• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab I ini dikemukakan tentang : latar belakang, rumusan masalah, tujuan, metode penelitian dan metode perencanaan dan perancangan.

I.1. Latar Belakang

Remaja sebagai generasi penerus memiliki posisi yang sangat penting dalam merencanakan masa depan bangsa. Pembinaan dan pengembangan generasi muda menjadi salah satu usaha yang utama dalam mewujudkan masa depan bangsa cerah.

Menurut buku ”Psikologi Remaja” karangan Sarlito W.Sarwono 2012 halaman 11, yang di

kutip dari (Muss, 1968). Remaja dalam arti adolescence (Inggris) berasal dari kata latin

adolescere yang artinya tumbuh ke arah kematangan. Kematangan di sini tidak hanya berarti kematangan fisik, tetapi terutama kematangan sosial-psikologis.

Pada buku yang sama, Organisasi Kesehatan Sedunia atau WHO (World Health Organization) Pada 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan social-ekonomi, sehingga secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut.

Remaja adalah suatu masa dimana :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan social-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri (Muangman, 1980).

Pada tahun-tahun berikutnya, definisi ini makin berkembang ke arah yang lebih konkret operasional. Ditinjau dari bidang kegiatan WHO, yaitu kesehatan, masalah yang terutama dirasakan mendesak mengenai kesehatan remaja adalah kehamilan yang terlalu awal. Berangkat dari masalah pokok ini WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja.

Beberapa tahun belakangan ini semakin marak pemberitaan tentang segi negative remaja di media cetak maupun elektronik, seperti tawuran pelajar, seks bebas, narkoba dan minum-minuman keras,seperti yang diterbitkan kompas.com pada hari Sabtu, 12 September

(2)

2

2009, yang di unduh pada tanggal 27 Oktober 2012, yaitu kasus akibat perilaku seks bebas pada kalangan remaja, paling banyak terdapat di Kabupaten Badung dan Denpasar, kata Koordinator Kita Sayang Remaja ( Kisara ) Bali, dr I Nyoman Sutarsa, SKed, di sela-sela Deklarasi Remaja Bali di Lapangan Puputan Badung, Bali.

Hal ini membuktikan adanya keresahan di kalangan masyarakat. Maka dari itu penyediaan fasilitas menjadi salah satu faktor penting dalam usaha pembinaan remaja dengan harapan melalui fasilitas yang tersedia dengan baik maka remaja dapat melakukan kegiatan yang sesuai dengan bakat dan minat mereka, sehingga nantinya kegiatan-kegiatan yang semula hanya bersifat kegemaran atau hobby bisa lebih berkembang menjadi kegiatan yang lebih serius dan terarah.

Untuk merealisasi hal tersebut, dibutuhkan suatu wadah yang bisa memberikan fasilitas bagi remaja, mengingat keadaan dan masa depan bangsa dengan segala tuntutan dan perkembangan remaja. Kurangnya fasilitas untuk kegiatan remaja merupakan masalah yang umumnya dihadapi oleh berbagai wilayah di Indonesia, termasuk Kabupaten Badung. Dimana komposisi Remaja di Kabupaten Badung menurut registrasi penduduk yang dijabarkan oleh Badan Pusat Statistik Kabupaten Badung “ Badung Dalam Angka 2010

sebanyak 67.237 jiwa. Jumlah Remaja di Kabupaten Badung merupakan komposisi yang sangat besar dengan peningkatan 0,95% per tahun. Penyediaan fasilitas bagi remaja tidak boleh berhenti dan harus terus dilaksanakan, serta harus terus disempurnakan sesuai dengan kondisi dan periodenya.

Bakat dan minat masyarakat khususnya remaja Kabupaten Badung pada bidang olahraga sangat besar, dapat dilihat saat Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV) Bali X di Jembrana September lalu, kontingen Badung berhasil mengumpulkan 76 medali emas, 60 perak dan 73 perunggu sekaligus menjadi juara umum. Hal ini untuk menyalurkan minat dan bakat dan dinamika remaja yang sedang berkembang dengan kegiatan yang berguna. (http://www.badungkab.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=4945&Itemid =27 27 Oktober 2012)

Menurut internet yang diunduh disitus eprints.undip.ac.id/7410/ tanggal 29 Oktober 2012 yang berisi tentang hasil penelitian dari Litbang yang dibuat dalam harian Kedaulatan Rakyat, 5 Januari 1999, menunjukkan bahwa lebih dari seperempat waktu remaja digunakan diluar rumah dan diisi dengan kegiatan rekreatif, dimana dari penelitian terhadap remaja ternyata 29.31 % waktu remaja didominasi oleh kegiatan rekreatif untuk mengisi waktu

(3)

3

luang. Penelitian ini juga menyarankan untuk membentuk berbagai kegiatan remaja yang bermanfaat. Kegiatan mengisi waktu senggang ini menjadi bagian dalam konteks kehidupan remaja dan akan sangat bermanfaat bagi pengembangan diri apabila fasilitas yang disediakan cukup menunjang sehingga dapat meminimalisir masuknya pengaruh negative yang menjadi sumber timbulnya masalah.

