• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 12 Nomor 2 September 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 12 Nomor 2 September 2015"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 0216-8537

9 77 0 21 6 8 5 3 7 21

Volume 12

Nomor 2

September 2015

(2)

PELANGGARAN ATAS MEREK DALAM PERSAINGAN USAHA

I DEWA NYOMAN GEDE NURCANA WAYAN ARTANA

Fakultas Hukum Universitas Tabanan

Email: dewanurcana@yahoo.co.id

ABSTRAK

Hak Kekayaan Intelektual/Intelectual Property Rights berasal dari karya intelektual manusia, yaitu hak yang berasal dari hasil kreatif yakni kemampuan daya pikir manusia yang diwujudkan dan diekspresikan dalam berbagai bentuk karya. Bentuk kreatif karya intelektual tersebut mempunyai manfaat serta berdaya guna untuk menunjang kehidupan manusia kepada kehidupan yang lebih baik dan kesejahteraan yang lebih baik.

Kreatifitas manusia yang terlahir dari intelektualnya tersebut pada awalnya hanyalah berupa ide, kemudian ide tersebut pada awalnya hanyalah berupa ide, kemudian ide tersebut diekspresikan dalam suatu wujud yang dapat dilihat, diraba, dirasakan yang dapat menunjang kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Ide yang telah diwujudkan tersebut kemudian diberikan suatu penghargaan berupa perlindungan hukum. Perlindungan hukum diberikan bagi pencipta maupun penemu berupa hak eksklusif yaitu untuk memanfaatkan hak tersebut, seperti mengumumkan, memperbanyak maupun memperdagangkannya.

Merek sebagai salah satu bidang HKI adalah untuk membedakan dengan produk barang/jasa sejenis. Dalam lalu lintas perdagangan, peran merek sangat vital terhadap usaha perdagangan, merek dapat menjadi kekayaan yang sangat berharga secara komersial. Merek suatu produk/suatu perusahaan sering lebih tinggi nilainya dari aset riil suatu perusahaan.

Dalam dunia perdagangan apa yang disebut dengan merek, terkenal dengan salah satu kriterianya dimana pengetahuan publik terhadap merek tersebut sudah demikian luasnya.

Pelanggaran-pelanggaran dalam penggunaan merek apalagi merek tersebut merupakan merek

terkenal seperti misalnya penggunaan merek pakaian dalam “CROCODILE” yang di pakai oleh perusahaan lain walaupun dengan menambahkan perkataan “BRILIANT” dibelakang kata “CROCODILE”.

Pelanggaran atas merek dalam persaingan usaha terhadi bila apa yang dilakukan oleh pelaku usaha seperti perjanjian yang dilarang kegiatan yang dilarang dan penyalahgunaan posisi dominan.

Kata Kunci: Pelanggaran, Merek, Persaingan Usaha

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sains telah menciptakan suatu paradigma baru dalam konsepsi ekonomi. Paradigma yang dimaksudkan saat ini bahwa harus diyakini pengetahuan sudah menjadi landasan dalam pembangunan ekonomi knowledge based economy). Hak Kekayaan Intelektual (HKI) jawban atas paradigma tersebut.

HKI adalah hak atas kekayaan yang berasal dari karya intelektual manusia, yaitu

hak yang berasal dari hasil kreatif yaitu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk karya, yang bermanfaat serta berguna untuk menunjang kehidupan manusia, dan mempunyai nilai ekonomi. Imam Sjahputra, menjelaskan bahwa kekyaan intelektual (Intellectual propecty) adalah produk tidak berwujud (intangeble product) dari aktifitas intelektual manusia (Imam Sjahputra, 2007).

HKI memerlukan suatu sistem perlindungan hukum untuk menghindari terjadinya penipuan, penjiplakan dan pembajakan. Untuk itu negara-negara

mengadakan konversi-konversi internasional mengenai perlindungan terhadap HKI, sebagaimana diatur dalam agreement establishing The World Trade Organization (WTO) beserta lampiran-lampirannya. Perlindungan tentang HKI khusus diatur dalam TRIPS (Agreement on Trade Ralated Aspects of Intellectual Property Rights)

Indonesia telah meratifikasi WTO dan telah memiliki beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang HKI.Oleh karena itu pemegang hak atas HKI dapat memanfaatkan haknya tersebut seperti mengumumkan, menperbanyak mampun memperdagangkannya. Undang-undang telah memberikan perlindungan terhadap penggunaan atau peniruan oleh orang yang didalam berhak, setiap orang wajib menghormati HKI orang lain.

Pemegang hak dapat mempertahankan haknya terhadap siapapun, dapat menuntut pelaku pelanggaran, melarang orang lain untuk mempergunakannya kecuali ditentukan lain oleh UU. Orang lain dapat menikmati manfaat ekonomi HKI orang lain asalkan ia memperoleh izin dari pemegang hak.

Dalam konsep ilmu hukum HKI dianggap ada dan mendapat perlindungan hukum setelah melalui suatu proses perdaftaran. Perlindungan terhadap HKI merupakan pengakuan atas suatu hak untuk dalam jangka waktu tertentu dapat dinikmati atau dieksploitasi sendiri oleh pemegang hak atau orang lain atas seizin pemegang hak.

Perlindungan hukum tersebut merupakan hak khusus dimiliki pemegang hak yang disebut hak eksklusif (exclusive rights (Jta Gambiro, 1992).

