PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh :
Idhin Fahmi Putra Setyawan
101134206
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Idhin Fahmi Putra Setyawan
101134206
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
SKRIPSI
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1
Disusun oleh:
Idhin Fahmi Putra Setyawan NIM : 101134206
Telah disetujui oleh:
Pembimbing I
Drs. Antonius Tri Priyantoro, M.For.Sc. Tanggal 17 Juli 2014
Pembimbing II
iii
SKRIPSI
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA
DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL
PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1
Dipersiapkan dan ditulis oleh: Idhin Fahmi Putra Setyawan
NIM: 101134206
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 6 Agustus 2014
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : G. Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. ………... Sekretaris : Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. ………... Anggota : Drs. Antonius Tri Priyantoro, M.For.Sc. ………... Anggota : Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. ………...
Anggota : Drs. P. Wahana, M.Hum. ………..
Yogyakarta, 6 Agustus 2014
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
MOTTO
Kegagalanmu adalah jalan yang akan menuntunmu
menuju kesuksesan
Jangan pernah sia-siakan waktumu, karena waktu
tidak akan pernah kembali dan tergantikan oleh
apapun
Bahagiakanlah orang yang berada didekatmu,
sebelum kamu terlambat untuk membahagiakanya
Ketika satu pintu tertutup, pintu lain akan terbuka
namun terkadang kita melihat dan menyesali pintu
tertutup tersebut terlalu lama sehingga kita tidak
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk :
Orang tuaku tercinta Bapak Supriyo dan Ibu
Sri Mawarti
“
terima kasih atas segala doa, kasih sayang, motivasi dan segala pengorbanan yang telah mendorongku untuk terusbelajar dan menjadi seorang anak yang bisa dibanggakan ”
Kakak-Kakakku tersayang Yuli Kurniawati
dan Dewi Kartikawati
“terima kasih untuk dukungan, semangat dan doa untukku”
Kekasihku tersayang Septi Widiasari
“terima kasih untuk semangat, motivasi, dan segala
bantuan yang telah diberikan serta menjadi partner kerja
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya orang lain atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 6 Agustus 2014 Yang membuat pernyataan,
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Idhin Fahmi Putra Setyawan
Nomor Mahasiswa : 10113206
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta karya ilmiah saya yang berjudul:
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL PADA SISWA KELAS IV SD NEGERI PLAOSAN 1
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 6 Agustus 2014
Yang menyatakan
viii
ABSTRAK
Setyawan, I.F.P. (2014). Peningkatan Prestasi Belajar IPA dengan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV SD Negeri Plaosan I. Skripsi: Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya prestasi belajar IPA pada materi gaya di kelas IV SD Negeri Plaosan 1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA pada siswa kelas IV melalui pendekatan kontekstual pada materi gaya dapat merubah bentuk benda.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri Plaosan I tahun pelajaran 2013/2014 yang terdiri dari 22 siswa. Penelitian dilaksanakan dalam dua siklus. Setiap siklus terdiri dari dua pertemuan dan mengikuti empat tahapan dalam teori Kemmis & Mc. Taggart yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes objektif dan wawancara. Analisis data yang dilakukan adalah dengan membandingkan hasil sebelum diberi tindakan dan sesudah diberi tindakan yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV. Persentase siswa yang lulus KKM kondisi awal sebesar 40% & meningkat pada siklus I menjadi 50% dan pada siklus II meningkat menjadi 72,7%. Rata-rata nilai prestasi belajar siswa juga meningkat dari kondisi awal sebesar 52,4 menjadi 53,86 pada siklus I dan meningkat menjadi 67,72 pada siklus II.
ix ABSTRACT
Setyawan, I.F.P. (2014). The Increasing of Learning Achievement Using Contextual Approach of The Fourth Grade in Plaosan Elementary School: Primary School Teacher Education Study Program, Sanata Dharma University.
This research was motivated by the low learning achievement of sains especially on the material force in the fourth grade of students plaosan elementary school. This research aimed to determine the improvement of sains learning avhievement using contextual approach on the force material in the fourth grade.
This research was classroom action research. The subject of this research were fourth grader in plaosan elementary school year 2013/2014 which consisted of 22 students. The experiment was conducted in two cycles. Each cycles consisted of two meetings and follow the four stages in the theory Kemmis & Mc Taggart : planning, implementation, observation, and reflection. Data collection techniques in this study was using objective test and interview. Data analysis was to compare the results before and after the given action related to the activity and student achievement.
The result showed that using contextual approach to improve in IPA learning achievement of fourth grade. Percentage of students who pass the initial conditions KKM increased by 40% in the first cycle being 50% and the second cycle increased 72,7%. Average students learning achievement score increased from base line by 52,4 to 53,86 in the first cycle and increased to 67,72 in the second cycle.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar IPA dengan Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas IV SD Negeri Plaosan 1” sebagai salah satu syarat mendapat gelar sarjana Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar dapat terselesaikan.
Peneliti menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini banyak pihak yang membantu, memberi motivasi, mendukung sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
2. G. Ari Nugrahanta SJ, S.S., BST, M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd. Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
4. Drs. Antonius Tri Priyantoro, M.For.Sc. selaku dosen pembimbing I, yang penuh kesabaran, ketelitian, selalu memberikan nasihat, dan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang penuh kesabaran, ketelitian, selalu memberikan nasihat, dan dukungan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh dosen PGSD yang penuh kesabaran, mengajar, dan membagikan ilmu selama menempuh perkuliahan.
xi
8. Sumarjoko, S.Ag selaku kepala sekolah SD Negeri Plaosan 1 yang memberikan izin penelitian dan dukungan kepada peneliti.
9. Juwadi, BA selaku guru kelas IV di SD Negeri Plaosan 1 Yogyakarta yang bersedia memberikan waktu dan tenaganya sebagai guru mitra sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi.
10.Siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 tahun ajaran 2013/2014, yang dapat bekerja sama dalam penelitian untuk penyelesaian skripsi ini.
11.Bapak Supriyo dan Ibu Sri Mawarti selaku orang tua peneliti yang telah memberikan segala kasih sayang, motivasi, dukungan kepada peneliti untuk terus belajar dan menyelesaikan skripsi ini tepat waktu.
12.Kakak-Kakakku tercinta, Yuli Kurniawati, Dewi Kartikawati yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi.
13.Septi Widiasari, partner yang telah menemani peneliti hingga saat ini, mendukung dan selalu memberi motivasi kepada peneliti agar skripsi ini selesai tepat waktu..
14.Seluruh mahasiswa PGSD kelas E angkatan 2010, terima kasih atas kekompakan selama masa perkuliahan.
15.Teman-teman di kos Semaki Gede, Zaki, Ardhi, dan Indra, terima kasih telah hidup bersama menjadi keluarga selama menempuh masa perkuliahan.