Dari uraian tersebut, di Kabupaten Badung perlu dikembangkan lagi wadah dalam bentuk Gelanggang Remaja sebagai wadah yang disediakan untuk melakukan berbagai kegiatan dalam rangka penyaluran minat dan bakat remaja yang sesuai dengan karakter remaja yang terus berkembang, sehingga remaja dapat berinteraksi, berkreasi dan berekreasi dengan sesamanya secara positif dan terarah. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan perencanaan dan perancangan Gelanggang Remaja di Kabupaten Badung yang menggunakan penekanan desain Arsitektur Bali, karena dengan penggunaan prinsip dan karakretistik desain Arsitektur Bali diharapkan Gelanggang Remaja yang direncanakan dapat mewadahi kegiatan remaja sesuai bakat dan minatnya serta mampu mencerminkan karakter remaja yang ingin ditampilkan melalui rancangan arsitektural .

I.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan dari uraian latar belakang di atas, maka diperlukan suatu upaya untuk perencanaan dan perancangan Gelanggang Remaja di Kabupaten Badung.Sehingga rumusan masalahnya dapat diuraikan sebagai berikut :

a) Gelanggang Remajaapa yang dibutuhkan oleh Remaja di Kabupaten Badung agar minat dan bakat remaja di bidang olahraga bisa tersalurkan ?

b) Ruangan apa saja yang harus ada padaGelanggang Remaja di Kabupaten Badung agar bisa memenuhi fasilitas remaja?

c) Seperti apa tampilan Gelanggang Remaja yang diperlukan oleh Kabupaten Badung yang bisa mencerminkan Arsitektur Bali ?

I.3. Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam perencanaan dan perancangan Gelanggang Remaja di Kabupaten Badung ini adalah membuat Gelanggang Remaja yang berskala Kabupaten, dimana dalam penggunaanya hanya melayani Wilayah Kabupaten dengan fasilitas utamanya berupa lapangan bola basket, voli, dan lapangan badminton/bulutangkis dan menampilkan tampilan arsitektur yang tidak melanggar aturan di Propinsi Bali.

(4)

4

I.4. MetodaPenelitian

Penelitian yang digunakan dalam perencanaan dan perancangan Gelanggang Remaja di Kabupaten Badung adalah proses penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Menurut Sugiyono. 2011” Metoda Penelitian Kuantitatif, Kualiatif, dan R&D” halamam 7 menyebutkan metoda

kuantitatif adalah metoda penelitian eksperimen dan survey, sedangkan yang termasuk dalam metoda kualitatif yaitu metoda naturalistik. Metode ini di bagi menjadi dua bagian yaitu :

I.4.1. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono. 2011” Metoda Penelitian Kuantitatif, Kualiatif, dan R&D

halamam 137 menyebutkan bahwa pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung

memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang

tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan ( wawancara ), kuesioner ( angket ), observasi ( pengamatan ), dan gabungan ketiganya.

A. Interview ( Wawancara )

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur

maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan melalui tatap muka ( face to face ) maupun dengan menggunakan telepon.

B. Kuesioner ( Angket )

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. C. Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai cirri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu wawancara dengan kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek alam yang lain.

(5)

5

I.4.2. Teknik Pengolahan Data

Data yang diperoleh dipilah kedalam kelompok – kelompok data, kemudian dilakukan seleksi yang menghasilkan data yang benar – benar diperlukan sesuai dengan batasan – batasan dan sepesifikasi proyek.

Proses pemrograman diawali dengan menganalisis fungsi, melalui identifikasi terhadap aktivitas, fasilitas, dan karakter masing – masing. Dengan teori pendukung , hasil identifikasi dianalisis secara kuantitatif akan memperoleh kapasitas dan besaran ruang, sedangkan secara kualitatif akan memperoleh berbagai persyaratan kualitas (performansi) dan hubungan ruang.

Data lapangan yang berhubungan dengan lokasi perencanaan, dianalisis berdasarkan spesifikasi Gelanggang Remaja untuk memperoleh lokasi site.Setelah itu dilakukan penetapan site dengan didasarkan pada besaran site yang telah diperoleh sebelumnya. Analisis site dilakukan menggunakan teori – teori perencanaan tapak dan konsep dasar, dengan cara mengidentifikasi dan menguraikan data site dan lingkungan sekitarnya. Kemudian diperoleh berbagai potensi dan kendala site (karakteristik), yang di gunakan dalam perencanaan dan perancangan selanjutnya.

