BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Kuantum
Pembelajaran adalah suatu proses terjadinya interaksi aktif antara siswa dengan guru dalam usaha membantu siswa dalam belajar. Agar dalam pelaksanaan pengajaran dapat berjalan dengan lancar dan dapat mencapai tujuan, maka diperlukan perencanaan yang matang, termasuk penggunaan model pembelajaran yang tepat.
Model pembelajaran kuantum, menjadi suatu pembelajaran yang tepat dalam proses interaksi antara guru dengan siswa dalam belajar. Dikarenakan model pembelajaran ini menggunakan sesuatu yang berbeda dalam proses belajar dengan metode belajar yang berusaha mengubah suasana belajar yang monoton dan membosankan ke dalam suasana yang meriah dan gembira dengan memadukan potensi fisik, psikis, dan emosi siswa menjadi suatu kesatuan yang utuh.
(suasana), keseimbangan instrumen dan musisi dalam bekerjasama (landasan), dan interpretasi sang maestro terhadap lembaran musik (rancangan). Unsur-unsur ini berpadu dan, kemudian menciptakan pengalaman bermusik yang menyeluruh.Isi, salah satu unsur isi adalah bagaimana tiap frase musik dimainkan (penyajian). Isi juga meliputi fasilitasi ahli sang maestro terhadap orkestra, memanfaatkan bakat setiap pemain musik dan potensi setiap instrumen.
Quantum Teaching Model menekankan pengembangan kemampuan dan bakat alamiah siswa dengan berbagai interaksi yang ada di dalam dan di sekitar kegiatan belajar siswa yang mencakup unsur – unsur untuk belajar efektif guna meraih kesuksesan belajar siswa yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain.
Pembelajaran kuantum digunakan guru sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran di kelas meliputi :
a) Kerangka pembelajaran kuantum
Pembelajaran kuantum memiliki kerangka rancangan belajar yang dikenal dengan istilah TANDUR ( tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi, rayakan ).
TUMBUHKAN : Tumbuhkan minat belajar siswa dengan memuaskan rasa ingin tahu siswa dalam bentuk: Apakah
Manfaatnya BAgiKu (AMBAK). Tumbuhkan suasana yang menyenangkan di hati siswa, dalam suasana relaks, tumbuhkan interaksi dengan siswa, masuklah ke alam pikiran mereka dan bawalah alam pikiran mereka ke alam pikiran Anda, yakinkan siswa mengapa harus mempelajari ini dan itu, belajar adalah suatu kebutuhan siswa, bukan suatu keharusan.
NAMAI: Penamaan dibangun atas pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu. Namai adalah upaya memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas, mengurutkan, dan mendefinisikan. DEMONSTRASI: Setelah siswa mengalami belajar akan sesuatu, beri kesempatan kepada mereka untuk mendemonstrasikan kemampuannya , karena siswa akan mampu mengingat 90% jika siswa itu mendengar, melihat dan melakukannya. Melalui pengalaman belajar siswa akan mengerti dan mengetahui bahwa dia memiliki kemampuan dan informasi yang cukup.
ULANGI : Pengulangan memperkuat kondisi saraf dan menumbuhkan rasa “Aku tahu bahwa aku tahu ini!” Dengan adanya pengulangan maka materi akan lebih terpateri dalam ingatan siswa.
RAYAKAN : Perayaan adalah ekspresi dari kelompok seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban dengan baik, misalnya dengan bertepuk tangan atau bernyanyi bersama-sama.
perilaku melalui gerakan yang terarah dan berkaitan dengan isi ; (3) keterampilan belajar untuk belajar ; dan (4) keterampilan hidup.
c) Prinsip
Prinsip disini adalah suatu kebenaran tetap yang mempengaruhi seluruh aspek dalam pembelajaran.dalam pembelajaran kuantum memiliki 5 prinsip, yaitu :
1. Segalanya Berbicara
Semua yang anda lakukan merupakan pengiriman pesan tentang belajar. Disini guru harus mampu menata semua komponen belajar untuk bekerjasama secara sinergis dalam rangka mencapai tujuan.
2. Segalanya Bertujuan
Semua yang terjadi dalam pembangunan belajar mempunyai tujuan dan siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan.
3. Pengalaman sebelum pemberian nama
proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari. karena otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakan rasa ingin tahu.
4. Akui Setiap Usaha
kepercayaan diri mereka sangat penting dalam membangun keberhasilan siswa. Dalam hal ini guru harus dapat menghargai usaha siswa sekecil apapun.
