PANDANGAN AKADEMIS
TENTANG KONSEP REFORMASI
BIROKRASI DIHUBUNGKAN
DENGAN LAHIRNYA UU NO 5
TAHUN 2014
TENTANG APARATUR SIPIL
NEGARA
Fernandes Simangunsong
SELAMAT DATANG
PESERTA
SEMINAR PEMERINTAHAN DALAM
MEMAHAMI UU NO 5 TAHUN 2014
TENTANG
APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)
Selamat…
Pagi!
Semangat…
Pagi!
PESERTA
BIMTEK
Biodata Narasumber
•
Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si
•
Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
•
NIP : 19770304 1995 11 1 001
•
Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
•
Pangkat
: Pembina Tk. I (IV/b)
•
Instansi: Kampus IPDN Jatinangor
•
Alamat : Komp. Singgasana Pradana
Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung
PERENUNGAN AWAL
APAKAH BAPAK-IBU PNS KABUPATEN
PANGANDARAN SUDAH SIAP MENJADI
BAGIAN DARI ASN (APARATUR SIPIL
NEGARA)?
B. FILOSOFI DAN PARADIGMA UU DAN RUU
YANG BERKAITAN DENGAN APARATUR NEGARA
UU 8/1974 UU 43/1999 RUU ASN PN sebagai unsur
aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat
PN sebagai abdi masyarakat yang menyelenggaraka n pelayanan
secara adil dan merata
Pembangunan ASN yang
profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari
praktik KKN serta mampu
menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran
sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa
Membangun PN yang bersatu padu, bermental baik,
berwibawa, berdaya guna, bersih,
bermutu tinggi, dan sadar akan
tanggungjawabnya.
Membangun PN yang profesional dan bertanggung jawab serta bebas KKN.
PERKEMBANGAN PERAN PNS :
•
Menurut Bekke, Perry and Toonen dalam bukunya : “ Civil Service
Systems in Comparative Perspective (Indiana University Press) (1996 :
71 – 88), ada lima tahap pengembangan peran PNS yaitu sbb :
a. Tahap Pertama : PNS sbg Pelayan Perseorangan;
b. Tahap Kedua : PNS sbg Pelayan Negara
/Pemerintah;
c. Tahap Ketiga : PNS sbg Pelayan Masyarakat;
d. Tahap Keempat : PNS sbg Pelayanan yg Dilindungi;
e. Tahap Kelima : PNS sbg Pelayanan Profesional.
PERKEMBANGAN TEORI ORGANISASI
OG I : Nonformal Organization : digunakan pada kerjasama yang bersifat sederhana, sejalan dengan manajemen generasi pertama.
OG II : Structural Organization (Henry Mintzberg, 1979 dll)
OG III : Wide Structural Organization (Frank Ostroff,1999 dll)
OG IV : Functional Organization (Susan Albers Mohrman et all, 1998 dll).
PERKEMBANGAN TEORI
DAN KONSEP MANAJEMEN
Sampai saat ini, manajemen telah berkembang mencapai
generasi kelima.
Perkembangannya yaitu sbb:
Generasi I
:
Management by Doing/Jungle
Management
Generasi II
:
Management by Direction
Generasi III
:
Management by Objectives/
Management by Targetting
Generasi IV
:
Management by Value Creation/
Total Quality Management
(Brian L. Joiner, 1994)
Generasi V
:
Management by Knowledge
Networking,
Virtual Enterprise and Dynamic
Teamming
Gambar 1. Model Pengembangan Karier PNS Pada Organisasi Fungsional
JABATAN POLITIS
I
II
JABATAN JABATAN FUNGSIONAL III STRUKTURAL
( ) ( )
IV
Gambar 2. Model Pengembangan Karier PNS Pada Organisasi Struktural
JABATAN POLITIS I
II
JABATAN JABATAN FUNGSIONAL III STRUKTURAL ( ) ( )
IV
• PNS di Indonesia masuk ke tipe keempat yakni pelayanan yang
dilindungi. Hal ini nampak dalam UU Nomor 8 Tahun 1974 jo UU
Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang masih
menggunakan prinsip : TERBUKA DALAM ARTI NEGARA, artinya
jabatan-jabatan negeri yang ada di dalam tubuh birokrasi hanya dapat
diisi oleh mereka yang sudah ada di dalam organisasi pemerintah.
• Untuk menuju tipe PNS profesional, perlu dipikirkan kemungkinan
penggunana prinsip TERBUKA di dalam pengisian jabatan-jabatan
yang berkaitan dengan kepentingan publik, sehingga terjadi kompetisi
untuk memperoleh pejabat yang memiliki kompetensi.
PARADIGMA POLA PENGEMBANGAN KARIER
UU 8/1974 UU 43/1999 RUU ASN Perpaduan sistem
karier dan sistem prestasi kerja, dengan menggunakan pola karier tertutup dalam arti negara, yang memungkin- kan perpindahan PN dari satu departemen ke departemen lain, satu provinsi ke provinsi lain, tetapi menutup dari Non PN menduduki jabatan negeri.
Sama dengan paradigma yang digunakan oleh UU Nomor 8 Tahun 1974, tetapi kemudian mengalami distorsi karena adanya UU Nomor 22 Tahun 1999 yang mempersempit pengertian tertutup dalam arti negara menjadi tertutup dalam daerah otonom bersangkutan.
Pola karier terbuka secara penuh, khususnya pada jabatan eksekutif senior meliputi pejabat struktural tertinggi, staf ahli, analisis kebijakan pada instansi pusat dan provinsi, dan pejabat eselon II.a di instansi pusat, provinsi dan kabupaten/kota,
• Revisi UU Nomor 32 Tahun 2004 menggunakan pola pengembangan karier tertutup dalam arti negara, serta masih merujuk pada pola pengembangan karier yang digunakan pada UU Nomor 8 Tahun 1974 (lihat Penjelasan Pasal 12 ayat 2 UU Nomor 8 Tahun 1974).
