• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM KELAS XI IPA SMAN 2 SUNGAI RAYA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH METODE PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM KELAS XI IPA SMAN 2 SUNGAI RAYA SKRIPSI"

Copied!
247
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH METODE PRAKTIKUM BERBASIS

INKUIRI TERBIMBING TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN

HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS

GARAM KELAS XI IPA SMAN 2 SUNGAI RAYA

SKRIPSI

Oleh :

SUPIAWATI

NPM : 131620234

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONTIANAK

(2)
(3)
(4)
(5)

ii

MOTTO

“Allah tidak membebani seseorang itu melainkan sesuai dengan

kesanggupannya.” (Qs. Al

-Baqarah: 286)

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu dan

boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk

bagimu, Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.” (Qs. Al

-Baqarah: 216)

“....dan janganlah kamu berputus asa dar rahmat Allah.

Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah melainkan kaum

yang kafir.” (Qs. Yusuf: 12)

“Janganlah kamu bers

ikap lemah, dan janganlah pula kamu bersedih

hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya, jika

(6)

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Keluarga Tersayang :

Ayahku (H. Fadli Abdurrahman) dan Ibuku (Hj. Sumiati)

Semoga selalu dalam ridha dan lindungan Allah SWT sebagaimana ayah dan

ibu selalu melindungiku dalam murninya cinta dan tulusnya kasih sayang yang

ayah dan ibu berikan padaku.

Saudara dan Keponakanku :

Kakakku (Norwahyuni), abangku (Aminollah dan Jayusman Yusuf), adikku

(Intan Kurnia Putri) dan keponakanku (Ahmad Al Farizha & Ahmad Al

Farizhi), serta saudara angkatku (Ucu Liani) yang tak hentinya mendoakan

dan menyemangatiku.

Keluarga Besarku

Penyemangat Hatiku

Dosen Pembimbingku, Bapak Rizmahardian AK, M.Sc dan Ibu Tuti Kurniati,

S.Pd, M.Si, yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan,

pengarahan demi keselarasan dan kerapian skripsi ini. Serta untuk semua Dosen

Prodi Kimia terimakasih atas ilmu yang telah diberikan selama ini

Guruku, Ibu Titin Nurhayatin, S.Pd dan Bapak Indra Nirwan Utama, SP yang

tak hentinya memberikan semangat dan motivasi.

Sahabatku Selviana Safitri, Ningsih Fatmawati, Riska Pratiwi, Yunis Alfiatul

Zahroh, Rima Oktavianita, Wan Muhammad GI, Zulfadhli Abdillah, serta

semua teman-teman seperjuangan angkatan 2013 yang tak henti-hentinya

memberikan dukungan dan semangat.

Almamaterku :

Program Studi Pendidikan Kimia

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(7)

iv ABSTRAK

SUPIAWATI. 1316201234. Pengaruh Metode Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Hidrolisis Garam Kelas XI IPA SMAN 2 Sungai Raya. Di bimbing oleh RIZMAHARDIAN ASHARI KURNIAWAN, S.Si., M.Si., M.Sc dan TUTI KURNIATI, S.Pd, M.Si.

Hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAN 2 Sungai Raya pada mata pelajaran kimia memiliki persentase ketuntasan tidak mencapai 70%, khususnya pada materi hidrolisis garam persentase ketuntasan hanya 48,83%. Rendahnya sikap ilmiah siswa menjadi salah satu faktor minimnya hasil belajar yang diperoleh, sehingga dengan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dapat meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dan besarnya pengaruh metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperimental dengan rancangan

nonequivalent control group design untuk mengetahui hasil belajar siswa dan one-shot case study untuk observasi sikap ilmiah siswa. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling, diperoleh kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas kontrol. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah observasi, teknik pengukuran, dan teknik komunikasi langsung. Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar observasi, catatan lapangan, tes hasil belajar, dan pedoman wawancara. Berdasarkan analisis data menggunakan uji non-parametrik U-Mann Whitney

menunjukan terdapat perbedaan sikap ilmiah yaitu 0,00 < 0,05 dan hasil belajar yaitu 0,00 < 0,05. Hal ini menunjukan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen berbeda dengan kelas kontrol. Effect size yang diperoleh untuk sikap ilmiah dan hasil belajar siswa adalah 2,47 dan 1,99 yang termasuk dalam kriteria tinggi. Pembelajaran menggunakan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing berpengaruh terhadap sikap ilmiah siswa sebesar 99,32% dan hasil belajar siswa sebesar 97,67%.

(8)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya yang telah memberi kemudahan sehingga penulis dapat

menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul “PENGARUH METODE

PRAKTIKUM BERBASIS INKUIRI TERBIMBING TERHADAP SIKAP ILMIAH DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS

GARAM KELAS XI IPA SMAN 2 SUNGAI RAYA”. Proposal skripsi ini

disusun untuk memenuhi persyaratan dalam penyusunan skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak Program Studi Kimia.

Peneliti banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Untuk itu, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Arif Didik Kurniawan, M.Pd selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Pontianak yang telah memberikan kesempatan dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Dedeh Kurniasih, S.Pd, M.Si selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia Universitas Muhammadiyah Pontianak yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Rizmahardian Ashari Kurniawan, M.Sc selaku Dosen Pembimbing I yang telah meluangkan waktunya memberi bimbingan dan pengarahan demi keselarasan dan kerapian skripsi ini.

4. Tuti Kurniati, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan demi keselarasan dan kerapian skripsi ini.

(9)

vi

6. Dedeh Kurniasih, S.Pd, M.Si selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan semangat, petunjuk, serta membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Hamdil Mukhlisin, M.Pd selaku validator yang telah memvalidasi instrumen dan perangkat penelitian, serta memberikan ilmu dan masukan demi kelancaran penelitian.

8. Indra Nirwan Utama, SP selaku validator yang telah memvalidasi instrumen dan perangkat penelitian, serta memberikan ilmu dan masukan demi kelancaran penelitian.

9. Titin Nurhayatin, S.Pd selaku validator yang telah memvalidasi instrumen dan perangkat penelitian, serta memberikan ilmu dan masukan demi kelancaran penelitian.

10. Dra. Darsita, M. Pd selaku kepala Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Sungai Raya yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah.

11. Indra Nirwan Utama, SP selaku guru kimia SMA Negeri 2 Sungai Raya yang telah memberikan semangat, pengarahan dan motivasi.

12. Siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 3 SMAN 2 Sungai Raya atas bantuan dan kesediaannya membantu peneliti menjadi sampel penelitian.

13. Keluargaku tercinta yang selalu memberi motivasi baik moral maupun material serta do’a restu dalam penyelesaian skripsi ini.

14. Teman-temanku pendidikan kimia angkatan 2013 yang telah memberikan semangat dalam menyelasaikan skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembaca pada khususnya dan perkembangan pendidikan Indonesia pada umumnya

Pontianak, Oktober 2017

(10)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... i

MOTTO ... ii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Definisi Operasional ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing ... 11

B. Metode Praktikum Berbasis Konvensional ... 11

C. Metode Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing ... 12

D. Hasil Belajar ... 13

E. Sikap Ilmiah ... 15

F. Hidrolisis Garam ... 17

G. Hipotesis ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Metode dan Bentuk Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian ... 25

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 25

D. Populasi dan Sampel ... 26

E. Prosedur Penelitian ... 26

F. Teknik dan Alat Pengumpul Data ... 30

G. Validitas dan Reliabilitas ... 32

(11)

viii

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

A. Perbedaan Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol a. Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 39

b. Pembelajaran Kelas Kontrol ... 42

B. Perbedaan Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen a. Deskripsi Sikap Ilmiah Siswa ... 43

b. Perbedaan Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Secara Statistik ... 52

C. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas eksperimen a. Deskripsi Hasil Belajar Siswa ... 53

b. Perbedaan Hasil Belajar Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Secara Statistik ... 55

D. Pengaruh Metode Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Terhadap Sikap Ilmiah dan Hasil Belajar siswa ... 57

BAB V PENUTUP ... 60

A. Kesimpulan... 60

B. Saran ... 60

(12)

ix

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Persentase Ulangan Harian Semester Genap Siswa Kelas XI IPA

SMAN 2 Sungai Raya Tahun Ajaran 2013/2014 dan 2014/2015 ... 2

TABEL 2.1 Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah ... 16

TABEL 2.2 Tetapan Pengionan Asam ... 20

TABEL 2.3 Tetapan Pengionan Bas ... 21

TABEL 3.1 Rancangan Nonequivalent Control Design untuk Mengetahui Hasil Belajar Siswa ... 23

