• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDEN T TEAMS ACHIEVEMEN T DIVISION S DI KELAS VA SEKOLAH DASAR - repository perpustakaa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MATERI PROKLAMASI KEMERDEKAAN INDONESIA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDEN T TEAMS ACHIEVEMEN T DIVISION S DI KELAS VA SEKOLAH DASAR - repository perpustakaa"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Hakekat Belajar a. Pengertian Belajar

Aktifitas yang kita sehari-hari hampir tidak pernah dapat terlepas dari kegiatan belajar, baik ketika seseorang melaksanakan kegitan sendiri, ataupun di dalam suatu kelompok tertentu, dipahami atau tidak dipahami, sesungguhnya sebagian besar aktivitas di dalam kehidupan kita sehari-hari merupakan kegiatan belajar. Pengetian belajar secara Psikologis yang dikemukakan oleh Slameto (2010: 2)

“belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya”. Berikut ini merupakan beberapa

definisi pengertian belajar:

Pengertian belajar menurut Slameto (2010: 2) “belajar adalah

suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.

Pengertian belajar di atas diperkuat oleh Abdillah dalam Aunurrahman (2009: 35) yang berpendapat bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar

(2)

melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan psikomotor untuk memperoleh tujuan tertentu”.

Pengertian belajar menurut beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, melalui latihan atau pengalaman individu itu sendiri yang di dalamnya menyangkut aspek pengetahuan (kognitif), nilai/sikap (afektif), dan ketrampilan (psikomotor). Belajar dapat diperoleh dari pengalaman pribadinya yang dialami selama hidup sehingga dapat merubah tingkah laku siswa menjadi lebih baik lagi.

Belajar dapat mengubah perilaku seseorang baik dari segi kecerdasan maupun mental, salah satu teori belajar yang terkenal berkaitan dengan teori belajar kontruktivisme adalah adalah teori perkembangan mental Piaget. Menurut Rahyubi (2014: 143) teori Kontruktivisme yang dikemukakan oleh Piaget menjelaskan pengetahuan seseorang merupakan bentukan orang itu sendiri. Lebih jauh lagi Pieget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan. Perkembangan kognitif anak bergantung pada seberapa jauh mereka aktif memanipulasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

(3)

belajar kontruktivisme yang dikemukakan oleh Peget dalam Rahyubi (2014: 143) dalam pendidikan anak adalah sebagai berikut:

a) Tujuan pendidikan menurut pandangan teori belajar kontruktivisme adalah menghasilkan individu atau anak yang memiliki kemampuan berpikir untuk menyelesaikan setiap persoalan yang dihadapi.

b) Kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga terjadi situasi yang memungkinkan pengetahuan atau ketrampilan dapat dikontruksi oleh siswa. Selain itu, latihan memecahkan masalah sering dilakukan melalui belajar kelompok dengan menganalisis masalah dalam kehidupan sehari-hari.

c) Siswa diharapkan selalu aktif dan dapat menemukan cara belajar yang sesuai bagi dirinya. Guru hanyalah berfungsi sebagai mediator, fasilitator, dan teman yang membuat situasi yang kondusif untuk terjadinya kontruksi pengetahuan pada diri siswa.

Berdasarkan uraian di atas, teori belajar Kontruktivisme Piaget sangat mendukung dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD. Salah satu cara agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan baik adalah, belajar dengan cara berkelompok. Teori Piaget memandang penting dibentuknya suatu kelompok belajar, sehingga setiap anak akan memiliki rasa tanggung jawab yang besar terhadap perannya di dalam masing-masing kelompok. Pada setiap anggota kelompok belajar, tiap kelompoknya akan memiliki rasa ketergantungan yang positif karena, dalam diri setiap anggota memiliki peran serta dalam mencapai keberhasilan kelompoknya.

b. Faktor-faktor belajar

(4)

yaitu faktor interen dan faktor eksteren. Slameto (2010: 54) menyebutkan, beberapa faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu: faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (eksternal).

a. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam siswa yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Faktor internal terdiri dari 3 faktor yaitu: jasmaniah, psikologi, dan kesiapan. Faktor jasmaniah misalnya kesehatan, jika siswa mengalami gangguan pada kesehatannya maka akan berpengaruh pada hasil belajar mereka. Faktor internal meliputi:

a) faktor jasmaniah yang meliputi faktor kesehatan dan cacat tubuh, b) faktor psikologi yang meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan, c) faktor yang terahir adalah faktor kelelahan.

b. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar siswa yang mempengaruhi hasil belajar diantaranya adalah: keluarga, sekolah, dan masyarakat. Ketiga faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Masalah yang terjadi di dalam keluarga seperti misalnya kurangnya perhatian orang tua pada anak, atau kegiatan sehari-hari yang kurang baik dari orang tua kepada anak akan mempengaruhi hasil belajar mereka di sekolah. Faktor eksternal meliputi:

(5)

siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung metode belajar, dan tugas rumah; c) faktor masyakarat yang terdiri dari kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi kegiatan belajar yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal). Kedua faktor tersebut sangat berpengaruh terhadap proses belajar siswa dan hasil belajar siswa.

c. Prestasi Belajar

Prestasi belajar yang dikemukakan oleh Arifin (2009: 12) menyatakan bahwa kata “prestasi” berasal dari bahasa belanda yaitu

prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang

berarti “hasil usaha”. Istilah presatasi belajar (achievement) beda

dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahun. Sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak siswa. Prestasi adaalah hasil yang telah dicapai dari yang telah dilakukan/dikerjakan.

(6)

Pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil yang diperoleh setelah melakukan serangkaian usaha baik secara individu maupun perubahan kemampuan seseorang yang bersifat relatif tetap. Prestasi dapat diwujudkan baik secara individual maupun kelompok.

Menurut Arifin (2009: 12) Prestasi belajar memiliki beberapa fungsi utama, antara lain:

a. Prestasi belajar sebagai idikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa.

b. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. c. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. d. Prestasi belajar sebagai indikator interen dan ektern dari suatu

institusi pendidikan.

e. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator daya serap (kecerdasan siswa)

Dilihat dari fungsi prestasi belajar di atas, kita dapat mengetahui bahwa prestasi belajar merupakan hal yang penting untuk diketahui. Prestasi belajar bermanfaat untuk guru dalam melaksanakan proses pembelajaran didalam kelas agar dapat mengetahui perkembangan pada siswanya.

2. Ilmu Pengetahuan Sosial SD a. Pengertian Mata Pelajaran IPS

Pengertian pembelajaran IPS menurut Sapriya (2008: 6) “IPS

(7)

Triyanto (2010: 171) menyebutkan bahwa “pembelajaran IPS merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya”.

IPS atau studi sosial ini merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, filsafat, dan psikologi sosial.

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) menurut Barr et al dalam

Andriani (2014: 25) adalah, “integrasi dari ilmu-ilmu sosial dan

humaniora yang mencakup ekonomi, sejarah, geografi, hukum, politik, sosiologi, antopologi, filosofi, dan psikologi”. Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) mempelajari ilmu-ilmu sosial seperti ekonomi, geografi, sejarah, sosiologi, politik, filosofi, dan psikologi. Materi yang diajarkan oleh guru kepada siswa dimaksudkan agar siswa menjadi warga negara yang yang baik, selain itu pembelajaran IPS yang diajarkan guru kepada siswa dimaksudkan agar, siswa mempunyai sikap demokratis sehingga kelak mereka menjadi warga negara yang memiliki sikap demokratis.

(8)

b. Tujuan pembelajaran IPS

Tujuan pembelajaran IPS menurut Triyanto (2010: 176)

Tujuan utama IPS ialah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan trampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari, baik yang menimpa dirinya maupun yang menimpa masyarakat.