• UU Nomor 22 Tahun 1999 telah mengubah sistem kepegawaian negara yang semula menggunakan Integrated system menjadi
separated system. Integrated system biasanya digunakan di negara unitaris yang menempatkan semua PN sebagai aparatur negara yang dibiayai oleh negara dan ditempatkan di seluruh wilayah negara. Sedangkan separated system lebih banyak digunakan di negara federal, karena masing-masing negara bagian atau provinsi memiliki sistem kepegawaiannya sendiri.
17
KESEPAKATAN KEMENDAGRI DENGAN KEMENPAN PENGATURAN KEPEGAWAIAN DALAM RUU PEMERINTAHAN DAERAH
A. PENGANGKATAN SEKDA PROVINSI
1. Seleksi calon sekretaris daerah provinsi dilakukan oleh tim seleksi pemerintah pusat yang terdiri dari unsur Kemendagri, Kemenpan dan RB serta BKN dibantu oleh tim penguji independen dan dilakukan secara terbuka dengan memberikan peluang kepada seluruh PNS yang memenuhi syarat secara nasional;
2. Tim seleksi menetapkan 3 (tiga) orang calon terbaik yang disampaikan kepada Gubernur untuk mendapat rekomendasi.
3. Gubernur menyampaikan 3 (tiga) calon Sekda kepada Menteri Dalam Negeri disertai dengan rekomendasi gubernur.
4. Menteri Dalam Negeri mengajukan 3 (tiga) calon kepada Presiden dilampiri dengan rekomendasi gubernur untuk ditetapkan salah satunya menjadi sekretaris daerah
18
KESEPAKATAN PENGATURAN DALAM RUU PEMERINTAHAN DAERAH
B. PENGANGKATAN SEKDA KAB/KOTA
1.Seleksi calon sekretaris daerah kabupaten/kota dilakukan
oleh tim seleksi yang terdiri dari unsur pemerintah pusat
(Kemendagri, Kemenpan dan RB serta BKN) dan unsur
Pemerintah Provinsi dibantu oleh tim independen dan
dilakukan secara terbuka dengan memberikan peluang
kepada seluruh PNS yang memenuhi syarat dalam
provinsi yang bersangkutan;
2.Tim seleksi menetapkan 3 (tiga) orang calon terbaik
untuk disampaikan kepada bupati/walikota untuk dipilih
salah satunya.
3.Bupati/walikota menyampaikan 1 (satu) orang calon yang
dipilih kepada gubernur untuk ditetapkan menjadi
sekretaris daerah.
19
KESEPAKATAN PENGATURAN DALAM RUU PEMERINTAHAN DAERAH
C. PENGANGKATAN PEJABAT STRUKTURAL ESELON II PROVINSI
1. Pengangkatan eselon II di Provinsi dilakukan melalui
seleksi terbuka oleh tim gabungan pemerintah pusat
dan pemerintah provinsi dan dibantu oleh tim
penguji independen .
2. Tim dibentuk dan diangkat oleh Menteri.
3. Seleksi diikuti oleh PNS seluruh Indonesia yang
memenuhi persyaratan.
20
KESEPAKATAN PENGATURAN DALAM RUU PEMERINTAHAN DAERAH
C. PENGANGKATAN PEJABAT STRUKTURAL ESELON II KAB/KOTA
1. Pengangkatan eselon II di Kab/Kota dilakukan melalui
seleksi terbuka oleh tim gabungan pemerintah Provinsi
dan pemerintah Kab/kota dan dibantu oleh tim penguji
independen.
2. Tim dibentuk dan diangkat oleh Gubernur selaku wakil
pemerintah pusat.
3. Seleksi diikuti oleh PNS yang memenuhi syarat dalam
provinsi yang bersangkutan.
21
KESEPAKATAN PENGATURAN DALAM RUU PEMERINTAHAN DAERAH
D. KOMPETENSI PNS DI DAERAH
1. Pengangkatan, pemindahan dan promosi PNS dalam jabatan struktural di daerah dilakukan berdasarkan kompetensi yang meliputi :
Kompetensi dasar
Kompetensi manegerial
Komptensi teknis
Kompetensi pemerintahan
JENIS KEPEGAWAIAN
UU 8/1974 UU 43/1999 RUU ASN Pegawai Negeri terdiri
dari : a. PNS
b. Anggota ABRI PNS terdiri dari c. PNS Pusat d. PNS Daerah e. PNS lain yang
ditetapkan dengan PP.
(Psl 2 ayat 1 dan 2).
Pegawai Negeri terdiri dari :
a. PNS
b. Anggota TNI
c. Anggota Kepolisian Negara RI
PNS terdiri dari d. PNS Pusat e. PNS Daerah
Pegawai tidak tetap. (Psl 2 ayat 1,2,3)
Pegawai ASN terdiri dari :
a. PNS RI; b. Pegawai
Pemerintan Nonpermanen. (Psl 6)
Pegawai ASN yang bekerja pada Instansi merupakan satu
kesatuan ASN. (UU ini hanya
JENIS JABATAN
UU 8/1974 UU 43/1999 RUU ASN Dibedakan antara
jabatan negeri yang diduduki oleh pejabat negeri dengan
jabatan negara yang dipegang oleh
pejabat negara. Tidak ada rincian
jenis jabatan, karena diatur lebih lanjut melalui PP.
Jenis jabatan tidak diatur secara rinci dalam UU, tetapi di dalam PP.
