Lampiran 1
1.1 Strategi Pengumpulan Data
Sub Bab Sumber Data Teknik
Pengumpulan Data BAB IV
Kekuasaan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat
4.1. Kraton dan Suksesi Raja 4.2.Pemerintahan Masa HB X 4.3. Penguasaan Sumber Budaya 4.4 Penguasaan Sumber Ekonomi 4.5.Penguasaan Sumber Sosial Politik Data Sekunder: - Arsip Pem DIY - Perpustakaan Karaton
Yogyakarta,Perpustakaan DIY (Badran, Malioboro)
- Perpustakaan Perguruan Tinggi
- Jurnal, electronic library UGM
Data Primer : Lingkungan Karaton Darah Dalem:
BRAy Murdho Kusumo Pangeran Jatiningrat(Romo Tirun) KRT Poerwodiningrat, KRT Harsodiningrat, KRT Pudjaningrat, Abdi Dalem Punokawan: KPH Yudahadiningrat( Romo Noer) Pemda DIY: - Biro Perekonomian,Dinas Pariwisata, Dinas Kebudayaan, Dikpora Asosiasi Masyarakat:KIPER, Kawulo Mataram, Pejuang Mataram Islam, LRM(Laskar Ratu Mataram, PAKSI) Akademisi
Ir. Wahyu-UGM Dr. Pajar UIN
Masyarakat:Perwakilan strata sosek Sleman, Bantul, Kota Jogya
Triangulasi instrumen, triangulasi sumber data 1). Analisis narasi berbagai data sekunder: dokumen kraton (tulisan, foto, gambar), buku, laporan, karya ilmiah 2).Wawancara Mendalam 3).Observasi
Sub Bab Sumber Data Teknik Pengumpulan
Data BAB V
Daerah Istimewa Yogyakarta 5.1. Sejarah
Keistimewaan DIY 5.2. Profil DIY
Idem idem
BAB VI
Pelestarian Kekuasaan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat 6.1. Pelestarian udaya
Kraton
6.1.1. Rananh Seni Tari 6.1.2. Ranah Seni Karawitan 6.1.3. Ranah Pendidikan Abdi Dalem 6.1.4. Pemerintahan DIY-Budaya Kerja 6.1.5. Ranah Politik Tradisional idem ditambah Ratu Pambayun/ GKR Mangkubumi KPH Yudahadiningrat( Romo Noer) Idem BAB VII
Dinamika Kraton Ngayogyakarta Pasca Berlakunya UU No 13 tahun 2012 7.1. Perubahan Kelembagaan dan Struktur 7.2. Perubahan Regulasi 7.3. Perubahan Habitus idem idem BAB VIII
Eksistensi Kraton di Era Baru Pasca UU Berlakunya UU 13 Tahun 2012 8.1 Era Baru Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat Pasca UU 13 Tahun 2012 8.2. Wacana Sultan Perempuan Idem Idem BAB IX Penutup 8.1 . Kesimpulan 8.2. Rekomendasi
-1.2 Daftar Pertanyaan
MASYARAKAT UMUM
Nama
: ...
Alamat Rumah
: ...
No HP
: ...
Pendidikan
: ...
Pekerjaan
: ...
1.
Pernah mendengar tentang Sabda Raja yang dikeluarkan Sultan
HB X?
a.
Pernah b. Tidak pernah
2.
Keluarnya Sabda Raja tersebut dapat merubah
Paugeran
Kraton Ngayogyakarta Hadiningratn yang sudah berlaku
ratusan tahun
Apakah bapak ibu/saudara tahu apa itu Paugeran?
a.
Tahu
b Tidak Tahu
Jika menjawab Tahu, pengerian istilah Paugeran adalah:
a. Aturan / kebijakan yang dibuat kraton turun temurun dan
tidak boleh dirubah
b. Aturan / kebijakan yang dibuat kraton turun temurun dan
bisa dirubah oleh Raja/sultan yang sedang bertahta
3.
Setujukah jika Paugeran kraton berubah ?
a.
Setuju b. Tidak setuju
Mengapa?...
...
4.
Setujukan anda jika suatu saat Sultan Jogya adalah Perempuan?
jika menjawab setuju alasannya apa?
a. Hak yang sama untuk laki laki dan perempuan untuk
bertahta menjadi sultan
b. Perempuan juga memiliki kemampuan untuk menjadi
sultan
c. Kebutuhan jaman /modernitas
Jika tidak setuju alasannya apa?
a.
Laki2 lebih mampu menjadi sultan daripada perempuan
b.
Budaya patriarchat/pemimpin adalah laki2
c.