Secara garis besar HKI terdiri dari dua bidang yaitu hak cipta (copy rights) serta hak terkait dan hak milik industri (industrial Property right) yang mencakup paten, merek, desain industri, rahasia dagang dan sebangainya.

Pengertian HKI sendiri adalah merupakan hak kepemilikan terhadap karya-karya sebagai usaha pemikiran dan karya manusia baik oleh perseorangan, beberapa orang atau badan hukum yang dilindungi hukum sebagai harta kekayaan yang tidak berwujud (intangible

rights) dilihat dari hukum benda (Sadikin, 2004).

HKI sebagai hak khusus yang diberikan oleh negara kepada pencipta, penemu, pemilik atau penerima hak dengan maksud agar yang bersangkutan, melaksanakan atau mengijinkan pihak lain untuk melaksanakan hasil karya ciptanya atau penemuannya terutama yang mempunyai manfaat ekonomi (economies rights).

Di era globalisasi ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yangsemakin pesat membawa dampak pada dunia perdagangan, baik sekala nasional maupun internasional.

Merek sebagai salah satu bagian kegiatan dunia usaha maupun kegiatan perekonomian, peran merek adalah sangat vital terhadap usaha perdagangan, sebuah merek dapat menjadi kekayaan yang sangat berharga secara komersial.Merek suatu perusahaan seringkali lebih bernilai dengan aset riil perusahaan tersebut.Merek sangat berguna bagi para konsumen, mereka membeli produk tertentu, karena merek tersebut berkualitas atau aman untuk dikonsumsi.

Untuk itulah Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang merek baik dalam bentuk undang-undang maupun bentuk peraturan lainnya.Undang-undang maupun bentuk peraturan lainnya.Undang-undang tentang merek diatur dalam udang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang merek. Dalam UU merek, jenis merek dapat dibedakan menjadi dua yaitu merek dagang dan merek jasa tetapi juga dikenal merek kolektif.

Di dalam pasal 10 ayat (1) huruf b diatur tentang merek terkenal ukuran suatu merek terkenal didasarkan pada pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut, reputasi merek yang diperoleh melalui promosi besar-besaran, investasi dibeberapa negara di dunia, dan telah didaftarkan di beberapa negara.

Perlindungan merek terkenal secara internasional diatur dalam pasal 6 bis konvensi paris yang kemudian diadopsi ke dalam TRIPS Agreement melalui pasal 16 ayat (2) dan ayat (3).

(3)

PELANGGARAN ATAS MEREK DALAM PERSAINGAN USAHA

I DEWA NYOMAN GEDE NURCANA WAYAN ARTANA

Fakultas Hukum Universitas Tabanan

Email: dewanurcana@yahoo.co.id

ABSTRAK

Hak Kekayaan Intelektual/Intelectual Property Rights berasal dari karya intelektual manusia, yaitu hak yang berasal dari hasil kreatif yakni kemampuan daya pikir manusia yang diwujudkan dan diekspresikan dalam berbagai bentuk karya. Bentuk kreatif karya intelektual tersebut mempunyai manfaat serta berdaya guna untuk menunjang kehidupan manusia kepada kehidupan yang lebih baik dan kesejahteraan yang lebih baik.

Kreatifitas manusia yang terlahir dari intelektualnya tersebut pada awalnya hanyalah berupa ide, kemudian ide tersebut pada awalnya hanyalah berupa ide, kemudian ide tersebut diekspresikan dalam suatu wujud yang dapat dilihat, diraba, dirasakan yang dapat menunjang kehidupan manusia ke arah yang lebih baik. Ide yang telah diwujudkan tersebut kemudian diberikan suatu penghargaan berupa perlindungan hukum. Perlindungan hukum diberikan bagi pencipta maupun penemu berupa hak eksklusif yaitu untuk memanfaatkan hak tersebut, seperti mengumumkan, memperbanyak maupun memperdagangkannya.

Merek sebagai salah satu bidang HKI adalah untuk membedakan dengan produk barang/jasa sejenis. Dalam lalu lintas perdagangan, peran merek sangat vital terhadap usaha perdagangan, merek dapat menjadi kekayaan yang sangat berharga secara komersial. Merek suatu produk/suatu perusahaan sering lebih tinggi nilainya dari aset riil suatu perusahaan.

Dalam dunia perdagangan apa yang disebut dengan merek, terkenal dengan salah satu kriterianya dimana pengetahuan publik terhadap merek tersebut sudah demikian luasnya.

Pelanggaran-pelanggaran dalam penggunaan merek apalagi merek tersebut merupakan merek

terkenal seperti misalnya penggunaan merek pakaian dalam “CROCODILE” yang di pakai oleh perusahaan lain walaupun dengan menambahkan perkataan “BRILIANT” dibelakang kata “CROCODILE”.

Pelanggaran atas merek dalam persaingan usaha terhadi bila apa yang dilakukan oleh pelaku usaha seperti perjanjian yang dilarang kegiatan yang dilarang dan penyalahgunaan posisi dominan.

Kata Kunci: Pelanggaran, Merek, Persaingan Usaha

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan sains telah menciptakan suatu paradigma baru dalam konsepsi ekonomi. Paradigma yang dimaksudkan saat ini bahwa harus diyakini pengetahuan sudah menjadi landasan dalam pembangunan ekonomi knowledge based economy). Hak Kekayaan Intelektual (HKI) jawban atas paradigma tersebut.

