• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KENCUR SEBAGAI FEED SUPLEMEN TERHADAP KARKAS AYAM PETELUR JANTAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KENCUR SEBAGAI FEED SUPLEMEN TERHADAP KARKAS AYAM PETELUR JANTAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENGGUNAAN TEPUNG KENCUR SEBAGAI

FEED SUPLEMEN TERHADAP KARKAS AYAM

PETELUR JANTAN

(The Influence of curcuma Meal Supplementation (Kaempferia Galanga L.)

in Drinking Water on Cockerel Carcass of Broiler)

WAFIATININGSIH danN.R.BARIROH

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Kalimantan Timur, Jl. Thoyib Hadiwijaya Sempaja, Samarinda 75119

ABSTRACT

This research examined the influence of curcuma fluor usage as feed supplement mixed in water drink to egg-type cockerels carcass. Egg-type cockerel meat is one alternative to meet the need of native chicken meat because of its flavour that is similar with native chicken meat. One of superiority of cockerel meat is the short period of rearing. This research used 100 egg-type cockerels with 14 days age. Experimental design used was Randomized Complete Design. Each replication consisted of 5 chicken. The amount of curcuma fluor given was justified with consumption standard friom breeding farm. The tested treatment were P0 = control, P1 = 0,08% of curcuma fluor, P2 = 0,16%, P3 = 0,32% curcuma fluor from the total ration given. Data taken were slaughter weight, carcass weight, thigh, breast, back, wing, head and neck. The result showed that curcuma fluor usage to the drinking water gave significant result (P < 0,05) to the wing, neck and head.

Key Words: Curcuma Fluor, Egg-Type Cockerel, Carcass

ABSTRAK

Suatu penelitian telah dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung kencur sebagai feed suplement yang diberikan lewat air minum terhadap karkas ayam petelur jantan. Daging ayam petelur jantan saat ini telah dijadikan salah satu alternatif untuk memenuhi kebutuhan akan daging ayam buras karena citarasanya yang mirip dengan ayam buras dengan masa pemeliharaan yang lebih singkat. Sebanyak 100 ekor ayam petelur jantan umur 14 hari digunakan dalam penelitian ini. Rancangan yang diaplikasikan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan 4 perlakuan dan 5 ulangan. Populasi masing-masing ulangan sebanyak 5 ekor. Jumlah tepung kencur yang diberikan disesuaikan dengan jumlah pakan yang diberikan ke ayam sesuai standar konsumsi dari perusahaan pembibitan. Perlakuan yang diujikan adalah sebagai berikut: P0: kontrol, jumlah pemberian tepung kencur pada perlakuan P1 setara dengan 0,08 %; P2: 0,16 %; P3: 0,32 % dari total ransum yang dibutuhkan. Data yang diambil adalah bobot potong, bobot karkas, potongan bagian karkas yang meliputi paha (paha atas dan paha bawah), dada, punggung dan sayap. Selain itu dihitung pula bobot kepala dan leher. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian tepung kencur melalui air minum pada ayam petelur jantan memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) terhadap potongan sayap, leher dan kepala, sedangkan untuk bobot karkas dan potongan karkas yang meliputi paha, dada dan punggung tidak memberikan pengaruh yang nyata.

Kata Kunci: Tepung Kencur, Ayam Jantan Petelur, Karkas

PENDAHULUAN

Akhir-akhir ini mulai banyak peternak unggas memelihara ayam petelur jantan yang merupakan hasil ikutan penetasan ayam petelur komersial impor dengan tujuan untuk menghasilkan daging. Telah banyak rumah

petelur jantan sebagai salah satu menu utamanya. Cita rasa ayam jantan yang hampir mirip dengan ayam kampung telah membantu mencukupi permintaan akan daging ayam kampung yang kian hari kian sulit di dapat. Pada penelitian penggemukan ayam petelur jantan yang dilakukan oleh G et al.

(2)

flavor yang mirip ayam kampung ini disebabkan oleh penumpukan lemak dalam tubuh yang berkurang dan akan terjadi peningkatan kandungan protein dalam urat daging.