Lainnya...
5.
Setujukan anda jika suatu saat Gubernur DIY adalah
Perempuan?
a.
Setuju b. Tidak setuju
Jika setuju alasannya apa?
a.Hak yang sama untuk laki laki dan perempuan
b. Perempuan memiliki kemampuan untuk menjadi gubernur
c. Kebutuhan jaman /modernitas
Jika tidak setuju alasannya mengapa?
a.
Laki2 lebih mampu menjadi gubernur daripada perempuan
b.
Budaya patriarchat/pemimpin adalah laki2
c.
Lainnya...
6.
Sebenarnya apa yang diinginkan rakyat dari kepemimpinan
seorang Sultan di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat ?
a. Pengayoman
b. Ketenteraman
c. Kesejahteraan
d. Keadilan
e. Kemakmuran masyarakat Kraton
7.
Sebenarnya apa yang diinginkan rakyat dari kepemimpinan
seorang Gubernur DIY ?
a. Pengayoman
b. Ketenteraman
c. Kesejahteraan
d. Keadilan
e. Kemakmuran masyarakat DIY
DAFTAR PERTANYAAN
PENGGIAT UUK NO 13/2102
Nama
:...
Alamat Rumah
:...
No HP
:...
Pendidikan
:...
Pekerjaan
:...
1.
Permasalahan pokok apa yang ada dengan terjadinya
konflik antara Sultan dan sederek dalem yang masing2
memiliki pengikut pemahaman masing2
a.
Perubahan nilai2 budaya kraton jogya yang telah hidup
ratusan tahun khususnya ruh Islam : Pemimpin adalah
laki2
...
...
b.
Sultan mengeluarkan Sabda Raja tanpa musyawarah
dan mufakat
...
...
c.
Implementasi/Pelaksanaan UUK 13/2012
...
...
2.
Guna menyelesaikan permasalahan tersebut upaya apa
yang sebaiknya dilakukan demi lestarinya Kebesaran
Kraton Jogya dan Ayem Tenteramnya dari segi sosial
budaya dan ekonomi masyarakat DIY?
a.
...
...
b.
...
...
c.
...
...
DAFTAR PERTANYAAN
APARAT KRATON
Nama
:...
Alamat Rumah
:...
No HP
:...
Pendidikan
:...
Pekerjaan /jabatan
:...
1.
Bagaimana
pelaksanaan
pemerintahan
di
Kraton
Ngayogyakarta Hadiningrat? Apakah sesuai dengan tata
pemerintahan Kraton yang ada selama ini ?
a.
Kelembagaan:
b.
SDM : Kuantitas dan kualitas:
c.
Teknologi Informasi:
d.
Lainnya:
...
...
2.
Bagaimana Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat dapat bertahan
dan eksis hingga saat ini meski modernitas terus berjalan
dikehidupan masyarakat dunia?
a.
Cara ngrembakaaken Budaya?
...
b.
Pendanaan?
...
3.
Setelah diimplementasikannya UU Keistimewaan DIY maka
Kraton harus menyesuaikan diri. Apa saja yang sudah
dilakukan oleh kraton sebagai sebuah institusi sosial budaya?
a.Kelembagaan:...
...
b.SDM :
Kuantitas
...
...
Kuantitas:...
...
c.Teknologi Informasi:...
...
4.
Apa saja kesulitan Kraton dalam menyongsong perubahan2
cepat yang harus dihadapi berkaitan dengan berlakunya UU no
13/2012 terkait
a. Tata Ruang :
...
...
b. Pertanahan :
...
...
c. Budaya :
...
...
d.Lainnya:
...
...
Lampiran II Dokumen Pendukung
2.1 Surat Pernyataan Yusuf Ronodipuro
Kepada Yang TerhormatSri Sultan Hamengku Buwino X di Yogyakarta Hadiningrat Dengan Hormat
Bersama ini saya memberitahukan bahwa saya telah dihubungi oleh Saudara Ujiwir Mohamad yang saya kenal baik, yang menyarankan agar saya menuliskan dan menyampaikan kepada Bapak suatu peristiwa dalam sejarah perjoangan mempertahankan kemerdekaan yang saya saksikan mengenai
kejadian yang menyangkut diri pribadi Almarhum Sri Sultan
Hamengkubuwono IX kurang lebih 43 tahun yang lalu.
Kisah kejadian itu pernah saya coba menulisnya atas permintaan Almarhum Bapak Mr.Mohamad Roem untuk dimuat dalam buku kenang-kenangan memperingati Hari Ulang Tahun yang ke-70 Almarhum Sri Sultan : “TAHTA UNTUK RAKYAT”.