TABEL 3.2 Rancangan One-Shot Case Study untuk Observasi Sikap Ilmiah Siswa... 24

TABEL 3.3 Daftar Pelaksanaan Penelitian ... 26

TABEL 3.4 Kriteria nilai Effect Size... 38

TABEL 4.1 Tabel Hasil Uji Statistik Sikap Ilmiah Siswa ... 52

(13)

x

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR 3.1 Prosedur penelitian ... 29 GAMBAR 4.1 Grafik Sikap Ilmiah Siswa Kelas Kontrol dan Kelas Eksperiman . 44 GAMBAR 4.2 Grafik Nilai Rata-rata Hasil belajar Siswa Kelas Kontrol dan

(14)

xi

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A (Data Pra Penelitian)

LAMPIRAN A-1 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran Pra Penelitian ... 64

LAMPIRAN A-2 Hasil Wawancara Guru Pra Penelitian ... 66

LAMPIRAN A-3 Hasil Wawancara Siswa Pra Penelitian ... 68

LAMPIRAN A-4 Kisi-kisi Lembar Observasi Sikap Ilmiah Siswa ... 74

LAMPIRAN A-5 Nilai Ulangan Umum Semester Ganjil Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 Sungai Raya Tahun Ajaran 2016/2017 ... 75

LAMPIRAN A-6 Nilai Ulangan Umum Siswa Kelas XI IPA1, XI IPA2, XI IPA3 SMAN Sungai Raya ... 76

LAMPIRAN A-7 Perhitungan Uji Barlett ... 79

LAMPIRAN B ( Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ) LAMPIRAN B-1 Penggalan Silabus ... 81

LAMPIRAN B-2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 83

LAMPIRAN B-3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 91

LAMPIRAN B-4 Rubrik dan Lembar Observasi Sikap Ilmiah Siswa Praktikum Hidrolisis Garam Kelas Kontrol dan Eksperimen 100 LAMPIRAN B-5 Rubrik dan Lembar Penilaian Keterampilan Psikomotorik Siswa Praktikum Hidrolisis Garam ... 106

LAMPIRAN B-6 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Kontrol ... 108

LAMPIRAN B-7 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 116

LAMPIRAN B-8 Kisi-kisi Soal Uji Coba Pretest dan Postest Materi Hidrolisis Garam ... 129

LAMPIRAN B-9 Soal Pretest ... 130

LAMPIRAN B-10 Soal Postest ... 134

(15)

xii

LAMPIRAN C-3 Validasi Lembar Observasi Sikap Ilmiah Siswa Kelas

Kontrol dan Kelas eksperimen... 150

LAMPIRAN C-4 Validasi LKS Kelas Kontrol ... 153

LAMPIRAN C-5 Validasi LKS Kelas Eksperimen ... 159

LAMPIRAN C-6 Validasi Soal Pretest ... 165

LAMPIRAN C-7 Validasi Soal Postest... 180

LAMPIRAN D (Uji Coba Instrumen Penelitian) LAMPIRAN D-1 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 194

LAMPIRAN D-2 Tabel Bantu Reliabilitas Uji Coba Instrumen Penelitian ... 195

LAMPIRAN D-3 Perhitungan Reliabilitas Hasil Uji Coba Soal Posttest ... 196

LAMPIRAN E (Analisis Data) LAMPIRAN E-1 Lembar Kerja Siswa ... 198

LAMPIRAN E-2 Lembar Observasi ... 203

LAMPIRAN E-3 Pretest Siswa ... 205

LAMPIRAN E-4 Postest Siswa ... 207

LAMPIRAN E-5 Nilai Pretest dan Postest Siswa Kelas Kontrol ... 212

LAMPIRAN E-6 Nilai Pretest dan Postest Siswa Kelas Eksperimen ... 213

LAMPIRAN E-7 Perhitungan Effect Size Sikap Ilmiah Siswa ... 214

LAMPIRAN E-8 Perhitungan Effect Size Hasil Belajar Siswa ... 215

LAMPIRAN E-9 Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siswa Dalam Praktikum Hidrolisis Garam Berbasis Konvensional Pada Kelas Kontrol ... 216

LAMPIRAN E-10 Rekapitulasi Hasil Observasi Sikap Ilmiah Siswa Dalam Praktikum Hidrolisis Garam Berbasis Inkuiri Terbimbing Pada Kelas Eksperimen ... 218

LAMPIRAN E-11 Perhitungan SPSS Sikap Ilmiah Siswa ... 220

LAMPIRAN E-12 Perhitungan SPSS Hasil Belajar Siswa ... 223

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan ilmu kimia dalam pendidikan diarahkan pada produk akhir, metode ilmiah dan sikap ilmiah yang dimiliki siswa dan akhirnya akan bermuara pada perubahan hasil belajar. Sikap ilmiah merupakan dorongan perasaan dan keyakinan yang muncul dari dalam diri seseorang untuk bertingkah laku atau berbuat sesuatu pada suatu objek dengan berpedoman pada prosedur pemecahan masalah dengan menggunakan langkah-langkah metode ilmiah yang meliputi, mengidentifikasi dan menyatakan masalah, merumuskan hipotesis, mendesain dan melaksanakan suatu eksperimen, mengobservasi, mengumpulkan dan menganalisis data, mengulang kembali eksperimen untuk membuktikan kebenaran data, serta menarik kesimpulan (Dewi, dkk, 2014). Pengembangan sikap ilmiah mampu memberikan karakter bagi siswa sesuai dengan nilai-nilai ilmiah. Siswa yang memiliki rasa keinginan tahu yang tinggi, kritis terhadap suatu permasalahan, jujur, selalu mendahulukan bukti, kreatif, dan terbuka merupakan ciri siswa yang selalu berpikir dan bertindak secara ilmiah, terstruktur, dan mandiri. Sikap-sikap tersebut sangat berpengaruh terhadap meningkatnya pencapaian siswa dalam bidang sains (Astawa, dkk, 2015).

(17)

Realita yang terjadi di SMAN 2 Sungai Raya, sikap ilmiah siswa dalam pembelajaran kimia masih sangat rendah. Hal ini disimpulkan dari hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 11 dan 12 Oktober 2016. Proses pembelajaran kimia yang diajarkan guru mata pelajaran menggunakan metode ceramah dan diskusi kelompok. Sikap ilmiah siswa belum tercerminkan ketika siswa belajar dan berdiskusi kelompok. Selama proses pembelajaran, rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang disampaikan guru masih sangat rendah. Sebanyak 30 siswa tidak satupun ada yang bertanya saat guru memberikan kesempatan untuk bertanya. Begitu juga ketika siswa melakukan diskusi, siswa lebih banyak bersantai daripada mencari dan mengumpulkan informasi/data yang harus dicari (Lampiran A-1).

Siswa lebih berdiam diri dan tidak saling bekerjasama dengan siswa yang lain dalam mengolah informasi yang ada. Bahkan terdapat tiga kelompok diskusi, hanya 6 orang siswa yang mengerjakan tugas kelompoknya. Saat proses pembelajaran selesai, siswa menjadi sibuk sendiri dan tidak langsung merapikan meja dan kursi yang digunakan ketika berdiskusi. Sikap saling menghargai pendapat orang lain juga tidak tercerminkan ketika siswa berdiskusi (Lampiran A-1). Sikap-sikap yang dilakukan siswa sangat mencerminkan bahwa sikap ilmiah siswa masih sangat rendah.

Sikap ilmiah siswa yang rendah berdampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa. Hasil ulangan harian siswa pada semester genap tahun ajaran 2013/2014 dan 2014/2015 menunjukkan bahwa persentase ketuntasan siswa pada sebagian materi pelajaran tidak mencapai 70% (Tabel 1.1).

(18)

3

Materi Pelajaran Persentase Ketuntasan (%) Tahun

2013/2014

Tahun 2014/2015 Asam dan Basa

Stoikiometri Reaksi dan Titrasi Asam Basa Larutan Penyangga

Hidrolisis Garam

Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan Koloid 72,63 70,17 67,37 53,17 59,83 95,54 71,17 61,83 59,17 48,83 55,73 95,73

Materi yang memiliki persentase ketuntasan terendah adalah materi hidrolisis garam. Materi hidrolisis garam merupakan salah satu materi pelajaran kimia yang didalamnya terdapat konsep-konsep dan perhitungan yang harus dipahami oleh siswa, antara lain konsep asam, basa, garam, reaksi penggaraman, pH larutan, dan konsep hidrolisis (Latifah, dkk, 2014). Penjelasan yang disampaikan oleh guru mata pelajaran, pada tanggal 2 November 2016 menunjukkan bahwa minimnya ketuntasan siswa pada materi hidrolisis garam dikarenakan siswa tidak memahami materi tersebut.