HKI adalah hak atas kekayaan yang berasal dari karya intelektual manusia, yaitu

hak yang berasal dari hasil kreatif yaitu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan dalam berbagai bentuk karya, yang bermanfaat serta berguna untuk menunjang kehidupan manusia, dan mempunyai nilai ekonomi. Imam Sjahputra, menjelaskan bahwa kekyaan intelektual (Intellectual propecty) adalah produk tidak berwujud (intangeble product) dari aktifitas intelektual manusia (Imam Sjahputra, 2007).

HKI memerlukan suatu sistem perlindungan hukum untuk menghindari terjadinya penipuan, penjiplakan dan pembajakan. Untuk itu negara-negara

mengadakan konversi-konversi internasional mengenai perlindungan terhadap HKI, sebagaimana diatur dalam agreement establishing The World Trade Organization (WTO) beserta lampiran-lampirannya. Perlindungan tentang HKI khusus diatur dalam TRIPS (Agreement on Trade Ralated Aspects of Intellectual Property Rights)

Indonesia telah meratifikasi WTO dan telah memiliki beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang HKI.Oleh karena itu pemegang hak atas HKI dapat memanfaatkan haknya tersebut seperti mengumumkan, menperbanyak mampun memperdagangkannya. Undang-undang telah memberikan perlindungan terhadap penggunaan atau peniruan oleh orang yang didalam berhak, setiap orang wajib menghormati HKI orang lain.

Pemegang hak dapat mempertahankan haknya terhadap siapapun, dapat menuntut pelaku pelanggaran, melarang orang lain untuk mempergunakannya kecuali ditentukan lain oleh UU. Orang lain dapat menikmati manfaat ekonomi HKI orang lain asalkan ia memperoleh izin dari pemegang hak.

Dalam konsep ilmu hukum HKI dianggap ada dan mendapat perlindungan hukum setelah melalui suatu proses perdaftaran. Perlindungan terhadap HKI merupakan pengakuan atas suatu hak untuk dalam jangka waktu tertentu dapat dinikmati atau dieksploitasi sendiri oleh pemegang hak atau orang lain atas seizin pemegang hak.

Perlindungan hukum tersebut merupakan hak khusus dimiliki pemegang hak yang disebut hak eksklusif (exclusive rights (Jta Gambiro, 1992).

Secara garis besar HKI terdiri dari dua bidang yaitu hak cipta (copy rights) serta hak terkait dan hak milik industri (industrial Property right) yang mencakup paten, merek, desain industri, rahasia dagang dan sebangainya.

Pengertian HKI sendiri adalah merupakan hak kepemilikan terhadap karya-karya sebagai usaha pemikiran dan karya manusia baik oleh perseorangan, beberapa orang atau badan hukum yang dilindungi hukum sebagai harta kekayaan yang tidak berwujud (intangible

rights) dilihat dari hukum benda (Sadikin, 2004).

HKI sebagai hak khusus yang diberikan oleh negara kepada pencipta, penemu, pemilik atau penerima hak dengan maksud agar yang bersangkutan, melaksanakan atau mengijinkan pihak lain untuk melaksanakan hasil karya ciptanya atau penemuannya terutama yang mempunyai manfaat ekonomi (economies rights).

Di era globalisasi ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni yangsemakin pesat membawa dampak pada dunia perdagangan, baik sekala nasional maupun internasional.

Merek sebagai salah satu bagian kegiatan dunia usaha maupun kegiatan perekonomian, peran merek adalah sangat vital terhadap usaha perdagangan, sebuah merek dapat menjadi kekayaan yang sangat berharga secara komersial.Merek suatu perusahaan seringkali lebih bernilai dengan aset riil perusahaan tersebut.Merek sangat berguna bagi para konsumen, mereka membeli produk tertentu, karena merek tersebut berkualitas atau aman untuk dikonsumsi.

Untuk itulah Indonesia telah mengeluarkan peraturan yang mengatur tentang merek baik dalam bentuk undang-undang maupun bentuk peraturan lainnya.Undang-undang maupun bentuk peraturan lainnya.Undang-undang tentang merek diatur dalam udang-undang No. 15 Tahun 2001 tentang merek. Dalam UU merek, jenis merek dapat dibedakan menjadi dua yaitu merek dagang dan merek jasa tetapi juga dikenal merek kolektif.

Di dalam pasal 10 ayat (1) huruf b diatur tentang merek terkenal ukuran suatu merek terkenal didasarkan pada pengetahuan umum masyarakat mengenai merek tersebut, reputasi merek yang diperoleh melalui promosi besar-besaran, investasi dibeberapa negara di dunia, dan telah didaftarkan di beberapa negara.

Perlindungan merek terkenal secara internasional diatur dalam pasal 6 bis konvensi paris yang kemudian diadopsi ke dalam TRIPS Agreement melalui pasal 16 ayat (2) dan ayat (3).

(4)

merek sebagai pilihan atas barang/jasa yang di beli.