5. Jika layak dipelajari, Maka Layak Pula Dirayakan
Memberi pujian / penghargaan pada siswa yang terlibat aktif pada kegiatan belajar mengajar.
d) Azas Utama
Quantum Teching bersandar pada konsep “Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka” ( De Porter, 2000 : 6 – 10 ). Ini akan memungkinkan terjadinya kesepahaman bersama antara guru dan siswa sehingga dapat dibangun proses komunikasi yang baik.
e) Menata konteks
Menata lingkungan yang mendukung, (4) Merancang pembelajaran yang dinamis
B. Alat Peraga
Menurut Budi ( 2007 ), alat peraga yaitu alat bantu atau pelengkap yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan para siswa. Alat peraga dapat berupa benda ataupun perilaku. Alat peraga mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Setiap proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa unsur antara lain tujuan, bahan, metode, dan alat. Hal ini dapat dilihat dalam segi :
i) Alat peraga dapat membuat pendidikan lebih efektif dengan jalan meningkatkan semangat belajar siswa.
ii) Alat peraga memungkinkan pendidikan lebih sesuai dengan perorangan dimana para siswa belajar dengan lebih banyak kemungkinan dan sumber– sumber sehingga belajar berlangsung lebih menyenangkan bagi masing–masing perorangan.
Menurut E.T Ruseffendi ( dalam Budi : 2007 ), beberapa kriteria atau persyaratan yang harus dimiliki alat peraga diantaranya sebagai berikut : (1) Tahan lama (dibuat dari bahan–bahan yang cukup kuat); (2) Bentuk dan ukuran menarik; (3) Sederhana dan mudah dikelola (tidak rumit); (4) Ukurannya sesuai ( seimbang ) dengan fisik anak; (5) Dapat menyajikan konsep matematika, baik dalam bentuk real,gambar, diagram; (6) Sesuai dengan konsep matematika; (7) Dapat memperjelas konsep matematika dan bukan sebaliknya (mempersulit pemahaman konsep matematika); (8) Peragaan itu supaya menjadi dasar bagi tumbuhnya konsep berfikir abstrak bagi siswa; (9) Bila kita mengharapkan agar siswa belajar aktif, alat peraga itu supaya dimanipulasikan, yaitu dapat diraba, dipegang, dipindahkan, dimainkan atau dipasangkan; (10) Bila mungkin alat peraga tersebut dapat berfaedah lipat ( banyak ).
Sudjana ( 2008 ) menyatakan kelebihan dari alat peraga diantaranya :
i) Dengan menggunakan alat peraga pembelajaran lebih menarik. ii) Siswa dapat secara langsung mempraktekkan materi yang
dipelajarinya.
iii) Menghindari kesalahpahaman dan kesesatan dalam proses belajar mengajar.
Alat peraga tidak selamanya membuahkan hasil belajar siswa lebih cepat, lebih meningkat, lebih menarik, dan sebaliknya. Kadang– kadang akan menyebabkan siswa gagal dalam belajarnya. Kegagalan menggunakan alat peraga akan terjadi bila : (1) generalisasi konsep abstrak dari representasi hal – hal konkret tidak tercapai; (2) tidak disajikan disaat yang tidak tepat; (3) memboroskan waktu; (4) Membutuhkan waktu yang lama untuk merancang sebuah media yang layak untuk diperagakan dalam pembelajaran; (5) digunakan terhadap anak yang sebenarnya tidak memerlukannya.
C. Jobsheet
Untuk mendukung kelengkapan perangkat pembelajaran yang dalam hal ini berupa alat peraga maka dibutuhkanjobsheet. Jobsheet adalah lembar kerja yang berisi tentang petunjuk – petunjuk dalam melakukan praktikum. Judul darijobsheet berbeda – beda tergantung apa yang sedang di praktekan contohnya jobsheet Transmisi manual, Kopling, Sistem kemudi, Sistem Suspensi, Sistem Rem, dan masih banyak lagi ( Eko : 2008 ).
praktek dengan alat peraga yang ada selain petunjuk yang diberikan oleh guru. Dengan atau tanpa petunjuk dari guru, dengan adanya jobsheet, praktikan langsung dapat melakukan praktek secara mandiri.
