• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keyword: Creative Thinking Skills, Project Based Learning, Problem Based Learning, Ecology. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keyword: Creative Thinking Skills, Project Based Learning, Problem Based Learning, Ecology. 1"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 PERBEDAAN KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF PESERTA DIDIK

YANG PROSES PEMBELAJARANNYA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL) DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA KONSEP EKOLOGI

(Studi Eksperimen di Kelas X MIA Semester Genap MAN 2 Kota Tasikmalaya) THE DIFFERENCE OF STUDENTS’ CREATIVE THINKING SKILLS THAT

LEARNING PROCESS USING PROJECT BASED LEARNING (PJBL) MODEL AND PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MODEL IN EOLOGY

CONCEPT

(Study Experiment In Grade X MIA of MAN 2 Kota Tasikmalaya) Maria Ulfa, H. Endang Surahman, Suharsono

mariaulfa677@gmail.com

Biology Department Faculty of Educational Sciences And Teacher’s Training Siliwangi University Tasikmalaya

Jl. Siliwangi No.24 Post Code 164 Tlp. (0265) 330634 Tasikmalaya 46115 Email: info@unsil.ac.id

ABSTRACT

This research is conducted to identify the difference of students’ creative thinking skills that learning process using Project Based Learning (PjBL) model and Problem Based Learning (PBL) model in ecology concept in the tenth grade of MAN 2 Tasikmalaya.

This research is conducted on January until May 2017. The method of this research uses pre-experiment. The population of this reasearch is all of the tenth grade classes of MAN 2 Tasikmalaya as many as 99 students of 3 classes. The sample of this research is two classes of the population which is taken by cluster random sampling technique. The sample are the students of X MIA 1 that learning process using project based learning model grade in total 34 students and the students of X MIA 2 that learning process using problem based learning model grade in total 33 students. The research instrument is a test of creative thinking in the form of verbal creativity tests on ecology concept. This test is a description of 24 items with six tests and each test consists of 4 questions. The technique of data analysis in this research is t-experiment with its significant (α) = 5% To know whether the creative thinking affect the learning achievement of learners or not.

Based on the research and data analysis, it indicates that there is the difference of students’ creative thinking skills that learning process using Project Based Learning (PjBL) model and Problem Based Learning (PBL) model in ecology concept in the tenth grade in MAN 2 Kota Tasikmalaya.

Keyword: Creative Thinking Skills, Project Based Learning, Problem Based Learning, Ecology.

(2)

2 ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta didik yang proses pembelajarnya menggunakan model pembelajaran project based learning (PjBL) dan model pembelajaran problem based leaning (PBL) pada konsep ekologi di kelas X MIA MAN 2 Kota Tasikmalaya.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 sampai bulan Mei 2017. Metode penelitian menggunakan pre-eksperimen dengan populasi seluruh kelas X MIA MAN 2 Kota Tasikmalaya sebanyak tiga kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 99 orang. Sampel yang digunakan sebanyak dua kelas yang diambil dengan teknik cluster random sampling, yaitu kelas X MIA 1 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran project based learning dengan jumlah peserta didik 34 orang dan kelas X MIA 2 yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran problem based learning dengan jumlah peserta didik 33 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes. Instrumen penelitian adalah tes keterampilan berpikir kreatif berupa tes kreativitas verbal pada konsep ekologi. Tes ini berupa uraian sebanyak 24 butir soal dengan enam tes dan setiap tes terdiri dari 4 soal. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji t dengan taraf signifikan (α) = 5% untuk mengetahui apakah keterampilan berpikir kreatif mempengaruhi pencapaian belajar peserta didik atau tidak.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, menunjukkan ada perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta didik yang proses pembelajarnya menggunakan model pembelajaran project based learning (PjBL) dan model pembelajaran problem based leaning (PBL) pada konsep ekologi di kelas X MIA MAN 2 Kota Tasikmalaya.

Kata Kunci: Keterampilan Berpikir Kreatif, Project Based Learning, PjBl, Problem Based Learning,PBL, Ekologi.