Jabatan ASN terdiri dari
a. Jabatan
Administrasi;
b. Jabatan Fungsional c. Jabatan Eksekutif
Senior. (Psl 15). Jabatan Administrasi terdiri dari :
d. Jabatan pelaksana; e. Jabatan
pengawasan; f. Jabatan
AGENDA KERJA REFORMASI
BIROKRASI
MENPANBKN
KEMENDAG RI
REFORMASI BIROKRASI (RB)
ORG. TAHAN LAPAR PENDORONG RB PENATAAN ORGANISASI
PERDA URUSAN (PP 38/2007)
PERDA RPJPD, RPJMD (UU 25/2004)
PERDA SOTK (PP 41/2007)
PENGANGKATAN PNS BARU Syarat :
1. Bulan Maret BL/BTL (PNS) di bawah 50%
2. PNS Baru 2-3 Pengangkatan
BKD
(Badan Kepegawaian Daerah): 1. Formasi Penerimaan PNS
Baik di DOB/DOL tahun formasi 2012 apabila ANJAB dan ABK sudah diterima oleh MENPAN Pada Tgl 30 April 2012
2. Formasi Penerimaan PNS tahun 2013 apabila ANJAB dan ABK sudah diterima oleh MENPAN pada tgl 30 Juni 2012
3. formasi Penerimaan PNS tahun 2014 apabila ANJAB dan ABK sudah diterima oleh MENPAN pada tanggal 30 November 2012
ANJAB (Analisis Jabatan) ABK (Analisis Beban Kerja) EVALUASI UPTD/UPTB
KAJIAN JABATAN PNS
LANJUTAN
URTUG
(Uraian Tugas dan Fungsi)
Penilaian Kinerja Satuan Organisasi
Penyusunan Profil Birokrasi
SOP
(Standar Operasional Prosedur)
TAHUBJA (Tata Hubungan Kerja/Jabatan)
BIMTEK MANAJEMEN KEPEGAWAIAN BIMTEK SOP
(Standar Operasional
Prosedur)
Evaluasi jabatan
LANJUTAN
Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan/Individu
LANJUTAN
Pengadaan Pegawai
Otomatisasi administrasi kepegawaian Penataan Pegawai
Pola Karier Pegawai
Kesejahteraan Pegawai
Penegakan Disiplin
Penetapan Indikator Kinerja Utama dan Penyusunan tunjangan kinerja daerah (remunerasi)
Organisasi yang Gemuk
Peraturan perundang-undangan overlapping
SDM Aparatur Tidak Kompeten
Tumpang Tindih Kewenangan Pelayanan
publik masih buruk Pola pikir
rule base
Budaya kinerja belum terbangun
KONDISI BIROKRASI DI INDONESIA
TUJUAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI
Menciptakan
Birokrasi Bersih,
Kompeten dan Melayani
:
1. Bersih dari KKN dan politisasi;
2. Kompeten terhadap tugas dan
tanggung jawab yang diemban;
3. Melayani masyarakat dan dunia
usaha/investasi.
REFORM
ASI
BIROKRA
SI
REFORM
ASI
BIROKRA
SI
UU No. 39 Tahun
2008 Kementer
ian Negara
UU No 25 Tahun
2009 Pelayana
n Publik
UU No 25 Tahun 2009 Pelayana n Publik RUU Adminsitr asi Pemerinta han UU No
5/2014 Aparatur Sipil Negara RUU Sistem Pengawas an Intern Pemerinta h RUU Sistem Pengawas an Intern Pemerinta h
FONDASI UNTUK REFORMASI
UNDANG-UNDANG BIROKRASI
TRANSFORMASI BIROKRASI SAMPAI 2025
32
Rule
based
bureaucra
cy
Performance
based bureaucracy
Dynamics
governan
ce
2013
2018
Closed Career System
Open Career System
Open System
TRANSFORMASI SISTEM KEBIJAKAN
DAN MANAGEMENT APARATUR SIPIL
NEGARA
33
2013
2018
Administras i
Kepegawai an
Manageme nt SDM
Pengembangan Potensi Human Capital
TRANSFORMASI PENDEKATAN KEBIJAKAN
DAN MANAGEMENT APARATUR SIPIL NEGARA
34
2013
2018
STRATEGI PROGRAM REFORMASI BIROKRASI
9 PROGRAM PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI
1. Penataan Struktur Organisasi Pemerintah 2. Penataan Jumlah dan Distribusi PNS
3. Pengembangan Sistem Seleksi dan Promosi Secara Terbuka 4. Peningkatan Profesionalisasi PNS
5. Pengembangan Sistem Pemerintahan Elektronik yang terintegrasi 6. Peningkatan Pelayanan Publik
7. Peningkatan Integritas dan Akuntabilitas Kinerja Aparatur 8. Peningkatan Kesejahteraan Pegawai Negeri
9. Peningkatan Efisiensi Belanja Aparatur
1. Penataan Struktur Organisasi
Pemerintahan
36
36
RENCANA AKSI
1. Evaluasi Organisasi Kementerian;
2. Evaluasi Organisasi LPNK dan LNS;
3. Evaluasi Organisasi Pemda;
4. Penataan dan Penyederhanaan Struktur Organisasi
Pemerintahan;
5. Evaluasi Kinerja
HASIL
6. Audit/Assesment Organisasi K/L : 3 selesai, 13
dalam proses
7. Audit LNS : 10 LNS diusulkan dibubarkan, 5
menyusul
8. Sedang disusun konsep arsitektur Pemerintah
Pusat
2. Penataan Jumlah, Dan Distribusi PNS
RENCANA AKSI
1.Analisis jabatan, analisis beban kerja dan evaluasi
jabatan di K/L dan Pemda;
2.Kebijakan moratorium dan
minus growth
PNS;
3.Redistribusi/realokasi PNS.