16.Semua pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas segala bantuan, dukungan, dan motivasi.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, peneliti dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun demi penyempurnaan skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA IMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Pembatasan Masalah ...4
1.3 Pemecahan Masalah...5
1.4 Rumusan Masalah ...5
1.5 Tujuan Penelitian ...5
1.6 Manfaat Penelitian ...6
xiii
BAB II LANDASAN TEORI ...8
2.1 Kajian Teori ...8
2.1.1 Pendekatan Kontekstual ...8
2.1.1.1 Pengertian Pendekatan Kontekstual ...8
2.1.1.2 Prinsip Pembelajaran Kontekstual ...9
2.1.1.3 Komponen Pembelajaran Kontekstual ...10
2.1.1.4 Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual ...14
2.1.1.5 Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Kontekstual ...16
2.1.2 Belajar ...16
2.1.2.1 Pengertian Belajar ...16
2.1.2.2 Ciri-ciri Belajar ...17
2.1.2.3 Pengertian Prestasi Belajar ...18
2.1.2.4 Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ...19
2.1.3 Pembelajaran IPA ...21
2.1.3.1 Hakekat IPA ...21
2.1.3.2 Pembelajaran IPA di SD ...22
2.1.3.3 Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekatan Kontekstual ....23
2.1.3.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ...25
2.1.3.5 Materi IPA ...25
2.2 Kerangka Berfikir ...26
2.3 Penelitian Relevan ...27
2.4 Hipotesis Tindakan ...32
BAB III METODE PENELITIAN...33
3.1 Jenis Penelitian ...33
xiv
3.3 Rencana Tindakan ...36
3.3.1 Persiapan ...37
3.3.2 Rencana Tiap Siklus ...38
3.4 Teknik Pengumpulan Data ...45
3.4.1 Tes ...45
3.4.2 Non Tes ...46
3.5 Instrumen Pengumpulan Data ...46
3.5.1 Soal Pilihan Ganda ...47
3.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ...48
3.6.1 Validitas ...48
3.6.1.1 Validitas Isi ...49
3.6.1.2 Validitas Konstruk ...49
3.6.1.3 Validitas Empiris ...50
3.6.2 Reliabilitas ...52
3.7 Teknik Analisis Data ...54
3.7.1 Penghitungan Prestasi Belajar ...55
3.7.2 Indikator Keberhasilan ...57
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ...58
4.1 Deskripsi Data Pelaksanaan Penelitian ...58
4.1.1 Hasil Penelitian ...58
4.1.1.1 Proses Penelitian Tindakan Kelas ...59
4.1.1.2 Hasil Prestasi Belajar ...68
4.2 Pembahasan ...76
BAB V PENUTUP ...80
xv
5.2 Keterbatasan Penelitian ...80
5.3 Saran ...81
DAFTAR PUSTAKA ...82
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan Penelitian dan Pengambilan Data ... 36
Tabel 2. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 47
Tabel 3. Kisi-Kisi Soal Siklus I Sebelum Uji Coba ... 48
Tabel 4. Rentang Skala Uji Validitas Konstruk ... 49
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I ... 51
Tabel 6. Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus II ... 52
Tabel 7. Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas ... 53
Tabel 8. Hasil Reliabilitas Siklus I ... 53
Tabel 9. Hasil Reliabilitas Siklus II ... 54
Tabel 10. Perhitungan PAP II ... 55
Tabel 11. Ketegori Tingkat Prestasi Siswa ... 55
Tabel 12. Indikator Keberhasilan ... 57
Tabel 13. Data Nilai Kondisi Awal ... 68
Tabel 14. Nilai Hasil Evaluasi Siklus I ... 69
Tabel 15. Siswa yang Mencapai KKM ... 70
Tabel 16. Persentase Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 70
Tabel 17. Nilai Hasil Evaluasi Siklus II ... 71
Tabel 18. Siswa yang Mencapai KKM ... 72
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Literatur Map dari Penelitian Sebelumnya ... 31
Gambar 2. Bagan Langkah-Langkah Penelitian Tindakan ... 33
Gambar 3. Diagram Data Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 70
Gambar 4. Diagram Data Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 73
Gambar 5. Diagram Peningkatan Rata-rata Prestasi Belajar ... 73
Gambar 6. Diagram Pencapaian KKM Kondisi Awal ... 74
Gambar 7. Diagram Pencapaian KKM Siklus I ... 74
Gambar 8. Diagram Pencapaian KKM Siklus I ... 75
Gambar 9. Diagram Persentase Peningkatan KKM ... 75
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Ijin Penelitian ... 85
Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 86
Lampiran 3. Silabus Pembelajaran ... 87
Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 95
a. RPP Siklus I Pertemuan 1 ... 95
b. RPP Siklus I Pertemuan 2 ... 103
c. RPP Siklus II Pertemuan 1 ... 110
d. RPP Siklus II Pertemuan 2 ... 117
Lampiran 5. Lembar Kerja Siswa ... 124
Lampiran 6. Ringkasan Materi ... 129
Lampiran 7. Output spss validitas ... 132
Lampiran 8. Hasil Expert Judgement ... 136
Lampiran 9. Tabel Kisi-Kisi Instrumen Tes ... 145
Lampiran 10. Olah Data ... 155
Lampiran 11. Hasil Wawancara ... 156
Lampiran 12. Foto Pelaksanaan Penelitian ... 159
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan berperan sangat penting bagi kehidupan manusia, sifatnya mutlak, baik dalam kehidupan seseorang, keluarga, maupun bangsa dan negara. Pendidikan merupakan salah satu bagian yang berpengaruh pada perkembangan suatu bangsa dan negara. Majunya suatu bangsa dan negara ditentukan oleh maju atau tidaknya pendidikan bangsa itu.
masih berpusat pada guru (teacher center). Siswa cenderung pasif dan hanya duduk mendengarkan penjelasan guru. Pembelajaran yang terjadi masih bersifat semi-kontekstual yaitu guru sudah menjelaskan berdasarkan kehidupan sehari-hari yang dialami siswa namun guru kurang memberikan permodelan secara nyata. Pembelajaran yang seperti ini membuat siswa jenuh dan mudah bosan sehingga berpengaruh terhadap prestasi belajar.
Masalah yang dialami SD Negeri Plaosan 1, Yogyakarta adalah prestasi belajar IPA siswa kelas IV masih rendah terutama pada materi gaya dapat mengubah bentuk benda. Standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) untuk mata pelajaran IPA adalah 65. Siswa yang mencapai KKM hanya berjumlah 10 siswa dari 25 siswa dengan nilai rata-rata 52,4. Ini dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1, Yogyakarta kurang mampu menguasai materi yang disampaikan.
menerima materi pelajaran disbanding siswa yang berkebutuhan khusus. Pengaruhnya berdampak pada prestasi belajar siswa yang rendah.
Penggunaan pendekatan kontekstual diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1, Yogyakarta terutama materi gaya dapat mengubah bentuk benda. Pendekatan yang baik untuk siswa adalah pendekatan yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Menurut teori J. Piaget dalam Budiningsih (2004: 36) pada usia SD kelas IV merupakan tahap operasional konkret (concrete opertional) yang artinya siswa dalam pengerjaan-pengerjaan logis dapat dilakukan dengan benda-benda konkret dan nyata. Dengan bantuan benda nyata siswa akan lebih mudah untuk memahami suatu hal.
akan lebih mudah dalam mengingat materi pembelajaran apabila menggunakan pendekatan kontekstual, sehingga prestasi belajar siswa tersebut akan mengalami peningkatan.
Alasan peneliti memilih judul tersebut karena, pendekatan kontekstual dapat membantu siswa lebih aktif dalam proses pembelajarannya, sehingga prestasi belajarnya akan mengalami peningkatan. Dengan demikian peneliti mengangkat judul “Peningkatan Prestasi Belajar IPA dengan Pendekatan
Kontekstual pada Siswa Kelas IV SD Negeri Plaosan 1”.
1.2 Pembatasan Masalah
1.3 Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah penggunaan pendekatan kontekstual. Pendekatan kontekstual adalah pembelajaran yang dilakukan dengan cara menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan nyata atau kehidupan sehari-hari siswa. Penggunaan pendekatan ini diharapkan siswa mampu meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA khususnya materi gaya dapat mengubah bentuk benda. Jadi, masalah akan terpecahkan dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, rumusan masalah penelitian ini adalah:
1.4.1 Bagaimana proses pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD?
1.4.1 Apakah dengan penggunaan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa kelas IV SD?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah disusun, tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah:
1.5.2 Mengetahui peningkatan prestasi belajar IPA siswa kelas IV dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada materi gaya dapat mengubah bentuk benda.
