• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDANGAN AKADEMIS TENTANG KONSEP REFORMASI BIROKRASI DIHUBUNGKAN DENGAN LAHIRNYA UU NO 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA - Repository IPDN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PANDANGAN AKADEMIS TENTANG KONSEP REFORMASI BIROKRASI DIHUBUNGKAN DENGAN LAHIRNYA UU NO 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA - Repository IPDN"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PANDANGAN AKADEMIS

TENTANG KONSEP REFORMASI

BIROKRASI DIHUBUNGKAN

DENGAN LAHIRNYA UU NO 5

TAHUN 2014

TENTANG APARATUR SIPIL

NEGARA

Fernandes Simangunsong

(2)

SELAMAT DATANG

PESERTA

SEMINAR PEMERINTAHAN DALAM

MEMAHAMI UU NO 5 TAHUN 2014

TENTANG

APARATUR SIPIL NEGARA (ASN)

(3)
(4)
(5)

Selamat…

Pagi!

Semangat…

Pagi!

PESERTA

BIMTEK

(6)

Biodata Narasumber

Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si

Lahir : Jambi, 4 Maret 1977

NIP : 19770304 1995 11 1 001

Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)

Pangkat

: Pembina Tk. I (IV/b)

Instansi: Kampus IPDN Jatinangor

Alamat : Komp. Singgasana Pradana

Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung

(7)

PERENUNGAN AWAL

APAKAH BAPAK-IBU PNS KABUPATEN

PANGANDARAN SUDAH SIAP MENJADI

BAGIAN DARI ASN (APARATUR SIPIL

NEGARA)?

(8)

B. FILOSOFI DAN PARADIGMA UU DAN RUU

YANG BERKAITAN DENGAN APARATUR NEGARA

UU 8/1974 UU 43/1999 RUU ASN PN sebagai unsur

aparatur negara, abdi negara, dan abdi masyarakat

PN sebagai abdi masyarakat yang menyelenggaraka n pelayanan

secara adil dan merata

Pembangunan ASN yang

profesional, netral dan bebas dari intervensi politik, bersih dari

praktik KKN serta mampu

menyelenggarakan pelayanan publik bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran

sebagai unsur perekat persatuan dan kesatuan bangsa

Membangun PN yang bersatu padu, bermental baik,

berwibawa, berdaya guna, bersih,

bermutu tinggi, dan sadar akan

tanggungjawabnya.

Membangun PN yang profesional dan bertanggung jawab serta bebas KKN.

(9)

PERKEMBANGAN PERAN PNS :

Menurut Bekke, Perry and Toonen dalam bukunya : “ Civil Service

Systems in Comparative Perspective (Indiana University Press) (1996 :

71 – 88), ada lima tahap pengembangan peran PNS yaitu sbb :

a. Tahap Pertama : PNS sbg Pelayan Perseorangan;

b. Tahap Kedua : PNS sbg Pelayan Negara

/Pemerintah;

c. Tahap Ketiga : PNS sbg Pelayan Masyarakat;

d. Tahap Keempat : PNS sbg Pelayanan yg Dilindungi;

e. Tahap Kelima : PNS sbg Pelayanan Profesional.

(10)

PERKEMBANGAN TEORI ORGANISASI

OG I : Nonformal Organization : digunakan pada kerjasama yang bersifat sederhana, sejalan dengan manajemen generasi pertama.

OG II : Structural Organization (Henry Mintzberg, 1979 dll)

OG III : Wide Structural Organization (Frank Ostroff,1999 dll)

OG IV : Functional Organization (Susan Albers Mohrman et all, 1998 dll).

(11)

PERKEMBANGAN TEORI

DAN KONSEP MANAJEMEN

Sampai saat ini, manajemen telah berkembang mencapai

generasi kelima.

Perkembangannya yaitu sbb:

Generasi I

:

Management by Doing/Jungle

Management

Generasi II

:

Management by Direction

Generasi III

:

Management by Objectives/

Management by Targetting

Generasi IV

:

Management by Value Creation/

Total Quality Management

(Brian L. Joiner, 1994)

Generasi V

:

Management by Knowledge

Networking,

Virtual Enterprise and Dynamic

Teamming

(12)

Gambar 1. Model Pengembangan Karier PNS Pada Organisasi Fungsional

JABATAN POLITIS

I

II

JABATAN JABATAN FUNGSIONAL III STRUKTURAL

( ) ( )

IV

(13)

Gambar 2. Model Pengembangan Karier PNS Pada Organisasi Struktural

JABATAN POLITIS I

II

JABATAN JABATAN FUNGSIONAL III STRUKTURAL ( ) ( )

IV

(14)

• PNS di Indonesia masuk ke tipe keempat yakni pelayanan yang

dilindungi. Hal ini nampak dalam UU Nomor 8 Tahun 1974 jo UU

Nomor 43 Tahun 1999 tentang Pokok-pokok Kepegawaian yang masih

menggunakan prinsip : TERBUKA DALAM ARTI NEGARA, artinya

jabatan-jabatan negeri yang ada di dalam tubuh birokrasi hanya dapat

diisi oleh mereka yang sudah ada di dalam organisasi pemerintah.

• Untuk menuju tipe PNS profesional, perlu dipikirkan kemungkinan

penggunana prinsip TERBUKA di dalam pengisian jabatan-jabatan

yang berkaitan dengan kepentingan publik, sehingga terjadi kompetisi

untuk memperoleh pejabat yang memiliki kompetensi.

(15)

PARADIGMA POLA PENGEMBANGAN KARIER

UU 8/1974 UU 43/1999 RUU ASN Perpaduan sistem

karier dan sistem prestasi kerja, dengan menggunakan pola karier tertutup dalam arti negara, yang memungkin- kan perpindahan PN dari satu departemen ke departemen lain, satu provinsi ke provinsi lain, tetapi menutup dari Non PN menduduki jabatan negeri.

Sama dengan paradigma yang digunakan oleh UU Nomor 8 Tahun 1974, tetapi kemudian mengalami distorsi karena adanya UU Nomor 22 Tahun 1999 yang mempersempit pengertian tertutup dalam arti negara menjadi tertutup dalam daerah otonom bersangkutan.

Pola karier terbuka secara penuh, khususnya pada jabatan eksekutif senior meliputi pejabat struktural tertinggi, staf ahli, analisis kebijakan pada instansi pusat dan provinsi, dan pejabat eselon II.a di instansi pusat, provinsi dan kabupaten/kota,

(16)

Revisi UU Nomor 32 Tahun 2004 menggunakan pola pengembangan karier tertutup dalam arti negara, serta masih merujuk pada pola pengembangan karier yang digunakan pada UU Nomor 8 Tahun 1974 (lihat Penjelasan Pasal 12 ayat 2 UU Nomor 8 Tahun 1974).