HASIL
4.Melatih analis kebijakan sebanyak 4.125 orang
5.Pengajuan formasi pegawai baru dilengkapi ANJAB, ABK,
EVJAB
(Dari 525 Pemda, 161 tdk mengusulkan, 108 mengusulkan tapi
tidak mendapat formasi, dan hanya 256 yg mendapatkan
formasi)
6.Moratorium PNS 2011 – 2012
7.Minus growth (2012 : 13.000, 2013 : 65.000)
8.Redistribusi (Kemkumham, BNN, Kemkeu dll)
3. Pengembangan Sistem Seleksi CPNS Dan
Promosi
PNS Secara Terbuka
RENCANA AKSI
A. Kebijakan Penerimaan CPNS berkualitas dan bebas KKN
B. Kebijakan Mutasi dan Promosi PNS dengan sistem merit:
•
SE Menpan 16/2012 tentang Promosi Terbuka
•
Salah satu substansi dalam UU ASN
HASIL :
1. Pelaksanaan Seleksi CPNS 2012 secara transparan, objektif
dan Bebas KKN
•
Penyusunan Materi Test (TKD dan TKB) oleh Konsorsium
PTN dan K/L
•
Pelaksanaan Test secara Terpadu (K/L dan Pemda)
•
Pengawasan Secara Bersama (BPKP, Lemsaneg, POLRI,
BPPT)
•
Audit Penyelesaian TH K-I (BPKP) dan Seleksi TH K-2
2. Pembangunan CAT (
Computer Assisted Test
) di 12 KanReg
BKN
3. Promosi Terbuka di beberapa K/L/Pemda : KemenPAN, Pemda
DKI, Fakfak Barat, dll
38
4. Peningkatan
Profesionalisasi PNS
RENCANA AKSI
1. Penetapan Standar Kompetensi Jabatan
2. Peningkatan Kompetensi PNS
3. Pengukuran Kinerja individu
4. Penegakan Etika dan Disiplin Pegawai Negeri
5. Pengembangan dan Penguatan Jabatan Fungsional
HASIL
6. Perubahan Kurikulum diklat PIM dan Diklat Prajabatan
oleh LAN
7. Survei Pengukuran Anggaran Diklat K/L sangat kurang
8. Persiapan Pengukuran Kinerja Individu (1 Jan 2014, PP
46/2011)
9. Penjatuhan sanksi PNS yang melanggar disiplin
5. Pengembangan Sistem Pemerintahan
Elektronik yang terintegrasi
RENCANA AKSI
1. Peningkatan efisiensi belanja infrastruktur TIK
2. Pengintegrasian TIK dari
silo
ke
resource sharing
3. Penerapan Aplikasi IT dalam:
e-Office, e-Planning,
Budgetting, Procurement, Performance,
e-Audit
HASIL
:
4. Pelaksanaan elektronik office di beberapa K/L/
Pemda
5. Proses Pengintegrasian Sistem IT di K/L/Pemda
(Kerjasama KemenPAN, Kominfo dan KemenKeu)
6. Peningkatan Pelayanan
Publik
RENCANA AKSI
1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Dasar Masyarakat (Pendidikan, Kesehatan, Pelayanan Administrasi)
2. Peningkatan Kemudahan Berusaha/Investasi 3. Program Quick Wins Nasional
4. Penguatan Budaya Pelayanan Prima Kepada Masyarakat 5. Pengelolaan Pengaduan Masyarakat
HASIL
6. Penetapan Standar Pelayanan Publik di K/L/Pemda
7. Penilaian dan Penghargaan Pelayanan Publik untuk K/L/Pemda
8. Pelaksanaan Survei IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) di K/L/Pemda 9. Draft Perpres Pengelolaan Pengaduan Masyarakat
10.Proses Penyusunan Sistem Informasi Pelayanan Publik
11.Proses perbaikan ease of doing business melibatkan K/L/Pemda terkait
12.Peningkatan efektifitas PTSP di K/L/Pemda
41
7. PENINGKATAN INTEGRITAS DAN
AKUNTABILITAS KINERJA APARATUR
RENCANA AKSI
A. Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK & WBBM • Pelaporan Harta Kekayaan PNS