Berbagai upaya telah banyak dilaksanakan oleh para peternak untuk memacu pertumbuhan, meningkatkan efisiensi penggunaan pakan dan meningkatkan status kesehatan ayam. Salah satu upaya tersebut adalah penggunaan feed supplement baik yang berasal dari bahan kimiawi maupun tradisional. Pada saat ini penggunaan feed supplement yang berasal dari bahan-bahan tradisional semakin sering digunakan untuk hewan karena harganya lebih murah dan mudah didapat khususnya untuk peternak yang berada di pedesaan. Permasalahan yang dihadapi dalam hal penggunaan feed supplement tradisional khususnya kencur ini adalah belum diketahuinya dosis yang tepat untuk efisiensi produksi.

Masyarakat Indonesia telah lama menggunakan kencur sebagai penyedap masakan. Tanaman ini mempunyai manfaat yang cukup banyak terutama dari rimpangnya. Dalam industri obat kencur merupakan salah satu simplisia yang selalu dibutuhkan. Kebutuhan simplisia kencur dalam dunia industri mencapai 221.440 kg kering setiap tahun. Jumlah tersebut belum termasuk kebutuhan untuk penyedap makanan. Kencur diperdagangkan dalam bentuk rimpang segar, irisan rimpang kering, minyak atsiri atau oleorisin dan instan (KARDIMAN dan RUHNAYAT, 2003). Menurut SYUKUR (2002), rimpang kencur berkhasiat sebagai obat batuk, kembung, mual, bengkak, bisul, rematik, sakit perut, infeksi bakteri, menghilangkan bau keringat, menambah nafsu makan dan sebagai tonikum.

Manfaat kencur seperti tersebut di atas diperkirakan mampu memacu pertumbuhan ayam petelur jantan terutama pada masa pertumbuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari sejauh mana pengaruh penggunaan tepung kencur dalam air minum terhadap karkas dan potongan bagian karkas ayam petelur jantan.

MATERI DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan selama 45 hari dengan pertimbangan bahwa selama ini para peternak ayam petelur jantan ini mulai menjual ayamnya pada umur 45 hari. Dua minggu pertama semua DOC mendapat perlakuan sama. Pada umur 14 hari, ayam mulai mendapat perlakuan yang diujikan. Ayam petelur jantan yang digunakan adalah strain Isa Brown dari PT Charoen Pokphand, sebanyak 100 ekor yang dibagi dalam 4 perlakuan. Tiap-tiap perlakuan diulang 5 kali masing-masing ulangan sebanyak 5 ekor. Tiap ulangan ditempatkan dalam petak kandang kayu dengan luas 0,5 m² dilengkapi dengan tempat pakan dan minum. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)

Jumlah pemberian tepung kencur dalam penelitian ini mengacu pada hasil penelitian Resnawati et al. (2001), yang memberikan penambahan rimpang tepung kencur sebanyak 0,02, 0,04, 0,08 dan 0,16% dalam ransum ayam pedaging. Pada penelitian ini, penambahan tepung kencur dilakukan dalam air minum yang disesuaikan dengan umur ayam dengan jumlah seperti yang tertera dalam Tabel 1. Pemberian tepung kencur dilakukan tiap

Tabel 1. Jumlah pemberian tepung kencur (g/5 ekor ayam/hari)

Umur P0 (kontrol) P1 (0,08%) P2 (0,16%) P3 (0,32%) Minggu ke-3 (g) - 0,088 0,176 0,352 Minggu ke-4 (g - 0,112 0,224 0,448 Minggu ke-5 (g) - 0,140 0,280 0,560 Minggu ke-6 (g) - 0,164 0,328 0,656 Minggu ke-7 (g) - 0,188 0,376 0,752

(3)

pagi dengan cara dicampur pada air minum. Sebelumnya ayam dipuasakan terlebih dahulu kurang lebih selama 2 jam. Jumlah tepung kencur yang diberikan dihitung dengan cara disesuaikan dengan jumlah pakan yang diberikan ke ayam sesuai standar konsumsi dari perusahaan pembibitan. Jumlah konsumsi ayam minggu ke 3 sebesar: 22 g/ekor/hari, minggu ke 4: 28 g/ekor/hari, minggu ke 5: 35 gr/ekor/hari, minggu ke 6: 41 g/ekor/hari, minggu ke 7: 47 g/ekor/hari. Jumlah pemberian tepung kencur P1 setara dengan 0,08%; P2: 0,16%; P3: 0.32% dari total ransum yang dibutuhkan.

