• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN PATOLOGIS DENGAN SUSPECT CPD, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY.L DI PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA KEHAMILAN, PERSALINAN PATOLOGIS DENGAN SUSPECT CPD, BAYI BARU LAHIR (BBL), NIFAS DAN PERENCANAAN KELUARGA BERENCANA (KB) PADA NY.L DI PUSKESMAS II KEMBARAN - repository perpustakaan"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A Tinjauan Medis

1. Definisi Kehamilan

a. Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Intersional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilasi atau penyatauan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalendar internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester , dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke – 13 hingga ke – 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke – 28 hnigga ke – 40),(Prawirohardjo,2014;h.213).Periode antepartum adalah periode kehamilan yang dihitung sejak hari pertama haid terahir (HPHT) hingga dimulainya persalinan sejati (Varney, 2007 hal. 492)

(2)

b. Proses kehamilan 1) Ovulasi

Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi oleh

sistem hormonal yang kompleks. Proses pertumbuhan ovum asalnya epitel germinal, oogonium, folikel primer, proses pematangan pertama.

2) Spermatozoa

Proses pertumbuhan spermatozoa merupakan proses yang komplek. Spermatogonium berasal dari sel primitif tubulus, menjadi spermatosit pertama, menjadi spermatosit kedua, menjadi spermatid,

akhirnya spermatozoa. Pertumbuhan spermatozoa dipengaruhi oleh sistem hormonal yang komplek dari panca indra, hipotalamus, hipofisis, dan sel interstitial Leydig sehingga dapat mengalami proses mitosis. Pada setiap hubungan seksual dikeluarkan sekitar 3 cc sperma yang mengandung 40 sampai 60 juta spermatozoa setiap cc. Bentuk spermatozoa seperti cebong yang terdiri atas kepala (lonjong sedikit gepeng yang mengandung inti), leher (penghubung antara kepala dan ekor), ekor (panjang sekitar 10 kali kepala, mengandung energy sehingga dapat bergerak (Manuaba,2010, hal. 76).

3) Konsepsi

(3)

peristiwa penyatuan sel mani dengan sel telur di tuba uterin. Dalam pembuahan satu sperma yang telah mengalami proses kapasitasi yang dapat melintasi zona pelusida dan masuk ke vitelus ovum. Setelah ovum matang maka siap dibuahi oleh sperma setelah 12 jam dan hidup selama 48 jam,sedangkan spermatozoa hidup selama tiga hari di dalam genitalia interna (Manuaba, 2010, hal. 79)

4) Nidasi atau implantasi

Nidasi adalah masuknya atau tertanamnya hasil konsepsi kedalam endometrium. (Mochtar, 2012, hal. 17).Terjadinnya nidasi mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan ekoselum membentuk entoderm dan yolk sac (Kantong kuning telur) sedangkan sel lain membentuk ectoderm dan ruangan amnion (Manuaba,2010,hal.82). Plasentasi adalah proses pembentukan strruktur dan jenis plasenta. Setelah nidasi embrio kedalam endometrium, plasentasi dimulai. Pada manuasia plasentasi berlasung sampai 12-18 minggu setelah fertilisasi.

5) Pembentukan plasenta

Terjadinnya nidasi mendorong sel blastula mengadakan diferensiasi. Sel yang dekat dengan ruangan ekoselum membentuk entoderm dan yolk sac (Kantong kuning telur) sedangkan sel lain

(4)

Mosobles diantara ruang amnion dan mudigah menjadi padat yang

disebut dengan body stalk dan nantinya akan menjadi tali pusat. Pada tali pusat ini terdapat darah, kedau adalah 2 arteri umbilikalis dan 1 vena umbilikaslis.Kedua arteri dan satu vena ini berfungsi untuk menghubungkan sistem kardiovaskuler janin dengan plasenta. Sistem kardiovaskuler akan terbentuk kira-kira pada kehamilan minggu ke sepuluh (Mochtar, 2012, hal. 19 ).

c. Perubahan fisiologis pada kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh ssistem genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. a) Uterus

Rahim atau uterus yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hiperplasia, sehingga menjadi seberat 1000 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hipertrofi dan hiperplasia menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin. (Manuaba , 2010 hal. 87)

b) Vagina

(5)

c) Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan villi korealis yang mengluarkan hormon korionik gonadotropin yang mirip denan hormon luteotropik hipofisis anterior. (Manuaba , 2010 hal. 92)

d) Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan panyudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu estrogen, progresteron dan somatomamomatrofin. (Manuaba, 2010 hal. 92)

e) Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor, antara lain : (1) Meningkatkan kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat

memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim.

(2) Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retroplasenter.

(6)

Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah.

(1) Volume darah. Volume darah semakin meningkat dan jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada usia kehamilan 32 minggu, serum darah (volume darah) bertambah sebersar 25 sampai 30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%. Curah jantung akan bertambah sekitar 30%.

(2) Sel darah. Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Jumlah sel darah putih meingkat mencapai 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anmeia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal

(7)

bernafas lebih dalm sekitar 20 sampai 25% daripada biasanya.

(4) Sistem pencernaan. Oleh karena pengaruh estrogen, pengeluaran asam lambung meingkat dan dapat menyebabkan:

(a) Pengeluaran air liur berlebihan (hipersaliva). (b) Daerah labung terasa panas.

(c) Terjadi mual dan sakit/ pusing kepala terutama pagi hari, yang disebut morning sickness

(d) Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum

(5) Traktus urinarius. Karena pengaruh desakan hamil muda dan turunya kepala bayi pada hamil tua, terjadi gangguan miksi dalam bentuk sering berkemih. Desakan tersebut menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh. Hemodilusi menyebabkan metabolisme air makin lancar sehingga pembentukan urin akan bertambah. Filtrasi pada glomelurus bertambah sekitar 69-70%.

(8)

linea nigra, pipi (kloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan hilang.

(7) Metabolisme. Dengan terjadinya kehamilan, metabilosme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, di mana kebutuhan nutrisi makin tinggi untuk pertumbuhan janin dan persiapan memberiakan ASI. (Manuaba , 2010 halaman. 94)

d. Pertumbuhan dan perkembangan janin menurut (Varney, 2007.h.504) yaitu:

a) Trimester Pertama

Pertumbuhan dan perkembangan dimulai dengan fertilisasi dan proses fusi pronekleus pada wanita dan pria masing-masing dari ovum dan sperma. Proses fusi ini menghasilkan sel tunggal yang disebut zigot. Segera setelah fertilisasi zigot yang dihasilkan mulai mengalami pembelahan sel mitosis, yang disebut pembelahan.

(1) Minggu ke 3

Ditandai dengan mulainya morfogenesis, yakni perkembangan bentuk tubuh (embrio).

(2) Minggu ke 4

(9)

yang lurus enjadi bentuk yang memiliki lekuk. Pada akhir minggu ke 4, embrio diperkirakan memiliki gambaran seperti kadal dan mempunyai bakal telinga (lubang otis), lengan (bakal lengan), tungkai (bakal tungkai), dan struktur leher dan wajah (empat lekuk brakial pertama).

(3) Minggu ke 5

Perkembangan pesat pada otok menghasilkan perkembangan kepala yang membesar dan membuatnya menjadi bagian yang lebih besar dari pada anggota tubuh lainnya. Perkembangan berlangsung dari kepala hingga bokong dan tungkai berkembang, mata terbentuk bakal lensa, cangkir optic dan pigmen retina.