• Whistle Blower System
• Keterbukaan Informasi Publik
• Program Pengendalian Gratifikasi • Pendidikan Anti Korupsi
• Penguatan Sistem Pengawasan Internal Pemerintah (RUU SPIP) B. Akuntabilitas
• Pengintegrasian Sistem Perencanaan, Sistem Penganggaran dan Manajemen Kinerja
• Peningkatan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah HASIL
1. K/L sudah menandatangani Zona Integritas
2. Clearance dari PPATK untuk pengangkatan eselon I
3. Penyusunan RUU Sistem Pengawasan Internal Pemerintah 4. Peningkatan nilai akuntabilitas kinerja K/L/Pemda
5. Penetapan Permenpan penangganan konflik kepentingan, Whistle
8. Peningkatan Kesejahteraan Pegawai
Negeri
RENCANA AKSI
1. Perbaikan Struktur Penggajian;
2. Pemberian Tunjangan Berbasis Kinerja
3. Perbaikan Sistem Pensiun/purna tugas
HASIL
4. Kenaikan Gaji Berkala PNS dan Pensiunan
5. Pemberian tunjangan kinerja pada 36 K/L dan 28
K/L melalui optimalisasi anggaran K/L yang
bersangkutan
6. Penyusunan draft RPP Penggajian dan Pensiun
9. Efisiensi Belanja Pegawai
RENCANA AKSI
1. Review belanja perjalanan dinas, konsyinering,
belanja honor, belanja diklat
2. Mendorong penggunaan sarana fasilitas
Pemerintah
3. Kebijakan pengetatan belanja perjalanan dinas
HASIL
4. Efisiensi Sarana dan Prasarana Kerja;
5. Pendayagunaan Fasilitas Pemerintah yang Ada
6. Efisiensi Perjalanan Dinas.
SEKILAS UNDANG-UNDANG TENTANG
APARATUR SIPIL NEGARA (UU No
5/2014
)
UU ASN MENGISYARATKAN :
19 Peraturan Pemerintah :
a.Jabatan Administrasi dan Kompetensi (Diatur
dengan)
b.Jabatan Fungsional (Diatur dengan)
c.Penetapan Syarat kompetensi, kualifikasi,
kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam
jejak jabatan, integritas, serta persyaratan lain
yang dibutuhkan jabatan pimpinan tertinggi (JPT)
(Diatur dengan)
d. Jabatan ASN tertentu yang berasal dari TNI dan
anggota POLRI dan tata cara pengisian jabatannya
(Diatur dengan)
e.Hak PNS dan P3K dan kewajiban pegawai ASN
(Diatur dengan)
Lanjutan UU ASN MENGISYARATKAN :
19 Peraturan Pemerintah :
g. Pengadaan PNS dan Tata cara sumpah/janji PNS
(Diatur dengan)
h. Pangkat, tatacara Pengangkatan PNS dalam Jabatan,
kompetensi jabatan, klasifikasi jabatan, dan tata cara
perpindahan antar jabatan administrasi dan jabatan
fungsional (Diatur dengan)
i. Pengembangan Karier, pengembangan kompetensi,
pola karier, promosi dan mutasi ASN (Diatur Dalam)
j. Penilaian Kinerja ASN (Diatur dengan)
k. Gaji, tunjangan kinerja, tunjangan kemahalan, dan
fasilitas ASN (Diatur dengan)
l. Kedisiplinan ASN (Diatur dengan)
Lanjutan UU ASN MENGISYARATKAN :
19 Peraturan Pemerintah :
n. Pengelolaan Program Jaminan Pensiun dan jaminan
hari tua PNS (Diatur dalam)
o. Perlindungan ASN dalam bekerja (Diatur dalam)
p. Manajemen P3K (Diatur dalam)
q. Pengangkatan
,
Pemberhentian,
Pengaktifan
kembali, dan hak kepegawaian PNS yang diangkat
menjadi pejabat negara dan pimpinan atau anggota
lembaga nonstruktural (Diatur dalam)
r. Korps Profesi pegawai ASN (Diatur dengan)
UU ASN MENGISYARATKAN :
3 (tiga) atau 4 (empat) Peraturan Presiden :
a.Kedudukan, susunan organisasi, fungsi, tugas,
wewenang, dan tanggungjawab sekretariat, tata
kerja, sistem KASN (Diatur dengan)
b.Manajemen
sumber
daya
manusia,
serta
tanggungjawab dan pengelolaan keuangan KASN
(Diatur dengan)
c.Fungsi, tugas dan Kewenangan LAN (Lembaga
Administrasi Negara) dalam ASN (diatur dengan)
UU ASN MENGISYARATKAN :
1 (satu) Peraturan Menteri :
“Seleksi dan Tatacara Pembentukan Tim Seleksi
Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)” (Diatur dengan)
1 (satu) Keputusan Menteri :
“Kebutuhan
Jumlah
dan
Jenis
Jabatan
P3K”
(Ditetapkan dengan)
1 (satu) Peraturan KASN :
SISI POSITIF
MEMPERKUAT PENGELOLAAN KEPEGAWAIAN YANG BERBASIS “SISTEM MERIT”
Kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, ataupun kondisi kecacatan
PRINSIP DASAR “sistem merit ” dalam kebijakan dan manajemen ASN adalah
a. Seleksi dan promosi secara adil dan kompetitif b. Menerapkan prinsip fairness
c. Penggajian, reward and punishment berbasis kinerja
d. Standar integritas dan perilaku untuk kepentingan publik e.Manajemen SDM secara efektif dan efisien
SISI POSITIF
PENGELOLAAN KEPEGAWAIAN YANG BERBASIS SISTEM
MERIT MEMBENTUK APARATUR SIPIL NEGARA :
a. independen dan netral
b. kompeten
PERBEDAAN STRUKTUR
UU
KEPEGAWAIN
43/1999
UU ASN
5/2014
VI BAB
XV BAB
SISTIMATIKA UU ASN
BAB I Ketentuan Umum
BAB II Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Kode Perilaku dan Kode Etik
BAB III Jenis, Status, dan Kedudukan ASN
BAB IV Fungsi, Tugas, dan Peran ASN
BAB V Jabatan ASN
•Jabatan Administrasi
•Jabatan Fungsional
•Jabatan Pimpinan Tinggi
BAB VI Hak dan Kewajiban ASN
BAB VII Kelembagaan
Lanjutan SISTIMATIKA UU ASN
BAB IX Manajemen Aparatur Sipil Negara
a. Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat yang Berwenang b. Manajemen PNS
c. Manajemen PPPK
BAB IX Lanjutan Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi a. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Pusat b. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Daerah c. Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi
d. Pejabat Pimpinan Tinggi yang Mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah
e. Pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi
BAB X Pegawai ASN Yang Menjadi Pejabat Negara
BAB XI Organisasi
BAB XII Sistem Informasi Aparatur Sipil Negara BAB XIII Penyelesaian Sengketa
•
Memiliki standar pelayanan profesi
•
Memiliki dan menegakkan kode etik dan
kode perilaku profesi
•
Memiliki sistem pendidikan dan pelatihan
profesi
•
Memiliki standar sertifikasi profesi
•
Memiliki organisasi profesi yang independen
Pasal 126 UU ASN
56
PEGAWAI ASN
1. PNS (Pasal 1 butir 3 &
Pasal 7)
• Berstatus pegawai
tetap dan Memiliki NIP
secara Nasional;
• Menduduki jabatan
pemerintahan.
57
2. PPPK (Pasal 1 butir 4 &
Pasal 7)
•
Diangkat
dengan
perjanjian kerja sesuai
kebutuhan
instansi
dan
ketentuan
Undang-Undang.
• Melaksanakan tugas
pemerintahan.
• berkedudukan sebagai unsur aparatur negara
• melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh
pimpinan
JABATAN ASN
JABATAN
ADMINISTRASI JABATAN FUNGSIONAL JABATAN PIMPINAN TINGGI • Jabatan
Administrator
Memimpin
pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan dan administrasi
• Jabatan Pengawas
Mengendalikan
pelaksanaan kegiatan • Jabatan Pelaksana
Melaksanakan
kegiatan pelayanan dan administrasi pemerintahhan dan pembangunan
• Jabatan Fungsional Keahlian
Terdiri atas : a. Ahli utama; b. Ahli madya; c. Ahli muda; dan d. Ahli pertama
• Jabatan fungsional keterampilan
e. penyelia; f. Mahir;
g. Terampil; dan h. pemula
• JPT Utama;
• JPT Madya; dan • JPT Pramata
Berfungsi memimpin dan memotovasi
setiap pegawai ASN melalui :
• kepeloporan
• pengembangan kerjasama
• keteladanan
1. Jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN
2. Jabaan ASN tertentu dapat diiisi dari Prajurit TNI dan anggota POLRI
HAK PEGAWAI ASN
59
PNS
PPPK
PNS memperoleh :
•
Gaji, tunjangan, dan
fasilitas;
•
Cuti;
•
Jaminan pensiun dan
jaminan hari tua;
•
Perlindungan; dan
•
Pengembangan
kompetensi.
PPPK berhak
memperoleh :
•
Gaji dan tunjangan;
•
Cuti;
•
Perlindungan; dan
PEMBINAAN DAN MANAJEMEN ASN
1. Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan
merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
kebijakan, pembinaan profesi, dan Manajemen ASN.