Pembuatan tepung kencur didahului dengan mencuci rimpang kencur, diiris tipis-tipis kemudian dikeringkan dalam oven dengan suhu 60°C. Setelah kering diblender sampai halus lalu disaring.

Pencegahan penyakit dilakukan dengan pemberian vaksin ND aktif tetes mata dan ND AI inaktif subcutan pada umur 4 hari, ND aktif air minum pada umur 26 hari, dan vaksin Gumboro diberikan pada umur 14 hari.

Pada akhir penelitian tiap satuan unit ulangan percobaan diambil secara acak masing-masing satu ekor sehingga total ayam yang dipotong sebanyak 20 ekor. Pengukuran karkas dilakukan terhadap bobot potong, bobot karkas yaitu hasil penyembelihan unggas yang dibersihkan bulu dan kotorannya tanpa kepala, leher, cakar, hati dan rempela (TRIYANTINI et

al., 1997). Persentase berat karkas dan bagian karkas dihitung dengan cara NALLY dan SPICNAL (1975), yaitu:

% bobot karkas: bobot karkas/bobot hidup × 100 %

% bagian karkas: bobot bagian karkas/bobot karkas × 100 %

Potongan bagian karkas meliputi paha (paha atas dan paha bawah), dada, punggung dan sayap. Dalam penelitian ini dihitung pula bobot kepala dan leher, dengan pertimbangan bahwa banyak masyarakat Indonesia yang mengkonsumsi kepala dan leher. Persentase bagian-bagian karkas, leher dan kepala dihitung berdasarkan bobot karkas. Semua data yang diperoleh dianalisis dengan Anova menurut STEEL danTORRIE (1981).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa bobot potong tertinggi berturut-turut adalah P2 (577,4 g), P0 (572,6 g), P3 (549,8 g) dan P1 (533,4 g). Hasil perhitungan statistik menunjukkan bahwa pemberian suplemen kencur lewat air minum tidak memberikan perbedaan yang nyata untuk bobot potong maupun bobot karkas. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian tepung kencur dalam air minum belum dapat meningkatkan bobot potong maupun bobot karkas, meskipun menurut RAHMAN (1994) pemberian kencur selain dapat menimbulkan rasa hangat dan sebagai penghilang rasa sakit dapat pula menambah nafsu makan yang pada akhirnya dapat meningkatkan bobot badan. Rataan bobot potong dalam penelitian ini hampir sama dengan hasil penelitian GERKENet. al. (2003) yang memperoleh bobot potong ayam petelur jantan sebesar 438 g dengan masa pemeliharaan selama 42 hari dengan pakan yang mengandung protein sebesar 18 % (14 hari pertama) selanjutnya hari ke 15 – 42 dengan protein sebesar 17,7%. Pada penelitian ini kandungan protein pakan sebesar 21% dari awal sampai akhir penelitian.

Tabel 2 menunjukkan bahwa penambahan tepung kencur dalam air minum memberikan perbedaan yang nyata (P < 0,05) pada potongan sayap, leher, kepala. Pada potongan sayap terlihat perbedaan yang nyata pada semua perlakuan jika dibandingkan dengan kontrol. Hal ini disebabkan secara genetik bagian yang kurang bernilai (sayap, leher, punggung) pada ayam petelur jantan persentasenya lebih tinggi jika dibandingkan ayam broiler jantan (GERKEN et. al., 2003). Secara ekonomi hasil ini diharapkan dapat menambah keuntungan dari penjualan karena sayap merupakan bagian karkas yang masih banyak digemari konsumen setelah paha dan dada. SIREGAR et al. (1981) menyebutkan bahwa bagian potongan karkas komersial yang biasa dipasarkan terdiri dari paha, dada, punggung, sayap dan leher. Persentase karkas dalam penelitian ini tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Urutan persentase karkas yang paling tinggi adalah P3 (50,19%) kemudian disusul P0, P2 dan P1. Hasil

(4)