(3)

3 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tantangan utama dunia pendidikan Indonesia dewasa ini dan dimasa depan adalah kemampuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber daya manusia tersebut dipengaruhi oleh kualitas pendidikannya. Berbagai upaya perbaikan mutu dan kualitas dibidang pendidikan terus dilakukan sampai saat ini, baik dalam hal kurikulum, sumber buku, alat peraga, tenaga pengajar, fasilitas pendidikan yang menunjang kelancaran dan tujuan pendidikan.

Pada tahun 2014, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah memberhentikan Kurikulum 2013 karena dinilai masih kurang sempurna. Setelahnya pada awal tahun 2016, kurikulum 2013 dinyatakan sudah selesai revisi. Dengan selesainya revisi kurikulum 2013 pelaksanaan akan berlangsung secara bertahap. Artinya dalam pelaksanaan tahun pelajaran 2016/2017 masih akan terjadi dualisme implementasi kurikulum, yaitu KTSP dan K-13. (Huda, Nur Kholik, 16 Januari 2017)

Adapun permasalahan khususnya dalam dunia pendidikan salah satunya kualitas pengajar (guru). Sebaik dan sebagus apapun kurikulum yang disusun dengan sempurna serta disokong peralatan dan biaya yang memadai, tetap tidak akan menjamin keberhasilan, karena sebagian besar keberhasilan terletak di profesionalisme seorang tenaga pengajar, yang kita kenal dengan sebutan guru. Hal tersebut ditegaskan oleh Surya, Mohamad (2014) bahwa “Guru dalam tugas utamanya untuk mengajar, sekaligus ia sebagai pembelajar. Upaya memperbaiki proses pengajaran akan dapat dilakukan dengan baik apabila guru mampu membuat keputusan dengan tepat berkenaan dengan peserta didik, isi pembelajaran, dan pengajaran”.

Biologi merupakan salah satu mata pelajaran disekolah yang diharapkan dapat mencapai tujuan pendidikan nasional yang ada dan merupakan wahana untuk meningkatkan ilmu pengetahuan, keterampilan sikap, serta tanggungjawab terhadap lingkungan. Oleh karena itu untuk menciptakan situasi lingkungan belajar yang bermakna dan nyaman guru harus mempunyai banyak keterampilan dalam merencanakan program pembelajaran. Faktanya, menurut Purnamaningrum, Arifah, et.al. (2013) dalam penelitiannya diperoleh informasi bahwa “Selama ini aktivitas pembelajaran disekolah masih menekankan pada perubahan kemampuan berpikir tingkat dasar dan belum memaksimalkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang sangat berguna bagi perkembangan mental dan perubahan pola pikir peserta didik”. Salah satu keterampilan berpikir tingkat tinggi yang dapat dikembangkan di sekolah adalah keterampilan berpikir kreatif.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan salah satu guru mata pelajaran Biologi pada tanggal 8 Desember 2016 di MAN 2 Kota Tasikmalaya menjelaskan bahwa pembelajaran Biologi yang biasa dilakukan masih belum memberdayakan potensi berpikir peserta didik secara optimal,

(4)

4 guru hanya mengukur aspek kognitif peserta didik pada tingkat ingatan dan pemahaman terhadap konsep yang tersedia sebatas untuk persiapan dalam menjawab soal-soal ujian dan belum pernah mencoba untuk mengukur keterampilan berpikir tingkat tinggi terutama keterampilan berpikir kreatif.

Akibatnya peserta didik merasa kesulitan dalam memecahkan berbagai masalah yang terkait dengan Biologi karena tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya. Belum terlatihnya keterampilan berpikir kreatif juga dikarenakan guru kurang memahami mengenai keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal tersebut menjadi penyebab pembelajaran yang berlangsung hanya berorientasi pada keterampilan berpikir kreatif tanpa meningkatkan aktivitas pembelajaran dan potensi keterampilan berpikirnya.