UU Nomor 22 Tahun 1999 telah mengubah sistem kepegawaian negara yang semula menggunakan Integrated system menjadi

separated system. Integrated system biasanya digunakan di negara unitaris yang menempatkan semua PN sebagai aparatur negara yang dibiayai oleh negara dan ditempatkan di seluruh wilayah negara. Sedangkan separated system lebih banyak digunakan di negara federal, karena masing-masing negara bagian atau provinsi memiliki sistem kepegawaiannya sendiri.

(17)

17

KESEPAKATAN KEMENDAGRI DENGAN KEMENPAN PENGATURAN KEPEGAWAIAN DALAM RUU PEMERINTAHAN DAERAH

A. PENGANGKATAN SEKDA PROVINSI

1. Seleksi calon sekretaris daerah provinsi dilakukan oleh tim seleksi pemerintah pusat yang terdiri dari unsur Kemendagri, Kemenpan dan RB serta BKN dibantu oleh tim penguji independen dan dilakukan secara terbuka dengan memberikan peluang kepada seluruh PNS yang memenuhi syarat secara nasional;

2. Tim seleksi menetapkan 3 (tiga) orang calon terbaik yang disampaikan kepada Gubernur untuk mendapat rekomendasi.

3. Gubernur menyampaikan 3 (tiga) calon Sekda kepada Menteri Dalam Negeri disertai dengan rekomendasi gubernur.

4. Menteri Dalam Negeri mengajukan 3 (tiga) calon kepada Presiden dilampiri dengan rekomendasi gubernur untuk ditetapkan salah satunya menjadi sekretaris daerah

(18)

18

KESEPAKATAN PENGATURAN DALAM RUU PEMERINTAHAN DAERAH

B. PENGANGKATAN SEKDA KAB/KOTA

1.Seleksi calon sekretaris daerah kabupaten/kota dilakukan

oleh tim seleksi yang terdiri dari unsur pemerintah pusat

(Kemendagri, Kemenpan dan RB serta BKN) dan unsur

Pemerintah Provinsi dibantu oleh tim independen dan

dilakukan secara terbuka dengan memberikan peluang

kepada seluruh PNS yang memenuhi syarat dalam

provinsi yang bersangkutan;

2.Tim seleksi menetapkan 3 (tiga) orang calon terbaik

untuk disampaikan kepada bupati/walikota untuk dipilih

salah satunya.

3.Bupati/walikota menyampaikan 1 (satu) orang calon yang

dipilih kepada gubernur untuk ditetapkan menjadi

sekretaris daerah.

(19)

19

KESEPAKATAN PENGATURAN DALAM RUU PEMERINTAHAN DAERAH

C. PENGANGKATAN PEJABAT STRUKTURAL ESELON II PROVINSI

1. Pengangkatan eselon II di Provinsi dilakukan melalui

seleksi terbuka oleh tim gabungan pemerintah pusat

dan pemerintah provinsi dan dibantu oleh tim

penguji independen .

2. Tim dibentuk dan diangkat oleh Menteri.

3. Seleksi diikuti oleh PNS seluruh Indonesia yang

memenuhi persyaratan.

(20)

20

KESEPAKATAN PENGATURAN DALAM RUU PEMERINTAHAN DAERAH

C. PENGANGKATAN PEJABAT STRUKTURAL ESELON II KAB/KOTA

1. Pengangkatan eselon II di Kab/Kota dilakukan melalui

seleksi terbuka oleh tim gabungan pemerintah Provinsi

dan pemerintah Kab/kota dan dibantu oleh tim penguji

independen.

2. Tim dibentuk dan diangkat oleh Gubernur selaku wakil

pemerintah pusat.

3. Seleksi diikuti oleh PNS yang memenuhi syarat dalam

provinsi yang bersangkutan.

(21)

21

KESEPAKATAN PENGATURAN DALAM RUU PEMERINTAHAN DAERAH

D. KOMPETENSI PNS DI DAERAH

1. Pengangkatan, pemindahan dan promosi PNS dalam jabatan struktural di daerah dilakukan berdasarkan kompetensi yang meliputi :

 Kompetensi dasar

 Kompetensi manegerial

 Komptensi teknis

 Kompetensi pemerintahan

(22)

JENIS KEPEGAWAIAN

UU 8/1974 UU 43/1999 RUU ASN Pegawai Negeri terdiri

dari : a. PNS

b. Anggota ABRI PNS terdiri dari c. PNS Pusat d. PNS Daerah e. PNS lain yang

ditetapkan dengan PP.

(Psl 2 ayat 1 dan 2).

Pegawai Negeri terdiri dari :

a. PNS

b. Anggota TNI

c. Anggota Kepolisian Negara RI

PNS terdiri dari d. PNS Pusat e. PNS Daerah

Pegawai tidak tetap. (Psl 2 ayat 1,2,3)

Pegawai ASN terdiri dari :

a. PNS RI; b. Pegawai

Pemerintan Nonpermanen. (Psl 6)

Pegawai ASN yang bekerja pada Instansi merupakan satu

kesatuan ASN. (UU ini hanya

(23)

JENIS JABATAN

UU 8/1974 UU 43/1999 RUU ASN Dibedakan antara

jabatan negeri yang diduduki oleh pejabat negeri dengan

jabatan negara yang dipegang oleh

pejabat negara. Tidak ada rincian

jenis jabatan, karena diatur lebih lanjut melalui PP.

Jenis jabatan tidak diatur secara rinci dalam UU, tetapi di dalam PP.

Jabatan ASN terdiri dari

a. Jabatan

Administrasi;

b. Jabatan Fungsional c. Jabatan Eksekutif

Senior. (Psl 15). Jabatan Administrasi terdiri dari :

d. Jabatan pelaksana; e. Jabatan

pengawasan; f. Jabatan

(24)

AGENDA KERJA REFORMASI

BIROKRASI

MENPAN

BKN

KEMENDAG RI

REFORMASI BIROKRASI (RB)

ORG. TAHAN LAPAR PENDORONG RB PENATAAN ORGANISASI

PERDA URUSAN (PP 38/2007)

PERDA RPJPD, RPJMD (UU 25/2004)

PERDA SOTK (PP 41/2007)

(25)

PENGANGKATAN PNS BARU Syarat :

1. Bulan Maret BL/BTL (PNS) di bawah 50%

2. PNS Baru 2-3 Pengangkatan

BKD

(Badan Kepegawaian Daerah): 1. Formasi Penerimaan PNS

Baik di DOB/DOL tahun formasi 2012 apabila ANJAB dan ABK sudah diterima oleh MENPAN Pada Tgl 30 April 2012