Untuk digunakan sejak ratusan tahun untuk memberi tanda dari produk yang dihasilkan dengan maksud menunjukkan asal-usul barang (indication of origin) merek dikembangkan oleh para pedagang seperti di Inggris bagi tukang mas , tukang perak dan alat pemotong lainnya, sistem tanda resmi seperti itu terus dipakai karena bisa membedakan dari penghasil barang sejenis selainnya (Muhammad Djumhana dan R. Jubaedillah, 2003).

Pemakaian merek dagangan pada sebuah produk barang/jasa tidak dapat dihindarkan karena merek memegang peranan yang sangat penting dalam dunia perdagangan, baik regional maupun internasional, merek di samping menentukan mutu/kualitas barang dan/atau jasa, juga adalah sarana promosi yang besar pengaruhnya terhadap tatanan kehidupan perekonomian internasional (Getas, 1996).

Sedangkan pasal 40 ayat (1) UU no. 15 Tahun 2001 merek dapat beralih atau dialihkan karena pewarisan, wasiat, hibah, perjanjian dan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perusang-undangan.

Pengalihan merek salah satunya dengan memberikan lisensi pada pihak lain dengan memberikan lisensi. Lisensi adalah rain yang diberikan pemilik merek terdaftar kepada seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum yang menggunakan merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian barang atau jasa yang didaftarkan.

Sedangkan mengenai persaingan usaha, setiap negara mempunyai suatu kemenangan untuk menyusun legilasi serta juga menggunakan perristilahan yang berbeda-beda dari setiap negara walaupun demikian setelah dicermati terdapat suatu persamaan apapun namanya. Persamaan-persamaan wajar ada, karena setiap ketentuan persaingan usaha dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda (Budi Kagromanto, 2008).

Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan

melalui bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertahankan prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekuatan.

Menurut pasal 1 ayat (1) UU nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, memberikan arti pada persaingan usaha tidak sehat sebagai suatu persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur atau dengan cara melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

Pengaturan persaingan usaha dengan tujuan yaitu:

a. Produksi yang efisien, dan b. Alokasi yang efisien.

Kemudian ada suatu perbuatan atau tindakan baik dalam dunia perdangan maupun yang dilakukan oleh suatu perusahaan termasuk perbuatan dalam persaingan usaha tidak sehat yaitu :

a. Perbuatan persaingan usaha tidak sehat

tersebut dilakukan dengan rangka

1) Mendapatkan hasil perdagangan atau

perusahaan

2) Melangsungkan hasil perdagangan atau perusahaan

3) Memperluas hasil perdagangan

b. Perusahaan yang diuntungkan karena

persaingan usaha tidak sehat tersebut baik perusahaan sipelaku ataupun perusahaan lain.

c. Perbuatan persaingan usaha tidak sehat

tersebut dilakukan dengan cara mengusatkan khalayak umum, atau menyesatkan orang tersebut.

d. Akibat dari perbuatan persaingan usaha

tidak sehat tersebut

1) Menimbulkan kerugian bagi

konkuren-konkuren dari si pelaku atau

2) Menimbulkan kerugian bagi

konkuren-konkuren dari orang lain di untungkan denganperbuatan si pelaku tersebut.

Setiap pendaftaran terhadap merek harus disertai dengan itikad baik, karena pendaftaran merek denganmaksud dan itikad tidak baik maka merek tersebut tidak dapat didaftarkan merek yang ingin didaftarkan mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseuruhan dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar sebelumnya, ataupun yang memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek terkenal milik pihak lain (Muhamad Djumhana dan R. Djubacdillah, 2003).

Adanya berbagai macam merek terkenal dapat menimbulkan dampak negatif yakni adanya pelanggaran merek yang dapat dikategorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat.Disebut demikian karena dalam suatu pelanggaran merek terdapat unsur yang dapat dikatagorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat.

Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum (Saidin, O.K. 2004).

Banyaknya pelanggaran tentang penggunaanmerek yang dapat dikatagorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat yang masih menghasilkan produk palsu dan tetap bertahan sampai saat ini karena minat masyarakat terhadap produk merek masih sangat besar khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah yang meraa tidak sanggup untuk membeli produk terkenal yang asli karena harga yang jauh lebih mahal dan faktor asli pendapatan masyarakat kita yang masih sangat minim.

Permasalahan

Apakah kriteria pelanggaran hak atas merek yang dapat dikatagorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengertian Merek dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat

Kemajuan teknologi informasi dan transportasi yang sangat pesat, mendorong

globalisasi HKI. Suatu barang dan/atau jasa yang diproduksi di suatu negara, beberapa saat telah dapat dihadirkan di negara lain. Produk barang yang menggunakan HKI dengan demikian juga telah menghadirkan hak.

Produk barang/jasa yang menggunakan HKI yang diperdagangkan dipasaran tentu perlu membentukkan perlindungan hukum. Kebutuhan perlindungan atau dari persaingan tidak sehat/curang), juga berarti kebutuhan untuk melindungi HKI yang digunakan pada atau untuk memproduksi barang atau jasa tadi (Budi Agus Riswandi, M. Syamsudin, 2004).

Perlindungan hukum terhadap HKI tak terkecuali bagi merek sangat dirasakan manfaatnya bagi oleh bangsa indonesia ketika produk barang atau jasa telah diproduksi. Dengan telah tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan akan HKI (merek), pemerintah Indonesia mengundangkan undang-undang (UU) tentang merek yaitu Undang-undang No. 15 Tahun 2001.