(19)

(Lampiran A-3). Pelaksanaan praktikum hampir tidak pernah dilakukan oleh guru SMAN 2 Sungai Raya dikarenakan beberapa alasan, diantaranya tidak ada waktu khusus untuk pelaksanaan praktikum, alat dan bahan yang kurang memadai, serta tidak adanya laboran dalam proses pelaksanaan praktikum (Lampiran A-2). Padahal pelaksanaan praktikum memegang peran penting didalam pembelajaran kimia.

Pelaksanaan proses pembelajaran yang monoton menggunakan metode ceramah menyebabkan siswa tidak dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Pelaksanaan proses pembelajaran yang tidak seimbang antara proses dan produk, menyebabkan siswa tidak mampu menumbuhkan dan mengembangkan sikap ilmiah yang ada didalam dirinya. (Astawa, dkk, 2015, Wardani, 2012). Metode praktikum merupakan metode yang cocok digunakan dalam proses pembelajaran kimia dengan tujuan agar siswa tidak hanya mengetahui, tetapi juga mengalami apa yang dipelajarinya sehingga proses belajar menjadi lebih bermakna. Pembelajaran kimia dengan metode praktikum dapat memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep kimia, meningkatkan keterampilan proses siswa dan mengembangkan proses berpikir siswa (Wardani, 2012).

Metode praktikum dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa dalam menemukan dan memahami suatu konsep yang sedang dipelajari, sehingga metode praktikum dapat dijadikan solusi untuk meningkatkan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa di SMAN 2 Sungai Raya. Dikarenakan siswa SMAN 2 Sungai Raya tidak pernah melakukan kegiatan praktikum, untuk menghindari terjadinya kecelakaan ketika proses praktikum berlangsung peran guru sangat diperlukan untuk membimbing siswa dalam melakukan kerja ilmiah. Berdasarkan hal tersebut, siswa tidak akan melakukan praktikum secara mandiri tetapi melalui bimbingan guru, sehingga metode yang tepat untuk diterapkan di SMAN 2 Sungai Raya adalah metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing.

(20)

5

siswa menemukan sendiri suatu konsep melalui data hasil eksperimen dan meningkatkan kemampuan berpikir jangka panjang. Siswa melakukan suatu percobaan yang dirancang sendiri dengan bimbingan guru untuk menguji suatu hipotesis yang merupakan prediksi siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru (Mawarsari, 2013). Belajar secara inkuiri memanfaatkan keingintahuan siswa untuk mendapatkan suatu jawaban dari pertanyaan atau masalah yang dimilkinya. Pertanyaan atau masalah dapat memotivasi siswa untuk mencari tahu jawabannya melalui perencanaan dan pelaksanaan penyelidikan. Proses pembelajaran seperti ini akan melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga siswa dapat merumuskan sendiri penemuannya. Dengan demikian proses penyelidikan yang dilakukan siswa dalam pembelajaran akan memberikan pemahaman yang lebih baik dan menjadi bermakna (Hermawati, 2012).

Beberapa penelitian telah dilakukan mengenai proses pembelajaran praktikum berbasis inkuiri terbimbing, seperti yang dilakukan Ningsyih, dkk (2016) menunjukkan bahwa proses pembelajaran praktikum berbasis inkuiri terbimbing menekankan pada aktifitas siswa, siswa berperan aktif sebagai subyek belajar untuk membuat, mengamati, menemukan, hingga memberi kesimpulan teoritis yang jelas dengan mengemukakan bukti yang menunjang dari apa yang dipertanyakannya, sehingga pengalaman belajar siswa merupakan belajar bermakna dan akan terus terekam dimemori siswa. Penelitian yang dilakukan berdampak pada hasil belajar dan tingkat berpikir kritis siswa yang memiliki rata-rata lebih tinggi dibanding dengan siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran konvensional.

(21)

Penelitian yang dilakukan Wulandari, dkk (2013) proses pembelajaran praktikum berbasis inkuri terbimbing yang dilakukan dapat meningkatkan minat, motivasi serta hasil belajar siswa. Karena melalui praktikum berbasis inkuiri terbimbing siswa dapat memahami konsep materi yang dipelajari siswa melalui masalah yang berkaitan dengan pengalaman yang siswa lakukan sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna.

Ermadianti dkk (2012), yang mendapatkan kesimpulan bahwa penerapan strategi pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 83,21%, karena strategi pembelajaran ini memberikan motivasi yang besar kepada siswa melalui permasalahan yang dimunculkan sehingga membuat siswa terlibat aktif dalam belajar dan tertarik untuk mendalami konsep. Pembelajaran eksperimen terbimbing seluruh jalannya percobaan sudah dirancang oleh guru sebelum percobaan dilakukan oleh siswa. Langkah-langkah yang harus dibuat siswa, peralatan yang harus digunakan, apa yang harus diamati dan diukur semuanya telah ditentukan dari awal. Sehingga membuat siswa semakin mudah dalam belajar.

Berdasarkan permasalahan dan fakta-fakta yang telah dipaparkan, pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode praktikum berbasis ikuiri terbimbing belum pernah diterapkan dan diteliti di SMAN 2 Sungai Raya. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan dikaji pengaruh metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar siswa pada materi hidrolisis garam kelas XI IPA SMAN 2 Sungai Raya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah terdapat perbedaan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode praktikum berbasis konvensional dengan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam kelas XI IPA SMAN 2 Sungai Raya?

(22)

7

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Perbedaan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode praktikum berbasis konvensional dengan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing pada materi hidrolisis garam kelas XI IPA SMAN 2 Sungai Raya.

2. Pengaruh metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing terhadap sikap ilmiah dan hasil belajar siswa pada materi hidrolisis garam kelas XI IPA SMAN 2 Sungai Raya.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam memilih metode pembelajaran alternatif yang tepat digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga mencapai tujuan kegiatan belajar mengajar dan standar kelulusan yang diharapkan. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan sikap ilmiah dah hasil belajar siswa sesuai dengan tujuan dan standar yang ditentukan serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran disekolah.

E. Definisi Operasional

Untuk memperjelas ruang lingkup dan istilah-istilah dalam penelitian ini, maka perlu diberikan penjelasan secara operasional variabel-variabel berikut : 1. Metode Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing

Metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing merupakan metode

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga membuat siswa menemukan sendiri suatu konsep melalui data hasil

eksperimen. Siswa melakukan suatu percobaan yang dirancang sendiri

dengan bimbingan guru serta menguji suatu hipotesis yang merupakan

prediksi siswa dalam menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru

(Mawarsari, 2013). Langkah-langkah metode praktikum yang akan dilakukan dalam penelitian ini dikembangkan dari (Sanjaya, 2008), yaitu:

(23)

1) Tahap Persiapan (Orientasi)

a) Guru memberikan salam saat masuk kelas b) Guru memimpin siswa untuk berdoa c) Guru mengecek kehadiran siswa

d) Guru menyiapkan siswa secara fisik dan mental melalui pemberian pertanyaan apersepsi mengenai materi sebelumnya

e) Guru mengkomunikasikan pembelajaran yang akan dilaksanakan

f) Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa

g) Guru memberikan penjelasan mengenai pentingnya mempelajari materi hidrolisis garam

h) Guru membimbing siswa membentuk kelompok 2) Tahap Pelaksanaan

a. Merumuskan masalah

a) Guru membagikan LKS kepada setiap kelompok b) Guru menjelaskan mengenai langkah-langkah inkuiri c) Guru membimbing siswa merumuskan masalah

berdasarkan informasi yang terdapat pada LKS b. Merumuskan hipotesis

Guru membimbing siswa merumuskan hipotesis berdasarkan rumusan masalah yang dibuat

c. Mengumpulkan data

a) Guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan praktikum

b) Guru membimbing siswa menyiapkan alat dan bahan praktikum

c) Guru membimbing siswa melaksanakan praktikum d. Menguji hipotesis

(24)

9

b) Guru meminta salah satu perwakilan kelompok untuk melaporkan hasil diskusi

c) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk saling menanggapi hipotesis dan hasil diskusi yang

disampaikan

d) Guru memberi penguatan dan menjawab pertanyaan dari siswa yang kesulitan dan menanggapi perumusan hipotesis yang diajukan oleh siswa