Setelah selesai saya ketik sepanjang 2 halaman, saya pelihatkan kepada Sri Sultan dengan maksud agar beliau berkenan memriksanya untuk dikoreksi bilamana ada kesalahan atau kekurangannya. Setelah beliau baca beberapa kali, sambil senyum beliau lipat tulisan saya tersebut dan dimasukkan saku baju safari sambil berkata :“Tidak usah saja”.
Adapun kisah kejadiannya adalah sebagai berikut :
Setelah tentara Belanda tanpa diketahui lebih dulu oleh Pemerintah R.I tanggal 19 Desember 1948 menyerbu daerah Republik dan berhasil menduduki ibukota Yogyakarta, berikut menawan Presiden Sukarno. Wakil Presiden Mohamad Hatta dan lain-lain pemimpin RI dan kemudian mengasingkan mereka ke Drastagi (Bung Karno, H. Agus Salim, Sutan Syahrir) dan ke Bangka (Bung Hatta, Mr.Ali Sastroamidjojo, Mr.Moh.Roem, dll. ) pada tanggal 20 Januari 1949 Perdana Menteri India Pandit Jawaharlal Nehru mengundang 19 Pemimpin Negara-Negara Asia berkonperensi di New Delhi untuk merundingkan dan menentukan sikap bersama serta mengambil langkah-langkah terhadap pemerintah Belanda.
Atas prakarsa mereka, Dewan Keamanan PBB telah dua kali mengeluarkan Resolusi (tanggal 28 Januari dan diulangi tanggal 23 Maret 1949) yang menetapkan :
1. Kedua pihak untuk “cease fire”;
2. Pemerintah Belanda supaya membebaskan pemimpin-pemimpin R.I yang
ditawan dan emngembalikan mereka ke Yogya;
3. Tentara Belanda supaya ditarik mundur keluar dari daerah R.I;
4. Kedua pihak mulai lagi perundingan.
Pada tanggal 14 April 1949 di Hotel dos Indes dimulai perundingan pendahuluan anatara Delegasi R.I yang dipimpin oleh Mr.Moh.Roem dan Delegasi Belanda yang dipimpin oleh Dr.J.H. Van Royen.
Dalam rangka memperlancar jalannya perundingan, pada tanggal 24 April 1949 Bung Hatta atas undnagan “Komisi Tiga Negara” datang di Jakarta dari Bangka.Disusul oleh kedatangan Sri Sultan dan Merle Cocliran untuk melaporkan mengenai perkembangan perundingan kepada Presiden Sukarno.Saya yang waktu itu menjadi Staf Delegasi R.I (bertugas sebagai
Liaison Officer) menyertai mereka ke Bangka.
Setelah bertemu dengan Presiden Sukarno, Cochran hari itu juga terbang kembali ke Jakarta dan mengirimkan pesawatnya kembali ke Bangka untuk menjemput Sri Sultan.Sri Sultan tinggal di Bangka (Menumbing) selama 3 hari.
Pada hari terakhir keberadaan Sri Sultan di Bangsa, setelah selesai “sarapan pagi” yang dihadiri oleh semua yang diasingkan di Bangka, Sri Sultan berdiri dan meminta kesempatan untuk berbicara.Suasana ramai dengan gelak ketawa dengan macam-macam obrolan mendadak menjadi hening, semua terdiam.
Kata-kata yang diucapkan oleh Sri Sultan pendek saja :“Saya ingin menyampaikan sepatah-dua patah kata. Tidak lama lagi kita akan kembali ke Yogya. Tetapi kita tidak punya apa-apa.Ini tidak banyak, sekedar untuk bisa mulai lagi”.
Sambil mengucapkan kata-kata terakhir ini, Sri Sultan menyerahkan selembar Cheque “Javasche Bank” kepada Bung Karno. Pada cheque tersebut tertera jumlah F.6.000.000, --(enam juta gulden).
Bung Karno menerima selembar cheque tersebut dengan wajah terharu yang mendalam, dan menyambutnya dengan kata singkat dan suara rendah : “Terima kasih”, sambil mengulurkan tangannya kepada Sri Sultan. Dua anak manusia, dua putera bangsa yang terbesar, berjabat tangan dengan mesra.Suasana hening dan haru mencekam ruangan makan pada pagi hari itu. Air mata tidak bisa bertahan oleh semua yang hadir : Pak Haji Agus Salim, Komisaris Besar Polisi Sumarto, Mr.Assaat, Mr.A.Gafar Pringgodigdo, Dr.Halim, Dr.Damarsetiawan, Rh.Koesnan, dll.