Merek menurut pasal 1 angka (1) UU merek, menjelaskan merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Peranan merek dalam dunia perdagangan adalah untuk membedakan produk barang/jasa dengan produk barang/jasa sejenis dari perusahaan lain. Pada hakikatnya merek itu suatu tanda, akan tetapi agar tanda itu dapat diterima sebagai merek, maka harus miliki daya pembeda yang cukup (capable of distringuishing) artinya memiliki kekuatan untuk membedakan barang atau jasa produk suatu perusahaan lainnya (Saidin OK. 2004).

Fungsi merek dapat dilihat dari sudut produsen, pedagang dan konsumen, produsen menggunakan merek sebagai jaminan nilai hasil produksinya, khususnya mengenai kualitas produknya.Dari pedagang, merek digunakan untuk promosi barang-barang dagangannya guna mencari dan memperluas pemasaran. Sedangkan konsumen menjadikan

(5)

merek sebagai pilihan atas barang/jasa yang di beli.

Untuk digunakan sejak ratusan tahun untuk memberi tanda dari produk yang dihasilkan dengan maksud menunjukkan asal-usul barang (indication of origin) merek dikembangkan oleh para pedagang seperti di Inggris bagi tukang mas , tukang perak dan alat pemotong lainnya, sistem tanda resmi seperti itu terus dipakai karena bisa membedakan dari penghasil barang sejenis selainnya (Muhammad Djumhana dan R. Jubaedillah, 2003).

Pemakaian merek dagangan pada sebuah produk barang/jasa tidak dapat dihindarkan karena merek memegang peranan yang sangat penting dalam dunia perdagangan, baik regional maupun internasional, merek di samping menentukan mutu/kualitas barang dan/atau jasa, juga adalah sarana promosi yang besar pengaruhnya terhadap tatanan kehidupan perekonomian internasional (Getas, 1996).

Sedangkan pasal 40 ayat (1) UU no. 15 Tahun 2001 merek dapat beralih atau dialihkan karena pewarisan, wasiat, hibah, perjanjian dan sebab-sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perusang-undangan.

Pengalihan merek salah satunya dengan memberikan lisensi pada pihak lain dengan memberikan lisensi. Lisensi adalah rain yang diberikan pemilik merek terdaftar kepada seseorang atau beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum yang menggunakan merek tersebut, baik untuk seluruh atau sebagian barang atau jasa yang didaftarkan.

Sedangkan mengenai persaingan usaha, setiap negara mempunyai suatu kemenangan untuk menyusun legilasi serta juga menggunakan perristilahan yang berbeda-beda dari setiap negara walaupun demikian setelah dicermati terdapat suatu persamaan apapun namanya. Persamaan-persamaan wajar ada, karena setiap ketentuan persaingan usaha dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda (Budi Kagromanto, 2008).

Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial, dimana individu atau kelompok manusia yang bersaing, mencari keuntungan

melalui bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara menarik perhatian publik atau dengan mempertahankan prasangka yang telah ada, tanpa mempergunakan ancaman atau kekuatan.

Menurut pasal 1 ayat (1) UU nomor 5 tahun 1999 tentang larangan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, memberikan arti pada persaingan usaha tidak sehat sebagai suatu persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang atau jasa yang dilakukan yang dilakukan dengan cara-cara yang tidak jujur atau dengan cara melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.

Pengaturan persaingan usaha dengan tujuan yaitu:

a. Produksi yang efisien, dan b. Alokasi yang efisien.

Kemudian ada suatu perbuatan atau tindakan baik dalam dunia perdangan maupun yang dilakukan oleh suatu perusahaan termasuk perbuatan dalam persaingan usaha tidak sehat yaitu :

a. Perbuatan persaingan usaha tidak sehat

tersebut dilakukan dengan rangka

1) Mendapatkan hasil perdagangan atau

perusahaan

2) Melangsungkan hasil perdagangan atau perusahaan

3) Memperluas hasil perdagangan

b. Perusahaan yang diuntungkan karena

persaingan usaha tidak sehat tersebut baik perusahaan sipelaku ataupun perusahaan lain.

c. Perbuatan persaingan usaha tidak sehat

tersebut dilakukan dengan cara mengusatkan khalayak umum, atau menyesatkan orang tersebut.

d. Akibat dari perbuatan persaingan usaha

tidak sehat tersebut

1) Menimbulkan kerugian bagi

konkuren-konkuren dari si pelaku atau

2) Menimbulkan kerugian bagi

konkuren-konkuren dari orang lain di untungkan denganperbuatan si pelaku tersebut.

Setiap pendaftaran terhadap merek harus disertai dengan itikad baik, karena pendaftaran merek denganmaksud dan itikad tidak baik maka merek tersebut tidak dapat didaftarkan merek yang ingin didaftarkan mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseuruhan dengan merek milik pihak lain yang sudah terdaftar sebelumnya, ataupun yang memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek terkenal milik pihak lain (Muhamad Djumhana dan R. Djubacdillah, 2003).

Adanya berbagai macam merek terkenal dapat menimbulkan dampak negatif yakni adanya pelanggaran merek yang dapat dikategorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat.Disebut demikian karena dalam suatu pelanggaran merek terdapat unsur yang dapat dikatagorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat.