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Siswa
Penelitian ini dapat memberikan pengalaman belajar bagi siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 Yogyakarta khususnya mengenai materi menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda.
1.6.2 Bagi Guru
Penelitian ini dapat meningkatkan profesionalisme guru dengan bertambahnya metode baru dan membantu guru dalam memecahkan masalah yang sama dengan yang dilakukan peneliti.
1.6.3 Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan kepada sekolah bahwa penggunaan pendekatan kontekstual adalah salah satu upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
1.6.4 Bagi Peneliti
1.7 Batasan Pengertian
Batasan pengertian istilah yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1.7.1 Prestasi belajar adalah suatu perubahan tingkah laku, baik yang diamati maupun tidak diamati secara langsung, yang terjadi dari suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksi secara langsung dengan lingkungan. Prestasi belajar pada umumnya diperoleh melalui tes dan dapat dinyatakan dalam bentuk skor dan nilai.
1.7.2 Pendekatan kontekstual adalah pendekatan pembelajaran yang membantu guru serta siswa dalam mengaitkan antara materi pembelajaran dengan kondisi dunia nyata sehingga menghasilkan pembelajaran yang lebih bermakna dan nyata bagi siswa.
8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Pendekatan Kontekstual
2.1.1.1Pengertian Pendekatan Kontekstual
Johnson (2010: 65) menyatakan bahwa Contextual Teaching and Learning
Sanjaya (2005: 109) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual adalah suatu pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi pembelajaran dan mengaitkan materi yang dipelajari siswa dengan menghubungkan kedalam situasi dunia nyata siswa, sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkan pembelajaran dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dari beberapa pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendekatan kontekstual adalah model pembelajaran yang mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata, sehingga siswa belajar langsung dengan apa yang sudah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari.
2.1.1.2Prinsip-prinsip Ilmiah Pendekatan Kontekstual.
Tiga prinsip ilmiah pendekatan kontekstual menurut para ahli fisika kuantum, para kosmolog, dan ahli biologi (Johnson, 2009; 68-89) mengemukakan bahwa:
2.1.1.2.1 Prinsip kesalingbergantungan dan pendekatan kontekstual
2.1.1.2.2 Prinsip diferensiasi dan pendekatan kontekstual
Prinsip diferensiasi mendorong alam semesta menuju keragaman yang tak terbatas, dan hal itu menjelaskan kecenderungan-kecenderungan entitas-entitas yang berbeda untuk bekerja sama dalam bentuk yang disebut dengan simbiosis. Para pendidik akan melihat pentingnya prinsip diferensiasi disekolah-sekolah dan kelas-kelas untuk meniru sasaran prinsip terebut menuju kreativitas, keunikan, keragaman, dan kerja sama.
2.1.1.2.3 Prinsip pengaturan diri dan pendekatan kontekstual
Prinsip pengaturan diri meminta guru sebagai pendidik untuk mendorong siswa mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Sasaran utama sistem pendekatan kontekstual adalah membantu siswa mencapai keunggulan di bidang akademik, memperoleh keterampilan dalam berkarya, dan mengembangkan karakter dengan cara menghubungkan tugas sekolah dengan pengalaman serta pengetahuan yang dimilikinya.
Jadi, berdasarkan penjelasan di atas peneliti menyimpulkan bahwa terdapat tiga prinsip pendekatan kontekstual yaitu prinsip kesalingbergantungan, prinsip diferensiasi, prinsip pengaturan diri. Ketiga prinsip ini memiliki keterkaitan sehingga mendukung terwujudnya pembelajaran kontekstual.
2.1.1.3Komponen Pembelajaran Kontekstual
2.1.1.3.1 Konstruktivisme (constructivisme)
Pengetahuan bukanlah suatu fakta atau konsep yang hanya diperoleh dan diingat. Manusia harus membangun sendiri pengetahuanya melalui pengalamannya secara nyata. Jadi melalui konsep konstrukstivisme, siswa tidak hanya memahami suatu konsep sebagai penekanan. Siswa memperoleh pengalaman belajar sehingga proses pembelajaran lebih bermakna untuk dapat diterapkan dalam kondisi nyata. Oleh karena itu, guru harus memiliki bekal pengetahuan yang luas untuk mempermudah memberikan ilustrasi menggunakan sumber belajar dan media pembelajaran sehingga dapat merangsang siswa untuk mencari dan menemukan sendiri hubungan antara konsep yang dipelajari dengan pegalamanya.
2.1.1.3.2 Menemukan (Inquiry)
Menemukan merupakan kegiatan inti dalam pembelajaran kontekstual. Pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan-kemampuan lain bukan hasil dari mengingat suatu fakta atau konsep tetapi merupakan hasil temuannya sendiri maupun bersama dengan kelompok belajar. Siswa akan merasa puas secara emosional ketika ia memperoleh hasil temuannya sendiri dibandingkan hasil pemberian. Hasil pembelajaran yang diperoleh siswa sendiri berdasarkan kreatifitas siswa akan bersifat tahan lama untuk diingat dibandingkan pengetahuan yang merupakan pemberian guru.
2.1.1.3.3 Bertanya (Questioning)
Tugas utama bagi guru yaitu membimbing siswa melaui pertanyaan yang diajukan untuk mencari dan menemukan antara konsep yang dipelajari dengan kehidupan nyata.
2.1.1.3.4 Masyarakat belajar (learning Community)
Melalui masyarakat belajar, siswa dibiasakan untuk melakukan kerjasama dan memanfaatkan sumber belajar dari teman-teman belajarnya. Hasil pembelajaran diperoleh dari kerja sama dengan orang lain sehingga akan terbentuk ketergantungan yang positif antar teman sebaya. Ketergantungan positif yang dimaksud adalah siswa dibiasakan untuk saling memberi dan menerima. Selain itu, siswa tidak hanya memanfaatkan sumber belajar yang ada dikelas, akan tetapi siswa dibiasakan untuk mencari sumber lain diluar kelas (keluarga dan masyarakat). Ketika kebiasaan ini diterapkan maka siswa akan mendapat pengalaman yang lebih banyak dari berbagai sumber.
2.1.1.3.5 Permodelan (modelling)
2.1.1.3.6 Refleksi (reflection)
Refleksi adalah cara berfikir tentang apa yang baru saja dipelajari atau baru terjadi. Siswa mengedepankan hal-hal yang baru saja dipelajarinya sebagai struktur pengetahuan yang baru atau revisi dari pembelajaran sebelumnya. Pengetahuan yang bermakna diperoleh melalui penerimaan, pengolahan dan pengendapan, untuk dapat dijadikan sandaran ketika menanggapi gejala-gejala yang muncul di kemudian hari.
2.1.1.3.7 Penilaian Sebenarnya (Authentic Assessment).
Penilaian adalah proses pengumpulan berbagai data dan informasi yang bisa memberikan gambaran atau petunjuk terhadap pengalaman belajar siswa. Terkumpulnya data dan informasi yang lengkap sebagai perwujudan dari penerapan-penerapan maka pemahaman guru terhadap proses dan hasil pengalaman belajar siswa akan akurat. Guru akan mengatahui kemajuan, kemunduran, dan kesulitan siswa dalam belajar sehingga akan memberikan kemudahan dalam melakukan upaya perbaikan dan penyempurnaan dalam proses bimbingan belajar.
yang bekerja sama untuk membantu menemukan sebuah informasi atau ketrampilan baru yang didapatkan dari hasil temuan sendiri dan bukan dari apa yang dikatakan guru.
