• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga kepercayaan. 1 Hal ini berarti bahwa nasabah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan suatu lembaga kepercayaan. 1 Hal ini berarti bahwa nasabah"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bank merupakan suatu lembaga kepercayaan.1 Hal ini berarti bahwa nasabah

yang akan menyimpan uang mereka di bank memiliki rasa kepercayaan bahwa uang yang disimpan di bank tersebut akan memperoleh imbalan yang berupa bunga dan dapat diambil kembali oleh nasabah, tentunya sesuai dengan klausula

yang diperjanjikan antara pihak bank dan nasabah.2

Kepercayaan masyarakat kepada bank didasarkan pada kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat sehingga menuntut mereka untuk mencari solusi sepraktis mungkin untuk mendukung kebutuhan mereka yang semakin meningkat. Tidak dipungkiri kehadiran bank di Indonesia memberikan dampak positif bagi masyarakat karena dengan adanya bank maka nasabah tidak usah repot-repot untuk menyimpan uang dan barang-barang berharga di rumah.

Kepercayaan masyarakat terhadap bank lama-lama merosot akibat adanya krisis moneter yang dialami Indonesia pada awal Juli tahun 1997. Krisis moneter ini mengakibatkan sejumlah bank ditutup, sehingga mengakibatkan terhambatnya aktivitas perbankan dengan adanya depresiasi rupiah yang sangat tajam dan peningkatan suku bunga SBI yang menyebabkan suku bunga perbankan tinggi kasus-kasus yang dihadapi beberapa bank di Indonesia sehingga perbankan di

1

Pasal 29 ayat (4) UU Nomor 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Perbankan Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan

2 Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama, 2001) hal. 14-18

(2)

Indonesia mengalami krisis, tidak hanya krisis moneter pada tahun 1997, dan

krisis global yang baru-baru ini melanda.3

Permasalahan perbankan seperti ini menimbulkan sejumlah bank terpaksa

harus dilikuidasi, umumnya, risiko yang dihadapi nasabah penabung adalah bank

failure yaitu suatu kondisi dimana bank secara mendadak tidak dapat melaksanakan kewajibannya untuk membayar kembali dana yang telah disetor penabung. Hal ini disebabkan karena lemahnya sistem pengaturan ekonomi, lemahnya struktur finansial, adanya kapitalisme kroni yang memperlemah struktur

ekonomi serta adanya pengaruh eksternal.4

Demikian halnya dengan PT. Bank IFI, sebuah bank yang dilikuidasi pada tahun 2009 dikarenakan rasio modal PT. Bank IFI anjlok hinga tidak memenuhi

syarat permodalan minimal 8 peirsen sampai batas waktu 15 April 2009. Bank IFI

juga diketahui telah masuk dalam pengawasan BI sejak September 2008. Serta

ditambah NPL (Non Performing Loan) PT. Bank IFIyang melebihi nilai 5 persen

sejak tahun 2002 dan akhirnya sudah menembus angka 24 persen. 5 Bank IFI per

September 2009 juga mencatat rugi sebesar Rp 24,324 miliar.6Biarpun BI sudah meminta saham pengendali untuk menambah modal serta menjaga likuiditas Bank namun sampai batas waktu yang ditentukan, PT. Bank IFI tidak berhasil menjalankan program yang disyaratkan.

3

http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/sejarah-bi/bi/Documents/f2310af43715441bb8d57d865ea7987cSejarahPerbankanPeriode19971999.pdf 4

Gunarto Suhardi, Peran Hukum dalam Pembangunan Ekonomi (Diktat kuliah Hukum Perbankan Fakultas Hukum UAJY) hlm.74

5 http://www.hukumonline.com/berita/baca/hol21761/bi-akhirnya-likuidasi-bank-ifi 6 http://finance.detik.com/moneter/d-1117002/likuidasi-bank-ifi-tidak-mengejutkan

(3)

Pada saat dilikuidasi, diketahui total dana nasabah Bank IFI setelah dilikuidasi adalah Rp351 miliar. Sebesar Rp 180 miliar adalah dana yang nilainya di bawah Rp2 miliar atau masuk dalam penjaminan Lembaga Penjamin Simpanan

