• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENERAPAN SISTEM KESELAMATAN KERJA DI PERUSAHAAN TOSHIBA, SANYO DAN TOYOTA 2.1 Visi dan Misi Perusahaan Perusahaan Toshiba Visi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PENERAPAN SISTEM KESELAMATAN KERJA DI PERUSAHAAN TOSHIBA, SANYO DAN TOYOTA 2.1 Visi dan Misi Perusahaan Perusahaan Toshiba Visi"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PENERAPAN SISTEM KESELAMATAN KERJA DI PERUSAHAAN TOSHIBA, SANYO DAN TOYOTA

2.1 Visi dan Misi Perusahaan 2.1.1 Perusahaan Toshiba

Visi perusahaan Toshiba adalah membangun suasana lingkungan kerja yang nyaman, meningkatkan produktivitas tinggi dan ditunjang oleh konsistensi kinerja karyawan.

Misi perusahaan Toshiba adalah menjaga karyawan nya agar selalu bekerja dengan perlindungan keselamatan kerja agar terhindar dari resiko bahaya kecelakaan kerja. (www.toshiba.co.jp)

2.1.2 Perusahaan Sanyo

Visi perusahaan Sanyo adalah melakukan berbagai inovasi yang berkesinambungan dalam meningkatkan kapasitas dan kualitas untuk berproduksi serta menciptakan pangsa pasar yang luas dengan image atau pandangan pasar yang positif terhadap produk yang dihasilkan oleh perusahaan.

Misi perusahaan Sanyo adalah berkomitment untuk memberikan produk yang istimewa. (http://digilib.mercubuana.ac.id)

2.1.3 Perusahaan Toyota

Visi perusahaan Toyota adalah berkomitmen untuk terus mengutamakan kepuasan pelanggan, senantiasa terus-menerus menciptakan inovasi terbaik, menjadi yang terdepan di antara operasi manufaktur Toyota di Asean, serta menjadi pemimpin dalam aliansi Toyota Grup di Indonesia.

Misi Perusahaan Toyota adalah menjadi pemimpin dalam industri otomotif di Indonesia, selalu memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi dan sosial, meningkatkan kesejahteraan melalui pembinaan kepercayaan dengan karyawan, dealer dan pemasok, memelihara kelangsungan lingkungan hidup dan keselamatan kerja dan menjunjung tinggi kemampuan individu tanpa mengesampingkan kerjasama tim. (www.scribd.com) oleh Widayu Rahmidha.

2.2 Kebijakan Anzen Daiichi dalam Perusahaan 2.2.1 Kebijakan Perusahaan Toshiba

(2)

Kebijakan perusahaan Toshiba adalah menerapkan sistem dan pengelolaan Anzen Daiichi bagi seluruh karyawan, mulai dari manajemen tingkat atas hingga bawah, berpegang teguh kepada “Komitment”, peduli kepada tenaga kerjanya, berkomitmen untuk masa depan perusahaan secara bersama, memprioritaskan dan menjunjung tinggi keselamatan kerja, berupaya selalu menciptakan suasana lingkungan kerja yang aman dan sehat.

Hal ini tentu sangat selaras dengan budaya dan kebiasaan masyarakat Jepang yang selalu memegang teguh terhadap komitment. Berikut dibawah ini adalah penjabaran beberapa komitment yang dilakukan di dalam perusahaan Toshiba, yaitu:

1) Memprioritaskan sistem Anzen Daiichi sebagai salah satu hal yang utama, berusaha untuk mencegah cedera dan melakukan perbaikan terus-menerus dalam pengelolaan sistem Anzen Daiichi.

2) Perusahaan Toshiba selalu melakukan pekerjaan sesuai dengan landasan peraturan yang berlaku serta selalu mengacu kepada standard prosedur yang berhubungan dengan konsep Anzen Daiichi.

3) Berupaya menghindari resiko terjadinya kecelakaan kerja dan menjaga kesehatan fisik dan mental semua karyawan.

4) Para subkontraktor yang terlibat pekerjaan dengan perusahaan Toshiba harus mematuhi peraturan Anzen Daiichi yang diterapkan di dalam perusahaan Toshiba.