2.1.1.4Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual
refleksi dari setiap kegiatan yang telah dilakukan. Langkah terakhir yaitu melakukan penialain secara objektif pada masing-masing siswa.
Berdasarkan langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan dalam pembelajaran kontekstual dapat disimpulkan bahwa kegiatan pembelajaran yang berlangsung dibutuhkan kerjasama antar siswa dan berorientasi pada pengalaman nyata siswa. Pembelajaran kontekstual dapat menggunakan berbagai macam sumber, tidak hanya dari buku melainkan dapat menggunakan potensi yang ada di lingkungan sekitar. Siswa juga akan terlibat langsung dalam proses pembelajaran sehingga menuntut siswa untuk aktif dan kritis dalam menerima dan mencari informasi baru, pembelajaran yang terjadi juga akan terasa lebih menyenangkan dan tidak membosankan.
2.1.1.5Kelebihan dan Kelemahan Pendekatan Kontekstual
Kelebihan pendekatan kontekstual menurut Johnson (2007: 300) yaitu sebagai berikut :
a. Menghasilkan pembelajaran lebih bermakna dan nyata. Siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman kehidupan nyata yang dialami oleh siswa. Apabila dalam proses pembelajaran siswa sudah menghubungkan pembelajaran dengan kehidupan nyata siswa, siswa tersebut akan lebih mudah dalam proses pembelajaran dan siswa tidak akan mudah lupa dengan proses pembelajaran tersebut.
b. Pendekatan lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran kontrukstivisme diamana seseorang siswa dituntun untuk menemukan pengatahuannya sendiri.
Kelemahan pendekatan kontekstual menurut Johnson (2007: 302) yaitu membutuhkan waktu dan tenaga yang cukup banyak untuk membuat siswa benar-benar paham. Hal tersebut terjadi karena tingkat kemampuan siswa sangat berbeda-beda.
2.1.2 Belajar
2.1.2.1Pengertian Belajar
3). Berdasarkan pengertian tersebut, belajar tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan kognitifnya saja melainkan juga dapat memperbaiki atau mengubah sikap dan perilaku seseorang. Hal ini sejalan dengan pemikiran Gage Berlinger (dalam Siregar, 2010: 4), ia mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Jadi, selain dapat memperoleh pengetahuan seseorang juga dapat memperoleh pengalaman yang dapat membantunya untuk terus berkembang.
Suyono (2011: 9) mengungkapkan bahwa belajar tidak hanya proses untuk memperoleh pengetahuan, tetapi juga merupakan proses untuk meningkatkan keterampilan, memperbaiki sikap dan perilaku, serta membentuk atau memperkokoh kepribadian.
Berdasarkan beberapa pengertian menurut para ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang membantu seseorang untuk dapat membangun pengetahuannya berdasarkan pengalaman. Belajar tidak harus dimaknai dengan penjejalan pengetahuan kepada siswa.
2.1.2.2Ciri-ciri Belajar
dengan usaha. Perubahan terjadi akibat interaksi dengan lingkungan. (4) perubahan tidak semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan fisik atau kedewasaan, tidak karena kelelahan, penyakit atau pengaruh obat-obatan. Imron (1996: 16) menjelaskan ciri-ciri belajar antara lain (1) suatu proses yang disengaja dan secara sadar dirancang sebagai akibat interaksi antara individu dengan lingkungan; (2) perubahan tingkah laku sifatnya relatif menetap. Ciri-ciri belajar menurut kedua ahli tersebut memiliki kesamaan, yaitu belajar merupakan interaksi antara manusia dengan lingkungan sehingga mengakibatkan perubahan dalam diri individu. Perubahan yang terjadi bukan dilihat dari faktor fisik, namun perubahan tersebut bisa berupa: dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan dari tidak dapat mengerjakan sesuatu menjadi dapat mengerjakan sesuatu.
Jadi, berdasarkan ciri-ciri di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua perubahan merupakan hasil belajar. Seseorang dapat dikatakan telah belajar apabila siswa mengalami perubahan tingkah laku dalam dirinya akibat dari interaksinya dengan sesama maupun dengan lingkungan dan tidak dilihat dari aspek fisik.
2.1.2.3Pengertian Prestasi Belajar
Kamus Besar bahasa Indonesia. Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi 3 (2005: 895) menyatakan bahwa prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dimiliki seseorang dan dikembangkan melalui mata pelajaran, yang biasanya dapat ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan guru. Jadi, menurut Slameto prestasi belajar merupakan perubahan tingkah laku berdasarkan pengalaman, sedangkan KBBI mengungkapkan bahwa prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan yang dikembangkan melalui mata pelajaran. Hal ini sejalan dengan Chosiyah (2001: 84) berpendapat bahwa prestasi belajar merupakan rangkaian hasil usaha yang dilakukan seseorang yang telah dilatih dalam suatu sistem kegiatan pendidikan yang hasilnya dapat dinyatakan berupa nilai.
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah suatu proses dimana seseorang berusaha mencapai suatu perubahan tingkah laku, baik yang diamati maupun tidak diamati secara langsung, yang terjadi dari suatu hasil latihan atau pengalaman dalam interaksi secara langsung dengan lingkungan. Prestasi belajar pada umumnya diperoleh melalui tes dan dapat dinyatajab dalam bentuk skor dan nilai.
2.1.2.4Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
a. Faktor Instrinsik
Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang tersebut kaitanya dengan pengaruh belajar seseorang, seperti motivasi belajar, minat, ketekukan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis.
b. Faktor Ekstrinsik
Merupakan faktor yang berasal dari luar diri seseorang, hal ini berkaitan dengan pengaruh belajar sesorang atau lingkungan seperti media, guru, teman, pergaulan, dan lain sebagainya.
Slameto (2010: 54-72) mengemukakan bahwa faktor yang mempengaruhi belajar seseorang terdapat dua macam antara lain sebagai berikut :
a. Faktor Internal
Merupakan faktor yang ada dalam diri seseorang, faktor tersebut terdapat pada seseorang yang sedang belajar. Faktor tersebut terdiri dari faktor jasmani (kesehatan dan cacat tubuh), kemudian faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, kematangan, dan kesiapan).
b. Faktor Eksternal
Pada uraian di atas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa prestasi belajar dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain diri sendiri sesorang tersebut maupun dari luar diri seseorang itu sendiri.
2.1.3 Pembelajaran IPA
2.1.3.1Hakekat IPA
Sulistyorini (2007: 39) menuliskan bahwa IPA berhubungan dengan mencari tahu tentang alam. IPA juga bukan hanya penguasaan kumpulan pengertian fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja akan tetapi IPA juga merupakan suatu proses penemuan. IPA merupakan sarana bagi siswa untuk belajar mengenai alam serta prospek pengembangan lebih lanjut untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Iskandar (2001: 17) IPA adalah ilmu yang berhubungan tentang kejadian yang bersifat kebendaan pada umumnya di dasarkan hasil penelitian, observasi dan lain sebagainya. Jadi, berdasarkan dua pengertian menurut ahli, peneliti dapat menyimpulkan bahwa IPA merupakan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan alam dan didalamnya terdapat fakta, konsep, dan prinsip dimana pembelajaran yang terjadi biasanya berupa penelitian, uji coba, dan observasi.