Melihat kenyataan tersebut, perlu usaha untuk meningkatkan keterampilan berpikir tingkat tinggi diantaranya model pembelajaran yang dapat melibatkan penuh peserta didik secara aktif dan kreatif selama proses pembelajaran yaitu model Project Based Learning (PjBL) dengan model Problem Based Learning (PBL). Hal tersebut diperkuat oleh fakta menurut Mufida, Aima. et.al. (2015) bahwa “Dengan menggunakan model Problem Based Learning aktivitas peserta didik akan meningkat. Peserta didik akan lebih aktif bertanya, bertukar informasi, serta menyampaikan pendapatnya selama diskusi berlangsung untuk mendapat solusi dari permasalahan”. Dan diperkuat oleh Luthvitasari, Navies. et.al. (2012) bahwa “Model Project Based Learning dapat meningkatkan aspek keterampilan berpikir tingkat tinggi dan memberikan pengaruh terhadap peningkatan keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik”.

Ke dua model tersebut sama-sama menyajikan suatu masalah pada awal proses pembelajarannya, hanya saja hasil akhir dari pembelajarannya berbeda. Pada model project based learning peserta didik dituntut harus menghasilkan suatu produk untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru melalui suatu proyek. Sedangan pada model problem based learning peserta didik diharuskan untuk meyajikan solusi dari permasalahan yang diberikan oleh guru namun tidak diharuskan untuk menghasilkan suatu produk.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut : “Adakah perbedaan keterampilan berpikir kreartif peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model project based learning dengan model problem based learning pada konsep Ekologi di kelas X MIA MAN 2 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2016/2017 ?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan

(5)

5 model project based learning dan model problem based learning pada konsep Ekologi di kelas X MIA MAN 2 Kota Tasikmalaya.

D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan kreatifitas khususnya dalam pendidikan sains berupa teori-teori bagi para peneliti dan pihak lain, serta hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan yang berharga dalam permasalahan baru yang perlu dikaji lebih lanjut.

2. Kegunaan Praktis a. Bagi Sekolah

1) Memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak sekolah dalam menentukan menentukan model-model pembelajaran yang tepat dalam rangka meningkatkan kreativitas dan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.

2) Memberikan bantuan pengetahuan mengenai model project based learning dan problem based learning terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik.

b. Bagi Guru

1) Memberikan sumbangan pemikiran, pengetahuan, dan informasi kepada guru mengenai penerapan model pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2) Memberikan informasi dan wawasan mengenai pentingnya suatu

strategi pembelajaran terhadap keterampilan berpikir kreatif peserta didik.

c. Bagi Peserta didik

1) Terlatihnya pengetahuan peserta didik mengenai keterampilan berpikir kreatif dalam belajar, menanamkan sikap ilmiah, banyak menemukan hal yang baru, dan memberikan wawasan yang luas. 2) Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif serta meningkatkan

kreativitas peserta didik dalam belajar.

3) Membantu peserta didik untuk memahami materi pelajaran serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

d. Bagi Peneliti

1) Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam merancang atau menyiapkan suatu strategi pembelajaran yang efektif. Sehingga akan menjadi bekal kelak ketika terjun langsung ke masyarakat menjadi seorang guru yang professional.

2) Sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih jauh mengenai pembelajaran Biologi untuk mengembangkan keterampilan berpikir kreatif baik pada tema yang sama maupun pada tema yang berbeda.

(6)

6 METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre experiment. Menurut Arikunto, Suharsimi (2013:123) Pre experiment seringkali dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Oleh karena itu, sering disebut juga dengan istilah quasi experiment atau eksperimen pura-pura, karena eksperimen jenis ini belum memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat dikatakan ilmiah mengikuti peraturan-peraturan tertentu.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kelas X MIA MAN 2 Kota Tasikmalaya tahun ajaran 2016/2017 sebanyak tiga kelas dengan jumlah peserta didik sebanyak 99 peserta didik. Sampel dalam penelitian ini adalah kelas X MIA sebanyak dua kelas dari populasi dengan menggunakan teknik cluster random sampling.

Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah one shot case study, artinya penulis mengadakan perlakuan satu kali yang diperkirakan sudah mempunyai pengaruh, kemudian dilakukan tes. Desain penelitian yang digunakan menurut Arikunto, Suharsimi (2013:124) adalah:

Desain penelitian menurut Arikunto, Suharsimi (2013:124) adalah sebagai berikut:

Pola : Kelas eksperimen I R X1 O

Kelas eksperimen II R X2 O

Keterangan :

R = randomisasi

X1 = treatment/perlakuan yang diberikan pada kelas pertama

dengan menggunakan model pembelajaran Project Based Learning

X2 = treatment/perlakuan yang diberikan pada kelas ke dua dengan

menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning O = Hasil observasi sesudah diberikan treatment/perlakuan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan analisis hasil uji hipotesis perbedaan antara hasil nilai post-test keterampilan berpikir kreatif peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning dan model Problem Based Learning pada konsep Ekologi dengan menggunakan uji t diperoleh nilai t = 2,28 dan nilai

= 2,00. Maka analisis menunjukan t berada di daerah penolakan Ho,

artinya ada perbedaan keterampilan berpikir kreatif peserta didik yang proses pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning dan model

(7)

7 Problem Based Learning pada konsep Ekologi di Kelas X MIA MAN 2 Kota Tasikmalaya.

Adanya perbedaan tersebut karena selama kegiatan pembelajaran berlangsung, peserta didik kelas X MIA 2 yang proses pembelajarannya menggunakan model Problem Based Learning terlihat aktif dan inovatif. Hal tersebut dapat dilihat dari antusiasme peserta didik dalam menganalisis permasalahan hingga menentukan solusi berdasarkan permasalahan yang mereka pilih. Selama proses pemecahan masalah, peserta didik diberikan kebebasan dalam mengeksplorasi dan mengolah data apa saja yang mereka butuhkan sesuai dengan permasalahan yang mereka kaji. Hal tersebut menyebabkan pengetahuan yang peserta didik dapatkan lebih luas, tidak hanya terbatas pada buku panduan yang mereka miliki. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung, peserta didik aktif bertanya dan memberikan masukan terhadap permasalahan yang sedang didiskusikan. Dengan kegiatan tersebut peserta didik jadi lebih paham mengenai apa yang harus mereka lakukan dan terapkan dalam kehidupan sehari-hari bila dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan tersebut. Hal tersebut sesuai dengan kelebihan-kelebihan yang dikemukakan oleh Abidin, Yunus (2014:162) yang tertera di kajian teoretis.

Sedangkan peserta didik kelas X MIA 1 yang proses pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning cenderung kurang aktif, kreatif, serta inovatif selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah alokasi waktu. Dalam menerapkan model project based learning, guru membutuhkan waktu yang sangat lama agar materi terkuasai secara maksimal serta produk yang dihasilkan oleh peserta didiki lebih berkualitas. Selain itu peserta didik kurang memahami konsep Ekologi secara menyeluruh. Hal tersebut disebabkan karena peserta didiki terlalu terfokus pada pelaksanaan pembuatan produk, sehingga pengetahuan yang mereka kuasai terbatas pada permasalahan yang sesuai dengan proyek yang mereka kerjakan. Faktor lain yang menyebabkan peserta didik kurang aktif, keratif, dan inovatif dikarenakan peneliti masih kurang terampil dalam menerapkan dan mengaplikasikan sintak model pembelajaran sehingga tujuan dari pembelajaran tersebut tidak tercapai secara maksimal. Untuk mengatasi hal tersebut sebaiknya guru harus lebih menguasai dan memahami sintaks model project based learning serta harus lebih terampil dalam mengaplikasikan model sehingga hal tersebut bisa teratasi. Selain itu guru juga harus memiliki perencanaan yang lebih matang mengenai hal apa yang akan dijadikan proyek, tentunya sesuai dengan materi yang akan dibahas.

Berdasarkan perolehan nilai keterampilan berpikir kreatif dari hasil posttest yang terdiri dari 24 soal uraian tes kreativitas verbal yang terbagi ke dalam empat aspek keterampilan berpikir kreatif yaitu 12 soal terdiri dari aspek berpikir lancar (fleuncy), 4 soal terdiri dari aspek berpikir luwes (flexibility), 4 soal terdiri dari aspek berpikir orisinil (originality), dan 4 soal terdiri dari aspek berpikir terperinci (elaboration). Nilai maksimum yang diperoleh setiap soal adalah 5 dan diperoleh hasil nilai yang berbeda pada setiap aspek keterampilan

(8)

8 berpikir kreatif. Untuk lebih jelasnya nilai yang diperoleh peserta didik dapat dilihat pada diagram berikut ini.