3) Tahap Penutup

a) Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran

b) Guru memberikan tugas rumah c) Guru memberi salam penutup

b) Langkah-langkah metode praktikum kelas kontrol 1) Tahap Persiapan

a) Guru memberikan salam saat masuk kelas b) Guru memimpin siswa untuk berdoa c) Guru mengecek kehadiran siswa

d) Guru memberikan apersepsi mengenai materi hidrolisis garam

e) Guru mengkomunikasikan tujuan yang harus dicapai oleh siswa setelah melakukan pembelajaran

f) Guru mengomunkasikan langkah-langkah praktikum yang akan dilakukan

2) Tahap Pelaksanaan

a) Guru mengatur posisi kelompok yang telah ditentukan b) Guru mengarahkan siswa untuk membuat tabel pengamatan

pada setiap kelompok

(25)

d) Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakuakan selama praktikum

e) Guru memberikan kesempatan kepada salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi

f) Guru memberikan penguatan materi 3) Tahap Penutup

a) Guru memberikan tugas rumah

b) Guru meminta siswa untuk menyimpulkan pembelajaran c) Guru memberi salam penutup

2. Sikap Ilmiah

Sikap ilmiah merupakan kecenderungan siswa untuk bertindak terhadap suatu objek berdasarkan langkah-langkah metode ilmiah. Sikap ilmiah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah, siswa mampu menunjukkan rasa ingin tahu, respek terhadap data dan fakta, berpikir kritis, berpikir terbuka dan kerjasama, ketekunan, serta peka terhadap lingkungan sekitar (Anwar, 2009) selama proses pembelajaran berlangsung.

3. Hasil Belajar

Hasil belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah nilai pretest dan posttest siswa dalam menyelesaikan soal-soal materi hidrolisis garam. Bentuk soal yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal essai sebanyak lima soal.

4. Hidrolisis Garam

Hidrolisis garam merupakan salah satu materi pelajaran kimia di kelas XI IPA semester genap berdasarkan kurikulum KTSP. Alokasi waktu yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 2 x 45 menit dengan 1 kali pertemuan. Materi praktikum pada hidrolisis garam yang akan dijadikan penelitian adalah “Uji Larutan Garam Dalam Air”. Materi yang dicakup dalam penelitian ini adalah materi hidrolisis garam, garam yang dapat terhidrolisis, sifat asam-basa suatu garam,

(26)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing (Guide Inquiry)

Model pembelajaran inkuiri terbimbing adalah model pembelajaran inkuiri yang penyajian masalah, pertanyaan dan materi atau bahan penunjang ditentukan oleh guru. Masalah dan pertanyaan yang disajikan mendorong siswa melakukan penyelidikan untuk menentukan jawaban. Kegiatan siswa dalam pembelajaran ini adalah mengumpulkan data dari masalah yang ditentukan guru, membuat hipotesis, melakukan penyelidikan, menganalisis hasil, membuat kesimpulan dan mengkomunikasikan hasil penyelidikan (Nurhasanah, 2016).

B. Metode Praktikum Berbasis Konvensional

(27)

C. Metode Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing

Metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing merupakan metode

pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered) sehingga membuat siswa menemukan sendiri suatu konsep melalui data hasil eksperimen dan

meningkatkan kemampuan berpikir jangka panjang. Siswa melakukan suatu

percobaan yang dirancang sendiri dengan bimbingan guru untuk menguji

suatu hipotesis yang merupakan prediksi siswa dalam menyelesaikan masalah

yang diberikan oleh guru (Mawarsari, 2013). Metode praktikum berbasis

inkuiri terbimbing lebih menekankan siswa untuk menemukan konsep

melalui percobaan menggunakan langkah-langkah ilmiah dari model

pembelajaran inkuiri terbimbing dan dibantu dengan petunjuk praktikum (B. Siska, Kurnia, dan Yayan, 2013). Secara umum proses pembelajaran praktikum berbasis inkuiri terbimbing dilakukan melalui tahapan sebagai berikut (Sanjaya,2014):

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Pada langkah ini guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah.

b. Merumuskan Masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk berpikir.

c. Merumuskan Hipotesis

(28)

13

d. Mengumpulkan Data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

e. Menguji Hipotesis

Menguji hipitesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. Yang terpenting dalam menguji hipotesis adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Menguji hipotesis juga mengembangkan kemampuan berpikir rasional. Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan Kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data mana yang relevan.

D. Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

(29)

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha memperoleh sutu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Hasil belajar yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Proses penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa salam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Selanjutnya dari informasi tersebut guru dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan siswa lebih lanjut, baik untuk keseluruhan kelas maupun individu (Sudjana, 2010).

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai berikut (Slameto, 2010):

a. Faktor Intern

1) Faktor jasmani, misalnya : kesehatan

2) Faktor psikologis, misalnya : Intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.

b. Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar pribadi manusia atau berasal dari orang lain atau lingkungannya.

Adapun faktor-faktor tersebut antara lain: 1) Pengaruh Orang Tua

Mendidik anak merupakan tanggung jawab utama orang tua. Peran orang tua menjadi penting dalam mendidik anak-anaknya, baik dalam sudut pandang agama, sosial kemasyarakatan maupun individu. Keluarga hendaknya tercipta hubungan timbal balik dalam pendidikan, sebab dalam keluarga inilah orang tua menjadi suri tauladan utama, terutama dalam aktivitas beragama.

(30)

15

Guru merupakan orang tua kedua setelah orang tua yang dapat mempengaruhi akhlak anak (peserta didik), yakni melalui kepribadian dan keteladanannya, sehingga guru hendaknya kepribadian yang mencerminkan agama, sebagaimana yang telah dan akan diajarkan kepada peserta didiknya.

3) Pengaruh Lingkungan Masyarakat

Keberagaman seseorang (peserta didik) juga dipengaruhi oleh lingkungan masyarakatnya, hal ini dikarenakan dalam kehidupan masyarakat dibatasi oleh berbagai norma dan nilai yang didukung oleh warganya. Setiap warga termasuk peserta didik harus bersikap dan berakhlak yang sesuai dengan norma dan nilai yang ada tersebut. Lingkungan agama yang agamis dapat menciptakan dan memperkuat jiwa keberagaman seseorang, yang mana fungsi dan peran tersebut sangat bergantung pada seberapa jauh masyarakat tersebut menjunjung tinggi norma dan nilai yang ada.

4) Pengaruh Lembaga Pendidikan (Sekolah)

Pendidikan agama di sekolah, bagaimanapun juga akan memberikan pengaruh terhadap pembentukan keberagaman peserta didik. Namun demikian, besar kecilnya pengaruh tersebut sangat tergantung pada beberapa faktor yang dapat memotivasi peserta didik dalam memahami nilai-nilai agama, sebab pada hakikatnya pendidikan agama merupakan pendidikan nilai. Oleh karena itu, pendidikan agama lebih dititik beratkan pada bagaimana kebiasaan yang selaras dengan tuntunan agama.

E. Sikap Ilmiah

1. Pengertian Sikap Ilmiah

(31)

dan melaksanakan suatu eksperimen, mengobservasi, mengumpulkan dan menganalisis data, mengulang kembali eksperimen untuk membuktikan kebenaran data, serta menarik kesimpulan (Dewi dkk, 2014).

Secara umum, sikap ilmiah dapat diartikan sebagai suatu kesiapan yang kompleks dari seseorang individu untuk memperlakukan suatu objek dengan cara, metode, teknik dan pola tertentu. Sikap ilmiah diartikan sebagai suatu kecenderungan, kesiapan, kesediaan seseorang untuk memberikan respon/tanggapan/tingkah laku secara ilmu pengetahuan dan memenuhi syarat ilmu pengetahuan yang telah diakui kebenarannya. Sikap ilmiah merupakan pendekatan tertentu untuk memecahkan masalah, menilai ide dan informasi untuk membuat keputusan. Pengambilan keputusan berdasarkan bukti yang telah dikumpulkan dan dievaluasi secara objektif. Diperlukan juga sikap kritis berdasarkan bukti yang relevan. Orang yang melakukan prosedur ini dikatakan memiliki sikap ilmiah (Nurhasanah, 2016).