2. Formasi Penerimaan PNS tahun 2013 apabila ANJAB dan ABK sudah diterima oleh MENPAN pada tgl 30 Juni 2012

3. formasi Penerimaan PNS tahun 2014 apabila ANJAB dan ABK sudah diterima oleh MENPAN pada tanggal 30 November 2012

ANJAB (Analisis Jabatan) ABK (Analisis Beban Kerja) EVALUASI UPTD/UPTB

KAJIAN JABATAN PNS

LANJUTAN

URTUG

(Uraian Tugas dan Fungsi)

Penilaian Kinerja Satuan Organisasi

Penyusunan Profil Birokrasi

(26)

SOP

(Standar Operasional Prosedur)

TAHUBJA (Tata Hubungan Kerja/Jabatan)

BIMTEK MANAJEMEN KEPEGAWAIAN BIMTEK SOP

(Standar Operasional

Prosedur)

Evaluasi jabatan

LANJUTAN

Penyusunan Standar Kompetensi Jabatan/Individu

(27)

LANJUTAN

Pengadaan Pegawai

Otomatisasi administrasi kepegawaian Penataan Pegawai

Pola Karier Pegawai

Kesejahteraan Pegawai

Penegakan Disiplin

Penetapan Indikator Kinerja Utama dan Penyusunan tunjangan kinerja daerah (remunerasi)

(28)

Organisasi yang Gemuk

Peraturan perundang-undangan overlapping

SDM Aparatur Tidak Kompeten 

Tumpang Tindih Kewenangan Pelayanan

publik masih buruk Pola pikir

rule base

Budaya kinerja belum terbangun

KONDISI BIROKRASI DI INDONESIA

(29)
(30)

TUJUAN PROGRAM REFORMASI BIROKRASI

Menciptakan

Birokrasi Bersih,

Kompeten dan Melayani

:

1. Bersih dari KKN dan politisasi;

2. Kompeten terhadap tugas dan

tanggung jawab yang diemban;

3. Melayani masyarakat dan dunia

usaha/investasi.

(31)

REFORM

ASI

BIROKRA

SI

REFORM

ASI

BIROKRA

SI

UU No. 39 Tahun

2008 Kementer

ian Negara

UU No 25 Tahun

2009 Pelayana

n Publik

UU No 25 Tahun 2009 Pelayana n Publik RUU Adminsitr asi Pemerinta han UU No

5/2014 Aparatur Sipil Negara RUU Sistem Pengawas an Intern Pemerinta h RUU Sistem Pengawas an Intern Pemerinta h

FONDASI UNTUK REFORMASI

UNDANG-UNDANG BIROKRASI

(32)

TRANSFORMASI BIROKRASI SAMPAI 2025

32

Rule

based

bureaucra

cy

Performance

based bureaucracy

Dynamics

governan

ce

2013

2018

(33)

Closed Career System

Open Career System

Open System

TRANSFORMASI SISTEM KEBIJAKAN

DAN MANAGEMENT APARATUR SIPIL

NEGARA

33

2013

2018

(34)

Administras i

Kepegawai an

Manageme nt SDM

Pengembangan Potensi Human Capital

TRANSFORMASI PENDEKATAN KEBIJAKAN

DAN MANAGEMENT APARATUR SIPIL NEGARA

34

2013

2018

(35)

STRATEGI PROGRAM REFORMASI BIROKRASI

9 PROGRAM PERCEPATAN REFORMASI BIROKRASI

1. Penataan Struktur Organisasi Pemerintah 2. Penataan Jumlah dan Distribusi PNS

3. Pengembangan Sistem Seleksi dan Promosi Secara Terbuka 4. Peningkatan Profesionalisasi PNS

5. Pengembangan Sistem Pemerintahan Elektronik yang terintegrasi 6. Peningkatan Pelayanan Publik

7. Peningkatan Integritas dan Akuntabilitas Kinerja Aparatur 8. Peningkatan Kesejahteraan Pegawai Negeri

9. Peningkatan Efisiensi Belanja Aparatur

(36)

1. Penataan Struktur Organisasi

Pemerintahan

36

36

RENCANA AKSI

1. Evaluasi Organisasi Kementerian;

2. Evaluasi Organisasi LPNK dan LNS;

3. Evaluasi Organisasi Pemda;

4. Penataan dan Penyederhanaan Struktur Organisasi

Pemerintahan;

5. Evaluasi Kinerja

HASIL

6. Audit/Assesment Organisasi K/L : 3 selesai, 13

dalam proses

7. Audit LNS : 10 LNS diusulkan dibubarkan, 5

menyusul

8. Sedang disusun konsep arsitektur Pemerintah

Pusat

(37)

2. Penataan Jumlah, Dan Distribusi PNS

RENCANA AKSI

1.Analisis jabatan, analisis beban kerja dan evaluasi

jabatan di K/L dan Pemda;

2.Kebijakan moratorium dan

minus growth

PNS;

3.Redistribusi/realokasi PNS.

HASIL

4.Melatih analis kebijakan sebanyak 4.125 orang

5.Pengajuan formasi pegawai baru dilengkapi ANJAB, ABK,

EVJAB

(Dari 525 Pemda, 161 tdk mengusulkan, 108 mengusulkan tapi

tidak mendapat formasi, dan hanya 256 yg mendapatkan

formasi)

6.Moratorium PNS 2011 – 2012

7.Minus growth (2012 : 13.000, 2013 : 65.000)

8.Redistribusi (Kemkumham, BNN, Kemkeu dll)

(38)

3. Pengembangan Sistem Seleksi CPNS Dan

Promosi

PNS Secara Terbuka

RENCANA AKSI

A. Kebijakan Penerimaan CPNS berkualitas dan bebas KKN

B. Kebijakan Mutasi dan Promosi PNS dengan sistem merit:

SE Menpan 16/2012 tentang Promosi Terbuka

Salah satu substansi dalam UU ASN

HASIL :

1. Pelaksanaan Seleksi CPNS 2012 secara transparan, objektif

dan Bebas KKN

Penyusunan Materi Test (TKD dan TKB) oleh Konsorsium

PTN dan K/L

Pelaksanaan Test secara Terpadu (K/L dan Pemda)

Pengawasan Secara Bersama (BPKP, Lemsaneg, POLRI,

BPPT)

Audit Penyelesaian TH K-I (BPKP) dan Seleksi TH K-2

2. Pembangunan CAT (

Computer Assisted Test

) di 12 KanReg

BKN

3. Promosi Terbuka di beberapa K/L/Pemda : KemenPAN, Pemda

DKI, Fakfak Barat, dll

38

(39)

4. Peningkatan

Profesionalisasi PNS

RENCANA AKSI

1. Penetapan Standar Kompetensi Jabatan

2. Peningkatan Kompetensi PNS

3. Pengukuran Kinerja individu

4. Penegakan Etika dan Disiplin Pegawai Negeri

5. Pengembangan dan Penguatan Jabatan Fungsional

HASIL

6. Perubahan Kurikulum diklat PIM dan Diklat Prajabatan

oleh LAN

7. Survei Pengukuran Anggaran Diklat K/L sangat kurang

8. Persiapan Pengukuran Kinerja Individu (1 Jan 2014, PP

46/2011)