Persaingan usaha tidak sehat adalah persaingan antara pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dilakukan dengan cara tidak jujur atau melawan hukum (Saidin, O.K. 2004).

Banyaknya pelanggaran tentang penggunaanmerek yang dapat dikatagorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat yang masih menghasilkan produk palsu dan tetap bertahan sampai saat ini karena minat masyarakat terhadap produk merek masih sangat besar khususnya masyarakat golongan menengah ke bawah yang meraa tidak sanggup untuk membeli produk terkenal yang asli karena harga yang jauh lebih mahal dan faktor asli pendapatan masyarakat kita yang masih sangat minim.

Permasalahan

Apakah kriteria pelanggaran hak atas merek yang dapat dikatagorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pengertian Merek dan Persaingan

Usaha Tidak Sehat

Kemajuan teknologi informasi dan transportasi yang sangat pesat, mendorong

globalisasi HKI. Suatu barang dan/atau jasa yang diproduksi di suatu negara, beberapa saat telah dapat dihadirkan di negara lain. Produk barang yang menggunakan HKI dengan demikian juga telah menghadirkan hak.

Produk barang/jasa yang menggunakan HKI yang diperdagangkan dipasaran tentu perlu membentukkan perlindungan hukum. Kebutuhan perlindungan atau dari persaingan tidak sehat/curang), juga berarti kebutuhan untuk melindungi HKI yang digunakan pada atau untuk memproduksi barang atau jasa tadi (Budi Agus Riswandi, M. Syamsudin, 2004).

Perlindungan hukum terhadap HKI tak terkecuali bagi merek sangat dirasakan manfaatnya bagi oleh bangsa indonesia ketika produk barang atau jasa telah diproduksi. Dengan telah tumbuhnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan akan HKI (merek), pemerintah Indonesia mengundangkan undang-undang (UU) tentang merek yaitu Undang-undang No. 15 Tahun 2001.

Merek menurut pasal 1 angka (1) UU merek, menjelaskan merek adalah tanda yang berupa gambar, nama, kata, huruf-huruf, angka-angka susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur, susunan warna atau kombinasi dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan barang atau jasa.

Peranan merek dalam dunia perdagangan adalah untuk membedakan produk barang/jasa dengan produk barang/jasa sejenis dari perusahaan lain. Pada hakikatnya merek itu suatu tanda, akan tetapi agar tanda itu dapat diterima sebagai merek, maka harus miliki daya pembeda yang cukup (capable of distringuishing) artinya memiliki kekuatan untuk membedakan barang atau jasa produk suatu perusahaan lainnya (Saidin OK. 2004).

Fungsi merek dapat dilihat dari sudut produsen, pedagang dan konsumen, produsen menggunakan merek sebagai jaminan nilai hasil produksinya, khususnya mengenai kualitas produknya.Dari pedagang, merek digunakan untuk promosi barang-barang dagangannya guna mencari dan memperluas pemasaran. Sedangkan konsumen menjadikan

(6)

pernah diuraikan di indonesia tetapi sekarang tidak diperbolehkan, pendaftaran atau dilakukan dengan itikad baik. Penggunaannya ataupun maksud untuk menggunakannya harus dengan itikad baik (tim lindsey).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kriteria pelanggaran atas merek terkenal yang dapat dikatagorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat adalah pelanggaran persaingan melalui perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang dan penyalahgunaan posisi dominan, yang dengan kepemilikan merek terkenal bertujuan untuk menghilangkan persaingan sehingga mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

Saran

Di dalam menggunakan merek terkenal sebaiknya dilakukan lisensi eksklusif sehingga lebih mudah mengadakan pengawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin. 2004. Hak kekayaan ari intelektual, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Budi Kagramanto. 2008. Hukum Persaingan Usaha, Laros, Surabaya

Getas I Gusti Gede. 1996. Peranan Merek Dalam Dunia Usaha. Upada Sastira, Denpasar

Imam Sjah Putra. 2007. Hak Atas

KekayaanIntelektual (suatu pengantar).

Harvarindo, Jakarta

Ita Gambiro. 1992. Desain Produk

Industri, Gramedia off set, Jakarta, h. 15 Muhamad Djumhana dan R. Djubaldillah. 2003. Hak Milik Intelektual (sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia)

Saidin, Ok. 2004. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights), PT. Raja Girafindo Persada Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, lembaran negara republik indonesia tahun 1999 nomor 33

Undang-undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Memahami hukum antimonopoli terutama dalam berbagai peraturan perundang-undangan kebanyakan negara termasuk indonesia terdapat empat unsur pokok hukum anti monopoli yaitu :

Pertama mengenal pasal, hal ini berkaitan dengan prinsip ekonomi yaitu sebuah praktik atau perjanjian hanya dapat berbahaya secara ekonomi jika mempengaruhi harga-harga jumlah, kualitas barang/jasa yang ada / yang akan ada, kedua mengenal pengaruh tindakan, hukum anti monopoli mencegah praktik-praktik monopoli. Ketiga pengecualitan kepentingan umum.