Pengukuran sikap ilmiah siswa dapat didasarkan pada pengelompokkan sikap sebagai dimensi sikap, selanjutnya dikembangkan indikator-indikator sikap untuk setiap dimensi sehingga memudahkan menyusun butir instrumen sikap ilmiah. Dimensi sikap ilmiah dikelompokkan dalam tabel berikut (Anwar, 2009):

TABEL 2.1: Dimensi dan Indikator Sikap Ilmiah

Dimensi Indikator

Sikap Ingin Tahu Antusias mencari jawaban

Perhatian terhadap objek yang diamati Antusias pada proses sains

Menanyakan setiap langkah kegiatan Sikap Respek Terhadap

Data/Fakta

Onyektif/jujur

Tidak memanipulasi data Tidak purbasangka

Mengambil keputusan sesuai fakta Tidak mencampur fakta dengan pendapat Sikap Berpiki Kritis Meragukan temuan teman

Menanyakan setiap perubahan/hal baru Mengulaingi kegiatan yang dilakukan Tidak mengabaikan data meskipun kecil Sikap Penemuan dan

Kreativitas

(32)

17

Menggunakan alat tidak seperti biasanya Menyarankan percoban baru

Menguraikan konklusi baru hasil pengamatan Sikap Berpikiran

Terbuka dan Kerjasama

Menghargai pendapat atau temuan orang lain Mau merubah pendapat jika data kurang Menerima saran dari teman

Tidak merasaselalu benar

Menganggap setiap kesimpulan adalah tentatif Berpartisipasi aktif dalam kelompok

Sikap Ketekunan Melanjutkan meneliti sesudah “kebaruannya” hilang Mengulangi percobaan meskipun berakibat kegagalan Melengkapi satu kegiatan meskipun teman kelas selesai lebih awal

Sikap Peka Terhadap Lingkungan Sekitar

Perhatian terhadap peristiwa sekitar Partisipasi pada kegiatan sosial

Menjaga kebersihan lingkungan sekolah

Aplikasi pembentukan sikap ilmiah dapat dilaksanakan dalam proses pembelajaran, baik dalam menyampaikan materi, melaksanakan percobaan, dalam menilai hasil percobaan dan pretasi belajar siswa. Dalam penelitian ini digunakan indikator dan dimensi sikan dari Harson Anwar sebagai acuan dalam penelitian sikap ilmiah siswa.

F. Hidrolisis Garam 1. Hidrolisis

Apabila garam-garam dilarutkan dalam air, larutan tersebut tidak selalu bereaksi netral. Hal ini disebabkan karena sebagian dari garam berinteraksi dengan air, akibatnya ion hidrogen atau ion hidroksil tertinggal dengan berlebihan dalam larutan, dan larutan itu sendiri masing-masing menjadi asam atau bersifat basa. Dalam hal ini terdapat empat kategori garam, yakni (Svehla, 1979):

a. Garam-garam yang berasal dari asam kuat dan basa kuat, misalnya kalsium klorida

b. Garam-garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat, misalnya natrium asetat

(33)

d. Garam-garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah, misalnya amonium asetat

2. Garam dari Asam Kuat dan Basa Kuat

Apabila dilarutkan dalam air, menunjukkan reaksi yang netral, karena baik anion ataupun kation-nya, masing-masing tidak ada yang bergabung denga ion hidrogenmembentuk asam lemah yang sangat sedikit berdisosiasi. Karena itu kesetimbangan disosiasi air tidak terganggu (Svehla, 1979).

𝐻2𝑂 →⃖ 𝐻++ 𝑂𝐻−

Konsentrasi hidrogen dalam larutan sama dengan konsentrasi ion-hidroksil; maka larutan beraksi netral.

3. Garam dari Asam Lemah dan Basa Kuat

Apabila dilarutkan dalam air, menghasilkan larutan yang bereaksi basa. Hal tersebut terjadi akibat anion bergabung dengan ion hidrogen membentuk asam lemah yang sangat sedikit berdisosiasi, sehingga ion hidroksil tertinggal dalam larutan. Misalnya dalam larutan natrium asetat, terdapat kedua kesetimbangan sebagai berikut (Svehla, 1979):

𝐻2𝑂 →⃖ 𝐻++ 𝑂𝐻−

𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂−+ 𝐻+ →⃖ 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻

Jadi, ion-ion hidrogen yang terbentuk dari disosiasi air, sebagian akan bergabung dengan ion asetat. Karenanya kedua persamaan dapat dijumlahkan, yang akan menghasilkan kesetimbangan hidrolisis menyeluruh.

𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂−+ 𝐻2𝑂 →⃖ 𝐶𝐻3𝐶𝑂𝑂𝐻 + 𝑂𝐻−

Dalam larutan, banyaknya ion hidroksil akan sangat melebihi ion hidrogen, dan larutan akan bereaksi basa. Umumnya jika garam dari suatu asam lemah berbasa satu HA dilarutkan dalam air, anion 𝐴− akan bergabung dengan ion hidrogen membentuk asamnya yang tidak terdisosiasi 𝐴−+

𝐻+⃖ 𝐻𝐴, ion-ion hidrogen itu dihasilkan oleh disosiasi air : 𝐻

2𝑂 →⃖ 𝐻++

(34)

19

kanan. Kedua kesetimbangan dapat digabung dengan menjumlahkan, menjadi (Svehla, 1979):

𝐴−+ 𝐻

2𝑂 →⃖ 𝐻𝐴 + 𝑂𝐻−

Tetapan kesetimbangan dari proses ini disebut tetapan hidrolisis, dan dapat ditulis:

𝐾ℎ = [𝐻𝐴−𝐴] [𝑂𝐻 −]

Konsentrasi air, seperti dalam hal kesetimbangan disosiasinya dapat dianggap konstan dan karena itu, dapat dimasukkan kedalam nilai tetapan hidrolisis Kh. Makin besar nilai Kh, makin besar derajat hidrolisis itu, dan makin basa larutan.

4. Garam dari Asam Kuat dan Basa Lemah

Apabila dilarutkan dalam air, akan menghasilkan larutan yang bereaksi asam. Kation 𝑀+ dari garam bereaksi dengan ion-ion hidroksil, yang dihasilkan oleh disosiasi air, membentuk basa lemah MOH dan meninggalkan ion-ion hidrogen dalam larutan (Svehla, 1979):

𝐻2𝑂 →⃖ 𝐻++ 𝑂𝐻−

𝑀++ 𝑂𝐻⃖ 𝑀𝑂𝐻

Kesetimbangan hidroksil keseluruhan dapat ditulis sebagai berikut (Svehla,1979):

𝑀++ 𝐻

2𝑂 →⃖ 𝑀𝑂𝐻 + 𝐻+

Karena ion hidrogen terbentuk dalam reaksi ini, larutan akan menjadi asam. Tetapan hidrolisisnya dapat ditulis (Svehla, 1979):

𝐾ℎ = [𝑀𝑂𝐻][𝐻[𝑀+] +]= 𝐾𝑤

𝐾𝑏 yang menunjukkan bahwa tetapan hidrolisis adalah sama dengan rasio antara tetapan ionisasi air dan basa lemah itu.

5. Garam dari Asam Lemah dan Basa Lemah

Apabila dilarutkan dalam air, akan mengalami hidrolisis yang agak kompleks. Hidrolisis kationnya mengakibatkan pembentukan basa lemah yang tidak terdisosiasi.

𝑀++ 𝐻

(35)

𝐴−+ 𝐻

2𝑂 →⃖ 𝐻𝐴 + 𝑂𝐻−

Ion-ion hidrogen dan hidroksil yang terbentuk dalam proses ini sebagian bergabung kembali membentuk air (Svehla, 1979):

𝐻++ 𝑂𝐻⃖ 𝐻 2𝑂

Persamaan-persamaan diatas tidak dapat dijumlahkan, kecuali bila tetapan disosiasi dari asam dan basa tersebut kebetulan sama. Tergantung dari nilai relatif tetapan-tetapan disosiasi ini, tiga hal dapat terjadi (Svehla, 1979):

1. Jika Ka > Kb (asamnya lebih kuat dari basanya) konsentrasi ion hidrogen akan melampaui konsentrasi ion-hidroksil, dan larutan akan menjadi asam.