Tujuan pembelajaran IPS yang dilaksanakan di Sekolah Dasar adalah, agar siswa menjadi pribadi yang baik dan agar siswa mampu menghadapi masalahnya sendiri maupun permasalahan orang lain. Pembelajaran IPS sangat penting diberikan kepada siswa agar mereka peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat

Tujuan dipilihnya materi pembelajaran proklamasi kemerdekaan Indonesia dalam penelitian ini adalah, agar siswa dapat mengetahui proses proklamasi kemerdekaan Indonesia dan dapat menghargai jasa-jasa para pahlawan Indonesia. Materi pelajaran ini mengajarkan siswa agar memiliki rasa nasionalisme yang tinggi. c. Mata pelajaran IPS

(9)

Indikator yang terdapat dalam silabus KTSP materi proklamasi kemerdekaan Indonesia antara lain: “Menceritakan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di sekitar proklamasi (Peristiwa Rengasdengklok dan penyusunan teks proklamasi, detik-detik Proklamasi Kemerdekaan),” membuat riwayat singkat/ringkasan

tentang tokoh-tokoh penting dalam peristiwa proklamasi, misalnya: Soekarno, Moh. Hatta, A. Soebardjo dan Fatmawati, memberikan contoh cara menghargai jasa tokoh-tokoh kemerdekaan.

3. Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) a. Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin dalam Isjoni (2010: 15), “pembelajaran

(10)

Pembelajaran kooperatif dapat diterapkan untuk memotivasi siswa agar berani dalam mengemukakan pendapatnya, menghargai pendapat teman, dan saling memberikan pendapat. Kegiatan belajar yang dilakukan siswa biasanya dihadapkan dengan latihan-latihan soal atau pemecahan masalah. Pembelajaran kooperatif sangat baik untuk dilaksanakan karena siswa dapat bekerja sama dan saling tolong menolong mengatasi tugas yang dihadapinya.

Model pembelajaran kooperatif ini baik untuk membantu siswa memahami konsep yang sulit, dan berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis, bekerja sama, dan membantu teman. Pembelajaran kooperatif ini, melibatkan siswa aktif pada proses pembelajaran sehingga memberikan dampak positif terhadap kualitas interaksi dan komunikasi yang berkualitas dan dapat memotivasi siswa dalam belajar. Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Lungdren dalam Isjoni (2010: 13) adalah sebagai berikut:

(11)

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif tersebut menjelaskan bahwa, setiap siswa yang termasuk dalam satu kelompok harus mempunyai rasa solidaritas yang sama. Siswa dalam satu kelompok harus saling membantu satu sama lain. Hal tersebut dilakukan agar kelompok mereka dapat memperoleh predikat sebagai kelompok yang paling kompak dan baik di dalam kelas.

Model pembelajaran kooperatif juga dikemukakan oleh Lie (2008: 5) yang menyebutkan bahwa model ini muncul akibat dari paradigma terhadap pendidikan telah berubah, diantaranya:

(a)Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. (b) Siswa membangun pengetahuan secata aktif. (c) Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi siswa. (d) Pendidikan adalah interaksi pribadi di antara siswa dan interaksi antar guru dan siswa.

Model pembelajaran kooperatif yang dikemukaan oleh Lie, menjelaskan bahwa pengetahuan siswa dapat dibentuk dan dikembangkan sendiri oleh siswa. Guru terlibat dalam pengembangan kompetansi pada siswa, agar proses belajar siswa dapat berjalan dengan baik.

(12)

b. Pembelajaran Kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikemukakan oleh

Slavin (2005: 143) menyatakan bahwa “STAD merupakan salah satu

metode pembelajaran Kooperatif yang paling sederhana, dan model pembelajaran yang paling baik untuk permulaan bagi guru yang baru menggunakan pendekatan kooperatif”. STAD ini terdiri dari lima

komponen utama antara lain: presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, rekognisi tim

Pengertian STAD menurut Ray dalam Khan (2011) menyatakan bahwa STAD merupakan salah satu dari strategi pembelajaran, yang membantu meningkatkan kerja sama dan ketrampilan belajar. Metode tersebut dipilih agar siswa dapat berinteraksi dengan baik, dan dapat meningkatkan sikap positif terhadap pembelajaran. Secara singkat tahapan pelaksanaan model pembelajaran STAD adalah sebagai barikut: 1) Penyajian kelas, 2) Belajar kelompok, 3) Tes atau kuis, 4) Skor peningkatan individu, dan 5) Penghargaan kelompok.