Posttest Fleuncy Flexibility Originality Elaboration PBL 31,52 2,77 4,32 3,57 PJBL 27,48 1,91 3,94 3,14

Gambar 4.4

Diagram Rata-Rata Nilai Tes Keterampilan Berpikir Kreatif dalam Setiap Apek Keterampilan Berpikir Kreatif dengan Menggunakan

Model Problem Based Learning dan Model Project Based Learning

Gambar 4.4 menunjukan bahwa nilai posttest tertinggi keterampilan berpikir kreatif yang proses pembelajarannya menggunakan model Problem Based Learning terdapat pada aspek berpikir lancar (fluency) yaitu 31,52 dan nilai posttest terendah keterampilan berpikir kreatif terdapat pada aspek berpikir luwes (flexibility) yaitu 2,77. Kemudian nilai posttest tertinggi keterampilan berpikir kreatif yang proses pembelajarannya menggunakan model Project Based Learning terdapat pada aspek berpikir lancar (fluency) yaitu 27,48 dan nilai posttest terendah keterampilan berpikir kreatif terdapat pada aspek berpikir luwes (flexibility) yaitu 1,91.

Perbedaan nilai pada setiap aspek tersebut disebabkan karena kriteri soal pada setiap aspek berbeda, pada soal posttest yang proses pembelajarannya menggunkan model Problem Based Learning dan model Project Based Learning aspek berpikir lancar (fluency) mendapat nilai tertinggi karena soal yang dibuat berdasarkan indikator yaitu berpikir lancar dalam menghasilkan ide dalam berbagai kategori.hal tersebut menjadikan peserta didik mampu menghasilkan banyak gagasan dan jawaban maupun penyelesaian masalah secara relevan. Sedangkan pada aspek berpikir luwes (flexibility) soal yang dibuat adalah menciptakan jenis ide yang berbeda atau melihat sudut pandang yang lain. Hal tersebut cukup sulit bagi peserta didik karena belum terlatih pada sola-soal uraian yang lebih luwes.

Selain penilaian dari nilai posttest peserta didik, adapun berdasarkan perolehan nilai lembar kerja peserta didik (LKPD). Untuk lebih jelasnya nilai yang diperoleh peserta didik dapat dilihat pada diagram berikut ini.

31,52 27,48 2,77 1,91 4,32 3,94 3,57 3,14 0 10 20 30 40 N il ai Data Kelompok

(9)

9 Gambar 4.5

Diagram Hasil Diskusi Lembar Kerja Peserta Didik Di Kelas X MIA 2 dengan Menggunakan Model Problem Based Learning

Gambar 4.5 menjelaskan hasil diskusi kelompok dengan perolehan nilai setiap kelompok bervariasi karena pengerjaan tugas setiap kelompok dalam tahap observasi dan analisis masalah yang dilakukan berbeda tergantung dari permasalahan yang mereka teliti dan kemampuan setiap kelompok dalam pemecahan masalah untuk didapatkan solusinya. Adapun nilai tertinggi diperoleh kelompok empat dengan nilai 87 sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok dua dengan nilai 80.

Gambar 4.6

Diagram Hasil Diskusi Lembar Kerja Peserta Didik Di Kelas X MIA 1 dengan Menggunakan Model Project Based Learning

Gambar 4.6 menjelaskan hasil diskusi kelompok dengan perolehan nilai setiap kelompok bervariasi karena peserta didik cukup antusias dalam menganalisis permasalahan, terlebih lagi pada saat kegiatan menentukan produk yang akan mereka buat. Namun peserta didik cenderung kurang aktif dalam mencari informasi mengenai produk yang akan mereka buat yang sesuai dengan permasalahan yang telah mereka tentukan sebelumnya. Hal tersebut disebabkan oleh media informasi yang kurang memadai sehingga peserta didik kurang

82 80 82 87 85 75 80 85 90

Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 104,5

N

il

ai

Data Kelompok

Kel. 1 Kel. 2 Kel. 3 Kel. 4 Kel.5

80 79 76 79 76 74 76 78 80 82

Kel 1 Kel 2 Kel 3 Kel 4 Kel 5 104,5

N

il

ai

Data Kelompok

(10)