Tabel 2. Nilai rata-rata bobot potong, bobot karkas dan bobot potongan karkas Perlakuan Parameter P0 P1 P2 P3 Bobot potong (g) 572,6 533,4 577,4 549,8 Karkas (g) 282,98 260,3 280,38 276,2 Karkas (%) 49,43 48,79 48,56 50,19 Dada (g) 68,36 60,74 63,88 65,2 Dada (%) 24,16 23,28 22,78 23,63 Punggung (g) 77,08 72,72 76,74 73,02 Punggung (%) 27,24 27,94 27,43 26,45

Paha (atas dan bawah) (g) 94,22 83,78 93,18 91,68

Paha (atas dan bawah) (%) 33,29 32,24 33,19 33,14

Sayap (g) 43,08 42,54 46,06 46 Sayap (%) 15,22a 16,54b 16,41b 16,68b Leher (g) 24,54 22,44 29,76 29,2 Leher (%) 8,68a 8,65a 10,65b 10,54ab Kepala (g) 28,78 26,58 26,72 24,84 Kepala (%) 10,18b 10,20b 9,54a 9,02a

Kepala dan leher 15,86 15,85 16,78 16,36

Huruf superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05)

persentase karkas ayam petelur jantan dalam penelitian ini (umur 45 hari) sedikit di bawah dibandingkan dengan persentase karkas ayam buras hasil penelitian TRIYANTINIet al. (1997) yang melaporkan bahwa persentase karkas ayam buras umur 56 hari (8 mgg) yang dipelihara secara intensif menghasilkan persentase karkas sebesar 66,33%. Sedangkan GUNAWAN dan SARTIKA (2000) yang melakukan evaluasi karkas pada ayam buras umur 84 hari (12 minggu) memperoleh hasil sebesar 76,26%.

Penambahan tepung kencur dalam air minum juga tidak berpengaruh nyata terhadap persentase potongan dada, paha dan punggung. Persentase potongan dada dalam penelitian ini antara 22,78 – 24,16%. Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh DAMME dan RISTIC (2003) dimana persentase dada pada ayam petelur jantan yang dipelihara selama 80 hari sebesar 22,l4% (dihitung berdasar bobot potong) dengan protein pakan sebesar 23,3% (10 hari pertama) dilanjutkan

dengan protein pakan sebesar 21,8%. Bila persentase dada pada penelitian ini dihitung berdasarkan bobot potong maka akan diperoleh hasil yang hampir sama yakni sebesar 11,56 % dengan masa pemeliharaan selama 45 hari.

Urutan bobot komponen karkas dari yang tertinggi sampai terendah dari keempat perlakuan ini adalah paha, punggung, dada, sayap, leher dan kepala. Hasil ini berbeda dengan yang disampaikan oleh PRASETYO yang menyatakan bahwa urutan bobot komponen karkas dari yang tertinggi sampai terendah adalah dada, paha atas, paha bawah, dan sayap. Perbedaan ini kemungkinan disebabkan oleh cara potong paha dimana pada penelitian ini potongan paha atas dan paha bawah dijadikan satu.

Setelah dilakukan analisis finansial (Tabel 3) menunjukkan bahwa penambahan tepung kencur dalam air minum tidak memberikan tambahan keuntungan kepada peternak. Hal ini terlihat dari R/C yang tidak jauh berbeda dibandingkan dengan kontrol (P0).

(5)

Tabel 3. Analisa finansial usaha beternak ayam jantan petelur (per-ekor) selama 45 hari Jumlah (Rp) No.

Uraian pengeluaran dan penerimaan

P0 P1 P2 P3

1. Pengeluaran

Biaya tetap

Kandang 500 500 500 500

Peralatan kandang 72 72 72 72

Biaya tidak tetap

Bibit 2.500 2.500 2.500 2.500

Pakan 1,25 kg, @ Rp 6000,00 5.778 5.671 5.671 5.403,5

Obat dan vaksin, @ Rp 160 900 900 900 900

Kapur, sekam 25 25 25 25

Tenaga kerja (standar 1 orang 200 200 200 200

memelihara 8000 ekor)

Tepung kencur (Rp) 0 55 110 220

Total Pengeluaran (A + B) 9.975 9.923 9.978 9.820

2. Penerimaan

Penjualan ayam hidup 12.960 11.767,5 12.937,5 12.217,5

Penjualan pupuk 150 150 150 150

Jumlah total penerimaan 13.110 11.917 13.087,5 12.367,5

Keuntungan (2 – 1) 3.135 1994,5 3109,5 2547

R/C 1,31 1,2 1,31 1,26

KESIMPULAN

Pemberian tepung kencur dalam air minum pada ayam jantan petelur memberikan pengaruh yang nyata (P < 0,05) pada potongan sayap, leher, kepala dan tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap potongan dada, paha dan punggung.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kualitas, kuantitas dan cara pemberian tepung kencur yang tepat sehingga dapat meningkatkan produktivitas ayam petelur jantan.