(4) Minggu ke 6

Perkembangan pada minggu ini terbentuk mulut, hidung, dan mata mulai telhat.

(5) Minggu ke 7

(10)

(6) Minggu ke 8

Periode ini menandai ahir dari periode embroik. Semua struktur eksternal dan internal sudah terbentuk dan mengalami perkembangan.

b) Trimester kedua dan ketiga (1) Minggu ke 13-16

Kelopak mata mengalami fusi sedangkan kepala berkembang lambat, sementara telinga bergerak ke posisi yang lebih tinggi pada kepala dan dagu, kedua lengan telah mencapai panjang sesungguhnya, kuku jari tangan mulai berkembang, respon reflek sudah terjadi meski ibu belum merasakan. Minggu ke 14 jenis kelamin mulai jelas terlihat, pada minggu ke 16 terjadi perkembangan tulang.

(2) Minggu ke 17-20

(11)

(3) Minggu ke 21-24

Seluruh tubuh janin dilapisi lanugo, yakni rambut halus yang menurun, bakal gigi permanen telah muncul, tangan mulai membentuk kepalan dan pegangan, lemak coklat yang merupakan sumber energi, produksi panas, dan pengaturan panas pada bayi baru lahir juga mulai terbentuk.

(4) Minggu ke 25-28

Sufaktan mulai dihasilkan paru-paru pada usia 26 minggu, gerakan menghisap semakin kuat, mata mulai menutup, dan membuka, kuku pada jari mulai telihat.

(5) Minggu ke 29-32

Tubuh janin sudah berisi elemak,janin telah memiliki kendali terhadap gerak pernafasan yan berirama dan temperature tubuh, mata telah terbuka, reflek cahaya terhadap pupil muncul.

(6) Minggu ke 33-36

Kulit mulai halus, tubuh menjadi semakin bulat, rambut memanjang, kuku sudah sempurna, testis sebelh kiri biasanya telah turun ke skrotum.

(7) Minggu ke 37-40

(12)

kedua jenis kelamin, kedua testis sudah masuk ke skrotum, lanugo semakin menghilang.

e. Tanda dan Gejala Kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan menurut Mochtar, ( 2012;h.35 – 36) yaitu: a) Tanda tanda persumtif :

(1) Amenorea( tidak mendapat haid )

Wanita harus mengetahui tanggal hari pertama haid terkhir (HPHT) supaya dapat ditaksir umur kehamilan dan taksiran tanggal persalinan (TTP) , yang dihitung dengan menggunakan rumus dari Naegele.TTP = ( hari HT + 7 ) dan bulan ( bulan HT – 3 ) dan ( tahun HT + 1).

(2) Mual dan muntah ( Nausea atau vomiting)

Biasanya terjadi pada bulan – bulan pertama kehamilan sehingga akhir triwulan pertama . Karena sering terjadi pada pagi hari , disebut dengan morning sikcness ( sakit pagi ). Apabila timbul mual dan muntah berlebihan karena kehamilan disebut hiperemesis gravidarum.

(3) Mengidam ( ingin makanan khusus ).

Ibu hamil sering meminta makanan tertentu atau minuman tertentu terutama pada bulan – bulan triwulan pertama. Mereka juga tidak tahan suatu bau – bauan .

(13)

(5) Tidak ada selera makan ( anoreksia ).

Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, kemudian nafsu makan timbul kembali.

(6) Lelah (fatique)

(7) Payudara membesar , tegang , dan sedikit nyeri, disebabkan pengaruh estrogen dan progesteron yang merangsang alveoli payudara. Kelenjar montgomery terlihat lebih membesar. (8) Miksi sering karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang

membesar .Gejala itu akan hilang pada triwulan kedua kehamilan. Pada akhir kehamilan , gejala tersebut muncul kembali karena kandung kemih ditekan oleh kepala janin. (9) Konstipasi /obstipasi karena tonus otot - otot usus menurun

oleh pengaruh hormon steroid.

(10) Pigmentasi kulit olh pengaruh hormon kortikosteroid plasenta dijumpai di muka ( cloasma gravidarum ), aerola payudara, leher, dan dinding perut ( linea nigra = grisea).

(11) Epulis : hipertropi papila gingvalis.

(12) Pemekran vena – vena ( varises ) dapat terjadi pada kaki , betis , dan vulva , biasanya dijumpai pada triwulan akhir.

b) Tanda – tanda kemungkinan hamil : (1) Perut membesar

(14)

(3) Tanda Hegar : ditemukannya serviks dan isthmus uteri yang lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4 sampai 6 minggu

(4) Tanda chadwick :perubahan warna menjadi kebiruan yang terlihat porsio ,vagina, dan labia. Tanda tersebut timbul akibat pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen

(5) Tanda piskacek : pembesaran dan pelunakkan rahim ke salah satu sisi rahim ynag berdekatan dengan tuba uterina. Biasanya , tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7 – 8 minggu.

(6) Kontraksi – kontraksi kecil uterus jika dirangsang = braxton Hicks

(7) Teraba ballotment (8) Reaksi kehamilan positif c) Tanda pasti ( tanda positif ):

(1) Gerakan jnain yang dapat dilihat atau dirasa atau diraba , juga bagian – bagian janin.

(2) Denyut jantung janin :

(3) Didengar dengan stestoskop – monoaural laenec. (4) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler (5) Dicatat dengan feto – elektrokardiogram, (6) Dilihat ultrasonografi.

(15)

f. Diagnosis Banding Kehamilan

Suatu kehamilan kadang kala harus dibedakan dengan keadaan atau penyakit yang menimbulkan keraguan dalam pemeriksaan .

a) Hamil palsu (pseudocyesis = kehamilan spuria ): gejala dapat sama dengan kehamilan , seperti amenorea perut membesar, mual, muntah air susu keluar bahkan wanita tersebut merasakan gerakan janin. Namun pada pemeriksaan uterus tidak membesar, tanda – tanda kehamilan lain dan reaksi kehamilan negatif .

b) Mioma uteri . Perut dan rahim membesar, tetapi pada perabaan rahim terasa padat kadang kala benjolan – benjol . Tanda kehamilan negatif dan tidak dijumpai tanda – tanda kehamilan lainnya.

c) Kista Ovarium. Perut membesar, bahkan makin bertambah besar , tetapi pada pemeriksaan dalam rahim teraba sebesar biasa. Reaksi kehamilan negatif, tanda – tanda kehamilan lain negatif.

d) Kandung kemih penuh dan terjadi retensi urin. Pada pemasangan kateter, keluar banyak urin.

e) Hematometra . Uterus membesar karena terisi darah yang disebabkan himen imperforata , stenosis vagina atau serviks

g. Adaptasi Psikologis dalam Masa Kehamilan

Kehamilan Trimester I (periode penyesuaian / penentuan)

(16)

a) Kehamilan Trimester I ( Periode penyesuaian / penentuan) (1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan

kehmailannya.

(2) Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan,dan kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap agar dirinya tidak hamil saja. Akibat dari dampak terjadinya peningkatan hormone estrogen dan progesteron pada tubuh ibu hamil akan mempengaruhi perubahan pada fisik sehingga banyak ibu hamil yang merasakan kekecewaan , penolakkan, kecemasan dan kesedihan.