Pelanggaran Atas Merek

Pelanggaran atas merek akan menimbulkan kerugian baik masyarakat, produsen maupun konsumen serta juga negara. Tetapi dipihak pelaku pelanggaran termotivasi untuk mendapatkan keuntungan secara mudah. Perbuatan seperti tersebut diatas diatur UU No. 15 Tahun 2001 antara lain :

a. Menggunakan merek yang mengandung

persamaan pada pokoknya dengan merek pihak lain yang sudah terdaftar

b. Menggunakanmerek yang mengandung

persamaan pada keseluruhannya dengan merek pihak lain yang sudah terdaftar.

c. Menggunakan merek yang mengandung

persamaan pada pokoknya dan keseluruhannya dengan indikasi geografis milik pihak lain yang telah terdaftar.

d. Menggunakan tanda yang dilindungi

berdasarkan indikasi asal secara tanpa hak pada barang atau jasa sehingga dapat memperkaya atau menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa tersebut.

e. Menggunakan merek pihak lain secara

tanpa hak atau tanpa ijin pihak yang bersangkutan.

2. Pelanggaran atas merek yang dikatagorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat.

Merek sebagai bagian dari HKI memberikan keuntungan ekonomi bagi pemilik atau pemegang merek tetapi merek juga dapat dipakai sebagai alat untuk merusak

persaingan usaha atau menimbulkan persaingan usaha tidak sehat.

Hak yang dimiliki oleh pemegang merek adalah hak ekslusif sehingga pemegang mempunyai hak monopoli pasal 50 UU no. 5 Tahun 1999 mengecualikan monopoli penggunaan atas merek, tetapi dalam penggunaan atas suatu merek oleh pemegang merek dapat menimbulkan praktik monopoli dengan persaingan usaha tidak sehat yang dikecualikan dalam pasal 50 UU no. 5 tahun 1999 hak monopoli akibat hak eksklusif yang ada pada HKI. Walaupun demikian bila perbuatan-perbuatan pemegang hak merek dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat tetap dapat dikatagorikan sebagai persaingan merek. Tindakan pelanggaran atas merek yang dapat dikatagorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat yaitu tindakan yang melalui lisensi yang bertujuan untuk menghalangi pesaing dibidang produk yang sama, serta tindakan yang melalui pendaftaran merek tetapi tidak dimaksudkan untuk menggunakan dalam bidang usaha tetapi untuk menghalangi pesaing yang lain untuk menggunakan merek terkenal yaitu dengan penipuan, pembajakan dan pemalsuan merek.

Pelanggaran persaingan usaha cenderung dilakukan melalui bentuk perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang dan penyalahgunaan posisi dominan. Hal tersebut dapat menghalangi pelaku usaha yang lain untuk melakukan perdagangan barang dan jasa. Pemegang hak merek memberikan lisensi untuk menggunakan hak dengan tujuan menghambat masuknya pelaku usaha lain yang tidak memiliki hak untuk bisa menggunakan merek yang sejenis karena merek tersebut sudah dipergunakan oleh pemegang merek untuk usaha perdagangan dan jasa. Jadinya dengan peristiwa tersebut hak eksklusif yang dimiliki pemegang merek merupakan penghalang bagi pihak lain untuk menggunakannya.

Sebagai contoh seorang pengusaha dari Indonesia yang tidak memiliki hubungan apapun dengan coca cola tidak dapat mendaftarkan coca cola tersebut sebagai merek, kemudian melisensikan pemakaian merek tersebut dengan coca cola. Hal ini

(7)

pernah diuraikan di indonesia tetapi sekarang tidak diperbolehkan, pendaftaran atau dilakukan dengan itikad baik. Penggunaannya ataupun maksud untuk menggunakannya harus dengan itikad baik (tim lindsey).

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan uraian dan pembahasan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kriteria pelanggaran atas merek terkenal yang dapat dikatagorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat adalah pelanggaran persaingan melalui perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang dan penyalahgunaan posisi dominan, yang dengan kepemilikan merek terkenal bertujuan untuk menghilangkan persaingan sehingga mengakibatkan praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat.

Saran

Di dalam menggunakan merek terkenal sebaiknya dilakukan lisensi eksklusif sehingga lebih mudah mengadakan pengawasan.

DAFTAR PUSTAKA

Budi Agus Riswandi dan M. Syamsudin. 2004. Hak kekayaan ari intelektual, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Budi Kagramanto. 2008. Hukum Persaingan Usaha, Laros, Surabaya

Getas I Gusti Gede. 1996. Peranan Merek Dalam Dunia Usaha. Upada Sastira, Denpasar

Imam Sjah Putra. 2007. Hak Atas

KekayaanIntelektual (suatu pengantar).

Harvarindo, Jakarta

Ita Gambiro. 1992. Desain Produk

Industri, Gramedia off set, Jakarta, h. 15 Muhamad Djumhana dan R. Djubaldillah. 2003. Hak Milik Intelektual (sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia)

Saidin, Ok. 2004. Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual (Intelectual Property Rights), PT. Raja Girafindo Persada Jakarta.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1999 tentang larangan praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat, lembaran negara republik indonesia tahun 1999 nomor 33

Undang-undang Republik Indonesia No. 15 Tahun 2001 tentang Merek.

Memahami hukum antimonopoli terutama dalam berbagai peraturan perundang-undangan kebanyakan negara termasuk indonesia terdapat empat unsur pokok hukum anti monopoli yaitu :

Pertama mengenal pasal, hal ini berkaitan dengan prinsip ekonomi yaitu sebuah praktik atau perjanjian hanya dapat berbahaya secara ekonomi jika mempengaruhi harga-harga jumlah, kualitas barang/jasa yang ada / yang akan ada, kedua mengenal pengaruh tindakan, hukum anti monopoli mencegah praktik-praktik monopoli. Ketiga pengecualitan kepentingan umum.

