cocus)

dengan ukuran diameter sekitar 1 μm dan tersusun dalam kelompok yang tidak

beraturan, tidak membentuk spora dan tidak bergerak. Sel-selnya terdapat dalam kelompok seperti buah anggur, akan tetapi pada biakkan cair mungkin terdapat secara terpisah (tunggal), berpasangan berbentuk tetrad (jumlahnya 4 sel) dan berbentuk rantai dan koloninya berwarna abu-abu sampai kuning emas tua (Jawetz, 1996).

Staphylococcus aureus menginfeksi manusia terutama pada membran

(7)

penahanan lokal. Infeksi ini antara lain, meningitis, endokarditis, perikarditis dan bisul. Infeksi yang disertai penanahan akan sembuh dengan cepat bila nanah dikeluarkan. Infeksi Staphylococcus aureus juga dapat disebabkan oleh kontaminasi langsung pada luka, misalnya pada infeksi luka pasca bedah atau infeksi setelah trauma (Jawetz, 1996).

E. Bakteri Pseudomonas aeruginosa

Pseudomonas aureginosa tersebar luas di alam dan biasanya terdapat di

lingkungan yang lembab di rumah sakit. Ciri khas Pseudomons aeruginosa bergerak dan berbentuk batang, berukuran 0,6 x 2 µm. Bakteri ini gram negatif dan terlihat sebagai bakteri tunggal, berpasangan, dan kadang-kadang membentuk rantai yang pendek. Tumbuh baik pada suhu 37°C-42°C. Pertumbuhan pada suhu 42° C membedakan spesies ini dari jenis lain. Bakteri ini adalah aerob obligat yang tumbuh dengan mudah pada banyak jenis pembenihan biakan, kadang-kadang menghasilkan bau yang manis menyerupai anggur membentuk koloni halus bulat dengan warna berfluoresensi kehijauan. Semua spesies Pseudomonas dapat tumbuh baik dalam sampel nutrient agar dan dalam kebanyakan media selektif seperti Eosin Methylen Blue (EMB) dan Mc Conkey Agar (Jawetz, 1996).

(8)

infeksi luka bakar di RSUD Dr. Saiful Anwar Malang selama periode 1998-2001.

F. Antibakteri dan Penentuan Aktivitas Antibakteri

Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan untuk kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya, yaitu antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel, antibakteri yang mengakibatkan perubahan permeabilitas membrane sel atau menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel, antibakteri yang menghambat sintesis protein, dan antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel. Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen) dan aktivitas bakterisidal (dapat membunuh patogen dalam kisaran luas) (Brook, et al., 2005).

Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan metode pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur diameter zona bening (clear zone) yang merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak. Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan/sensitivitas yaitu 105-108 CFU/mL (Hermawan, et al., 2007).

(9)

Referensi

Dokumen terkait

Kami adalah Peneliti berasal dari institusi jurusan program studi DIII Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong dengan ini meminta anda untuk

Walaupun dibuat oleh seorang Notaris, tetapi surat keterangan hak waris di Indonesia tetap tidak mempunyai kekuatan sebagai alat pembuktian otentik karena bukan merupakan

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, hikmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul

Oleh karena itu, dalam putusan terhadap permohonan arbitrase yang bersangkutan ditentukan dalam jangka waktu pemenuhan (pelaksanaan) putusan itu. Apabila

di atas menimbulkan ketertarikan untuk diteliti mengenai kepastian secara hukum pemilikan hak milik serta perlindungan secara hukum untuk masyarakat yang memiliki

Menyadari berbagai fenomena yang menunjukkan adanya masalah kinerja pada PNS, termasuk di jajaran perguruan tinggi serta mencermati variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja

Populasi dan sampel dalam penelitian adalah semua depot air minum yang terdapat di wilayah kerja Puskesmas Oepoi yang ditentukan oleh Puskesmas wilayah kerja yaitu

Sama dengan bahasa pemrograman yang lain, ActionScript berisi banyak elemen yang berbeda serta strukturnya sendiri. Kita harus merangkainya dengan benar agar