5) Berkontribusi meningkatkan standard manajemen Anzen Daiichi bagi masyarakat di lingkungan terdekat. (www.toshiba.co.jp)

2.2.2 Kebijakan Perusahaan Sanyo

Kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja atau Anzen Daiichi mulai diberlakukan sejak tahun 2002, yaitu;

1) Sebagai perusahaan internasional yang menempatkan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai prioritas utama.

2) Selalu memperhatikan karyawan agar terhindar dari cedera.

3) Keselamatan dan kesehatan kerja adalah tanggung jawab pengusaha dan seluruh karyawan.

4) Perbaikan kondisi lingkungan kerja yang terintegrasi guna mencegah kecelakaan dan mengurangi timbulnya penyakit akibat pekerjaan serta membuat tempat kerja menjadi bersih, aman, efisien dan produktif.

(3)

5) Menetapkan tujuan dan sasaran untuk perbaikan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja agar terciptanya zero accident atau tidak ada kecelakaan sama sekali. 6) Mematuhi semua Undang-Undang tentang keselamatan dan kesehatan kerja yang

mencakup tingkat nasional dan internasional. (Annisa Mausulli, 2010:90)

2.2.3 Kebijakan Perusahaan Toyota

Ladasan peraturan yang mendasari kebijakan sistem Anzen Daiichi adalah sebagai berikut :

1) Kesehatan kerja diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal dan setiap tempat kerja wajib menyelenggarakan kesehatan kerja sesuai berdasarkan UU no.23 Tahun 1997.

2) Tenaga kerja dan setiap orang yang berada di tempat kerja perlu mendapat perlindungan atas keselamatan sesuai berdasarkan UU no.1 Tahun 1970.

3) Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan agama sesuai berdasarkan UU no.14 Tahun 1969. Adanya program keselamatan dan kesehatan kerja ini wajib diorganisasikan dan diselenggarakan untuk menjamin dan menjaga keselamatan hidup karyawan. (Sari Hikmahwati, 2002).

2.3 Sosialisasi Anzen Daiichi dalam Perusahaan

2.3.1 Sosialisasi Anzen Daiichi Perusahaan Toshiba

Sistem sosialisasi Anzen Daiichi di mulai dari direksi, manajemen dan karyawan untuk membentuk komite Anzen Daiichi. Perusahaan Toshiba mengatur kegiatan Anzen Daiichi di dalam lingkungan perusahaan, karena untuk menghindari terjadinya resiko. Perusahaan Toshiba berbagi informasi tentang sistem Anzen Daiichi kepada seluruh karyawan. Selama setahun sekali perusahaan Toshiba juga menanggani untuk di bagian Pengawas Keselamatan dan Kesehatan. Selain itu, perusahaan Toshiba mengadakan pertemuan dengan Komite Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pusat untuk membahas perihal tentang serikat pekerja dalam meningkatkan sistem manajemen Anzen Daiichi untuk seluruh karyawan. (www.toshiba.co.jp)

(4)

Perusahaan Sanyo mensosialisasikan dan menerapkan Anzen Daiichi kepada karyawan dengan membuat program-program setiap bulan yang bertemakan keselamatan, bertujuan agar selalu mengingatkan para karyawannya tentang himbauan- himbauan sebagai berikut: 1) Menghimbau para karyawan dengan melarang membawa motor menuju tempat kerja. 2) Memberikan perhatian khusus terhadap karyawan wanita dengan menfasilitasi kendaraan

antar jemput

3) Selalu mengingatkan karyawannya tentang peraturan rambu-rambu di dalam area kerja. 4) Memasang dan mengingatkan tentang lambang-lambang yang mendukung terciptanya

keselamatan dan kesehatan kerja di setiap area kerja masing-masing.

5) Memasang rambu atau simbol keselamatan yang terpasang pada setiap mesin-mesin yang digunakan.

6) Memasang rambu yang bertuliskan tentang gambar standard memakai pakaian kerja, penutup kepala, dan sepatu yang hygiene saat memasuki ruang produksi.