(3) Ibu akan selalu mencari tanda – tanda apakah ia benar- benar hamil. Hal ni dialkukan sekedar untuk menyakinkan dirinya. (4) Setiap perubahan terjadi dalam dirinya akan selalu mendapat

perhatian dengan seksama.

(5) Oleh kerena perutnya masih kecil, kehamilan merupakan rahasia seorang ibu yang mungkin akan diberitahukannya kepada orang lain atau malah mungkin dirahasiakanya.

(6) Hasrat untuk melakuakan hubungan seksual berbeda – beda pada tiap wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan b) Kehamilan Trimester II (periode Kesehatan Yang Baik/pancaran

kesehatan).

(17)

(2) Ibu sudah menerima kehamilannya. (3) Merasakan gerakan anak

(4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan kekhawatiran (5) Libido meningkat

(6) Menuntut perhatian dan cinta

(7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari dirinya.

(8) Hubungan soasial meningkat dengan wanita lainnya atau pada orang lain yang baru menjadi ibu .

(9) Ketertarikan dan aktivitasnya terfokus pada kehamilan kelahiran dan persiapan untuk peran baru.

c) Kehamilan Trimester III (periode penantian dengan penuh kewaspadaan)

(1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan tidak menarik.

(2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi lahir tidak tepat waktu. (3) Takut akan merasa sakit dan hanya fisik yang timbul pada saat

melahirkan ,khwatir akan keselamatannya

(4) Khawatir bayi akan dilahirkan dalam keadaan tidak normal , bermimpi yang mencerminkan perhatian dn kekhwatiranya. (5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya

(18)

(8) Libido menurun

h. Tujuan pemeriksaan Dan Pengawasan Ibu Hamil

Menurut Mochtar, (2012;h.38) tujuan umum adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalianan dan nifas, dengan demikian, didapatkan ibu dan anak yang sehat .

(1) Mengenali dan menangani penyulit–penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan,persalianan,nifas.

(2) Mengenali dan mengobati penyakit - penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin

(3) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. (4) Memberikan nasehat – nasehat tentang cara hidup sehari–hari

dan keluarga berencana, kehamilan, persalianan, nifas, dan laktasi.

i. Tanda – tanda bahaya pada ibu hamil Menurut Walyani (2015;h.78) yaitu ; (1) Perdarahan pervaginam

(2) Sakit kepala yang hebat (3) Penglihatan kabur

(4) Bengkak diwajah dan jari – jari tangan (5) Keluar cairan pervaginam

(19)

j. Pemeriksaan Ibu Hamil

Menurut Mochtar, (2014;h.38- 40) Pemeriksaan Ibu Hamil yaitu :

a) Anamnesa

(1) Anamnesa identitas istri dan suami: nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, alamat.

(2) Anamnesa umum :

(a) Tentang keluhan – keluhan , nafsu makan , tidur, miksi, defekasi, perkawinan.

(b) Tentang haid, kapan mendapat haid terakhir. Bila hari + 7 , bulan – 3, tahun + 1

(c) pertama haid terakhir diketahui, maka dapat dijabarkan taksiran tanggal persalianan. Memakai rumus Naegele : hari Tentang kehamilan, persalianan keguguran dan kehamilan ekopik atau kehamilan mola sebelumnya.

b) Inspeksi Dan pemeriksaan Fisik Diagnostik

Pemeriksaan seluruh tubuh secara baik dan meliputi pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan, jantung, paru – paru dan sebagainya.

c) Perkusi

(20)

a) Palpasi

Ibu hamil diminta berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit ditinggikan dengan memakai cara palpasi :

(1) Leopold I :

(a) Pemeriksa menghadap ke arah muka ibu hamil

(b) Menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang terdapat didalam fundus.

(2) Leopold II

(a) Menentukan batas samping rahim kanan – kiri. (b) Menentukan letak punggung janin

(c) Pada letak lintnag tentukan letak kepala janin. (3) Leopold III

(a) menentukan bagian terbawah janin

(b) menentukan apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk ke pintu atas panggul atau masih dapat \digerakkan

(4) Leopold IV

(a)Pemeriksa menghadap ke arah kaki ibu hamil.

(b) Dapat juga menentukan apabagian terbawah janin dan berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul.

k. Komplikasi pada kehamilan

(21)

a) Hiperimesis gravidarum

Hiperimesis gravidarum adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai menganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. Pencegahan dengan memberikan inpormasi dan edukasi tentang kehamilan kepada ibu dengan maksud menghilangkan faktor psikhis rasa takut, tetapi obat menggunakan sedakiva (luminal,stesolid);vitamin (B1 dan B6);anti mutah.

b) Topsenia gravidarum

Manfaat istirahat dan tidur,ketenangan. Pre-eklamsi dan eklamsia merupakan gejala yang timbul dari trias: hipertensi, protuenuri dan edema. Pencegahan, pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan.

c) Abortus (keguguran dan kelainan dalam tua kehamilan).

(22)

d) Kelainan letak kehamilan (kehamilan ektopik)

Kelainan letak kehamilan adalah kehamilan dengan hasil konsepsi perimplentasi diluar endometrium rahim .Penanganan perbaiki keadaan umum, tranfusi darah dan segera lakukan lapatorium explorasi untuk memberhentikan sumber perdarahan.

e) Penyakit tropoblas

Penyakit tropoblas karena kehamilan yang berasal dari kelainan pertumbuhan tropoblas plasenta. Penanganan perbaiki keadaan umum pasang batang laminaria untuk memperlebar pembukaan, dilakukan evakuasi jaringan dengan menggunakan suctio curettage.

l. Jadwal pemeriksaan kehamilan

Menurut Mochtar, ( 2012;h.38) Jadwal pemeriksaan kehamilan yaitu : haid terlambat satu bulan.

a) Periksa ulang 1x sebulan sampai kehamilan 7 bulan b) Periksa ulang 2x sebulan sampai kehamilan 9 bulan c) Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan d) Periksa khusus jika ada keluhan – keluhan

2. Persalinan

a. Pengertian persalinan

(23)

b. Tanda - tanda permulaan persalinan

Menurut Mochtar, (2012;h.70) Tanda - tanda permulaan persalinan yaitu :

1) Lightening atau setting atau atau dropping , yaitu kepala turun memasuki pintu atas panggul terutama primigravida pada multipara hal tersebut tidak begitu jelas.

2) Perut kelihatan lebih melebar , fundus uteri turun sering buang air kecil atau sulit berkemih ( polikisurin ) karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin.

3) Perasaan nyeri diperut dan di pinggang oleh adanya kontraksi - kontraksi lemah uterus kadang – kadang disebut “ false labor pains “.

4) Serviks menjadi lembek ; mulai menadatar dan sekresinya bertambah ,mungkin bercampur darah.

c. Tanda – tanda inpartu :

1) Rasa nyeri oleh adanya his yang datng lebih kuat, sering, dan teratur. keluar lendir bercampur darah ( show ) yang lebih banyak karena robekan – robekan kecil pada serviks.

2) Kadang–kadang, ketuban pecah dengan sendirinya pada pemeriksan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembuakaan. d. Faktor – faktor yang berperan dalam persalinan adalah :

(24)

(b) Kontraksi otot – otot dinding perut, (c) Kontraksi diafragma ,dan

(d) Ligmentous action , terutama lig, rotundum 2) Faktor janin

3) Faktor jalan lahir

Pada waktu partus, akan terjdi perubahan–perubahan pada uterus, serviks, vagina dan dasar panggul.

e. Kala Persalinan

Menurut Mochtar, (2012;h.71- 73) Proses persalinan terdidri dari empat, kala yaitu :

1) Kala I: waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm.