DAFTAR PUSTAKA

DAMME, K dan M. RISTIC. 2003. Fattening performance, meat yield and economic aspects of meat and layer type hybrids. World’s Poult. Sci, Vol. 59, March 2003.

GERKEN,M.,D.JAENECKE danM.KREUZER. 2003. Growth, behaviour and carcass characteristics of egg-type cockerels compared to male broiler. World’s Poult. Sci. Vol. 59, March 2003.

GUNAWAN, B. dan T.SARTIKA. 2001. Persilangan ayam Pelung jantan X kampung betina hasil seleksi Generasi kedua (G2). JITV (12): 21 – 27.

KARDIMAN,A danA.RUHNAYAT. 2003. Budidaya Tanaman Obat Secara Organik. PT Agro Media Pustaka.

NALLY andE.M.SPICNAL. 1975. Meat Yields from Live Dressed and Light Roaster Weight. Poult. Sci. 28: 562.

RESNAWATI, H., A.G. NATAAMIJAYA, U. KUSNADI

dan S.N. JARMANI. 2001. Tepung Kencur Kaempferia Galanga Sebagai Suplemen Dalam Ransum Ayam Pedaging. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 17 – 18 September 2001. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 563 – 567.

(6)

RUKMANA, R. 1994. Kencur. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

SIREGAR,A.P.,M.SABRANI danP.SUNYOTO, 1981. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Penerbit Margie Group, Jakarta.

SYUKUR. C. 2005. Pembibitan Tanaman Obat. Penebar Swadaya.

TRIYANTINI, ABUBAKAR, I.A.K BINTANG dan T. ANTAWIDJAYA 1997. Studi komparatif preferensi, mutu dan gizi beberapa jenis daging unggas. JITV (2): 157 – 163.

Gambar

Tabel 1. Jumlah pemberian tepung kencur (g/5 ekor ayam/hari)
Tabel 2. Nilai rata-rata bobot potong, bobot karkas dan bobot potongan karkas  Perlakuan  Parameter  P 0 P 1 P 2 P 3 Bobot potong (g)  572,6  533,4  577,4  549,8  Karkas (g)  282,98  260,3  280,38  276,2  Karkas (%)  49,43  48,79  48,56  50,19  Dada (g)  6
Tabel 3. Analisa finansial usaha beternak ayam jantan petelur (per-ekor) selama 45 hari

Referensi

Dokumen terkait

Saat proses pengujian rangkaian ini, penulis harus memperhatikan gambar rangkaian pengujian inverter diatas pada gambar 36.Supaya memudahkan penulis dalam

Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan pemahaman mengenai relevansi nilai laba akuntansi dan nilai buku ekuitas sebagai daya informasi akuntansi pada hubungan

Bahkan untuk saat ini, agama Malim telah memiliki struktur organisasi yang jelas dan tidak dikatakan sebagai bentuk agama, namun dalam bentuk kepercayaan tradisional yang

Berbagai upaya dilakukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Lombok Barat untuk meningkatkan kualitas Guru atau tenaga pendidik seperti pelatihan Guru KKG/MGMP, short course

Menu utama pada seleksi mutasi karyawan menu entri data calon, menu laporan data calon, dan menu keluar. Fungsi menu entri data calon yaitu menginputkan data-data

Disesuaikan dengan intervensi masing-masing diagnosa keperawatan keluarga yang telah dibuat. Kunjungan hari 1 : Implementasi berdasarkan intervensi yang telah di tetapkan dari

Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor yakni siswa kurang mampu memahami cara penyelesaian masalah yang berkaitan dengan keliling persegi dan persegi panjang,

Di dalam sebuah sistem yang dibuat dari subsistem-subsistem yang seimbang, perilaku kolektif sebagai komponen utama gerakan sosial menyatakan ketegangan-ketegangan yang