9. Penjatuhan sanksi PNS yang melanggar disiplin

(40)

5. Pengembangan Sistem Pemerintahan

Elektronik yang terintegrasi

RENCANA AKSI

1. Peningkatan efisiensi belanja infrastruktur TIK

2. Pengintegrasian TIK dari

silo

ke

resource sharing

3. Penerapan Aplikasi IT dalam:

e-Office, e-Planning,

Budgetting, Procurement, Performance,

e-Audit

HASIL

:

4. Pelaksanaan elektronik office di beberapa K/L/

Pemda

5. Proses Pengintegrasian Sistem IT di K/L/Pemda

(Kerjasama KemenPAN, Kominfo dan KemenKeu)

(41)

6. Peningkatan Pelayanan

Publik

RENCANA AKSI

1. Peningkatan Kualitas Pelayanan Dasar Masyarakat (Pendidikan, Kesehatan, Pelayanan Administrasi)

2. Peningkatan Kemudahan Berusaha/Investasi 3. Program Quick Wins Nasional

4. Penguatan Budaya Pelayanan Prima Kepada Masyarakat 5. Pengelolaan Pengaduan Masyarakat

HASIL

6. Penetapan Standar Pelayanan Publik di K/L/Pemda

7. Penilaian dan Penghargaan Pelayanan Publik untuk K/L/Pemda

8. Pelaksanaan Survei IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) di K/L/Pemda 9. Draft Perpres Pengelolaan Pengaduan Masyarakat

10.Proses Penyusunan Sistem Informasi Pelayanan Publik

11.Proses perbaikan ease of doing business melibatkan K/L/Pemda terkait

12.Peningkatan efektifitas PTSP di K/L/Pemda

41

(42)

7. PENINGKATAN INTEGRITAS DAN

AKUNTABILITAS KINERJA APARATUR

RENCANA AKSI

A. Pembangunan Zona Integritas Menuju WBK & WBBM • Pelaporan Harta Kekayaan PNS

Whistle Blower System

• Keterbukaan Informasi Publik

• Program Pengendalian Gratifikasi • Pendidikan Anti Korupsi

• Penguatan Sistem Pengawasan Internal Pemerintah (RUU SPIP) B. Akuntabilitas

• Pengintegrasian Sistem Perencanaan, Sistem Penganggaran dan Manajemen Kinerja

• Peningkatan Akuntabilitas dan Kinerja Instansi Pemerintah HASIL

1. K/L sudah menandatangani Zona Integritas

2. Clearance dari PPATK untuk pengangkatan eselon I

3. Penyusunan RUU Sistem Pengawasan Internal Pemerintah 4. Peningkatan nilai akuntabilitas kinerja K/L/Pemda

5. Penetapan Permenpan penangganan konflik kepentingan, Whistle

(43)

8. Peningkatan Kesejahteraan Pegawai

Negeri

RENCANA AKSI

1. Perbaikan Struktur Penggajian;

2. Pemberian Tunjangan Berbasis Kinerja

3. Perbaikan Sistem Pensiun/purna tugas

HASIL

4. Kenaikan Gaji Berkala PNS dan Pensiunan

5. Pemberian tunjangan kinerja pada 36 K/L dan 28

K/L melalui optimalisasi anggaran K/L yang

bersangkutan

6. Penyusunan draft RPP Penggajian dan Pensiun

(44)

9. Efisiensi Belanja Pegawai

RENCANA AKSI

1. Review belanja perjalanan dinas, konsyinering,

belanja honor, belanja diklat

2. Mendorong penggunaan sarana fasilitas

Pemerintah

3. Kebijakan pengetatan belanja perjalanan dinas

HASIL

4. Efisiensi Sarana dan Prasarana Kerja;

5. Pendayagunaan Fasilitas Pemerintah yang Ada

6. Efisiensi Perjalanan Dinas.

(45)

SEKILAS UNDANG-UNDANG TENTANG

APARATUR SIPIL NEGARA (UU No

5/2014

)

(46)

UU ASN MENGISYARATKAN :

19 Peraturan Pemerintah :

a.Jabatan Administrasi dan Kompetensi (Diatur

dengan)

b.Jabatan Fungsional (Diatur dengan)

c.Penetapan Syarat kompetensi, kualifikasi,

kepangkatan, pendidikan dan pelatihan, rekam

jejak jabatan, integritas, serta persyaratan lain

yang dibutuhkan jabatan pimpinan tertinggi (JPT)

(Diatur dengan)

d. Jabatan ASN tertentu yang berasal dari TNI dan

anggota POLRI dan tata cara pengisian jabatannya

(Diatur dengan)

e.Hak PNS dan P3K dan kewajiban pegawai ASN

(Diatur dengan)

(47)

Lanjutan UU ASN MENGISYARATKAN :

19 Peraturan Pemerintah :

g. Pengadaan PNS dan Tata cara sumpah/janji PNS

(Diatur dengan)

h. Pangkat, tatacara Pengangkatan PNS dalam Jabatan,

kompetensi jabatan, klasifikasi jabatan, dan tata cara

perpindahan antar jabatan administrasi dan jabatan

fungsional (Diatur dengan)

i. Pengembangan Karier, pengembangan kompetensi,

pola karier, promosi dan mutasi ASN (Diatur Dalam)

j. Penilaian Kinerja ASN (Diatur dengan)

k. Gaji, tunjangan kinerja, tunjangan kemahalan, dan

fasilitas ASN (Diatur dengan)

l. Kedisiplinan ASN (Diatur dengan)

(48)

Lanjutan UU ASN MENGISYARATKAN :

19 Peraturan Pemerintah :

n. Pengelolaan Program Jaminan Pensiun dan jaminan

hari tua PNS (Diatur dalam)

o. Perlindungan ASN dalam bekerja (Diatur dalam)

p. Manajemen P3K (Diatur dalam)

q. Pengangkatan

,

Pemberhentian,

Pengaktifan

kembali, dan hak kepegawaian PNS yang diangkat

menjadi pejabat negara dan pimpinan atau anggota

lembaga nonstruktural (Diatur dalam)

r. Korps Profesi pegawai ASN (Diatur dengan)

(49)

UU ASN MENGISYARATKAN :

3 (tiga) atau 4 (empat) Peraturan Presiden :

a.Kedudukan, susunan organisasi, fungsi, tugas,

wewenang, dan tanggungjawab sekretariat, tata

kerja, sistem KASN (Diatur dengan)

b.Manajemen

sumber

daya

manusia,

serta

tanggungjawab dan pengelolaan keuangan KASN

(Diatur dengan)

c.Fungsi, tugas dan Kewenangan LAN (Lembaga

Administrasi Negara) dalam ASN (diatur dengan)