2) Kala II : kala pengeluran janin sewaktu uterus

dengan kekuatan his ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir .

3) kala III : waktu untuk pelepasan dari pengeluaran uri . 4) kala IV : mulai dari lahirnya uri, selama 1- 2 jam.

Kala pembuakaan dibagi atas 2 fase :

1. Fase laten : pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm lamanya 7 – 8 jam .

(25)

a. Periode akselerasi : berlangusng 2 jam, Pembukaan menjadi 4 cm.

b. Periode dilatasi maksimal (steandy) : selama 2 jam pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c. Periode deselerasi : berlangsung lambat dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 1 cm (lengkap ). f. Posisi Ibu dalam Bersalin

Menurut Mochtar, (2012;h.76 – 77) posisi ibu dalam bersalin yaitu : 1) Dengan lutut ditekuk, kedua paha diangkat kesamping kanan dan

kiri.

2) Posisi duduk Posisi litotomi adalah posisi yang paling umum, wanita berbaring terlentang

Cara berbaring :

a) Menurut welcher : ditepi tempat tidur b) Menurut Tjeenk – Willink : memakai bantal

c) Menurut Jonges : untuk memperlebar pintu bawah panggul d) Meurut posisi sims : posisi miring

g. Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan

Menurut Mochtar, (2012;h.69–70) Sebab-sebab yang menimbulkan persalinan yaitu :

(26)

terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar progesteron turun.

2) Teori plansenta menjadi tua: penuaan plansenta akan menyebabkan turunya kadar esktrogen dan progesteron sehingga terjadi kekejangan pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi rahim. 3) Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan meregang

menyebabkan iskemia otot-otot rahim sehingga mengganggu sikulasi uteroplasenta.

4) Teori iritasi mekanik; di belakang serviks, terletak ganglion servikale (pleksus frankenhouser). Apabila ganglion tersebut di geser dan di tekan, misalnya oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.

Induksi partus (induction of inbour).partus dapat pula di timbulkan dengan :

(a) Gagang laminaria; beberapa laminaria di masukan dalam kanalis servisis dengan tujuan merangsang pleksus frankenkouser. (b) Aminiotomi; pemecahan ketuban.

(c) Tetesan oksitosin; pemberian oksitosin melalui tetesan per infus. h. Asuhan persalinan

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal menurut Prawirohardjo (2014, hal 341-347) yaitu :

a) Melihat tanda dan gejala kala dua

(27)

(b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya

(c) Perineum tampak menonjol

(d) Vulva-vagina dan sfingter ani membuka b) Menyiapkan pertolongan persalinan

2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap menolong persalinan dan menatalaksanakan komplikasi ibu dan bayi baru lahir, untuk asfiksia,tempat datar dan keras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot watt dengan jarak 60 cm dan tubuh bayi.

a. Menggelar kain diatas perut ibu, tempat resusitasi dan ganjal bahu bayi

b. Menyiapkan oksitosin 10 unit (3) Memakai celemek plastik yang bersih

(4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai atau pribadi yang bersih

(5) Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam

(28)

meletakkan kembali di partus set atau wadah desinfksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik.

c) Memastikan pembukaan lengkap dengan janin baik

(7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air desinfeksi tingkat tinggi jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar.mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar didalam larutan dekontaminasi, selanjutnya langkah # 9)

(8) Lakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan sudah lengkap, bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

(9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tamgan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5 % dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5 % selam 10 menit. Mencuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.

(29)

(a) Mengambil tidakan yang sesuai jika DJJ tidak normal

(b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

d) Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran (11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya.

(a) Tunggu ibu hingga mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantuan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan yang ada

(b) Menjelaskan pada anggota keluarga bagaiman mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran

(12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman).

(13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran:

(a) Bimbing ibu untuk meneran secara benar dan efektif

(30)

(c) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama). (d) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

(e) Anjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.

(f) Memberikan cukup asupan cairan per oral(minum). (g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai.

(h) Segera rujuk jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2jam) meneran untuk ibu primigravida atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multigravida.

14) Anjurkan ibu untuk berjalan jongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran selama 60 menit.

e) Persiapan pertolongan kelahiran bayi

(15) Letakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.

(16) Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

(17) Buka tututp partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.

(31)

f) Menolong kelahiran bayiLahirnya kepala

(19) Saat tampak kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain, tangan yang lain menahan kelapa bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal. (20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan

yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :

(a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.

(b) Jika tali pusat melilit leher secara erat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut.

(21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.Lahirnya Bahu

(22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparetal. Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakan arah alas dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

(32)

bawah, gunakan tangan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.

(24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) berlanjut ke punggung bokong, tungkai dan kaki dan pegang masing-masing kaki dengan ibu jari-jari lainnya.

g) Penanganan bayi baru lahir (25) Lakukan penilaian selintas

a. Apakah bayi menangis kuat atau bayi bernafas tanpa kesulitan b. Apakah bayi bergerak aktif?

Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau lakukan tindakan megap-megap segera resusitasi (langkah 25 ini berlanjut ke langkah-langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia.

(26) Keringkan bayi dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu.

a. Keringkan bayi mulai dari muka kepala, dan bagian tubuh lainya(tanpa membersihkan verniks) kecuali bagian tangan. b. Ganti handuk basah dengan handuk kering

c. Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu

(27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain yang ada di dalam uterus (bayi tunggal).

(33)

(29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir suntikan oksitosin 10 unit(intramuscular) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin)

(30) Dengan menggunakan klem jepit tali pusat (dua menit setelah bayi lahir) pada sekitar 3 cm dari pusar(umbilicus) bayi. Dari sisi luar klem penjepit, dorong tali pusat ke arah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama. (31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat

a. Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian lakukan penguntingan tali pusat(lindungi perut bayi) diantara dua klem tersebut.

b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/ steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatkan kedua dengan menggunakan simpul kunci. c. Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah

disediakan.

(32) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ke ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di dinding dada perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi rendah dari putting payudara.

(34)

h) Penatalaksanaan aktif kala III

(34) Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

(35) Letakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat.

(36) Setelah uterus berkontraksi , tegangan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang kiri mendorong uterus ke arah belakang–atas (dorsokranial) secara hati-hati (untuk mncegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30–40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur di atas. Jika uterus tidak berkontraksi, minta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan ransangan puting susu.

i) Mengeluarkan plasenta

(37) Lakukan penegangan dan dorongan dosokranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat dengan sejajar dengan lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap di lakukan tekanan dorsokranial).

(35)

(b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit:

(i) Berikan dosis ulang oksitosin 10 unit IM.

(ii) Lakukan kateterisasi, jika kandung kemih penuh (iii) Minta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(iv) Ulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

(v) Segera rujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi

(38) Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan dua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilih . Kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.

(Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal)

j) Rangsangan taktil (massase) uterus

(36)

Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 menit melakukan rangsangan taktil atau massase. k) Menilai perdarahan

(40) Periksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selpaut ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau khusus.

(41) Evaluasi kemungkinan adanya laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahit laserasi yang menyebabkan perdarahan .

l) Melakukan asuhan pasca persalinan

(42) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.