Menurut Sulistyorini (2007: 9-10) hakikat ilmu pengetahuan alam adalah sebagai produk, proses, dan sikap :
2.1.3.1.1 IPA sebagai produk
Bentuk ilmu pengetahuan alam sebagai produk adalah fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori. Fakta-fakta merupakan hasil dari kegiatan empirik atau telah melalui tahap percobaan, sedangkan konsep, prinsip, dan teori merupakan hasil dari kegiatan analisis berdasarkan tahap uji coba yang telah dilakukan.
2.1.3.1.2 IPA sebagai proses
ilmu pengetahuan alam yang disusun dan diperoleh melalui metode ilmiah. IPA tidak hanya merupakan kumpulan-kumpulan pengetahuan tentang benda-benda atau makhluk-makhluk, tetapi IPA juga merupakan cara kerja, cara berpikir, dan cara memecahkan masalah. IPA sebagai proses yaitu memahami bagaimana mengumpulkan fakta-fakta dan memahami bagaimana menghubungkan fakta-fakta dan menginterpretasikannya.
2.1.3.1.3 IPA sebagai sikap
Makna “sikap” pada mata pelajaran IPA dibatasi pengertianya pada “sikap
ilmiah terhadap alam sekitar”. Terdapat sembilan aspek sikap secara ilmiah yang dapat dikembangkan pada siswa usia SD. Yaitu sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan, sikap kerjasama. Sikap tidak putus asa, sikap tidak berprasangka, sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir keras dan sikap kedisipinan.
2.1.3.2Pembelajaran IPA di SD
mencari dan menyelidiki melalui percobaan-percobaan yang dilakukan oleh siswa sehingga IPA bukanlah merupakan mata pelajaran yang bersifat hafalan (Samatowa, 2011: 4). Oleh karena itu, metode mengajar yang bersifat komunikasi satu arah sudah tidak relevan lagi digunakan. Pembelajaran IPA lebih menekankan pada siswa daripada guru, dapat dilihat bahwa pembelajaran IPA dikelas dipandang sebagai suatu proses aktif.
Hasil belajar bukan semata-mata bergantung pada apa yang disajikan guru, melainkan dipengaruhi oleh interaksi antara berbagai informasi yang diperoleh dan bagaimana siswa mengolah informasi tersebut berdasarkan pemahaman yang telah dimiliki sebelumnya.
2.1.3.3Pembelajaran IPA Menggunakan Pendekatan Kontekstual
2.1.3.4Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Berikut rincian standar kompetensi dan kompetensi dasar yang digunakan, standar Kompetensi: 7. memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk
suatu benda. Kompetensi Dasar
:
7.2 menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda.2.1.3.5Materi IPA
Materi gaya merupakan materi yang teradapat pada standar kompetensi 7 yaitu “memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda” dan kompetensi dasar 7.2 yaitu “menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya
(dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda”.
Materi ini membahas tentang gaya dapat mengubah arah benda bergerak, berhenti bergerak, berubah arah geraknya, atau berubah bentuk (Zuneldi & Dian Okky, M.Parulian, 2011: 115). Materi yang akan dibahas pada penelitian adalah gaya dapat mengubah bentuk benda. Ringkasan materi gaya dapat merubah bentuk benda dapat dilihat pada (lampiran 6). Pada penelitian ini, pendekatan kontekstual digunakan untuk menyampaikan materi gaya dapat mengubah bentuk benda. Pembelajaran kontekstual yang dilakukan didalamnya terdapat tujuh komponen yaitu, konstruksi, inkuiri, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penilaian autentik. Pembelajaran ini dilaksanakan dalam 2 siklus, masing-masing siklus terdiri dari 2 pertemuan. Setiap akhir siklus akan diadakan evaluasi yang baru saja dipelajari.
2.2 Kerangka Berpikir
Proses pembelajaran yang terjadi di sekolah dasar, guru masih menggunakan ceramah dalam menyampaikan materi pelajaran. Media yang digunakan juga belum dimaksimalkan penggunaannya. Kurang maksimalnya media yang dipergunakan oleh guru terlihat dari cara mengajar, guru sudah menggunakan media pembelajaran akan tetapi lebih banyak menjelaskan dibandingkan menggunakan media pembelajaran tersebut. Hasilnya masih banyak siswa yang belum mencapai KKM yang mengakibatkan rendahnya prestasi belajar. Itulah yang terjadi saat proses pembelajaran IPA. Sedangkan IPA merupakan ilmu yang erat kaitanya dengan alam. Maka pada saat proses pembelajaran guru perlu memilih pendekatan pembelajaran yang tepat untuk melakukan pembelajaran sesuai mata pelajaran yang ada.
Pendekatan kontekstual merupakan proses pembelajaran yang didalamnya menuntut siswa untuk belajar langsung dengan menghubungkan materi pelajaran dengan kondisi dunia nyata yang dialami siswa sehari-hari. Hal ini sesuai dengan tujuh komponen pendekatan kontekstual yaitu konstruktivisme (constructivisme), menemukan (inquiry), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), permodelan (modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya
2.3 Penelitian Relevan
Hasil penelitian yang relevan berisi mengenai penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang dapat mendukung penelitian ini. Berikut beberapa penelitian relevan yang akan dibahas:
2.3.1 Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan Kontekstual dalam Mata Pelajaran IPA Tentang Macam-macam Gerak Benda Siswa Kelas III SD Kanisius Klepu Minggir Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011.
2.3.2 Peningkatan Prestasi Belajar IPA untuk Materi Daur Hidup Hewan Melalui Pendekatan Kontekstual Siswa Kelas IV SD Muhammadiyah Demangrejo Kulon Progo Tahun 2011/2012.
Penelitian ini dilakukan oleh Karulina Widiastuti (2009), penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah melalui pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Muhammadiyah Demangrejo Kulon Progo dalam mata pelajaran IPA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran terjadi peningkatan aktivitas siswa apabila dibandingkan presentase siswa yang memenuhi kriteria baik dan sangat baik keaktifan siswa pada siklus I dan siklus II. Peningkatan tersebut dapat ditunjukkan dari presentase keaktifan siswa pada siklus I yaitu 70,59% meningkat menjadi 100% pada siklus II. Hasil penelitian evaluasi tes tertulis menjukkan bahwa pada siklus I siswa yang memenuhi KKM mencapai 52.94%. Hal ini lebih besar daripada kondisi awal yang hanya mencapai 47.06%. Siswa yang mencapai KKM pada siklus II yaitu 76.47%. Nilai rata-rata kelas pada siklus I mencapai 64.82, ini meningkat dari kondisi awal yang hanya 58 Nilai rata-rata kelas pada siklus II yaitu 73.18, sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan baik jumlah siswa yang memenuhi KKM, nilai rata-rata kelas, maupun presentase siswa yang memenuhi kriteria baik dan sangat baik pada aktivitas siswa.
Penelitian ini dilakukan oleh Benediktus Taryono (2010) penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah dengan menggunakan pendekatan kontekstual dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SDN Tamanagung Muntilan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan pendekatan kontekstual terjadi peningkatan dimana pada siklus I perolehan nilai rata-rata 71 dan yang mendapat nilai 70 belum mencapai 75%. Pada siklus II memperoleh nilai rata-rata 76,83 dan yang mendapat nilai 70 ke atas mencapai 75%.
2.3.4 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 018451 Kuala Tanjung Tahun Ajaran 2011-2012.