7) Memasang rambu pada pegangan tangga saat menuruni tangga, agar karyawan mudah mengerti.

8) Menyerukan rambu larangan merokok di area ruang tunggu dan untuk bahan yang mudah terbakar diberi rambu yang bertuliskan bahan mudah terbakar atau gambar api. (Annisa Mausulli, 2010:96)

2.3.3 Sosialisasi Anzen Daiichi Perusahaan Toyota

Pelaksanaan tentang sosialisasi atau kampanye Anzen Daiichi yang digunakan ke aspek yang lebih luas dalam beberapa sektor industri bertujuan untuk mendidik tenaga kerja dalam bekerja aman. Pandangan setiap perusahaan mengenai kampaye adalah untuk menarik pihak manajemen dan memberitahukan bahwa program kampanye keselamatan kerja dapat menghemat biaya, untuk mencapai target pada tenaga kerja. Meskipun banyak jenis sarana yang digunakan dalam menyampaikan pesan kampanye, misalnya; poster, video, film, dan lain-lain serta sarana penyampaian dari kampanye keselamatan kerja biasanya dikembangkan dengan tujuan untuk mendidik tenaga kerja dan meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan. Dengan demikian, sarana yang digunakan biasanya mengandung unsur-unsur yang mencoba untuk mengubah keyakinan dan pengetahuan serta berusaha untuk memotivasi dan mendorong khususnya dalam tindakan bekerja aman untuk seluruh karyawan. (Adi Setiyawan, 2012:9-10).

(5)

2.4 Penerapan Program Training Anzen Daiichi dalam Perusahaan 2.4.1 Program Training Anzen Daiichi Perusahaan Toshiba

Program training yang diterapkan bagi karyawan Toshiba adalah: Penerapan standar keselamatan dan kesehatan kerja (OHS), program pengendalian risiko kecelakaan, pemberian materi tentang cara mengetahui akan adanya darurat kecelakaan, memberitahukan peraturan sistem izin kerja, menganalisis tentang keselamatan kerja, menerapkan pengetahuan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. (http://www.kosultank3.com).

2.4.2 Program Training Anzen Daiichi Perusahaan Sanyo

Program training Anzen Daiichi yang diterapkan diantaranya adalah: Training tahunan tentang pemadaman kebakaran, pencegahan dan penangulangan kebakaran, training pertolongan pertama pada karyawan yang terluka, penerapan mengenai cara-cara teknis resusitasi (membuka jalan nafas) apabila terjadi gangguan fungsi jantung, cara menghentikan pendarahan, cara balut, cara pemasangan bidai dan cara pemindahan korban serta evakuasi. Selain itu, diajarkan pula langkah-langkah yang sistematis dalam memberikan pertolongan pertama. dimulai dari penggunaan APD (alat pelindung diri), mengamankan lokasi sekitar korban, memperkenalkan diri, memeriksa kesadaran korban, perbaiki posisi korban, membuka pakaian korban, membuka jalan nafas, membersihkan jalan nafas jika ada sumbatan, pemberian nafas buatan, penilaian sirkulasi, kompresi jantung luar, dan posisi pulih.

(Annisa Mausulli, 2010:102)

2.4.3 Program Training Anzen Daiichi Perusahaan Toyota

Menurut sumber data dari Dept. Toyota Institue, Safety Dojo (2012), Perusahaan Toyota mempunyai program Safety Training atau Safety Dojo. Pelatihan keselamatan dan kesehatan kerja sebagai langkah awal bagi karyawan untuk mengetahui tentang keselamatan kerja. Sehingga didalam pelatihan keselamatan kerja, dijelaskan mengenai keadaan yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja, misalnya: tindakan yang tidak aman dan kondisi tempat kerja yang tidak aman. Selain itu, karyawan dilatih untuk menduga bahaya yang ada di tempat kerja dan dilakukan simulasi mengenai proses terjadinya kecelakaan.

(6)

“Dojo” diambil dari bahasa Jepang yang artinya tempat yang luas yang digunakan untuk latihan. Pelatihan keselamatan kerja tersebut dilakukan di area safety dojo atau tempat latihan keselamatan. (Adi Setiyawan, 2012:30-31).