(43) Beri cukup waktu untuk melakukan kontak kulit dengan ibu-bayi(di dada ibu paling sedikit 1 jam).

a. Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit, menyusu pertama biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara.

(37)

(44) Lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibiotic profilaksis dan vitamin K1 1 mg Intramuscular dipaha kiri anterolateral setelah satu jam kontak kulit ibu- bayi.

(45) Berikan suntikan imunisasi Hepatitis – B(setelah satu jam pemberian vitamin K 1) di paha kanan antero lateral.

m) Evaluasi

(46) Lanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam:

(a) 2 sampai 3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan. (b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan. (c) Setiap 20-30 menit pada jam kedau pascapersalinan.

(d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri.

(e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai.

(47) Ajarkan ibu atau keluarga melakukan masase uterus dan menilai (48) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

(49) Memastikan nadi ibu dan keadaan kandung kemih “ setiap 15

menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan.

(38)

(b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.

(50) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60x menit) serta suhu tubuh normal (36,5 -37,5 ◦C.

n) Kebersihan dan keamanan

(51) Tempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,6 % untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah dekontaminasi.

(52) Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai.

(53) Bersihkan badan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa air ketuban, lendir, darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.

(54) Pastikan posisi ibu nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

(55) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin

(56) Celupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin merendamnya dalam larutan klorin 0,5 % selama 10 menit. (57) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir dan kemudian

(39)

o) Dokumentasi

(58) Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV

i. Komplikasi persalinan

a) Persalinan/ Kelahiran Prematur

Persalinan yang dimulai setiap saat setelah awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney, 2008; hal.782).

b) Ketuban Pecah Dini 1) Pengertian

Ketuban pecah dini dapat secara teknis didefinisikan sebagai pecah ketuban sebelum awitan persalinan, tanpa memperhatikan usia gestasi (Varney, 2008; hal.788).

2) Mekanisme Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Faktor resiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah :

(40)

Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester ketiga selaput ketuban pecah. Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim, dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban. Pecahnya selaput ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis (Prawirohardjo.2010,h.678)

3) Komplikasi

Komplikasi akibat ketuban pecah dini dapat terjadi infeksi maternal maupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia, karena kopresi tali pusat, meningkatnya insiden seksio secaria, atau gagalnya persalinan normal (Prawirohardjo.2010,h.678)

4) Diagnosis

Tentukan pecahnya selaput ketuban dengan adanya cairan ketuban di vagina. Jika tidak ada dicoba dengan menggerakan sedikit bagian terbawah janin atau meminta pasien batuk atau mengedan. Penentuan cairan ketuban dapat dilakukan dengan test lakmus (Nitrazin test) menjadi merah biru.

Tentukan usia kehamilan, bila perlu dengan pemeriksaan USG. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38◦C serta air ketuban keruh dan berbau.

(41)

Tentukan tanda-tanda persalinan infeksi dan skoring pelvik.

Tentukan adanya kontraksi yang teratur. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif (terminasi kehamilan) (Prawirohardjo.2010,h.680).

5) Faktor prediosposisi

a. Riwayat ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya b. Infeksi traktus genital

c. Perdarahan antepartum d. Merokok

6) Penangan a. Konservatif

1) Rawat dirumah sakit

2) Berikan antibiotika (ampisilin 4x500 mg atu eritromisin bila tak tahan ampisilin) dan metrodinadzol 2x500 mg selama 7 hari.

3) Jika umur kehamilan 32-34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

(42)

5) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah in partu, tidak ada infeksi, berikan tokolitikn (salbutamol), dexamethason, dan induksi sesudah 24 jam.

6) Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi.

7) Nilai tanda- tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda – tanda infeksi intrauterin).

8) Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomienin tiap minggu. Dosis betamethason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, dexamethason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali. (Prawirohardjo.2010,h.680)

b. Aktif

1) Kehamilan 37 minggu, induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio secaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 mg intravaginal tiap 6 jam maksimal 4 kali.

2) Bila ada tanda –tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan persalinan diakhiri:

(43)

b. Bila skor pelvik 5, induksi persalinan, partus pervaginam (Prawirohardjo.2010,h.680).

c) Amnionitis dan Korloamnionitis

Yaitu terjadinya infeksi pada kulit ketuban dan cairan ketuban.Biasanya terjadi akibat pecah ketuban yang lama (lebih dari 24 jam), dengan atau tanpa persalinan yang memanjang, pada pemeriksaan dalam atau manipulasi vagina atau prosedur intrauteri yang berulang (Varney, 2008; hal.792).

d) Prolaps Tali Pusat

Terdapat dua jenis prolaps tali pusat: menumbung (frank) atau terkemuka (accult). Pada prolaps tali pusat menumbung, tali pusat masuk ke dalam serviks. Pada prolaps tali pusat terkemuka, tali pusat berada di samping bagian presentasi, tetapi tidak masuk ke dalam serviks (Varney, 2008; hal.793).

e) Disproporsi Sefalopelvik (cephalopelvic disporpotion/CPD)

(44)

Oleh karena itu, keadekuatan pelvis harus dievaluasi dalam hubungannya dengan janin tertentu yang akan melewatinya. (Varney, 2008; hal. 796-797).

Berikut ini indikasi kemungkinan disproporsi sefalopelvik : 1. Ukuran janin sangat besar

2. Tipe dan karakteristik khusus tubuh wanita secara umum

a. Bahu lebih lebar daripada panggul, tanpa memperhatikan tinggi

b. Postur tubuh pendek, seperti kotak

c. Tangan dan kaki pendek serta lebar (ukuran sepatu memberi banyak informasi)

3. Riwayat fraktur pelvis

4. Deformitas spinal, sebagai contoh, skoliosis atau kiifosis( perhatikan postur)

5. Kelemahan unilateral atau bilateral (amati kepincangan dan tanda lordosis)

6. Deformitas ortopedik lain- sebagai contoh, riketsia, pinggul terpasang pin.

7. Pelvis platipeloid

8. Malpresentasi atau malposisi

(45)

Semua wanita yang mengalami gagal mengalami kemajuan atau mengalami persalinan macet harus dievaluasi untuk disproporsi sefalopelvik . Evaluasi ini terdiri dari :

1. Palpasi abdomen untuk menetukan letak janin, presentasi posisi, fleksi, engagement dan stasiun bagian presentasi, dan perkiraan berat janin. (fenomena klinis yang umum terjadi dalam memastikan berat janin pada persalian macet: semakin lama persalinan macet, semakin besar bayi ketika klinisi memperkirakan berat janin. Biasanya perkiraan awal yang anda lakukan sbelum persalinan macet adalah yang paling akurat, karena bias situsionalnya paling sedikit.) 2. Pengkajian kontraksi uterus untuk frekuensi, durasi,

intensitas, dan perubahan aktivitas uterus dari yang terakhir kali dicatat. Pola persalianan fungsional sering kali terlihat pada persalianan yang dipersulit dengan CPD.

3. Pemriksaan pelvis untuk mengevaluasi posisi bagian presentasi, engagement, stasiun, derajat fleksi, sinklitisme/asinklitisme, pembentukan dan derajat kaput, molase, dan ada atau tidak adanya kemajuan dilatasi srviks dan penurunan bagian presentasi.