Berikut ini literatur map dari penelitian-penelitian sebelumnya:
Gambar 1. LiteraturMap dari Penelitian-Penelitian Sebelumnya
Prestasi Belajar Pendekatan Kontekstual
Lestari (2009)
Peningkatan Prestasi Belajar Menggunakan Pendekatan Kontekstual dalam Mata Pelajaran IPA Tentang Macam-macam Gerak
Benda Siswa Kelas III
Widiastuti (2009)
Peningkatan Prestasi Belajar IPA Melalui Pendekatan Kontekstual Siswa Kelas IV SD
Taryono (2010)
Peningkatan Prestasi Belajar IPA Menggunakan Pendekatan Kontekstual Bagi
Siswa Kelas IV
Yang diteliti
Implementasi Pendekatan Kontekstual, prestasi belajar siswa kelas IV
Ramadani, I (2011)
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Pendekatan Kontekstual pada
2.4 Hipotesis Tindakan
Hipotesis yang dapat dirumuskan pada penelitian ini, berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berpikir di atas adalah:
1. Proses pendekatan kontekstual dalam upaya meningkatkan prestasi belajar yaitu dengan menerapkan tujuh komponen pembelajaran kontekstual antara lain konstruktivisme (constructivisme), menemukan (inquiry), bertanya
(questioning), masyarakat belajar (learning community), permodelan
(modeling), refleksi (reflection), penilaian sebenarnya (authentic assessment).
33
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas yang dilakukan merupakan kerjasama antara peneliti dengan guru. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi di dalam sebuah kelas (Arikunto, 2006: 91). Penelitian tindakan kelas ini menggunakan model Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri dari empat komponen, yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Desain penelitian tindakan kelas akan dijelaskan sebagai berikut menurt Model Kemmis dan Mc. Taggart (Mahmud, 2011: 221):
Gambar 2. Bagan langkah-langkah penelitian tindakan
Peneliti menggunakan PTK sebagai jenis penelitian dikarenakan peneliti menemukan sebuah masalah di sekolah, kemudian berdasarkan masalah tersebut peneliti mencari dan merencanakan program pembelajaran yang dapat
Siklus I
Siklus II Perencanaan
pelaksanaan Refleksi
pengamatan
Perencanaan
Refleksi pelaksanaan
memperbaiki dan memecahkan masalah untuk selanjutnya program tersebut dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah disusun.
Berikut ini akan dijabarkan empat komponen yang dilaksanakan pada setiap siklus menurut Mahmud (2011: 220).
a. Perencanaan
Tahap perencaan yang dilakukan pada penelitian ini antara lain menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), menyiapkan lembar observasi, menyiapkan lembar kerja siswa (LKS), dan menyusun tes evaluasi.
b. Pelaksanaan
Pelaksaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan rancangan yang telah disusun peneliti. Peneliti melaksanakan pembelajaran di kelas dengan menerapkan metode pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran IPA.
c. Pengamatan
Pengamatan ini dilakukan oleh peneliti saat proses pelaksanaan tindakan. Pada saat mengamati, pengamatan harus mencatat semua peristiwa yang terjadi di dalam kelas. Hal-hal yang dapat diamati misalnya mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku siswa, penyampaian materi, dan sebagainya. d. Refleksi
hal-hal yang masih perlu diperbaiki. Melalui refleksi, peneliti menentukan keputusan untuk menentukan siklus lanjutan.
3.2 Setting Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian PTK penerapan pendekatan kontekstual ini dilakukan di SD Negeri Plaosan 1 yang beralamatkan di dusun Plaosan, desa Tlogoadi, kecamatan Mlati, kabupaten Sleman, provinsi Yogyakarta.
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1. Siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 yang berjumlah 22 siswa terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan.
3.2.3 Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah prestasi belajar siswa dengan menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPA siswa kelas IV SD Negeri Plaosan.
3.2.4 Waktu Penelitian
Tabel 1. Jadwal Pelaksanaan penelitian dan pengambilan data
Hari,tanggal Pertemuan Kegiatan Alokasi Waktu Sabtu, 25
Januari 2014 I
Pengamatan kelas sebelum
penelitian 2x 35 menit Selasa 28
Januari 2014 II
Pelaksanaan penelitian siklus
I pertemuan pertama 2x 35 menit Sabtu, 1
Februari 2014
III Pelaksanaan penelitian siklus
I pertemuan kedua 2x 35 menit Selasa, 11
Februari 2014
IV Pelaksanaan penelitian siklus
ke II pertemuan pertama 2x 35 menit Sabtu,15
Februari 2014
V Pelaksanaan penelitian siklus
II pertemuan kedua 2x 35 menit
Berdasarkan jadwal pelaksanaan penelitian pada tabel 1, penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Pada tiap siklusnya terdiri dari dua kali pertemuan. Sebelum melakukan siklus I peneliti melakukan pengamatan kelas terlebih dahulu untuk mengamati kondisi yang terjadi di dalam kelas. Setelah melakukan pengamatan, peneliti kemudian baru melakukan kedua siklus tersebut.
3.3 Rencana Tindakan
3.3.1 Persiapan
a. Peneliti mengajukan permohonan ijin kepada kepala sekolah SD Negeri Plaosan 1 untuk melakukan kegiatan penelitian yang dilakukan di SD tersebut.
b. Peneliti melakukan pengamatan di kelas IV untuk megetahui gambaran kelas mengenai prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA.
c. Peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas IV mengenai situasi dan kondisi yang ada di dalam kelas.
d. Peneliti mengindentifikasi masalah yang ada dikelas berdasarkan hasil pengamatan yaitu rendahnya prestasi belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA.
e. Menganalisis masalah belajar siswa pada materi IPA yang dianggap belum mencapai KKM. Hal ini dapat dilihat pada nilai prestasi belajar siswa kelas IV tahun pelajaran 2012/2013. Peneliti mencoba meningkatkan prestasi belajar siswa mengunakan pendekatan kontekstual.
f. Peneliti menyusun perangkat pembelajaran untuk melaksanakan penelitian yaitu Silabus, RPP, LKS, Kisi-kisi soal, Instrumen penilaian, dan Instrumen penelitian.
3.3.2 Rencana Setiap Siklus.
Setelah peneliti memperoleh gambaran mengenai keadaan kelas, maka dilakukan tindakan kelas sebagai berikut:
Siklus I
Siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan, dimana setiap pertemuannya dialokasikan 2 JP
3.3.2.1Rencana Tindakan.
Peneliti mendalami silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
3.3.2.2Pelaksanaan Pertemuan I: 1. Kegiatan Awal
a). Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi.
b). Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang akan dibahas.
c). Guru menjelaskan mengenai kompetensi yang akan dicapai. 2. Kegiatan Inti
d). Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai pengertian gaya.
e). Siswa diminta untuk mencari contoh benda-benda yang mudah dan sulit dirubah bentuknya.
f). Siswa dan guru melakukan tanya jawab mengenai berbagai macam gaya. g). Guru membagi LKS yang harus dikerjakan secara mandiri, kemudian guru
h). Siswa dan guru membahas hasil pekerjaanya.
i). Guru bertanya mengenai hal-hal yang belum dimengerti siswa.
3. Kegiatan Akhir
a). Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari.
b). Siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Pertemuan ke II 1. Kegiatan awal
a). Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi.
b). Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang akan dibahas.
c). Guru menjelaskan mengenai kompetensi yang akan dicapai. 2. Kegiatan inti
a). Guru meminta siswa untuk mengambil selembar kertas kemudian meremas kertas tersebut dan siswa diminta untuk mengamati perubahan apa yang terjadi pada kertas tersebut.
c). Siswa secara berkelompok ditugaskan untuk mencari contoh benda-benda apa saja yang berubah bentuknya karena diakibatkan oleh gaya. Selain itu siswa juga diminta untuk mencari peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang menunjukkan bahwa gaya mempengaruhi bentuk benda.
d). Guru bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui siswa dan meluruskan jawaban yang salah.