2.5 Sistem Manajemen Anzen Daiichi Secara Umum 2.5.1 Sistem Manajemen Perusahaan Toshiba

Sistem manajemen di perusahaan Toshiba yang diberlakukan adalah dengan membentuk suatu sistem standard manajemen, dimana standard manajemen tersebut didirikan dengan nama SOC (Standar Operasional Center), yang secara jelas mendefinisikan sistem manajemen mengenai nilai-nilai dan kode etik yang harus diperhatikan oleh semua karyawan. Semua perusahaan Toshiba yang ada di negara Jepang maupun perusahaan Toshiba di luar negeri wajib untuk menggunakan sistem SOC. Perusahaan Toshiba menjunjung tinggi terhadap kehidupan karyawannya, karena perusahaan Toshiba sangat memperhatikan kondisi keselamatan dan kesehatan para karyawannya. Selain itu terdapat pula program pendidikan yang memastikan semua karyawan benar-benar memahami dan mengamati SOC.

Pada bulan Mei 1990 terbentuklah SOC yang pertama, lalu secara perlahan SOC pun mulai mengalami perubahan perbaikan dari tahun ke tahun. Hingga pada bulan Oktober 2014 menerbitkan peraturan terbaru yaitu; menempatkan posisi tertinggi hak asasi manusia, manajemen distribusi dan kesadaran terhadap peraturan. Perusahaan Toshiba menerapkan standard yang wajib dipatuhi oleh semua dewan direksi, penasihat perusahaan, karyawan tetap maupun karyawan kontrak. (www.toshiba.co.jp)

2.5.2 Sistem Manajemen Perusahaan Sanyo

Sistem manajemen di perusahaan Sanyo dilakukan secara tim, dimana tim yang dibentuk tersebut sangat rinci mengenai tanggung jawab masing-masing posisi dalam tim tersebut, yaitu : Wakil presiden direktur (sebagai pimpinan puncak perusahaan Sanyo bertanggung jawab mengesahkan tujuan dan sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja perusahaan). Wakil manajemen (bertanggung jawab untuk menerima tujuan dan sasaran

Keselamatan dan Kesehatan Kerja). HRD K3 (bertanggung jawab mempersiapkan

rancangan tujuan dan sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja perusahaan). Departemen atau Section (bertanggung jawab untuk membuat tujuan dan sasaran Keselamatan dan Kesehatan Kerja). (Annisa Mausulli, 2010:89)

(7)

2.5.3 Sistem Manajemen Perusahaan Toyota

Sistem manajeman perusahaan Toyota dimulai dari perumusan mengenai tanggung jawab dan wewenang organisasi sistem Anzen Daiichi agar tercapainya pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja tersebut menjadi maksimal, setiap Divisi atau Department memiliki tanggung jawab dan peran demi tercapainya pelaksanaaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. Tugas dan wewenang sebagai berikut; Director Plant (Menetapkan kebijakan K3, menunjuk wakil manajemen yang bertanggung jawab terhadap implementasi sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, menyediakan

sumber daya yang diperlukan, memotivasi seluruh jajaran), Division Head (Menetapkan

obyektif dan target di divisinya, mengembangkan strategi untuk mencapainya, mengajukan struktur organisasi K3 dan budget di divisinya, mengembangkan para staff di divisinya, mengembangkan jaringan komunikasi dengan supplier, kontraktor dan konsumen lainnya yang terkait), Management Representative (Management Representative bertanggung jawab kepada Director Plant, sedangkan Division Head bertanggung jawab kepada Management Representative, memastikan bahwa proses yang berhubungan dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja diterapkan secara efektif dan efisien serta terpelihara kesinambungannya, melaporkan hasil internal audit dan beberapa hal penting kepada Division Head untuk dipakai sebagai dasar perbaikan, memastikan bahwa persyaratan pelanggan dipahami oleh seluruh organisasi, mewakili perusahaan dalam kegiatan yang berkaitan dengan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja, meningkatkan efektifitas pelaksanaan komunikasi internal serta melakukan media komunikasi manajemen secara lintas atau antarfungsi dan antarpersonel yang ada di perusahaan

Toyota), Department Head (Menetapkan obyektif dan target di departemennya, membuat

activity plan untuk mencapainya, mengembangkan kemampuan para staff di departemennya). (Sumber PAD Karawang Plant : hasil kerja praktek di PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia Plant Karawang).