(46)

Disproporsi sefalopelvik dapat ditandai oleh pola persalinan disfungsional, kegagalan kemajuan persalinan, fleksi kepala yang buruk , atau kemacetan rotasi internal dan penurunan (yaitu deep tranverse arrest). Disproporsi sefalopelvik dapat atau tidak dapat disertai pembentukan kaput / molase. Persalinan disfungsional yang disebabkan oleh disproporsi sefalopelvik dapat mengakibatkan kondisi berikut ini :

1. Kerusakan pada janin- sebagai contoh, kerusakan otak 2. Kematian janin atau neonatus

3. Infeksi intrauterus 4. Ruptur uterus 5. Kematian ibu f) Disfungsi Uterus

Yaitu terjadinya pemanjangan waktu setiap fase atau kala persalinan yang melebihi waktu yang diperkirakan.Hal ini di identifikasi berdasarkan sedikitnya kemajuan pendataran serviks atau dilatasi atau penurunan bagian presentasi janin (Varney, 2008; hal.798).

g) Kelelahan Ibu (Distress Maternal)

(47)

h) Rupture Uteri

Yaitu terjadinya robekan/ laserasi pada uterus yang terjadi sebelum atau selama kehamilan, yang dapat disebabkan oleh bekas SC, dorongan fundus saat bersalin, janin besar. Tanda dan gejala rupture uteri dapat menyerupai tanda dan gejala gangguan berat lainnya (Varney, 2008; hal. 801)

j. Seksio Sesarea

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalaui dinding depan perut; seksio sesarea juga dapat didefinisiakan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

Etiologi

Tindakan operasi Sectio sesarea dilakukan apabila tidak memungkinkan dilakukan persalinan pervaginam karena mempunyai resiko pada ibu dan janin. Dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan section sesarea seperti proses persalinan lama/ kegagalan proses persalinan norma( Saifudin,2002)

ISTILAH

1. Seksio Sesarea primer ( efektif)

Sejak semula telah direncanakan bahwa janin akan dilahirkan secara seksio sesarea, tidak diharapakan lagi kelahiran biasa, mislanya pada panggul sempit (CV kurang dari 8 cm).

(48)

Kita mencoba menunggu kelahiran biasa ( partus percobaan). Jika tidak ada kemajuan persalianan atau partus percobaan gagal, baru dialkukan seksio sesarea.

3. Seksio sesarea ulang

Ibu pada kehamilan yang lalu menjalani seksio sesarea dan pada kehamilan selanjutnya juga dilakukan seksio sesarea ulang.

4. Seksio sesarea histerektomi

Suatu operasi yang meliputi pelahiran janin dengan seksio sesarea yang secara langsung diikuti histerektomi karena suatu indikasi.

5. Operasi porro

Suatu operasi tanpa mengeluarkan janin dari kavum uteri (tentunya janin sudah mati), dan langsungg dilakukan histerektomi, misalnya, pada keadaan infeksi rahim yang berat. Seksio sesarea oleh ahli kebidanan disebut obstetric panacea, yaitu obat atau terapi ampuh bagi semua masalah obstetri (Mochtar,2012;h.85).

INDIKASI

1. Plasenta previa sentralis dan lateralis ( posterior) 2. Panggul sempit

(49)

8. Pre-eklamsi dan hipertensi 9. Malpresentasi janin:

 Letak lintang

 Letak bokong

 Presentasi muka dan dahi

 Presentasi rangkap  Gamelli

KOMPLIKASI

1. Infeksi puerperal (nifas) 2. Perdarahan

3. Luka kandung kemih

4. Kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang (Mochtar,2012;h.87)

k) Bayi Baru Lahir 1. Definisi

Bayi Baru Lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sondakh.2013;h.150) 2. Komponen asuhan bayi baru lahir

Komponen asuhan bayi baru lahir ( JNPK – KR, 2014 hal. 123 ) a) Pencegahan Infeksi

(50)

maka sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan pemberi asuhan BBL telah melakukan upaya pencegahan infeksi.

b) Penilaian Bayi baru lahir

Segera setelah lahir, letakan bayi di atas kain bersih dan kering yang disiapkan pada perut bawah ibu. Segera lakukan penilaian awal : (1) Apakah bayi cukup bulan ?

(2) Apakah air ketuban jenih, tidak bercampur mekonium? (3) Apakah bayi menangis atau bernafas ?

(4) Apakah tonus otot bayi baik ? c) Pencegahan kehilangan panas

Mekanisme pengaturan temperature tubuh pada BBL belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh untuk menghindari terjadinya hipotermi. Bayi mengalami hipotermi, sangat beresiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian.

(1) Mekanisme kehilangan panas

Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :

(51)

(b) Konduksi adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin. (c) Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat

bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin.

(d) Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan didekat benda-benda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi.

(2) Upaya mencegah terjadinya kehilangan panas :

(a) Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks, ganti handuk basah dengan handuk kering, biarkan bayi diatas perut ibu.

(b) Letakkan bayi agar terjadi kontak kulit ibu ke kulit bayi Letakkan bayi tengkurap di dada ibu, luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari putting payudara ibu.

(c) Selimuti ibudan bayi dan pakaikan topi di kepala bayi. Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat dan

(52)

(d) Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir, Lakukan penimbangan setelah 1 jam kontak kulit ibu ke kulit bayi.

(i) Bersihkan jalan nafas (bila perlu)

(ii) Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun, kira – kira 2 menit setelah lahir.

(iii) Lakukan inisiasi menyusui dini dengan cara kontak kulitbayi denganibu.

(iv) Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1 % pada kedua mata

(v) Beri suntikan vitamin K1 1 mg intramuscular, di paha kiri anterolateral setelah inisiasi menyusui dini.

(vi) Beri imunisasi hepatitis B 0,5 mg intramuscular, di paha kanan anterolateral, diberikan kira – kira 1- 2 jam

setelah pemberian Vit K1. 3. Pemeriksaan neurologis

Menurut Sondakh (2013); hal 163) pemeriksaan neurologis meliputi: a) Refleks Morro/Terkejut

Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan gerak terkejut.

b) Refleks Menggenggam

(53)

c) Refleks Rooting/Mencari

Apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa, maka ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu.

d) Refleks Menghisap/Sucking Reefleks

Apabila bayi diberi dot/putting, maka ia akan berusaha untuk menghisap.

e) Glabella Refleks

Apabila bayi disentuh pada daerah os glabella dengan jari tangan pemeriksa, maka ia akan mengerutkan keningnya dan mengedipkan matanya.

f) Gland Refleks

Apabila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri, maka ia berusaha mengangkat kedua pahanya.

g) Tonick Neck Refleks

Apabila bayi diangkat dari tempat tidur (digendong), mak ia akan berusaha mengangkat kepalanya.

4. Komplikasi bayi baru lahir dan neonatus a) Asfiksia

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (JNPK-KR 2014, h.146)

Penatalaksanaan bayi asfiksia (JNPK-KR 2014, h. 154) (1) Jaga bayi tetap hangat

(54)

(3) Hisap lendir

(4) Keringkan dan rangsang bayi

(5) Atur kembali posisi bayi dan hangatkan bayi

(6) Lakukan penilaian bayi, bila bayi bernafas normal maka lakukan asuhan bayi pasca resusitasi, jika bayi megap – megap mulai lakukan ventilasi

(7) Tahap ventilasi

(a) Pemasangan sungkup (b) Lakukan 2 kali ventilasi

(c) Lihat apakah dada mengembang atau tidak, jika tidak mengembang maka periksa :

(i) Posisi sungkup, pastikan tidak ada udara yang bocor (ii) Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah

menghidu

(iii) Periksa cairan atau lendir di mulut. Bila ada lendir cairan lakukan penghisapan

(iv) Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air ( ulangan), bila dada mengembang lakukan tahap berikutnya :

(a) Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

(55)

(c) rujukan jika bayi belum bernafas spontan sesudah 2 menit resusitasi.