Pelanggaran Atas Merek

Pelanggaran atas merek akan menimbulkan kerugian baik masyarakat, produsen maupun konsumen serta juga negara. Tetapi dipihak pelaku pelanggaran termotivasi untuk mendapatkan keuntungan secara mudah. Perbuatan seperti tersebut diatas diatur UU No. 15 Tahun 2001 antara lain :

a. Menggunakan merek yang mengandung

persamaan pada pokoknya dengan merek pihak lain yang sudah terdaftar

b. Menggunakanmerek yang mengandung

persamaan pada keseluruhannya dengan merek pihak lain yang sudah terdaftar.

c. Menggunakan merek yang mengandung

persamaan pada pokoknya dan keseluruhannya dengan indikasi geografis milik pihak lain yang telah terdaftar.

d. Menggunakan tanda yang dilindungi

berdasarkan indikasi asal secara tanpa hak pada barang atau jasa sehingga dapat memperkaya atau menyesatkan masyarakat mengenai asal barang atau asal jasa tersebut.

e. Menggunakan merek pihak lain secara

tanpa hak atau tanpa ijin pihak yang bersangkutan.

2. Pelanggaran atas merek yang dikatagorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat.

Merek sebagai bagian dari HKI memberikan keuntungan ekonomi bagi pemilik atau pemegang merek tetapi merek juga dapat dipakai sebagai alat untuk merusak

persaingan usaha atau menimbulkan persaingan usaha tidak sehat.

Hak yang dimiliki oleh pemegang merek adalah hak ekslusif sehingga pemegang mempunyai hak monopoli pasal 50 UU no. 5 Tahun 1999 mengecualikan monopoli penggunaan atas merek, tetapi dalam penggunaan atas suatu merek oleh pemegang merek dapat menimbulkan praktik monopoli dengan persaingan usaha tidak sehat yang dikecualikan dalam pasal 50 UU no. 5 tahun 1999 hak monopoli akibat hak eksklusif yang ada pada HKI. Walaupun demikian bila perbuatan-perbuatan pemegang hak merek dapat mengakibatkan persaingan usaha tidak sehat tetap dapat dikatagorikan sebagai persaingan merek. Tindakan pelanggaran atas merek yang dapat dikatagorikan sebagai persaingan usaha tidak sehat yaitu tindakan yang melalui lisensi yang bertujuan untuk menghalangi pesaing dibidang produk yang sama, serta tindakan yang melalui pendaftaran merek tetapi tidak dimaksudkan untuk menggunakan dalam bidang usaha tetapi untuk menghalangi pesaing yang lain untuk menggunakan merek terkenal yaitu dengan penipuan, pembajakan dan pemalsuan merek.

Pelanggaran persaingan usaha cenderung dilakukan melalui bentuk perjanjian yang dilarang, kegiatan yang dilarang dan penyalahgunaan posisi dominan. Hal tersebut dapat menghalangi pelaku usaha yang lain untuk melakukan perdagangan barang dan jasa. Pemegang hak merek memberikan lisensi untuk menggunakan hak dengan tujuan menghambat masuknya pelaku usaha lain yang tidak memiliki hak untuk bisa menggunakan merek yang sejenis karena merek tersebut sudah dipergunakan oleh pemegang merek untuk usaha perdagangan dan jasa. Jadinya dengan peristiwa tersebut hak eksklusif yang dimiliki pemegang merek merupakan penghalang bagi pihak lain untuk menggunakannya.

Sebagai contoh seorang pengusaha dari Indonesia yang tidak memiliki hubungan apapun dengan coca cola tidak dapat mendaftarkan coca cola tersebut sebagai merek, kemudian melisensikan pemakaian merek tersebut dengan coca cola. Hal ini

Referensi

Dokumen terkait

Arahan program yang dapat dilakukan pada areal prioritas 5 adalah: (1) Pada lahan agak kritis, potensial kritis maupun tidak kritis dengan jarak 100 meter kiri kanan badan

“Aku berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna, yang tidak akan diterobos oleh orang baik dan orang durhaka, dari kejahatan apa yang diciptakan dan dijadikanNya,

Dengan adanya beberapa indikator komunikasi positif ini tentunya akan dapat memberikan rasa aman pada diri anak yang mana rasa aman ini merupakan kebutuhan dasar

Untuk mencapai hal tersebut diatas perlu dilakukan Evaluasi dan pengembangan kurikulum berbasis kompetensi dan mengakomodir kebutuhan pengguna (industri) sesuai dengan

Saus salad terbuat dari larutan asam cuka (polar) dan minyak (non polar). Pengocokan minyak dan cuka pada awalnya akan menghasilkan campuran yang mengandung butiran

 Constraint Name kutusuna CATI yazılır,  Constraint Axis kısmından Z Axis seçilir,  İki kez OK tuşuna basılır. 80) Display menüsündeki Show Undeformed Shape

28 Muncul gambar muka Wiji Thukul di sebelah gambar muka Sipon Yang disusul dengan teks, “Memutuskan untuk.. “Yang hanya dalam