2. Untuk menyelenggarakan kekuasaan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), Presiden mendelegasikan
sebagian kekuasaannya kepada:
•
Menteri/Kementerian PANRB;
•
KASN;
•
LAN; dan
•
BKN.
Pasal 23 UU ASN
KEWENANGAN & HUB OTORITAS LEMBAGA
Menteri/Kementerian
PANRB
BKN
•
Perumusan
dan
penetapan kebijakan
•
Koordinasi
dan
sinkronisasi kebijakan
•
Pelaksanaan
atas
pelaksanan
kebijakan
ASN
•
Penyelenggaraan
manajemen ASN
•
Pengawasan
dan
pengendalian
pelaksanaan
NSPK
manajemen ASN
•
(Mengelola Pegawai ASN)
61
LAN
KASN
•
Penelitian,
pengkajian
kebijakan
manajemen
ASN
•
Pembinaan dan
Penyelenggaraan
Diklat ASN
Monitoring, evaluasi kebijakan,
dan rekomendasi yang mengikat
untuk
menjamin perwujudan
STRUKTUR KELEMBAGAAN KASN
62PRESIDEN
KEMENTERI ANKEMEN
PANRB
LAN
BKN
LPN KKAS
N
LNSMemegang kekuasaan tertinggi pembinaan dan manajemen
ASN
Merumuskan kebijakan
Melaksanak an kajian dan diklat
Mengelola pegawai
ASN
1. Menjaga merit system
2. Monev Seleksi JPT
KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA
1. Sifat dan Kedudukan: (Pasal 27) a. Lembaga Non Struktural
b. Mandiri, bebas dari intervensi politik 2. Tujuan : (Pasal 28)
• menjamin terwujudnya Sistem Merit dalam kebijakan dan Manajemen ASN;
• mewujudkan ASN yang profesional, berkinerja tinggi, sejahtera, dan berfungsi sebagai perekat NKRI;
• mendukung penyelenggaraan pemerintahan negara yang efektif, efisien, terbuka, dan bebas KKN;
• mewujudkan Pegawai ASN yang netral dan tidak diskriminatif dalam pelayanan;
• menjamin terbentuknya profesi ASN yang dihormati; dan • mewujudkan ASN yang dinamis dan berbudaya pencapaian
kinerja.
FUNGSI DAN TUGAS KASN
Fungsi
mengawasi pelaksanaan norma dasar, kode etik/perilaku, penerapan Sistem Merit.
Tugas
a.menjaga netralitas Pegawai ASN;
b.melakukan pengawasan atas pembinaan profesi ASN; dan c.melaporkan pelaksanaan tugas kepada Presiden.
Dalam melakukan tugasnya KASN dapat:
d.melakukan penelusuran data dan informasi pada Instansi Pemerintah; e.melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan fungsi Pegawai ASN; f. menerima laporan terhadap pelanggaran norma dasar, kode etik dan
kode perilaku Pegawai ASN;
g.melakukan penelusuran data dan informasi atas prakarsa sendiri
terhadap dugaan pelanggaran norma dasar, kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN; dan
h.melakukan upaya pencegahan pelanggaran norma dasar, kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN.
WEWENANG KASN
Wewenang
(Pasal 32)
a. mengawasi setiap tahapan proses pengisian JPT;
b. mengawasi & mengevaluasi penerapan asas, nilai dasar,
kode etik/perilaku;
c. meminta informasi dari pegawai ASN dan masyarakat;
d. memeriksa dokumen terkait pelanggaran norma dasar,
kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN; dan
e. meminta klarifikasi dan/atau dokumen yang diperlukan.
Tindak lanjut hasil pengawasan (
Pasal 33)
Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud
pada huruf b, KASN berwenang untuk memutuskan adanya
pelanggaran kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN.
Tindak Lanjut Keputusan KASN
66 Ada Pelangg aran Hasil Pengawasan KASN Tidak ada Pelanggar an Keputusan KASN: pelanggaran kodeetik dan kode perilaku Pegawai ASN
PPK dan PyB wajib menindaklanjuti Ditindaklanj uti Tidak Ditindaklanj uti
KASN merekomendasikan kepada Presiden untuk menjatuhkan sanksi terhadap PPK dan PyB yang melanggar prinsip Sistem Merit dan ketentuan peraturan perundang-undangan
Sanksi sebagaimana dimaksud berupa: a. peringatan;
b. Teguran;
c. Perbaikan, pencabutan, pembatalan, penerbitan, dan/atau pengembalian pembayaran;
d. Hukuman disiplin untuk PyB sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; dan
Kewenangan Menjatuhkan
Sanksi
Penjatuhan Sanksi atas pelanggaran Sistem
Merit:
•
Presiden
selaku
pemegang
kekuasan
tertinggi pembinaan ASN, terhadap keputusan
Pejabat Pembina Kepegawaian; dan
•
Menteri PANRB
terhadap keputusan yang
ditetapkan oleh Pejabat yang Berwenang, dan
terhadap Pejabat Pembina Kepegawaian di
tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
SUSUNAN & KEANGGOTAAN KASN
1. KASN, terdiri atas: (Pasal 35)
a. (satu) orang Ketua merangkap anggota.
b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota c. 5 (lima) orang anggota.
2. Unsur keanggotaan:
terdiri dari unsur pemerintah dan/atau non-pemerintah 3. Syarat menjadi Anggota KASN
- WNI;
- setia dan taat kepada Pancasila dan UUDNRI 1945;
- berusia paling rendah 50 (lima puluh) tahun pada saat mendaftarkan diri;
- tidak sedang menjadi anggota parpol dan/atau tidak sedang menduduki jab.politik;
- mampu secara jasmani dan rohani untuk melaksanakan tugas;
memiliki kemampuan, pengalaman, dan/atau pengetahuan di bidang manajemen SDM;
- berpendidikan paling rendah strata dua (S2) di bidang AN,
manajemen SDM, kebijakan publik, ilmu hukum, ilmu pemerintahan, dan/atau S2 di bidang lain;
- tidak merangkap jabatan pemerintahan dan/atau badan hukum lainnya; dan
- tidak pernah dipidana penjara.
ASISTEN KASN
KASN dibantu oleh:
• Asisten
• Pejabat Fungsional keahlian yang dibutuhkan.