Tahap sintesa dilakukan dengan menyusun konsep perencanaan dan konsep perancangan, dimana hasil – hasil dari analisis yang telah dilakukan akan dipadukan dengan berbagai teori yang mendukung, dengan tidak melupakan tema dan konsep dasar.

I.5. Metodelogi Perencanaan

Menurut buku “Dasar-Dasar Perencanaan Ruang” edisi kedua Mark Karlen 2007

halaman 2 tentang metodologi perencanaan adalah istilah yang mendeskripsikan tahapan dalam proses perencanaan ruang yang dimulai ketika permasalahan perencanaan dihadapkan pada desainer (dengan atau tanpa program) dan berakhir ketika mendapatkan bentuk perencanaan fisik, biasanya dalam bentuk diagram bubble atau blok plan. Dalam beberapa komunitas professional, hal ini di sebut proses pradesain yang artinya tahap pengumpulan, riset, analisis dan interpretasi data sebelum perencanaan sesunggunya. Proses dasar pembentukan sebuah program desain terdiri atas beberapa langkah, yang ditampilkan di sini secara singkat :

1. Wawancara

Pewawancara harus menyiapkan suatu set pertanyaan yang terorganisir dan konsisten mengarang pertanyaan sambil lalu tidak akan berhasil. Umumnya, disarankan untuk

(6)

6

membersatu set pertanyaan kepada orang yang hendak diwawancarai, beberapa waktu sebelumnya agar mereka dapat menjawab dengan tenang dan jika melibatkan pegawai mengurangi ketegangan saat wawancara.

2. Observasi ( Fasilitas yang sudah ada )

Observasi fasilitas-fasilitas yang sudah ada untuk melihat dan memahami proses operasional atau proses yang berkaitan dengan peralatan, seringkali ini merupakan bagian integral proses wawancara.

3. Pengorganisasian Koleksi Data ( program tahap pertama )

Data yang terkumpul diatur dalam format berurut, dan factor-faktor kuantitatif seperti luas meter persegi serta tabulasi furnitur dan fixtur, sehingga data dapat mudah dilihat dan diambil.

4. Analisis Data

Dengan terkumpulnya semua informasi, semua informasi, sebuah analisis konfrehensif mengenai factor-faktor perencanaan proyek harus dilakukan. Ketika sebuah proyek cukup besar untuk memerlukan analisis, proses analisis dapat dimulai dengan membuat atau menyesuaikan bagan organisasional yang sudah ada, mengidentipikasi alur otoritas, dan pengelompokan fungsi-fungsi.

5. Kesimpulan Data

Upaya pembuatan program harus disimpulkan dan didokumentasikan sebelum berlanjut ke tahap desain proyek. Dalam beberapa kasus, material program dicatat dalam bentuk informal dan digunakan oleh desainer sebagai alat desain internal; tidak diperlihatkan atau digunakan orang lain.

Referensi

Dokumen terkait

Saat ini pendataan status ekonomi masyarakat pada suatu wilayah misalnya kelurahan Karang Anyar RT.09 masih kurang objektif sebab tidak sinkronnya pendataan yang dilakukan

Penyerapan tenaga kerja merupakan jumlah tertentu dari tenaga kerja yang digunakan dalam suatu unit usaha tertentu atau dengan kata lain penyerapan tenaga kerja

192 / 393 Laporan digenerate secara otomatis melalui aplikasi SSCN Pengolahan Data, © 2018 Badan

5) Penelitian dan Pengembangan (Litbang) Dalam rangka menunjang perbaikan regulasi pengusahaan UCG diperlukan litbang UCG di Indonesia. Hal ini perlu dilakukan mengingat

Oleh karena itu, peristiwa turunnya Al Qur’an selalu terkait dengan kehidupan para sahabat baik peristiwa yang bersifat khusus atau untuk pertanyaan yang muncul.Pengetahuan

1. Adanya perasaan senang terhadap belajar. Adanya keinginan yang tinggi terhadap penguasaan dan keterlibatan dengan kegiatan belajar. Adanya perasaan tertarik yang

anita usia subur - cakupan yang tinggi untuk semua kelompok sasaran sulit dicapai ;aksinasi rnasai bnntuk - cukup potensial menghambat h-ansmisi - rnenyisakan kelompok

Pendapatan Desa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 71 ayat (2) bersumber dari pendapatan asli Desa terdiri atas hasil usaha, hasil aset, swadaya dan partisipasi, gotong