(50)

UU ASN MENGISYARATKAN :

1 (satu) Peraturan Menteri :

“Seleksi dan Tatacara Pembentukan Tim Seleksi

Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)” (Diatur dengan)

1 (satu) Keputusan Menteri :

“Kebutuhan

Jumlah

dan

Jenis

Jabatan

P3K”

(Ditetapkan dengan)

1 (satu) Peraturan KASN :

(51)

SISI POSITIF

 MEMPERKUAT PENGELOLAAN KEPEGAWAIAN YANG BERBASIS “SISTEM MERIT”

Kebijakan dan Manajemen ASN yang berdasarkan pada kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar dengan tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, ataupun kondisi kecacatan

 PRINSIP DASAR “sistem merit ” dalam kebijakan dan manajemen ASN adalah

a. Seleksi dan promosi secara adil dan kompetitif b. Menerapkan prinsip fairness

c. Penggajian, reward and punishment berbasis kinerja

d. Standar integritas dan perilaku untuk kepentingan publik e.Manajemen SDM secara efektif dan efisien

(52)

SISI POSITIF

PENGELOLAAN KEPEGAWAIAN YANG BERBASIS SISTEM

MERIT MEMBENTUK APARATUR SIPIL NEGARA :

a. independen dan netral

b. kompeten

(53)

PERBEDAAN STRUKTUR

UU

KEPEGAWAIN

43/1999

UU ASN

5/2014

VI BAB

XV BAB

(54)

SISTIMATIKA UU ASN

BAB I Ketentuan Umum

BAB II Asas, Prinsip, Nilai Dasar, Kode Perilaku dan Kode Etik

BAB III Jenis, Status, dan Kedudukan ASN

BAB IV Fungsi, Tugas, dan Peran ASN

BAB V Jabatan ASN

•Jabatan Administrasi

•Jabatan Fungsional

•Jabatan Pimpinan Tinggi

BAB VI Hak dan Kewajiban ASN

BAB VII Kelembagaan

(55)

Lanjutan SISTIMATIKA UU ASN

BAB IX Manajemen Aparatur Sipil Negara

a. Pejabat Pembina Kepegawaian dan Pejabat yang Berwenang b. Manajemen PNS

c. Manajemen PPPK

 BAB IX Lanjutan Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi a. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Pusat b. Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi di Instansi Daerah c. Penggantian Pejabat Pimpinan Tinggi

d. Pejabat Pimpinan Tinggi yang Mencalonkan diri sebagai Kepala Daerah

e. Pengawasan dalam Proses Pengisian Jabatan Pimpinan Tinggi

 BAB X Pegawai ASN Yang Menjadi Pejabat Negara

BAB XI Organisasi

BAB XII Sistem Informasi Aparatur Sipil Negara BAB XIII Penyelesaian Sengketa

(56)

Memiliki standar pelayanan profesi

Memiliki dan menegakkan kode etik dan

kode perilaku profesi

Memiliki sistem pendidikan dan pelatihan

profesi

Memiliki standar sertifikasi profesi

Memiliki organisasi profesi yang independen

Pasal 126 UU ASN

56

(57)

PEGAWAI ASN

1. PNS (Pasal 1 butir 3 &

Pasal 7)

• Berstatus pegawai

tetap dan Memiliki NIP

secara Nasional;

• Menduduki jabatan

pemerintahan.

57

2. PPPK (Pasal 1 butir 4 &

Pasal 7)

Diangkat

dengan

perjanjian kerja sesuai

kebutuhan

instansi

dan

ketentuan

Undang-Undang.

• Melaksanakan tugas

pemerintahan.

• berkedudukan sebagai unsur aparatur negara

• melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh

pimpinan

(58)

JABATAN ASN

JABATAN

ADMINISTRASI JABATAN FUNGSIONAL JABATAN PIMPINAN TINGGI Jabatan

Administrator

Memimpin

pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan dan administrasi

Jabatan Pengawas

Mengendalikan

pelaksanaan kegiatan • Jabatan Pelaksana

Melaksanakan

kegiatan pelayanan dan administrasi pemerintahhan dan pembangunan

Jabatan Fungsional Keahlian

Terdiri atas : a. Ahli utama; b. Ahli madya; c. Ahli muda; dan d. Ahli pertama

Jabatan fungsional keterampilan

e. penyelia; f. Mahir;

g. Terampil; dan h. pemula

• JPT Utama;

• JPT Madya; dan • JPT Pramata

Berfungsi memimpin dan memotovasi

setiap pegawai ASN melalui :

• kepeloporan

• pengembangan kerjasama

• keteladanan

1. Jabatan ASN diisi dari Pegawai ASN

2. Jabaan ASN tertentu dapat diiisi dari Prajurit TNI dan anggota POLRI

(59)

HAK PEGAWAI ASN

59

PNS

PPPK

PNS memperoleh :

Gaji, tunjangan, dan

fasilitas;

Cuti;

Jaminan pensiun dan

jaminan hari tua;

Perlindungan; dan

Pengembangan

kompetensi.

PPPK berhak

memperoleh :

Gaji dan tunjangan;

Cuti;

Perlindungan; dan

(60)

PEMBINAAN DAN MANAJEMEN ASN

1. Presiden selaku pemegang kekuasaan pemerintahan

merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam

kebijakan, pembinaan profesi, dan Manajemen ASN.

2. Untuk menyelenggarakan kekuasaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1), Presiden mendelegasikan

sebagian kekuasaannya kepada:

Menteri/Kementerian PANRB;

KASN;

LAN; dan

BKN.

Pasal 23 UU ASN

(61)

KEWENANGAN & HUB OTORITAS LEMBAGA

Menteri/Kementerian

PANRB

BKN

Perumusan

dan

penetapan kebijakan

Koordinasi

dan

sinkronisasi kebijakan

Pelaksanaan

atas

pelaksanan

kebijakan

ASN

Penyelenggaraan

manajemen ASN

Pengawasan

dan

pengendalian

pelaksanaan

NSPK

manajemen ASN

(Mengelola Pegawai ASN)

61

LAN

KASN

Penelitian,

pengkajian

kebijakan

manajemen

ASN

Pembinaan dan

Penyelenggaraan

Diklat ASN

Monitoring, evaluasi kebijakan,

dan rekomendasi yang mengikat

untuk

menjamin perwujudan

(62)