2.6 Perolehan Sertifikasi Keselamatan Kerja Perusahaan 2.6.1 Sertifikat Perusahaan Toshiba

Pada tahun 2007 perusahaan Toshiba memperoleh sertifikat OHSAS 18001 dengan standar sertifikat internasional untuk keselamatan kerja dan sistem manajemen Anzen Daiichi. Sumber : PT. Toshiba Indonesia. 2.6.2 Sertifikat Perusahaan Sanyo

(8)

Pada tahun 2008 perusahaan Sanyo memperoleh sertifikat OHSAS 18001. Sumber: PT. Sanyo Jaya Component Indonesia.

2.6.3 Sertifikat Perusahaan Toyota

Pada tahun 2009 perusahaan Toyota memperoleh sertifikat OHSAS 18001. Sumber: PT. Toyota Motor Manufaturing Indonesia

2.7 Pengertian Standar Operasional Prosedur Anzen Daiichi Secara Umum

Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu panduan yang menjelaskan secara terperinci tentang bagaimana suatu proses harus dilaksanakan dan dijalankan oleh semua karyawan. SOP juga mempunyai fungsi dan manfaat yang dapat memberikan dampak positif terhadap semua karyawan.

2.7.1 Fungsi Standar Operasional Prosedur

Fungsi Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah untuk mendefenisikan semua konsep dan teknik dalam setiap kegiatan yang dituangkan ke dalam suatu bentuk yang langsung dapat digunakan oleh karyawan dalam pelaksanaan kegiatan sehari-hari. SOP yang dibuat harus menyertakan langkah kegiatan yang harus dijalankan oleh semua karyawan dengan cara yang sama. Oleh sebab itu, SOP dibuat dengan tujuan memberikan kemudahan dan menyamakan presepsi semua orang yang berkepentingan sehingga dapat lebih dipahami dan dimengerti.

2.7.2 Manfaat Standar Operasional Prosedur

Manfaat yang ditimbulkan apabila terdapat SOP adalah sebagai berikut: Menjelaskan secara detail semua kegiatan dari proses yang dijalankan, standarisasi semua aktifitas yang dilakukan pihak yang bersangkutan, membantu untuk menyederhanakan semua syarat yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan, dapat mengurangi waktu pelatihan karena kerangka kerja sudah distandardkan, membantu menganalisa proses yang berlangsung dan memberikan feedback bagi pengembangan SOP, dapat meningkatkan konsistensi pekerjaan karena sudah ada dalam arahan yang jelas, serta dapat meningkatkan komunikasi antar pihak-pihak yang terkait, terutama karyawan dengan pihak-pihak manajemen perusahaan.

2.7.3 Bentuk dan Cara Penulisan Standar Operasional Prosedur 2.7.3.1 Bentuk Penulisan Standar Operasional Prosedur

Tujuan utama dari pembuatan Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah memberikan kemudahan bagi para orang yang berkepentingan dalam membacanya,

(9)

sehingga orang tersebut dapat mengerti dan dapat menjalankan prosedurnya dengan benar. Oleh sebab itu diperlukan suatu pertimbangan untuk dapat menentukan bentuk SOP yang digunakan, yaitu jumlah keputusan yang akan diambil dan jumlah langkah yang akan dilakukan dalam suatu proses.

Berikut macam-macam bentuk SOP yang dapat dipilih untuk digunakan : 1) Simple Steps

Bentuk SOP ini dipakai untuk prosedur rutin yang singkat dan tidak terlalu membutuhkan banyak keputusan.

2) Hierarchical Steps

Bentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang (lebih dari 10 langkah) tetapi tidak memerlukan banyak keputusan. Bentuk ini memudahkan orang yang sudah berpengalaman karena bagian dari masing-masing langkah dijelaskan secara terperinci. Sedangkan untuk orang baru, dapat memudahkan untuk mempelajari prosedur tersebut.