(d) Lanjutkan ventilasi sambil memriksa denyut jantung janin

5. Asuhan kebidanan neonatus

Asuhan kebidanan kunjungan neonatal sebanyak tiga kali (dua kali pada minggu pertama dan satu kali pada 8–28 hari) yaitu pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari, dan umur 8-28 hari. (Profil Kesehatan Indonesia, 2014; hal.110).

Kunjungan neonatus (KN) Dilakukan sejak bayi usia satu hari sampai usia 28 hari yaitu :

a) KN 1 dilakukan pada umur 3-7 hari b) KN 2 dilakukan pada umur 3-7 hari c) KN 3 dilakukan pada umur 8-28 hari l. Nifas

1. Definisi

(56)

periode pascapartum/masa nifas adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intrapartum) hingga kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil (Varney, 2008, hal 958 ).

2. Tujuan asuhan masa nifas

Mengetahui kebutuhan ibu dan bayi pada periode pascaperslinan, mengenali komplikasi pascaperslinan pada ibu dan pada bayi, melakukan upaya pencegahan infeksi yang diperlukan serta menjelaskan dan melaksanakan ASI eksklusif, konseling HIV/AIDS dan kontrasepsi, prosedur imunisasi. (Prawirohardjo, 2010, hal. 356 ).

3. Periode Masa Nifas

Terdapat 3 periode masa nifas (Mochtar, 2012 hal. 87)

a) Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan- jalan.

b) Puerperium intermediate yaitu kepulihan menyeluruh alat – alat genitalia yang lamanya 6-8 minggu.

c) Puerperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi.

4. Perubahan fisiologis masa nifas

Pengerutan rahim (involusi) ( Mochtar, 2012, hal. 87 )

(57)

b) Bekas implantasi uri. Placental bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm , pada minggu keenam 2,4 cm, dan akhirnya pulih. c) Luka – luka pada jalan lahir jika tidak disertai dengan infeksi akan

sembuh dalam 6 – 7 hari.

d) Rasa Nyeri yang disebut after paints, (merian atau mules–mules )disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pasca persalinan.

5. Lochea dalam masa nifas

Adalah cairan skret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas ( Mochtar, 2012, hal. 87 ).

a) Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pascapersalinan.

b) Lochea sangunolenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir, hari ke 3 – 7 persalinan.

c) Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi. pada hari ke 7 – 14 pascapersalinan.

d) Lochea alba : cairan putih, setelah 2 minggu 6. Abnormalitas yang menyertai masa nifas

Abnormalitas yang terjadi pada masa nifas ( Manuaba, 2010, hal. 418) a) Abnormalitas rahim

(58)

Adalah terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya terlambat, penyebabnya bisa disebabkan karena infeksi endometrium, terdapat sisa plasenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah atau mioma uteri.

(2) Perdarahan kala nifas sekunder

Adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama, penyebabnya adalah terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban, infeksi pada endometrium,dan inversion uteri.

(3) Flegmasia alba dolens

Adalah infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis. Yang menimbulkan gejala :

(a) Terjadi pembengkakan pada tungkai (b) Vena tampak berwarna putih

(c) Terasa sangat nyeri

(d) Tampak bendungan pembuluh darah (e) Suhu tubuh dapat meningkat

b) Abnormalitas Payudara

(59)

dapat bervariasi seperti tidak keluar sama sekali (agalaksia), ASI sedikit (oligolaksia), terlalu banyak (poligalaksia), dan pengeluaran berkepanjangan (galaktorea).

(1) Bendungan ASI

Terjadi karena sumbatan pada saluran ASI, tidak dikosongkan seluruhnya. Keluhan yang muncul adalah mamae bengkak,keras, dan terasa panas, sampai suhu badan meningkat. Penanganannya dengan mengosongkan ASI dengan masase dan pompa, memberikan estradiol sementara menghentikan pembuatan ASI, dan pengobatan simtomatis sehingga keluhan berkurang.

(2) Mastitis dan abses payudara

(60)

7. Pencegahan infeksi pada masa nifas

Dalam upaya menurunkan infeksi pada masa nifas dapat dilakukan pencegahan (Manuaba, 2010, hal. 416 ).

a) Pencegahan pada waktu hamil

(1) Meningkatkan keadaan umum penderita

(2) Mengurangi factor predisposisi infeksi pada masa nifas b) Pencegahan saat persalinan

(1) Mengurangi perlukaan sebanyak mungkin (2) Merawat perlukaan plasenta sebaik – baiknya (3) Mencegah terjadinya perdarahan postpartum (4) Mengurangi melakukan pemeriksaan dalam (5) Menghindari persalinan yang berlangsung lama. c) Pencegahan pada masa nifas

(1) Melakukan mobilisasi dini sehingga darah lochea keluar dengan lancar

(2) Merawat perlukaan dengan baik

(3) Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosokomial.

8. Kebijakan program nasional masa nifas (Vivian,2013,94-95) a) Kunjungan pertama ( 6-8 jm post partum )

(1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

(61)

(3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

(4) Pemberian ASI awal

(5) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

(6) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi. b) Kunjungan kedua ( 6 hari setelah postpartum)

(1) Memastikan involusi uteri berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.

(2) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

(3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

(4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda – tanda penyulit.

(5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari – hari.

c) Kunjungan ketiga ( 2 minggu setelah post partum )

(62)

(2) Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi, atau perdarahan abnormal.

(3) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat.

(4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda – tanda penyulit.

(5) Memberikan konselling pada ibu mengenai asuhan pada bayi tali pusat, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi sehari – hari.

d) Kunjungan ke empat ( 6 minggu post partum )

(1) Menanyakan pada ibu tentang penyulit – penyulit yang dialami atau bayinya

(2) Memberikan konselling untuk KB secara dini. m. Keluarga berencana

1. Penapisan KB

Tabel 2.2 Penapisan KB Metode Nonoperatif

Metode Hormonal (pil kombinasi, pil YA TIDAK progesterin,suntik dan susuk)

Apakah pernah ikterus pada kulit atau mata Apakah pernah nyeri kepala hebat atau gangguan visual.

Apakah pernah nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak ( edema )

Apakah hari haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih Apakah anda menyusui dan kurang dari 6 minggu Pascapersalinan

(63)

Apakah hari pertama haid terahir 7 hari yang lalu.

Apakah klien (atau pasangan) mempunyai pasangan seks lain.

Apakah pernah mengalami infeksi menular seksual ( IMS ) Apakah pernah mengalami radang panggul atau kehamilan Ektopik

Apakah pernah mengalami haid banyak ( lebih 1-2 pembalut tiap 4 jam )

Apakah pernah mengalami haid lama ( lebih dari 8 hari ) Apakah pernah mengalami dismenorea berat yang membu- tuhkan analgetika dan / atau istirahat baring

Apakah pernah mengalami perdarahan/perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama

Apakah pernah mengalami gejala penyakit jantung vascular atau congenital

Sumber : Affandi, 2011, hal.u-10 Sampai u-1

Tabel 2.3 penapisan KB tubektomi

Sumber: Affandi,2011, h. u-10 sampai u-11 daa KeadaanKlien Dapat dilakukan pada

fasilitas rawat jalan Dilakukan di fasilitas rujukan Keadaan Umum penyakit jantung, paru, atau ginjal.