Waktu itu Mr.Ali Sastroamidjojo, Ir.Juanda, Dr. Leimena sudah ada di Jakarta dengan Mr.Moh Roem mengikuti perundingan dengan Belanda sebagai anggota Delegasi R.I.
Tanggal 1 Mei 1949 jam 11.00 siang saya menyertai Sri Sultan kembali ke Jakarta dengan pesawat “Beechcraft” KTN.
Tanggal 7 Mei 1949 di Hotel des Indes, Jakarta, dengan disaksikan oleh “Komisi Tiga negara” (United Nations Commission for Indonesia) ditandatangani “Roem-Royen Statement”.
Menurut keterangan yang saya peroleh setelah kejadian di Bangka itu, cheque yang diserahkan Sri Sultan kepada Presiden Sukarno itu adalah “asset” pribadi Sri Sultan yang disimpan di Javasche Bank semoenjak jaman Pemerintahan Belanda. Waktu Belanda dalam Aksi Militer ke-2 menduduki Yogya, “asset” tersebut “di-cairkan” untuk merayu Sri Sultan agar mau memihak Belanda, bersamaan dengan tawaran Belanda agar Sri Sultan bersedia mengepalai wilayah Kerajaan Mataram dulu, hal mana oleh Sri Sultan dengan tegas ditolaknya semua.
Keterangan diatas dibenarkan oleh Almarhum Pangeran Bintoro sewaktu saya berkesempata menanyakan kepada beliau.
Dengan demikian tulisan catatan ini saya serahkan kepada Bapak dan mudah-mudahan ada gunanya.Sumonggo.
Hormat saya, M.Jusuf Ronodipuro.
Lampiran 2.3. Surat Sultan HB X ke Mahkamah Konstitusi
Perihal : Keterangan Tambahan
Lampiran : 1 (satu) Berkas
Kepada Yang Terhomat,
Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 6
Jakarta Pusat
Kami, Sri Sultan Hamengku Buwono X selaku Gubernur sekaligus juga selaku Sultan Bertahta menyadari posisi kami tidak untuk melakukan perdebatan/menanggapi keterangan ahli atau pihak lainnya yang muncul pada Sidang Ketujuh Pengujian Undang Undang No 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tanggal 30 Januari 2017. Namun ada beberapa hal yang perlu kami sampaikan terkait Paugeran dan Sultan bertahta.
Seperti keterangan kami sebelumnya bahwa urusan pergantian kekuasaan adalah urusan internal Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sabda Raja, Sabda Tama maupun Dawuh Raja sesungguhnya adalah paugeran. Oleh karenanya sumber tertinggi paugeran berada ditangan Sultan bertahta. Hal ini adalah hukum keistimewaan yang dimiliki Yogyakarta dan tentunya akan selalu diharmonisasi dengan perubahan zaman dan UUD 1945.
Oleh karenanya kami menegaskan pemimpin Kasultanan Ngayogyakarta dimensi utamanya adalah berdasarkan laku dan lakon serta Wahyu Allah bukanlah jenis kelamin laki-laki atau perempuan. Bisa saja seorang berharap sebagai penerus selanjutnya namun ketika hal tersebut tidak berdasarkan laku, lakon dan wahyu Allah, maka akan berdampak fatal, takhta tersebut pasti tak akan melekat kepadanya. Bagaimanapun Raja bukan semata takhta namun sesungguhnya adalah personifikasi nilai, nilai luhur tertinggi dan hal tersebut tak mengenal harus laki-lai atau harus perempuan.
Marang sopo wae kang kaparingan kalenggahan, manut karo Raja sing maringi kalenggahan.
(Barang siapa yang sudah diberikan jabatan harus mengikuti perintah Raja yang memberikan jabatan);
Sing gelem lan ngrumangsani bagian saka alam lan gelem nyawiji karo alam, kuwi sing pantes diparingi lan diparengake ngleksanaake dhawuh lan isa diugemi yaiku: - pangucape isa diugemi -ngrumangsani sopo to sejatine -ngugemi asal usule. - kang gumelar iki wis ono kang noto. Dumadi onolir gumanti ora kepareng dirusuhi.
(Siapa saja yang merasa bagian dari alam dan mau menjadi satu dengan alam, dialah yang layak diberi dan diperbolehkan melaksanakan perintah dan bisa dipercaya. Ucapannya harus bisa dipercaya, tahu siapa jati dirinya, menghayati asal-usulnya. Bagian ini sudah ada yang mengatur. Bila ada pergantian, tidak boleh diganggu);
Sing disebut tedak turun kraton, sopo wae lanang utowo wedok, durung mesti diparengake ngleksanaake dhawuh kalenggahan. Kang kadhawuhake wis tinitik. Dadi yen ono kang omong babagan kalenggahan Nata Nagari Mataram, sopo wae, luwih-luwih pengageng pangembating projo ora diparengake, lir e kleru utowo luput.