STRUKTUR KELEMBAGAAN KASN

62

PRESIDEN

KEMENTERI AN

KEMEN

PANRB

LAN

BKN

LPN K

KAS

N

LNS

Memegang kekuasaan tertinggi pembinaan dan manajemen

ASN

Merumuskan kebijakan

Melaksanak an kajian dan diklat

Mengelola pegawai

ASN

1. Menjaga merit system

2. Monev Seleksi JPT

(63)

KOMISI APARATUR SIPIL NEGARA

1. Sifat dan Kedudukan: (Pasal 27) a. Lembaga Non Struktural

b. Mandiri, bebas dari intervensi politik 2. Tujuan : (Pasal 28)

• menjamin terwujudnya Sistem Merit dalam kebijakan dan Manajemen ASN;

• mewujudkan ASN yang profesional, berkinerja tinggi, sejahtera, dan berfungsi sebagai perekat NKRI;

• mendukung penyelenggaraan pemerintahan negara yang efektif, efisien, terbuka, dan bebas KKN;

• mewujudkan Pegawai ASN yang netral dan tidak diskriminatif dalam pelayanan;

• menjamin terbentuknya profesi ASN yang dihormati; dan • mewujudkan ASN yang dinamis dan berbudaya pencapaian

kinerja.

(64)

FUNGSI DAN TUGAS KASN

Fungsi

mengawasi pelaksanaan norma dasar, kode etik/perilaku, penerapan Sistem Merit.

Tugas

a.menjaga netralitas Pegawai ASN;

b.melakukan pengawasan atas pembinaan profesi ASN; dan c.melaporkan pelaksanaan tugas kepada Presiden.

Dalam melakukan tugasnya KASN dapat:

d.melakukan penelusuran data dan informasi pada Instansi Pemerintah; e.melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan fungsi Pegawai ASN; f. menerima laporan terhadap pelanggaran norma dasar, kode etik dan

kode perilaku Pegawai ASN;

g.melakukan penelusuran data dan informasi atas prakarsa sendiri

terhadap dugaan pelanggaran norma dasar, kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN; dan

h.melakukan upaya pencegahan pelanggaran norma dasar, kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN.

(65)

WEWENANG KASN

Wewenang

(Pasal 32)

a. mengawasi setiap tahapan proses pengisian JPT;

b. mengawasi & mengevaluasi penerapan asas, nilai dasar,

kode etik/perilaku;

c. meminta informasi dari pegawai ASN dan masyarakat;

d. memeriksa dokumen terkait pelanggaran norma dasar,

kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN; dan

e. meminta klarifikasi dan/atau dokumen yang diperlukan.

Tindak lanjut hasil pengawasan (

Pasal 33)

Dalam melakukan pengawasan sebagaimana dimaksud

pada huruf b, KASN berwenang untuk memutuskan adanya

pelanggaran kode etik dan kode perilaku Pegawai ASN.

(66)

Tindak Lanjut Keputusan KASN

66 Ada Pelangg aran Hasil Pengawasan KASN Tidak ada Pelanggar an Keputusan KASN: pelanggaran kode

etik dan kode perilaku Pegawai ASN

PPK dan PyB wajib menindaklanjuti Ditindaklanj uti Tidak Ditindaklanj uti

KASN merekomendasikan kepada Presiden untuk menjatuhkan sanksi terhadap PPK dan PyB yang melanggar prinsip Sistem Merit dan ketentuan peraturan perundang-undangan

Sanksi sebagaimana dimaksud berupa: a. peringatan;

b. Teguran;

c. Perbaikan, pencabutan, pembatalan, penerbitan, dan/atau pengembalian pembayaran;

d. Hukuman disiplin untuk PyB sesuai dengan ketentuan perundang-undangan; dan

(67)

Kewenangan Menjatuhkan

Sanksi

Penjatuhan Sanksi atas pelanggaran Sistem

Merit:

Presiden

selaku

pemegang

kekuasan

tertinggi pembinaan ASN, terhadap keputusan

Pejabat Pembina Kepegawaian; dan

Menteri PANRB

terhadap keputusan yang

ditetapkan oleh Pejabat yang Berwenang, dan

terhadap Pejabat Pembina Kepegawaian di

tingkat provinsi dan kabupaten/kota.

(68)

SUSUNAN & KEANGGOTAAN KASN

1. KASN, terdiri atas: (Pasal 35)

a. (satu) orang Ketua merangkap anggota.

b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota c. 5 (lima) orang anggota.

2. Unsur keanggotaan:

terdiri dari unsur pemerintah dan/atau non-pemerintah 3. Syarat menjadi Anggota KASN

- WNI;

- setia dan taat kepada Pancasila dan UUDNRI 1945;

- berusia paling rendah 50 (lima puluh) tahun pada saat mendaftarkan diri;

- tidak sedang menjadi anggota parpol dan/atau tidak sedang menduduki jab.politik;

- mampu secara jasmani dan rohani untuk melaksanakan tugas;

memiliki kemampuan, pengalaman, dan/atau pengetahuan di bidang manajemen SDM;

- berpendidikan paling rendah strata dua (S2) di bidang AN,

manajemen SDM, kebijakan publik, ilmu hukum, ilmu pemerintahan, dan/atau S2 di bidang lain;

- tidak merangkap jabatan pemerintahan dan/atau badan hukum lainnya; dan

- tidak pernah dipidana penjara.

(69)

ASISTEN KASN

KASN dibantu oleh:

Asisten

Pejabat Fungsional keahlian yang dibutuhkan.

Syarat sebagai asisten KASN:

- diangkat dan diberhentikan oleh ketua KASN berdsrkan persetujuan rapat KASN;

- dapat berasal dari PNS maupun non-PNS yang memiliki kualifikasi akademik paling rendah S2 di bidang AN, manajemen publik, manajemen SDM, psikologi, kebijakan publik, ilmu hukum, ilmu pemerintahan, dan/atau S2 di bidang lain yang berkaitan dengan manajemen SDM.

- tidak sedang menjadi anggota dan/ pengurus parpol, tidak merangkap jabatan, serta diseleksi secara terbuka dan kompetitif. - memiliki dan melaksanakan nilai dasar, kode etik dan kode perilaku

serta diawasi oleh anggota KASN

(70)

PENGANGKATAN & PEMBERHENTIAN ANGGOTA

KASN

1. Penetapan (Pasal 37 ayat (1))

Presiden menetapkan Ketua, Wakil Ketua, dan Anggota KASN dari anggota KASN terpilih yang diusulkan oleh tim seleksi.

2. Masa Jabatan (Pasal 37 ayat (2))

Ketua, Wakil Ketua, dan anggota KASN ditetapkan untuk masa jabatan 5 tahun dan hanya dapat diperpanjang untuk 1 kali masa jabatan.