(LPS), sementara sebesar Rp191 miliar tak masuk penjaminan

LPS.7 Pembayaran simpanan nasabah dilakukan secara bertahap. pembayaran tahap pertama sebanyak 2.714 rekening dengan total dana 159,82 juta Rupiah. Tahap kedua sebanyak 2.584 rekening dengan dana 11,64 miliar rupiah dan tahap ketiga sejumlah 3.632 rekening dengan total dana 117,93 miliar rupiah. Sementara itu, tercatat sebesar 603 rekening atau enam persen dari total rekening nasabah Bank IFI dinyatakan tidak layak bayar karena dianggap menerima keuntungan berupa bunga simpanan lebih tinggi dan sebagian lagi karena

merupakan kredit macet. Suku bunga deposito Bank IFI yang tertera pada

bilyet deposito salah satu nasabah Bank IFI, yang dinyatakan sebagai nasabah tidak layak dibayar, yang menjadi data awal untuk penelitian ini menunjukkan

bahwa per 13 Maret 2009 adalah 9 persen, untuk deposito berjangka 3 bulan,

sedangan suku bunga yang dijamin oleh LPS kala itu juga 9 persen artinya tidak melebih suku bunga simpanan yang dijamin LPS saat itu. Suku bunga yang ditetapkan oleh Bank kepada nasabah per 2 Apil 2009 dan 13 April 2009 adalah sebesar 8,25% atau lebih kecil dari standar.

Likuidasi terhadap PT. Bank IFI membuat kepercayaan masyarakat terhadap bank sangat merosot apalagi bagi nasabahnya yang dinyatakan tidak layak dibayar. Hal ini wajar karena dalam anggapan mereka, pemerintah dengan

7

(4)

berbagai peraturan yang dikeluarkan ternyata belum bisa menjamin atau belum bisa memberikan perlindungan kepada nasabah sepenuhnya walaupun dalam peraturan-peraturan tersebut jelas tercantum jaminan akan keamanan dana

mereka8

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka Penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENYIMPAN YANG DINYATAKAN TIDAK LAYAK BAYAR PADA BANK YANG DILIKUIDASI (STUDI KASUS PT. BANK IFI (DL)).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

a. Bagaimana penyelesaian hak-hak nasabah penyimpan dengan nilai

simpanan dibawah 2 milyar yang dinyatakan tidak layak dibayar terkait dengan likuidasi Bank IFI (DL) ?

b. Apakah kendala yang dihadapi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan

Nasabah dalam penyelesaian hak-hak Nasabah penyimpan dengan nilai simpanan dibawah 2 milyar yang dinyatakan tidak layak terkait dengan likuidasi Bank IFI (DL)?

(5)

C. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan penulis berdasarkan hasil penelusuran di Perpustakaan UGM, penulisan hukum atau tesis dengan Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan Yang Dinyatakan Tidak Layak Dibayar Pada Bank Dalam Likuidasi (Studi Kasus PT. Bank IFI(DL). ini belum ditulis oleh siapapun dan penulisan ini merupakan hasil karya Penulis bukan merupakan hasil duplikasi ataupun plagiasi dari hasil karya lain. Ada beberapa penulisan hukum atau tesis yang memiliki kemiripan dalam substansinya yakni :

1. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan dalam kaitannya

dengan keberadaan UU LPS Pada PT. BRI yang ditulis oleh Marlia Dewi Trisnoningsih, Tahun 2008. Perbedaanya yakni terletak pada rumusan masalah yang mana permasalahan yang diangkat oleh penulis di atas

yakni ;9

a. Bagaimana urgensi dan substansi Undang-Undang Nomor 24

tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan?

b. Adakah Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 tentang Lembaga

Penjamin Simpanan telah mengantisipasi timbulnya moral hazard dari pemegang saham pengendali maupun pengelola bank?