2. Jika Ka < Kb ( basanya lebih kuat dari asamnya ) kebalikannya yang akan terjadi, dan larutan menjadi basa.

3. Jika Ka = Kb ( asamnya dan basanya sama lemah ) kedua konsentrasi akan menjasi sama dan larutan akan netral.

6. Tetapan Pengionanan Asam Lemah

Kuat suatu asam dihubungkan dengan derajat pengionannya, yang besarnya dicerminkan oleh harga tetaan pengionan. Makin kecil harga Ka, makin lemah asam itu (Keenan dkk, 1984):

TABEL 2.2: Tetapan pengionan asam

Tetapan pengionan asam-asam dalam larutan air pada 𝟐𝟓℃ Nama Reaksi pengionan yang

disederhanakan Ka Asam klorida Asam sulfat Asam sulfit Asam klorit Asam fosfat Asam fluorida Asam nitrit Asam format Asam asetat 𝐻𝐶𝑙 →⃖ 𝐻++ 𝐶𝑙

𝐻2𝑆𝑂4 →⃖ 𝐻++ 𝐻𝑆𝑂4−

𝐻𝑆𝑂4− →⃖ 𝐻++ 𝑆𝑂42−

𝐻2𝑆𝑂3 →⃖ 𝐻++ 𝐻𝑆𝑂3−

𝐻𝑆𝑂3− →⃖ 𝐻++ 𝑆𝑂32−

𝐻𝐶𝑙𝑂3 →⃖ 𝐻++ 𝐶𝑙𝑂3−

𝐻3𝑃𝑂4 →⃖ 𝐻++ 𝐻2𝑃𝑂4−

𝐻2𝑃𝑂4− →⃖ 𝐻++ 𝐻𝑃𝑂42−

𝐻𝑃𝑂42−→⃖ 𝐻++ 𝑃𝑂43−

𝐻𝐹 →⃖ 𝐻++ 𝐹

𝐻𝑁𝑂2 →⃖ 𝐻++ 𝑁𝑂2−

𝐻𝐶𝐻𝑂2 →⃖ 𝐻++ 𝐶𝐻𝑂2−

𝐻𝐶2𝐻3𝑂2 →⃖ 𝐻++ 𝐶2𝐻3𝑂2−

Besar Besar

1,2 × 10−2

1,3 × 10−2

6,3 × 10−8

1,1 × 10−2

7,5 × 10−3

6,2 × 10−8

4,4 × 10−13

6,6 × 10−4

5,1 × 10−4

1,8 × 10−4

(36)

21

Asam karbonat

Asam sulfid

𝐻2𝐶𝑂3 →⃖ 𝐻++ 𝐶𝐻𝑂3−

𝐶𝐻𝑂3− →⃖ 𝐻++ 𝐶𝑂32−

𝐻2𝑆 →⃖ 𝐻++ 𝐻𝑆−

𝐻𝑆− ⃖ 𝐻++ 𝑆2−

4,2 × 10−7

5,6 × 10−11

1,1 × 10−7

1,0 × 10−14 7. Tetapan Pengionan Basa Lemah

Tetapan pengionan untuk beberapa basa lemah dicantumkan pada tabel berikut (Keenan dkk, 1984):

TABEL 2.3: Tetapan pengionan basa

Tetapan pengionan basa dalam larutan air pada 𝟐𝟓℃

Nama Reaksi pengionan Kb

Dimetilamina Metilamina Trimetilamina Amonia Hidroksilamina Hidrazina

(𝐶𝐻3)2𝑁𝐻 + 𝐻2𝑂 →⃖ (𝐶𝐻3)2𝑁𝐻2++ 𝑂𝐻−

𝐶𝐻3𝑁𝐻2+ 𝐻2𝑂 →⃖ 𝐶𝐻3𝑁𝐻3+ + 𝑂𝐻−

(𝐶𝐻3)3𝑁 + 𝐻2𝑂 →⃖ (𝐶𝐻3)3𝑁𝐻++ 𝑂𝐻−

𝑁𝐻3+ 𝐻2𝑂 →⃖ 𝑁𝐻4++ 𝑂𝐻−

𝐻𝑂𝑁𝐻2+ 𝐻2𝑂 →⃖ 𝐻𝑂𝑁𝐻2++ 𝑂𝐻−

𝑁2𝐻4+ 𝐻2𝑂 →⃖ 𝑁2𝐻5++ 𝑂𝐻−

𝑁2𝐻5++ 𝐻2𝑂 →⃖ 𝑁2𝐻6++ 𝑂𝐻−

5,9 × 10−4

4,2 × 10−4

3,6 × 10−4

1,8 × 10−5

9,1 × 10−9

9,8 × 10−7

1,3 × 10−15 8. Konsentrasi Ion Hidrogen

Untuk menyatakan konsentrasi ion hidrogen maupun ion hidroksida dalam suatu bilangan kali sepuluh berpangkat suatu bilangan negatif, dengan menyatakan konsentrasi ion hidrogen dari larutan asam, basa, dan netral yang encer, dalam pH. pH suatu larutan dinyatakan sebagai berikut (Keenan dkk, 1984):

pH = log 1

[𝐻+] atau pH = - log [𝐻+]

Sejauh mana keasaman atau kebasaan suatu larutan, dinyatakan secara lengkap dan ringkas oleh harga pH-nya :

Jika pH 7,0, larutan bersifat netral

(37)

G. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka dirumuskan hipotesis sebagai langkah pemecahan masalah. Menurut Sugiyono (2012), hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Sejalan dengan pendapat tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan sikap ilmiah dan hasil belajar siswa yang diajar menggunakan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing dengan metode praktikum berbasis konvensional pada materi hidrolisis garam kelas XI IPA SMAN 2 Sungai Raya.

(38)

23 BAB III

METODE PENELITIAN A. Metode dan Bentuk Penelitian

Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideologis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi. Suatu metode penelitian memiliki rancangan penelitian (reserch design) tertentu. Rancangan ini menggambarkan prosedur atau langkah-langkah yang harus ditempuh, waktu penelitian, sumber data dan kondisi arti apa data dikumpulkan, dan dengan cara bagaimana data tersebut dihimpun dan diolah. Tujuan rancangan penelitian adalah melalui penggunaan metode penelitian yang tepat, dirancang kegiatan yang dapat memberikan jawaban yang diteliti terhadap pertanyaan-pertanyaan penelitian (Sukmadinata,2005).

Berdasarkan masalah dan tujuan yang telah di rumuskan, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi (Quasi-Eksperimental). Eksperimen kuasi juga disebut eksperimen semu. Metode eksperimen semu pada dasarnya sama dengan eksperimen murni, bedanya adalah dalam pengontrolan variabel. Pengontrolannya hanya pada satu variabel saja, yaitu variabel yang dipandang paling dominan. Pengontrolannya juga tidak sepenuhnya disamakan tetapi dipasangkan (matching) (Sukmadinata,2005).

Eksperimen dalam penelitian ini dibuat dengan dua rancangan penelitian. Rancangan Tabel 3.1 merupakan rancangan penelitian hasil belajar siswa, sedangkan Tabel 3.2 merupaka rancangan penelitian sikap ilmiah siswa. Rancangan penelitian tersebut berbentuk Tabel 3.1 dan 3.2 (Sugiyono,2012). TABEL 3.1: Rancangan Pretest Posttest untuk Mengetahui Hasil Belajar

Siswa

Kelas Pretest Perlakuan Posttest E

K

𝑂1 𝑂3

X 𝑂2

(39)

Keterangan :

E : Kelas eksperimen K : Kelas kontrol

X : Perlakuan pada kelas eksperimen

𝑂1 : Pretest pada kelas eksperimen

𝑂3 : Pretest pada kelas kontrol

𝑂2 : Postest pada kelas eksperimen

𝑂4 : Postest pada kelas kontrol

TABEL 3.2: Rancangan One-Shot Case Study untuk Observasi Sikap Ilmiah Siswa

Kelas Perlakuan Observasi

E K

X 𝑂1

𝑂2

Keterangan :

E : Kelas eksperimen K : Kelas kontrol

X : Perlakuan pada kelas eksperimen

𝑂1 : Observasi pada kelas eksperimen

𝑂2 : Observasi pada kelas eksperimen

(40)

25

siswa akan diukur melalui observasi langsung (pengamatan) menggunakan lembar observasi, dan proses pengamatan dalam penelitian ini akan dibantu oleh beberapa observer yang akan ditempatkan dalam setiap kelompok belajar oleh peneliti.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2012).Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono,2012). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

a. Pembelajaran dengan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing

b. Pembelajaran dengan metode praktikum berbasis konvensional 2. Variabel Terikat

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2012). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap ilmiah dan hasil belajar siswa pada materi pokok hidrolisis garam kelas XI IPA SMAN 2 Sungai Raya. 3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti (Sugiyono,2012). Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru, materi yang diajarkan, serta waktu pelajaran.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

(41)