Syarat sebagai asisten KASN:
- diangkat dan diberhentikan oleh ketua KASN berdsrkan persetujuan rapat KASN;
- dapat berasal dari PNS maupun non-PNS yang memiliki kualifikasi akademik paling rendah S2 di bidang AN, manajemen publik, manajemen SDM, psikologi, kebijakan publik, ilmu hukum, ilmu pemerintahan, dan/atau S2 di bidang lain yang berkaitan dengan manajemen SDM.
- tidak sedang menjadi anggota dan/ pengurus parpol, tidak merangkap jabatan, serta diseleksi secara terbuka dan kompetitif. - memiliki dan melaksanakan nilai dasar, kode etik dan kode perilaku
serta diawasi oleh anggota KASN
PENGANGKATAN & PEMBERHENTIAN ANGGOTA
KASN
1. Penetapan (Pasal 37 ayat (1))
Presiden menetapkan Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota KASN dari anggota KASN terpilih yang diusulkan oleh tim seleksi.
2. Masa Jabatan (Pasal 37 ayat (2))
Ketua, Wakil Ketua, dan anggota KASN ditetapkan untuk masa jabatan 5 tahun dan hanya dapat diperpanjang untuk 1 kali masa jabatan.
3. Pemberhentian : (Pasal 37 ayat (3))
• meninggal dunia; mengundurkan diri; tidak mampu jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai anggota KASN;
• dihukum penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah memperoleh kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan; atau
• menjadi anggota partai politik dan/atau menduduki jabatan
Seleksi Anggota KASN
Menjamin Netralitas Anggota KASN:
• Anggota KASN yang berasal dari PNS diberhentikan sementara dari jabatan ASN.
• Anggota KASN yang berasal dari PPPK diberhentikan statusnya dari PPPK. • Anggota KASN yang berasal dari non-pegawai ASN harus mengundurkan
diri sementara dari jabatan dan profesinya.
Tim Seleksi Anggota KASN:
• Beranggotakan 5 (lima) orang yang dibentuk oleh Menteri.
• Tim seleksi dipimpin oleh Menteri dan melakukan tugas selama 3 (tiga) bulan.
• Anggota tim seleksi harus memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang ASN, rekam jejak yang baik, integritas moral, dan netralitas.
• Melakukan proses seleksi anggota KASN dengan mengumumkan secara terbuka lowongan tersebut kepada masyarakat secara luas, melakukan penilaian pengetahuan, kompetensi, integritas moral, rekam jejak calon, dan uji publik.
• Tim seleksi menyampaikan 2 (dua) kali jumlah anggota KASN untuk dipilih dan ditetapkan oleh Presiden.
Majelis Kehormatan KASN
•
KASN memiliki dan melaksanakan kode etik dan kode
perilaku.
•
Dalam hal terjadi pelangggaran kode etik dan kode
perilaku sebagaimana dimaksud, Presiden membentuk
Majelis kehormatan kode etik dan kode perilaku.
•
Majelis kehormatan kode etik dan kode perilaku terdiri
atas:
-
5 (lima) orang yang berasal dari luar KASN dan
-
memiliki
pengetahuan,
pengalaman,
dan
kompetensi di bidang ASN, rekam jejak yang baik,
integritas moral, dan netralitas, serta
-
berusia paling rendah 55 (lima puluh lima) tahun.
Lembaga Administrasi
Negara
LAN memiliki fungsi:
• pengembangan standar kualitas pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN; • pembinaan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial Pegawai ASN; • penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial
Pegawai ASN baik secara sendiri maupun bersama-sama lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya;
• pengkajian terkait dengan kebijakan dan Manajemen ASN; dan
• melakukan akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN, baik sendiri maupun bersama lembaga pemerintah lainnya.
LAN bertugas:
• meneliti, mengkaji, dan melakukan inovasi Manajemen ASN sesuai kebutuhan kebijakan;
• membina dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN berbasis kompetensi;
• merencanakan dan mengawasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN secara nasional;
• menyusun standar dan pedoman penyelenggaraan dan pelaksanaan diklat, serta pemberian akreditasi dan sertifikasi di bidangnya dengan melibatkan K/L terkait;
• memberikan sertifikasi kelulusan peserta pendidikan dan pelatihan penjenjangan;
• membina dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan analis kebijakan publik; dan
• membina jabatan fungsional di bidang pendidikan dan pelatihan
Kewenangan LAN
LAN berwenang:
a. mencabut izin penyelenggaraan pendidikan
dan latihan Pegawai ASN yang melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan;
b. memberikan rekomendasi kepada Menteri
dalam bidang kebijakan dan Manajemen
ASN; dan
c. mencabut akreditasi lembaga pendidikan
dan pelatihan Pegawai ASN yang tidak
memenuhi standar akreditasi
BKN
BKN memiliki fungsi:
• pembinaan penyelenggaraan Manajemen ASN;
• Manajemen ASN dalam bidang pertimbangan teknis formasi, pengadaan, perpindahan antarinstansi, persetujuan kenaikan pangkat, pensiun; dan • penyimpan informasi Pegawai ASN dan pengembangan Sistem Informasi
ASN.
BKN bertugas:
• mengendalikan seleksi calon Pegawai ASN;
• membina dan menyelenggarakan penilaian kompetensi serta mengevaluasi pelaksanaan penilaian kinerja Pegawai ASN oleh Instansi Pemerintah;
• membina jabatan fungsional di bidang kepegawaian;
• mengelola dan mengembangkan sistem informasi kepegawaian ASN; • menyusun NSPK kebijakan Manajemen ASN;
• menyelenggarakan administrasi kepegawaian ASN; dan
• mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan NSPK manajemen kepegawaian ASN
Pejabat Pembina Kepegawaian
• Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN dapat mendelegasikan kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pejabat selain pejabat pimpinan tinggi utama dan madya, dan pejabat fungsional keahlian utama kepada:
- Menteri di kementerian; - Pimpinan lembaga di LPNK;
- sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan LNS;
gubernur, di provinsi; dan
- bupati/walikota, di kabupaten/kota.
Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
Pejabat yang Berwenang
• Presiden dapat mendelegasikan kewenangan pembinaan Manajemen ASN kepada Pejabat yang Berwenang di kementerian, sekjen/ sekretariat LN, sekretariat LNS, Sekda provinsi dan kabupaten/kota.
• Pejabat yang Berwenang dalam menjalankan fungsi Manajemen ASN di Instansi Pemerintah berdasarkan Sistem Merit dan berkonsultasi dengan Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing. • Pejabat yang Berwenang memberikan rekomendasi usulan kepada
Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing.
• Pejabat yang Berwenang mengusulkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional kepada Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing.
Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Manajemen PNS
Manajemen PNS meliputi:
a. penyusunan dan penetapan kebutuhan; b. pengadaan;
c. pangkat dan jabatan; d. pengembangan karier; e. pola karier;
f. promosi; g. Mutasi;
h. Penilaian kinerja
i. penggajian dan tunjangan; j. penghargaan;
k. disiplin;
l. pemberhentian;
m.pensiun dan tabungan hari tua; dan n. perlindungan.
PENETAPAN KEBUTUHAN DAN
PENGENDALIAN JUMLAH
1. Dasar penetapan kebutuhan :
a. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis
jabatan berdasarkan analisis jabatan dan
analisis beban kerja.
b. Perencanaan kebutuhan SDM 5 tahun
dengan rincian per tahun berdasarkan
prioritas kebutuhan
c. Ditetapkan oleh Menteri secara nasional.
2. Metode: analisis jabatan dan analisis beban
kerja
(Pasal 56 UU ASN)
PENGADAAN PNS
1. Dasar pengadaan:
- pengisian kebutuhan jabatan yang lowong
- sesuai kebutuhan pegawai yang ditetapkan Menteri
2. Tahapan :
a. Perencanaan
b. Pengumuman lowongan c. Pelamaran
d. Seleksi (administrasi, kompetensi dasar, dan kompetensi bidang) e. Pengumuman hasil seleksi
f. Masa percobaan
g. Pengangkatan menjadi PNS (Pasal 58)
Pangkat dan Jabatan
•
PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu.
•
Setiap jabatan dikelompokkan dalam klasifikasi
jabatan
PNS
yang
menunjukkan
kesamaan
karakteristik, mekanisme, dan pola kerja.
•
PNS dapat berpindah antar dan antara JPT, Jabatan
Administrasi, dan Jabatan Fungsional di Instansi Pusat
dan Daerah berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan
penilaian kinerja.
•
PNS dapat diangkat dalam jabatan tertentu pada
lingkungan instansi TNI dan Polri yang pangkat/
jabatannya disesuaikan dengan pangkat dan jabatan
di lingkungan instansi TNI dan Polri.
Pengembangan Karier
•
dilakukan berdasarkan:
- kualifikasi;
- Kompetensi (teknis, manajerial, sosial
kultural);
- penilaian kinerja, dan
- kebutuhan Instansi Pemerintah.
•
Dilakukan dengan mempertimbangkan
integritas dan moralitas
HAL-HAL YANG PERLU PERHATIAN
ASN SEBAGAI PROFESI (Psl 126)
a. Memiliki standar pelayanan profesi
b. Memiliki dan menegakkan kode etik dan kode perilaku
profesi
c. Memiliki sistem pendidikan dan pelatihan profesi
d. Memiliki standar sertifikasi profesi
e. Memiliki organisasi profesi yang indepeden
PEGAWAI ASN
a. PNS : Berstatus Pegawai tetap dan memiliki NIP
secara Nasional dan memiliki jabatan
Pemerintahan (Psl 1 butir 7 dan Psl 7)
b. P3K : Diangkat dengan perjanjian kerja sesuai
kebutuhan Instansi dan ketentuan UU dan
melaksanakan tugas pemerintahan
Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur
HAL-HAL YANG PERLU PERHATIAN
• Batas Usia Pensiun
Jabatan Pimpinan Tinggi (Es. I dan Es. II) 60 tahun
Jabatan Administrasi (Es. III s.d Es. V dan Jabatan Funsional Umum) 58 tahun
Jabatan Fungsional sesuai peraturan perundangan:
• Bagi PNS yang pensiun TMT 1 Februari 2014 :
Jabatan administrasi dan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (Es. II) : otomatis diperpanjang.
Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan/atau Madya (Es. I) yang telah diperpanjang s.d. Usia 61 atau 62 tahun dengan keputusan presiden tetap menjabat sampai dengan akhir masa jabatannya.
Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan/atau Madya (Es. I) yang diusulkan (dalam proses) untuk diperpanjang BUP nya menjadi 61 atau 62 tahun tidak dapat diproses lebih lanjut.
Jabatan fungsional tertentu yang BUPnya 56 tahun berubah menjadi 58 tahun. (perlu revisi PP No. 32/1979)
• Ketentuan teknis:
SK Pensiun yang telah ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau Presiden bagi PNS yang pensiun 1 Februari 2014 dianggap batal demi hukum
HAL-HAL YANG PERLU PERHATIAN
• Pelaksanaan promosi jabatan secara terbuka :
– Jabatan pimpinan tinggi utama secara nasional – Jabatan pimpinan tinggi madya secara nasional – Jabatan pimpinan tinggi pratama :
• K/L secara nasional
• Pemda dalam satu provinsi • Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)
Sebelum KASN terbentuk, proses pengisian jabatan pimpinan tinggi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
•
Penilaian Kinerja
– Dilakukan setiap tahun
– Jika capaian kinerja tidak memenuhi kesempatan 6 bulan – Pimpinan tinggi maksimal menjabat 2 kali pada jabatan
HAL-HAL YANG PERLU PERHATIAN
•
Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang
mempunyai
kewenangan
menetapkan
pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan
pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu :
Menteri, Pimpinan LPNK, Sekjen di Lembaga Negara dan
Lembaga Non Struktural, Gubernur, Bupati/Walikota
•
Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai
kewenangan
melaksanakan
proses
pengangkatan,
pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu : Sekretaris
Kementerian, Sekretaris Utama , Sekda Provinsi/Kabupaten/
Kota.
•
Sebelum peraturan pelaksanaan terkait dengan pejabat