(Siapa saja yang menjadi keturunan keraton, laki atau perempuan, belum tentu dianugerahi kewenangan kerajaan. Yang diberi wewenang sudah ditunjuk. Jadi, tidak ada yang diperbolehkan membahas atau membicarakan soal takhta Mataram, terlebih-lebih para pejabat istana, khawatir terjadi kekeliruan);
Anane sabdatama, kanggo ancer-ancer parembagan opo wae, uga paugeran kraton, semana uga negara, gunakake undang-undang.
(Sabdatama ini dimunculkan sebagai rujukan untuk membahas apa saja, juga menjadi tata cara keraton dan negara, dan berlaku seperti undang-undang)..;
Sabda Tama sebagai hukum keistimewaan sudah jelas tidak ada diskriminasi terhadap laki-laki atau perempuan untuk pengisian takhta Kasultanan, sama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan.
Jika ada keterangan bahwa Sultan itu laki-laki lalu diterjemahkan sebagai kata “istri” dalam pasal 18 huruf m dalam Undang Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta dalam frasa “antara lain riwayat pendidikan, pekerjaan, saudara kandung, istri dan anak”, maka hal tersebut merupakan pendapat/kesimpulan bersangkutan.
Sultan memang laki-laki dalam konteks Sultan Hamengku Buwono I hingga X, namun bukan berarti pemangku takhta selanjutnya mutlak laki-laki hingga akhir zaman. Sangat terbuka kemungkinan perempuan bergelar Ratu atau sebutan lainnya memangku takhta Kasultanan. Hal ini bukan hanya karena perjalanan sejarah internal keistimewaan yang terus bergerak ke depan, namun juga karena UUD 1945 adalah bagian yang harus dijunjung, diakui dan dihormati oleh Kasultanan.
Demikian keterangan ini kami sampaikan, sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keterangan sebelumnya pada tanggal 17 November 2016. Jika dikemudian hari ada keterangan lain yang perlu kami sampaikan, maka kami akan memberikan keterangan selanjutnya.
Jakarta, 31 Januari 2017 Hormat Kami,
Sultan Hamengku Buwono X
Lampiran III Dokumentasi Penelitian
Foto 1. Stiker produksi KIPER, salah satu bentuk Fund Rising
Foto 2. Buku Pendaftaran Pendukung KIPER (Komite Independen Pengawal Referendum)
Foto 3. Demonstrasi dgn bambu runcing (senjata para pahlawan kemerdekaan RI) oleh LSM Geram dan Paguyuban Ismoyo
Foto 4. Sukiman tahun 2009 (kiri) dan Sukiman tahun 2017 (kanan) Ketua Paguyuban Semar Sembogo, pejuang penetapan dan UUK DIY No. 13
Foto 5. Baliho Sabda Raja 10 Mei 2012 di depan Kantor Pos Yogyakarta
Foto 6. Perwakilan Paguyuban Kepala Dukuh se-DIY
Semar Sembogo mengikuti sidang gugatan UUK DIY No. 13 Tahun 2012 di Jakarta
Foto 7. Kelompok Kontra Sultan bertahta di depan Gedung MK Jakarta
Foto 9. Peneliti mengikuti Safari Jumat di Masjid Pathok Negoro
Foto 10. GBPH Prabukusumo pada Sarasehan Safari Jumat di Masjid Pathok Negoro
Foto 11. Undangan Sarasehan Safari Jumatan Kelompok PMI
Foto 13. Kegiatan Akademisi UIN terkait Sabda Raja dan Sultan Perempuan
Foto 14. Pelestarian Adat Kraton Yogyakarta (busana abdi dalem pria dan wanita serta etika)
Foto 15. Sertifikat/Partisara Peserta Sekolah Abdi Dalem
Foto 16. Komputerisasi di Tepas Kraton dan Abdi Dalem Fresh Graduate Perguruan Tinggi
Foto 17. Website Kraton Yogyakarta (http://kratonjogja.id/)
Foto 18. Peneliti dan Gusti Murdho Kusumo cucu HB VIII dari garwo
ampil pertama KRAy Pintoko Purnomo
Foto 19. Pangeran Jatiningrat (Romo Tirun) cucu HB VIII dari garwo ampil