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian hukum tersebut yakni :

a. Kebaradaan UU.No 24 tahun 2004 yang mengatur tentang

Lembaga Penjamin Simpanan adalah sangat penting sebagai kekuatan hukum adanya suatu Lembaga Penjamin Simpanan.

2. Marlia Dewi Trisnoningsih, Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Penyimpan dalam Kaitannya Dengan Keberadaan UU LPS Pada PT BRI, Tesis Magister Hukum Bisnis Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, tidak diterbitkan, 2008

(6)

Dengan berdirinya LPS dan berakhirnya full blanket guarantee secara tidak langsung dapat mengurangi beban negara, karena LPS merupakan lembaga independen yang akan lebih optimal dalam menangani masalah perbankan. Selain dapat memberikan rasa aman, LPS juga dapat menjadikan nasabah bank lebih selektif dan lebih cerdas dalam memilih lembaga keuangan sebagai mitra bisnisnya.

b. Undang-Undang Nomor 24 tahun 2004 telah mengantisipasi

timbulnya moral hazard dari pemegang saham pengendali maupun

pengelola bank. Antisipasi tersebut antara lain berupa para pemilik dan pengelola bank. Antisipasi tersebut antara lain berupa para pemilik dan pengelola bank wajib menyerahkan surat pernyataan yang memuat komitmen dan kesediaan untuk mematuhi peraturan dan kesediaan untuk bertanggung jawab secara pribadi atas

kelalaian dan atau perbuatan yang melanggar hukum (moral

hazard) yang nantinya akan merugikan atau membahayakan kelangsungan usaha bank. Jadi dengan adanya Undang-Undang ini secara langsung dan tidak langsung dapat mengantisipasi adanya moral hazard melalui penerapan sistem persaingan perbankan yang sehat dengan menggunakan tata kelola yang baik dan pengelolaan resiko terukur yang akhirnya dapatr meningkatkan

kredibilitas bank. Tumbuhnya kepercayaan (trust) dari nasabah

(7)

kelembagaan yang mengawasi dan membina perbankan yaitu Lembaga Penjamin Simpanan.

2. Peranan LPS Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Dana

Nasabah Penyimpan Pada Industri Perbankan. Ditulis oleh Yudianta Medio Natama S, tahun 2009. Perbedaan dengan penulisan hukum ini yakni terletak pada rumusan masalahnya yang mana rumusan masalah

yang diangkat oleh penulis diatas adalah :10

a. Bagaimana peran LPS dalam memberikan perlindungan hukum

kepada nasabah penyimpan pada industri perbankan?

b. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan lemahnya tingkat

kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan?

c. Bantuk perlindungan hukum seperti apakah yang diberikan kepada

nasabah penyimpan agar dapat memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan?

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut yakni :

a. Peran LPS dalam memberikan perlindungan hukum kepada nasabah

penyimpan dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu peran LPS dalam rangka menjamin simpanan nasabah penyimpan dan peran LPS dalam rangka turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.

b. Faktor-faktor yang menyebabkan lemahnya tingkat kepercayaan

masyarakat terhadap industri perbankan, terdiri atas:

10 Yudianta Medio Natamana S, Peranan Lembaga Penjamin Simpanan Dalam Memberikan Perlindungan Hukum Terhadap Dana Nasabah Penyimpan Pada Industri Perbankan, Tesis magister Hukum Bisnis Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, tidak diterbitkan, 2009

(8)

1.) Adanya jaminan terselubung (implicit guarantee).

2.) Lemahnya pengawasan bank.

3.) Lemahnya kemampuan manajerial pengurus bank.

4.) Liberalisasi perbankan yang tidak berhati-hati.

5.) Terbatasnya akses informasi terhadap kondisi keuangan suatu

bank.

c. Bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepada nasabah

penyimpan agar dapat memulihkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan, adalah :

1.) Pembuatan peraturan dibidang perbankan yang melindungi

kepentingan nasabah penyimpan.

2.) Perlindungan nasabah penyimpan melalui LPS.

3.) Pengawasan bank yang independen dan efektif.

4.) Infrastruktur mendukung

5.) Struktur perbankan yang sehat.

6.) Pengatur perbankan yang efektif.