3) Graphic Procedures

Bentuk ini dipakai untuk prosedur yang cukup panjang (lebih dari 10 langkah) tetapi ini tidak memerlukan banyak keputusan, sama seperti Hierarchical Steps. Grafik dapat membantu menyederhanakan suatu proses dari bentuk yang panjang menjadi bentuk yang singkat. Gambar ataupun diagram juga dapat digunakan untuk mengilustrasikan apa yang menjadi tujuan dari suatu prosedur.

4) Flowchart

Flowchart merupakan grafik sederhana yang menjelaskan langkah-langkah prosedur dalam pembuatan suatu keputusan. Bentuk flowchart digunakan untuk prosedur yang memiliki banyak keputusan. Dalam pembuatan SOP bentuk flowchart ini diperlukan simbol-simbol yang dapat membantu menjelaskan setiap langkah.

2.7.3.2 Cara Penulisan Standar Operasional Prosedur

Standar Operasional Prosedur (SOP) dapat dikaitkan baik jika semua yang tertulis didalamnya dapat dibaca dan dimengerti oleh setiap orang yang menggunakannya. Oleh sebab itu, diperlukan suatu cara yang benar dan efektif dalam pembuatan (SOP) seperti berikut ini;

(10)

Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam kalimat yang pendek, karena kalimat yang panjang lebih susah dimengerti. Menuliskan setiap tahapan proses pada suatu prosedur dalam bentuk kalimat perintah. Kalimat perintah menunjukan langsung apa yang harus dilakukan, mengkomunikasikan dengan jelas setiap kata yang digunakan pada suatu prosedur, menggunakan istilah-istilah atau singkatan yang memang sudah umum digunakan dalam kegiatan sehari-hari, pembuatan standar operasional prosedur harus dengan format yang konsisten, sehingga pihak yang menggunakan menjadi terbiasa dan mudah.

Berikut susunan isi standar operasional prosedur: 1) Lembar Data Dokumen (Document Data Sheet)

Berisi tentang semua informasi yang mewakili dokumen itu sendiri, antara lain nama dokumen, siapa yang membuat, kapan dokumen disetujui, siapa yang menyetujui, ringkasan dari isi dokumen, dan lain-lain.

2) Tujuan dan Ruang Lingkup

Berisi tentang penjelasan tujuan dibuatnya prosedur dan alasan mengapa prosedur tersebut dibutuhkan serta penjelasan batasan-batasan dan area pembahasan prosedur yang dibuat.

3) Prosedur

Prosedur merupakan bagian utama dari dokumen. Prosedur yang dibuat merupakan gambaran dari suatu proses yang menjelaskan dalam detail setiap urutan prosesnya. Form yang digunakan pada suatu proses juga dijelaskan.

4) Tugas dan Tanggung Jawab

Berisi tentang tugas dan tanggung jawab masing-masing pihak yang terkait dalam suatu proses.

2.7.4 Pelaksanaan Standar Operasional Prosedur

Ada tujuh tahapan atau langkah yang dapat digunakan untuk membuat suatu prosedur yang baik dan memaksimalkan semua potensi yang ada, antara lain sebagai berikut :

1) Menentukan tujuan yang ingin dicapai.

Langkah awal yang harus dilakukan adalah menentukan tujuan yang ingin dicapai. Suatu prosedur akan berjalan dengan baik apabila dirancang dengan tujuan yang spesifik yang

(11)

ingin dicapai. Selanjutnya menentukan tujuan akhir oleh perusahaan melalui manajemen yang baik dengan SOP yang sudah dibuat.

2) Membuat rancangan awal.

Setelah tujuan selesai dibuat, langkah selanjutnya adalah menentukan bentuk SOP yang akan digunakan. Jika bentuk awalnya adalah flowchart, langkah awalnya adalah menentukan point utama yang menjadi pokok permasalahan. Selanjutnya, menentukan keputusan tentang apa yang dibutuhkan oleh karyawan untuk dilakukan tindakan penanganannya. Dalam membuat rancangan awal disarankan tidak membuat secara detail, sampai didapatkan prosedur yang benar-benar sesuai dengan kenyataan.