3. Pemberhentian : (Pasal 37 ayat (3))

• meninggal dunia; mengundurkan diri; tidak mampu jasmani atau rohani sehingga tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai anggota KASN;

• dihukum penjara berdasarkan keputusan pengadilan yang sudah memperoleh kekuatan hukum yang tetap karena melakukan tindak pidana kejahatan jabatan; atau

• menjadi anggota partai politik dan/atau menduduki jabatan

(71)

Seleksi Anggota KASN

Menjamin Netralitas Anggota KASN:

• Anggota KASN yang berasal dari PNS diberhentikan sementara dari jabatan ASN.

• Anggota KASN yang berasal dari PPPK diberhentikan statusnya dari PPPK. • Anggota KASN yang berasal dari non-pegawai ASN harus mengundurkan

diri sementara dari jabatan dan profesinya.

Tim Seleksi Anggota KASN:

• Beranggotakan 5 (lima) orang yang dibentuk oleh Menteri.

• Tim seleksi dipimpin oleh Menteri dan melakukan tugas selama 3 (tiga) bulan.

• Anggota tim seleksi harus memiliki pengetahuan dan pengalaman di bidang ASN, rekam jejak yang baik, integritas moral, dan netralitas.

• Melakukan proses seleksi anggota KASN dengan mengumumkan secara terbuka lowongan tersebut kepada masyarakat secara luas, melakukan penilaian pengetahuan, kompetensi, integritas moral, rekam jejak calon, dan uji publik.

• Tim seleksi menyampaikan 2 (dua) kali jumlah anggota KASN untuk dipilih dan ditetapkan oleh Presiden.

(72)

Majelis Kehormatan KASN

KASN memiliki dan melaksanakan kode etik dan kode

perilaku.

Dalam hal terjadi pelangggaran kode etik dan kode

perilaku sebagaimana dimaksud, Presiden membentuk

Majelis kehormatan kode etik dan kode perilaku.

Majelis kehormatan kode etik dan kode perilaku terdiri

atas:

-

5 (lima) orang yang berasal dari luar KASN dan

-

memiliki

pengetahuan,

pengalaman,

dan

kompetensi di bidang ASN, rekam jejak yang baik,

integritas moral, dan netralitas, serta

-

berusia paling rendah 55 (lima puluh lima) tahun.

(73)

Lembaga Administrasi

Negara

LAN memiliki fungsi:

• pengembangan standar kualitas pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN; • pembinaan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial Pegawai ASN; • penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan kompetensi manajerial

Pegawai ASN baik secara sendiri maupun bersama-sama lembaga pendidikan dan pelatihan lainnya;

• pengkajian terkait dengan kebijakan dan Manajemen ASN; dan

• melakukan akreditasi lembaga pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN, baik sendiri maupun bersama lembaga pemerintah lainnya.

LAN bertugas:

• meneliti, mengkaji, dan melakukan inovasi Manajemen ASN sesuai kebutuhan kebijakan;

• membina dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN berbasis kompetensi;

• merencanakan dan mengawasi kebutuhan pendidikan dan pelatihan Pegawai ASN secara nasional;

• menyusun standar dan pedoman penyelenggaraan dan pelaksanaan diklat, serta pemberian akreditasi dan sertifikasi di bidangnya dengan melibatkan K/L terkait;

• memberikan sertifikasi kelulusan peserta pendidikan dan pelatihan penjenjangan;

• membina dan menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan analis kebijakan publik; dan

• membina jabatan fungsional di bidang pendidikan dan pelatihan

(74)

Kewenangan LAN

LAN berwenang:

a. mencabut izin penyelenggaraan pendidikan

dan latihan Pegawai ASN yang melanggar

ketentuan peraturan perundang-undangan;

b. memberikan rekomendasi kepada Menteri

dalam bidang kebijakan dan Manajemen

ASN; dan

c. mencabut akreditasi lembaga pendidikan

dan pelatihan Pegawai ASN yang tidak

memenuhi standar akreditasi

(75)

BKN

BKN memiliki fungsi:

• pembinaan penyelenggaraan Manajemen ASN;

• Manajemen ASN dalam bidang pertimbangan teknis formasi, pengadaan, perpindahan antarinstansi, persetujuan kenaikan pangkat, pensiun; dan • penyimpan informasi Pegawai ASN dan pengembangan Sistem Informasi

ASN.

BKN bertugas:

• mengendalikan seleksi calon Pegawai ASN;

• membina dan menyelenggarakan penilaian kompetensi serta mengevaluasi pelaksanaan penilaian kinerja Pegawai ASN oleh Instansi Pemerintah;

• membina jabatan fungsional di bidang kepegawaian;

• mengelola dan mengembangkan sistem informasi kepegawaian ASN; • menyusun NSPK kebijakan Manajemen ASN;

• menyelenggarakan administrasi kepegawaian ASN; dan

• mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan NSPK manajemen kepegawaian ASN

(76)

Pejabat Pembina Kepegawaian

• Presiden selaku pemegang kekuasaan tertinggi pembinaan ASN dapat mendelegasikan kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian pejabat selain pejabat pimpinan tinggi utama dan madya, dan pejabat fungsional keahlian utama kepada:

- Menteri di kementerian; - Pimpinan lembaga di LPNK;

- sekretaris jenderal di sekretariat lembaga negara dan LNS;

gubernur, di provinsi; dan

- bupati/walikota, di kabupaten/kota.

Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

(77)

Pejabat yang Berwenang

• Presiden dapat mendelegasikan kewenangan pembinaan Manajemen ASN kepada Pejabat yang Berwenang di kementerian, sekjen/ sekretariat LN, sekretariat LNS, Sekda provinsi dan kabupaten/kota.

• Pejabat yang Berwenang dalam menjalankan fungsi Manajemen ASN di Instansi Pemerintah berdasarkan Sistem Merit dan berkonsultasi dengan Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing. • Pejabat yang Berwenang memberikan rekomendasi usulan kepada

Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing.

• Pejabat yang Berwenang mengusulkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pejabat Administrasi dan Pejabat Fungsional kepada Pejabat Pembina Kepegawaian di instansi masing-masing.

Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(78)

Manajemen PNS

Manajemen PNS meliputi:

a. penyusunan dan penetapan kebutuhan; b. pengadaan;

c. pangkat dan jabatan; d. pengembangan karier; e. pola karier;

f. promosi; g. Mutasi;

h. Penilaian kinerja

i. penggajian dan tunjangan; j. penghargaan;

k. disiplin;

l. pemberhentian;

m.pensiun dan tabungan hari tua; dan n. perlindungan.

(79)

PENETAPAN KEBUTUHAN DAN

PENGENDALIAN JUMLAH

1. Dasar penetapan kebutuhan :

a. Penyusunan kebutuhan jumlah dan jenis

jabatan berdasarkan analisis jabatan dan

analisis beban kerja.

b. Perencanaan kebutuhan SDM 5 tahun

dengan rincian per tahun berdasarkan

prioritas kebutuhan

c. Ditetapkan oleh Menteri secara nasional.