Diabetes tidak terkontrol, riwayat

gangguan pembekuan darah ada tanda–tanda penyakit jantung, paru, atau ginjal. Keadaan

emosional Tenang Cemas, takut

Tekanan darah < 160/100 mmHg >160/100 mmHg Berat Badan 35-85 kg >85 kg ; < 35 kg Riwayat operasi

abdomen/ panggul

Bekas seksio sesarea( tanpa perlekatan )

Operasi abdomen lainnya, perlekatan atau terdapat kelahiran pada pemeriksaan panggul

Pemeriksaan dalam ada kelainan

(64)

Tabel 2.4 penapisan Metode Vasektomi

Keadaan Klien Dapat dilakukan pada pasien rawat jalan

Dilakukan pada fasilitas rujukan penyakit jantung, paru, atau ginjal.

Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, tand – tanda penyakit jantung, paru atau ginjal.

Keadaan emosional Tenang Cemas, takut Tekanan darah < 160/100mmHg >160/100 mmHg Infeksi atau

Sumber : Affandi, 2011, hal.u-1 2. Jenis – Jenis KB

a) Metode Kontrasepsi sederhana tanpa alat (1)Metode kalender

Metode yang digunakan berdasarkan masa subur dimana harus menghindarkan hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi pada hari ke 8-19 sirklus menstruasinya.

(a) Keuntungan

(65)

(i) Diperlukan banyak pelatihan untuk bisa menggunakannya yang benar.

(ii) Memerlukan pemberi asuhan (non medis) yang sudah terlatih.

(iii) Memerlukan penahanan nafsu selama fase kesuburan untuk menghindari kehamilan

(c) Cara penggunaan metode kalender

(i) Mengurangi 18 hari sirklus hari terpendek, untuk menentukan awal dari masa suburnya.

(ii) Mengurangi 11 hari dari sirklus haid terpanjang untuk menentukan akhir dari masa suburnya (Handayani,2010,Hal 57-58)

(2) Metode suhu basal badan

Suatu metode kontrasepsi yang dilakukan dengan mengukur suhu tubuh untuk mengetahui suhu tubuh basal, untuk menentukan masa ovulasi.peningkatan suhu badan basal 0,2 – 0,5 derajat celcius.

(a) Keuntungan

(i) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pasangan terhadap masa subur

(66)

(iii) Dapat membantu menunjukan perubahan tubuh lain selain lendir servik

(iv) Berada dalam kendali wanita (b) Kekurangan

(i) Membutuhkan motivasi

(ii) Perlu diajarkan oleh spesialis keluarga berencana alami

(iii) Apabila suhu tubuh tidak diukur pada sekitar waktu yang sama setiap hari ini akan menyebabkan ketidakakuratan suhu tubuh basal. (Handayani,2010,Hal 61-62)

(3) Metode lendir servik

Metode kontrasepsi dengan menghubungkan pengawasan terhadap perubahan lendir servik wanita yang dapat dideteksi di vulva adanya lendir licin, mulur dan ada perasaan basah. (a) Keuntungan

(i) Dalam kendali wanita

(ii) Memberikan kesempatan pada pasangan menyentuh tubuhnya

(iii) Meningkatkan kesadaran terhadap perubahan pada tubuh

(67)

(b) Kerugian

(i) Membutuhkan komitmen

(ii) Perlu diajarkan oleh spesialis KB alami

(iii) Dapat membutuhkan 2-3 sirklus untuk memperlajari metode. (handayani,2010,hal 63-65).

(4) Metode amenorea laktasi (MAL)

Kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara esklusif, artinya hamya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman apa pun lainya.

(a) Keuntungan Bagi Ibu :

(i) Efektifitas tinggi

(ii) Tidak menggangu senggama

(iii) Tidak ada efek samping secara sistemik (iv) Tidak perlu pengawasan medis

(v) Tidak perlu obat atau alat (vi) Tanpa biaya

Bagi bayi :

(i) Mendapatkan antibody dari ASI

(ii) Sumber asupan gizi yang terbaik untuk tumbuh kembang bayi

(68)

(i) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan. (ii) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi social (iii) Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau

sampai dengan 6 bulan

(iv) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBVdanHIV/ AIDS.(Affandi,2011,hal MK-1 sampai MK-2 )

(5) Senggama terputus

Adalah metode kontrasepsi tradisional dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi. sehingga tidak ada pertemuan antara sperma dan ovum.

(a)Kelebihan

(i) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keuarga berencana.

(ii) Efektif jika dilaksanakan dengan benar (iii) Tidak menggangu produksi ASI (iv) Tidak ada efek samping

(69)

(b) Kekurangan

(i) Efektifitas sangat tergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan sanggama terputus setiap melaksanakannya.

(ii) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual. (Affandi, 2011,hal MK-15 sampai MK-16)

b) Kondom

Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi juga mencegah IMS termasuk HIV/ AIDS. Cara kerja kondom yaitu menghalangi pertemuan sperma dan ovum.

(1) Kelebihan

(a) Efektif bila digunakan dengan benar (b) Tidak menggangu produksi ASI (c) Tidak menggangu kesehatan klien (d) Tidak mempunyai pengaruh sistemik (e) Murah dan dapat dibeli secara umum (f) Tidak perlu pemeriksaan tenaga kesehatan

(g) Sebagai kontrasepsi sementara apabila kontrasepsi lainnya sedang ditunda

(2) Kekurangan

(a) Efektifitas kurang

(b) Mengganggu saat berhubungan

Gambar

Tabel 2.2  Penapisan KB Metode Nonoperatif
Tabel 2.3 penapisan KB tubektomi
Tabel 2.4  penapisan Metode Vasektomi

Referensi

Dokumen terkait

MUHAMMAD FAIZ DAROINI, Dosen Pembimbing: Dr. Moh Irfan Burhani,M.Psi: PENGARUH KEBIASAAN BELAJAR DAN KONSEP DIRI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS 8 SMP PAWYATAN

Allah SWT atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Strategi Guru Bimbingan dan Konseling

Umumnya digunakan oleh manajemen non-akuntansi yang lebih tinggi untuk

Diagram Alir Pengolahan Sari Buah Jambu Biji Merah dengan Alat – Alat yang Digunakan, Jumlah Unit, dan Kapasitas Masing - Masing Alat………... Diagram Alir Proses Beserta Neraca

Modul ini berguna untuk membuat atau melihat kembali slip gaji untuk tanggal 1. User akan memasukkan bulan dan tahun slip gaji. Sistem akan mengecek apakah gaji untuk bulan dan

Puji Syukur kepada Allah SWT, karena dengan hidayah-Nya, skripsi berjudul “ ZINE TENTANG KESETARAAN GENDER (Studi Analisis Produksi Pesan Dalam Media Zine Tentang

Apakah sebelum memasak Anda mencuci peralatan yang akan Ya / Tidaka. digunakan

Whole-genome sequencing was performed for five selected local cultivars to (1) assess their genetic diversity and relationship with Chinese cultivars, (2) identify genetic