7.) Kualitas manajemen dan operasional perbankan.

3. Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Akibat Adanya Likuidasi Bank. Ditulis

oleh Joko Widodo, tahun 2008. Perbedaan dengan penulisan hukum ini

terletak pada rumusan masalah yang diangkat oleh penulis diatas adalah:11

11 Joko Widodo, Perlindungan Hukum Bagi Nasabah Adanya Likuidasi Bank, Tesis Magister Hukum Bisnis Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada, tidak diterbitkan, 2008.

(9)

a. Bagaimanakah pelaksanaan perlindungan hukum terhadap nasabah bank umum bila nasabah memiliki simpanan lebih dari 100 juta Rupiah dalam likuidasi bank?

b. Upaya apakah yang dapat dilakukan agar nasabah penyimpan dana

mendapatkan jaminan kepastian hukum dalam pengembalian simpanan, apabila suatu bank dilikuidasi?

Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian tersebut yakni :

a. Perlindungan secara implisit, yaitu perlindungan yang diperoleh melalui

:melakukan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian; ketaatan dalam memenuhi aturan batas maksimum pemberian kredit; memenuhi kewajiban mengumumkan neraca dan perhitungan laba rugi; peraturan perundang-undangan dibidang perbankan; perlindungan yang dihasilkan oleh pengawasan dan pembinaan yang efektif, yang dilakukan oleh Bank Indonesia; upaya menjaga kelangsungan usaha bank sebagai sebuah lembaga pada khususnya dan perlindungan terhadap sistem perbankan pada umumnya; memelihara tingkat kesehatan bank; cara pemberian kredit yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah; dan meyediakan informasi kepada nasabah.

b. Perlindungan secara eksplisit, yaitu perlindungan melalui pembentukan

suatu lembaga yang menjamin simpanan nasabah, sehingaa apabila bank mengalami kegagalan, lembaga tersebut yang akan mengganti dana masyarakat yang disimpan pada bank yang gagal tersebut. Hal ini diatur oleh Undang-undang No 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga penjamin

(10)

Simpanan. Perubahan yang paling signifikan dalam skema penjaminan

melalui LPS adalah dihapuskannya Blanket Guarantee (Penjaminan

seluruh kewajiban bank/ tanpa batasan nilai) menjadi Limited Guarantee

(penjaminan secara terbatas). Berdasarkan pasal 11 UU LPS, nilai simpanan yang dijamin untuk setiap nasabah mempunyai simpanan beberapa rekening dalam satu bank, maka untuk menghitung simpanan yang dijamin saldo seluruh rekening itu dijumlahkan. Namun demikian pada awal operasionalnya LPS, seluruh simpanan masih dijamin. Nilai yang dijamin akan dikurangi secara bertahap sehingga akhirnya nilai simpanan yang dijamin menjadi paling tinggi Rp.100 juta per nasabah. LPS hanya akan menjamin pembayaran simpanan nasabah tersebut sampai jumlahnya 100 juta Rupiah. Sedangkan jumlah simpanan diatas 100 juta Rupiah akan diselesaikan oleh tim likuidasi berdasarkan hasil likuidasi kekayaan bank sehingga pembayarannya menunggu perolehan hasil penjualan aset.

c. Upaya yang dapat dilakukan agar nasabah penyimpan mendapatkan

jaminan kepastian hukum dalam pengembalian simpanan apabila suatu bank dilikuidasi yaitu mereka dituntut hati-hati dan selektif dalam menyimpan dana dibank karena adanya persyaratan untuk mendapatkan klaim. Layaknya suatu penjaminan tentu akan diberlakukan sejumlah persyaratan untuk mengeksekusinya. Dalam UU Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan tidak dirinci sebuah klaim yang tidak layak dibayarkan tetapi menentukan kriteria atau kategori suatu