TABEL 3.3: Daftar Pelaksanaan Penelitian

Kegiatan Kelas

Eksperimen Kelas Kontrol Pretest Perlakuan Postest Hari/Tanggal Rabu, 03 Mei 2017 Selasa, 09 Mei 2017

Rabu, 10 Mei 2017

Waktu 10.15-11.00 08.30-10.00 07.00-07.45

Hari/Tanggal Rabu, 03 Mei 2017 Selasa, 09 Mei 2017

Rabu, 10 Mei 2017

Waktu 08.00-08.45 12.15-13.30 08.00-08.45

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian

Menurut Sukmadinata (2005), populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN 2 Sungai Raya tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri dari tiga kelas yaitu XI IPA1 yang berjumlah 30 siswa, XI IPA2 yang berjumlah 30 siswa, dan XI IPA3 yang berjumlah 31 siswa. 2. Sampel Penelitian

Sampel menurut (Sugiyono,2012) adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Berdasarkan hasil uji homogenitas menggunakan uji barlet diperoleh varians sampel yang homogen. Teknik sampling yang digunakan adalah cluster random sampling. Kelas yang digunakan adalah kelas XI IPA 1 dijadikan sebagai kelas eksperimen yang diberi perlakuan berupa penerapan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing dan kelas XI IPA 3 dijadikan kelas kontrol yang diberi perlakuan berupa penerapan metode praktikum berbasis konvensional.

E. Prosedur Penelitian

(42)

27

1. Tahap Pra Penelitian a. Observasi

b. Wawancara guru dan siswa 2. Tahap Persiapan

a. Membuat perangkat pembelajaran berupa RPP b. Memvalidasi perangkat pembelajaran RPP

c. Perangkat pembelajaran dinyatakan tidak valid oleh validator, maka akan dilakukan proses perbaikan sampai perangkat pembelajaran RPP dinyatakan valid

d. Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi sikap ilmiah siswa dan soal tes hasil belajar

e. Memvalidasi instrumen penelitian ( lembar observasi sikap ilmiah siswa dan soal tes hasil belajar)

f. Instrumen yang dinyatakan tidak valid, maka dilakukan proses perbaikan instrumen sampai instrumen tersebut dinyatakan valid g. Khusus instrumen soal tes hasil belajar yang sudah diperbaikai dan

dinyatakan valid, akan diuji coba

h. Menentukan reliabilitas instrumen penelitian (lembar observasi sikap ilmiah siswa dan soal tes hasil belajar yang sudah diuji coba) i. Instrumen yang dinyatakan tidak reliabel, maka akan dilakukan

proses perbaikan sampai instrumen tersebut dinyatakan reliabel 3. Tahap Pelaksanaan

a. Memberikan pretest kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

b. Memberikan perlakuan berupa :

1) Pembelajaran kimia menggunakan metode praktikum untuk kelas eksperimen

2) Pembelajaran kimia menggunakan metode ceramah dan demonstrasi untuk kelas kontrol

(43)

d. Memberikan postest kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol

e. Melakukan wawancara 4. Tahap Akhir

a. Menganalisis data hasil penelitian b. Membuat kesimpulan

(44)

29

Tahap Pra Penelitian

Observasi Wawancara

Tahap Persiapan Membuat Perangkat

pembelajaran Membuat Instrumen

Tidak

Valid Valid

Uji coba Reliabilitas

Reliabel Tidak

Reliabel

Revisi Tahap Pelaksanaan

Pelaksanaan Pembelajaran Menggunakan Metode Praktikum Berbasis Inkuiri Terbimbing Observasi sikap ilmiah

Pemberian Pretest

Pemberian Postest Tahap Akhir

Analisis Data Kesimpulan

Penyusunan Laporan

Validasi Validasi

Tidak

Valid Valid

Revisi Revisi

(45)

F. Teknik dan Alat Pengumpul Data 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono,2012). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

a. Teknik Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata,2005). Penelitian ini menggunakan teknik observasi langsung. Dalam teknik observasi langsung, pengamatan dilakukan terhadap gejala atau proses yang terjadi dalam situasi yang sebenarnya dan langsung diamati oleh pengamat (Sudjana,2010). Adapun observasi langsung dalam penelitian ini adalah pengamatan sikap ilmiah siswa yang akan dilakukan oleh observer dari awal hingga akhir proses pembelajaran di kelas. Serta pengamatan yang dilakukan pada saat guru melaksanakan proses pembelajaran di kelas.

b. Teknik Pengukuran

Teknik pengukuran merupakan teknik yang bersifat mengukur karena menggunakan instrumen standar atau telah distandarisasikan, dan menghasilkan data hasil pengukuran yang berbentuk angka-angka. Teknik pengukuran berbeda dengan teknik pengumpulan data. Teknik pengukuran bersifat mengukur sedangkan teknik pengumpulan data bersifat menghimpun (Sukmadinata,2005). Dalam penelitian ini teknik pengukuran yang digunakan adalah penilaian tes hasil belajar.

c. Teknik Komunikasi Langsung

(46)

31

banyak digunakan dalam penelitian untuk mengumpulkan data. Wawancara dilaksanakan secara lisan dalam pertemuan tatap muka secara individual. Sebelum melakukan wawancara peneliti menyiapkan instrumen wawancara yang disebut pedoman wawancara yang berisi sejumlah pertanyaan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden (Sukmadinata,2005).

2. Alat Pengumpul Data

Alat pengumpul data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Lembar Observasi Sikap Ilmiah Siswa

Lembar obervasi yang digunakan dalam penelitian bertujuan untuk mengamati sikap ilmiah siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Lembar observasi memiliki fungsi sebagai pedoman agar observer cermat mengenai aspek sikap ilmiah yang perlu diobservasi dan sebagai alat perekam data mengenai kerja dari aspek sikap ilmiah yang dinilai. Lembar observasi sikap ilmiah dalam penelitian ini disusun dalam bentuk format khusus dengan aspek-aspek penelitian yang dikembangkan dari indikator sikap ilmiah. Penilaiannya menggunakan rating scale dengan 3 skala (3-2-1). Penelitian ini melibatkan observer. Setiap kelompok diobservasi oleh satu orang observer, yang bertugas mengawasi dan melaksanakan tugasnya sebagai observer. Kisi-kisi instrumen lembar observasi sikap ilmiah siswa dapat dilihat pada tabel (Lampiran 4). b. Catatan Lapangan

(47)

c. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar disebut juga tes prestasi belajar, yang bertujuan untuk mengukur hasil-hasil belajar yang dicapai siswa selama kurun waktu tertentu (Sukmadinata,2005). Dalam penelitian ini akan dilakukan pretest dan posttest untuk mengukur kemampuan siswa. Pretest akan dilakukan sebelum proses pembelajaran berlangsung, hal ini bertujuan untuk mengukur kemampuan awal siswa. Sedangkan posttest dilakukan bertujuan untuk mengukur sejauh mana siswa tersebut memahami materi yang telah disampaikan oleh guru.

d. Pedoman Wawancara

Sebelum melaksanakan wawancara para peneliti menyiapkan instrumen/alat wawancara yang disebut pedoman wawancara. Pedoman ini berisi sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang meminta untuk dijawab atau direspon oleh responden. Isi pertanyaan atau pernyataan dapat mencakup fakta, data, pengetahuan, konsep, pendapat, persepsi atau evaluasi responden berkenaan dengan fokus masalah atau variabel-variabel yang dikaji dalam penelitian (Sukmadinata,2005). Dalam penelitian ini dibuat pedoman wawancara yang diajukan untuk wawancara bersama siswa SMAN 2 Sungai Raya guna memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian (Lampiran 4).

G. Validitas dan Reliabilitas

(48)

33

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kavalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid mempunyai validitas yang tinggi, dan sebaliknya instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang validitas yang dimaksud (Arikunto,2010). Dalam penelitian ini dilakukan pengujian validitas instrumen menggunakan pengujian validitas isi, dengan kriteria layak digunakan.

Dalam penelitian ini instrumen yang divalidasi adalah lembar observasi sikap ilmiah siswa, soal tes hasil belajar, lembar kerja siswa dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Validasi dilakukan oleh tiga validator yaitu, satu orang dosen dan dua orang guru. Hasil validasi digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki instrumen dan perangkat pembelajaran, dengan berkonsultasi kepada dosen pembimbing untuk dilakukan perbaikan pada instrumen dan perangkat pembelajaran berdasarkan komentar dan saran validator.