D. Alat Peraga danJobsheetyang berbasis Pembelajaran Kuantum
Alat peraga dan jobsheet yang akan dirancang dalam penelitian ini adalah alat peraga dan jobsheet yang berorientasi pada model pembelajaran kuantum. Alat peraga danjobsheetmerupakan alat bantu yang digunakan guru dalam berkomunikasi dengan siswa. Sebagai alat bantu dalam penyampaian materi pelajaran, pembuatan alat peraga dan jobsheet harus mengikuti langkah – langkah penyusunan perangkat pembelajaran yang lain. Sebelum membuat alat peraga dan jobsheet, hendaknya dilakukan identifikasi terhadap kompetensi dasar yang akan disampaikan serta indikator–indikator yang akan dicapai.
terjadi dalam pembangunan belajar mempunyai tujuan dan siswa diberi tahu apa tujuan mereka mempelajari materi yang kita ajarkan. (3) Pengalaman sebelum pemberian nama : proses belajar paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama apa yang mereka pelajari. (4) Akui setiap usaha : mengakui usaha siswa untuk memperoleh kecakapan dan kepercayaan diri sangat penting dalam membangun keberhasilan siswa dalam hal ini guru harus dapat menghargai usaha siswa sekecil apapun. (5) Jika layak dipelajari maka layak pula dirayakan : guru harus memberi pujian / penghargaan pada siswa yang terlibat aktif pada kegiatan belajar mengajar ( misalnya dengan memberi tepuk tangan, berkata : bagus!, baik!, dan lain–lain).
belajar. Penggunaan prinsip kegiatan untuk mengemas dan menyampaikan harapan, menggalakan berfikir dengan pertanyaan dan kegiatan tanya jawab juga tidak kalah penting, dan apabila diperlukan humor juga perlu dilibatkan, hal ini bertujuan agar KBM ( kegiatan belajar mengajar ) tidak membosankan. Guru juga perlu memiliki Emotional Intelligence, yaitu kemampuan guru untuk matang mengelola emosi.
Pentingnya peranan alat peraga danjobsheetdalam pembelajaran menggunakan model pembelajaran kuantum mempengaruhi pembuatan perangkat itu sendiri dengan sebaik–baiknya. Oleh karena itu, alat peraga dan jobsheet yang akan dibuat harus memenuhi beberapa kriteria, diantaranya tampilan alat peraga yang menarik. Untuk membuat alat peraga yang menarik, hendaknya dibuat dari bahan yang tahan lama ( bahan–bahan yang cukup kuat ), bentuk dan warnanya juga menarik. Selain itu, harus diperhatikan dari segi kepraktisan yang meliputi sederhana dan mudah dikelola, ukurannya sesuai dengan ukuran fisik anak. Alat peraga yang dibuat juga harus sesuai dengan konsep materi yang akan disampaikan.
singkat, memuat indikator, alat dan langkah – langkah praktikum dan tugas. Selain itu, bahasa yang digunakan harus mudah dipahami seperti mengalirnya kosakata, jelasnya kalimat, jelasnya hubungan kalimat, kalimat yang tidak terlalu panjang. Yang tidak kalah pentingnya juga adalah menguji pemahaman.
E. Model Pengembangan Perangkat Pembelajaran 4–D
Menurut S. Thiagarajan, Dorothy S. Semmel, dan Melvyn I. Semmel ( Andi Rusdi : 2008 ) menyatakan bahwa model pengembangan perangkat terdiri atas 4 tahap yang dikenal dengan sebutan 4–D yaitu :
a) Define (Pembatasan), b) Design (Perancangan),
c) Develop (Pengembangan) dan d) Disseminate (Penyebaran)
Gambar 1 : model pengembangan menurut Thiagarajan
Secara garis besar keempat tahap tersebut sebagai berikut (Trianto, 2007 : 65–68) :
1) Tahap Pendefinisian (define).
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat-syarat pembelajaran di awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu:
(iii) Analisis materi, (iv) Analisis tugas, dan
(v) Analisis perumusan tujuan pembelajaran
2) Tahap Perencanaan (Design ).
Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari tiga langkah yaitu :
(i) Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran,
(ii) Pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang dikembangkan di negara-negara yang lebih maju.
(iii) Design awal. Merupakan rancangan model pembelajarn yang dirancang untuk melibatkan aktivitas guru dan siswa. Selanjutnya rancangan awal ini disebut sebagai Draft I
3) Tahap Pengembangan (Develop).
4) Tahap penyebaran (Disseminate).
Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di dalam KBM.
F. Materi Keliling dan Luas Bangun Datar Beraturan
Pada penelitian ini, akan mempelajari keliling dan luas bangun datar beraturan. Indikator dari materi tersebut diantaranya :
a) Suatu bangun datar dihitung kelilingnya
Bangun datar beraturan yang akan ditentukan kelilingnya dengan cara menghitung keliling dari beberapa gabungan bangun datar diantaranya segiempat (persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, layang – layang, dan trapesium), segitiga (diantaranya segitiga siku – siku, sama kaki, dan sama sisi) dan lingkaran.
b) Suatu bangun datar dihitung luasnya