(11)

simpanan tidak layak bayar apabila data simpanan tidak tercatat pada bank, penyimpan merupakan pihak yang diuntungkan secara tidak wajar dan atau penyimpan merupakan pihak yang menyebabkan bank menjadi tidak sehat. Dalam hal nasabah penyimpan yang simpanannya tidak layak dibayar merasa dirugikan, maka nasabah yang dimaksud dapat mengajukan upaya atau tindakan keberatan kepada LPS yang didukung dengan bukti nyata dan jelas atau melakukan upaya hukum melalui pengadilan seperti yang dicantumkan dalam pasal 20 ayat 1 UU Nomor 24 Tahun 2004. Dalam hal LPS menerima keberatan nasabah penyimpan, LPS mengubah status simpanan nasabah tersebut (reklasifikasi) dari simpanan yang tidak layak dibayar menjadi simpanan yang layak dibayar. LPS hanya membayar simpanan nasabah sesuai dengan penjaminan berikut bunga yang wajar sejak simpanan nasabah tersebut ditetapkan tidak layak bayar sampai dengan simpanan nasabah dimaksud dibayarkan oleh LPS. Apabila suatu bank gagal dilikuidasi oleh LPS, maka akan dilakukan verifikasi atas seluruh dokumentasi yang berkaitan dengan simpananya. Oleh sebab itu kepedulian nasabah untuk memperhatikan dan menyimpan bukti-bukti transaksi mutlak diperlukan.

(12)

D. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui upaya penyelesaian hak-hak nasabah penyimpan dengan nilai

simpanan dibawah 2 milyar yang dinyatakan tidak layak dibayar terkait dengan likuidasi Bank IFI (DL).

2. Mengetahui kendala yang dihadapi Lembaga Penjamin Simpanan (LPS)

dan Nasabah dalam upaya penyelesaian hak-hak Nasabah penyimpan dengan nilai simpanan dibawah 2 milyar yang dinyatakan tidak layak dibayar terkait dengan likuidasi Bank IFI (DL).

E. Manfaat Penelitian 1. Segi Teoritikal

Dilihat dari segi teoritikal diharapkan dapat memberikan suatu masukan bagi perkembangan ilmu hukum di masa yang akan datang, khususnya bidang hukum Perbankan yang menjadi fokus penulisan hukum ini.

2. Segi Praktikal

Penulisan hukum ini dari segi praktikal diharapkan dapat memberikan suatu alternatif pemecahan masalah bagi masyarakat pada umumnya dan para nasabah penyimpan khususnya yang dinyatakan tidak layak dibayar terkait likuidasi terhadap bank dimana nasabah tersebut menyimpan uangnya.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang berjudul penggunaan ekstrak daun dan batang tumbuhan mangrove Rhizophora stylosa dalam menghambat pertumbuhan bakteri Aeromonas.. hydrophila

Melihat kondisi kemampuan memberikan pelayanan masya- rakat dari aparat pemerintah kelurahan yang terbatas dan berdampak pada terhambatnya pelayanan kepada masyarakat, maka upaya

• Pembuang Intern untuk mengalirkan kelebihan air dari sawah untuk mencegah terjadinya genangan dan kerusakan tanaman, atau untuk mengatur banyaknya air tanah sesuai dengan

PENGEMBANGAN PROGRAM PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BOGA BAGI SISWA TUNAGRAHITA JENJANG SEKOLAH MENENGAH ATAS LUAR BIASA DI SKh NEGERI 01 PEMBINA PANDEGLANG

Kepulauan Aru sebagaimana termuat dalam aplikasi SPSE, yang dimana proses evaluasi telah dilaksanakan dari tanggal 22 April 2015 dan berakhir pada tanggal 29 April 2015, untuk

ART merupakan bagian dari intervensi yang meliputi komponen restoratif dan preventif terdiri dari pembersihan kavitas gigi secara manual dengan instrumen tangan dan

Informasi Politik mengenai proses pembuatan kebijakan politik didesa/kelurahan.Untuk mengetahui pemahaman generasi muda mengenai hal tersebut diajukan pertanyaan:

Risiko- risiko yang dihadapi bagi mahasiswa yang tidak mengerti fiqih muamalah adalah: (1) ilmu akuntansi syariah hanya dapat digunakan nanti setelah lulus, itupun