Menurut Slavin (2005: 143) penjabaran lima komponen utama STAD antara lain:

a) Presentasi Kelas

(13)

penuh selama presentasi kelas, karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis, dan skor kuis mereka menentukan skor tim mereka.

b) Tim

Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan etnis. Fungsi utama dari tim adalah, memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi adalah untuk mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik. Tim adalah yang paling penting dalam STAD. Tiap poinnya, yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim harus melakukan yang terbaik untuk tiap anggotanya.

Pada penelitian yang akan dilaksanakan di SD Negeri 3 Tiparkidul. Peneliti akan membagi siswa dalam 7 kelompok. Jumlah tiap kelompoknya yaitu 4 orang siswa. Pembagian kelompok ini dimaksudkan agar setiap kelompok dapat menerima tugas dan dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya.

c) Kuis

(14)

individual. Siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis.

d) Skor Kemajuan Individual

Gagasan dibalik skor kemajuan individual adalah, untuk memberikan kepada siswa tujuan kinerja yang akan dapat dicapai apabila mereka bekerja lebih giat, dan memberikan kinerja yang lebih baik dari pada sebelumnya. Tiap siswa diberikan skor

“awal”, yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut

sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. e) Rekognisi Tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki fase-fase pembelajaran yang runtut. Fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD ini memuat tentang bagaimana cara mengajarkan atau melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan baik. Berikut ini adalah fase-fase dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD.

(15)

Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Fase Kegiatan Guru

Fase 1

Menyampaikan

tujuan dan

memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase 2

Menyajikan/menyam paikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan

siswa dalam

kelompok-kelompok belajar

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing

kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5

Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD mempunyai kelebihan dalam penerapannya pada saat pembelajaran, kelebihan model kooperatif tipe STAD adalah sebagai berikut:

1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Kelebihan model pembelejaran Kooperatif tipe STAD yang dikemukakan oleh Roestiyah (2001:17) dalam Gusniar, menyebutkan kelebihan pembelajaran STAD sebagai berikut:

(16)

masalah. (b) Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi. (c) Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhan belajarnya. (d) Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam diskusi. (e) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai, menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe STAD menyatakan bahwa, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini baik digunakan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan model ini, dapat membuat siswa lebih aktif saat mengikuti proses pembelajaran di dalam kelas.

Salah satu tahap dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah, rekognisi tim atau penghargaan kelompok. Pengahargaan kelompok ini diberikan apabila kelompok mempunyai hasil nilai yang baik, penghargaan kelompok tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan kelompok namun juga ditentukan oleh skor individu yang diperoleh setiap anggota kelompok.

Berikut ini adalah penentuan perhitungan skor dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD.

a) Menghitung skor individu

(17)

Tabel 2.2 Perhitungan skor perkembangan individu

No Nilai Tes Skor

Perkembangan 1 Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 poin 2 10 sampai 1 poin di bawah skor awal 10 poin 3 Skor awal sampai 10 poin di atas skor

awal

20 poin 4 Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 poin 5 Nilai sempurna (tanpa memperhatikan

skor awal)

30 poin

b) Menghitung skor kelompok

Skor kelompok ini dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan yang diperoleh anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok. Berikut ini tabel 2.3 kategori skor kelompok:

Tabel 2.3 Tingkat penghargaan kelompok

No Rata-rata tim Predikat

1 15 Tim Baik

2 20 Tim Sangat Baik

3 25 Tim Super

c) Pemberian hadiah dan pengakuan skor kelompok

(18)

penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan predikatnya.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang cukup sederhana. Hal ini dapat dilihat pada fase 2 dari fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD, yaitu adanya penyajian informasi atau materi pelajaran. Perbedaan model ini dengan model pembelajaran yang lainnya terletak pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD yang akan dilaksanakan oleh peneliti, bertujuan agar dalam proses pembelajaran siswa dapat belajar bagaimana menghargai perbedaan, mengalah untuk kepentingan kelompok, serta saling menghargai, dan menghormati pendapat orang lain.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah dilakukan. Dari penelitian tersebut dapat diketahui bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD cukup efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, seperti penelitian yang telah dilakukan Made Giantara,dkk (2014) tentang “ Pengaruh Penerapan Model Koopeartif Tipe

STAD Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD Gugus V

Kecamatan Marga” yang merupakan jenis penelitian eksperimen di SD di

(19)

pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap peningkatan hasil belajar siswa kelas V yang merupakan subjek dalam penelitian ini. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Ni Made Sunilawati, dkk (2013) dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil

Belajar Matematika di Tinjau Dari Kemampuan Numerik Siswa Kelas IV SD.” Penelitian eksperimen ini membuktikan bahwa penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap hasil belajar matematika.

Penelitian di atas relevan dengan penelitian ini, karena menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran, namun hal yang membedakan adalah penelitian ini menggunakan pendekatan PTK.

C. Kerangka pikir

(20)

Gambar 2.1 Kerangka berpikir penelitian

Berdasarkan kondisi di atas perlu adanya inovasi dalam pembelajaran IPS. Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil, yang memungkinkan bagi siswa untuk berbagi dan menambah pengetahuan bersama, membangun kerjasama dan siswa berlatih menerima perbedaan. Melihat karakteristik yang dimiliki pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka dilakukan tindakan untuk mencoba menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD, dengan harapan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPS, selain itu guru

Kondisi awal 1. Pembelajaran masih bersifat teacher centered, sehingga hasil belajar siswa rendah. 2. Guru masih

mengalami kesulitan dalam pemilihan model pembelajaran. 3. Guru sebelum menggunakan model CL tipe STAD

Tindakan Dalam

pembelajaran guru menggunakan pembelajaran CL tipe STAD

Siklus I

Siklus II

Kondisi akhir

Penggunaan model CL tipe STAD dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VA SD Negeri 3

(21)

kelas akan bertambah pengetahuan sikap dan ketrampilan akademiknya. Akibatnya akan meningkatkan profesionalisme dan kualitas guru.

D. Hipotesis Tindakan

Gambar

Tabel 2.1 Fase-fase Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Tabel 2.3 Tingkat penghargaan kelompok
Gambar 2.1 Kerangka berpikir penelitian Tiparkidul

Referensi

Dokumen terkait

maju dan negara-negara berkembang. Hal ini menjadi aspek esensial karena sifat korupsi yang semakin kompleks. dan canggih serta melibatkan aktor lintas negara. Misalnya

Paired Samples Test.

The result of the analysis was the description on frequency, types, forms, and markers of common and compound nouns used by both Indonesian and non- Indonesian writers as the

sejarah bangsanya sendiri, sehingga dengan sikap mereka menyebabkan sejarah yang selama ini ada menjadi terlupakan bahkan hilang karena Lampion, kepada masyarakat

Pemasaran merupakan bagian menejemen yang diterapkan secara strategis dalam perancanaan, pengaturan dan pengawasan dengan motifasi untuk mencapai keuntungan dengan

Pengontrolan seperti ini biasa digunakan untuk mengontrol pintu garasi yang bisa membuka dan menutup dengan pengontrolan jarak jauh.. Pengontrolan pintu ini menggunakan

SHELF LIFE DETERMINATION OF NON-DAIRY CREAMER USING ACCELERATED SHELF LIFE TESTING (ASLT) METHOD.. PENENTUAN UMUR SIMPAN KRIMER

Beton yang baik adalah beton yang mempunyai kuat tekan yang tinggi, kuat tarik tinggi, kuat lekat tinggi, susut kecil, tahan atas pengaruh cuaca, tahan terhadap zat kimia dan