3) Melakukan evaluasi internal.

Setelah prosedur selesai dibuat, lakukan evaluasi dengan cara menyerahkan prosedur kepada orang-orang yang bersangkutan. Dengan menyerahkan tersebut diharapkan dapat menerima saran-saran perbaikan sehingga dapat dilakukan perbaikan supaya menjadi mengerti dan lebih akurat.

4) Melakukan evaluasi eksternal.

Hal yang paling penting dalam melakukan evaluasi eksternal adalah keberadaan tim penasehat yang berasal dari perusahaan. Tim penasehat tersebut akan menilai dan mengevaluasi secara murni berdasarkan ilmu yang dimiliki dan hasil perbandingan dengan perusahaan lain yang sejenis.

5) Melakukan uji coba.

Satu-satunya cara untuk mengetahui prosedur yang dibuat sudah efektif yaitu dengan mencoba menjalankan langsung prosedur tersebut. Setelah dijalankan langsung, maka akan diketahui apakah ada langkah-langkah pada prosedur yang tidak benar dan tidak sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.

6) Menempatkan prosedur pada unit terkait.

Setelah dilakukan uji coba, SOP diletakan pada bagian atau unit yang terkait. Peletakan SOP sebaiknya pada tempat yang memungkinkan setiap orang yang berkepentingan dapat melihat dengan mudah. Jika memungkinkan, prosedur dicetak dalam ukuran yang besar sehingga para operator dapat dengan mudah melihat dan membacanya.

(12)

Langkah terakhir yang harus dilakukan dalam pembuatan SOP adalah menjalankan prosedur yang sudah dibuat sesuai dengan rancangan yang sudah dibuat. Pastikan semua pihak bersangkutan mengerti mengapa pelaksanaan SOP harus benar-benar dijalankan. (https://k3-community.com).

2.7.5 Penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) Perusahaan Toshiba

Perusahaan Toshiba menjalankan Anzen Daiichi atau K3 dengan membuat peraturan atau pedoman-pedoman kerja berupa SOP (Standar Operasional Prosedur) yang menyangkut keselamatan dan kesehatan kerja. Manajemen pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja sangat menentukan, karena suatu organisasi dengan program keselamatan kerja yang baik, tidak akan berhasil tanpa dukungan dari manajemen. Dukungan dari manajemen dapat dibuat dengan tertulis bahwa manajemen mempunyai komitmen terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, dan dukungan tersebut harus diikuti dengan penyediaan dana dan perhatian yang cukup. Peraturan perusahaan dapat bersifat umum dan khusus. Peraturan perusahaan yang bersifat umum berlaku untuk seluruh kegiatan yang ada. Peraturan yang bersifat khusus dibuat pada masing-masing kegiatan, karena masing-masing kegiatan tersebut memiliki potensi bahaya yang berbeda, sehingga harus dibuat peraturan khusus yang lebih spesifik. (www.toshiba.co.jp)

2.8 Pengertian Alat Anzen Daiichi Secara Umum

Alat Pelindung Diri (APD) adalah kelengkapan yang wajib digunakan saat bekerja sesuai bahaya dan risiko kerja untuk menjaga keselamatan pekerja dan orang di sekelilingnya. Agar karyawan merasa aman dan terhindar dari kecelakaan kerja, maka karyawan harus menggunakan alat perlindungan diri.

(http://id.m.wikipedia.org) 2.8.1 Jenis-jenis APD

1) Alat Pelindung Kepala

Topi Pelindung atau Pengaman (Safety Helmet): Melindungi kepala dari benda keras, pukulan dan benturan, terjatuh dan terkena arus listrik.

2) Alat Pelindung mata dan muka

Melindungi muka dan mata dari lemparan benda-benda kecil, benda-benda panas, pengaruh cahaya, dan pengaruh radiasi tertentu.