(49)

2. Reliabilitas

Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa suatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto,2010). Suatu instrumen dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika instrumen tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Maka reliabilitas tes berhubungan dengan masalah ketepatan hasil. Seandainya hasil berubah-ubah, perubahan yang terjadi dapat dikatakan tidak berarti.

Uji reliabilitas tes menggunakan rumus alpha. Rumus alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 (satu) dan 0 (nol) (Arikunto,2010). Adapun rumus alpha yang digunakan adalah sebagai berikut :

𝑟11 = (𝑘−1𝑘 )(1 −Ʃ σ𝑏 2 𝜎2𝑡 ) Keterangan :

𝑟11 = Reliabilitas instrumen

k = Banyak butir pertanyaan atau banyaknya soal

Ʃ σ𝑏2 = Jumlah varians

𝜎2𝑡 = Varians total

Rumus varians yang digunakan untuk menghitung reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus Flanagan sebagai berikut (Arikunto,2010):

V = Ʃ x2–(Ʃ 𝑥)2 𝑁 N

Keterangan :

V = Varians total

Ʃ x2 = Jumlah kuadrat skor yang diperoleh siswa (Ʃx)2 = Jumlah varians

N = Jumlah subyek (siswa)

Kriteria reliabilitas yang digunakan adalah: 0,800-1,00 = sangat tinggi

(50)

35

0,400-0,599 = cukup 0,200-0,399 = rendah

≤0,200 = sangat rendah

Reliabilitas soal tes dilakukan di MAN Ketapang kelas XI IPA1 pada tanggal 21 April 2017. Dari hasi perhitungan reliabilitas tes (Lampiran D-1) dengan mengunakan rumus alpha diatas, diperoleh reliabilitas tes untuk soal postest sebesar 0,712. Karena 𝑟11 = 0,712 terletak pada rentang 0,600 – 0,800, maka reliabilitas soal postest tergolong tinggi. H. Analisis Data

Dalam penelitian kuantitatif, analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah : mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan (Sugiyono,2012). Analisis data dilakukan untuk menjawab tujuan dari penelitian. Pengolahan data yang dilakukan adalah data yang diperoleh dari lembar observasi dan tes hasil belajar, dengan pengolahan sebagai berikut:

1. Untuk menjawab sub pertanyaan pertama yaitu apakah terdapat perbedaan sikap ilmiah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Peneliti melakukan penskoran terhadap hasil observasi sikap ilmiah siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.

b) Menghitung nilai sikap ilmiah siswa dengan rumus:

𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑠𝑖𝑘𝑎𝑝 𝑖𝑙𝑚𝑖𝑎ℎ =∑𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎∑𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘 × 100

(51)

𝐻𝑜: Data terdistribusi normal dengan kriteria pengujian diterima jika signifikansi > 0,05

𝐻𝑎: Data tidak terdistribusi normal dengan kriteria pengujian ditolak jika signifikansi < 0,05

Hasil uji yang diperoleh yaitu nilai sikap ilmiah siswa kelas kontrol data terdistribusi normal dan kelas eksperimen data tidak terdistribusi normal.

d) Melakukan uji statistik non parametrik menggunakan uji U Mann-Whitney, karena salah satu data tidak terdistribusi normal. Pengujian dilakukan dengan menentukan hipotesis dan kriteria pengujian sebagai berikut :

𝐻𝑜: Sikap ilmiah siswa kelas eksperimen sama dengan sikap ilmiah siswa kelas kontrol dengan kriteria pengujian diterima jika signifikansi > 0,05

𝐻𝑎: Sikap ilmiah siswa kelas eksperimen berbeda dengan sikap ilmiah siswa kelas kontrol dengan kriteria pengujian ditolak jika signifikansi < 0,05

2. Menjawab sub pertanyaan kedua yaitu apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen dan kelas kontrol, dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Peneliti melakukan penskoran terhadap hasil belajar siswa pada

pretest dan postest siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen dengan pedoman penskoran tes hasil belajar.

b) Menghitung nilai pretest dan postest siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen

c) Melakukan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) nilai pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pengujian dilakukan dengan menentukan hipotesis dan kriteria pengujian, sebagai berikut :

(52)

37

𝐻𝑎: Data tidak terdistribusi normal dengan kriteria pengujian ditolak jika signifikansi < 0,05

Hasil yang diperoleh yaitu pretest pada kelas eksperimen tidak terdistribusi normal dan kelas kontrol terdistribusi normal.

d) Melakukan uji statistik non parametrik menggunakan uji U Mann-Whitney karena salah satu data hasil uji normalitas terhadap nilai pretest tidak terdistribusi normal. Pengujian dilakukan dengan menentukan hipotesis dan kriteria pengujian sebagai berikut :

𝐻𝑜: Hasil belajar kelas eksperimen sama dengan hasil belajar kelas kontrol dengan kriteria pengujian diterima jika signifikansi > 0,05

𝐻𝑎: Hasil belajar kelas eksperimen berbeda dengan hasil belajar kelas kontrol dengan kriteria pegujian ditolak jika signifikansi < 0,05

Hasil uji U Mann-Whitney, kedua kelas memiliki kemampuan awal, baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

e) Melakukan uji normalitas (Kolmogorov-Smirnov) terhadap selisih nilai postest-pretest kelas eksperimen dan kelas kontrol, karena kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki nilai signifikansi yang berbeda. Langkah-langkan analisis yang dilakukan sama dengan analisis yang dilakukan terhadap nilai pretest. Hasil yang diperoleh pada kelas eksperimen data tidak terdistribusi normal dan kelas kontrol data terdistribusi normal.

f) Melakukan uji statistik non parametrik menggunakan uji U Mann-Whitney.

(53)

𝐸𝑆 =𝑋̅𝑒− 𝑋̅𝑘 𝑆𝑑𝑋̅𝑘 Keterangan:

ES = effect size

𝑋̅𝑒 = rata-rata hitung kelas eksperimen

𝑋̅𝑘 = rata-rata hitung kelas kontrol

𝑆𝑑𝑋̅𝑘 = standar deviasi kelas kontrol

Adapun klasifikasi kriteria nilai effect size ditunjukkan pada Tabel 3.4. TABEL 3.4: Kriteria nilai Effect size

Rentang Kriteria

ES ≤ 0,2

0,2 < ES < 0,8

ES ≥ 0,8

Rendah

Sedang

Tinggi

(54)

39 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Perbedaan Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 1. Pembelajaran Kelas Eksperimen

Pembelajaran di kelas eksperimen menggunakan metode praktikum berbasis inkuiri terbimbing. Metode ini dilakukan sebelum siswa mempelajari materi yang akan disampaikan dalam praktikum agar kegiatan praktikum bersifat penyelidikan. Penjelasan materi disampaikan pada akhir pelajaran setelah kegiatan praktikum selesai dilaksanakan. Kegiatan tersebut memb

Gambar

TABEL 2.2: Tetapan pengionan asam
tabel berikut (Keenan dkk, 1984):
TABEL 3.1: Rancangan Pretest Posttest  untuk Mengetahui Hasil Belajar
TABEL 3.3: Daftar Pelaksanaan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

PARAMETER BOBOT PAR 33   Direksi memastikan perusahaan melaksanakan keterbukaan informasi dan komunikasi sesuai peraturan perundang- undangan yang berlaku dan penyampaian

Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada standar kompetensi membuat pupuk organik dengan menggunakan media audio visualb. Untuk mengetahui

• Selesai bernyanyi, guru memberi stimulus ide, gagasan, dan motivasi siswa dengan meminta siswa menjawab pertanyaan pada buku siswa berkaitan dengan kegiatan bernyanyi

These people puzzled me until I suddenly realized that they had been burned and were holding their arms out to prevent the painful friction of raw surfaces

11.Untuk Pengambilan Buku Rekening tanggal 19 Januari 2016 wajib membawa Form PIP-01C (Data Nama nama penerima pada lampiran SK) Dan kelengkapan laporan BSM

Dampak Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Jumlah Sayur Mayur yang Ditawarkan (Kentang, Bunga Kol, Sawi) di Desa Jeraya, Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo.. Universitas

Sabin adalah orang pertama yang berhasil mengisolasi virus dengue, yaitu dari darah penderita sewaktu terjadi epidemi demam dengue di Hawai dengan diberi nama tipe 1, sedangkan

Kelompok I memiliki bentuk buah tampak atas dan bawah yaitu bulat kecil atau lonjong, jumlah isi buah yang dominan adalah satu atau dua buah, dan jumlah biji buah adalah satu