10 mendapatkan informasi yang lebih banyak dan alokasi waktu yang terbatas karena peserta didik terlalu fokus pada pelaksanaan pembuatan produk sehingga pengetahuan yang mereka kuasai terbatas pada permasalahan yang sesuai dengan proyek yang mereka kerjakan. Pada saat mempresentasikan produk yang telah mereka buat, peserta didik lain kurang aktif memberikan saran terhadap produk yang telah dibuat. Hal ini terjadi karena setiap kelompok sibuk dengan persiapan produknya masing-masing. Keterbatasan waktu mempengaruhi produk hasil diskusi peserta didik sehingga produk yang dibuat kurang kreatif dan inovatif. Adapun nilai tertinggi diperoleh kelompok satu dengan nilai 80 sedangkan nilai terendah diperoleh kelompok tiga dan lima dengan nilai 76.

Pada dasarnya pembelajaran model Problem Based Learning maupun model Project Based Learning merupakan model pembelajaran yang melatih peserta didik dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada model Project Based Learning ini, dalam proses pemecahan masalahnya peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu produk sesuai dengan proyek yang telah dirancang sebelumnya.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan data, dan pengujian hipotesis, maka penulis menyimpulkan bahwa ada perbedaan keterampilan berpikir kreatif yang proses pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Project Based Learning dan model pembelajaran Problem Based Learning pada konsep Ekologi di Kelas X MIA MAN 2 Kota Tasikmalaya.

(11)

11 DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. (2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT Refika Aditama.

Arikunto, Suharsini. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Fatmawati, Baiq. Et.al. (2011). “Menumbuhkan Keterampilan Berpikir Kreatif Mahasiswa Melalui Pembelajaran Berbasis Proyek Pada Konsep Fermentasi”. Seminar Nasional VII Pendidikan Biologi.1 (8). Surakarta. Luthvitasar, Navies. et al. (2012). ”Implementasi Pembelajaran Fisika Berbasis

Proyek Terhadap Keterampilan Berpikir Kritis, Berpikir Kreatif dan Kemahiran Generik Sains”. Journal of Innovative Science Education. 1 (2): 93-97. Semarang.

Mufida, Aima. et.al. (2015). “Pengaruh Model Problem Based Learning terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif pada Materi Pengelolaan Lingkungan (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung T.P 2014/2015)”. BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi. 16-19. Bandar Lampung.

Munandar, Utami. (2013). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Bandung: Rineka Cipta.

Nurcholis, Adhi. et.al. (2013). “Penerapan Model Problem Based Learning (PBL) disertai Artikel Ilmiah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Kelas X3 SMAN 2 Boyolali Tahun Pelajaran 2012/2013”. Bio Pedagogi. 2 (2): 58-67. Surakarta.

Purnamaningrum, Arifah. et.al. (2012). “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”. BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi. 3 (4): 39-51. Surakarta.

(12)

12 Suparman, dan Dwi Nastuti Husen. (2015). “Peningkatan Kemampuan Berpikir

Kreatif Siswa Melalui Penerapan Model Problem Based Learning”. Jurnal Bio-Edukasi. 2 (3): 367-372. Tidore.

Tawil, Muh dan Liliasari. (2013). Berfikir Kompleks. Makasar: Badan Penerbit UNM.

Gambar

Diagram Hasil Diskusi Lembar Kerja Peserta Didik Di Kelas X  MIA 2 dengan Menggunakan Model Problem Based Learning

Referensi

Dokumen terkait

tidak dapat menjelaskan fenomena ketegangan politik yang terjadi pada suatu. gerakan sosial dengan cakupan yang cukup besar

bergabung dengan Sjarikat Islam, organisasi masa yang kemudian menjadikan.. dirinya partai politik berbasis Islam, sehingga kemudian dikenal

PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYELENGGAARAN PROGRAM DESA VOKASI Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu.. PROSES

[r]

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka penulis berusaha mengkaji dan menganalisa masalah tersebut dengan menulisnya dalam bentuk skripsi yang berjudul: “ANALISIS

Pendaftaran dan pengambl{an Dokumen Kualifikasi dapat diwakilkan dengan membawa surat tugas dari direKur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang. dan kaftu

[r]

Digital Repository Universitas Jember... Digital Repository