(13)

Penutup telingga (earplug) : Dapat mengurangi intensitas suara 10 s/d 15 dB. Tutup telinga ( ear muff ): Dapat mengurangi intensitas suara 20 s/d 30 dB. 4) Safety Belt

Berguna untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh, biasanya digunakan pada pekerjaan konstruksi dan memanjat. Harus dapat menahan beban sebesar 80 Kg. 5) Alat Pelindung Pernafasan

Masker berguna untuk melindungi debu atau partikel-partikel yang lebih besar yang masuk dalam pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan ukuran pori-pori tertentu. 2.8.2 Kelemahan APD

Kemampuan perlindungan yang tak sempurna karena (memakai APD yang kurang tepat,cara pemakaian APD yang salah, APD tak memenuhi persyaratan standar), APD yang sangat sensitive terhadap perubahan tertentu, dan APD dapat menularkan penyakit, bila dipakai berganti-ganti. (http://hiperkes.com)

Selain itu, dasar hukum menyatakan bahwa peralatan perlindungan diri berdasarkan pada Undang-undang No. 1 Tahun 1970 Bab IX pasal 13 tentang kewajiban bila memasuki tempat kerja yang berbunyi: “Barang siapa akan memasuki tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan”. (http://bppi.kemenperin.go.id)

Semua jenis APD harus digunakan sebagaimana mestinya, APD digunakan dengan pedoman yang benar-benar sesuai standard keselamatan dan kesehatan kerja, agar para karyawan bisa bekerja dengan aman.

2.9 Penggunaan Alat Anzen Daiichi pada Perusahaan

2.9.1 Penggunaan Alat Anzen Daiichi Perusahaan Toshiba

Perusahaan Toshiba memiliki alat keselamatan kerja sebagai berikut: pelindung mata, pelindung wajah, pelindung kepala, alat respirator (sistem pernapasan), pakaian anti panas (melindungi badan), dan sepatu safety (kaki). (www.toshiba.co.jp)

2.9.2 Penggunaan Alat Anzen Daiichi Perusahaan Sanyo

Perusahaan Sanyo adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang produksi elektronik, dimana proses produksinya diharuskan selalu hygiene, serta menggunakan bahan kimia, dan suhu ruangan yang dingin. Oleh karena itu, karyawan yang menangani proses produksi

(14)

diharuskan menggunakan pakaian, tutup kepala, masker dan sepatu yang bersih apabila masuk ruang produksi.

APD (alat pelindung diri) tersebut digunakan untuk melindungi karyawan dari suhu dingin di ruangan sehingga tidak menganggu kesehatan karyawan serta gerakan karyawan saat bekerja dan melindungi kulit karyawan dari tumpahan maupun cipratan bahan kimia. Sedangkan penyediaan masker oleh perusahaan ini juga sudah tepat karena dengan menggunakan masker, pernapasan karyawan terlindungi dari paparan bahan kimia yang dapat menyebabkan ISPA.

Selain itu, Hal ini bukan hanya untuk menjamin kebersihan komponen yang digunakan untuk memproduksi elektronik tetapi juga untuk menjamin keselamatan dan kesehatan para karyawan selama bekerja. Perusahaan juga mempunyai area yang menghasilkan kebisingan, yaitu area produksi, mechanical room dan genset. Pada area genset disediakan pelindung telinga, jenis pelindung telinga yang digunakan adalah earplug dan ear muff.

(Annisa Mausulli, 2010:111).

2.9.3 Penggunaan Alat Anzen Daiichi Perusahaan Toyota

Perusahaan Toyota mempunyai Alat Pelindung Diri pada Peraturan Kerja 1992 yang harus digunakan oleh karyawan sebagai berikut: Pelindung Kepala (Helm), Pelindung Mata (Kacamata), Pelindung wajah (kedok las) Pelindung Hidung (masker), Pelindung Telinga (ear plug dan ear muff), Pelindung Tangan (sarung tangan), Pelindung badan (baju khusus), Pelindung kaki (sepatu safety), Sabuk Pengaman (Safety belt).

Sumber Modul K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja : PT TMMI (Toyota Motor Manufacturing Indonesia) Divisi Castimg-Core RCS.

Referensi

Dokumen terkait