3. Kegiatan akhir
a). Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari.
b). Guru meminta siswa menuliskan materi yang baru saja dipelajari.
c). Siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan dalam bentuk tertulis.
d). Guru memberi tindak lanjut pembelajaran dalam bentuk lembar kerja siswa sebagai evaluasi pembelajaran.
3.3.2.3Pengamatan
dalam pengajaran tersebut guru sudah menggunakan tujuh komponen pendekatan kontekstual, maka guru dinyatakan sudah menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran tersebut.
3.3.2.4Refleksi
Refleksi yang dilakukan guru dan peneliti adalah:
a).Mengevaluasi atas apa yang telah dilakukan pada siklus I, mengenai kesulitan, hambatan-hambatan yang dialami saat proses pembelajaran, dan keberhasilan yang tercapai pada siklus I.
b).Membandingkan hasil evaluasi dan hasil observasi yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan oleh peneliti.
c).Menentukan apakah siklus perlu dilanjutkan atau tidak.
d).Jika perlu dilanjutkan ke siklus II, maka perlu merencsiswaan perbaikan berdasarkan hasil evaluasi dan observasi untuk dilakukan pada siklus II. Siklus II
Siklus II ini akan dilaksanakan selama dua kali pertemuan, dimana setiap pertemuan dialokasikan 2 JP.
3.3.2.5Rencana Tindakan
Peneliti mendalami silabus, Rencana Pelaksanan Pembelajaran (RPP) 3.3.2.6Pelaksanaan
Pertemuan I: 1. Kegiatan awal
b). Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang akan dibahas.
c). Guru menjelaskan mengenai kompetensi yang akan dicapai. 2. Kegiatan inti
a). Guru membagi siswa kedalam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang.
b). Guru membagikan media berupa karet gelang dan balon, kemudian guru menjelaskan mengenai hal-hal yang harus dilakukan siswa.
c). Siswa melakukan percobaan dengan menggunakan media karet gelang dan balon.
d). Siswa mengamati dan berdiskusi bersama kelompok mengenai perubahan media yang sudah disediakan.
e). Siswa diminta untuk mengerjakan LKS.
f). Guru bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui siswa dan meluruskan jawaban yang salah.
3. Kegiatan akhir
a). Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari.
b). Guru meminta siswa menuliskan materi yang baru saja dipelajari. c). Siswa merefleksikan kegiatan pembelajaran yang dilakukan.
Pertemuan II: 1. Kegiatan awal
a). Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi.
b). Guru dan siswa melakukan tanya jawab mengenai materi yang akan dibahas.
c). Guru menjelaskan mengenai kompetensi yang akan dicapai. 2. Kegiatan inti
a). Guru membagi siswa kedalam kelompok, masing-masing kelompok beranggotakan 5-6 orang.
b). Guru membagikan media plastisin, kemudian guru menjelaskan mengenai hal-hal yang harus dilakukan siswa.
c). Siswa melakukan percobaan dengan menggunakan media plastisin.
d). Siswa mengamati dan berdiskusi bersama kelompok mengenai perubahan media yang sudah disediakan.
e). Siswa diminta untuk membuat kesimpulan berdasarkan hasil percobaan. f). Siswa mengerjakan LKS yang sudah disediakan.
g). Guru bertanya mengenai hal-hal yang belum diketahui siswa dan meluruskan jawaban yang salah.
3. Kegiatan akhir
a). Guru bersama dengan siswa menyimpulkan materi yang baru saja dipelajari.
d). Guru memberi tindak lanjut pembelajaran dalam bentuk lembar kerja siswa sebagai evaluasi pembelajaran.
3.3.2.7Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan pada siklus kedua ini sama seperti yang dilaksanakan pada siklus pertama. Pengamatan pembelajaran IPA menggunakan pendekatan kontekstual dilakukan oleh teman sejawat PPL. pengamatan tersebut dilaksanakan saat pembelajaran IPA berlangsung. Pengamatan yang dilakukan yaitu untuk mengetahui apakah saat proses pembelajaran IPA yang diajarkan guru ke siswa di dalamnya sudah terdapat tujuh komponen pendekatan kontekstual. Ketujuh komponen tersebut antara lain meliputi konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar, permodelan, refleksi, dan penlilaian sebenarnya. Apabila dalam pengajaran tersebut guru sudah menggunakan tujuh komponen pendekatan kontekstual, maka guru dinyatakan sudah menerapkan pendekatan kontekstual dalam pembelajaran tersebut.
3.3.2.8Refleksi
Refleksi yang dilakukan guru dan peneliti adalah:
b). Membandingkan hasil evaluasi dan hasil observasi yang sudah dicapai dengan indikator keberhasilan yang telah ditetapkan oleh peneliti. c). Menentukan apakah siklus perlu dilanjutkan atau tidak.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Ada 2 macam teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam mengumpulkan data penelitian yaitu teknik tes dan non tes, berikut akan diuraikan penjelasannya:
3.4.1 Tes
3.4.2 Non tes
Teknik pengumpulan data non tes yang digunakan pada penelitian ini adalah wawancara yang ditujukan kepada guru kelas IV. Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan kepada responden dan mencatat atau merekan jawaban-jawaban responden (Mahmud, 2011: 173). Wawancara pada penelitian ini dilaksanakan secara langsung, dimana peneliti mewawancarai orang yang menjadi sumber data dalam dilakukan tanpa perantara. Wawancara dilakukan karena peneliti ingin mengetahui gambaran mengenai responden (siswa). Sekolah ini merupakan sekolah inklusi dimana dalam setiap kelas terdapat beberapa siswa yang memiliki kebutuhan khusus. Oleh karena itu, peneliti melakukan wawancara kepada guru guna mengetahui pengaruh siswa yang memiliki kebutuhan khusus terhadap siswa lain. Pedoman wawancara yang digunakan adalah bentuk semi structured. Pewawancara (peneliti) mula-mula mengajukan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian berdasarkan jawaban yang diberikan oleh responden peneliti memperdalam setiap subjek untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut. Pedoman wawancara dan hasil wawancara dapat dilihat pada lampiran 7.
3.5 Instrumen Pengumpulan Data
3.5.1 Soal pilihan ganda
Tes tertulis yang digunakan pada penelitian ini berbentuk soal pilihan ganda. Tes ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Peneliti menyusun instrumen tes ini sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing. Berikut ini kisi-kisi soal sebelum diujicobakan:
Tabel 2. Kisi-kisi Soal Siklus I sebelum diuji coba
Kelas/ Semester : IV/2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Standar Kompetensi : 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda.
Kompetensi Dasar : 7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda.
No Indikator Nomor Soal Jumlah Soal
1. Menjelaskan pengertian gaya 1, 2, 5, 10, 11, 5 soal 2. Mengidentifikasi berbagai
bahan/benda yang mudah dirubah bentuknya
4, 6, 23, 25
4 soal 3. Mengidentifikasi berbagai
bahan/benda yang sulit dirubah bentuknya
3, 8, 24
3 soal 4. Memberi contoh bahwa gaya
dapat mengubah bentuk benda
7, 14, 19, 20, 22
5 soal 5. Memberi contoh dalam
kehidupan sehari-hari cara gaya mengubah bentuk benda
9, 15, 16, 17,
4 soal 6. Membuktikan bahwa gaya
dapat mengubah bentuk benda
12, 13, 18, 21,
4 soal
Tabel 3. Kisi-kisi Soal Siklus I sebelum diuji coba
Kelas/ Semester : IV/2
Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Standar Kompetensi : 7. Memahami gaya dapat mengubah gerak dan/atau bentuk suatu benda.