2. Metode: analisis jabatan dan analisis beban

kerja

(Pasal 56 UU ASN)

(80)

PENGADAAN PNS

1. Dasar pengadaan:

- pengisian kebutuhan jabatan yang lowong

- sesuai kebutuhan pegawai yang ditetapkan Menteri

2. Tahapan :

a. Perencanaan

b. Pengumuman lowongan c. Pelamaran

d. Seleksi (administrasi, kompetensi dasar, dan kompetensi bidang) e. Pengumuman hasil seleksi

f. Masa percobaan

g. Pengangkatan menjadi PNS (Pasal 58)

(81)

Pangkat dan Jabatan

PNS diangkat dalam pangkat dan jabatan tertentu.

Setiap jabatan dikelompokkan dalam klasifikasi

jabatan

PNS

yang

menunjukkan

kesamaan

karakteristik, mekanisme, dan pola kerja.

PNS dapat berpindah antar dan antara JPT, Jabatan

Administrasi, dan Jabatan Fungsional di Instansi Pusat

dan Daerah berdasarkan kualifikasi, kompetensi, dan

penilaian kinerja.

PNS dapat diangkat dalam jabatan tertentu pada

lingkungan instansi TNI dan Polri yang pangkat/

jabatannya disesuaikan dengan pangkat dan jabatan

di lingkungan instansi TNI dan Polri.

(82)

Pengembangan Karier

dilakukan berdasarkan:

- kualifikasi;

- Kompetensi (teknis, manajerial, sosial

kultural);

- penilaian kinerja, dan

- kebutuhan Instansi Pemerintah.

Dilakukan dengan mempertimbangkan

integritas dan moralitas

(83)

HAL-HAL YANG PERLU PERHATIAN

ASN SEBAGAI PROFESI (Psl 126)

a. Memiliki standar pelayanan profesi

b. Memiliki dan menegakkan kode etik dan kode perilaku

profesi

c. Memiliki sistem pendidikan dan pelatihan profesi

d. Memiliki standar sertifikasi profesi

e. Memiliki organisasi profesi yang indepeden

PEGAWAI ASN

a. PNS : Berstatus Pegawai tetap dan memiliki NIP

secara Nasional dan memiliki jabatan

Pemerintahan (Psl 1 butir 7 dan Psl 7)

b. P3K : Diangkat dengan perjanjian kerja sesuai

kebutuhan Instansi dan ketentuan UU dan

melaksanakan tugas pemerintahan

Pegawai ASN berkedudukan sebagai unsur aparatur

(84)

HAL-HAL YANG PERLU PERHATIAN

• Batas Usia Pensiun

 Jabatan Pimpinan Tinggi (Es. I dan Es. II) 60 tahun

 Jabatan Administrasi (Es. III s.d Es. V dan Jabatan Funsional Umum) 58 tahun

 Jabatan Fungsional sesuai peraturan perundangan:

• Bagi PNS yang pensiun TMT 1 Februari 2014 :

 Jabatan administrasi dan Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama (Es. II) : otomatis diperpanjang.

 Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan/atau Madya (Es. I) yang telah diperpanjang s.d. Usia 61 atau 62 tahun dengan keputusan presiden tetap menjabat sampai dengan akhir masa jabatannya.

 Jabatan Pimpinan Tinggi Utama dan/atau Madya (Es. I) yang diusulkan (dalam proses) untuk diperpanjang BUP nya menjadi 61 atau 62 tahun tidak dapat diproses lebih lanjut.

 Jabatan fungsional tertentu yang BUPnya 56 tahun berubah menjadi 58 tahun. (perlu revisi PP No. 32/1979)

• Ketentuan teknis:

 SK Pensiun yang telah ditetapkan oleh Pejabat Pembina Kepegawaian atau Presiden bagi PNS yang pensiun 1 Februari 2014 dianggap batal demi hukum

(85)

HAL-HAL YANG PERLU PERHATIAN

• Pelaksanaan promosi jabatan secara terbuka :

– Jabatan pimpinan tinggi utama  secara nasional – Jabatan pimpinan tinggi madya  secara nasional – Jabatan pimpinan tinggi pratama :

• K/L  secara nasional

• Pemda  dalam satu provinsi • Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN)

 Sebelum KASN terbentuk, proses pengisian jabatan pimpinan tinggi dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Penilaian Kinerja

– Dilakukan setiap tahun

– Jika capaian kinerja tidak memenuhi  kesempatan 6 bulan – Pimpinan tinggi  maksimal menjabat 2 kali pada jabatan

(86)

HAL-HAL YANG PERLU PERHATIAN

Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang

mempunyai

kewenangan

menetapkan

pengangkatan,

pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN dan

pembinaan Manajemen ASN di instansi pemerintah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu :

Menteri, Pimpinan LPNK, Sekjen di Lembaga Negara dan

Lembaga Non Struktural, Gubernur, Bupati/Walikota

Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai

kewenangan

melaksanakan

proses

pengangkatan,

pemindahan, dan pemberhentian Pegawai ASN sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan, yaitu : Sekretaris

Kementerian, Sekretaris Utama , Sekda Provinsi/Kabupaten/

Kota.

Sebelum peraturan pelaksanaan terkait dengan pejabat

(87)

Referensi

Dokumen terkait

Dari latar belakang dapat dirumuskan suatu permasalahan bagaimana dapat mendesain bangunan yang menggunakan struktur baja dengan metode SRMPK untuk mendapatkan penampang

Yang dimaksud dengan "internalisasi biaya lingkungan hidup" adalah memasukkan biaya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup daiam perhitungan biaya

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat persepsi body image para remaja khalayak penggemar Korean Wave yang dibombardir oleh konten budaya populer Korea Selatan yang

Dari hasil simulasi dapat dilihat bahwa nozzle jenis flat fan nozzle dapat lebih memaksimalkan semprotan uap yang ada pada sootblower dibandingkan dengan menggunakan full

(3) Bagaimanakah upaya guru dalam pembinaan perilaku disiplin Santri Taman Pendidikan Al-Qur’an Al-Mubarokah di Desa Boro Kec. Adapun yang menjadi tujuan

Permasalahan adanya limpasan gelombang yang melampaui bangunan Seawall dan menerpa pemukiman membutuhkan suatu analisis secara teoritis secara lebih tepat dengan suatu

3. Bagiaimana bentuk karet gelang pada saat dimainkan dengan jari? 4. Buatlah kesimpulan berdasarkan kegaiatan tersebut!.. Membuktikan bahwa gaya dapat mempengaruhi bentuk

Artinya: janganlah kamu membahayakan diri sendiri dan janganlah pula membahayakan orang lain. Kaidah di atas menerangkan bahwa kedua belah pihak yang melakukan