Kompetensi Dasar : 7.2 Menyimpulkan hasil percobaan bahwa gaya (dorongan dan tarikan) dapat mengubah bentuk suatu benda.
No Indikator Nomor Soal Jumlah Soal
1. Menjelaskan pengertian gaya 1, 12, 14, 15, 18 5 soal 2. Mengidentifikasi berbagai
bahan/benda yang mudah dirubah bentuknya
3, 4, 8, 16 4 soal
3. Mengidentifikasi berbagai bahan/benda yang sulit dirubah bentuknya
2, 9, 11 3 soal
4. Memberi contoh bahwa gaya dapat mengubah bentuk benda
6, 20,21 3 soal 5. Memberi contoh dalam
kehidupan sehari-hari cara gaya mengubah bentuk benda
13, 17, 19, 22, 23 5 soal
6. Membuktikan bahwa gaya dapat mengubah bentuk benda
5, 7, 10, 24, 25 5 soal
Tabel di atas merupakan kisi-kisi instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yang terdiri dari standar kompetensi, kompetensi dasar, mata pelajaran, kelas/semester, indikator yang akan dicapai, nomor soal, dan jumlah soal.
3.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian
3.6.1 Validitas
seharusnya diukur. Validitas yang digunakan pada penelitian ini ada 3 macam, yaitu :
3.6.1.1Validitas isi
Validitas isi dilakukan oleh peneliti dengan melihat kembali kesesuaian instrumen tes yang digunakan dengan perangkat pembelajaran seperti silabus, RPP, dan materi pelajaran. Jadi, dalam pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan cara melihat apakah item tes yang telah disusun sudah sesuai dengan blue-printnya dan masing-masing item sesuai dengan indikator yang akan dicapai. 3.6.1.2Validitas konstruk
Uji validitas konstruk pada penelitian ini menggunakan pendapat para ahli
(experts judgment). Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun (Sugiyono, 2011: 125). Peneliti menggunakan lembar penilaian berbentuk
checklist seperti angket atau kuesioner dengan menggunakan skala likert dengan rentang jawaban 1-5. Berikut ini rentang jawaban pada lembar yang digunakan untuk uji validitas konstruk:
Tabel 4. Rentang Skala Uji Validitas Konstruk Keterangan Nilai
Sangat Baik (SB) 5
Baik (B) 4
Cukup (C) 3
Buruk (BR) 2
Buruk Sekali (BS) 1
Negeri Plaosan 1, guru kelas IV SD Bumirejo Magelang. Perangkat pembelajaran yang digunakan yaitu terdiri dari silabus, RPP, materi pelajaran, dan instrumen penelitian. Hasil dari validitas konstruk dapat dilihat pada lampiran 6.
3.6.1.3Validitas empiris
Penelitian ini menggunakan tes prestasi dengan bentuk soal pilihan ganda yang memiliki 2 kategori jawaban 0 dan 1 atau benar dan salah. Field (2009: 182) menjelaskan bahwa soal pilihan ganda merupakan data dikotomi, penghitungan statistik menggunakan point biserial karena hanya ada dua jawaban yaitu benar dan salah.
Tabel 5. Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus I
Nomor Soal Nilai r Tabel Pearson Correlation Keterangan 1
Tabel 6. Hasil Uji Validitas Instrumen Siklus II
Nomor Soal Nilai r Tabel Pearson Correlation Keterangan 1 reliabilitasnya untuk mengetahui tingkat kepercayaannya.
3.6.2 Reliabilitas
maka hasil yang diperoleh tidak akan berbeda jauh dengan hasil yang diperoleh sebelumnya.
Peneliti menggunakan teknik Alpha Cronbach dalam penentuan reliabilitas instrumen dengan bantuan SPSS 20. Item soal yang valid akan dihitung reliabilitasnya, sedangkan item soal yang tidak valid tidak akan diikutsertakan dalam penghitungan reliabilitas instrumen. Berikut ini tabel klasifikasi koefisien reliabilitas menurut Masidjo (2006: 209):
Tabel 7. Klasifikasi koefisien korelasi reliabilitas
Koefisien Korelasi Kualifikasi
±0,91 – ±1,00 Sangat tinggi
±0,71 – ±0,90 Tinggi
±0,41 – ±0,70 Cukup
±0,21 – ±0,40 Rendah
0 – ±0,20 Sangat rendah
Penghitungan reliabilitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS 20 for windows. Berikut ini hasil uji reliabilitas instrumen dengan rumus Alpha Cronbach :
Tabel 8. Hasil Reliabilitas Siklus I
Tabel 9. Hasil Reliabilitas Siklus II
Hasil output reliabilitas item yang telah dibuat berdasarkan SPSS 20 diperoleh hasil reliabilitas dari ke-20 soal yang valid pada siklus II sebesar 0,916 yang termasuk dalam kategori sangat tinggi, sehingga ke-20 soal ini layak digunakan untuk pengumpulan data.
3.7 Teknik Analisis Data
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila ada perubahan-perubahan menuju arah kebaikan yang berkaitan dengan siswa di kelas. Perubahan yang terjadi dapat diketahui dengan membandingkan hasil sebelum diberi tindakan dan sesudah diberi tindakan yang berkaitan dengan prestasi belajar siswa kelas IV SD Negeri Plaosan 1 pada mata pelajaran IPA.
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua macam data yaitu data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dianalisis menggunakan acuan PAP II. Masidjo (1995:157) mengungkapkan bawah ketika menggunakan PAP II maka penguasaan kompetensi minimal yang merupakan passing score
adalah 56% dari total skor yang seharusnya dicapai. Data kualitataif dianalisis dengan mendeskripsikan menggunakan kalimat.
Tabel 10. Perhitungan PAP II
<46 Sangat Rendah
Dari perhitungan di atas diperoleh tabel kategori prestasi belajar siswa menurut PAP II yang sudah dimodifikasi:
Tabel 11. Ketegori Tingkat Prestasi Siswa
Rentang Presentase
Skor Rentang Skor
Kategori
Peningkatan prestasi belajar dinyatakan dengan membandingkan nilai rata-rata yang diperoleh melalui langkah-langkah berikut ini:
3.7.1 Penghitungan Prestasi Belajar
Peneliti mengumpulkan data berdasarkan tes yang telah dikerjakan siswa pada setiap akhir siklus. Dari hasil tes tersebut dapat diketahui jumlah siswa yang telah mencapai batas KKM. Berikut ini adalah beberapa rumus yang digunakan untuk menghitung analisis data :
3.7.1.1Rumus untuk memperoleh nilai prestasi belajar siswa
3.7.1.2Rumus untuk menghitung nilai rata-rata kelas
3.7.1.3Rumus menentukan banyaknya siswa yang memenuhi KKM.
Cara yang digunakan untuk menarik kesimpulan banyaknya siswa yang sudah memenuhi KKM dalam persen dari setiap siklus, dengan rumus:
3.7.1.4Rumus menentukan peningkatan siswa yang memenuhi KKM
Keterangan:
n : Besarnya peningkatan jumlah siswa yang memenuhi KKM dalam persen. N1 : Jumlah siswa yang memenuhi KKM dalam persen pada siklus I.
N2 : Jumlah siswa yang memenuhi KKM dalam persen pada siklus II.
n=N2
–
N1
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠=𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